SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
JIKA KAU
SAHABAT ^_^
Oleh :
Nama : Nur Widdya Kurniati
Kelas : XII IPA 6
No Abs. : 24
SMA NEGERI 1 TEMANGGUNG 2014/2015
JIKA KAU SAHABAT ^^
Kriiiing!!!
Bel tanda istirahat berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar kelas. Ada
yang menuju kantin, ada yang menuju perpustakaan, ada pula yang menuju
musola. Amel hendak menuju ke luar kelas ketika seseorang menarik tangannya.
Amel menoleh, dilihatnya Nayla yang kini ada di hadapannya. “Ada apa Nay?”
“Mau kemana kamu? Sini aja, temani kita di kelas” Kata Nayla.
“Lho, gak ke kantin?” tanya Amel.
“Lagi mual. Sini, kita kumpul aja. Temani aku, bareng Desi dan Gina juga.”
Nayla menggandeng Amel. Menariknya agar ikut Nayla menuju bangku
tempat meraka berkumpul. Sudah ada Gina dan Desi disana. Seperti biasa, Desi
sibuk dengan handphonenya. Pasti sedang facebook-an atau chatting dengan
pacarnya. Sedangkan Gina juga seperti biasa, membaca buku pelajaran dan
memberi garis dengan stabilo warna kuning di setiap kosakata yang dianggapnya
penting.
Nayla duduk di sebelah Gina. Amel menuju bangku yang ada di sebelah
Desi. Mereka sengaja mengatur bangku agar dapat duduk berhadapan berempat.
“Gak ada yang laper ya? Gak ada cemilan gak seru nih” kata Gina sambil
membalik lembaran bukunya.
Gina memang rajin. Di antara mereka berempat, Gina pula yang paling
pintar. Berulang kali kami selamat dari ujian yang mengerikan. Di balik itu semua
Gina-lah penyelamat mereka. Gina yang selalu gigih mengajari walaupun kami
enggan.
“Ini ceritanya, kita diminta menghormati Nayla yang lagi mual. Kenapa sih kamu?
Telat makan? Maag-mu kambuh?” seloroh Desi.
Mata Desi tetap memandangi layar handphone-nya. Seolah-olah ia bisa
ketinggalan berita penting jika pandangannya beralih ke tempat lain. Di antara
mereka berempat, Desi yang paling ‘canggih’ dan ‘update’. Desi yang paling keren
dan gaul.
“Lagi badmood nih. Ah, sebel banget hari ini” kata Nayla.
Nayla adalah cewek paling cantik di antara mereka. Matanya yang
berbinar-binar, kulitnya yang bersih, senyumannya yang manis, menjadi daya tarik
tersendiri bagi kaum adam di sekolah ini. dan di antara mereka berempat, Amel
hanya bisa merendahkan diri. Amel bukan siapa-siapa tanpa mereka. Amel sangat
menyayangi teman-temannya, terutama Nayla. Nayla yang selalu baik padanya
dan yang paling baik di antara semuanya.
“Ada masalah apa memangnya, Nay?” tanya Amel penasaran.
“Ah, nggak ada apa-apa kok. Cuma lagi sebel kalau ada penghianat” sahut Nayla.
“Apa maksudnya Nay? Cerita dong” kata Desi sambil memainkan kedua alisnya.
Gina melihat kami berempat. Lalu menutup bukunya. Ia menyandarkan
diri di kursinya lalu bersedekap. Seakan tahu, ada sesuatu yang serius. Sesuatu yang
tidak biasa.
“Hahaha. Gimana kalau langsung aja cerita ya? To the point, gitu?” kata Nayla
dengan mimik muka tidak enak.
Dari awal, Amel sudah merasa. Ada yang tidak beres. Ada yang tidak biasa.
“Ada apa sih? Langsung cerita aja Nayla” kata Amel
“Oke, langsung aja ya” Kata Nayla sambil tersenyum. “Kamu kenal mas David
kan? Pacarku. Kakak kelas kita di XII IPA 3?” tanyanya pada Amel.
“Iya, tahu. Terus kenapa? Dan kenapa kamu hanya tanya padaku?” Amel tak
mengerti.
“Ngapain kemarin kamu ketemuan dengan mas David? Diam-diam di
belakangku?”
Jlebb. Darimana Nayla tahu? David memang meminta Amel untuk
bertemu. Tapi itu pun tidak ada maksud apa-apa. Toh, yang mereka
perbincangkan adalah sesuatu yang tidak penting.
“Nggak ada apa-apa Nayla. Dia yang minta aku ketemuan” Amel mulai gugup.
“Kamu itu sahabatku Mel. Teganya kamu berbuat seperti ini?”
“Tapi Nay. Beneran gak ada apa-apa!” kata Amel bersungguh-sungguh.
“Harusnya nih Mel, meskipun kamu diajak ya jangan mau. Gimana sih kamu ini”
kata Desi sambil tersenyum sinis.
Amel berbisik lirih dalam hati. Seperti inikah yang mereka sebut sahabat?
Tahu kan mereka rasanya terpojok seperti ini? Saat perkataan apapun tak sanggup
menjelaskan kebenaran yang ada?
“Sudah biasa buatku, kalau pacarku diambil orang. Tapi aku gak nyangka Mel.
Kenapa harus kamu? Orang yang paling kupercaya?” kata Nayla sambil mengusap
