SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
TUGAS MATAKULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM


Karni Ilyas: Bismar Gemar Pakai Istilah ''Barang''
Besar Kecil Normal

TEMPO.CO, Jakarta - Ternyata sosok yang gemar menggunakan istilah "barang" bukan Sutan
Bhatoegana seorang. Pemimpin RedaksiTVOne Karni Ilyas mengatakan mantan hakim agung Bismar
Siregar memiliki kegemaran serupa. Bedanya, Bismar gemar menggunakan istilah "barang" ketika
menangani kasus pelecehan seksual.

"Saya ingat sekali Bismar suka menggunakan kata barang ketika menangani kasus pelecehan seksual,"
kata Karni ketika dihubungi Tempo, Kamis, 19 April 2012.

Karni menyatakan salah satu kasus yang dia ingat Bismar menggunakan kata barang adalah kasus
pelecehan seksual di Medan. Dalam kasus itu, Bismar menggunakan istilah barang untuk badan
perempuan yang dilecehkan agar sang pelaku bisa dikenai pasal penipuan.

"Jadi, perempuan dan pria dalam kasus itu sesungguhnya saling suka. Namun, karena sang pria
kemudian meninggalkan (menipu) perempuan yang telah dipakai, yang perempuan menuntut dia. Nah,
Bismar kemudian menggunakan istilah barang untuk tubuh perempuan itu agar kasusnya bisa diusut
sebagai kasus penipuan," ujar Karni sambil tertawa.

Karni mengaku sempat memperingatkan Bismar bahwa ia bisa saja dimanfaatkan kalau terus-terusan
menggunakan istilah barang dalam kasus pelecehan seksual. Namun, ujar Karni, Bismar justru tetap
percaya diri menggunakan istilah barang itu.

Menurut Karni, Bismar adalah orang yang peduli terhadap keadilan dan pluralitas. Kata Karni, Bismar
menghormati orang dari berbagai suku ataupun ras. "Contohnya, terkadang ia suka melanjutkan
ucapanassalamualaikum dengan ucapan halleluyah," ujar Karni.

Mantan hakim agung Bismar Siregar meninggal hari ini pukul 12.25 ini. Ia mengembuskan nafas terakhir
setelah terbaring koma selama empat hari di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Rencananya,
jenazah dimakamkan di TPU Jeruk Purut.

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2012/04/19/063398329/Karni-Ilyas-Bismar-Gemar-Pakai-
Istilah-Barang. Dikutip (di download) pada tanggal 2 Nopember 2012 pukul 12.15 WIB.
Bismar Siregar dan Hukum Islam
Diterbitkan April 30, 2012 Artikel Pengamat Ditutup
Kaitkata:Bismar Siregar dan Hukum Islam, M Bambang Pranowo


Oleh M Bambang Pranowo

Bismar Siregar, pendekar hukum Indonesia, telah meninggalkan kita, bangsa Indonesia, untuk selama-
lamanya, Kamis (19/4) pekan lalu di Jakarta.

Bagi masyarakat hukum di Indonesia, sosok pria kelahiran Sipirok, Sumatera Utara, 15 September 1928,
ini menarik karena selama menjadi hakim, beliau telah memutuskan perkara dengan pertimbangan
pertimbangan yang “tidak biasa”dilakukan oleh penegak hukum saat itu. Bagi Bismar, keputusan hakim
harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keadilan yang komprehensif: tidak hanya
mempertimbangkan fakta hukum yang terjadi, tapi juga pertimbangan hati nurani.

Setiap memutuskan perkara, Bismar selalu bertanya kepada hati nuraninya, apakah orang yang akan
divonisnya jahat atau tidak. Setelah itu Bismar akan mencari pijakan hukum untuk melatarbelakangi
keputusannya. Lebih jauh lagi,tidak hanya nurani dan UU, Bismar juga akan mencari rujukan Alquran
untuk memperkuat keputusan hukumnya. Bagi Bismar, hati nurani, Islam dengan Alquran, merupakan
rujukan hukum yang final dalam mempertimbangkan keputusan hukumnya.

Meski demikian, sebagai seorang hakim yang berkedudukan di Indonesia, Bismar pun tetap
berpegangan pada UU yang berlaku di negaranya. Bismar mencoba menafsirkan dan mengakomodasi
pijakan-pijakan hukum tersebut untuk kemudian “menyintesiskannya” dalam bentuk ketetapan hukum
yang diputuskan hakim. Dalam berbagai tulisan dan ceramahnya, Bismar selalu menyatakan bahwa
hukum yang tertinggi adalah hukum Allah. Keadilan yang tertinggi juga keadilan Allah.

Kendati demikian, karena kita hidup dalam dunia yang menggunakan hukum positif yang dibuat oleh
manusia, tugas hakim adalah bagaimana mengimplementasikan hukum-hukum tersebut agar
mendapatkan keadilan secara maksimal dan tidak bertentangan dengan esensi keadilan yang ingin
ditegakkan Allah. Barangkali, dalam konteks inilah, ketika menjabat Ketua Pengadilan Tinggi Medan
(1983), Bismar pernah menjatuhkan hukuman tiga tahun penjara kepada pria yang menghamili seorang
perempuan yang kemudian tidak jadi dinikahinya. Keputusan Bismar tersebut dianggap kontroversial
karena alasan penghukuman itu adalah si pria melakukan penipuan.
Bismar menafsirkan bahwa “kemaluan perempuan sebagai barang yang berharga” dan pria yang tidak
bertanggung jawab tersebut telah “mengambil” barang tersebut dengan janji-janji yang kemudian tidak
ditepatinya. Meski keputusan Bismar ini akhirnya dibatalkan Mahkamah Agung karena alasannya
dianggap aneh dan tidak tepat, Bismar telah menunjukkan komitmennya untuk selalu mengikuti
tuntunan hati nurani dan agamanya untuk menghukum si pria yang tidak bertanggung jawab itu.

