SlideShare a Scribd company logo
1 of 65
1
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU
BESALIN PADA NY “D” DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI BIDAN
PRAKTEK SWASTA SAYANG BUNDA KABUPATEN MUNA
TANGGAL 06 JULI 2014
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
di AkademiKebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
Nurlili
NIM 2011.1B.0084
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2014
2
3
4
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Nurlili.
2. Tempat/ tanggal lahir : Pemana, 11 november 1992.
3. Agama : Islam.
4. Suku/Kebangsaan : Buton /Indonesia.
5. Alamat : Jln. Anggrek.
B. Identitas Orang Tua
1. Nama Ayah/Ibu : Dahlan / Kalsum.
2. Pekerjaan : IRT / Swasta.
3. Alamat : Desa Pemana.
C. Pendidikan :
1. SD Inpres Pemana Tahun 2005.
2. SMP Swasta Pemana Tahun 2008.
3. SMA Negeri 01 Kefamenanu Tahun 2011.
4. Terdaftar di Akademi Kebidanan Paramata Raha Tahun 2011 sampai
sekarang.
iv
5
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi
Kasus yang berjudul “ Menajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Intranatal pada Ny “D” dengan Ketuban Pecah Dini Di Bidan Praktek Swasta Sayang
Bunda Di Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014” yang diajukan guna memenuhi
salah satu tugas pada Program Studi Diploma III Kebidanan.
Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tiada henti penulis
haturkan kepada Asmaidah, S.ST. dan L.A Sukarna Parsan, S.KM., M.Kes. selaku
pembimbing atas kesediaannya baik berupa waktu, bimbingan, motivasi, petunjuk,
pengarahan dan dorongan baik moril maupun materil yang begitu sangat berharga.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini dengan penuh kerendahan
hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes. selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite Kabupaten
Muna yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di
Akademi Kebidana Paramata Raha Kabupaten Muna.
2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes. selaku direktur Akademi Kebidana Paramata Raha
Kabupaten Muna yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di Akademi Kebidana Paramata Raha Kabupaten Muna.
3. Wa Ode Siti Asma, S.ST., M.Kes. selaku Penguji Karya Tulis Ilmiah.
v
6
4. Seluruh jajaran Dosen dan para Staff Akademi Kebidana Paramata Raha Kabupaten
Muna yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ayahanda Dahlan dan Ibunda Kalsum yang paling kucintai, yang telah memberikan
segala dukungan baik moril maupun materil serta doa restu dan kasih sayangnya yang
tidak pernah putus selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidana Paramata Raha
Kabupaten Muna hingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT tetap
menjaga orang-orang yang paling kusayangi dalam balutan rahmat dan hidayah-Nya.
6. Hj.Ratiah Desi, AMd.Keb. yang sudah membantu saya selama menjalani pendidikan di
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna hingga saya menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
7. Sahabat-sahabatku yaitu Sukria Ummu Kaltsum, Sabtu Riyanti, Siti Sariati Rompone,
Waode Rahmawati,Lela Amelia Muri dan seluruh temanku tingkat III dan semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memotivasi
selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
Penulis menyadari studi kasus ini masih banyak kekurangan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penulisan
studi kasus selanjutnya. Semoga Laporan Studi Kasus ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis pada khususnya.
Raha, September 2014
Penulis
vi
7
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................... i
Lembar Persetujuan............................................................................ ii
Lembar Pengesahan............................................................................. iii
Riwayat Hidup..................................................................................... iv
Kata Pengantar..................................................................................... v
Daftar Isi............................................................................................... vii
Intisari................................................................................................... ix
Bab I Pendahuluan............................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan...................................................... 3
C. Tujuan Telaah............................................................................. 3
D. Manfaat telaah............................................................................ 4
E. Metode Telaah............................................................................ 5
F. Sisitematika Penulisan................................................................ 6
Bab II TinjauanPustaka........................................................................ 8
A. Telaah Pustaka............................................................................. 8
1. Persalinan……………………………………......................... 8
2. Ketuban Pecah Dini ………………………………................ 12
B. Konsep Manajemen Kebidanan................................................... 17
1. Pengertian Menajemen Kebidanan............................................. 17
2. Prinsip-prinsip Menajemen ........................................................ 18
C. Langkah-Langkah Manajemen........................................................ 18
1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar ............................................ 18
2. Langka II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual.................... 19
3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial............... 20
4. Langkah IV. Tindakan Segera dan Kolaborasi........................... 20
5. Langkah V. Rencana Asuhan Kebidanan .................................. 21
6. Langkah VI. Implementasi Asuhan Kebidanan......................... 23
7. Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan................................. 23
D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan ................................................... 23
vii
8
1. Definisi Dokumentasi ................................................................ 23
2. Unsur-unsur Dokumentasi ......................................................... 24
Bab III Studi Kasus..................................................................................... 28
A. Manajemen
1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar............................................. 28
2. Langka II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual.................... 34
3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial............... 38
4. Langkah IV. Tindakan Segera dan Kolaborasi........................... 39
5. Langkah V. Rencana Asuhan Kebidanan................................... 39
6. Langkah VI. Implementasi Asuhan Kebidanan.......................... 43
7. Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan................................. 44
B. Pendokumentasian...................................................................... 44
Bab IV Pembahasan.................................................................................... 50
A. Identifikasi Data Dasar.................................................................... 50
B. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual.......................................... 52
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial......................................... 55
D. Tindakan Segera dan Kolaborasi..................................................... 55
E. Rencana Asuhan Kebidanan............................................................ 56
F. Implementasi Asuhan Kebidanan.................................................... 57
G. Evaluasi Asuhan Kebidanan............................................................ 57
Bab V Kesimpulan Dan Saran.................................................................... 58
A. Kesimpulan..................................................................................... 58
B. Saran............................................................................................... 60
Daftar Pustaka............................................................................................. 62
Lampiran
viii
9
INTISARI
NURLILI (2011.IB.0084) “Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny”D” Dengan Ketuban Pecah Dini di BPS
Kabupaten Muna Tanggal 06 Juni 2014” Di bawah bimbingan Ibu Asmaidah,
S.ST. dan Bapak L.A. Sukarna Parsan, S.KM., M.Kes. (ix + 62 hal)
Latar Belakang : Berdasarkan Lembaga Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007 AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2009 AKI 226
per 100.000 per kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2007 AKB sebanyak 34 per 1.000
kelahiran hidup. Dengan AKI 228/100.000 KH berarti ada 9.774 ibu meninggal per
tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas.
Tujuan Telaah : Terlaksananya Asuhan Kebidanan pada Ny.“D” GIP0A0 Ibu
Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda
Kabupaten Muna Tanggal 16 Juli 2014 dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan 7 langkah Varney dan pendokumentasian.
Metode Telaah : Studi kasus ini menggunakan metode Studi Kepustakaan, Studi
Kasus, Studi Dokumentasi dan Diskusi.
Hasil Studi Kasus : Setelah mendapatkan asuhan dalam Ibu Bersalin selama 7 jam,
didapatkan hasil keadaan umum ibu baik dan kesadaran kompesmentis, tanda-tanda
vital yaitu Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 80 kali/ menit, Suhu 37,5 0C dan
Pernapasan 22 kali/ menit, DJJ 138x/menit,tidak terjadi infeksi maternal,persalinan
berlangsung normal,ibu dan anak selamat.
Kesimpulan dan Saran : Pada studi kasus ini, yang dimulai dari pengkajian,
interpretasi data, diagnosa potensial, perlunya tindakan segera/kolaborasi, rencana
tindakan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi tidak ada kesenjangan yang berarti dan
semua permasalahan teratasi.
Kata Kunci : Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini
Daftar Pustaka : 19 (1998-2014)
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan
masalah besar negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia World Health Organization ( WHO ) memperkirakan diseluruh
dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil, bersalin dan nifas ,
(Depkes RI, 2010).
Berdasarkan Lembaga Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2009 AKI 226 per 100.000 per
kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2007 AKB sebanyak 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Dengan AKI 228/100.000 KH berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 ibu
meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas
, (Depkes RI, 2010).
Awal persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak terjadi
kontraksi uterus yang teratur sampai terjadi pembukaan lengkap hingga keluarnya
janin, plasenta dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir , Rohani, (2011).
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Dimana
Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap
infeksi, (Sarwono, 2010).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan /
sebelum inpartu,pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir
1
2
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD yang memajang adalah
KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan, (Taufan, 2012).
Walaupun penyebab tentang KPD, masih belum diketahui dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah
infeksi, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C), inkompetensi
servik, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan selaput ketuban, (Taufan,
2010).
Penyebab kematian ibu 90% disebabkan oleh pendarahan, eklamsia, infeksi, partus
lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar
persalinan yang sebenarnya dapat dicegah, sedangkan 10% disebabkan oleh komplikasi
persalinan lain, (Depkes RI, 2010). Seperti yang telah diuraikan diatas salah satu dari
penyebab kematian ibu adalah infeksi. Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban
pecah dini, (Sarwono, 2010).
Pada kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Pada
umur kehamilan kurang dari 34 minggu sekitar 4 %, Manuaba, (2010). di indonesia
kejadian ketuban pecah dini sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665
kelahiran.(www.hanungdyah.blogspot.com, diakses Juni 2014).
Berdasarkan Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten
Muna, angka kejadian ketuban pecah dini pada tahun 2013 berjumlah 21 orang
sedangkan pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai April berjumlah 22 orang.
Berdasarkan data tersebut, maka penulis tertarik untuk memaparkan
permasalahan yang dituangkan dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah tentang Manajemen
dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny. D dengan ketuban
3
pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli
2014.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah ini adalah Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny”D” Dengan Ketuban Pecah
Dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan Intranatal pada Ny”D” dengan Ketuban Pecah Dini di Bidan Praktek
Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
2. Tujuan khusus
a. Melaksanakan pengumpulan data dan analisa data pada Ny”D” dengan ketuban pecah
dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini di
Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
c. Merumuskan dan menegakan diagnosa/masalah potensial pada Ny”D” dengan ketuban
pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli
2014.
d. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera/kolaborasi pada Ny”D” dengan ketuban
pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli
2014.
e. Menentukan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny”D” dengan ketuban pecah
dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
4
f. Melaksakan asuhan kebidanan pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini di Bidan
Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
g. Melakukankan evaluasi tindakan kebidanan pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini di
Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
h. Melaksanakan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Ny”D” dengan ketuban
pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli
2014.
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat akademik
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir di jenjang
pendidikan program Diploma III Kebidanan Akademi Kebidanan Paramata Raha.
2. Manfaat ilmiah
Merupakan kontribusi pemikiran bagi penulis dalam proses penerapan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh khususnya tentang ketuban pecah dini.
3. Manfaat praktis
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan
program baik di Depkes, BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna dalam menyusun
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program upaya pencegahan ketuban pecah
dini.
4. Manfaat bagi penulis
Merupakan pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan menambah wawasan tentang faktor yang berhubungan dengan
ketuban pecah dini.
5. Manfaat bagi institusi
5
Merupakan input dalam memberikan bekal bagi mahasiswa agar berhasil dalam
menetapkan manajemen asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini.
E. Metode Telaah
Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode :
1. Studi kepustakaan
Penulis mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan kasus yang dibahas
dari beberapa buku dan informasi internet.
2. Stusdi kasus
Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan yang meliputi 7
langkah varney yaitu : identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi diagnosa/masalah
aktual, identifikasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan
kolaborasi, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan dan
evaluasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Anamnese/wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarga yang dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis (head totoe) meliputi inspeksi,
palpasi, auskultasi.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai kebutuhan klien dengan menggunakan
format pengkajian. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menunjang hasil pengkajian data
dan hasil pemeriksaan fisik, untuk membantu menegakkan diagnosa.
6
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi ini dilakukan dengan mempelajari status klien baik yang bersumber
dari catatan dokter atau bidan maupun hasil pemeriksaan diagnostik.
4. Diskusi
Dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan tenaga kesehatan yaitu bidan yang
menangani langsung klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen pembimbing Studi
Kasus.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran pengetahuan umum tentang Studi Kasus ini,
yang terdiri dari lima bab sebagai titik tolak pembahasan. Dalam karya tulis ini dapat
dilihat secara garis besar tentang sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan : Latar Belakang, Ruang Lingkup Pembahasan, Tujuan Telaah ,
Manfaat Telaah, Metode Telaah, Sistemetika Penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka : Telaah Pustaka, Ketuban Pecah Dini, Konsep Manajemen
Kebidanan,Pengertian Manajemen, Langkah–langkah Manajemen Kebidanan ,
Dokumentasi Asuhan Kebidanan.
Bab III Studi Kasus : Pengumpulan Data Dasar, Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Aktual, Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial, Menilai Perlunya Intervensi
Segera, Konsultasi dan Kolaborasi, Perencanaan Asuhan Kebidanan, Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan, Evaluasi Kefektifan Asuhan, Pendokumentasian.
Bab IV Pembahasan : Pada bab ini, diuraikan tentang kesenjangan antara teori dan
fakta yang telah di dapatkan di lahan praktek pada pelaksanaan asuhan kebidanan
pada klien dengan kasus ketuban pecah dini.
Bab V Kesimpulan Dan Saran : Kesimpulan, Saran Daftar Pustaka Lampiran
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Persalinan
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya,
tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan
ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan
pelayanan dengan fasilitas yang memadai, (Manuaba, 2010).
a. Jenis Persalinan
Ada dua klasifikasi persalinan, yaitu berdasarkan cara dan usia kehamilan
menurut (Asrinah, 2010), yaitu:
1) Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan :
a) Persalinan normal (spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.
b) Persalinan buatan adalah proses persalinan dengan bantuan dari tenaga
luar.
c) Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan
2) Menurut usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan, yaitu :
a) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diluar kandungan.
7
8
b) Persalinan Prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan 28-36
minggu dengan berat janin kurang dari 2499 gram.
c) Persalinan Matur adalah persalinan dengan usia kehamilan 37-42 minggu
dan janin di atas 2500 gram.
d) Persalinan Serotinus adalah persalinan dengan usia kehamilan lebih dari
42 minggu atau 2 minggu lebih dari waktu partus yang ditaksir.
b. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan
1) Penurunan kadar hormone progesterone
2) Stimulasi / rangsangan hormone oksitocin
3) Peregangan otot uterus
4) Pengaruh janin
5) Rangsangan hormon prostaglandin
(Ambar, 2011)
c. Tanda-tanda Persalinan
Tanda – tanda mulainya persalinan menurut (Manuaba, 2010), yaitu:
1) Terjadinya His persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas pinggang
terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek,
dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan
(pembukaan) serviks, makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah.
2) Pengeluaran Lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan
pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena pembulh darah kapiler pecah.
9
3) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang
menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
d. Factor-faktor yang berperan dalam Persalinan
Adapun factor-faktor yang berperan dalam persalinan menurut (Rohani, 2011)
adalah :
1) Kekuatan mendorong janin keluar (power)
a) His (kontraksi uterus)
b) Kontraksi otot-otot dinding perut
c) Kontraksi diafragma
2) Faktor janin (passenger)
a) Sikap janin
b) Letak janin
c) Posisi janin
d) Presentasi janin
3) Jalan lahir (passage)
4) Psikologi ibu (psikologik)
a) Persiapam fisik untuk melahirkan
b) Pengalaman persalinan
c) Dukungan orang terdekat
d) Integritas emosional
5) Penolong persalinan
e. Tahap-tahap Persalinan
Tahap – tahap persalinan menurut (Rohani, 2011), yaitu:
10
1) Kala I atau kala pembukaan
Inpartu (partus dimulai) dutandai dengan keluarnya lendir bercampur darah
(Bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar
(effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar
kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka.
Kala I pada primigravida berlangsung 13 – 14 jam sedangkan pada
multigravida 6 – 7 jam.
Kala pembukaan dibagi dalam dua fase, yaitu:
a) Fase laten: dimana pembukaan serviks berlangsung; lambat sampai
pembukaan 3 cm berlangsung 7 – 8 jam
b) Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
(1)Periode akselerasi, berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
(2)Periode dilatasi maksimal (Steady): selama 2 jam pembukaan 4 – 9 cm
(3)Periode Deselerasi, berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
2) kala II atau Kala pengeluaran
Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap dan berakhir dengan lahirnya
bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.
3) Kala III atau Kala pengeluaran plasenta
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban. Seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
4) kala IV atau Kala pengawasan
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses tersebut.
Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda
11
– tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan selama 2 jam setelah kelahiran plasenta.
Perdarahan dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
2. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda –
tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. (Manuaba,
2010). Ketuban Pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten), (Taufan,
2012). Ketuban Pecah dini atau spontaneous/prematur of membrane (PROM)
adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu pembukaan pada primi kurang dari
3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm, (Mochtar, 1998).
a. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah :
1) Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban biasa menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini.
2) Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan dan kuretase).
3) Tekanan intera uteri yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidroamniom, gemeli.
4) Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam maupun
amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
12
5) Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
6) Keadaan sosial ekonomi.
b. Tanda dan Gejala
1) Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
2) Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes,dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
3) Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila anda duduk atau berdiri,kepala janin yang sudah terletak dibawah
biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
4) Demam , bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. (Taufan, 2012).
c. Diagnosa
Diagnosa Ketuban Pecah Dini ditegakkan dengan cara :
1) Anamnese
Penderita mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir,
cairan berbau khas, keluarnya cairan sebelum ada his atau his belum teratur
dan belum ada pengeluaran lendir dan darah.
2) Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, periksaan ini
akan lebih jelas.
13
3) Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan spekulum pada ketuban pecah dini akan tampak keluar cairan
dari orifisium uteri eksternum(OUE), kalau belum juga tampak keluar,
fundus uteri ditekan, penderita diminta untuk mengedan atau bagian terendah
digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul
pada fornik anterior.
4) Pemeriksaan dalam
Di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada
kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina
yang normal. Mikroorganisme tersebut biasa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam
persalinan dan dibatasi sedikit mungkin. (Taufan, 2012).
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PH-nya.
Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban,urine atau sekret
vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna,tetap kuning. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru ,menunjukkan adanya air ketuban(alkalis). Mikroskopik (tes pakis),
dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering,
pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
14
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
(Taufan, 2012).
e. Komplikasi
1) Komplikasi yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS = Respiratory Distres Sindrome),
yang terjadi pada 10-40 % bayi baru lahir.
2) Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.
3) Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan
terjadinya karioamnionitis (radang pada karion dan amnion).
4) Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
5) Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.
6) Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm.
(Taufan, 2012)
f. Penanganan
1) Konservatif
a) Rawat di Rumah Sakit dengan tirah baring
b) Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari)
c) Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes busa
negative : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan
janin. Terminasi pada umur kehamilan 37 minggu.
15
e) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
f) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan
induksi.
g) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin)
h) Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan priksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama
2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2) Aktif
a) Kehamilan < 37 mingggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio caesar.
Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg - 50 µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan
diakhiri :
(1)Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio Caesar.
(2)Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(Sarwono, 2010).
B. Konsep Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang
digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah-langkah dalam
manajemen kebidanan merupakan alur piker bidan dalam pemecahan masalah atau
pengambilan keputusan klinis, (Astuti, 2012).
16