air matanya yang menetes membasahi pipinya.
“Maafin aku Nay, karena memang kemarin aku bertemu dengan mas David. Tapi
sungguh Nay, aku gak bermaksud seperti itu. Mana mungkin aku mengambil pacar
sahabatku Nay? Kamu salah faham Nay.” Amel berbicara sambil sesenggukan.
“Ah sudahlah. Kalau gak salah, ngapain minta maaf?” kata Nayla sambil bangkit
dari tempat duduknya.
Nayla pergi meninggalkan kelas. Hanya tersisa Gina, Amel, dan Desi di
ruangan itu. Amel menangis sesenggukan. Sungguh, Amel tidak mau kehilangan
sahabatnya hanya karena kesalahfahaman ini. David memang mengajaknya
bertemu. David langsung menuju rumah Amel kemarin. Tapi hanya bertamu biasa.
Tak ada apa-apa. Amel juga tidak mengerti mengapa kemarin David ingin sekali
bertemu dengannya dan membicarakan hal-hal yang tidak penting. “Dasar
penghianat” Kata Desi sambil bangkit dari tempat duduknya. Desi menatap benci
kepada Amel. Lalu pergi meninggalkan kelas, mengejar Nayla yang terlebih dahulu
pergi. Amel hanya tertunduk lesu, sambil mengusap air matanya yang tak mau
berhenti menetes. Tak lama kemudian Gina berdiri dari kursinya.
“Na, kamu juga mau pergi?” tanya Amel.
Gina tersenyum. Lalu mendekati Amel dan duduk di sampingnya. Gina lalu
memeluk Amel.
“Mel, kamu kan kenal baik dengan Nayla. Kamu tahu orang seperti apa Nayla.
Nayla paling gak suka kalau ada yang dekat dengan dengan pacarnya, seujung
kuku pun. Nayla itu mudah cemburu. Ngerti kan?” kata Gina sambil mengelus
kepala Amel.
“Iya Na, aku ngerti. Tapi aku gak tahu kalau sampai seperti ini akibatnya. Padahal
aku beneran gak ada apa-apa dengan mas David, Na. Sungguh.”
“Aku tahu Mel. Aku ngerti, kamu gak ngelakuin apa-apa. Tapi memang seperti
itulah Nayla. Kamu sudah minta maaf kan? Sekarang kamu tenangin diri kamu ya.
Sebentar lagi bel masuk bunyi, masih ada dua mata pelajaran sebelum pulang.
Kamu kuatin diri. Santai aja, tetap duduk di samping Nayla. Seperti gak ada apa-
apa. Oke?” kata Gina. Amel mengangguk pelan.
Bel masuk berbunyi. Gina melapaskan pelukannya lalu kembali ke tempat
duduknya. Semua siswa di kelas itu sudah masuk, kecuali Desi dan Nayla. Amel
melihat ke arah Gina. Gina tersenyum sambil berbisik “gak apa-apa Mel”.
Tak lama kemudian Desi dan Nayla masuk. Tak seperti biasa, Nayla duduk dengan
Gina dan Desi duduk dengan Amel.
“Nayla lagi males duduk dengan kamu katanya. Ah, sebenernya aku juga males
duduk dengan penghianat” kata Desi
Sungguh, teganya Desi memojokkan dirinya lagi. Apakah selama ini bagi Desi
teman yang ia anggap hanya Nayla saja? Apakah selama ini Desi sebenarnya
enggan berteman dengan Amel? Mengapa Amel merasa sedari dulu memang tak
pernah begitu akrab dengan Desi meskipun mereka sering pergi bersama-sama?
“Des, aku salah apa sih sama kamu? Sampai seperti ini sikapmu padaku?”
“Salahmu? Salahmu ya menghanati sahabatku.”
“Lantas? Apa aku tak termasuk sahabatmu?”
“Penghianat tak termasuk hitungan” sahut Desi sinis
Ya Tuhan. Sehina itukah aku? Mungkin aku salah karena mau diajak bertemu
dengan mas David, tapi bukankah David juga salah karena telah mengajakku
bertemu? Mengapa aku harus menjadi orang paling berdosa di antara mereka?
Gumam Amel dalam hati.
Saat ini yang paling diinginkan Amel adalah pelajaran lekas berganti lalu
bel pulang segera berbunyi. Amel ingin segera pulang dan mengunci diri di
kamarnya. Menangis sepuas-puasnya.
Sembilan puluh menit berlalu, bel sekolah berbunyi. Tanda pergantian
pelajaran. Sebentar lagi guru fisika mereka yaitu Pak Hari akan memasuki kelas.
Tiba-tiba Desi berdiri dan membawa bukunya. Ia lalu duduk dengan Sony, di
bangku paling belakang. Sejak pelajaran fisika mulai, Desi duduk di sana.
Sepertinya sampai pelajaran selesai dan bel pulang sekolah berbunyi. Murid di
kelas kami ada 31 orang. jadi wajar bila ada satu orang yang duduk sendirian,
yaitu Sony. Tapi sepertinya mulai hari ini, orang yang duduk sendirian bukan Sony
lagi. Kini orang yang duduk sendirian adalah Amel.
Jam pelajaran usai. Bel sekolah berbunyi, tanda pelajaran sekolah hari ini
telah usai. Semua murid mengemasi barang-barangnya lalu berdoa sebelum
pulang. Murid-murid keluar dari kelas setelah Pak Hari keluar dari kelas. Nayla,