Apa yang diputuskan Bismar merupakan hasil ijtihad hukum yang luar biasa di tengah sistem hukum
Indonesia yang masih mengikuti paradigma Barat (yang menganggap “hubungan badan yang dilakukan
suka sama suka” tanpa menikah tidak bisa dianggap melanggar hukum). Putusan hakim Bismar itu
memang akhirnya dianulir. Tapi,cobalah tanyakan kepada setiap orang, khususnya perempuan di mana
pun di seluruh dunia, esensi hukum yang menjatuhkan vonis tiga tahun penjara kepada pria ingkar janji
tersebut sebenarnya lebih mendekati keadilan.

Sayangnya, dalam konteks hukum positif, nurani dan keadilan itu bisa dianulir dengan alasan—yang
ironisnya—konon karena pertimbangan hukum itu pula! Dalam kasus lain hakim Bismar juga pernah
menjatuhkan hukuman mati kepada Albert Togas (1976). Albert, karyawan PT Bogasari, terbukti
bersalah karena membunuh Nurdin Kotto, staf ahli PT Bogasari,dengan cara mutilasi. Padahal Nurdin
telah banyak membantu Albert sebelumnya ketika dia masih jadi pengangguran.

Dalam perenungan Bismar, orang seperti Albert adalah manusia yang sangat jahat, yang tidak punya
rasa perikemanusiaan dan tidak tahu membalas budi seseorang. Karena itu, manusia jahat seperti Albert
hanya pantas untuk dihukum mati karena bisa merusak struktur bangunan moral dan kemanusiaan di
masyarakat. Dalam Alquran disebutkan bahwa orang yang membunuh orang yang tidak bersalah sama
artinya dengan membunuh seluruh umat manusia (QS 5:32).

Dalam ajaran moral Kong Hu Cu juga disebutkan bahwa orang yang tidak tahu membalas budi, apalagi
membalas pemberian susu dengan air tuba (racun), moralnya jauh lebih hina dari anjing. Orang seperti
itu, kata Kong Hu Cu,pantas untuk disingkirkan. Keputusan Bismar memang tampak kejam.Tapi, lebih
kejam lagi jika orang jahat dan tidak punya rasa kemanusiaan seperti Albert dibiarkan atau dihukum
ringan karena hal itu bisa merusak bangunan moral dan kemanusiaan. Hal yang sama terlihat ketika
Bismar menghukum 10 kali lipat dari tuntutan jaksa terhadap pengedar narkoba.
Dua terdakwa pengedar narkoba yang dituntut masing-masing 10 dan 15 bulan penjara oleh jaksa
dijatuhkan vonis 10 dan 15 tahun oleh Bismar. Saat itu keputusan Bismar dianggap kontroversial karena
menghukum puluhan kali lipat dibanding tuntutan jaksa.Tapi, coba bayangkan sekarang,seandainya
hakim memutuskan hukuman seperti apa yang dilakukan Bismar terhadap pengedar narkoba, niscaya
kondisi peredaran narkoba di Indonesia tidak seperti sekarang. Indonesia sekarang ini telah menjadi
surga pengedar narkoba karena hukumnya terlalu lemah dan tidak menimbulkan efek jera terhadap
mafia obat terlarang yang telah merusak moral bangsa.

Dengan demikian, hakim Bismar dengan hati nuraninya yang dilandasi ajaran Islam telah memberikan
warning kepada bangsa Indonesia akan bahaya narkoba di masa depan jika penegak hukum tidak
bersikap tegas dan menghukum seberat-beratnya terhadap pengedar narkoba! Saat ini peringatan
Bismar yang diabaikan tersebut telah menjadi kenyataan. Bismar kini telah tiada. Sebagai hakim yang
lurus dan tidak bisa dibeli, Bismar tetap tegak dengan pendiriannya dalam memutuskan hukuman. Bagi
Bismar, hakim adalah perpanjangan tangan Tuhan di muka bumi.

Dengan demikian, kata Bismar, kerusakan sebuah negara bergantung hakimnya. Jika hakimnya mau
disuap dan bisa dibeli, niscaya Allah akan menghancurkan bangsa tersebut. Sebaliknya jika hakimnya
lurus dan adil, rezeki dan kemakmuran akan menyertai bangsa tadi. Di mana posisi bangsa Indonesia
saat ini? Anda pasti tahu jawabannya! (Sumber: Seputar Indonesia, 27 April 2012).

Tentang penulis:
M Bambang Pranowo, guru Besar UIN Ciputat; Direktur Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian.


Sumber: http://gagasanhukum.wordpress.com/2012/04/30/bismar-siregar-dan-hukum-islam/ Dikutip
(di download) pada tanggal 2 Nopember 2012 pukul 12.18 WIB.
Kamis, 10 November 2011 09:40
                                  Heroisme Juris: Lari dari Kegilaan




“Met juristen, geen revolutie maken.” (Soekarno) “Tidak ada revolusi bersama ahli hukum (juris)”.
Terjemahan bebas atas kutipan Soekarno ini menyiratkan karakteristik ahli hukum yang terlalu hati-hati,
konservatif dalam mengambil keputusan, atau bahkan takut pada perubahan yang radikal. Ahli hukum
seakan-akan dibatasi oleh silogisme dan deduksi logis yang tertutup dalam konsep-konsep, doktrin-
doktrin, atau undang-undang. Ketika seorang juris keluar dari batasan-batasan itu, ia dapat dicap tidak
taat asas.