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan,
keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengabilan keputusan yang berfokus
pada klien, (Simatupang, E. J. 2008).
Varney menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan
masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970an. Proses ini
memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian, pemikiran, dan tindakan-
tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan bagi klien maupun tenaga
kesehatan. Proses ini mengraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberian
asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja,
melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman
dapat tercapai, (Asrinah, 2010).
2. Prinsip-Prinsip Manajemen
a) Efisiensi
Bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan sarana yang perlu/dengan
menggunakan sarana sesedikit mungkin.
b) Efektifitas
Seberapa besar suatu tujuan sedang atau telah tercapai rasional dalam mengambil
keputusan. Keputusan merupakan suatu pilihan dari dua atau lebih tindakan.
Pengambilan keputusan merupakan jawaban atas pertanyaan tentang perkembangan
suatu kegiatan. (Sudarti, 2010).
C. Langkah – langkah Manajemen Kebidanan
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang dimulai dengan pengumpulan
data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan
kerangka kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi. Setiap langkah, dapat
17
dipecah/dirubah untuk sebagai batas tugas dan kewajiban, dan ini sangat bervariasi
sesuai dengan kondisi klien saat itu. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar
Dalam mengumpulkan data subjektif dan data objektif yang perlu dikaji yaitu:
a. Data Subyektif
Data subyektif yang ditemui pada kasus ibu bersalin dengan Ketuban Pecah
Dini yaitu gejala dan tanda yang dapat mengarahkan diagnosis adanya suatu
persalinan diantaranya yaitu pengeluaran lender campur darah dengan kapan, berapa
banyak, warnanya, nyeri/ tidak, jumlah his meliputi sejak kapan cepat dan sejak
kapan berkurang dan menjadi lemah (Lusa, 2010). kemungkinan keluhan utama yang
ditemui pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu menurut (Taufan,
2010), pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/inpartu, pada pembukaan <
4 cm.
Menurut (Mustika, 2013), keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak berbau amoniak,mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
b. Data Obyektif
Pemeriksaan umum pada pasien kala I fase laten dengan ketuban pecah dini
ditemukan pada pemeriksaan khusus dilakukan pemeriksaan inspeksi abdomen pada
pasien kala I fase laten dengan ketuban pecah dini, keluar cairan melalu vagina dan
inspeksi genitalia bagian luar tampak pengeluaran air-air dari vagina dilakukan
aauskultasi untuk mendengar denyut jantung jantung janin dengan fetoskop dan
hasilnya (+). Pada pemeriksaan genitalia, didapatkan vagina elastis,portio tebal,
pembukaan 3 cm, ketuban (-),presentase kepala, posisi UUK kanan depan, molase (-),
penurunan hodge I, kesan panggul normal, dan adanya cairan amnion, berbau khas,
warna putih keruh.
18
2. Langkah II. Indentifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Langkah ini dikembangkan dari interprestasi data ke dalam masalah atau
diagnosa. Menurut (Eni, 2011), diagnosa persalinan yaitu gravid para abortus, usia
kehamilan, keadaan janin baik/ tidak, presentase, masuk panggul atau tidak, penurunan
kepala, fase, dengan inpartu kala II lama, inersia uteri sekunder, inersia uteri primer,
persalinan macet, ruptura uteri, infeksi atau sepsis, malposisi juga malpresentasi, ketuban
pecah dini, pre-eklampsia dan juga eklampsia serta trauma perineum. dengan masalah
ketuban pecah dini dapat berupa keluhan utama.
3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Diagnosa potensial inpartu kala I fase laten dengan masalah Ketuban Pecah Dini
menunurut (Taufan, 2010) yaitu terjadinya infeksi intrauterin, partus premature,tali pusat
menumbung, distosia (partus kering). Menurut (sarwono, 2010) diagnosa potensial yang
bisa terjadi dari Ketuban Pecah Dini yaitu infeksi maternal dan neonatal, persalinan
premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden
seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
4. Langkah IV. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi
Beberapa data memberi indikasi adanya situasi emergensi dimana bidan
harus bertindak segera dalam rangka menyelamatkan nyawa ibu atau janin.
Tindakan segera yang dibutuhkan pada pasien kala I fase laten dengan ketuban
pecah dini yaitu lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien,
termasuk tanda-tanda vital dan memperbaiki keadaan umum pasien dengan
pemasangan infuse dan pemberian oksigen. Beberapa jenis data dapat
menunjukkan adanya situasi yang memerlukan tindakan segera sambil menunggu
tindakan dokter. Pada situasi lain yang tidak dalam keadaan emergensi akan tetapi
tetap membutuhkan konsultasi atau kolaborasi dokter.
19
Dalam hal ini untuk pengumpulan data pada kasus inpartu kala I fase laten
dengan ketuban pecah dini yaitu perlu dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk
mencegah masalah potensial seperti terjadi bayi lahir dengan asfiksia. Tindakan
kolaborasi yang dibutuhkan yaitu kolaborasi dokter ahli kandungan tentang
pemberian obat-obatan dan proses persalinan yang cepat. (Lusa, 2012).
5. Langkah V. Rencana Asuhan
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi
klien, atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap perempuan tersebut, seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk
klien. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana
asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien.
1. Konservatif
a) Rawat di Rumah Sakit dengan tirah baring
b) Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari)
c) Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes busa
negative : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan
janin. Terminasi pada umur kehamilan 37 minggu.
20
e) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
f) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan
induksi.
g) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin)
h) Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan
paru janin, dan bila memungkinkan priksa kadar lesitin dan spingomielin tiap
minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason
IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
a) Kehamilan < 37 mingggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio caesar. Dapat
pula diberikan misoprostol 25 µg - 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan diakhiri
:
c) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio Caesar.
d) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(Sarwono, 2010).
6. Langkah VI. Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dalam langkah kelima
harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan, atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Dalam situasi dimana bidan melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter,
dan masih tetap terlibat dalam penatalaksanaan perawatan klien yang mengalami
komplikasi, maka seorang bidan yang memikul tanggung jawab untuk pelaksanaan
21
tindakan kolaborasi dan perawatan secara menyeluruh bagi pasien. Implementasi
yang efektif dapat mengurangi biaya perawatan dan meningkatnya kualitas
pelayanan kepada pasien. Dalam hal ini untuk pengumpulan data pada kasus
inpartu kala I fase laten dengan ketuban pecah dini yaitu melaksanakan asuhan
sesuai rencana asuhan.
7. Langkah VII. Evaluasi
Pada langkah ini, dilakukan evaluasi efektifitas dari asuhan yang sudah diberikan,
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis
(Asrinah, 2010).
D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan
1. Definisi Dokumentasi
Secara umum dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu catatan otentik
atau semua surat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan
hokum, (Sudarti, 2010).
Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan
yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk
kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis
dengan tanggung jawab bidan, (Sudarti, 2010).
Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan yang
lengkap dan akuratterhadap keadaan/kejadian yang dilahat dalam pelaksanaan
asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan), (Sudarti, 2010).
22
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.
Metode 4 langkah yang di sebut SOAP ini di hasilkan dari proses pemikiran
penatalaksanaan kebidanan. Metode SOAP di pakai untuk mendokumentasikan
asuhan pasien dalam rekam medis sebagai catatan kemajuan informasi yang
sistematis yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan menjadi suatu rencana
asuhan (Asrinah, 2010).
2. Unsur-unsur Dokumentasi
Menurut Varney (2007), alur pikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7
langkah. Agar orang lain mengetahui apa yang telah dilaksanakan oleh bidan
melalui proses berpikir sistematis maka dilakukanlah pendokumentasian dalam
format SOAP, yakni:
S : Subyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamneses,sebagai langkah 1 Varney. kemungkinan keluhan utama
yang ditemui pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu menurut
Taufan.N. (2010), pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/inpartu, pada
pembukaan < 4 cm, menurut Mustika (2013), keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak berbau amoniak,mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah.
O : Obyektif, menggambarkan pendokumentasian hasilpemeriksaan fisik
klien melalui anamneses, sebagai langkah 1 Varney. pasien kala I fase laten dengan
ketuban pecah dini ditemukan pada pemeriksaan khusus dilakukan pemeriksaan
inspeksi abdomen pada pasien kala I fase laten dengan ketuban pecah dini, keluar
cairan melalu vagina dan inspeksi genitalia bagian luar tampak pengeluaran air-air
dari vagina dilakukan aauskultasi untuk mendengar denyut jantung jantung janin
23
dengan fetoskop dan hasilnya (+). Pada pemeriksaan genitalia, didapatkan vagina
elastis,portio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-),presentase kepala, posisi UUK
kanan depan, molase (-), penurunan hodge I, kesan panggul normal, dan adanya
cairan amnion, berbau khas, warna putih keruh.
A : Assesment, menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi diagnosa atau
masalah aktual, antisipasi diagnosa atau masalah potensial dan perlunya
intervensi segera oleh bidan atau dokter, konsultasi kolaborasi dan rujukan.
Menggambarkan langkah 2, 3, dan 4 Varney. Menurut (Eni, 2011), diagnosa
persalinan yaitu gravid para abortus, usia kehamilan, keadaan janin baik/
tidak, presentase, masuk panggul atau tidak, penurunan kepala, fase, dengan
inpartu kala II lama, inersia uteri sekunder, inersia uteri primer, persalinan
macet, ruptura uteri, infeksi atau sepsis, malposisi juga malpresentasi, ketuban
pecah dini, pre-eklampsia dan juga eklampsia serta trauma perineum. dengan
masalah ketuban pecah dini dapat berupa keluhan utama. Diagnosa potensial
inpartu kala I fase laten dengan masalah Ketuban Pecah Dini menunurut
(Taufan, 2010) yaitu terjadinya infeksi intrauterin, partus premature,tali pusat
menumbung, distosia (partus kering). Menurut (sarwono, 2010) diagnosa
potensial yang bisa terjadi dari Ketuban Pecah Dini yaitu infeksi maternal dan
neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat,
deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya
persalinan normal. Menurut (Lusa, 2012),Tindakan kolaborasi yang
dibutuhkan yaitu kolaborasi dokter ahli kandungan tentang pemberian obat-
obatan dan proses persalinan yang cepat.
24
P : Planning, menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi
perencanaan berdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney.
1. Konservatif
a) Rawat di Rumah Sakit dengan tirah baring
b) Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari)
c) Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes
busa negative : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada umur kehamilan 37 minggu.
e) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
f) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan
induksi.
g) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin)
h) Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan priksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
a) Kehamilan < 37 mingggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio caesar.
Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg - 50 µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan
diakhiri :
25
c) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio Caesar.
d) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(Sarwono, 2010).
26
BAB III
STUDI KASUS
A. Manajemen
Pada bab ini menguraikan tentang bagaimana penerapan manajemen
kebidanan yang di mulai dari pengumpulan data dasar sampai evaluasi pada Ny. “D”
Intranatal Patologi hamil yang pertama, belum pernah melahirkan dan tidak pernah
keguguran masuk BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna tanggal 06 Juli 2014 pukul
02.00 WITA dengan keluhan keluar air – air dari jalan lahir sejak tanggal 05 Juli
2014 jam 16.00 WITA, dilakukan pengkajian pada tanggal 06 Juli 2014 Jam 02.15
WITA. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Langkah I : Identifikasi Data Dasar
a. Identitas Istri / Suami
Nama : Ny.”D” / Tn.”B”
Umur : 28 tahun / 32 tahun
Suku : Bugis / Sunda
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Swasta
Pernikahan Ke : I / I
Alamat : Jln.Dewi Sartika
b. Data Biologis Fisiologis
1) Keadaan persalinan sekarang
Ibu mengatakan nyeri perut tembus belakang dan keluar air-air yang banyak
dari jalan lahir berwarna putih keruh dan berbau amis sejak tanggal 05 juli 2014
26
27
jam 16.00 Wita. Usaha ibu untuk mengatasi keluhan dengan datang ke BPS Sayang
Bunda Kabupaten Muna.
2) Riwayat kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan hamil yang pertama, dan tidak pernah keguguran. Hari
pertama haid terakhir tanggal : 05-10-2013. Ibu mengatakan usia kehamilannya 9
bulan dan masih merasakan pergerakan janinnya hingga saat mau bersalin pada
perut sebelah kanan. Selama hamil tidak pernah mengalami mual-muntah
berlebihan dan tidak pernah mengalami demam tinggi.
3) Riwayat Reproduksi
a) Menarche pada usia : 15 tahun
b) Siklus haid : 28 – 29 hari
c) Durasi haid : 4 - 5 hari
d) Perlangsungan : normal dan tidak ada gangguan pada saat haid.
4) Riwayat kesehatan yang lalu sampai sekarang
a) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit asma, jantung, hipertensi,
malaria, TBC, hepatitis B.
b) Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit Diabetes Melitus dalam keluarga
c) Ibu mengatakan tidak ada riwayat opname, operasi (kista dan kanker)
d) Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi dan ketergantungan terhadap obat –
obatan dan makanan tertentu.
e) Ibu mengatakan tidak merokok dan tidak mengonsumsi alcohol
5) Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
6) Riwayat Ginekologi
a) Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit neoplasma ( tumor )
b) Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular seksual.
28
7) Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a) Kebutuhan Nutrisi
Ibu mengatakan memiliki kebiasaan pola makan teratur, jenis makanan
meliputi nasi, ikan, sayur, buah, dan kadang susu, frekuensi makan 3 x sehari,
nafsu makan baik dan minum 7 - 8 gelas/hari. Selama hamil : nafsu makan
berkurang selama 1 bulan. Perubahan selama persalinan : Ibu hanya makan
nasi dan minum air putih saja.
b) Kebutuhan eliminasi
1) Kebiasaan Buang Air Kecil
Ibu mengatakan sebelum hamil kebiasaan sehari – hari buang air
kecil dengan frekuensi 5 - 7 x/hari, berwarna kuning, bau khas amoniak
dan tidak ada gangguan buang air kecil. Selama hamil, frekuensi buang air
kecil meningkat menjadi 6 - 8 x/hari. Perubahan Selama Persalinan :
frekuensi buang air kecil ibu hanya 2 – 3 x saja.
2) Kebiasaan Buang Air Besar
Ibu mengatakan sebelum hamil kebiasaan sehari – hari buang air
besar dengan frekuensi 1x sehari, berwarna kuning kecoklatan, konsistensi
lunak dan padat dan tidak ada gangguan. Selama hamil tidak mengalami
perubahan. Perubahan Selama Persalinan : ibu Buang Air Besar hanya 1x.
c) Kebutuhan kebersihan diri (Personal Hygiene)
Ibu mengatakan keramas 2-3 x seminggu mengunakan shampo,
menggosok gigi dan mulut 2x sehari menggosok gigi setelah sarapan dan
sebalum tidur menggunakan pasta gigi, mandi 2x sehari menggunakan sabun
mandi, genitalia dibersihkan setiap kali mandi dan setiap kali selesai buang air
besar/buang air kecil, pakaian diganti setiap kali selesai mandi dan setiap kali
29
kotor serta kuku tangan dan kaki dipotong setiap kali panjang. Selama hamil
tidak ada perubahan.
d) Kebutuhan aktivitas / istirahat
1) Ibu mengatakan tidur siang/istrahat siang  2 jam dan tidur malam/
istrahat malam  8 jam dan selama hamil tidak ada perubahan. Selama
persalinan ada perubahan ibu tidak bisa tidur karena sakitnya semakin
bertambah.
2) Ibu mengatakan pekerjaan rumah dikerjakan sendiri selama persalinan ada
perubahan ibu tidak melakukan pekerjaan rumah.
8) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum ibu baik.
b) Kesadaran composmentis
c) Tafsiran persalinan tanggal : 12 – 07 – 2014
d) Berat badan : 60 kg
e) Tinggi badan : 155 cm
f) Lingkar lengan atas (LILA) : 23 cm
g) Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah : 110 / 80 mmhg
2) Nadi : 80 x / menit
3) Pernapasan : 22 x / menit
4) Suhu : 36,50
C
h) Pemeriksaan khusus (Inspeksi, Palpasi,Auskuktasi dan Perkusi)
1) Wajah/Muka
wajah tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada oedema
2) Mata
Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterus
30
3) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada distensi vena jugularis.
4) Payudara
Simetris kiri dan kanan, hyperpigmentasi pada areola mamae, dan putting
susu menonjol, tidak ada benjolan dan kolostrum ada bila di pencet.
5) Abdomen
pembesaran perut sesuai umur kehamilan, tidak ada luka bekas operasi,
tonus otot perut kencang, dan tampak linea nigra, tidak ada nyeri tekan
pada perut ibu
Pengukuran : TFu : 34 cm.
LP : 93 cm.
TBJ : 3162 gram.
Leopold I : Teraba bokong,
Leopold II : Punggung Kiri.
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Kepala Sudah Masuk PAP ( Divergen )
DJJ : 140 x / menit, terdengar jelas pada sisi kiri bawah perut
ibu.
6) Ekstermitas Atas dan Bawah
Simetris kiri dan kanan, tidak ada varices, tidak ada oedema, reflex patella
(+) kiri dan kanan.
31
7) Pemeriksaan Dalam :
Melakukan pemeriksaan dalam tanggal 06 Juli 2014 Jam 02.00
wita, hasil : vagina elastis, porsio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-),
presentase kepala, molase (-), posisi UUK kanan depan, penurunan hodge
II, kesan panggul normal, pelepasan Cairan amnion, berbau khas, warna
putih keruh .
8) Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium : Tidak dilakukan
USG : Tidak dilakukan
c. Data Psikologis/Sosial
1) Ibu menanyakan terus tentang keadaannya sekarang
2) Dalam pengambilan keputusan dilakukan bersama suami
3) Hubungan ibu dan suami sangat baik
4) Hubungan ibu dengan anggota keluarga serta tetangga sangat baik.
d. Data Spiritual
1) Ibu rajin melaksanakan sholat sebelum masuk BPS namun setelah masuk BPS ibu
tidak melaksanakan sholat.
2) Ibu selalu berdoa agar keadaanya baik-baik saja.
2. Langkah II : Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
Setelah dilakukan pengumpulan data maka ditegakkan diagnosa masalah aktual
pada Ny.“D” yaitu, G1P0A0, 39 minggu 1 hari, tunggal, hidup, keadaan umum ibu dan
janin baik , inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini. Untuk lebih lanjut lihat
uraian berikut:
a. G1P0A0
32
1) Dasar
Data subjektif : Ibu mengatakan hamil yang pertama, dan tidak
pernah keguguran.
Data objektif :
a) tampak linea nigra
b) tonus otot perut kencang
2) Analisis dan interprestasi
Bahwa tanda dan gejala yang sering terjadi pada kehamilan pertama
yaitu: tonus otot perut yang kencang, yang disebabkan oleh belum ada
peregangan pada otot dinding perut, dan linea nigra yaitu garis
dipertengahan perut ibu antara umbilicus dan pubis, garis ini berwarna
hitam kecoklatan yang terjadi pada kehamilan pertama. ( Sarwono, 2010).
b. 39 minggu 1 hari
1) Dasar
Data subjektif :
a) Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya tanggal : 05-10-2013
b) Ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan
Data objektif :
a) Tafsiran persalinan tanggal 12 - 07 – 2014
b) Pada pengukuran : TFU = 3 jari bawah px (34 cm).
2) Analisis dan interprestasi
Bahwa untuk menentukan umur kehamilan dapat dihitung dari hari
pertama haid terakhir sampai tanggal kunjungan yaitu terhitung sejak hari pertama
haid terakhirnya pada tanggal 05-10-2013 sampai tanggal kunjungan tanggal 06-
07-2014 yaitu terhitung 39 minggu 1 hari, dan letak tinggi fundus uteri pada usia
33
kehamilan 39 -40 minggu tinggi fundus uteri 2-3 jari dibawah Prosseus Xifoideus
(px). (Astuti, 2012).
c. Tunggal
1) Dasar
Data Subyektif :
Data Obyektif :
a) Pembesaran perut sesuai umur kehamilan
b) Palpasi Leopold I teraba bokong dan Leopold III teraba kepala
c) Auskrultasi DJJ : 140 x / menit, terdengar jelas pada sisi kiri bawah perut ibu
(punggung kiri)..
2) Analisis dan interprestasi
Bahwa pembesaran perut sesuai umur kehamilan, teraba 1 bokong,
1 kepala dan bagian kecil janin, DJJ pada 1 titik dan pergerakan janin
hanya pada satu sisi perut ibu adalah tanda kehamilan tunggal. (Manuaba,
2010).
d. Hidup
1) Dasar
Data Subyektif : Ibu mengatakan masih merasakan pergerakan janinnya hingga
saat mau bersalin pada perut sebelah kanan.
Data Obyektif : Auskrultasi DJJ : 140 x / menit, terdengar jelas pada sisi
kiri bawah perut ibu.
2) Analisis dan interprestasi
Gerakan janin sejauh ini merupakan tekhnik yang paling mudah di
antara berbagai teknik pengkajian janin, aktifitas janin menunjukan bahwa
janin hidup. Dan dengan melakukan pemantauan DJJ yang ada
34
hubungannya dengan kedaan janin. maka itulah yang mendukung
dikatakan janin hidup. (Helen Varney, 2009)
e. Keadaan Ibu dan Janin baik
1) Dasar
Data Subyektif : Ibu mengatakan masih merasakan pergerakan janinnya +
10 kali dalam 12 jam
Data objektif :
a) Keadaan umum ibu baik
b) Kesadaran composmentis
c) Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 ×/menit
Pernapasan : 22 ×/menit
Suhu : 36,5o
C
d) Auskrultasi DJJ : 140 x / menit, terdengar jelas pada sisi kiri bawah perut ibu.
2) Analisis dan interprestasi
Bahwa tanda-tanda vital dikatakan normal jika tekanan darah
berada diantara 100/70 mmhg-120/80 mmhg, nadi 60-100x/menit,suhu 36-
37ºc dan pernapasan 16-24x/menit serta dikatakan denyut jantung janin
dikatakan normal yaitu berada dalam batas 120-160x/menit, maka itulah
yang mendukung dikatakan keadaan umum dan janin baik. (ambar dwi
erawati 2011).
f. Inpartu kala I fase laten dengan masalah Ketuban Pecah Dini
35
1) Dasar
Data Subjektif : Ibu mengatakan keluar air yang banyak dari jalan lahir pada
tanggal 05 Juli 2014 jam 16.00 wita.
Data Objektif :
a) Tampak pengeluaran cairan pervaginam, warna putih keruh dan bau amis.
b) Pemeriksaan dalam tanggal 06 Juli 2014 Jam 02.00 wita, hasil : vagina
elastis, porsio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-), presentase kepala, molase
(-), posisi UUK kanan depan, penurunan hodge II, kesan panggul normal,
pelepasan Cairan amnion, berbau khas, warna putih keruh .
2) Analisa dan Interpretasi Data :
Berdasarkan kemajuaan pembukaan serviks, kala I pada Fase laten :
dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, dari 0 sampai pembukaan
3 cm berlangsung dalam 7-8 jam (Ambar Dwi, 2011).
Pecahnya selaput ketuban menyebabkan keluarnya cairan yang
terus-menerus, gejalanya adalah keluarnya sedikit cairan yang terus-
menerus (jernih, keruh, kuning atau hijau) dan perasaan basah pada celana
dalam.( Varney, 2009 ).
3. Langkah III : Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Berdasarkan identifikasi masalah actual di atas, jika tidak mendapatkan
penanganan secara tepat maka keadaan ketuban pecah dini dapat terjadi infeksi.
Untuk lebih lanjut liat uraian berikut :
a. Potensial terjadi Infeksi pada Maternal
Data Subjektif : Ibu mengatakan keluar air yang merembes dari alat
kelaminnya pada tanggal 05 Juli 2014 jam 16.00 wita.
36
Data Objektif :
1) Tampak pengeluaran cairan pervaginam, warna putih keruh dan bau amis.
2) Pemeriksaan dalam tanggal 06 Juli 2014 Jam 02.00 wita, hasil : vagina elastis,
porsio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-), presentase kepala, penurunan hodge II,
molase (-), kesan panggul normal, pelepasan Cairan amnion, berbau khas, warna
putih keruh.
b. Analisis dan Interpretasi Data
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan
ruang rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi
selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas antara dunia luar dan
ruang dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode
laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan
selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau
kematian janin dalam rahim. (Manuaba, 2012).
4. Langkah IV : Evaluasi Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi
Tidak ada data yang mendukung perlunya tindakan segera / kolaborasi,
dikarenakan pada saat itu pasien tidak mau dirujuk dan di BPS Sayang Bunda
mempunyai oksigen dan inkubator.
5. Langkah V : Rencana Asuhan
Setelah dilakukan identifikasi data, identifikasi diagnosa aktual dan
potensial, sampai dengan perlunya tindakan segera/kolaborasi. Maka diperlukan
penanganan yang lebih lanjut terhadap Ny.”D”. Adapun rencana asuhannya
sebagai berikut :
1. Tujuan :
a. Kondisi ibu dan janin baik
b. Tidak terjadi infeksi
c. Persalinan berlangsung aman
37
2. Kriteria :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal :
Tekanan Darah: Sistole : 90-120 mmHg
Diastole : 60-80 mmHg
Nadi : 60-100 x / menit
Suhu : 36,5°C – 37,5°C
Pernapasan : 16-24 x / menit
DJJ : 120-160 x / menit
b. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi : Suhu tubuh normal : 36,5°C – 37,5°C
c. Ibu dan bayinya bisa selamat
3. Rencana tindakan :
1. Beritahu klien setiap melakukan tindakan dan hasil tindakan.
Rasional : agar Ibu dapat koperatif dengan petugaas dalam pelaksanaan setiap
tindakan.
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Rasional : Agar ibu mengetahui keadaannya
3. Melakukan pencegahan infeksi sesuai dengan standar P I dan melakukan
pemeriksaan sesuai protap.
Rasional : Bekerja dengan prinsip P I dapat mencegah terjadinya infeksi silang.
4. Mengobservaasi :
a. TTV ibu,DJJ dan Kontraksi tiap 30 menit
Rasional : untuk mengetahui keadaan ibu dan janin
b. Kemajuan persalinan yaitu Pembukaan serviks tiap pemeriksaan dalam tiap 4
jam, perlimaan,His tiap 20 detik selama 10 menit.
Rasional : Dengan mengetahui kemajuaan persalinan dapat memudahkan kita
untuk melakukan tindakan selanjutnya.
38
5. Jelaskan pada ibu penyebab nyeri.
Rasional : Ibu dapat mengerti dan memahami rasa nyeri yang dialaminya
sehingga dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakannya.
6. Anjurkan pada ibu untuk makan dan minum saat tidak ada His.
Rasional: Dengan pemberian makan dan minum, dapat menjaga keseimbangan