Gina, dan Desi berjalan beriringan. Sesekali Gina menoleh ke belakang, menatap
Amel yang berjalan di belakang, lalu berhenti berjalan. Kemudian Desi menarik
tangannya. Mengajak Gina untuk tak memperdulikan Amel.
Amel berjalan lesu. Ia ingin segera pulang. Ia telah sampai di gerbang
sekolah, mencari-cari abang tukang becak yang biasanya menjemputnya. Tiba-tiba
seseorang menarik tangannya, menariknya untuk masuk lagi ke halaman sekolah.
“Apa-apaan sih? Siapa kamu?! Kenapa sih orang-orang sibuk banget narik-narik
tanganku hari ini?” Amel berteriak sebal.
“Amel, kok marah-marah sih? Ada apa?” tanya David, orang yang menariknya
barusan.
“Mas David? Ada apa? Aku gak mau bertemu dengan kamu lagi mas. Sudah cukup
kamarin aja. Gara-gara itu saja aku sudah kehilangan sahabatku!” Ujar Amel
dengan nada tinggi.
“Kenapa? Nayla cemburu denganmu? Heh, dengar ya Amel. Kalau mereka
mengaku sahabatmu, meraka gak akan ninggalin kamu atas kesalahan yang gak
kamu perbuat.”
“Udah deh, aku gak mau dengar lagi. Aku mau pulang” kata Amel sambil beranjak
pergi.
Ketika Amel memutar balik badannya untuk pergi, dilihatnya Nayla, Desi dan
Gina berdiri di depannya.
Prok prok prok. Nayla bertepuk tangan.
“So sweet. Kanapa kaNaylan gak jadian aja ya?” kata Nayla.
“Kamu mengulangi kesalahan yang sama Mel? Gak tahu malu. Gak punya
perasaan”, kata Desi
Lagi-lagi Nayla salah faham. Lagi-lagi Desi memojokkannya. Dan lagi-lagi Gina
hanya bisa diam.
Amel tak tahu harus berbuat apa. Ia hanya menangis. Hari ini sangat melelahkan
baginya. Sungguh ia ingin hari ini cepat berlalu. Amel sudah lelah.
“Nay, ini gak seperti yang kamu banyangkan. Sungguh Nay, gak ada apa-apa”
kata Amel
“Ah, lagi-lagi kamu bilang begitu. Aku gak percaya lagi sama kamu Mel. Dan kamu
mas David, pacar macam apa kamu ini yang tega berselingkuh dengan sahabatku?”
kata Nayla.
“Aku gak ngelakuin apa-apa kok. Dia yang memintaku untuk datang ke rumahnya
kemarin, dan hari ini juga.” Kata David
Amel tercengang. Apa maksud ini semua? Ada apa dengan David? Mengapa ia
meluncurkan kata-kata fitnah itu di hadapan banyak orang?
“Hahahaha. Ya Tuhaaan. Cocok ya kaNaylan berdua, gak ada yang bisa
dipercaya!” kata Nayla dengan nada tinggi.
Gina mengusap-usap bahu Nayla.
“Sabar Nayla, sabar”, kata Gina
“Gimana bisa sabar? Harusnya dia bisa belajar dari kesalahannya! Dia sahabatku,
Na. tega-teganya berbuat begini!!”
“Apa sih salahku? Sudah kujelaskan semuanya Nayla. Kamu salah faham. Dan kata-
kata dari mas David itu semua bohong!” Kata Amel.
“Kamu gak tahu salahmu apa Mel? Kamu gak tahu? Ya ampun” kata Desi.
Gina mendekati Amel yang tak mampu membendung airmatanya yang mengalir
sangat deras. Gina memeluk Amel, membelakangi Nayla, David, dan Desi.
“Amel, sabar ya. Kuberitahu, sebenarnya kamu gak salah. Yah, hanya saja, kenapa
sih hari ini kamu ulang tahun?” kata Gina
“Hah? Maksudnya?”
Ceplok! Sesuatu yang basah, berlendir dan berbau amis berhasil mendarat
dengan manis di kepala Amel. Amel melapaskan pelukan Gina. Gina tertawa lalu
berlari menjauh.
“Selamat hari lahir sayaaang” kata Nayla dan Desi yang telah memberi telur mata
sapi mentah di kepala Amel.
David menghampiri Amel lalu memegangi Amel agar tidak lari. Nayla dan
Desi sibuk melempari Amel dengan tepung. Amel meronta, lalu melepaskan diri.
David, Nayla, dan Desi berlari menjauhi Amel. Mereka berkejar-kejaran di
halaman sekolah, disaksikan murid-murid yang sedang ekskul.
“KaNaylaaaan awaaaas yaaaa” teriak Amel.
Tak lama kemudian Gina tergopoh-gopoh berlari, datang dengan sebuah kue tart
kecil di tangannya. Gina tersenyum senang.
“Hey sudah-sudah, ayo ditiup lilinnya”
“Terimakasih teman-teman. KaNaylan sangat berarti buatku” kata Amel
Amel, Nayla, Desi dan Gina berpelukan. Amel mangusap air matanya, kali ini air
mata haru. Hari ini hari yang sangat melelahkan. Tangis dan tawa manghiasi hari
ini. Tak terasa hari mulai sore, mereka harus pulang sebelum orangtua mereka
mengomel lagi karena anaknya pulang terlambat.
Ceplok! Sesuatu mendarat di kepala Amel. Lagi-lagi.
“Ups, sori. Telur terakhir. Hahahaaha.” Kata Gina sambil berlari menjauhi Amel.
“Ginaaaaaaaaaaaaa!!!”