Kondisi ini menjadikan perubahan yang drastis adalah kemustahilan dalam alam pikiran ahli hukum. Ahli
hukum, pada akhirnya, hanya mengulang penerapan hukum dengan mengatasnamakan asas-asas.
Padahal sejatinya, yang baku adalah asas. Sedangkan penafsiran atas keadaan-keadaan yang baru
bersifat dinamis.

Para juris pada saat ini dapat dikatakan sedang terjangkit kegilaan, ketika mereka terus menerus taat
asas demi prosedural belaka, tanpa adanya terobosan, dan pada saat yang bersamaan mengharapkan
terwujudnya keadilan yang sejati. Padahal, menurut Albert Einstein, melakukan hal yang sama
berulangkali dan mengharapkan hasil yang berbeda adalah sebuah kegilaan.

Lepas dari Kegilaan
Bismar Siregar, seorang hakim di Pengadilan Tinggi Sumatera Utara, pernah menerobos kegilaan ini di
tahun 1983. Ia menganalogikan kehormatan perempuan sebagai barang seperti tertulis dalam Pasal 378
KUHP mengenai penipuan. Bagi Bismar Siregar, kegilaan pada saat itu tersebut perlu untuk memberikan
keadilan yang sesuai dengan rasa keadilan dan bukan sekedar keadilan formal (Tempo, 15 Oktober
1983).

Upaya Bismar Siregar melepaskan diri dari kegilaan justru dianggap “gila”. Bahkan OC Kaligis
menertawakan interpretasi Bismar Siregar (Tempo, 15 Oktober 1983). Hal ini dapat dimaklumi karena
interpretasi analogi “diharamkan” dalam hukum pidana. Ditambah pula anggapan bahwa menyamakan
kehormatan perempuan dengan barang adalah pelecehan terhadap kehormatan perempuan itu sendiri.
Mungkin bagi seorang OC Kaligis logika yang dibangun Bismar adalah logika gila karena menyamakan
kehormatan perempuan dengan barang.

Upaya lain untuk lepas dari kegilaan ahli hukum bisa dilihat dari kiprah Mahkamah Konstitusi (MK). MK,
lembaga yang lahir dari Amandemen UUD 1945, tampil menjadi lembaga yang menegakkan keadilan
substansial, dan melakukan terobosan hukum untuk menyelamatkan hak konstitusional warga negara.

Salah satu terobosannya, penggunaan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pada Pemilu 2009 sebagai pengganti
bagi warga yang tidak memiliki kartu pemilih dan tidak tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap. MK
melepaskan diri dari kegilaan dalam sistem pemilu kita selama ini yang menggunakan acuan daftar
pemilih dalam memberikan hak konstitusional warga negara dalam menggunakan hak pilih.

Upaya dari Bismar Siregar dan MK menegaskan bahwa heroisme juris dalam dunia hukum kita justru
mencuat ketika mereka lepas dari kegilaan; kegilaan akan logika prosedural dan formal yang telah
dibangun selama bertahun-tahun. Meski usaha untuk lepas dari kegilaan, justru kadang dianggap gila
oleh para penganjur kepastian hukum dan formalisme hukum.

Pendidikan Hukum
Lalu, bagaimana heroisme juris layaknya Bismar Siregar dan hakim-hakim MK dapat dibangun? It’s all
about value. Calon juris di masa datang harus ditanamkan nilai yang tak sekedar nekat terobos sana-sini.
Yang dibutuhkan adalah penanaman akan nilai-nilai keadilan substansial kepada calon juris. Pencarian
keadilan oleh calon juris harus disadari bukan hanya proses deduksi logis dari peraturan perundangan
kepada fakta yang ada.

Usaha untuk mencetak heroisme juris ini berawal pada kurikulum pendidikan hukum. Pendidikan hukum
harus mampu menanamkan nilai-nilai yang lebih emansipatoris, sekaligus memiliki paradigma yang jelas
dan berpihak kepada pencari keadilan substansial.

Sayangnya, pendidikan hukum saat ini tak memiliki paradigma seperti itu. Paradigma yang dibangun
tetaplah positivisme, dengan berusaha membebasnilaikan hukum. Hukum menjadi berjarak dengan para
pencari keadilan. Sejak era otonomi kampus, beberapa fakultas hukum malah lebih pusing memikirkan
bagaimana kurikulumnya dapat sinergis dengan pasar kerja.

Jika demikian adanya, maka juris Indonesia di masa datang adalah juris berparadigma pasar. Hukum
yang dipakai adalah hukum permintaan dan penawaran. Tolok ukur keadilannya pun menjadi sekedar
masalah siapa mendapat apa. Bagaimana mungkin mengharapkan heroisme dari juris seperti itu?

Karena itu, revolusi pendidikan hukum adalah agenda utama. Revolusi pendidikan hukum niscaya dapat
mencetak juris yang lepas dari kegilaan. Inilah tahap awal dari pembibitan mental heroisme juris dalam
pencarian keadilan dengan berusaha lepas dari kegilaan berdalih kepastian hukum.

Ketika revolusi pendidikan hukum dimulai maka generasi berikutnya akan memulai perubahan radikal
dalam dunia hukum. Dan ketika itu pula, kata-kata Soekarno akan dijungkirbalikkan: met juristen,
revolutie maken.