cairan dalam tubuh sehingga tidak terjadi dehidrasi dan kelelahan
serta pemakaian cadangan kalori yang berlebihan.
7. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya.
Rasional : Kandung kemih yang penuh dapat menghambat turunnya kepala janin.
8. Anjurkan pada ibu untuk berbaring dengan posisi miring kekiri atau kekanan atau
posisi ysng nyaman sesui keinginan ibu.
Rasional : Baring miring kekiri dapat mencegah penekanan vena kafainferior
yang dapat menyebabkan aliran daeah terhambat sehingga dengan
berbaring kekiri,aliran darah lancer dan oksigenasi ke janin lancer serta
dapat mempercepat turunnya kepala.
9. Ajarkan ibu tehnik relaksasi dan pengaturan napas terutama pada saat kontraksi
Rasional : Pada saat kontraksi, terjadi ketegangan yang hebat.ketegangan ini dapat
berkurang dengan adanya pengaturan napas terutama pada saat
pengeluaran napas melalui mulut.bukan melalui hidung.
10. Anjurkan pada ibu untuk mengganti sarungnya yang kotor.
Rasional: Dengan menggati sarung yang kotor dapat mencegah masuknya kuman
kejalan lahir yang dapat mencegah infeksi.
11. Berikan support pada ibu
Rasional : Dengan memberikan dukungan ibu agar semangat dan merasa optimis
dalam menghadapi persalinannya
39
12. Mempersiapkan alat partus, larutan klorin 0,5 %, larutan DTT, tempat plasenta,
tempat sampah, pakean ibu, dan, bayi, lalu siapkan diri.
Rasional : Mencegah infeksi silang dan mencegah mauknya kuman yang dapat
menyebabkan terjadinya infeksi, serta memperlancar proses persalinan.
13. Dokumentasi hasil pemantauan kala I pada partograf
Rasional : Pemantauan dengan partograf merupakan standarisasi dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan fan membantu menilai kemajuan
persalinan, keadaan ibu dan janin serta memudahkan dalam
pengambilan keputusan klinik dan rencana asuhan selanjutnya.
6. Langkah VI : Implementasi
Tanggal 06 Juli 2014 Jam 02.25-09.00 wita
1. Beritahu klien setiap melakukan tindakan dan hasil tindakan, agar ibu kooperatif
dengan petugas kesehatan.
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan,ibu sudah mmengetahui keadaaannya
3. Melakukan pencegahan infeksi sesui dengan standar PI dan melakukan sesuai protap,
Petugas melakukan pencegahan infeksi sesui standar PI.
4. Observasi, keadaan janin, Kemajuan persalinan, Keadaan umum ibu dan janin,lengkap
ada patograf.
5. Menjelaskan penyebab nyeri yang dialami karena tertekannya ujung-ujung syaraf
sewaktu uterus berkontraksi, ibu mengerti penyebab nyeri yang dialaminya.
6. Menganjurkan pada ibu makan dan minum saat tidak ada his, ibu makan dan minum
saat tidak terasa sakit.
7. Menganjurka pada ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya, ibu mau
melakukannya dan pergi kekamar mandi untuk pergi buang air kecil.
40
8. Menganjurkan pada ibu untuk berbaring dengan posisi miring kekiri atau kekanan
sesuai keinginan ibu, ibu mengerti dan mau melakukannya.
9. Menganjurkan pada ibu relaksasi dan pengatur nafas terutama saat kontraksi, ibu
mengerti dan mau melakukannya.
10.Menganjurkan pada ibu mengganti sarung yang kotor, ibu mengerti dan mau
melakukannya.
11.Memberikan support pada ibu, ibu bermotifasi dan semangat.
12.Mempersiapkan alat dan bahan penolong persalinan, alat telah disiapkan
13.Mendokumentasikan hasil pemantauan kala I pada patograf,Menuliskan pada patograf.
7. Langkah VII : Evaluasi
Tanggal 06 Juli 2014 Jam 10.15 wita
1. Keadaan umum ibu dan janin baik ditandai dengan
a) Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b) Nadi : 80 x / menit
c) Suhu : 37,5°C
d) Pernapasan : 22 x / menit
e) DJJ : 138 x / menit
2. Tidak terjadi infeksi
3. persalinan berlangsung pukul 09.10 – 10.15 wita,ibu dan janin selamat.
B. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
1. KALA I : Tanggal : 06 juli 2014 Jam: 02.25 – 09.00 wita
a. Data subyektif
Keluar air yanag banyak dari jalan lahir berwarna putih keruh dan berbau amis sejak
tanggal 05 juli 2014 jam 16.00 Wita, hamil yang pertama, dan tidak pernah
keguguran,Hari pertama haid terakhirnya tanggal : 05-10-2013.
b. Data obyektif
41
Keadaan umum ibu baik,kesadaran composmentis,tekanan darah 110/80 mmhg, nadi
80 x / menit, pernapasan 22 x / menit, suhu 36,50
C,Wajah tidak pucat, konjungtiva
merah muda dan sklera tidak ikterus. Putting susu menonjol. TFU 3 jari bawah px,
PUKI, presentasi kepala, divergen, kontraksi tidak ada, DJJ 140 x/menit, reflex
patella (+) kiri dan kanan.
Pada pemeriksaan genitalia : vagina elastis, porsio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-
), presentase kepala, penurunan hodge II, molase (-), kesan panggul normal,
pelepasan cairan amnion, berbau khas, warna putih keruh.
c. Asessment.
G1P0A0, 39 minggu 1 hari, tunggal, hidup, keadaan umum ibu dan janin baik ,
inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini.
d. Planning. Tanggal : 06 Juli 2014 Jam: 02.25 WITA
1) Menginformasikan setiap tindakan yang akan dilakukan
Hasil : Ibu kooperatif dalam setiap tindakan yang dilakukan.
2) Mengobservasi TTV ibu, DJJ dan kontraksi
Hasil : TTV dan DJJ dalam batas normal serta kontraksi tidak ada.
3) Mengobservasi His
Hasil : His tidak teratur
4) Mengatur posisi ibu dengan miring kiri
Hasil : Ibu mengerti
5) Memberikan ibu makanan dan minuman
Hasil : ibu menghabiskan makanan dan minuman yang diberikan.
6) Melakukan Kolaborasi dengan Bidan
Hasil : Pemberian terapi serta intruksi persalinan dengan persalinan.
7) Memberi support dan motivasi kepada ibu
42
Hasil : Ibu bersemangat dan termotivasi
2. KALA II Tanggal : 06 juli 2014 Jam: 09.00 – 10.15 wita
a. Data Subyektif.
Ingin BAB dan ada tekanan pada anus, ada dorongan yang kuat untuk berkuat,
sakitnya bertambah kuat dan tembus belakang.
b. Data Obyektif.
Keadaan ibu baik, kesadaran kompesmentis, ada dorongan pada anus,
Perineum menonjol, vulva membuka, pada pemeriksaan dalam tanggal 06 -07-
2014 jam 09.00 wita, vagina elastic, pembukaan 10 cm ( lengkap ),pelepasan
lendir campur darah, kontraksi baik, DJJ : 142 x/menit.
c. Assesment
Inpartu kala II keadaan ibu dan janin baik
d. Planning. Tanggal : 06 Juli 2014 Jam : 09.15-10.15 WITA
1) Memberikan informasi tentang keadaan ibu
Hasil : ibu mengerti.
2) Mengecek kelengkapan alat
Hasil : alat sudah siap.
3) Mengatur posisi ibu
Hasil : posisi ibu berbaring setengah duduk.
4) Jam 09.20 wita memimpin persalinan
Hasil : ibu mau dipimpin.
5) Jam 10.00 wita menolong persalinan APN
Hasil : persalinan ditolong secara APN,Bayilahir jam: 10.15 wita, bayi menangis
kuat,kulit kemerahan.
6) Mengeringkan dan membungkus bayi
43
Hasil : bayi telah dikeringkan dan dibungkus.
3. KALA III Tanggal : 06 juli 2014 Jam: 10.15 – 10.30 wita
a. Data subyektif.
Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah, plasenta belum lahir.
b. Data obyektif.
Bayi lahir sponta tanggal 06 juli 2014 jam 10.15,TFu: setinggi pusat,kontraksi uterus
keras dan bundar, semburan darah tiba – tiba, tali pusat bertambah panjang, adanya
perubahan bentuk dan tinggi fundus.
c. Asessment.
Perlangsungan kala III ( kala uri )
d. Planning. Tanggal : 06 Juli 2014 Jam : 10.15 WITA
1) Memeriksaan fundus uteri untuk mengetahui janin tunggal
Hasil : Teraba tunggal.
2) Memberikan suntikan okcytosin 10 IU IM pada paha kanan ibu
Hasil : tidak terjadi pembengkakan.
3) melakukan PTT
Hasil : plasenta lahir jam 10.25 wita.
4) Mengobservasi kontraksi uterus
Hasil : Terasa keras dan bundar.
4. KALA IV Tanggal : 06 juli 2014 Jam: 10.35 – 12.30 wita
a. Data subyektif.
Merasa senang dan masih kelelahan, nyeri pada jalan lahir.
b. Data obyektif.
Plasenta dan selaput lahir lengkap jam 10.30 wita, Kontraksi uterus baik (
teraba bundar dan keras ), TFU 2 jari bawa pusat, Tekanan Darah : 110/80
44
mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,50c, Pernapasan : 22 x/menit, robekan
perineum derajat II ( dari mukosa vagina sampai otot perineum dan komisura
), perdarahan + 100 cc, BBL : 3.800 gr , PBL : 50 cm.
c. Assesment.
Perlangsungan kala IV
d. Planning. Tanggal : 06 Juli 2014 Jam : 10.35 WITA
1) Melakukan penjahitan luka jahitan secara jelujur
Hasil : Ibu setuju dan mau dilakukan penjahitan secara jelujur,
2) Mengobservasi kontraksi uterus
Hasil : teraba bundar dank eras TFU 2 jari bawah pusat.
3) Mengobservasi tanda-tanda vital ibu dan bayi
Hasil : Tanda-tanda vital ibu dan bayi dalam batas normal.
4) Memberikan makan dan minum pada ibu
Hasil : Ibu mengkomsumsi makanan dan minuman yang diberikan.
5) Menimbang BB bayi, dan menyuntikan vit K dosis 0,1 ml IM
Hasil : Bayi ditimbang dan bayi disuntik vit k dibagian paha sebelah kira 1/3
paha bagian luar.
6) Memberikan salep mata pada bayi
Hasil : Bayi dioleskan salep mata pada kedua matanya.
7) Memberikan suntik imunisasi Hepatitis B setlah 1 jam pemberia suntikan vit k
Hasil : Bayi disuntik dipaha sebelah kanan 1/3 bagian luar.
8) Melengkapi partograf
Hasil : ditulis pada lembaran patograf.
45
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus
pada pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada Ny.”D” dengan ketuban pecah
dini di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna tanggal 06 Juli 2014, untuk
memudahkan pembahasan maka penulis akan menguraikan sebagai berikut :
A. Identifikasi Data Dasar
Pengumpulan data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan
yang ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik berupa
kesehatan fisik, psikososial maupun spiritual. Pengumpulan data dilakukan melalui
anamnese, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Pada tahap ini penulis tidak menemukan suatu hambatan yang dapat mengganggu
pengumpulan data yang penulis lakukan karena respon ibu dalam memberikan
informasi sangat membantu sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang
diinginkan. Data diperoleh secara terfokus pada masalah klien sehingga intervensinya
juga lebih terfokus sesuai keadaan klien,
Berdasarkan data subyektif yang penulis peroleh pada kasus Ny. D
didapatkan data, ibu mengatakan hamil yang pertama, belum pernah melahirkan dan
tidak pernah keguguran sebelumnya, hari pertama haid terakhirnya tanggal : 05-10-
2013, ibu mengatakan keluar air dari jalan lahir berwarna putih keruh dan berbau
amis sejak tanggal 05 juli 2014 jam 16.00 WITA, Menurut (Manuaba, 2010) kejadian
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda – tanda
persalinan dimulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
45
46
Data obyektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan
yaitu keadaan umum ibu lemah, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/80
mmhg, nadi 80 x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu 36,50C, wajah tidak pucat,
konjungtiva merah mudah, pembesaran perut sesuai umur kehamilan, tinggi fundus
uteri 3 jari dibawah px, auskultasi denyut jantung janin positif (+), jumblah his 2x/10
menit durasi 30 detik dan pada pemeriksaan genitalia, didapatkan vagina elastic,
porsio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-), presentase kepala, posisi UUK kanan
depan, molase (-), penurunan hodge II, kesan panggul normal, dan adanya pelepasan
cairan amnion warna putih keruh dan berbau khas dari jalan lahir.
Berdasarkan tinjauan pustaka , Pemeriksaan umum pada pasien kala I fase
laten dengan ketuban pecah dini ditemukan pada pemeriksaan khusus dilakukan
pemeriksaan inspeksi abdomen pada pasien kala I fase laten dengan ketuban pecah
dini, keluar cairan melalu vagina dan inspeksi genitalia bagian luar tampak
pengeluaran air-air dari vagina dilakukan aauskultasi untuk mendengar denyut
jantung jantung janin dengan fetoskop dan hasilnya (+). Ketuban Pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada
pembukaan < 4 cm (fase laten), (Taufan, 2012). Ketuban Pecah dini atau
spontaneous/prematur of membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum
inpartu yaitu pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari
5 cm, (Mochtar, 1998).
Secara umum apa yang dijelaskan di tinjauan pustaka dengan studi kasus ada
kesenjangan antara teori dan studi kasus.
47
B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah, dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar-dasar
yang telah diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang
spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan)
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama)
diagnosis kebidanan.
Setelah dilakukan pengumpulan data maka ditegakkan diagnosa masalah
aktual pada Ny.“D” yaitu, G1P0A0, 39 minggu 1 hari, tunggal, hidup, keadaan umum
ibu dan janin baik , inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini. Hal tersebut
dikatakan demikian karena Menurut (Manuaba, 2009) dalam menegakkan diagnosis
kehamilan dan persalinan, bidan harus dapat menjawab pertanyaan yang meliputi :
keadaan umum persalinan, tentang persalinan, tentang janin dan tentang masalahnya.
Pada langkah penegakkan diagnosa GI P0 A0 didapatkan dari data ibu yang
mengatakan ibu hamil yang pertama kalinya, belum pernah melahirkan dan tidak
pernah keguguran, dan dari hasil pemeriksaan ditemukan tonus otot perut yang
kencang dan terdapat linea nigra, berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
(sarwono,2010 ) bahwa tanda dan gejala yang sering terjadi pada kehamilan pertama
yaitu: tonus otot perut yang kencang, yang disebabkan oleh belum ada peregangan
pada otot dinding perut, dan linea nigra yaitu garis dipertengahan perut ibu antara
umbilicus dan pubis, garis ini berwarna hitam kecoklatan yang terjadi pada kehamilan
pertama.
Pada langkah penegakkan diagnosa umur kehamilan 39 minggu 1 hari yaitu
didapatkan data dari ibu yang mengatakan bahwa hari pertama haid terakhirnya pada
48
tanggal 05-10-2013, dan dari hasil pemeriksaan ditemukan tinggi findus uteri yang
ada 3 jari dibawah Prosseus Xifoideus dimana berdasarkan teori yang dikemukakan
oleh (Astuti, 2012), bahwa untuk menentukan umur kehamilan dapat dihitung dari
hari pertama haid terakhir sampai tanggal kunjungan yaitu terhitung sejak hari
pertama haid terakhirnya pada tanggal 05-10-2013 sampai tanggal kunjungan tanggal
06-07-2014 yaitu terhitung 39 minggu 1 hari, dan letak tinggi fundus uteri pada usia
kehamilan 39 -40 minggu tinggi fundus uteri 2-3 jari dibawah Prosseus Xifoideus
(px).
Pada langkah penegakkan diagnose janin tunggal yaitu di peroleh dari
pemeriksaan pembesaran perut sesuai umur kehamilan, Palpasi Leopold I teraba
bokong dan Leopold III teraba kepala dan Auskrultasi DJJ : 140 x / menit, terdengar
jelas pada sisi kiri bawah perut ibu. Dimana menurut (Manuaba, 2010) bahwa
pembesaran perut sesuai umur kehamilan, teraba 1 bokong, 1 kepala dan bagian kecil
janin, DJJ pada 1 titik dan pergerakan janin hanya pada satu sisi perut ibu adalah
tanda kehamilan tunggal.
Pada langkah penegakkan diagnose janin hidup yaitu di peroleh dari Ibu
mengatakan masih merasakan pergerakan janinnya hingga saat mau bersalin pada
perut sebelah kanan dan pemeriksaan auskrultasi DJJ : 140 x / menit, terdengar jelas
pada sisi kiri bawah perut ibu. Berdasarkan teori (Helen Varney, 2009) bahwa
Gerakan janin sejauh ini merupakan tekhnik yang paling mudah di antara berbagai
teknik pengkajian janin, aktifitas janin menunjukan bahwa janin hidup. Dan dengan
melakukan pemantauan DJJ yang ada hubungannya dengan kedaan janin. maka itulah
yang mendukung dikatakan janin hidup.
49
Pada langkah penegakkan diagnosa keadaan umum ibu dan janin baik yaitu
diperoleh dari keadaan umum ibu baik dan tanda-tanda vital ibu dan janin dalam
batas normal. Dimana berdasarkan teori yang dikemukakan oleh (ambar dwi erawati
2011), bahwa tanda-tanda vital dikatakan normal jika tekanan darah berada diantara
100/70 mmhg-120/80 mmhg, nadi 60-100x/menit,suhu 36-37ºc dan pernapasan 16-
24x/menit serta dikatakan denyut jantung janin dikatakan normal yaitu berada dalam
batas 120-160x/menit, maka itulah yang mendukung dikatakan keadaan umum dan
janin baik.
Pada penegakkan diagnosa inpartu kala I fase laten dengan ketuban pecah dini yaitu
diperoleh dari ibu mengatakan bahwa keluar air-air dari jalan lahir pada tanggal 05 Juli 2014
jam 16.00 wita dan pada pemeriksaan dalam tanggal 06 Juli 2014 jam 02.00 wita,pembukaan
servik 3 cm serta tampak pengeluaran cairan pervaginam berwarna putih keruh berbau amis,
dimana berdasarkan teori yang dikemukakan oleh (Ambar Dwi, 2011), bahwa Berdasarkan
kemajuaan pembukaan serviks, kala I pada Fase laten : dimana pembukaan serviks
berlangsung lambat, dari 0 sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam. Dan
menurut teori .( Varney, 2009 ) Pecahnya selaput ketuban menyebabkan keluarnya cairan
yang terus-menerus, gejalanya adalah keluarnya sedikit cairan yang terus-menerus (jernih,
keruh, kuning atau hijau) dan perasaan basah pada celana dalam. maka dari itu pada kasus ini
mengalami persalinan dengan ketuban pecah dini. Sehingga Dari hasil data yang diperoleh
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan studi kasus.
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen asuhan kebidanan adalah
mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi jika memungkinkan
dan mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi. Sesuai dengan tinjauan
pustaka bahwa ketuban pecah dini dapat mengakibatkan terjadinya infeksi.
50
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny.”D” di lahan praktek dapat
diidentifikasi masalah potensial yaitu terjadinya infeksi, sindrom distress pernapasan
(RDS = Respiratory Distres Sindrome), karioamnionitis (radang pada karion dan
amnion), prolaps atau keluarnya tali pusar, Risiko kecacatan dan kematian janin,
Hipoplasia paru. Menurut teori yang dikemukakan (Manuaba, 2012) bahwa Ketuban
pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruang rahim,
sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi selaput ketuban
adalah melindungi atau menjadi pembatas antara dunia luar dan ruang dalam rahim
sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar
kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya
meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau kematian janin
dalam rahim.
Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan manajemen asuhan
kebidanan pada studi kasus Ny.”D” nampak ada persamaan dan tidak ditemukan
adanya kesenjangan.
D. Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera dimana harus
menyelamatkan jiwa klien yaitu pada penderita gawat darurat. Tindakan tersebut berupa
kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih profesional sesuai dengan keadaan yang
dialami oleh klien ataupun konsultasi dengan dokter.
Berdasarkan studi kasus Ny.”D” dengan ketuban pecah dini tidak ditemukan indikasi
untuk melakukan tindakan segera atau kolaborasi, mengingat keadaan ibu pada saat itu dalam
keadaan baik dan bisa melairkan normal. Dengan demikian, ada kesamaan antara tinjauan
pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus dilahan praktek dan ini berarti
tidak ada kesenjangan.
51
E. Rencana Asuhan Kebidanan
Pada manejemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan yang
komprehensif ditujukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien serta
hubungannya dengan masalah yang dialami klien dan juga meliputi antisipasi dengan
bimbingan terhadap klien serta konseling. Rencana tindakan harus disetujui klien dan
semua tindakan diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui
kebenarannya.
Pada Ny.”D” dengan ketuban pecah dini penulis merencanakan asuhan
kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial yaitu
informed consent, beri support pada ibu, pasang infus ranger laktat 500 cc 28 tetes/
menit, observasi tanda-tanda vital, observasi pemberian cairan infus 28 tetes/menit,
observasi kandung kemih. Dari rencana asuhan kebidanan tersebut yang telah
diberikan pada kasus ini ada kesesuaian dan tidak ada kesenjangan antara teori
dengan kasus yang ada.
F. Implementasi Asuhan Kebidanan
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan
rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat
dikerjakan seluruhnya oleh bidan ataupun
Pada studi kasus Ny.”D” dengan ketuban pecah dini, semua tindakan yang
telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan
karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta adanya
dukungan dari keluarga.
52
G. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Evaluasi manejemen asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses
manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan,
membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diindentifikasikan,
memutuskan apakah tujuan telah dicapai atau tidak dengan tindakan yang sudah
diimplementasikan.
Pada tinjauan pustaka, hasil evaluasi yang berhasil dilakukan adalah
pemantauan keadaan klien meliputi:
1. Persalinan berlangsung dengan normal.
2. Keadaan ibu baik dengan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Infeksi tidak terjadi.
Berdasarkan studi kasus Ny.”D” dengan ketuban pecah dini tidak ditemukan
hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila
dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus Ny.”D” secara garis besar
tidak ditemukan kesenjangan.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktek
melalui studi kasus tentang Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny.”D” dengan
Ketuban Pecah Dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna
tanggal 06 Juli 2014, maka dalam bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran-
saran.
A. Kesimpulan
1. Didapatkan hasil dari pengumpulan data dan analisa data pada Ny.”D” data dikumpulkan
sejak pasien masuk ke BPS dengan keluhan keluar air yang banyak dari jalan lahir
berwarna putih keruh dan belum merasa sakit pada tanggal 05 Juli 2014 jam 16.00 wita di
BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
2. Didapatkan diagnosa/masalah aktual pada Ny.“D” yaitu, G1P0A0, 39 minggu 1 hari,
tunggal, hidup, keadaan umum ibu dan janin baik , inpartu kala 1 fase laten dengan
ketuban pecah dini di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
3. Didapatkan hasil dari merumuskan dan menegakan diagnosa/masalah potensial pada
Ny”D” di lahan praktek dapat diidentifikasi masalah potensial yaitu tidak terjadinya
infeksi di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
4. Didapatkan dari hasil melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera/kolaborasi pada
Ny”D” dengan ketuban pecah dini tidak ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan
segera atau kolaborasi, mengingat keadaan ibu pada saat itu dalam keadaan baik dan bisa
melairkan normal di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
5. Didapatkan hasil dari melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny”D”
dengan ketuban pecah dini penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial yaitu informed consent, beri support pada
53
54
ibu, pasang infus ranger laktat 500 cc 28 tetes/ menit, observasi tanda-tanda vital,
observasi pemberian cairan infus 28 tetes/menit, observasi kandung kemih di BPS Sayang
Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
6. Didapatkan hasil dari melaksakan asuhan kebidanan pada Ny”D” dengan ketuban pecah
dini, semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik
tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta
adanya dukungan dari keluarga di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli
2014.
7. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.”D” mulai dari pengkajian sampai tahap
akhir tidak ditemukan adanya hambatan oleh adanya kerjasama antara klien dan petugas
kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik di BPS Sayang Bunda
Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
8. Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari proses manajemen
kebidanan, karena hal ini merupakan bukti pertanggung jawaban bidan terhadap asuhan
kebidanan yang telah diberikan terhadap klien di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna
Tanggal 06 Juli 2014.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran :
1. Saran Untuk Bidan
a. Diharapkan seorang bidan agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki sehingga dapat mendeteksi dini kasus-kasus yang patologi
khususnya dalam kasus ketuban pecah dini agar tidak terjadi komplikasi yang dapat
membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.
b. Diharapkan seorang bidan harus lebih terampil dan selalu siap dalam memberikan
pelayanan kesehatan khususnya dalam mendiagnosis suatu masalah yang di hadapi
pasiennya agar tindakan dan pengobatan cepat dan tepat sesuai kebutuhan klien .
55
c. Diharapkan seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya di perlukan adanya
kerjasama antar tim dan diperlukan ketersediaan dana dan prasarana yang memadai
dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan pada klien.
d. Penulis mengharapkan agar manajemen asuhan kebidanan dapat diterapkan pada setiap
tempat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna,
Rumah Bersalin, Puskesmas rawat inap dan lain sebagainya dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
e. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan tindakan pendokumentasian harus selalu
digunakan mengingat hal tersebut bermanfaat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak
diinginkan di kemudian hari.
2. Saran Untuk Institusi
Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, penerapan asuhan kebidanan
dalam pemecahan masalah harus lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat
proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan dan menciptakan
sumber daya manusia yang berpotensi dan profesional.
56
DAFTAR PUSTAKA
Asrinah, dkk. (2010) Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta, Graha Ilmu.
(2010) Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Astuti, dkk. (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu (Kehamilan). Yogyakarta.
Rohina press.
Dinas kesehatan (2014) Profil Kesehatan Kabupaten Muna.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) Ibu Selamat Bayi Sehat Suami
Siaga. (http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/790-ibu-
selamat-bayi-sehat-suami-siaga.htm. Diakses tanggal 19 Juni 2014).
Mustika Dwi (2013) Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta, Nuha Medika.
Ambar dwi (2011) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta, EGC.
Manuaba (2010) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kb. Jakarta, EGC.
Mochtar (1998) Sinopsis Obstetri Edisi 2. Jakarta, EGC.
Taufan.N. (2010) Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta, Nuha Medika.
(2012) Patologi Kebidanan. Yogyakarta, Nuha Medika.
Pertiwi, Hanungdyah (2013) Jurnal kebidnan ketuban pecah dini
(www.hanungdyah.blogspot.com. Diakses Tanggal 19 Juni 2014).
Prawirohardjo, sarwono (2009) Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta, PT Bina Pustaka.
(2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka.
Rohani, dkk. (2011) Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta, Salemba
Medika.
Simatupang, dkk. (2008) Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta, EGC.
Sudarti. (2010). Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta, Nuha
Medika.
Tim Penyusun (2014) Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Raha, Akademi
Kebidanan Paramata.
Varney, Helen (2007) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran (EGC).
56

