SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Kesaksian Musni Umar, Ph.D di MK tentang RSBI
RSBI Sarat Dugaan Korupsi, Tidak
  Transparan dan Tidak Akuntabilitas
       Oleh Musni Umar, Ph.D
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada Yang Mulia
Ketua Majelis Hakim yang telah memberi kesempatan kepada
saya untuk menjadi sanksi atas Perkara Nomor 5/PUU-X/2012
Perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 50 ayat (3)
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Kesaksian ini akan mendasarkan apa yang saya lihat, ketahui,
saksikan dan rasakan sewaktu menjadi Ketua Komite SMA 70
periode 2009-2011 serta sebagai orang tua siswa SMA 70
(RSBI) dan SMA 6 (non RSBI) tentang praktik Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) di sekolah tersebut.
• SMA Negeri 70 Jakarta adalah gabungan dua SMA Negeri
  bertetangga, yaitu SMA Negeri IX dan SMA Negeri XI yang
  masing-masing berdiri tahun 1959 dan 1960. Kedua sekolah
  ini digabung pada 5 Oktober 1981, yang kemudian
  diperingati sebagai hari ulang tahun SMA Negeri 70 Jakarta.
  Jumlah siswa SMA 70 sebanyak 1.141 siswa (2010-2011)
• Cikal bakal RSBI di SMA 70 Jakarta dimulai tahun 2003-2004
  ketika membuka layanan Program Sertifikat A/AS level yang
  mengacu pada University of Cambridge International
  Examination (Kelas Internasional).
• SMA 70 yang bertetangga dengan SMA 6, dan terletak di
  Bulungan Jakarta Selatan, sejak puluhan tahun yang lalu
  sudah terkenal dan menjadi sekolah favorit. Isteri saya dan
  adik-adiknya sekolah di dua sekolah tersebut, begitu juga
  anak saya yang satu, sekolah di SMA 6, dan adiknya sekolah
  di SMA 70. Mereka sekolah di tempat itu bukan karena RSBI
  dan non RSBI, tetapi lebih dekat dengan tempat tinggal dan
  mengikuti jejak orang tua dan tantenya.
• Saya ingin memulai kesaksian ini dengan mengemukakan:
1. Permasalahan Pemerataan Pendidikan

 Pendidikan di Indonesia sejatinya adalah untuk semua
 (education for all). Ia harus merata, bisa diikuti oleh seluruh
 bangsa Indonesia, murah dan berkualitas dalam rangka
 “mencerdaskan kehidupan bangsa” sesuai amanat
 Pembukaan UUD 1945.
  Akan tetapi, dalam implementasi Rintisan Sekolah Bertaraf
 Internasional (RSBI) tidak mewujudkan adanya unsur
 pemerataan pendidikan. Pertama, dari segi nama “Rintisan
 Sekolah Bertaraf Internasional” sudah menggambarkan
 bahwa RSBI hanya untuk sekolah anak-anak orang kaya.
 Konsekuensinya, di SMA 70 Bulungan Jakarta Selatan
 misalnya, sangat sedikit anak-anak miskin yang berani
 bersekolah ditempat itu, karena sejak awal sudah terbangun
 dalam benak mereka, sekolah tersebut bukan untuk mereka.
•   Kedua, dari aspek pembayaran yang disebut Sumbangan Peserta Didik Baru
    (SPDB), dulu disebut IPDB dan Sumbangan Rutin Bulanan (SRB) dulu disebut IIRB,
    anak-anak miskin, mustahil bisa mengikuti pendidikan di sekolah yang berlabel
    RSBI. Sebagai gambaran RSBI SMA 70 Bulungan Jakarta Selatan, terbagi tiga
    kelompok yaitu Kelas Reguler, Kelas CIB (Kelas Aksel), dan Kelas Internasional (KI)
    Kelas Reguler
    - Sumbangan Peserta Didik Baru (SPDB)        Rp 11.200.000,- (Rp 7 juta)
    - Sumbangan Rutin Bulangan (RSB)              Rp     425.000,-
    Kelas CIB (Akselerasi)
    - Sumbangan Peserta Didik Baru (SPDB)         Rp 11.200.000,-
    - Sumbangan Rutin Bulangan (SRB)              Rp 1.000.000,-
    Kelas Internasional (KI)
    - Tahun pertama pembayarannya                  Rp 31.000.000,-
    - Tahun kedua pembayarannya                    Rp 24.000.000.-
    - Tahun ketiga pembayarannya                   Rp 18.000.000,-
    Besarnya jumlah pembayaran pada sekolah RSBI, merupakan bukti bahwa
    Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional telah menjadi sarana komersialisasi
    pendidikan. Pada hal, SMA 70 dan sekolah-sekolah pemerintah yang
    berlabel RSBI, sudah mendapat pembiayaan yang besar dari pemerintah
    dan pemerintah daerah.
2. Permasalahan Keadilan dalam Pendidikan
Pendidikan seharusnya mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
sesuai sila kelima dari Pancasila. Sekolah pemerintah yang mengemban
amanah “mencerdaskan khidupan” dan mewujudkan “keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, ” tidak boleh ada kastanisasi, diskrimnasi dan
ketidak-adilan. Akan tetapi, RSBI telah menciptakan ketidak-adilan.
Pertama, ketidak-adilan antar siswa yang kaya dan miskin. Sebagaimana
dikemukakan diatas, hanya mereka yang kaya, bisa memasuki pendidikan
RSBI yang sangat mahal dibanding sekolah non RSBI. Sebagai
perbandingan SMA 6 Bulungan yang non RSBI, Sumbangan Peserta Didik
Baru sekitar Rp 5.900.000,-
Kedua, ketidakadilan antar kepala sekolah dan guru-guru PNS di sekolah
berlabel RSBI dan Non RSBI. Sebagai gambaran, besaran gaji guru PNS dan
karyawan PNS, sesuai peraturan pemerintah yang menggunakan anggaran
APBN dan APBD, bahwa penghasilan seorang guru antara lain:
-    Gaji pokok berkisar                        Rp. 4.000.000,-
-    TKD (Tunjangan Kinerja Daerah)              Rp. 3.500.000,-
-    Tunjangan Remunerasi                        Rp. 2.500.000,-
-    Sertifikasi                                 Rp. 3.000.000,-
Dengan adanya RSBI, maka orang tua siswa melalui komite harus
 membayar lagi honor kepala sekolah, guru-guru PNS dan karyawan
 PNS setiap pertengahan bulan dan tunjangan Hari Raya. Pada hal
 tidak ada dasar hukumnya. Katanya kesepakatan antara komite dan
 sekolah. Ini juga bentuk lain dari kastanisasi TSBI dan non RSBI.
 Sebagai gambaran kepala sekolah SMA 70 diduga menerima honor
 dari komite sekolah:
 - Kelas Reguler, sebelumnya kepala sekolah menerima sekitar
    Rp 35 juta Kemudian komite menurunkan             Rp 20,000,000,-
- Kelas Internasional (Andi Yuwono)                   Rp 5,000,000,-
- Kelas CIB          (Andi Yuwono)                    Rp 5,000,000,-