Sumber:     http://www.fokal.info/fokal/component/fokalmagazine/article/382-heroisme-juris-lari-dari-
kegilaan.html. Dikutip (di download) pada tanggal 2 Nopember 2012 pukul 12.24 WIB.
Kaligis: Bismar Siregar Hakim Bersih, Profesional, dan Tegas
Ray Jordan - detikNews




                                       foto: Bismar Siregar
Jakarta - Pengacara senior OC Kaligis punya kenangan tersendiri dengan sosok Bismar Siregar, kala dia
masih menjadi seorang pengacara muda. Bagi Kaligis, Bismad adalah sosok hakim tegas dan profesional.

"Pertama sebagai cendekiawan, kedua sebagai hakim dia benar-benar profesional, saya ingat waktu dia
jadi hakim di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Timur, nggak pernah mesti ragu-ragu ambil keputusan,
karena dia cendekiawan dan pertimbangan hukumnya bagus. Makanya lihat aja pasti banyak yang
datang karena dia orang yang baik dan sebagai hakim juga namanya bersih," kata kaligis saat melayat
jenazah Bismar di rumah duka, Jl Cilandak I No 25 A, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (19/4/2012).

Kaligis mengganggap Bismar sebagai sosok sahabat. Dia yakin banyak orang menganggap Bismar
sahabat. Kaligis pun mencontohkan sebuah kasus yang pernah diputus Bismar.

"Saya kira dia memutuskan ada pertimbangan hukum, jadi ada legal reason. Pernah dulu pasal 378 dia
bilang barang dari wanita itu bisa disita. Tapi tujuannya itu kan bagus bahwa kalau yang begituan itu
dikenakan tindakan pidana, kalau zinah atau segala macam. Terus saat ditanya bagaimana caranya, sita
aja. Lalu saya komentari kalau disita itu mau disimpan dimana? Nah dia bilang di rumah penyimpanan
barang bukti, dan saat kembali ditanyakan siapa yang pegang itu? Tapi ya saya tahu tujuannya itu.
Almarhum mau mengatakan kalau itu tindakan pidana," kenangnya.

Menurut dia, Bismar menutup usia dengan track record yang sangat baik. "Beliau di Mahkamah Agung
karirnya selesai dengan baik dan nggak ada masalah," pungkasnya.

Bismar meninggal pada hari ini pukul 12.20 WIB di RS Fatmawati. Bismar dirawat di rumah sakit pelat
merah sejak Senin 16 April. Dia mendadak pingsan saat melukis di rumahnya.

(van/ndr)
Sumber: http://news.detik.com/read/2012/04/19/191652/1896754/10/. Dikutip (di download) pada
tanggal 2 Nopember 2012 pukul 12.38 WIB.
Tugas matakuliah pengantar ilmu hukum

More Related Content

Viewers also liked

Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede AudittaPenegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede AudittaI Gede Auditta
 
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slideMael Aja
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumAndrew Fritz
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPuspa Bunga
 
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)Ahmad Solihin
 

Viewers also liked (9)

Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
 
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede AudittaPenegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede Auditta
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
 
Pendahuluan Hukum Bisnis
Pendahuluan Hukum BisnisPendahuluan Hukum Bisnis
Pendahuluan Hukum Bisnis
 
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
 
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
 
Peristiwa Hukum (PIH)
Peristiwa Hukum (PIH)Peristiwa Hukum (PIH)
Peristiwa Hukum (PIH)
 

Similar to Tugas matakuliah pengantar ilmu hukum

Mungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesia
Mungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesiaMungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesia
Mungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesiaEka Yuda MP
 
TUGAS TIK5 AGSHA
TUGAS TIK5 AGSHATUGAS TIK5 AGSHA
TUGAS TIK5 AGSHAagshaafu
 
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...PT PINUS MERAH ABADI
 
(sindonews.com) Opini hukum-politik 10 april 2015-20 mei 2015
(sindonews.com) Opini hukum-politik 10 april 2015-20 mei 2015(sindonews.com) Opini hukum-politik 10 april 2015-20 mei 2015
(sindonews.com) Opini hukum-politik 10 april 2015-20 mei 2015ekho109
 
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanKewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanYanels Garsione
 
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di IndonesiaPengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di IndonesiaAdhi Panjie Gumilang
 
HUKUM NASIONAL ppt@#$#%^%$^&&*&^^%%^%%$$$$$$$%^
HUKUM NASIONAL ppt@#$#%^%$^&&*&^^%%^%%$$$$$$$%^HUKUM NASIONAL ppt@#$#%^%$^&&*&^^%%^%%$$$$$$$%^
HUKUM NASIONAL ppt@#$#%^%$^&&*&^^%%^%%$$$$$$$%^takdir12
 
Hukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian IIHukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian IIyahyaanto
 
PPT_KLP 1 HUKUM PERDATA&BISNIS_5C.pptx
PPT_KLP 1 HUKUM PERDATA&BISNIS_5C.pptxPPT_KLP 1 HUKUM PERDATA&BISNIS_5C.pptx
PPT_KLP 1 HUKUM PERDATA&BISNIS_5C.pptxMuhammadAdityaSaputr
 
PENEGAKAN HUKUM KASUS PEMBUNUHAN
PENEGAKAN HUKUM KASUS PEMBUNUHANPENEGAKAN HUKUM KASUS PEMBUNUHAN
PENEGAKAN HUKUM KASUS PEMBUNUHANPaul SinlaEloE
 

Similar to Tugas matakuliah pengantar ilmu hukum (20)

Mungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesia
Mungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesiaMungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesia
Mungkinkah hukum islam dilaksanakan indonesia
 