More Related Content

What's hot

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...Warnet Raha
 
Kti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramataKti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramataWarnet Raha
 
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isiAhmad Lukman Hakim
 
Halaman persetujuan
Halaman persetujuanHalaman persetujuan
Halaman persetujuanAri Iswanto
 
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata raha
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata rahaKti sri wahyu ningsih akbid paramata raha
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata rahaWarnet Raha
 
Peningkatan minat baca peserta didik kelas vi melalui gerakan literasi pada s...
Peningkatan minat baca peserta didik kelas vi melalui gerakan literasi pada s...Peningkatan minat baca peserta didik kelas vi melalui gerakan literasi pada s...
Peningkatan minat baca peserta didik kelas vi melalui gerakan literasi pada s...DerisBenu
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” PIIA0 HARI KE III...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” PIIA0 HARI KE III...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” PIIA0 HARI KE III...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” PIIA0 HARI KE III...Warnet Raha
 

What's hot (13)

Kti wa ode aulia nurfatullah
Kti wa ode aulia nurfatullahKti wa ode aulia nurfatullah
Kti wa ode aulia nurfatullah
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
 
Kti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramataKti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramata
 
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
 
Halaman persetujuan
Halaman persetujuanHalaman persetujuan
Halaman persetujuan
 
Kti desi akbid paramata raha
Kti desi akbid paramata rahaKti desi akbid paramata raha
Kti desi akbid paramata raha
 
Kti wa ode yudiana
Kti wa ode yudianaKti wa ode yudiana
Kti wa ode yudiana
 
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata raha
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata rahaKti sri wahyu ningsih akbid paramata raha
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata raha
 
Peningkatan minat baca peserta didik kelas vi melalui gerakan literasi pada s...
Peningkatan minat baca peserta didik kelas vi melalui gerakan literasi pada s...Peningkatan minat baca peserta didik kelas vi melalui gerakan literasi pada s...
Peningkatan minat baca peserta didik kelas vi melalui gerakan literasi pada s...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” PIIA0 HARI KE III...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” PIIA0 HARI KE III...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” PIIA0 HARI KE III...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” PIIA0 HARI KE III...
 