 Ketiga, ketidak-adilan antar sekolah. Sama-sama-sekolah
pemerintah, segala kebutuhan pembiayaan ditanggung oleh
pemerintah melalui APBN dan APBD, . seperti pembangunan gedung
sekolah, renovasi, biaya telepon, listrik, ATK, tetapi RSBI mendapat
Rp 500 juta/tahun, Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) Rp
75,000/siswa, dan bisa memungut biaya yang amat mahal dari orang
tua siswa (masyarakat).
Keempat, ketidak-adilan dengan orang tua siswa.
RBSI adalah program pemerintah, tetapi yang
menanggung biaya RSBI dan sangat mahal adalah
orang tua siswa (masyarakat) Sebagai gambaran,
total Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(APBS) SMA 70 sekitar Rp 15 milyar. Sebanyak Rp
10,3 milyar bersumber dari orang tua siswa
(masyarakat). Pemerintah hanya menanggung
biaya Rp 4,7 milyar. Ini tidak tidak-adil dengan
kualitas RSBI yang biasa-biasa saja, serta
pengelolaan keuangan yang jauh dari standar
internasional.
3. Permasalahan Kualitas Pendidikan
 Untuk mewujudkan sekolah yang berkualitas internasional
tidak harus menggunakan nama Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
Menggunakan nama-RSBI dan SBI pada sekolah-sekolah
pemerintah bisa menyesatkan dan menipu masyarakat.
Realitas menunjukkan bahwa RSBI tidak berkorelasi dengan
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Kalau
barometer untuk mengukur berkualitas tidaknya sebuah
sekolah dari ujian nasional dan ujian Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), maka SMA Negeri
berlabel RSBI belum terbukti lebih berkualitas dibanding
sekolah non RSBI.
 Bukti pertama, tingkat kelulusan tertinggi SMA di DKI Jakarta
tahun 2011 adalah 1) SMA Santa Ursula, Lapangan Banteng,
2) SMA Kristen I BPK Penabur, dan 3) Labschool Kebayoran.
Bukti kedua, Kelas Internasional SMA 70, tahun
2010, dua siswa tidak lulus ujian nasional
gelombang pertama.
Bukti ketiga, hampir 100 persen siswa SMA 70
sesudah naik kelas XIII ikut Bimbingan Belajar
(Bimbel) di luar sekolah. Bahkan ada yang sudah
masuk Bimbel mulai dari kelas dua. Logikanya,
kalau tujuan RSBI untuk meningkatkan kualitas
supaya melebihi standar nasional, maka seharusnya
siswa-siswi tidak perlu ikut Bimbel. Akan tetapi,
kalau tidak ikut Bimbel berapa persen yang bisa
lulus ujian nasional dan ujian SNMPTN?
• Bukti keempat, lebih menukik bahwa untuk bisa
  masuk ke ITB hampir tidak ada kaitannya dengan RSBI.
  Contohnya, anak saya sekolah di SMA 6 Bulungan
  Jakarta Selatan, sekolah non RSBI, bisa lulus ujian
  masuk ITB karena sejak naik kelas dua sudah ikut
  Bimbel dan makin dekat ujian nasional dan ujian masuk
  ITB makin intensif Bimbelnya. Demikian juga anak saya
  yang sekolah di SMA 70, bisa diterima belajar di
  University of Malaya (UM) karena memenuhi syarat
  yaitu nilai ujian nasionalnya diatas rata –rata 8 , dan
  TOEFLnya hampir 600. Itu dicapai karena sangat
  intensif ikut Bimbel , serta kursus bahasa Inggris sejak
  SD, SMP dan SMA. Jadi tidak ada kaitannya dengan
  RSBI. Saya kemukakan hal itu, untuk membantah
  kesaksian bahwa RSBI membuat sekolah lebih
  berkualitas dan bisa masuk di ITB dan universitas
  terkemuka lainnya.
4. Permasalahan Pengelolaan Keuangan
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
sejatinya dalam pengelolaan keuangan harus
berlandaskan transparansi dan akuntablitas. Akan
tetapi yang dialami, dilihat dan disaksikan di RSBI
SMA 70 jauh panggang dari api. Pada hal
sebagaimana dikemukakan diatas, mayoritas
pembiayaan RSBI SMA 70 bersumber dari
masyarakat (orang tua siswa). Akan tetapi, tidak
ada transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolalaan keuangan. Sejak proses pemilihan
ketua komite, tidak disajikan laporan
pertanggungjawaban keuangan.dengan berbagai
alasan yang dibuat.
Di RSBI SMA 70 paling tidak terdapat lima penampungan uang
sekolah. Pertama, rekening pembayaran Sumbangan Peserta
Didik Baru (SPDB) dan Sumbangan Rutin Bulanan (SRB) kelas
regular. Kedua, menerima langsung uang dari orang tua atau