More Related Content

What's hot (20)

Drama 6 orang
Drama 6 orangDrama 6 orang
Drama 6 orang
 
Contoh naskah drama malin kundang
Contoh naskah drama malin kundangContoh naskah drama malin kundang
Contoh naskah drama malin kundang
 
Cerkak (Cerita Cekak) Sepatu Anyar
Cerkak (Cerita Cekak) Sepatu AnyarCerkak (Cerita Cekak) Sepatu Anyar
Cerkak (Cerita Cekak) Sepatu Anyar
 
Naskah drama 4 orang pemborosan
Naskah drama 4 orang pemborosanNaskah drama 4 orang pemborosan
Naskah drama 4 orang pemborosan
 
Naskah drama 4 orang persahabatan
Naskah drama 4 orang persahabatanNaskah drama 4 orang persahabatan
Naskah drama 4 orang persahabatan
 
Naskah drama musikal anak sma
Naskah drama musikal anak smaNaskah drama musikal anak sma
Naskah drama musikal anak sma
 
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by MardhatillahCerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Taubatnya Preman Sekolah
Taubatnya Preman SekolahTaubatnya Preman Sekolah
Taubatnya Preman Sekolah
 
Naskah drama munafik
Naskah drama munafikNaskah drama munafik
Naskah drama munafik
 
Drama 3 orang persahabatan
Drama 3 orang persahabatanDrama 3 orang persahabatan
Drama 3 orang persahabatan
 
Contoh naskah drama 5 orang
Contoh naskah drama 5 orangContoh naskah drama 5 orang
Contoh naskah drama 5 orang
 
20 Resensi Novel
20 Resensi Novel20 Resensi Novel
20 Resensi Novel
 
10 Contoh Kritik Karya Seni Rupa Lengkap Beserta Gambarnya (masbabal.com).pdf
10 Contoh Kritik Karya Seni Rupa Lengkap Beserta Gambarnya (masbabal.com).pdf10 Contoh Kritik Karya Seni Rupa Lengkap Beserta Gambarnya (masbabal.com).pdf
10 Contoh Kritik Karya Seni Rupa Lengkap Beserta Gambarnya (masbabal.com).pdf
 
Naskah drama 8 orang
Naskah drama 8 orangNaskah drama 8 orang
Naskah drama 8 orang
 
Cerpen ...
Cerpen ...Cerpen ...
Cerpen ...
 
Contoh Resensi Buku Fiksi
Contoh Resensi Buku FiksiContoh Resensi Buku Fiksi
Contoh Resensi Buku Fiksi
 
Resensi novel hujan
Resensi novel hujanResensi novel hujan
Resensi novel hujan
 
Teks anekdot
Teks anekdotTeks anekdot
Teks anekdot
 
Naskah drama 7 orang
Naskah drama 7 orangNaskah drama 7 orang
Naskah drama 7 orang
 

Similar to CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"

cerpen Dibalik sketsa foto ibu
cerpen Dibalik sketsa foto ibucerpen Dibalik sketsa foto ibu
cerpen Dibalik sketsa foto ibuRaya Dewinta
 
Dibalik sketsa foto ibu
Dibalik sketsa foto ibuDibalik sketsa foto ibu
Dibalik sketsa foto ibuRaya Dewinta
 