Halaman 11 sambungan
Halaman 11 sambunganHalaman 11 sambungan
Halaman 11 sambungan
 
TUGAS TIK5 AGSHA
TUGAS TIK5 AGSHATUGAS TIK5 AGSHA
TUGAS TIK5 AGSHA
 
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
 
(sindonews.com) Opini hukum-politik 10 april 2015-20 mei 2015
(sindonews.com) Opini hukum-politik 10 april 2015-20 mei 2015(sindonews.com) Opini hukum-politik 10 april 2015-20 mei 2015
(sindonews.com) Opini hukum-politik 10 april 2015-20 mei 2015
 
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
 
Pengadilan soekarno
Pengadilan soekarnoPengadilan soekarno
Pengadilan soekarno
 
Pentingkah hukuman mati
Pentingkah hukuman matiPentingkah hukuman mati
Pentingkah hukuman mati
 
Hukum Perorangan.pptx
Hukum Perorangan.pptxHukum Perorangan.pptx
Hukum Perorangan.pptx
 
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanKewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
 
KEBUNTUAN DARI PENDEKATAN LEGALITAS FORMAL MENUJU PENDEKATAN INTERDISIPLINER
KEBUNTUAN DARI PENDEKATAN LEGALITAS FORMAL MENUJU PENDEKATAN INTERDISIPLINERKEBUNTUAN DARI PENDEKATAN LEGALITAS FORMAL MENUJU PENDEKATAN INTERDISIPLINER
KEBUNTUAN DARI PENDEKATAN LEGALITAS FORMAL MENUJU PENDEKATAN INTERDISIPLINER
 
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di IndonesiaPengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
 
Lampiran 2
Lampiran 2Lampiran 2
Lampiran 2
 
Proposal penegakan hukum
Proposal penegakan hukumProposal penegakan hukum
Proposal penegakan hukum
 
HUKUM NASIONAL ppt@#$#%^%$^&&*&^^%%^%%$$$$$$$%^
HUKUM NASIONAL ppt@#$#%^%$^&&*&^^%%^%%$$$$$$$%^HUKUM NASIONAL ppt@#$#%^%$^&&*&^^%%^%%$$$$$$$%^
HUKUM NASIONAL ppt@#$#%^%$^&&*&^^%%^%%$$$$$$$%^
 
Hukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian IIHukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian II
 
PPT_KLP 1 HUKUM PERDATA&BISNIS_5C.pptx
PPT_KLP 1 HUKUM PERDATA&BISNIS_5C.pptxPPT_KLP 1 HUKUM PERDATA&BISNIS_5C.pptx
PPT_KLP 1 HUKUM PERDATA&BISNIS_5C.pptx
 
PENEGAKAN HUKUM KASUS PEMBUNUHAN
PENEGAKAN HUKUM KASUS PEMBUNUHANPENEGAKAN HUKUM KASUS PEMBUNUHAN
PENEGAKAN HUKUM KASUS PEMBUNUHAN
 
Ambigu pasal pencurian
Ambigu pasal pencurianAmbigu pasal pencurian
Ambigu pasal pencurian
 
Ambigu pasal pencurian
Ambigu pasal pencurianAmbigu pasal pencurian
Ambigu pasal pencurian
 

