SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
IDENTIFIKASI GALUR JAGUNG UNPAD TOLERAN
NAUNGAN PADA SISTEM AGROFORESTRI DENGAN
ALBIZIA DI JAWA BARAT DENGAN METODE GGE BIPLOT
Syafi’i M1, B. Waluyo2, A. T. Makkulawu3, E. Suryadi4, Y. Yuwariah5, dan D. Ruswandi 5,6
Makalah disampaikan pada SEMINAR PERAGI-UNS
Solo, 13 November 20014
Jagung merupakan salah
satu tanaman serealia
penting di dunia, selain
gandum dan padi.
Kebutuhan jagung di
Indonesia semakin meningkat
seiring dengan pertumbuhan
industri dan
penduduk yang semakin
meningkat, namun
peningkatan produksi jagung
belum mampu
secara signifikan dapat memenuhi
kebutuhan nasional sehingga perlu
ditingkatkan (Zubachtirodin dkk.,
2005, Kasyno, et.al., 2010).
Upaya
peningkatan
produksi
jagung adalah
melalui
pemanfaatan
areal lahan
agroforestri.
Agroforestri
merupakan
sistem
pengelolaan
sumber daya
alam yang
dinamis dan
berbasis
ekologi,
dengan
memadukan
berbagai jenis
pohon dan
tanaman sela
seperti jagung,
sayuran,
tembakau dsb.
pada lahan
pertanian
maupun pada
bentang lahan
tertentu
(Senoaji,
2012).
Kendala penggunaan lahan
dibawah tegakan atau
agroforestri: rendahnya
tingkat intensitas cahaya
akibat ternaungi (Handayani,
dkk., 2006; Yuan et.al., 2012;
Earl et.al., 2012).
Intensitas cahaya rendah
merupakan salah satu faktor
penghambat pertumbuhan
dan produksi jagung pada
sistem agroforestri albizia di
Indonesia
Yuan et.al (2012) :
perlakuan naungan
pada jagung fase
pertumbuhan dan
reproduksi secara
signifikan
menurunkan tinggi
tanaman dan tinggi
tongkol,
mengurangi
diameter batang,
memperlambat
umur berbunga
betina, umur
berbunga jantan
dan meningkatkan
anthesis-silking
interval (ASI).
Fase
berbunga
Fosintesis
menurun
dan
meningkat
kan
rontok biji
(kernel
abortion)
(Reed et.
al 1988).
fase
pengisian
biji (grain
filling),:bob
ot biji dan
hasil
menurun,
jumlah biji
dan bobot
pipil akan
menurun
(Early et al,
1967; Kiniry
et al, 1985).
Fase
perkemba
ngan :
menurunk
an bobot
biji dan
panjang
ruas
(Fournier
& Andrieu,
2000),
memperla
mbat
waktu
anthesis
dan
silking
(Struik,19
83),
menurunkan
jumlah baris
biji dan
tingkat
pemuputan
biji (Stinson,
1960; Setter
et. al. 2001),
menghambat
pemanjangan
silk
(Edmeades et.
al, 2000),
(Struik,1983)
dan
menurunkan
ketebalan
daun (Ward
et.al, 1986).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
untuk mendapatkan galur-galur elite UNPAD yang
toleran dan peka terhadap naungan pada sistem
agroforestri dengan albizia sebagai bahan
perakitan varietas unggul yang berproduksi tinggi
dan toleran terhadap naungan
Materi genetik yang
dievaluasi adalah 72
galur elit DR dan
mutan DR generasi
ke-6 yang
dikembangkan oleh
Ruswandi (Ruswandi
dkk., 2007; Febriani
dkk. 2008; Ruswandi
et.al., 2014a;
Ruswandi et. Al.,
2014b)
Penelitian
dilaksanakan bulan
Maret-Agustus
2014 di Lahan
hutan rakyat Blok
Pasir Angin, Desa
Cibeureum Kulon,
Kec. Cimalaka Kab.
Sumedang
Rancangan splitplot design
Faktor. Petak utama N0 =
tanpa naungan (100 % full
linght) dan N1 = naungan
dibawah tegakan albizia
berumur 3-5 tahun (45 %
cahaya). Faktor anak petak
:galur (G) terdiri dari 72
galur Unpad (21galur DR, 4
galur BR, 50 M5DR dan 12
M5BR) dan 10 galur cek
Balitsereal-Maros
Figure
 1). Galur #77 (DR-21) memiliki umur berbunga betina (UBB) tergenjah di lingkungan tanpa
naungan dan mutan #30 (M6DR 4.7.2)
 memiliki umur berbunga betina. Pada umur berbunga betina (UBB), mutan-mutan # 49
 (M6DR 14.2.1), #32 (M6DR 5.4.1), #53 (M6DR 14.3.11) dan # 35 (M6DR 7.1.7)
 merupakan genotip yang memiliki umur berbunga betina tergenjah pada pada lingkungan
 naungan dan tanpa naungan. 2). Galur #15 (DR-17) memiliki bobot tongkol tertinggi pada
 kondisi tanpa naungan, genotip # 20 (BR-154) memiliki bobot tongkol tertinggi pada
 naungan. 3). Genotip #10 (DR 10) dan #3 (DR 4) memiliki nilai bobot tongkol tertinggi pada
 lingkungan naungan dan tanpa naungan, sedangkan mutan #72 (M6BR 153.10.2) merupakan
 genotip yang memiliki nilai terendah pada lingkungan naungan dan tanpa naungan. 4). Galur
 #12 (DR-14) memiliki bobot pipil tertinggi pada kondisi tanpa naungan, dan mutan #33
 (M6DR 5.5.1) memiliki bobot pipil tertinggi pada kondisi naungan, sedangkan mutan #57
 (M6DR 16.5.15) merupakan genotip yang memiliki nilai terendah pada lingkungan naungan
 dan tanpa naungan.