Analisis drama berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsik
Analisis drama berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsikAnalisis drama berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsik
Analisis drama berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsikttanitaaprilia
 
Drama sekolah 10 orang (complit)
Drama sekolah 10 orang  (complit)Drama sekolah 10 orang  (complit)
Drama sekolah 10 orang (complit)Nafiun Naja
 
Kebaikan membawa keberuntungan
Kebaikan membawa keberuntunganKebaikan membawa keberuntungan
Kebaikan membawa keberuntunganM Omses
 
Naskah drama arti sahabat
Naskah drama arti sahabatNaskah drama arti sahabat
Naskah drama arti sahabatFadhli Syar
 
Rembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata IbuRembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata Ibujefkenzie
 
Revolusi Berganti Sebelum Mati
Revolusi Berganti Sebelum MatiRevolusi Berganti Sebelum Mati
Revolusi Berganti Sebelum MatiAkhmad Akbar
 
Cintaku Bersemi di Kota Bali
Cintaku Bersemi di Kota BaliCintaku Bersemi di Kota Bali
Cintaku Bersemi di Kota Balifrda arumitha
 
Cerpen difabel versi pinky
Cerpen difabel versi pinkyCerpen difabel versi pinky
Cerpen difabel versi pinkypinkycantik
 

Similar to CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT" (20)

cerpen Thank you
cerpen Thank you cerpen Thank you
cerpen Thank you
 
cerpen Dibalik sketsa foto ibu
cerpen Dibalik sketsa foto ibucerpen Dibalik sketsa foto ibu
cerpen Dibalik sketsa foto ibu
 
Dibalik sketsa foto ibu
Dibalik sketsa foto ibuDibalik sketsa foto ibu
Dibalik sketsa foto ibu
 
Analisis drama berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsik
Analisis drama berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsikAnalisis drama berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsik
Analisis drama berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsik
 
Andai Ku Bercinta Lagi
Andai Ku Bercinta LagiAndai Ku Bercinta Lagi
Andai Ku Bercinta Lagi
 
Drama sekolah 10 orang (complit)
Drama sekolah 10 orang  (complit)Drama sekolah 10 orang  (complit)
Drama sekolah 10 orang (complit)
 
Niken & Pandu
Niken & PanduNiken & Pandu
Niken & Pandu
 
Cerita versi ku
Cerita versi kuCerita versi ku
Cerita versi ku
 
Asmanadia rembulandimataibu.
Asmanadia rembulandimataibu.Asmanadia rembulandimataibu.
Asmanadia rembulandimataibu.
 
Kebaikan membawa keberuntungan
Kebaikan membawa keberuntunganKebaikan membawa keberuntungan
Kebaikan membawa keberuntungan
 
Naskah drama arti sahabat
Naskah drama arti sahabatNaskah drama arti sahabat
Naskah drama arti sahabat
 
Cinta jangan baru
Cinta jangan baruCinta jangan baru
Cinta jangan baru
 
Orang pertama
Orang pertamaOrang pertama
Orang pertama
 
Rembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata IbuRembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata Ibu
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Revolusi Berganti Sebelum Mati
Revolusi Berganti Sebelum MatiRevolusi Berganti Sebelum Mati
Revolusi Berganti Sebelum Mati
 
Cintaku Bersemi di Kota Bali
Cintaku Bersemi di Kota BaliCintaku Bersemi di Kota Bali
Cintaku Bersemi di Kota Bali
 
Cerpen difabel versi pinky
Cerpen difabel versi pinkyCerpen difabel versi pinky
Cerpen difabel versi pinky
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Surat dari amerika
Surat dari amerikaSurat dari amerika
Surat dari amerika
 

CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"