Kaver kti akbid
Kaver kti akbidKaver kti akbid
Kaver kti akbid
 
Kti astuti
Kti astutiKti astuti
Kti astuti
 
Kti herlinawati akbid paramata raha
Kti herlinawati akbid paramata rahaKti herlinawati akbid paramata raha
Kti herlinawati akbid paramata raha
 

Similar to Manajemen Persalinan

Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...Warnet Raha
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMILTENTANG TABLET FE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KA...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMILTENTANG TABLET FE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KA...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMILTENTANG TABLET FE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KA...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMILTENTANG TABLET FE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KA...Warnet Raha
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...Warnet Raha
 
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEKNIK MENYUSUI PADA BAYI DI W...
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEKNIK MENYUSUI PADA BAYI DI W...GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEKNIK MENYUSUI PADA BAYI DI W...
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEKNIK MENYUSUI PADA BAYI DI W...Warnet Raha
 
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...Warnet Raha
 
Kti husni akbid paramata
Kti husni akbid paramataKti husni akbid paramata
Kti husni akbid paramataWarnet Raha
 
Kti titi lestari akbid paramata
Kti titi lestari akbid paramataKti titi lestari akbid paramata
Kti titi lestari akbid paramataWarnet Raha
 
Kti husniarti lengkap
Kti husniarti lengkapKti husniarti lengkap
Kti husniarti lengkapWarnet Raha
 
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...Warnet Raha
 
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...Warnet Raha
 
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...Warnet Raha
 
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...Warnet Raha
 

Similar to Manajemen Persalinan (20)

Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn”T”...
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMILTENTANG TABLET FE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KA...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMILTENTANG TABLET FE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KA...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMILTENTANG TABLET FE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KA...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMILTENTANG TABLET FE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KA...
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
 
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEKNIK MENYUSUI PADA BAYI DI W...
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEKNIK MENYUSUI PADA BAYI DI W...GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEKNIK MENYUSUI PADA BAYI DI W...
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEKNIK MENYUSUI PADA BAYI DI W...
 
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHA...
 
Asni
AsniAsni
Asni
 
Kti husni akbid paramata
Kti husni akbid paramataKti husni akbid paramata
Kti husni akbid paramata
 
Kti titi lestari akbid paramata
Kti titi lestari akbid paramataKti titi lestari akbid paramata
Kti titi lestari akbid paramata
 
Kti AKBID husniarti lengkap
Kti AKBID husniarti lengkapKti AKBID husniarti lengkap
Kti AKBID husniarti lengkap
 
Kti husniarti lengkap
Kti husniarti lengkapKti husniarti lengkap
Kti husniarti lengkap
 
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN TERHADAP MENSTRUASI DI WILAYAH ...
 
Kti hasti 2013.ib.0067
Kti hasti 2013.ib.0067Kti hasti 2013.ib.0067
Kti hasti 2013.ib.0067
 
Isran esra kti
Isran esra ktiIsran esra kti
Isran esra kti
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DENGAN ANEMIA BERAT...
 
Kti kiki andriani (iii a) akbid paramata
Kti kiki andriani  (iii a)  akbid paramata Kti kiki andriani  (iii a)  akbid paramata
Kti kiki andriani (iii a) akbid paramata
 