Tugas matakuliah pengantar ilmu hukum

  • 1. TUGAS MATAKULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM Karni Ilyas: Bismar Gemar Pakai Istilah ''Barang'' Besar Kecil Normal TEMPO.CO, Jakarta - Ternyata sosok yang gemar menggunakan istilah "barang" bukan Sutan Bhatoegana seorang. Pemimpin RedaksiTVOne Karni Ilyas mengatakan mantan hakim agung Bismar Siregar memiliki kegemaran serupa. Bedanya, Bismar gemar menggunakan istilah "barang" ketika menangani kasus pelecehan seksual. "Saya ingat sekali Bismar suka menggunakan kata barang ketika menangani kasus pelecehan seksual," kata Karni ketika dihubungi Tempo, Kamis, 19 April 2012. Karni menyatakan salah satu kasus yang dia ingat Bismar menggunakan kata barang adalah kasus pelecehan seksual di Medan. Dalam kasus itu, Bismar menggunakan istilah barang untuk badan perempuan yang dilecehkan agar sang pelaku bisa dikenai pasal penipuan. "Jadi, perempuan dan pria dalam kasus itu sesungguhnya saling suka. Namun, karena sang pria kemudian meninggalkan (menipu) perempuan yang telah dipakai, yang perempuan menuntut dia. Nah, Bismar kemudian menggunakan istilah barang untuk tubuh perempuan itu agar kasusnya bisa diusut sebagai kasus penipuan," ujar Karni sambil tertawa. Karni mengaku sempat memperingatkan Bismar bahwa ia bisa saja dimanfaatkan kalau terus-terusan menggunakan istilah barang dalam kasus pelecehan seksual. Namun, ujar Karni, Bismar justru tetap percaya diri menggunakan istilah barang itu. Menurut Karni, Bismar adalah orang yang peduli terhadap keadilan dan pluralitas. Kata Karni, Bismar menghormati orang dari berbagai suku ataupun ras. "Contohnya, terkadang ia suka melanjutkan ucapanassalamualaikum dengan ucapan halleluyah," ujar Karni. Mantan hakim agung Bismar Siregar meninggal hari ini pukul 12.25 ini. Ia mengembuskan nafas terakhir setelah terbaring koma selama empat hari di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Rencananya, jenazah dimakamkan di TPU Jeruk Purut. Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2012/04/19/063398329/Karni-Ilyas-Bismar-Gemar-Pakai- Istilah-Barang. Dikutip (di download) pada tanggal 2 Nopember 2012 pukul 12.15 WIB.
  • 2. Bismar Siregar dan Hukum Islam Diterbitkan April 30, 2012 Artikel Pengamat Ditutup Kaitkata:Bismar Siregar dan Hukum Islam, M Bambang Pranowo Oleh M Bambang Pranowo Bismar Siregar, pendekar hukum Indonesia, telah meninggalkan kita, bangsa Indonesia, untuk selama- lamanya, Kamis (19/4) pekan lalu di Jakarta. Bagi masyarakat hukum di Indonesia, sosok pria kelahiran Sipirok, Sumatera Utara, 15 September 1928, ini menarik karena selama menjadi hakim, beliau telah memutuskan perkara dengan pertimbangan pertimbangan yang “tidak biasa”dilakukan oleh penegak hukum saat itu. Bagi Bismar, keputusan hakim harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keadilan yang komprehensif: tidak hanya mempertimbangkan fakta hukum yang terjadi, tapi juga pertimbangan hati nurani. Setiap memutuskan perkara, Bismar selalu bertanya kepada hati nuraninya, apakah orang yang akan divonisnya jahat atau tidak. Setelah itu Bismar akan mencari pijakan hukum untuk melatarbelakangi keputusannya. Lebih jauh lagi,tidak hanya nurani dan UU, Bismar juga akan mencari rujukan Alquran untuk memperkuat keputusan hukumnya. Bagi Bismar, hati nurani, Islam dengan Alquran, merupakan rujukan hukum yang final dalam mempertimbangkan keputusan hukumnya. Meski demikian, sebagai seorang hakim yang berkedudukan di Indonesia, Bismar pun tetap berpegangan pada UU yang berlaku di negaranya. Bismar mencoba menafsirkan dan mengakomodasi pijakan-pijakan hukum tersebut untuk kemudian “menyintesiskannya” dalam bentuk ketetapan hukum yang diputuskan hakim. Dalam berbagai tulisan dan ceramahnya, Bismar selalu menyatakan bahwa hukum yang tertinggi adalah hukum Allah. Keadilan yang tertinggi juga keadilan Allah. Kendati demikian, karena kita hidup dalam dunia yang menggunakan hukum positif yang dibuat oleh manusia, tugas hakim adalah bagaimana mengimplementasikan hukum-hukum tersebut agar mendapatkan keadilan secara maksimal dan tidak bertentangan dengan esensi keadilan yang ingin ditegakkan Allah. Barangkali, dalam konteks inilah, ketika menjabat Ketua Pengadilan Tinggi Medan (1983), Bismar pernah menjatuhkan hukuman tiga tahun penjara kepada pria yang menghamili seorang perempuan yang kemudian tidak jadi dinikahinya. Keputusan Bismar tersebut dianggap kontroversial karena alasan penghukuman itu adalah si pria melakukan penipuan.
  • 3. Bismar menafsirkan bahwa “kemaluan perempuan sebagai barang yang berharga” dan pria yang tidak bertanggung jawab tersebut telah “mengambil” barang tersebut dengan janji-janji yang kemudian tidak ditepatinya. Meski keputusan Bismar ini akhirnya dibatalkan Mahkamah Agung karena alasannya dianggap aneh dan tidak tepat, Bismar telah menunjukkan komitmennya untuk selalu mengikuti tuntunan hati nurani dan agamanya untuk menghukum si pria yang tidak bertanggung jawab itu. Apa yang diputuskan Bismar merupakan hasil ijtihad hukum yang luar biasa di tengah sistem hukum Indonesia yang masih mengikuti paradigma Barat (yang menganggap “hubungan badan yang dilakukan suka sama suka” tanpa menikah tidak bisa dianggap melanggar hukum). Putusan hakim Bismar itu memang akhirnya dianulir. Tapi,cobalah tanyakan kepada setiap orang, khususnya perempuan di mana pun di seluruh dunia, esensi