  • 1. JIKA KAU SAHABAT ^_^ Oleh : Nama : Nur Widdya Kurniati Kelas : XII IPA 6 No Abs. : 24 SMA NEGERI 1 TEMANGGUNG 2014/2015
  • 2. JIKA KAU SAHABAT ^^ Kriiiing!!! Bel tanda istirahat berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar kelas. Ada yang menuju kantin, ada yang menuju perpustakaan, ada pula yang menuju musola. Amel hendak menuju ke luar kelas ketika seseorang menarik tangannya. Amel menoleh, dilihatnya Nayla yang kini ada di hadapannya. “Ada apa Nay?” “Mau kemana kamu? Sini aja, temani kita di kelas” Kata Nayla. “Lho, gak ke kantin?” tanya Amel. “Lagi mual. Sini, kita kumpul aja. Temani aku, bareng Desi dan Gina juga.” Nayla menggandeng Amel. Menariknya agar ikut Nayla menuju bangku tempat meraka berkumpul. Sudah ada Gina dan Desi disana. Seperti biasa, Desi sibuk dengan handphonenya. Pasti sedang facebook-an atau chatting dengan pacarnya. Sedangkan Gina juga seperti biasa, membaca buku pelajaran dan memberi garis dengan stabilo warna kuning di setiap kosakata yang dianggapnya penting. Nayla duduk di sebelah Gina. Amel menuju bangku yang ada di sebelah Desi. Mereka sengaja mengatur bangku agar dapat duduk berhadapan berempat. “Gak ada yang laper ya? Gak ada cemilan gak seru nih” kata Gina sambil membalik lembaran bukunya. Gina memang rajin. Di antara mereka berempat, Gina pula yang paling pintar. Berulang kali kami selamat dari ujian yang mengerikan. Di balik itu semua Gina-lah penyelamat mereka. Gina yang selalu gigih mengajari walaupun kami enggan. “Ini ceritanya, kita diminta menghormati Nayla yang lagi mual. Kenapa sih kamu? Telat makan? Maag-mu kambuh?” seloroh Desi. Mata Desi tetap memandangi layar handphone-nya. Seolah-olah ia bisa ketinggalan berita penting jika pandangannya beralih ke tempat lain. Di antara mereka berempat, Desi yang paling ‘canggih’ dan ‘update’. Desi yang paling keren dan gaul. “Lagi badmood nih. Ah, sebel banget hari ini” kata Nayla. Nayla adalah cewek paling cantik di antara mereka. Matanya yang berbinar-binar, kulitnya yang bersih, senyumannya yang manis, menjadi daya tarik
  • 3. tersendiri bagi kaum adam di sekolah ini. dan di antara mereka berempat, Amel hanya bisa merendahkan diri. Amel bukan siapa-siapa tanpa mereka. Amel sangat menyayangi teman-temannya, terutama Nayla. Nayla yang selalu baik padanya dan yang paling baik di antara semuanya. “Ada masalah apa memangnya, Nay?” tanya Amel penasaran. “Ah, nggak ada apa-apa kok. Cuma lagi sebel kalau ada penghianat” sahut Nayla. “Apa maksudnya Nay? Cerita dong” kata Desi sambil memainkan kedua alisnya. Gina melihat kami berempat. Lalu menutup bukunya. Ia menyandarkan diri di kursinya lalu bersedekap. Seakan tahu, ada sesuatu yang serius. Sesuatu yang tidak biasa. “Hahaha. Gimana kalau langsung aja cerita ya? To the point, gitu?” kata Nayla dengan mimik muka tidak enak. Dari awal, Amel sudah merasa. Ada yang tidak beres. Ada yang tidak biasa. “Ada apa sih? Langsung cerita aja Nayla” kata Amel “Oke, langsung aja ya” Kata Nayla sambil tersenyum. “Kamu kenal mas David kan? Pacarku. Kakak kelas kita di XII IPA 3?” tanyanya pada Amel. “Iya, tahu. Terus kenapa? Dan kenapa kamu hanya tanya padaku?” Amel tak mengerti. “Ngapain kemarin kamu ketemuan dengan mas David? Diam-diam di belakangku?” Jlebb. Darimana Nayla tahu? David memang meminta Amel untuk bertemu. Tapi itu pun tidak ada maksud apa-apa. Toh, yang mereka perbincangkan adalah sesuatu yang tidak penting. “Nggak ada apa-apa Nayla. Dia yang minta aku ketemuan” Amel mulai gugup. “Kamu itu sahabatku Mel. Teganya kamu berbuat seperti ini?” “Tapi Nay. Beneran gak ada apa-apa!” kata Amel bersungguh-sungguh. “Harusnya nih Mel, meskipun kamu diajak ya jangan mau. Gimana sih kamu ini” kata Desi sambil tersenyum sinis. Amel berbisik lirih dalam hati. Seperti inikah yang mereka sebut sahabat? Tahu kan mereka rasanya terpojok seperti ini? Saat perkataan apapun tak sanggup menjelaskan kebenaran yang ada? “Sudah biasa buatku, kalau pacarku diambil orang. Tapi aku gak nyangka Mel. Kenapa harus kamu? Orang yang paling kupercaya?” kata Nayla sambil mengusap air matanya yang menetes membasahi pipinya.