siswa di loket sekolah baik pembayaran SPDB maupun SRB.
Ketiga, penerimaan dan pengeluaran Kelas Internasional,
keempat, penerimaan dan pengeluaran kelas CIB (Kelas
Akselerasi). Kelima, penerimaan dan pengeluaran dari
pemerintah seperti Bantuan Operasional Pendidikan sebesar
Rp 75.000/siswa, bantuan dalam rangka RSBI Rp 500
juta/tahun, pembayaran listrik, telepon dan lain sebagainya.
Dari lima penampungan uang di SMA 70, yang diketahui dan
bisa dikontrol oleh komite sekolah hanya satu rekening
yaitu dari kelas regular. Selain itu, pengurus komite sama
sekali tidak mempunyai akses untuk mengetahui apalagi
melakukan kontrol sesuai fungsi komite.
Oleh karena, tidak ada transparansi dan akuntabilitas, maka melalui
salah seorang orang tua siswa SMA 70, yang bekerja di BPKP DKI
Jakarta, komite SMA 70 dibantu oleh BPKP DKI untuk melakukan
audit investigasi terhadap keuangan SMA 70. Hasilnya amat
mengejutkan karena walaupun yang di audit sangat terbatas,
terdapat uang orang tua siswa di rekening liar (diduga rekening
pribadi kepala sekolah) sebesar Rp Rp 1,2 milyar, yang tidak dicatat
dan tercatat dalam pembukuan sekolah, ataupun komite. BPKP
mengatakan, ini hanya kesalahan administrasi, sementara komite
berpendapat sebaliknya, ada indikasi tindak pidana korupsi, kalau
tidak dilakukan audit, uang itu pasti hilang.
 Keinginan komite untuk membenahi keuangan sekolah yang
mayoritas bersumber dari masyarakat (orang tua siswa), dilakukan
dengan menyurat kepada Kepala BPKP DKI supaya dilakukan audit
investigasi dan dibuatkan Tata Kelola Keuangan SMA 70 yang pasti
berguna bagi RSBI lainnya, meminta kepada kepala sekolah tidak
boleh menerima langsung uang dari orang tua siswa dan sumbangan,
tetapi semuanya harus melalui bank. Komite punya akses untuk
mengontrol penerimaan dan pengeluaran uang dari kelas
internasional, kelas CIB (Akselerasi), BOP Rp 75.000/siswa,
semuanya tidak disetujui oleh kepala sekolah.
5. RSBI Sekolah di atas Sekolah
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
pasal 31 ayat (4) tentang Bab XIII tentang Pendidikan
dan Kebudayaan yang menegaskan bahwa “Negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan
dan belanja Negara serta dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional,” seharusnya
biaya pendidikan disemua jenjang yang dilaksanakan
oleh pemerintah, murah dan berkualitas karena
pembiayaannya sudah ditanggung oleh pemerintah
dan pemerintah daerah .
SMA 70 misalnya yang sudah puluhan tahun berdiri dan
dikenal sebagai sekolah unggulan, setelah ditetapkan sebagai
RSBI, tak obahnya ada sekolah diatas sekolah. Kepala sekolah,
para wakil sekolah, guru-guru dan karyawan PNS, sudah digaji
Negara seperti dijelaskan diatas, adanya RSBI, orang tua
siswa melalui komite sekolah harus pula menggaji mereka.
 Alasan diadakan RSBI untuk meningkatkan kualitas diatas
standar nasional, sulit dicapai , karena guru-gurunya itu-itu
juga, kurikulum tidak ada perubahan yang signifikan, dan
budaya di sekolah tidak berobah, sehingga jangan heran
kalau kualitas masih seperti yang dulu.
Yang beda, sudah merujuk ke Cambridge, yang
konsekuensinya harus membayar mahal karena memakai
nama Cambridge, dan memperoleh sertifikat, yang sangat
sedikit kaitannya dengan peningkatan kualitas, yang sudah
tentu harus mengeluarkan devisa. Pada hal saksi ahli dari
pemerintah, adanya RSBI untuk menyetop keluarnya devisa.
Penutup
Alasan adanya RSBI untuk memberi layanan pada anak-
anak pintar, sebenarnya tidak relevan karena disekolah
yang berlabel RSBI dan non RSBI sudah didirikan kelas
CIB (Kelas Akselerasi). Mereka yang cerdas diarahkan
masuk ke kelas itu dengan masa pendidikan hanya dua
tahun untuk jenjang pendidikan SMA atau SMP.
Akhirnya, Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis, saya
mohon maaf harus mengatakan walaupun pahit bahwa
“RSBI lebih banyak mudharatnya dari pada
manfaatnya bagi masyarakat, bangsa dan Negara
Indonesia yang kita cintai ini.”
Demikian dan terima kasih.
Billahittaufik Walhidayah.
Wassalamu ‘aikum Wr. Wb.