Kti ayu fitriani
Kti ayu fitrianiKti ayu fitriani
Kti ayu fitriani
 
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
 
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
 
Kti ratma ningsih
Kti ratma ningsihKti ratma ningsih
Kti ratma ningsih
 
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Manajemen Persalinan

  • 1. 1 MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU BESALIN PADA NY “D” DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA SAYANG BUNDA KABUPATEN MUNA TANGGAL 06 JULI 2014 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan di AkademiKebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh : Nurlili NIM 2011.1B.0084 YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2014
  • 2. 2
  • 3. 3
  • 4. 4 RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri 1. Nama : Nurlili. 2. Tempat/ tanggal lahir : Pemana, 11 november 1992. 3. Agama : Islam. 4. Suku/Kebangsaan : Buton /Indonesia. 5. Alamat : Jln. Anggrek. B. Identitas Orang Tua 1. Nama Ayah/Ibu : Dahlan / Kalsum. 2. Pekerjaan : IRT / Swasta. 3. Alamat : Desa Pemana. C. Pendidikan : 1. SD Inpres Pemana Tahun 2005. 2. SMP Swasta Pemana Tahun 2008. 3. SMA Negeri 01 Kefamenanu Tahun 2011. 4. Terdaftar di Akademi Kebidanan Paramata Raha Tahun 2011 sampai sekarang. iv
  • 5. 5 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus yang berjudul “ Menajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Intranatal pada Ny “D” dengan Ketuban Pecah Dini Di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Di Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014” yang diajukan guna memenuhi salah satu tugas pada Program Studi Diploma III Kebidanan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tiada henti penulis haturkan kepada Asmaidah, S.ST. dan L.A Sukarna Parsan, S.KM., M.Kes. selaku pembimbing atas kesediaannya baik berupa waktu, bimbingan, motivasi, petunjuk, pengarahan dan dorongan baik moril maupun materil yang begitu sangat berharga. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes. selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite Kabupaten Muna yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Akademi Kebidana Paramata Raha Kabupaten Muna. 2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes. selaku direktur Akademi Kebidana Paramata Raha Kabupaten Muna yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Akademi Kebidana Paramata Raha Kabupaten Muna. 3. Wa Ode Siti Asma, S.ST., M.Kes. selaku Penguji Karya Tulis Ilmiah. v
  • 6. 6 4. Seluruh jajaran Dosen dan para Staff Akademi Kebidana Paramata Raha Kabupaten Muna yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Ayahanda Dahlan dan Ibunda Kalsum yang paling kucintai, yang telah memberikan segala dukungan baik moril maupun materil serta doa restu dan kasih sayangnya yang tidak pernah putus selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidana Paramata Raha Kabupaten Muna hingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT tetap menjaga orang-orang yang paling kusayangi dalam balutan rahmat dan hidayah-Nya. 6. Hj.Ratiah Desi, AMd.Keb. yang sudah membantu saya selama menjalani pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna hingga saya menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Sahabat-sahabatku yaitu Sukria Ummu Kaltsum, Sabtu Riyanti, Siti Sariati Rompone, Waode Rahmawati,Lela Amelia Muri dan seluruh temanku tingkat III dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memotivasi selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna. Penulis menyadari studi kasus ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penulisan studi kasus selanjutnya. Semoga Laporan Studi Kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada khususnya. Raha, September 2014 Penulis vi
  • 7. 7 DAFTAR ISI Halaman Judul.................................................................................... i Lembar Persetujuan............................................................................ ii Lembar Pengesahan............................................................................. iii Riwayat Hidup..................................................................................... iv Kata Pengantar..................................................................................... v Daftar Isi............................................................................................... vii Intisari................................................................................................... ix Bab I Pendahuluan............................................................................. 1 A. Latar Belakang.......................................................................... 1 B. Ruang Lingkup Pembahasan...................................................... 3 C. Tujuan Telaah............................................................................. 3 D. Manfaat telaah............................................................................ 4 E. Metode Telaah............................................................................ 5 F. Sisitematika Penulisan................................................................ 6 Bab II TinjauanPustaka........................................................................ 8 A. Telaah Pustaka............................................................................. 8 1. Persalinan……………………………………......................... 8 2. Ketuban Pecah Dini ………………………………................ 12 B. Konsep Manajemen Kebidanan................................................... 17 1. Pengertian Menajemen Kebidanan............................................. 17 2. Prinsip-prinsip Menajemen ........................................................ 18 C. Langkah-Langkah Manajemen........................................................ 18 1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar ............................................ 18 2. Langka II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual.................... 19 3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial............... 20 4. Langkah IV. Tindakan Segera dan Kolaborasi........................... 20 5. Langkah V. Rencana Asuhan Kebidanan .................................. 21 6. Langkah VI. Implementasi Asuhan Kebidanan......................... 23 7. Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan................................. 23 D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan ................................................... 23 vii
  • 8. 8 1. Definisi Dokumentasi ................................................................ 23 2. Unsur-unsur Dokumentasi ......................................................... 24 Bab III Studi Kasus..................................................................................... 28 A. Manajemen 1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar............................................. 28 2. Langka II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual.................... 34 3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial............... 38 4. Langkah IV. Tindakan Segera dan Kolaborasi........................... 39 5. Langkah V. Rencana Asuhan Kebidanan................................... 39 6. Langkah VI. Implementasi Asuhan Kebidanan.......................... 43 7. Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan................................. 44 B. Pendokumentasian...................................................................... 44 Bab IV Pembahasan.................................................................................... 50 A. Identifikasi Data Dasar.................................................................... 50 B. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual.......................................... 52 C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial......................................... 55 D. Tindakan Segera dan Kolaborasi..................................................... 55 E. Rencana Asuhan Kebidanan............................................................ 56 F. Implementasi Asuhan Kebidanan.................................................... 57 G. Evaluasi Asuhan Kebidanan............................................................ 57 Bab V Kesimpulan Dan Saran.................................................................... 58 A. Kesimpulan..................................................................................... 58 B. Saran............................................................................................... 60 Daftar Pustaka............................................................................................. 62 Lampiran viii
  • 9. 9 INTISARI NURLILI (2011.IB.0084) “Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny”D” Dengan Ketuban Pecah Dini di BPS Kabupaten Muna Tanggal 06 Juni 2014” Di bawah bimbingan Ibu Asmaidah, S.ST. dan Bapak L.A. Sukarna Parsan, S.KM., M.Kes. (ix + 62 hal) Latar Belakang : Berdasarkan Lembaga Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2009 AKI 226 per 100.000 per kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2007 AKB sebanyak 34 per 1.000 kelahiran hidup. Dengan AKI 228/100.000 KH berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Tujuan Telaah : Terlaksananya Asuhan Kebidanan pada Ny.“D” GIP0A0 Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 16 Juli 2014 dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney dan pendokumentasian. Metode Telaah : Studi kasus ini menggunakan metode Studi Kepustakaan, Studi Kasus, Studi Dokumentasi dan Diskusi. Hasil Studi Kasus : Setelah mendapatkan asuhan dalam Ibu Bersalin selama 7 jam, didapatkan hasil keadaan umum ibu baik dan kesadaran kompesmentis, tanda-tanda vital yaitu Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 80 kali/ menit, Suhu 37,5 0C dan Pernapasan 22 kali/ menit, DJJ 138x/menit,tidak terjadi infeksi maternal,persalinan berlangsung normal,ibu dan anak selamat. Kesimpulan dan Saran : Pada studi kasus ini, yang dimulai dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, perlunya tindakan segera/kolaborasi, rencana tindakan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi tidak ada kesenjangan yang berarti dan semua permasalahan teratasi. Kata Kunci : Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini Daftar Pustaka : 19 (1998-2014) ix
  • 10. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization ( WHO ) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil, bersalin dan nifas , (Depkes RI, 2010). Berdasarkan Lembaga Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2009 AKI 226 per 100.000 per kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2007 AKB sebanyak 34 per 1.000 kelahiran hidup. Dengan AKI 228/100.000 KH berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas , (Depkes RI, 2010). Awal persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur sampai terjadi pembukaan lengkap hingga keluarnya janin, plasenta dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir , Rohani, (2011). Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Dimana Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi, (Sarwono, 2010). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan / sebelum inpartu,pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir 1
  • 11. 2 kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD yang memajang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan, (Taufan, 2012). Walaupun penyebab tentang KPD, masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah infeksi, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C), inkompetensi servik, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan selaput ketuban, (Taufan, 2010). Penyebab kematian ibu 90% disebabkan oleh pendarahan, eklamsia, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah, sedangkan 10% disebabkan oleh komplikasi persalinan lain, (Depkes RI, 2010). Seperti yang telah diuraikan diatas salah satu dari penyebab kematian ibu adalah infeksi. Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini, (Sarwono, 2010). Pada kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu sekitar 4 %, Manuaba, (2010). di indonesia kejadian ketuban pecah dini sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran.(www.hanungdyah.blogspot.com, diakses Juni 2014). Berdasarkan Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Muna, angka kejadian ketuban pecah dini pada tahun 2013 berjumlah 21 orang sedangkan pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai April berjumlah 22 orang. Berdasarkan data tersebut, maka penulis tertarik untuk memaparkan permasalahan yang dituangkan dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah tentang Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny. D dengan ketuban
  • 12. 3 pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. B. Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah ini adalah Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny”D” Dengan Ketuban Pecah Dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. C. Tujuan Telaah 1. Tujuan umum Mampu melaksanakan Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Intranatal pada Ny”D” dengan Ketuban Pecah Dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. 2. Tujuan khusus a. Melaksanakan pengumpulan data dan analisa data pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. c. Merumuskan dan menegakan diagnosa/masalah potensial pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. d. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera/kolaborasi pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. e. Menentukan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014.
  • 13. 4 f. Melaksakan asuhan kebidanan pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. g. Melakukankan evaluasi tindakan kebidanan pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. h. Melaksanakan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. D. Manfaat Telaah 1. Manfaat akademik Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir di jenjang pendidikan program Diploma III Kebidanan Akademi Kebidanan Paramata Raha. 2. Manfaat ilmiah Merupakan kontribusi pemikiran bagi penulis dalam proses penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh khususnya tentang ketuban pecah dini. 3. Manfaat praktis Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program baik di Depkes, BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program upaya pencegahan ketuban pecah dini. 4. Manfaat bagi penulis Merupakan pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang faktor yang berhubungan dengan ketuban pecah dini. 5. Manfaat bagi institusi
  • 14. 5 Merupakan input dalam memberikan bekal bagi mahasiswa agar berhasil dalam menetapkan manajemen asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini. E. Metode Telaah Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode : 1. Studi kepustakaan Penulis mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan kasus yang dibahas dari beberapa buku dan informasi internet. 2. Stusdi kasus Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu : identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual, identifikasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara : a. Anamnese/wawancara Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarga yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis (head totoe) meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi. c. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai kebutuhan klien dengan menggunakan format pengkajian. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menunjang hasil pengkajian data dan hasil pemeriksaan fisik, untuk membantu menegakkan diagnosa.
  • 15. 6 3. Studi dokumentasi Studi dokumentasi ini dilakukan dengan mempelajari status klien baik yang bersumber dari catatan dokter atau bidan maupun hasil pemeriksaan diagnostik. 4. Diskusi Dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan tenaga kesehatan yaitu bidan yang menangani langsung klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen pembimbing Studi Kasus. F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran pengetahuan umum tentang Studi Kasus ini, yang terdiri dari lima bab sebagai titik tolak pembahasan. Dalam karya tulis ini dapat dilihat secara garis besar tentang sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan : Latar Belakang, Ruang Lingkup Pembahasan, Tujuan Telaah , Manfaat Telaah, Metode Telaah, Sistemetika Penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka : Telaah Pustaka, Ketuban Pecah Dini, Konsep Manajemen Kebidanan,Pengertian Manajemen, Langkah–langkah Manajemen Kebidanan , Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Bab III Studi Kasus : Pengumpulan Data Dasar, Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual, Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial, Menilai Perlunya Intervensi Segera, Konsultasi dan Kolaborasi, Perencanaan Asuhan Kebidanan, Pelaksanaan Asuhan Kebidanan, Evaluasi Kefektifan Asuhan, Pendokumentasian. Bab IV Pembahasan : Pada bab ini, diuraikan tentang kesenjangan antara teori dan fakta yang telah di dapatkan di lahan praktek pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan kasus ketuban pecah dini. Bab V Kesimpulan Dan Saran : Kesimpulan, Saran Daftar Pustaka Lampiran
  • 16. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Persalinan Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai, (Manuaba, 2010). a. Jenis Persalinan Ada dua klasifikasi persalinan, yaitu berdasarkan cara dan usia kehamilan menurut (Asrinah, 2010), yaitu: 1) Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan : a) Persalinan normal (spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. b) Persalinan buatan adalah proses persalinan dengan bantuan dari tenaga luar. c) Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan 2) Menurut usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan, yaitu : a) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. 7
  • 17. 8 b) Persalinan Prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan 28-36 minggu dengan berat janin kurang dari 2499 gram. c) Persalinan Matur adalah persalinan dengan usia kehamilan 37-42 minggu dan janin di atas 2500 gram. d) Persalinan Serotinus adalah persalinan dengan usia kehamilan lebih dari 42 minggu atau 2 minggu lebih dari waktu partus yang ditaksir. b. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan 1) Penurunan kadar hormone progesterone 2) Stimulasi / rangsangan hormone oksitocin 3) Peregangan otot uterus 4) Pengaruh janin 5) Rangsangan hormon prostaglandin (Ambar, 2011) c. Tanda-tanda Persalinan Tanda – tanda mulainya persalinan menurut (Manuaba, 2010), yaitu: 1) Terjadinya His persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan (pembukaan) serviks, makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah. 2) Pengeluaran Lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena pembulh darah kapiler pecah.
  • 18. 9 3) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam. d. Factor-faktor yang berperan dalam Persalinan Adapun factor-faktor yang berperan dalam persalinan menurut (Rohani, 2011) adalah : 1) Kekuatan mendorong janin keluar (power) a) His (kontraksi uterus) b) Kontraksi otot-otot dinding perut c) Kontraksi diafragma 2) Faktor janin (passenger) a) Sikap janin b) Letak janin c) Posisi janin d) Presentasi janin 3) Jalan lahir (passage) 4) Psikologi ibu (psikologik) a) Persiapam fisik untuk melahirkan b) Pengalaman persalinan c) Dukungan orang terdekat d) Integritas emosional 5) Penolong persalinan e. Tahap-tahap Persalinan Tahap – tahap persalinan menurut (Rohani, 2011), yaitu:
  • 19. 10 1) Kala I atau kala pembukaan Inpartu (partus dimulai) dutandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (Bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala I pada primigravida berlangsung 13 – 14 jam sedangkan pada multigravida 6 – 7 jam. Kala pembukaan dibagi dalam dua fase, yaitu: a) Fase laten: dimana pembukaan serviks berlangsung; lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung 7 – 8 jam b) Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase: (1)Periode akselerasi, berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm (2)Periode dilatasi maksimal (Steady): selama 2 jam pembukaan 4 – 9 cm (3)Periode Deselerasi, berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap. 2) kala II atau Kala pengeluaran Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. 3) Kala III atau Kala pengeluaran plasenta Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. 4) kala IV atau Kala pengawasan Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses tersebut. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda
  • 20. 11 – tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan selama 2 jam setelah kelahiran plasenta. Perdarahan dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. 2. Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda – tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. (Manuaba, 2010). Ketuban Pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten), (Taufan, 2012). Ketuban Pecah dini atau spontaneous/prematur of membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm, (Mochtar, 1998). a. Etiologi Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah : 1) Infeksi Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban biasa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. 2) Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan dan kuretase). 3) Tekanan intera uteri yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidroamniom, gemeli. 4) Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
  • 21. 12 5) Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. 6) Keadaan sosial ekonomi. b. Tanda dan Gejala 1) Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. 2) Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. 3) Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri,kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. 4) Demam , bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. (Taufan, 2012). c. Diagnosa Diagnosa Ketuban Pecah Dini ditegakkan dengan cara : 1) Anamnese Penderita mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir, cairan berbau khas, keluarnya cairan sebelum ada his atau his belum teratur dan belum ada pengeluaran lendir dan darah. 2) Inspeksi Pengamatan dengan mata biasa tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, periksaan ini akan lebih jelas.
  • 22. 13 3) Pemeriksaan dengan spekulum Pemeriksaan spekulum pada ketuban pecah dini akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum(OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta untuk mengedan atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior. 4) Pemeriksaan dalam Di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut biasa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan dan dibatasi sedikit mungkin. (Taufan, 2012). d. Pemeriksaan penunjang 1) Pemeriksaan laboratorium Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PH-nya. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban,urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,tetap kuning. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru ,menunjukkan adanya air ketuban(alkalis). Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
  • 23. 14 2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. (Taufan, 2012). e. Komplikasi 1) Komplikasi yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS = Respiratory Distres Sindrome), yang terjadi pada 10-40 % bayi baru lahir. 2) Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. 3) Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya karioamnionitis (radang pada karion dan amnion). 4) Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD. 5) Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. 6) Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. (Taufan, 2012) f. Penanganan 1) Konservatif a) Rawat di Rumah Sakit dengan tirah baring b) Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari) c) Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. d) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes busa negative : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada umur kehamilan 37 minggu.
  • 24. 15 e) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. f) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi. g) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin) h) Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan priksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. 2) Aktif a) Kehamilan < 37 mingggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio caesar. Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg - 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan diakhiri : (1)Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio Caesar. (2)Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam (Sarwono, 2010). B. Konsep Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah-langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur piker bidan dalam pemecahan masalah atau pengambilan keputusan klinis, (Astuti, 2012).
  • 25. 16 Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengabilan keputusan yang berfokus pada klien, (Simatupang, E. J. 2008). Varney menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian, pemikiran, dan tindakan- tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan bagi klien maupun tenaga kesehatan. Proses ini mengraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberian asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja, melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai, (Asrinah, 2010). 2. Prinsip-Prinsip Manajemen a) Efisiensi Bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan sarana yang perlu/dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin. b) Efektifitas Seberapa besar suatu tujuan sedang atau telah tercapai rasional dalam mengambil keputusan. Keputusan merupakan suatu pilihan dari dua atau lebih tindakan. Pengambilan keputusan merupakan jawaban atas pertanyaan tentang perkembangan suatu kegiatan. (Sudarti, 2010). C. Langkah – langkah Manajemen Kebidanan Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan kerangka kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi. Setiap langkah, dapat