hukum yang menjatuhkan vonis tiga tahun penjara kepada pria ingkar janji tersebut sebenarnya lebih mendekati keadilan. Sayangnya, dalam konteks hukum positif, nurani dan keadilan itu bisa dianulir dengan alasan—yang ironisnya—konon karena pertimbangan hukum itu pula! Dalam kasus lain hakim Bismar juga pernah menjatuhkan hukuman mati kepada Albert Togas (1976). Albert, karyawan PT Bogasari, terbukti bersalah karena membunuh Nurdin Kotto, staf ahli PT Bogasari,dengan cara mutilasi. Padahal Nurdin telah banyak membantu Albert sebelumnya ketika dia masih jadi pengangguran. Dalam perenungan Bismar, orang seperti Albert adalah manusia yang sangat jahat, yang tidak punya rasa perikemanusiaan dan tidak tahu membalas budi seseorang. Karena itu, manusia jahat seperti Albert hanya pantas untuk dihukum mati karena bisa merusak struktur bangunan moral dan kemanusiaan di masyarakat. Dalam Alquran disebutkan bahwa orang yang membunuh orang yang tidak bersalah sama artinya dengan membunuh seluruh umat manusia (QS 5:32). Dalam ajaran moral Kong Hu Cu juga disebutkan bahwa orang yang tidak tahu membalas budi, apalagi membalas pemberian susu dengan air tuba (racun), moralnya jauh lebih hina dari anjing. Orang seperti itu, kata Kong Hu Cu,pantas untuk disingkirkan. Keputusan Bismar memang tampak kejam.Tapi, lebih kejam lagi jika orang jahat dan tidak punya rasa kemanusiaan seperti Albert dibiarkan atau dihukum ringan karena hal itu bisa merusak bangunan moral dan kemanusiaan. Hal yang sama terlihat ketika Bismar menghukum 10 kali lipat dari tuntutan jaksa terhadap pengedar narkoba.
  • 4. Dua terdakwa pengedar narkoba yang dituntut masing-masing 10 dan 15 bulan penjara oleh jaksa dijatuhkan vonis 10 dan 15 tahun oleh Bismar. Saat itu keputusan Bismar dianggap kontroversial karena menghukum puluhan kali lipat dibanding tuntutan jaksa.Tapi, coba bayangkan sekarang,seandainya hakim memutuskan hukuman seperti apa yang dilakukan Bismar terhadap pengedar narkoba, niscaya kondisi peredaran narkoba di Indonesia tidak seperti sekarang. Indonesia sekarang ini telah menjadi surga pengedar narkoba karena hukumnya terlalu lemah dan tidak menimbulkan efek jera terhadap mafia obat terlarang yang telah merusak moral bangsa. Dengan demikian, hakim Bismar dengan hati nuraninya yang dilandasi ajaran Islam telah memberikan warning kepada bangsa Indonesia akan bahaya narkoba di masa depan jika penegak hukum tidak bersikap tegas dan menghukum seberat-beratnya terhadap pengedar narkoba! Saat ini peringatan Bismar yang diabaikan tersebut telah menjadi kenyataan. Bismar kini telah tiada. Sebagai hakim yang lurus dan tidak bisa dibeli, Bismar tetap tegak dengan pendiriannya dalam memutuskan hukuman. Bagi Bismar, hakim adalah perpanjangan tangan Tuhan di muka bumi. Dengan demikian, kata Bismar, kerusakan sebuah negara bergantung hakimnya. Jika hakimnya mau disuap dan bisa dibeli, niscaya Allah akan menghancurkan bangsa tersebut. Sebaliknya jika hakimnya lurus dan adil, rezeki dan kemakmuran akan menyertai bangsa tadi. Di mana posisi bangsa Indonesia saat ini? Anda pasti tahu jawabannya! (Sumber: Seputar Indonesia, 27 April 2012). Tentang penulis: M Bambang Pranowo, guru Besar UIN Ciputat; Direktur Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian. Sumber: http://gagasanhukum.wordpress.com/2012/04/30/bismar-siregar-dan-hukum-islam/ Dikutip (di download) pada tanggal 2 Nopember 2012 pukul 12.18 WIB.
  • 5. Kamis, 10 November 2011 09:40 Heroisme Juris: Lari dari Kegilaan “Met juristen, geen revolutie maken.” (Soekarno) “Tidak ada revolusi bersama ahli hukum (juris)”. Terjemahan bebas atas kutipan Soekarno ini menyiratkan karakteristik ahli hukum yang terlalu hati-hati, konservatif dalam mengambil keputusan, atau bahkan takut pada perubahan yang radikal. Ahli hukum seakan-akan dibatasi oleh silogisme dan deduksi logis yang tertutup dalam konsep-konsep, doktrin- doktrin, atau undang-undang. Ketika seorang juris keluar dari batasan-batasan itu, ia dapat dicap tidak taat asas. Kondisi ini menjadikan perubahan yang drastis adalah kemustahilan dalam alam pikiran ahli hukum. Ahli hukum, pada akhirnya, hanya mengulang penerapan hukum dengan mengatasnamakan asas-asas. Padahal sejatinya, yang baku adalah asas. Sedangkan penafsiran atas keadaan-keadaan yang baru bersifat dinamis. Para juris pada saat ini dapat dikatakan sedang terjangkit kegilaan, ketika mereka terus menerus taat asas demi prosedural belaka, tanpa adanya terobosan, dan pada saat yang bersamaan mengharapkan terwujudnya keadilan yang sejati. Padahal, menurut Albert Einstein, melakukan hal yang sama berulangkali dan mengharapkan hasil yang berbeda adalah sebuah kegilaan. Lepas dari Kegilaan Bismar Siregar, seorang hakim di Pengadilan Tinggi Sumatera Utara, pernah menerobos kegilaan ini di tahun 1983. Ia menganalogikan kehormatan perempuan sebagai barang seperti tertulis dalam Pasal 378 KUHP mengenai penipuan. Bagi Bismar Siregar, kegilaan pada saat itu tersebut perlu untuk memberikan keadilan yang sesuai dengan rasa keadilan dan bukan sekedar keadilan formal (Tempo, 15 Oktober 1983). Upaya Bismar Siregar melepaskan diri dari kegilaan justru dianggap “gila”. Bahkan OC Kaligis menertawakan interpretasi Bismar Siregar (Tempo, 15 Oktober 1983). Hal ini dapat dimaklumi karena interpretasi analogi “diharamkan” dalam hukum pidana. Ditambah pula anggapan bahwa menyamakan kehormatan perempuan dengan barang adalah pelecehan terhadap kehormatan perempuan itu sendiri.