More Related Content

Similar to Kesaksian Musni Umar, Ph.D tentang RSBI

Artikel keputusan mk tentang rsbi
Artikel keputusan mk tentang rsbiArtikel keputusan mk tentang rsbi
Artikel keputusan mk tentang rsbi
Penny Parwoto
 
Pedoman Bos 2009 (Versi Lengkap)
Pedoman Bos 2009 (Versi Lengkap)Pedoman Bos 2009 (Versi Lengkap)
Pedoman Bos 2009 (Versi Lengkap)
sekolah maya
 
2021 ICW - Tren Penindakan Korupsi Sektor Pendidikan.pdf
2021 ICW - Tren Penindakan Korupsi Sektor Pendidikan.pdf2021 ICW - Tren Penindakan Korupsi Sektor Pendidikan.pdf
2021 ICW - Tren Penindakan Korupsi Sektor Pendidikan.pdf
AhmadMujidin1
 

Similar to Kesaksian Musni Umar, Ph.D tentang RSBI (20)

Room b, korupsi sektor pendidikan
Room b, korupsi sektor pendidikanRoom b, korupsi sektor pendidikan
Room b, korupsi sektor pendidikan
 
Artikel keputusan mk tentang rsbi
Artikel keputusan mk tentang rsbiArtikel keputusan mk tentang rsbi
Artikel keputusan mk tentang rsbi
 
Analisis pengelolaan dana bos
Analisis pengelolaan dana bosAnalisis pengelolaan dana bos
Analisis pengelolaan dana bos
 
Pedoman Bos 2009 (Versi Lengkap)
Pedoman Bos 2009 (Versi Lengkap)Pedoman Bos 2009 (Versi Lengkap)
Pedoman Bos 2009 (Versi Lengkap)
 
Permendikbud tahun2016 nomor016_salinan_i
Permendikbud tahun2016 nomor016_salinan_iPermendikbud tahun2016 nomor016_salinan_i
Permendikbud tahun2016 nomor016_salinan_i
 
Juknis bos 2017
Juknis bos 2017Juknis bos 2017
Juknis bos 2017
 
Draf juknis bos 2017
Draf juknis bos 2017Draf juknis bos 2017
Draf juknis bos 2017
 