  • 26. 17 dipecah/dirubah untuk sebagai batas tugas dan kewajiban, dan ini sangat bervariasi sesuai dengan kondisi klien saat itu. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar Dalam mengumpulkan data subjektif dan data objektif yang perlu dikaji yaitu: a. Data Subyektif Data subyektif yang ditemui pada kasus ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini yaitu gejala dan tanda yang dapat mengarahkan diagnosis adanya suatu persalinan diantaranya yaitu pengeluaran lender campur darah dengan kapan, berapa banyak, warnanya, nyeri/ tidak, jumlah his meliputi sejak kapan cepat dan sejak kapan berkurang dan menjadi lemah (Lusa, 2010). kemungkinan keluhan utama yang ditemui pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu menurut (Taufan, 2010), pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/inpartu, pada pembukaan < 4 cm. Menurut (Mustika, 2013), keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak berbau amoniak,mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. b. Data Obyektif Pemeriksaan umum pada pasien kala I fase laten dengan ketuban pecah dini ditemukan pada pemeriksaan khusus dilakukan pemeriksaan inspeksi abdomen pada pasien kala I fase laten dengan ketuban pecah dini, keluar cairan melalu vagina dan inspeksi genitalia bagian luar tampak pengeluaran air-air dari vagina dilakukan aauskultasi untuk mendengar denyut jantung jantung janin dengan fetoskop dan hasilnya (+). Pada pemeriksaan genitalia, didapatkan vagina elastis,portio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-),presentase kepala, posisi UUK kanan depan, molase (-), penurunan hodge I, kesan panggul normal, dan adanya cairan amnion, berbau khas, warna putih keruh.
  • 27. 18 2. Langkah II. Indentifikasi Diagnosa/Masalah Aktual Langkah ini dikembangkan dari interprestasi data ke dalam masalah atau diagnosa. Menurut (Eni, 2011), diagnosa persalinan yaitu gravid para abortus, usia kehamilan, keadaan janin baik/ tidak, presentase, masuk panggul atau tidak, penurunan kepala, fase, dengan inpartu kala II lama, inersia uteri sekunder, inersia uteri primer, persalinan macet, ruptura uteri, infeksi atau sepsis, malposisi juga malpresentasi, ketuban pecah dini, pre-eklampsia dan juga eklampsia serta trauma perineum. dengan masalah ketuban pecah dini dapat berupa keluhan utama. 3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial Diagnosa potensial inpartu kala I fase laten dengan masalah Ketuban Pecah Dini menunurut (Taufan, 2010) yaitu terjadinya infeksi intrauterin, partus premature,tali pusat menumbung, distosia (partus kering). Menurut (sarwono, 2010) diagnosa potensial yang bisa terjadi dari Ketuban Pecah Dini yaitu infeksi maternal dan neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal. 4. Langkah IV. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi Beberapa data memberi indikasi adanya situasi emergensi dimana bidan harus bertindak segera dalam rangka menyelamatkan nyawa ibu atau janin. Tindakan segera yang dibutuhkan pada pasien kala I fase laten dengan ketuban pecah dini yaitu lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda vital dan memperbaiki keadaan umum pasien dengan pemasangan infuse dan pemberian oksigen. Beberapa jenis data dapat menunjukkan adanya situasi yang memerlukan tindakan segera sambil menunggu tindakan dokter. Pada situasi lain yang tidak dalam keadaan emergensi akan tetapi tetap membutuhkan konsultasi atau kolaborasi dokter.
  • 28. 19 Dalam hal ini untuk pengumpulan data pada kasus inpartu kala I fase laten dengan ketuban pecah dini yaitu perlu dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk mencegah masalah potensial seperti terjadi bayi lahir dengan asfiksia. Tindakan kolaborasi yang dibutuhkan yaitu kolaborasi dokter ahli kandungan tentang pemberian obat-obatan dan proses persalinan yang cepat. (Lusa, 2012). 5. Langkah V. Rencana Asuhan Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien, atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap perempuan tersebut, seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien. 1. Konservatif a) Rawat di Rumah Sakit dengan tirah baring b) Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari) c) Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. d) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes busa negative : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada umur kehamilan 37 minggu.
  • 29. 20 e) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. f) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi. g) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin) h) Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan priksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. 2. Aktif a) Kehamilan < 37 mingggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio caesar. Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg - 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan diakhiri : c) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio Caesar. d) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam (Sarwono, 2010). 6. Langkah VI. Implementasi Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dalam langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan, atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Dalam situasi dimana bidan melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter, dan masih tetap terlibat dalam penatalaksanaan perawatan klien yang mengalami komplikasi, maka seorang bidan yang memikul tanggung jawab untuk pelaksanaan
  • 30. 21 tindakan kolaborasi dan perawatan secara menyeluruh bagi pasien. Implementasi yang efektif dapat mengurangi biaya perawatan dan meningkatnya kualitas pelayanan kepada pasien. Dalam hal ini untuk pengumpulan data pada kasus inpartu kala I fase laten dengan ketuban pecah dini yaitu melaksanakan asuhan sesuai rencana asuhan. 7. Langkah VII. Evaluasi Pada langkah ini, dilakukan evaluasi efektifitas dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis (Asrinah, 2010). D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan 1. Definisi Dokumentasi Secara umum dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu catatan otentik atau semua surat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hokum, (Sudarti, 2010). Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan, (Sudarti, 2010). Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan yang lengkap dan akuratterhadap keadaan/kejadian yang dilahat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan), (Sudarti, 2010).
  • 31. 22 SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Metode 4 langkah yang di sebut SOAP ini di hasilkan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Metode SOAP di pakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis sebagai catatan kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan menjadi suatu rencana asuhan (Asrinah, 2010). 2. Unsur-unsur Dokumentasi Menurut Varney (2007), alur pikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7 langkah. Agar orang lain mengetahui apa yang telah dilaksanakan oleh bidan melalui proses berpikir sistematis maka dilakukanlah pendokumentasian dalam format SOAP, yakni: S : Subyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamneses,sebagai langkah 1 Varney. kemungkinan keluhan utama yang ditemui pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu menurut Taufan.N. (2010), pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/inpartu, pada pembukaan < 4 cm, menurut Mustika (2013), keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak berbau amoniak,mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. O : Obyektif, menggambarkan pendokumentasian hasilpemeriksaan fisik klien melalui anamneses, sebagai langkah 1 Varney. pasien kala I fase laten dengan ketuban pecah dini ditemukan pada pemeriksaan khusus dilakukan pemeriksaan inspeksi abdomen pada pasien kala I fase laten dengan ketuban pecah dini, keluar cairan melalu vagina dan inspeksi genitalia bagian luar tampak pengeluaran air-air dari vagina dilakukan aauskultasi untuk mendengar denyut jantung jantung janin
  • 32. 23 dengan fetoskop dan hasilnya (+). Pada pemeriksaan genitalia, didapatkan vagina elastis,portio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-),presentase kepala, posisi UUK kanan depan, molase (-), penurunan hodge I, kesan panggul normal, dan adanya cairan amnion, berbau khas, warna putih keruh. A : Assesment, menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi diagnosa atau masalah aktual, antisipasi diagnosa atau masalah potensial dan perlunya intervensi segera oleh bidan atau dokter, konsultasi kolaborasi dan rujukan. Menggambarkan langkah 2, 3, dan 4 Varney. Menurut (Eni, 2011), diagnosa persalinan yaitu gravid para abortus, usia kehamilan, keadaan janin baik/ tidak, presentase, masuk panggul atau tidak, penurunan kepala, fase, dengan inpartu kala II lama, inersia uteri sekunder, inersia uteri primer, persalinan macet, ruptura uteri, infeksi atau sepsis, malposisi juga malpresentasi, ketuban pecah dini, pre-eklampsia dan juga eklampsia serta trauma perineum. dengan masalah ketuban pecah dini dapat berupa keluhan utama. Diagnosa potensial inpartu kala I fase laten dengan masalah Ketuban Pecah Dini menunurut (Taufan, 2010) yaitu terjadinya infeksi intrauterin, partus premature,tali pusat menumbung, distosia (partus kering). Menurut (sarwono, 2010) diagnosa potensial yang bisa terjadi dari Ketuban Pecah Dini yaitu infeksi maternal dan neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal. Menurut (Lusa, 2012),Tindakan kolaborasi yang dibutuhkan yaitu kolaborasi dokter ahli kandungan tentang pemberian obat- obatan dan proses persalinan yang cepat.
  • 33. 24 P : Planning, menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi perencanaan berdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney. 1. Konservatif a) Rawat di Rumah Sakit dengan tirah baring b) Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari) c) Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. d) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes busa negative : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada umur kehamilan 37 minggu. e) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. f) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi. g) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin) h) Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan priksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. 2. Aktif a) Kehamilan < 37 mingggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio caesar. Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg - 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan diakhiri :
  • 34. 25 c) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio Caesar. d) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam (Sarwono, 2010).
  • 35. 26 BAB III STUDI KASUS A. Manajemen Pada bab ini menguraikan tentang bagaimana penerapan manajemen kebidanan yang di mulai dari pengumpulan data dasar sampai evaluasi pada Ny. “D” Intranatal Patologi hamil yang pertama, belum pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran masuk BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna tanggal 06 Juli 2014 pukul 02.00 WITA dengan keluhan keluar air – air dari jalan lahir sejak tanggal 05 Juli 2014 jam 16.00 WITA, dilakukan pengkajian pada tanggal 06 Juli 2014 Jam 02.15 WITA. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Langkah I : Identifikasi Data Dasar a. Identitas Istri / Suami Nama : Ny.”D” / Tn.”B” Umur : 28 tahun / 32 tahun Suku : Bugis / Sunda Agama : Islam / Islam Pendidikan : SMA / SMA Pekerjaan : IRT / Swasta Pernikahan Ke : I / I Alamat : Jln.Dewi Sartika b. Data Biologis Fisiologis 1) Keadaan persalinan sekarang Ibu mengatakan nyeri perut tembus belakang dan keluar air-air yang banyak dari jalan lahir berwarna putih keruh dan berbau amis sejak tanggal 05 juli 2014 26
  • 36. 27 jam 16.00 Wita. Usaha ibu untuk mengatasi keluhan dengan datang ke BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna. 2) Riwayat kehamilan Sekarang Ibu mengatakan hamil yang pertama, dan tidak pernah keguguran. Hari pertama haid terakhir tanggal : 05-10-2013. Ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan dan masih merasakan pergerakan janinnya hingga saat mau bersalin pada perut sebelah kanan. Selama hamil tidak pernah mengalami mual-muntah berlebihan dan tidak pernah mengalami demam tinggi. 3) Riwayat Reproduksi a) Menarche pada usia : 15 tahun b) Siklus haid : 28 – 29 hari c) Durasi haid : 4 - 5 hari d) Perlangsungan : normal dan tidak ada gangguan pada saat haid. 4) Riwayat kesehatan yang lalu sampai sekarang a) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit asma, jantung, hipertensi, malaria, TBC, hepatitis B. b) Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit Diabetes Melitus dalam keluarga c) Ibu mengatakan tidak ada riwayat opname, operasi (kista dan kanker) d) Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi dan ketergantungan terhadap obat – obatan dan makanan tertentu. e) Ibu mengatakan tidak merokok dan tidak mengonsumsi alcohol 5) Riwayat KB Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi 6) Riwayat Ginekologi a) Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit neoplasma ( tumor ) b) Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular seksual.
  • 37. 28 7) Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar a) Kebutuhan Nutrisi Ibu mengatakan memiliki kebiasaan pola makan teratur, jenis makanan meliputi nasi, ikan, sayur, buah, dan kadang susu, frekuensi makan 3 x sehari, nafsu makan baik dan minum 7 - 8 gelas/hari. Selama hamil : nafsu makan berkurang selama 1 bulan. Perubahan selama persalinan : Ibu hanya makan nasi dan minum air putih saja. b) Kebutuhan eliminasi 1) Kebiasaan Buang Air Kecil Ibu mengatakan sebelum hamil kebiasaan sehari – hari buang air kecil dengan frekuensi 5 - 7 x/hari, berwarna kuning, bau khas amoniak dan tidak ada gangguan buang air kecil. Selama hamil, frekuensi buang air kecil meningkat menjadi 6 - 8 x/hari. Perubahan Selama Persalinan : frekuensi buang air kecil ibu hanya 2 – 3 x saja. 2) Kebiasaan Buang Air Besar Ibu mengatakan sebelum hamil kebiasaan sehari – hari buang air besar dengan frekuensi 1x sehari, berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak dan padat dan tidak ada gangguan. Selama hamil tidak mengalami perubahan. Perubahan Selama Persalinan : ibu Buang Air Besar hanya 1x. c) Kebutuhan kebersihan diri (Personal Hygiene) Ibu mengatakan keramas 2-3 x seminggu mengunakan shampo, menggosok gigi dan mulut 2x sehari menggosok gigi setelah sarapan dan sebalum tidur menggunakan pasta gigi, mandi 2x sehari menggunakan sabun mandi, genitalia dibersihkan setiap kali mandi dan setiap kali selesai buang air besar/buang air kecil, pakaian diganti setiap kali selesai mandi dan setiap kali
  • 38. 29 kotor serta kuku tangan dan kaki dipotong setiap kali panjang. Selama hamil tidak ada perubahan. d) Kebutuhan aktivitas / istirahat 1) Ibu mengatakan tidur siang/istrahat siang  2 jam dan tidur malam/ istrahat malam  8 jam dan selama hamil tidak ada perubahan. Selama persalinan ada perubahan ibu tidak bisa tidur karena sakitnya semakin bertambah. 2) Ibu mengatakan pekerjaan rumah dikerjakan sendiri selama persalinan ada perubahan ibu tidak melakukan pekerjaan rumah. 8) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum ibu baik. b) Kesadaran composmentis c) Tafsiran persalinan tanggal : 12 – 07 – 2014 d) Berat badan : 60 kg e) Tinggi badan : 155 cm f) Lingkar lengan atas (LILA) : 23 cm g) Tanda-tanda Vital 1) Tekanan darah : 110 / 80 mmhg 2) Nadi : 80 x / menit 3) Pernapasan : 22 x / menit 4) Suhu : 36,50 C h) Pemeriksaan khusus (Inspeksi, Palpasi,Auskuktasi dan Perkusi) 1) Wajah/Muka wajah tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada oedema 2) Mata Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterus
  • 39. 30 3) Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada distensi vena jugularis. 4) Payudara Simetris kiri dan kanan, hyperpigmentasi pada areola mamae, dan putting susu menonjol, tidak ada benjolan dan kolostrum ada bila di pencet. 5) Abdomen pembesaran perut sesuai umur kehamilan, tidak ada luka bekas operasi, tonus otot perut kencang, dan tampak linea nigra, tidak ada nyeri tekan pada perut ibu Pengukuran : TFu : 34 cm. LP : 93 cm. TBJ : 3162 gram. Leopold I : Teraba bokong, Leopold II : Punggung Kiri. Leopold III : Kepala Leopold IV : Kepala Sudah Masuk PAP ( Divergen ) DJJ : 140 x / menit, terdengar jelas pada sisi kiri bawah perut ibu. 6) Ekstermitas Atas dan Bawah Simetris kiri dan kanan, tidak ada varices, tidak ada oedema, reflex patella (+) kiri dan kanan.
  • 40. 31 7) Pemeriksaan Dalam : Melakukan pemeriksaan dalam tanggal 06 Juli 2014 Jam 02.00 wita, hasil : vagina elastis, porsio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-), presentase kepala, molase (-), posisi UUK kanan depan, penurunan hodge II, kesan panggul normal, pelepasan Cairan amnion, berbau khas, warna putih keruh . 8) Pemeriksaan penunjang : Laboratorium : Tidak dilakukan USG : Tidak dilakukan c. Data Psikologis/Sosial 1) Ibu menanyakan terus tentang keadaannya sekarang 2) Dalam pengambilan keputusan dilakukan bersama suami 3) Hubungan ibu dan suami sangat baik 4) Hubungan ibu dengan anggota keluarga serta tetangga sangat baik. d. Data Spiritual 1) Ibu rajin melaksanakan sholat sebelum masuk BPS namun setelah masuk BPS ibu tidak melaksanakan sholat. 2) Ibu selalu berdoa agar keadaanya baik-baik saja. 2. Langkah II : Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual Setelah dilakukan pengumpulan data maka ditegakkan diagnosa masalah aktual pada Ny.“D” yaitu, G1P0A0, 39 minggu 1 hari, tunggal, hidup, keadaan umum ibu dan janin baik , inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini. Untuk lebih lanjut lihat uraian berikut: a. G1P0A0
  • 41. 32 1) Dasar Data subjektif : Ibu mengatakan hamil yang pertama, dan tidak pernah keguguran. Data objektif : a) tampak linea nigra b) tonus otot perut kencang 2) Analisis dan interprestasi Bahwa tanda dan gejala yang sering terjadi pada kehamilan pertama yaitu: tonus otot perut yang kencang, yang disebabkan oleh belum ada peregangan pada otot dinding perut, dan linea nigra yaitu garis dipertengahan perut ibu antara umbilicus dan pubis, garis ini berwarna hitam kecoklatan yang terjadi pada kehamilan pertama. ( Sarwono, 2010). b. 39 minggu 1 hari 1) Dasar Data subjektif : a) Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya tanggal : 05-10-2013 b) Ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan Data objektif : a) Tafsiran persalinan tanggal 12 - 07 – 2014 b) Pada pengukuran : TFU = 3 jari bawah px (34 cm). 2) Analisis dan interprestasi Bahwa untuk menentukan umur kehamilan dapat dihitung dari hari pertama haid terakhir sampai tanggal kunjungan yaitu terhitung sejak hari pertama haid terakhirnya pada tanggal 05-10-2013 sampai tanggal kunjungan tanggal 06- 07-2014 yaitu terhitung 39 minggu 1 hari, dan letak tinggi fundus uteri pada usia
  • 42. 33 kehamilan 39 -40 minggu tinggi fundus uteri 2-3 jari dibawah Prosseus Xifoideus (px). (Astuti, 2012). c. Tunggal 1) Dasar Data Subyektif : Data Obyektif : a) Pembesaran perut sesuai umur kehamilan b) Palpasi Leopold I teraba bokong dan Leopold III teraba kepala c) Auskrultasi DJJ : 140 x / menit, terdengar jelas pada sisi kiri bawah perut ibu (punggung kiri).. 2) Analisis dan interprestasi Bahwa pembesaran perut sesuai umur kehamilan, teraba 1 bokong, 1 kepala dan bagian kecil janin, DJJ pada 1 titik dan pergerakan janin hanya pada satu sisi perut ibu adalah tanda kehamilan tunggal. (Manuaba, 2010). d. Hidup 1) Dasar Data Subyektif : Ibu mengatakan masih merasakan pergerakan janinnya hingga saat mau bersalin pada perut sebelah kanan. Data Obyektif : Auskrultasi DJJ : 140 x / menit, terdengar jelas pada sisi kiri bawah perut ibu. 2) Analisis dan interprestasi Gerakan janin sejauh ini merupakan tekhnik yang paling mudah di antara berbagai teknik pengkajian janin, aktifitas janin menunjukan bahwa janin hidup. Dan dengan melakukan pemantauan DJJ yang ada
  • 43. 34 hubungannya dengan kedaan janin. maka itulah yang mendukung dikatakan janin hidup. (Helen Varney, 2009) e. Keadaan Ibu dan Janin baik 1) Dasar Data Subyektif : Ibu mengatakan masih merasakan pergerakan janinnya + 10 kali dalam 12 jam Data objektif : a) Keadaan umum ibu baik b) Kesadaran composmentis c) Tanda – tanda vital Tekanan Darah : 110/80 mmHg Nadi : 80 ×/menit Pernapasan : 22 ×/menit Suhu : 36,5o C d) Auskrultasi DJJ : 140 x / menit, terdengar jelas pada sisi kiri bawah perut ibu. 2) Analisis dan interprestasi Bahwa tanda-tanda vital dikatakan normal jika tekanan darah berada diantara 100/70 mmhg-120/80 mmhg, nadi 60-100x/menit,suhu 36- 37ºc dan pernapasan 16-24x/menit serta dikatakan denyut jantung janin dikatakan normal yaitu berada dalam batas 120-160x/menit, maka itulah yang mendukung dikatakan keadaan umum dan janin baik. (ambar dwi erawati 2011). f. Inpartu kala I fase laten dengan masalah Ketuban Pecah Dini
  • 44. 35 1) Dasar Data Subjektif : Ibu mengatakan keluar air yang banyak dari jalan lahir pada tanggal 05 Juli 2014 jam 16.00 wita. Data Objektif : a) Tampak pengeluaran cairan pervaginam, warna putih keruh dan bau amis. b) Pemeriksaan dalam tanggal 06 Juli 2014 Jam 02.00 wita, hasil : vagina elastis, porsio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-), presentase kepala, molase (-), posisi UUK kanan depan, penurunan hodge II, kesan panggul normal, pelepasan Cairan amnion, berbau khas, warna putih keruh . 2) Analisa dan Interpretasi Data : Berdasarkan kemajuaan pembukaan serviks, kala I pada Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, dari 0 sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam (Ambar Dwi, 2011). Pecahnya selaput ketuban menyebabkan keluarnya cairan yang terus-menerus, gejalanya adalah keluarnya sedikit cairan yang terus- menerus (jernih, keruh, kuning atau hijau) dan perasaan basah pada celana dalam.( Varney, 2009 ). 3. Langkah III : Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial Berdasarkan identifikasi masalah actual di atas, jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat maka keadaan ketuban pecah dini dapat terjadi infeksi. Untuk lebih lanjut liat uraian berikut : a. Potensial terjadi Infeksi pada Maternal Data Subjektif : Ibu mengatakan keluar air yang merembes dari alat kelaminnya pada tanggal 05 Juli 2014 jam 16.00 wita.
  • 45. 36 Data Objektif : 1) Tampak pengeluaran cairan pervaginam, warna putih keruh dan bau amis. 2) Pemeriksaan dalam tanggal 06 Juli 2014 Jam 02.00 wita, hasil : vagina elastis, porsio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-), presentase kepala, penurunan hodge II, molase (-), kesan panggul normal, pelepasan Cairan amnion, berbau khas, warna putih keruh. b. Analisis dan Interpretasi Data Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruang rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas antara dunia luar dan ruang dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau kematian janin dalam rahim. (Manuaba, 2012). 4. Langkah IV : Evaluasi Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi Tidak ada data yang mendukung perlunya tindakan segera / kolaborasi, dikarenakan pada saat itu pasien tidak mau dirujuk dan di BPS Sayang Bunda mempunyai oksigen dan inkubator. 5. Langkah V : Rencana Asuhan Setelah dilakukan identifikasi data, identifikasi diagnosa aktual dan potensial, sampai dengan perlunya tindakan segera/kolaborasi. Maka diperlukan penanganan yang lebih lanjut terhadap Ny.”D”. Adapun rencana asuhannya sebagai berikut : 1. Tujuan : a. Kondisi ibu dan janin baik b. Tidak terjadi infeksi c. Persalinan berlangsung aman
  • 46. 37 2. Kriteria : a. Tanda-tanda vital dalam batas normal : Tekanan Darah: Sistole : 90-120 mmHg Diastole : 60-80 mmHg Nadi : 60-100 x / menit Suhu : 36,5°C – 37,5°C Pernapasan : 16-24 x / menit DJJ : 120-160 x / menit b. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi : Suhu tubuh normal : 36,5°C – 37,5°C c. Ibu dan bayinya bisa selamat 3. Rencana tindakan : 1. Beritahu klien setiap melakukan tindakan dan hasil tindakan. Rasional : agar Ibu dapat koperatif dengan petugaas dalam pelaksanaan setiap tindakan. 2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Rasional : Agar ibu mengetahui keadaannya 3. Melakukan pencegahan infeksi sesuai dengan standar P I dan melakukan pemeriksaan sesuai protap. Rasional : Bekerja dengan prinsip P I dapat mencegah terjadinya infeksi silang. 4. Mengobservaasi : a. TTV ibu,DJJ dan Kontraksi tiap 30 menit Rasional : untuk mengetahui keadaan ibu dan janin b. Kemajuan persalinan yaitu Pembukaan serviks tiap pemeriksaan dalam tiap 4 jam, perlimaan,His tiap 20 detik selama 10 menit. Rasional : Dengan mengetahui kemajuaan persalinan dapat memudahkan kita untuk melakukan tindakan selanjutnya.