  • 4. “Maafin aku Nay, karena memang kemarin aku bertemu dengan mas David. Tapi sungguh Nay, aku gak bermaksud seperti itu. Mana mungkin aku mengambil pacar sahabatku Nay? Kamu salah faham Nay.” Amel berbicara sambil sesenggukan. “Ah sudahlah. Kalau gak salah, ngapain minta maaf?” kata Nayla sambil bangkit dari tempat duduknya. Nayla pergi meninggalkan kelas. Hanya tersisa Gina, Amel, dan Desi di ruangan itu. Amel menangis sesenggukan. Sungguh, Amel tidak mau kehilangan sahabatnya hanya karena kesalahfahaman ini. David memang mengajaknya bertemu. David langsung menuju rumah Amel kemarin. Tapi hanya bertamu biasa. Tak ada apa-apa. Amel juga tidak mengerti mengapa kemarin David ingin sekali bertemu dengannya dan membicarakan hal-hal yang tidak penting. “Dasar penghianat” Kata Desi sambil bangkit dari tempat duduknya. Desi menatap benci kepada Amel. Lalu pergi meninggalkan kelas, mengejar Nayla yang terlebih dahulu pergi. Amel hanya tertunduk lesu, sambil mengusap air matanya yang tak mau berhenti menetes. Tak lama kemudian Gina berdiri dari kursinya. “Na, kamu juga mau pergi?” tanya Amel. Gina tersenyum. Lalu mendekati Amel dan duduk di sampingnya. Gina lalu memeluk Amel. “Mel, kamu kan kenal baik dengan Nayla. Kamu tahu orang seperti apa Nayla. Nayla paling gak suka kalau ada yang dekat dengan dengan pacarnya, seujung kuku pun. Nayla itu mudah cemburu. Ngerti kan?” kata Gina sambil mengelus kepala Amel. “Iya Na, aku ngerti. Tapi aku gak tahu kalau sampai seperti ini akibatnya. Padahal aku beneran gak ada apa-apa dengan mas David, Na. Sungguh.” “Aku tahu Mel. Aku ngerti, kamu gak ngelakuin apa-apa. Tapi memang seperti itulah Nayla. Kamu sudah minta maaf kan? Sekarang kamu tenangin diri kamu ya. Sebentar lagi bel masuk bunyi, masih ada dua mata pelajaran sebelum pulang. Kamu kuatin diri. Santai aja, tetap duduk di samping Nayla. Seperti gak ada apa- apa. Oke?” kata Gina. Amel mengangguk pelan. Bel masuk berbunyi. Gina melapaskan pelukannya lalu kembali ke tempat duduknya. Semua siswa di kelas itu sudah masuk, kecuali Desi dan Nayla. Amel melihat ke arah Gina. Gina tersenyum sambil berbisik “gak apa-apa Mel”. Tak lama kemudian Desi dan Nayla masuk. Tak seperti biasa, Nayla duduk dengan Gina dan Desi duduk dengan Amel.
  • 5. “Nayla lagi males duduk dengan kamu katanya. Ah, sebenernya aku juga males duduk dengan penghianat” kata Desi Sungguh, teganya Desi memojokkan dirinya lagi. Apakah selama ini bagi Desi teman yang ia anggap hanya Nayla saja? Apakah selama ini Desi sebenarnya enggan berteman dengan Amel? Mengapa Amel merasa sedari dulu memang tak pernah begitu akrab dengan Desi meskipun mereka sering pergi bersama-sama? “Des, aku salah apa sih sama kamu? Sampai seperti ini sikapmu padaku?” “Salahmu? Salahmu ya menghanati sahabatku.” “Lantas? Apa aku tak termasuk sahabatmu?” “Penghianat tak termasuk hitungan” sahut Desi sinis Ya Tuhan. Sehina itukah aku? Mungkin aku salah karena mau diajak bertemu dengan mas David, tapi bukankah David juga salah karena telah mengajakku bertemu? Mengapa aku harus menjadi orang paling berdosa di antara mereka? Gumam Amel dalam hati. Saat ini yang paling diinginkan Amel adalah pelajaran lekas berganti lalu bel pulang segera berbunyi. Amel ingin segera pulang dan mengunci diri di kamarnya. Menangis sepuas-puasnya. Sembilan puluh menit berlalu, bel sekolah berbunyi. Tanda pergantian pelajaran. Sebentar lagi guru fisika mereka yaitu Pak Hari akan memasuki kelas. Tiba-tiba Desi berdiri dan membawa bukunya. Ia lalu duduk dengan Sony, di bangku paling belakang. Sejak pelajaran fisika mulai, Desi duduk di sana. Sepertinya sampai pelajaran selesai dan bel pulang sekolah berbunyi. Murid di kelas kami ada 31 orang. jadi wajar bila ada satu orang yang duduk sendirian, yaitu Sony. Tapi sepertinya mulai hari ini, orang yang duduk sendirian bukan Sony lagi. Kini orang yang duduk sendirian adalah Amel. Jam pelajaran usai. Bel sekolah berbunyi, tanda pelajaran sekolah hari ini telah usai. Semua murid mengemasi barang-barangnya lalu berdoa sebelum pulang. Murid-murid keluar dari kelas setelah Pak Hari keluar dari kelas. Nayla, Gina, dan Desi berjalan beriringan. Sesekali Gina menoleh ke belakang, menatap Amel yang berjalan di belakang, lalu berhenti berjalan. Kemudian Desi menarik tangannya. Mengajak Gina untuk tak memperdulikan Amel. Amel berjalan lesu. Ia ingin segera pulang. Ia telah sampai di gerbang sekolah, mencari-cari abang tukang becak yang biasanya menjemputnya. Tiba-tiba seseorang menarik tangannya, menariknya untuk masuk lagi ke halaman sekolah.