Draf juknis bos 2017
Draf juknis bos 2017Draf juknis bos 2017
Draf juknis bos 2017
 
Eap
EapEap
Eap
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
JUKNIS BOS 2016
JUKNIS BOS 2016JUKNIS BOS 2016
JUKNIS BOS 2016
 
2021 ICW - Tren Penindakan Korupsi Sektor Pendidikan.pdf
2021 ICW - Tren Penindakan Korupsi Sektor Pendidikan.pdf2021 ICW - Tren Penindakan Korupsi Sektor Pendidikan.pdf
2021 ICW - Tren Penindakan Korupsi Sektor Pendidikan.pdf
 
Petunjuk Teknis Dana BOS Tahun 2014
Petunjuk Teknis Dana BOS Tahun 2014Petunjuk Teknis Dana BOS Tahun 2014
Petunjuk Teknis Dana BOS Tahun 2014
 
Juknis BOS Tahun 2014
Juknis BOS Tahun 2014Juknis BOS Tahun 2014
Juknis BOS Tahun 2014
 
Juknis bos 2014(1)
Juknis bos 2014(1)Juknis bos 2014(1)
Juknis bos 2014(1)
 
Juknis bos 2011
Juknis bos 2011Juknis bos 2011
Juknis bos 2011
 
Juknis bos 2011
Juknis bos 2011Juknis bos 2011
Juknis bos 2011
 
Bab i ok
Bab i okBab i ok
Bab i ok
 
PKH.pptx
PKH.pptxPKH.pptx
PKH.pptx
 
Petunjuk Teknis BOS 2014
Petunjuk Teknis BOS 2014Petunjuk Teknis BOS 2014
Petunjuk Teknis BOS 2014
 

More from musniumar

Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI JakartaMusni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
musniumar
 
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki JakartaMusni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
musniumar
 
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
musniumar
 
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan PancasilaMembangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
musniumar
 
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi KitaMusni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
musniumar
 
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi KitaMusni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
musniumar
 
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit IndonesiaMusnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
musniumar
 
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
musniumar
 
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI JakartaMusni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
musniumar
 
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI JakartaMusni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
musniumar
 
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
musniumar
 
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
musniumar
 
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara MencegahnyaMusni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
musniumar
 
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
musniumar
 
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat MadaniMusni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
musniumar
 

More from musniumar (20)

Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan SosialRevolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
 
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
 
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI JakartaMusni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
 
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki JakartaMusni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
 
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
 
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan PancasilaMembangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
 
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi KitaMusni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
 
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi KitaMusni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
 
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan BangsaMusni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
 
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan PersatuanMusni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
 
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit IndonesiaMusnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
 
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
 
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI JakartaMusni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
 
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI JakartaMusni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
 
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
 
Musni Umar: Demokrasi dan HAM Dalam Praktik
Musni Umar: Demokrasi dan HAM  Dalam PraktikMusni Umar: Demokrasi dan HAM  Dalam Praktik
Musni Umar: Demokrasi dan HAM Dalam Praktik
 
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
 
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara MencegahnyaMusni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
 
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
 
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat MadaniMusni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
 