  • 47. 38 5. Jelaskan pada ibu penyebab nyeri. Rasional : Ibu dapat mengerti dan memahami rasa nyeri yang dialaminya sehingga dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakannya. 6. Anjurkan pada ibu untuk makan dan minum saat tidak ada His. Rasional: Dengan pemberian makan dan minum, dapat menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh sehingga tidak terjadi dehidrasi dan kelelahan serta pemakaian cadangan kalori yang berlebihan. 7. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya. Rasional : Kandung kemih yang penuh dapat menghambat turunnya kepala janin. 8. Anjurkan pada ibu untuk berbaring dengan posisi miring kekiri atau kekanan atau posisi ysng nyaman sesui keinginan ibu. Rasional : Baring miring kekiri dapat mencegah penekanan vena kafainferior yang dapat menyebabkan aliran daeah terhambat sehingga dengan berbaring kekiri,aliran darah lancer dan oksigenasi ke janin lancer serta dapat mempercepat turunnya kepala. 9. Ajarkan ibu tehnik relaksasi dan pengaturan napas terutama pada saat kontraksi Rasional : Pada saat kontraksi, terjadi ketegangan yang hebat.ketegangan ini dapat berkurang dengan adanya pengaturan napas terutama pada saat pengeluaran napas melalui mulut.bukan melalui hidung. 10. Anjurkan pada ibu untuk mengganti sarungnya yang kotor. Rasional: Dengan menggati sarung yang kotor dapat mencegah masuknya kuman kejalan lahir yang dapat mencegah infeksi. 11. Berikan support pada ibu Rasional : Dengan memberikan dukungan ibu agar semangat dan merasa optimis dalam menghadapi persalinannya
  • 48. 39 12. Mempersiapkan alat partus, larutan klorin 0,5 %, larutan DTT, tempat plasenta, tempat sampah, pakean ibu, dan, bayi, lalu siapkan diri. Rasional : Mencegah infeksi silang dan mencegah mauknya kuman yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi, serta memperlancar proses persalinan. 13. Dokumentasi hasil pemantauan kala I pada partograf Rasional : Pemantauan dengan partograf merupakan standarisasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan fan membantu menilai kemajuan persalinan, keadaan ibu dan janin serta memudahkan dalam pengambilan keputusan klinik dan rencana asuhan selanjutnya. 6. Langkah VI : Implementasi Tanggal 06 Juli 2014 Jam 02.25-09.00 wita 1. Beritahu klien setiap melakukan tindakan dan hasil tindakan, agar ibu kooperatif dengan petugas kesehatan. 2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan,ibu sudah mmengetahui keadaaannya 3. Melakukan pencegahan infeksi sesui dengan standar PI dan melakukan sesuai protap, Petugas melakukan pencegahan infeksi sesui standar PI. 4. Observasi, keadaan janin, Kemajuan persalinan, Keadaan umum ibu dan janin,lengkap ada patograf. 5. Menjelaskan penyebab nyeri yang dialami karena tertekannya ujung-ujung syaraf sewaktu uterus berkontraksi, ibu mengerti penyebab nyeri yang dialaminya. 6. Menganjurkan pada ibu makan dan minum saat tidak ada his, ibu makan dan minum saat tidak terasa sakit. 7. Menganjurka pada ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya, ibu mau melakukannya dan pergi kekamar mandi untuk pergi buang air kecil.
  • 49. 40 8. Menganjurkan pada ibu untuk berbaring dengan posisi miring kekiri atau kekanan sesuai keinginan ibu, ibu mengerti dan mau melakukannya. 9. Menganjurkan pada ibu relaksasi dan pengatur nafas terutama saat kontraksi, ibu mengerti dan mau melakukannya. 10.Menganjurkan pada ibu mengganti sarung yang kotor, ibu mengerti dan mau melakukannya. 11.Memberikan support pada ibu, ibu bermotifasi dan semangat. 12.Mempersiapkan alat dan bahan penolong persalinan, alat telah disiapkan 13.Mendokumentasikan hasil pemantauan kala I pada patograf,Menuliskan pada patograf. 7. Langkah VII : Evaluasi Tanggal 06 Juli 2014 Jam 10.15 wita 1. Keadaan umum ibu dan janin baik ditandai dengan a) Tekanan Darah : 110/80 mmHg b) Nadi : 80 x / menit c) Suhu : 37,5°C d) Pernapasan : 22 x / menit e) DJJ : 138 x / menit 2. Tidak terjadi infeksi 3. persalinan berlangsung pukul 09.10 – 10.15 wita,ibu dan janin selamat. B. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan 1. KALA I : Tanggal : 06 juli 2014 Jam: 02.25 – 09.00 wita a. Data subyektif Keluar air yanag banyak dari jalan lahir berwarna putih keruh dan berbau amis sejak tanggal 05 juli 2014 jam 16.00 Wita, hamil yang pertama, dan tidak pernah keguguran,Hari pertama haid terakhirnya tanggal : 05-10-2013. b. Data obyektif
  • 50. 41 Keadaan umum ibu baik,kesadaran composmentis,tekanan darah 110/80 mmhg, nadi 80 x / menit, pernapasan 22 x / menit, suhu 36,50 C,Wajah tidak pucat, konjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterus. Putting susu menonjol. TFU 3 jari bawah px, PUKI, presentasi kepala, divergen, kontraksi tidak ada, DJJ 140 x/menit, reflex patella (+) kiri dan kanan. Pada pemeriksaan genitalia : vagina elastis, porsio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (- ), presentase kepala, penurunan hodge II, molase (-), kesan panggul normal, pelepasan cairan amnion, berbau khas, warna putih keruh. c. Asessment. G1P0A0, 39 minggu 1 hari, tunggal, hidup, keadaan umum ibu dan janin baik , inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini. d. Planning. Tanggal : 06 Juli 2014 Jam: 02.25 WITA 1) Menginformasikan setiap tindakan yang akan dilakukan Hasil : Ibu kooperatif dalam setiap tindakan yang dilakukan. 2) Mengobservasi TTV ibu, DJJ dan kontraksi Hasil : TTV dan DJJ dalam batas normal serta kontraksi tidak ada. 3) Mengobservasi His Hasil : His tidak teratur 4) Mengatur posisi ibu dengan miring kiri Hasil : Ibu mengerti 5) Memberikan ibu makanan dan minuman Hasil : ibu menghabiskan makanan dan minuman yang diberikan. 6) Melakukan Kolaborasi dengan Bidan Hasil : Pemberian terapi serta intruksi persalinan dengan persalinan. 7) Memberi support dan motivasi kepada ibu
  • 51. 42 Hasil : Ibu bersemangat dan termotivasi 2. KALA II Tanggal : 06 juli 2014 Jam: 09.00 – 10.15 wita a. Data Subyektif. Ingin BAB dan ada tekanan pada anus, ada dorongan yang kuat untuk berkuat, sakitnya bertambah kuat dan tembus belakang. b. Data Obyektif. Keadaan ibu baik, kesadaran kompesmentis, ada dorongan pada anus, Perineum menonjol, vulva membuka, pada pemeriksaan dalam tanggal 06 -07- 2014 jam 09.00 wita, vagina elastic, pembukaan 10 cm ( lengkap ),pelepasan lendir campur darah, kontraksi baik, DJJ : 142 x/menit. c. Assesment Inpartu kala II keadaan ibu dan janin baik d. Planning. Tanggal : 06 Juli 2014 Jam : 09.15-10.15 WITA 1) Memberikan informasi tentang keadaan ibu Hasil : ibu mengerti. 2) Mengecek kelengkapan alat Hasil : alat sudah siap. 3) Mengatur posisi ibu Hasil : posisi ibu berbaring setengah duduk. 4) Jam 09.20 wita memimpin persalinan Hasil : ibu mau dipimpin. 5) Jam 10.00 wita menolong persalinan APN Hasil : persalinan ditolong secara APN,Bayilahir jam: 10.15 wita, bayi menangis kuat,kulit kemerahan. 6) Mengeringkan dan membungkus bayi
  • 52. 43 Hasil : bayi telah dikeringkan dan dibungkus. 3. KALA III Tanggal : 06 juli 2014 Jam: 10.15 – 10.30 wita a. Data subyektif. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah, plasenta belum lahir. b. Data obyektif. Bayi lahir sponta tanggal 06 juli 2014 jam 10.15,TFu: setinggi pusat,kontraksi uterus keras dan bundar, semburan darah tiba – tiba, tali pusat bertambah panjang, adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus. c. Asessment. Perlangsungan kala III ( kala uri ) d. Planning. Tanggal : 06 Juli 2014 Jam : 10.15 WITA 1) Memeriksaan fundus uteri untuk mengetahui janin tunggal Hasil : Teraba tunggal. 2) Memberikan suntikan okcytosin 10 IU IM pada paha kanan ibu Hasil : tidak terjadi pembengkakan. 3) melakukan PTT Hasil : plasenta lahir jam 10.25 wita. 4) Mengobservasi kontraksi uterus Hasil : Terasa keras dan bundar. 4. KALA IV Tanggal : 06 juli 2014 Jam: 10.35 – 12.30 wita a. Data subyektif. Merasa senang dan masih kelelahan, nyeri pada jalan lahir. b. Data obyektif. Plasenta dan selaput lahir lengkap jam 10.30 wita, Kontraksi uterus baik ( teraba bundar dan keras ), TFU 2 jari bawa pusat, Tekanan Darah : 110/80
  • 53. 44 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,50c, Pernapasan : 22 x/menit, robekan perineum derajat II ( dari mukosa vagina sampai otot perineum dan komisura ), perdarahan + 100 cc, BBL : 3.800 gr , PBL : 50 cm. c. Assesment. Perlangsungan kala IV d. Planning. Tanggal : 06 Juli 2014 Jam : 10.35 WITA 1) Melakukan penjahitan luka jahitan secara jelujur Hasil : Ibu setuju dan mau dilakukan penjahitan secara jelujur, 2) Mengobservasi kontraksi uterus Hasil : teraba bundar dank eras TFU 2 jari bawah pusat. 3) Mengobservasi tanda-tanda vital ibu dan bayi Hasil : Tanda-tanda vital ibu dan bayi dalam batas normal. 4) Memberikan makan dan minum pada ibu Hasil : Ibu mengkomsumsi makanan dan minuman yang diberikan. 5) Menimbang BB bayi, dan menyuntikan vit K dosis 0,1 ml IM Hasil : Bayi ditimbang dan bayi disuntik vit k dibagian paha sebelah kira 1/3 paha bagian luar. 6) Memberikan salep mata pada bayi Hasil : Bayi dioleskan salep mata pada kedua matanya. 7) Memberikan suntik imunisasi Hepatitis B setlah 1 jam pemberia suntikan vit k Hasil : Bayi disuntik dipaha sebelah kanan 1/3 bagian luar. 8) Melengkapi partograf Hasil : ditulis pada lembaran patograf.
  • 54. 45 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus pada pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada Ny.”D” dengan ketuban pecah dini di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna tanggal 06 Juli 2014, untuk memudahkan pembahasan maka penulis akan menguraikan sebagai berikut : A. Identifikasi Data Dasar Pengumpulan data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik berupa kesehatan fisik, psikososial maupun spiritual. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnese, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada tahap ini penulis tidak menemukan suatu hambatan yang dapat mengganggu pengumpulan data yang penulis lakukan karena respon ibu dalam memberikan informasi sangat membantu sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus pada masalah klien sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien, Berdasarkan data subyektif yang penulis peroleh pada kasus Ny. D didapatkan data, ibu mengatakan hamil yang pertama, belum pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran sebelumnya, hari pertama haid terakhirnya tanggal : 05-10- 2013, ibu mengatakan keluar air dari jalan lahir berwarna putih keruh dan berbau amis sejak tanggal 05 juli 2014 jam 16.00 WITA, Menurut (Manuaba, 2010) kejadian Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda – tanda persalinan dimulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. 45
  • 55. 46 Data obyektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu keadaan umum ibu lemah, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/80 mmhg, nadi 80 x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu 36,50C, wajah tidak pucat, konjungtiva merah mudah, pembesaran perut sesuai umur kehamilan, tinggi fundus uteri 3 jari dibawah px, auskultasi denyut jantung janin positif (+), jumblah his 2x/10 menit durasi 30 detik dan pada pemeriksaan genitalia, didapatkan vagina elastic, porsio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (-), presentase kepala, posisi UUK kanan depan, molase (-), penurunan hodge II, kesan panggul normal, dan adanya pelepasan cairan amnion warna putih keruh dan berbau khas dari jalan lahir. Berdasarkan tinjauan pustaka , Pemeriksaan umum pada pasien kala I fase laten dengan ketuban pecah dini ditemukan pada pemeriksaan khusus dilakukan pemeriksaan inspeksi abdomen pada pasien kala I fase laten dengan ketuban pecah dini, keluar cairan melalu vagina dan inspeksi genitalia bagian luar tampak pengeluaran air-air dari vagina dilakukan aauskultasi untuk mendengar denyut jantung jantung janin dengan fetoskop dan hasilnya (+). Ketuban Pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten), (Taufan, 2012). Ketuban Pecah dini atau spontaneous/prematur of membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm, (Mochtar, 1998). Secara umum apa yang dijelaskan di tinjauan pustaka dengan studi kasus ada kesenjangan antara teori dan studi kasus.
  • 56. 47 B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah, dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar-dasar yang telah diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Setelah dilakukan pengumpulan data maka ditegakkan diagnosa masalah aktual pada Ny.“D” yaitu, G1P0A0, 39 minggu 1 hari, tunggal, hidup, keadaan umum ibu dan janin baik , inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini. Hal tersebut dikatakan demikian karena Menurut (Manuaba, 2009) dalam menegakkan diagnosis kehamilan dan persalinan, bidan harus dapat menjawab pertanyaan yang meliputi : keadaan umum persalinan, tentang persalinan, tentang janin dan tentang masalahnya. Pada langkah penegakkan diagnosa GI P0 A0 didapatkan dari data ibu yang mengatakan ibu hamil yang pertama kalinya, belum pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran, dan dari hasil pemeriksaan ditemukan tonus otot perut yang kencang dan terdapat linea nigra, berdasarkan teori yang dikemukakan oleh (sarwono,2010 ) bahwa tanda dan gejala yang sering terjadi pada kehamilan pertama yaitu: tonus otot perut yang kencang, yang disebabkan oleh belum ada peregangan pada otot dinding perut, dan linea nigra yaitu garis dipertengahan perut ibu antara umbilicus dan pubis, garis ini berwarna hitam kecoklatan yang terjadi pada kehamilan pertama. Pada langkah penegakkan diagnosa umur kehamilan 39 minggu 1 hari yaitu didapatkan data dari ibu yang mengatakan bahwa hari pertama haid terakhirnya pada
  • 57. 48 tanggal 05-10-2013, dan dari hasil pemeriksaan ditemukan tinggi findus uteri yang ada 3 jari dibawah Prosseus Xifoideus dimana berdasarkan teori yang dikemukakan oleh (Astuti, 2012), bahwa untuk menentukan umur kehamilan dapat dihitung dari hari pertama haid terakhir sampai tanggal kunjungan yaitu terhitung sejak hari pertama haid terakhirnya pada tanggal 05-10-2013 sampai tanggal kunjungan tanggal 06-07-2014 yaitu terhitung 39 minggu 1 hari, dan letak tinggi fundus uteri pada usia kehamilan 39 -40 minggu tinggi fundus uteri 2-3 jari dibawah Prosseus Xifoideus (px). Pada langkah penegakkan diagnose janin tunggal yaitu di peroleh dari pemeriksaan pembesaran perut sesuai umur kehamilan, Palpasi Leopold I teraba bokong dan Leopold III teraba kepala dan Auskrultasi DJJ : 140 x / menit, terdengar jelas pada sisi kiri bawah perut ibu. Dimana menurut (Manuaba, 2010) bahwa pembesaran perut sesuai umur kehamilan, teraba 1 bokong, 1 kepala dan bagian kecil janin, DJJ pada 1 titik dan pergerakan janin hanya pada satu sisi perut ibu adalah tanda kehamilan tunggal. Pada langkah penegakkan diagnose janin hidup yaitu di peroleh dari Ibu mengatakan masih merasakan pergerakan janinnya hingga saat mau bersalin pada perut sebelah kanan dan pemeriksaan auskrultasi DJJ : 140 x / menit, terdengar jelas pada sisi kiri bawah perut ibu. Berdasarkan teori (Helen Varney, 2009) bahwa Gerakan janin sejauh ini merupakan tekhnik yang paling mudah di antara berbagai teknik pengkajian janin, aktifitas janin menunjukan bahwa janin hidup. Dan dengan melakukan pemantauan DJJ yang ada hubungannya dengan kedaan janin. maka itulah yang mendukung dikatakan janin hidup.
  • 58. 49 Pada langkah penegakkan diagnosa keadaan umum ibu dan janin baik yaitu diperoleh dari keadaan umum ibu baik dan tanda-tanda vital ibu dan janin dalam batas normal. Dimana berdasarkan teori yang dikemukakan oleh (ambar dwi erawati 2011), bahwa tanda-tanda vital dikatakan normal jika tekanan darah berada diantara 100/70 mmhg-120/80 mmhg, nadi 60-100x/menit,suhu 36-37ºc dan pernapasan 16- 24x/menit serta dikatakan denyut jantung janin dikatakan normal yaitu berada dalam batas 120-160x/menit, maka itulah yang mendukung dikatakan keadaan umum dan janin baik. Pada penegakkan diagnosa inpartu kala I fase laten dengan ketuban pecah dini yaitu diperoleh dari ibu mengatakan bahwa keluar air-air dari jalan lahir pada tanggal 05 Juli 2014 jam 16.00 wita dan pada pemeriksaan dalam tanggal 06 Juli 2014 jam 02.00 wita,pembukaan servik 3 cm serta tampak pengeluaran cairan pervaginam berwarna putih keruh berbau amis, dimana berdasarkan teori yang dikemukakan oleh (Ambar Dwi, 2011), bahwa Berdasarkan kemajuaan pembukaan serviks, kala I pada Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, dari 0 sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam. Dan menurut teori .( Varney, 2009 ) Pecahnya selaput ketuban menyebabkan keluarnya cairan yang terus-menerus, gejalanya adalah keluarnya sedikit cairan yang terus-menerus (jernih, keruh, kuning atau hijau) dan perasaan basah pada celana dalam. maka dari itu pada kasus ini mengalami persalinan dengan ketuban pecah dini. Sehingga Dari hasil data yang diperoleh tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan studi kasus. C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen asuhan kebidanan adalah mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi jika memungkinkan dan mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi. Sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa ketuban pecah dini dapat mengakibatkan terjadinya infeksi.
  • 59. 50 Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny.”D” di lahan praktek dapat diidentifikasi masalah potensial yaitu terjadinya infeksi, sindrom distress pernapasan (RDS = Respiratory Distres Sindrome), karioamnionitis (radang pada karion dan amnion), prolaps atau keluarnya tali pusar, Risiko kecacatan dan kematian janin, Hipoplasia paru. Menurut teori yang dikemukakan (Manuaba, 2012) bahwa Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruang rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas antara dunia luar dan ruang dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau kematian janin dalam rahim. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus Ny.”D” nampak ada persamaan dan tidak ditemukan adanya kesenjangan. D. Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera dimana harus menyelamatkan jiwa klien yaitu pada penderita gawat darurat. Tindakan tersebut berupa kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih profesional sesuai dengan keadaan yang dialami oleh klien ataupun konsultasi dengan dokter. Berdasarkan studi kasus Ny.”D” dengan ketuban pecah dini tidak ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan segera atau kolaborasi, mengingat keadaan ibu pada saat itu dalam keadaan baik dan bisa melairkan normal. Dengan demikian, ada kesamaan antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus dilahan praktek dan ini berarti tidak ada kesenjangan.
  • 60. 51 E. Rencana Asuhan Kebidanan Pada manejemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif ditujukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien dan juga meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien serta konseling. Rencana tindakan harus disetujui klien dan semua tindakan diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya. Pada Ny.”D” dengan ketuban pecah dini penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial yaitu informed consent, beri support pada ibu, pasang infus ranger laktat 500 cc 28 tetes/ menit, observasi tanda-tanda vital, observasi pemberian cairan infus 28 tetes/menit, observasi kandung kemih. Dari rencana asuhan kebidanan tersebut yang telah diberikan pada kasus ini ada kesesuaian dan tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada. F. Implementasi Asuhan Kebidanan Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan ataupun Pada studi kasus Ny.”D” dengan ketuban pecah dini, semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta adanya dukungan dari keluarga.
  • 61. 52 G. Evaluasi Asuhan Kebidanan Evaluasi manejemen asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan, membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diindentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah dicapai atau tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan. Pada tinjauan pustaka, hasil evaluasi yang berhasil dilakukan adalah pemantauan keadaan klien meliputi: 1. Persalinan berlangsung dengan normal. 2. Keadaan ibu baik dengan tanda-tanda vital dalam batas normal. 3. Infeksi tidak terjadi. Berdasarkan studi kasus Ny.”D” dengan ketuban pecah dini tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus Ny.”D” secara garis besar tidak ditemukan kesenjangan.
  • 62. 53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktek melalui studi kasus tentang Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny.”D” dengan Ketuban Pecah Dini di Bidan Praktek Swasta Sayang Bunda Kabupaten Muna tanggal 06 Juli 2014, maka dalam bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran- saran. A. Kesimpulan 1. Didapatkan hasil dari pengumpulan data dan analisa data pada Ny.”D” data dikumpulkan sejak pasien masuk ke BPS dengan keluhan keluar air yang banyak dari jalan lahir berwarna putih keruh dan belum merasa sakit pada tanggal 05 Juli 2014 jam 16.00 wita di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. 2. Didapatkan diagnosa/masalah aktual pada Ny.“D” yaitu, G1P0A0, 39 minggu 1 hari, tunggal, hidup, keadaan umum ibu dan janin baik , inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. 3. Didapatkan hasil dari merumuskan dan menegakan diagnosa/masalah potensial pada Ny”D” di lahan praktek dapat diidentifikasi masalah potensial yaitu tidak terjadinya infeksi di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. 4. Didapatkan dari hasil melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera/kolaborasi pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini tidak ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan segera atau kolaborasi, mengingat keadaan ibu pada saat itu dalam keadaan baik dan bisa melairkan normal di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. 5. Didapatkan hasil dari melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial yaitu informed consent, beri support pada 53
  • 63. 54 ibu, pasang infus ranger laktat 500 cc 28 tetes/ menit, observasi tanda-tanda vital, observasi pemberian cairan infus 28 tetes/menit, observasi kandung kemih di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. 6. Didapatkan hasil dari melaksakan asuhan kebidanan pada Ny”D” dengan ketuban pecah dini, semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta adanya dukungan dari keluarga di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. 7. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.”D” mulai dari pengkajian sampai tahap akhir tidak ditemukan adanya hambatan oleh adanya kerjasama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. 8. Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari proses manajemen kebidanan, karena hal ini merupakan bukti pertanggung jawaban bidan terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan terhadap klien di BPS Sayang Bunda Kabupaten Muna Tanggal 06 Juli 2014. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran : 1. Saran Untuk Bidan a. Diharapkan seorang bidan agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sehingga dapat mendeteksi dini kasus-kasus yang patologi khususnya dalam kasus ketuban pecah dini agar tidak terjadi komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya. b. Diharapkan seorang bidan harus lebih terampil dan selalu siap dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam mendiagnosis suatu masalah yang di hadapi pasiennya agar tindakan dan pengobatan cepat dan tepat sesuai kebutuhan klien .
  • 64. 55 c. Diharapkan seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya di perlukan adanya kerjasama antar tim dan diperlukan ketersediaan dana dan prasarana yang memadai dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan pada klien. d. Penulis mengharapkan agar manajemen asuhan kebidanan dapat diterapkan pada setiap tempat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, Rumah Bersalin, Puskesmas rawat inap dan lain sebagainya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. e. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan tindakan pendokumentasian harus selalu digunakan mengingat hal tersebut bermanfaat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. 2. Saran Untuk Institusi Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, penerapan asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah harus lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan dan menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan profesional.
  • 65. 56 DAFTAR PUSTAKA Asrinah, dkk. (2010) Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta, Graha Ilmu. (2010) Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta, Graha Ilmu. Astuti, dkk. (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu (Kehamilan). Yogyakarta. Rohina press. Dinas kesehatan (2014) Profil Kesehatan Kabupaten Muna. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) Ibu Selamat Bayi Sehat Suami Siaga. (http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/790-ibu- selamat-bayi-sehat-suami-siaga.htm. Diakses tanggal 19 Juni 2014). Mustika Dwi (2013) Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta, Nuha Medika. Ambar dwi (2011) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta, EGC. Manuaba (2010) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kb. Jakarta, EGC. Mochtar (1998) Sinopsis Obstetri Edisi 2. Jakarta, EGC. Taufan.N. (2010) Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta, Nuha Medika. (2012) Patologi Kebidanan. Yogyakarta, Nuha Medika. Pertiwi, Hanungdyah (2013) Jurnal kebidnan ketuban pecah dini (www.hanungdyah.blogspot.com. Diakses Tanggal 19 Juni 2014). Prawirohardjo, sarwono (2009) Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta, PT Bina Pustaka. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka. Rohani, dkk. (2011) Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta, Salemba Medika. Simatupang, dkk. (2008) Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta, EGC. Sudarti. (2010). Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta, Nuha Medika. Tim Penyusun (2014) Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Raha, Akademi Kebidanan Paramata. Varney, Helen (2007) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran (EGC). 56