  • 6. Mungkin bagi seorang OC Kaligis logika yang dibangun Bismar adalah logika gila karena menyamakan kehormatan perempuan dengan barang. Upaya lain untuk lepas dari kegilaan ahli hukum bisa dilihat dari kiprah Mahkamah Konstitusi (MK). MK, lembaga yang lahir dari Amandemen UUD 1945, tampil menjadi lembaga yang menegakkan keadilan substansial, dan melakukan terobosan hukum untuk menyelamatkan hak konstitusional warga negara. Salah satu terobosannya, penggunaan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pada Pemilu 2009 sebagai pengganti bagi warga yang tidak memiliki kartu pemilih dan tidak tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap. MK melepaskan diri dari kegilaan dalam sistem pemilu kita selama ini yang menggunakan acuan daftar pemilih dalam memberikan hak konstitusional warga negara dalam menggunakan hak pilih. Upaya dari Bismar Siregar dan MK menegaskan bahwa heroisme juris dalam dunia hukum kita justru mencuat ketika mereka lepas dari kegilaan; kegilaan akan logika prosedural dan formal yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Meski usaha untuk lepas dari kegilaan, justru kadang dianggap gila oleh para penganjur kepastian hukum dan formalisme hukum. Pendidikan Hukum Lalu, bagaimana heroisme juris layaknya Bismar Siregar dan hakim-hakim MK dapat dibangun? It’s all about value. Calon juris di masa datang harus ditanamkan nilai yang tak sekedar nekat terobos sana-sini. Yang dibutuhkan adalah penanaman akan nilai-nilai keadilan substansial kepada calon juris. Pencarian keadilan oleh calon juris harus disadari bukan hanya proses deduksi logis dari peraturan perundangan kepada fakta yang ada. Usaha untuk mencetak heroisme juris ini berawal pada kurikulum pendidikan hukum. Pendidikan hukum harus mampu menanamkan nilai-nilai yang lebih emansipatoris, sekaligus memiliki paradigma yang jelas dan berpihak kepada pencari keadilan substansial. Sayangnya, pendidikan hukum saat ini tak memiliki paradigma seperti itu. Paradigma yang dibangun tetaplah positivisme, dengan berusaha membebasnilaikan hukum. Hukum menjadi berjarak dengan para pencari keadilan. Sejak era otonomi kampus, beberapa fakultas hukum malah lebih pusing memikirkan bagaimana kurikulumnya dapat sinergis dengan pasar kerja. Jika demikian adanya, maka juris Indonesia di masa datang adalah juris berparadigma pasar. Hukum yang dipakai adalah hukum permintaan dan penawaran. Tolok ukur keadilannya pun menjadi sekedar masalah siapa mendapat apa. Bagaimana mungkin mengharapkan heroisme dari juris seperti itu? Karena itu, revolusi pendidikan hukum adalah agenda utama. Revolusi pendidikan hukum niscaya dapat mencetak juris yang lepas dari kegilaan. Inilah tahap awal dari pembibitan mental heroisme juris dalam pencarian keadilan dengan berusaha lepas dari kegilaan berdalih kepastian hukum. Ketika revolusi pendidikan hukum dimulai maka generasi berikutnya akan memulai perubahan radikal dalam dunia hukum. Dan ketika itu pula, kata-kata Soekarno akan dijungkirbalikkan: met juristen, revolutie maken. Sumber: http://www.fokal.info/fokal/component/fokalmagazine/article/382-heroisme-juris-lari-dari- kegilaan.html. Dikutip (di download) pada tanggal 2 Nopember 2012 pukul 12.24 WIB.
  • 7. Kaligis: Bismar Siregar Hakim Bersih, Profesional, dan Tegas Ray Jordan - detikNews foto: Bismar Siregar Jakarta - Pengacara senior OC Kaligis punya kenangan tersendiri dengan sosok Bismar Siregar, kala dia masih menjadi seorang pengacara muda. Bagi Kaligis, Bismad adalah sosok hakim tegas dan profesional. "Pertama sebagai cendekiawan, kedua sebagai hakim dia benar-benar profesional, saya ingat waktu dia jadi hakim di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Timur, nggak pernah mesti ragu-ragu ambil keputusan, karena dia cendekiawan dan pertimbangan hukumnya bagus. Makanya lihat aja pasti banyak yang datang karena dia orang yang baik dan sebagai hakim juga namanya bersih," kata kaligis saat melayat jenazah Bismar di rumah duka, Jl Cilandak I No 25 A, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (19/4/2012). Kaligis mengganggap Bismar sebagai sosok sahabat. Dia yakin banyak orang menganggap Bismar sahabat. Kaligis pun mencontohkan sebuah kasus yang pernah diputus Bismar. "Saya kira dia memutuskan ada pertimbangan hukum, jadi ada legal reason. Pernah dulu pasal 378 dia bilang barang dari wanita itu bisa disita. Tapi tujuannya itu kan bagus bahwa kalau yang begituan itu dikenakan tindakan pidana, kalau zinah atau segala macam. Terus saat ditanya bagaimana caranya, sita aja. Lalu saya komentari kalau disita itu mau disimpan dimana? Nah dia bilang di rumah penyimpanan barang bukti, dan saat kembali ditanyakan siapa yang pegang itu? Tapi ya saya tahu tujuannya itu. Almarhum mau mengatakan kalau itu tindakan pidana," kenangnya. Menurut dia, Bismar menutup usia dengan track record yang sangat baik. "Beliau di Mahkamah Agung karirnya selesai dengan baik dan nggak ada masalah," pungkasnya. Bismar meninggal pada hari ini pukul 12.20 WIB di RS Fatmawati. Bismar dirawat di rumah sakit pelat merah sejak Senin 16 April. Dia mendadak pingsan saat melukis di rumahnya. (van/ndr) Sumber: http://news.detik.com/read/2012/04/19/191652/1896754/10/. Dikutip (di download) pada tanggal 2 Nopember 2012 pukul 12.38 WIB.