Recently uploaded

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 

Kesaksian Musni Umar, Ph.D tentang RSBI

  • 1. Kesaksian Musni Umar, Ph.D di MK tentang RSBI
  • 2. RSBI Sarat Dugaan Korupsi, Tidak Transparan dan Tidak Akuntabilitas Oleh Musni Umar, Ph.D Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjadi sanksi atas Perkara Nomor 5/PUU-X/2012 Perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 50 ayat (3) terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesaksian ini akan mendasarkan apa yang saya lihat, ketahui, saksikan dan rasakan sewaktu menjadi Ketua Komite SMA 70 periode 2009-2011 serta sebagai orang tua siswa SMA 70 (RSBI) dan SMA 6 (non RSBI) tentang praktik Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di sekolah tersebut.
  • 3. • SMA Negeri 70 Jakarta adalah gabungan dua SMA Negeri bertetangga, yaitu SMA Negeri IX dan SMA Negeri XI yang masing-masing berdiri tahun 1959 dan 1960. Kedua sekolah ini digabung pada 5 Oktober 1981, yang kemudian diperingati sebagai hari ulang tahun SMA Negeri 70 Jakarta. Jumlah siswa SMA 70 sebanyak 1.141 siswa (2010-2011) • Cikal bakal RSBI di SMA 70 Jakarta dimulai tahun 2003-2004 ketika membuka layanan Program Sertifikat A/AS level yang mengacu pada University of Cambridge International Examination (Kelas Internasional). • SMA 70 yang bertetangga dengan SMA 6, dan terletak di Bulungan Jakarta Selatan, sejak puluhan tahun yang lalu sudah terkenal dan menjadi sekolah favorit. Isteri saya dan adik-adiknya sekolah di dua sekolah tersebut, begitu juga anak saya yang satu, sekolah di SMA 6, dan adiknya sekolah di SMA 70. Mereka sekolah di tempat itu bukan karena RSBI dan non RSBI, tetapi lebih dekat dengan tempat tinggal dan mengikuti jejak orang tua dan tantenya. • Saya ingin memulai kesaksian ini dengan mengemukakan:
  • 4. 1. Permasalahan Pemerataan Pendidikan Pendidikan di Indonesia sejatinya adalah untuk semua (education for all). Ia harus merata, bisa diikuti oleh seluruh bangsa Indonesia, murah dan berkualitas dalam rangka “mencerdaskan kehidupan bangsa” sesuai amanat Pembukaan UUD 1945. Akan tetapi, dalam implementasi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) tidak mewujudkan adanya unsur pemerataan pendidikan. Pertama, dari segi nama “Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional” sudah menggambarkan bahwa RSBI hanya untuk sekolah anak-anak orang kaya. Konsekuensinya, di SMA 70 Bulungan Jakarta Selatan misalnya, sangat sedikit anak-anak miskin yang berani bersekolah ditempat itu, karena sejak awal sudah terbangun dalam benak mereka, sekolah tersebut bukan untuk mereka.
  • 5. Kedua, dari aspek pembayaran yang disebut Sumbangan Peserta Didik Baru (SPDB), dulu disebut IPDB dan Sumbangan Rutin Bulanan (SRB) dulu disebut IIRB, anak-anak miskin, mustahil bisa mengikuti pendidikan di sekolah yang berlabel RSBI. Sebagai gambaran RSBI SMA 70 Bulungan Jakarta Selatan, terbagi tiga kelompok yaitu Kelas Reguler, Kelas CIB (Kelas Aksel), dan Kelas Internasional (KI) Kelas Reguler - Sumbangan Peserta Didik Baru (SPDB) Rp 11.200.000,- (Rp 7 juta) - Sumbangan Rutin Bulangan (RSB) Rp 425.000,- Kelas CIB (Akselerasi) - Sumbangan Peserta Didik Baru (SPDB) Rp 11.200.000,- - Sumbangan Rutin Bulangan (SRB) Rp 1.000.000,- Kelas Internasional (KI) - Tahun pertama pembayarannya Rp 31.000.000,- - Tahun kedua pembayarannya Rp 24.000.000.- - Tahun ketiga pembayarannya Rp 18.000.000,- Besarnya jumlah pembayaran pada sekolah RSBI, merupakan bukti bahwa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional telah menjadi sarana komersialisasi pendidikan. Pada hal, SMA 70 dan sekolah-sekolah pemerintah yang berlabel RSBI, sudah mendapat pembiayaan yang besar dari pemerintah dan pemerintah daerah.
  • 6. 2. Permasalahan Keadilan dalam Pendidikan Pendidikan seharusnya mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai sila kelima dari Pancasila. Sekolah pemerintah yang mengemban amanah “mencerdaskan khidupan” dan mewujudkan “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, ” tidak boleh ada kastanisasi, diskrimnasi dan ketidak-adilan. Akan tetapi, RSBI telah menciptakan ketidak-adilan. Pertama, ketidak-adilan antar siswa yang kaya dan miskin. Sebagaimana dikemukakan diatas, hanya mereka yang kaya, bisa memasuki pendidikan RSBI yang sangat mahal dibanding sekolah non RSBI. Sebagai perbandingan SMA 6 Bulungan yang non RSBI, Sumbangan Peserta Didik Baru sekitar Rp 5.900.000,- Kedua, ketidakadilan antar kepala sekolah dan guru-guru PNS di sekolah berlabel RSBI dan Non RSBI. Sebagai gambaran, besaran gaji guru PNS dan karyawan PNS, sesuai peraturan pemerintah yang menggunakan anggaran APBN dan APBD, bahwa penghasilan seorang guru antara lain: - Gaji pokok berkisar Rp. 4.000.000,- - TKD (Tunjangan Kinerja Daerah) Rp. 3.500.000,- - Tunjangan Remunerasi Rp. 2.500.000,- - Sertifikasi Rp. 3.000.000,-