  • 6. “Apa-apaan sih? Siapa kamu?! Kenapa sih orang-orang sibuk banget narik-narik tanganku hari ini?” Amel berteriak sebal. “Amel, kok marah-marah sih? Ada apa?” tanya David, orang yang menariknya barusan. “Mas David? Ada apa? Aku gak mau bertemu dengan kamu lagi mas. Sudah cukup kamarin aja. Gara-gara itu saja aku sudah kehilangan sahabatku!” Ujar Amel dengan nada tinggi. “Kenapa? Nayla cemburu denganmu? Heh, dengar ya Amel. Kalau mereka mengaku sahabatmu, meraka gak akan ninggalin kamu atas kesalahan yang gak kamu perbuat.” “Udah deh, aku gak mau dengar lagi. Aku mau pulang” kata Amel sambil beranjak pergi. Ketika Amel memutar balik badannya untuk pergi, dilihatnya Nayla, Desi dan Gina berdiri di depannya. Prok prok prok. Nayla bertepuk tangan. “So sweet. Kanapa kaNaylan gak jadian aja ya?” kata Nayla. “Kamu mengulangi kesalahan yang sama Mel? Gak tahu malu. Gak punya perasaan”, kata Desi Lagi-lagi Nayla salah faham. Lagi-lagi Desi memojokkannya. Dan lagi-lagi Gina hanya bisa diam. Amel tak tahu harus berbuat apa. Ia hanya menangis. Hari ini sangat melelahkan baginya. Sungguh ia ingin hari ini cepat berlalu. Amel sudah lelah. “Nay, ini gak seperti yang kamu banyangkan. Sungguh Nay, gak ada apa-apa” kata Amel “Ah, lagi-lagi kamu bilang begitu. Aku gak percaya lagi sama kamu Mel. Dan kamu mas David, pacar macam apa kamu ini yang tega berselingkuh dengan sahabatku?” kata Nayla. “Aku gak ngelakuin apa-apa kok. Dia yang memintaku untuk datang ke rumahnya kemarin, dan hari ini juga.” Kata David Amel tercengang. Apa maksud ini semua? Ada apa dengan David? Mengapa ia meluncurkan kata-kata fitnah itu di hadapan banyak orang? “Hahahaha. Ya Tuhaaan. Cocok ya kaNaylan berdua, gak ada yang bisa dipercaya!” kata Nayla dengan nada tinggi. Gina mengusap-usap bahu Nayla.
  • 7. “Sabar Nayla, sabar”, kata Gina “Gimana bisa sabar? Harusnya dia bisa belajar dari kesalahannya! Dia sahabatku, Na. tega-teganya berbuat begini!!” “Apa sih salahku? Sudah kujelaskan semuanya Nayla. Kamu salah faham. Dan kata- kata dari mas David itu semua bohong!” Kata Amel. “Kamu gak tahu salahmu apa Mel? Kamu gak tahu? Ya ampun” kata Desi. Gina mendekati Amel yang tak mampu membendung airmatanya yang mengalir sangat deras. Gina memeluk Amel, membelakangi Nayla, David, dan Desi. “Amel, sabar ya. Kuberitahu, sebenarnya kamu gak salah. Yah, hanya saja, kenapa sih hari ini kamu ulang tahun?” kata Gina “Hah? Maksudnya?” Ceplok! Sesuatu yang basah, berlendir dan berbau amis berhasil mendarat dengan manis di kepala Amel. Amel melapaskan pelukan Gina. Gina tertawa lalu berlari menjauh. “Selamat hari lahir sayaaang” kata Nayla dan Desi yang telah memberi telur mata sapi mentah di kepala Amel. David menghampiri Amel lalu memegangi Amel agar tidak lari. Nayla dan Desi sibuk melempari Amel dengan tepung. Amel meronta, lalu melepaskan diri. David, Nayla, dan Desi berlari menjauhi Amel. Mereka berkejar-kejaran di halaman sekolah, disaksikan murid-murid yang sedang ekskul. “KaNaylaaaan awaaaas yaaaa” teriak Amel. Tak lama kemudian Gina tergopoh-gopoh berlari, datang dengan sebuah kue tart kecil di tangannya. Gina tersenyum senang. “Hey sudah-sudah, ayo ditiup lilinnya” “Terimakasih teman-teman. KaNaylan sangat berarti buatku” kata Amel Amel, Nayla, Desi dan Gina berpelukan. Amel mangusap air matanya, kali ini air mata haru. Hari ini hari yang sangat melelahkan. Tangis dan tawa manghiasi hari ini. Tak terasa hari mulai sore, mereka harus pulang sebelum orangtua mereka mengomel lagi karena anaknya pulang terlambat. Ceplok! Sesuatu mendarat di kepala Amel. Lagi-lagi. “Ups, sori. Telur terakhir. Hahahaaha.” Kata Gina sambil berlari menjauhi Amel. “Ginaaaaaaaaaaaaa!!!”