  • 7. Dengan adanya RSBI, maka orang tua siswa melalui komite harus membayar lagi honor kepala sekolah, guru-guru PNS dan karyawan PNS setiap pertengahan bulan dan tunjangan Hari Raya. Pada hal tidak ada dasar hukumnya. Katanya kesepakatan antara komite dan sekolah. Ini juga bentuk lain dari kastanisasi TSBI dan non RSBI. Sebagai gambaran kepala sekolah SMA 70 diduga menerima honor dari komite sekolah: - Kelas Reguler, sebelumnya kepala sekolah menerima sekitar Rp 35 juta Kemudian komite menurunkan Rp 20,000,000,- - Kelas Internasional (Andi Yuwono) Rp 5,000,000,- - Kelas CIB (Andi Yuwono) Rp 5,000,000,- Ketiga, ketidak-adilan antar sekolah. Sama-sama-sekolah pemerintah, segala kebutuhan pembiayaan ditanggung oleh pemerintah melalui APBN dan APBD, . seperti pembangunan gedung sekolah, renovasi, biaya telepon, listrik, ATK, tetapi RSBI mendapat Rp 500 juta/tahun, Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) Rp 75,000/siswa, dan bisa memungut biaya yang amat mahal dari orang tua siswa (masyarakat).
  • 8. Keempat, ketidak-adilan dengan orang tua siswa. RBSI adalah program pemerintah, tetapi yang menanggung biaya RSBI dan sangat mahal adalah orang tua siswa (masyarakat) Sebagai gambaran, total Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS) SMA 70 sekitar Rp 15 milyar. Sebanyak Rp 10,3 milyar bersumber dari orang tua siswa (masyarakat). Pemerintah hanya menanggung biaya Rp 4,7 milyar. Ini tidak tidak-adil dengan kualitas RSBI yang biasa-biasa saja, serta pengelolaan keuangan yang jauh dari standar internasional.
  • 9. 3. Permasalahan Kualitas Pendidikan Untuk mewujudkan sekolah yang berkualitas internasional tidak harus menggunakan nama Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Menggunakan nama-RSBI dan SBI pada sekolah-sekolah pemerintah bisa menyesatkan dan menipu masyarakat. Realitas menunjukkan bahwa RSBI tidak berkorelasi dengan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Kalau barometer untuk mengukur berkualitas tidaknya sebuah sekolah dari ujian nasional dan ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), maka SMA Negeri berlabel RSBI belum terbukti lebih berkualitas dibanding sekolah non RSBI. Bukti pertama, tingkat kelulusan tertinggi SMA di DKI Jakarta tahun 2011 adalah 1) SMA Santa Ursula, Lapangan Banteng, 2) SMA Kristen I BPK Penabur, dan 3) Labschool Kebayoran.
  • 10. Bukti kedua, Kelas Internasional SMA 70, tahun 2010, dua siswa tidak lulus ujian nasional gelombang pertama. Bukti ketiga, hampir 100 persen siswa SMA 70 sesudah naik kelas XIII ikut Bimbingan Belajar (Bimbel) di luar sekolah. Bahkan ada yang sudah masuk Bimbel mulai dari kelas dua. Logikanya, kalau tujuan RSBI untuk meningkatkan kualitas supaya melebihi standar nasional, maka seharusnya siswa-siswi tidak perlu ikut Bimbel. Akan tetapi, kalau tidak ikut Bimbel berapa persen yang bisa lulus ujian nasional dan ujian SNMPTN?
  • 11. • Bukti keempat, lebih menukik bahwa untuk bisa masuk ke ITB hampir tidak ada kaitannya dengan RSBI. Contohnya, anak saya sekolah di SMA 6 Bulungan Jakarta Selatan, sekolah non RSBI, bisa lulus ujian masuk ITB karena sejak naik kelas dua sudah ikut Bimbel dan makin dekat ujian nasional dan ujian masuk ITB makin intensif Bimbelnya. Demikian juga anak saya yang sekolah di SMA 70, bisa diterima belajar di University of Malaya (UM) karena memenuhi syarat yaitu nilai ujian nasionalnya diatas rata –rata 8 , dan TOEFLnya hampir 600. Itu dicapai karena sangat intensif ikut Bimbel , serta kursus bahasa Inggris sejak SD, SMP dan SMA. Jadi tidak ada kaitannya dengan RSBI. Saya kemukakan hal itu, untuk membantah kesaksian bahwa RSBI membuat sekolah lebih berkualitas dan bisa masuk di ITB dan universitas terkemuka lainnya.
  • 12. 4. Permasalahan Pengelolaan Keuangan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) sejatinya dalam pengelolaan keuangan harus berlandaskan transparansi dan akuntablitas. Akan tetapi yang dialami, dilihat dan disaksikan di RSBI SMA 70 jauh panggang dari api. Pada hal sebagaimana dikemukakan diatas, mayoritas pembiayaan RSBI SMA 70 bersumber dari masyarakat (orang tua siswa). Akan tetapi, tidak ada transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolalaan keuangan. Sejak proses pemilihan ketua komite, tidak disajikan laporan pertanggungjawaban keuangan.dengan berbagai alasan yang dibuat.
  • 13. Di RSBI SMA 70 paling tidak terdapat lima penampungan uang sekolah. Pertama, rekening pembayaran Sumbangan Peserta Didik Baru (SPDB) dan Sumbangan Rutin Bulanan (SRB) kelas regular. Kedua, menerima langsung uang dari orang tua atau siswa di loket sekolah baik pembayaran SPDB maupun SRB. Ketiga, penerimaan dan pengeluaran Kelas Internasional, keempat, penerimaan dan pengeluaran kelas CIB (Kelas Akselerasi). Kelima, penerimaan dan pengeluaran dari pemerintah seperti Bantuan Operasional Pendidikan sebesar Rp 75.000/siswa, bantuan dalam rangka RSBI Rp 500 juta/tahun, pembayaran listrik, telepon dan lain sebagainya. Dari lima penampungan uang di SMA 70, yang diketahui dan bisa dikontrol oleh komite sekolah hanya satu rekening yaitu dari kelas regular. Selain itu, pengurus komite sama sekali tidak mempunyai akses untuk mengetahui apalagi melakukan kontrol sesuai fungsi komite.
  • 14. Oleh karena, tidak ada transparansi dan akuntabilitas, maka melalui salah seorang orang tua siswa SMA 70, yang bekerja di BPKP DKI Jakarta, komite SMA 70 dibantu oleh BPKP DKI untuk melakukan audit investigasi terhadap keuangan SMA 70. Hasilnya amat mengejutkan karena walaupun yang di audit sangat terbatas, terdapat uang orang tua siswa di rekening liar (diduga rekening pribadi kepala sekolah) sebesar Rp Rp 1,2 milyar, yang tidak dicatat dan tercatat dalam pembukuan sekolah, ataupun komite. BPKP mengatakan, ini hanya kesalahan administrasi, sementara komite berpendapat sebaliknya, ada indikasi tindak pidana korupsi, kalau tidak dilakukan audit, uang itu pasti hilang. Keinginan komite untuk membenahi keuangan sekolah yang mayoritas bersumber dari masyarakat (orang tua siswa), dilakukan dengan menyurat kepada Kepala BPKP DKI supaya dilakukan audit investigasi dan dibuatkan Tata Kelola Keuangan SMA 70 yang pasti berguna bagi RSBI lainnya, meminta kepada kepala sekolah tidak boleh menerima langsung uang dari orang tua siswa dan sumbangan, tetapi semuanya harus melalui bank. Komite punya akses untuk mengontrol penerimaan dan pengeluaran uang dari kelas internasional, kelas CIB (Akselerasi), BOP Rp 75.000/siswa, semuanya tidak disetujui oleh kepala sekolah.
  • 15. 5. RSBI Sekolah di atas Sekolah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 31 ayat (4) tentang Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan yang menegaskan bahwa “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang- kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional,” seharusnya biaya pendidikan disemua jenjang yang dilaksanakan oleh pemerintah, murah dan berkualitas karena pembiayaannya sudah ditanggung oleh pemerintah dan pemerintah daerah .
  • 16. SMA 70 misalnya yang sudah puluhan tahun berdiri dan dikenal sebagai sekolah unggulan, setelah ditetapkan sebagai RSBI, tak obahnya ada sekolah diatas sekolah. Kepala sekolah, para wakil sekolah, guru-guru dan karyawan PNS, sudah digaji Negara seperti dijelaskan diatas, adanya RSBI, orang tua siswa melalui komite sekolah harus pula menggaji mereka. Alasan diadakan RSBI untuk meningkatkan kualitas diatas standar nasional, sulit dicapai , karena guru-gurunya itu-itu juga, kurikulum tidak ada perubahan yang signifikan, dan budaya di sekolah tidak berobah, sehingga jangan heran kalau kualitas masih seperti yang dulu. Yang beda, sudah merujuk ke Cambridge, yang konsekuensinya harus membayar mahal karena memakai nama Cambridge, dan memperoleh sertifikat, yang sangat sedikit kaitannya dengan peningkatan kualitas, yang sudah tentu harus mengeluarkan devisa. Pada hal saksi ahli dari pemerintah, adanya RSBI untuk menyetop keluarnya devisa.
  • 17. Penutup Alasan adanya RSBI untuk memberi layanan pada anak- anak pintar, sebenarnya tidak relevan karena disekolah yang berlabel RSBI dan non RSBI sudah didirikan kelas CIB (Kelas Akselerasi). Mereka yang cerdas diarahkan masuk ke kelas itu dengan masa pendidikan hanya dua tahun untuk jenjang pendidikan SMA atau SMP. Akhirnya, Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis, saya mohon maaf harus mengatakan walaupun pahit bahwa “RSBI lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya bagi masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang kita cintai ini.” Demikian dan terima kasih. Billahittaufik Walhidayah. Wassalamu ‘aikum Wr. Wb.