More Related Content

What's hot

Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
efri007
 
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
Repository Ipb
 
penanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada berpenanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada ber
marhenharjono
 

What's hot (19)

Pengantar sistem pertanaman dody
Pengantar sistem pertanaman dodyPengantar sistem pertanaman dody
Pengantar sistem pertanaman dody
 
Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
9088 16554-2-pb
9088 16554-2-pb9088 16554-2-pb
9088 16554-2-pb
 
Presentasi kl
Presentasi klPresentasi kl
Presentasi kl
 
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
 
penanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada berpenanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada ber
 
Penelitian tanaman
Penelitian tanamanPenelitian tanaman
Penelitian tanaman
 
Makalah sorgum
Makalah sorgumMakalah sorgum
Makalah sorgum
 
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (
 
Land suitability assessment_for_maize_de
Land suitability assessment_for_maize_deLand suitability assessment_for_maize_de
Land suitability assessment_for_maize_de
 
2.3
2.32.3
2.3
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
Pemuliharaan ex
Pemuliharaan exPemuliharaan ex
Pemuliharaan ex
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...
 
331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht
 
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
 

Viewers also liked

Viewers also liked (9)

PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL UBI JALAR CILAWU SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK SERUNDE...
PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL UBI JALAR CILAWU SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK SERUNDE...PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL UBI JALAR CILAWU SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK SERUNDE...
PEMANFAATAN VARIETAS LOKAL UBI JALAR CILAWU SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK SERUNDE...
 
Agung_Nugroho_FP_UB_1999-2015_pipg
Agung_Nugroho_FP_UB_1999-2015_pipgAgung_Nugroho_FP_UB_1999-2015_pipg
Agung_Nugroho_FP_UB_1999-2015_pipg
 
PARAMETER KETAHANAN UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam) TERHADAP PENYAKIT KU...
PARAMETER KETAHANAN UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam) TERHADAP PENYAKIT KU...PARAMETER KETAHANAN UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam) TERHADAP PENYAKIT KU...
PARAMETER KETAHANAN UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam) TERHADAP PENYAKIT KU...
 
KERAGAMAN MORFOLOGI, KOMPONEN HASIL DAN HASIL UBI JALAR LOKAL POTENSIAL JAWA ...
KERAGAMAN MORFOLOGI, KOMPONEN HASIL DAN HASIL UBI JALAR LOKAL POTENSIAL JAWA ...KERAGAMAN MORFOLOGI, KOMPONEN HASIL DAN HASIL UBI JALAR LOKAL POTENSIAL JAWA ...
KERAGAMAN MORFOLOGI, KOMPONEN HASIL DAN HASIL UBI JALAR LOKAL POTENSIAL JAWA ...
 
Keragaman Karakter Agromorfologi dan Kandungan Nutrisi pada Kentang Hitam (So...
Keragaman Karakter Agromorfologi dan Kandungan Nutrisi pada Kentang Hitam (So...Keragaman Karakter Agromorfologi dan Kandungan Nutrisi pada Kentang Hitam (So...
Keragaman Karakter Agromorfologi dan Kandungan Nutrisi pada Kentang Hitam (So...
 
Respons Hasil Umbi Aksesi Ubi Jalar Lokal yang Dikoleksi Secara Ex-Situ Terha...
Respons Hasil Umbi Aksesi Ubi Jalar Lokal yang Dikoleksi Secara Ex-Situ Terha...Respons Hasil Umbi Aksesi Ubi Jalar Lokal yang Dikoleksi Secara Ex-Situ Terha...
Respons Hasil Umbi Aksesi Ubi Jalar Lokal yang Dikoleksi Secara Ex-Situ Terha...
 
KERAGAMAN KARAKTER DAN PENGELOMPOKKAN GENOTIP POTENSIAL CABAI BERDASARKAN KAR...
KERAGAMAN KARAKTER DAN PENGELOMPOKKAN GENOTIP POTENSIAL CABAI BERDASARKAN KAR...KERAGAMAN KARAKTER DAN PENGELOMPOKKAN GENOTIP POTENSIAL CABAI BERDASARKAN KAR...
KERAGAMAN KARAKTER DAN PENGELOMPOKKAN GENOTIP POTENSIAL CABAI BERDASARKAN KAR...
 
Evaluation of Sweet Potato Based on Agronomic Characters and Biochemical Cont...
Evaluation of Sweet Potato Based on Agronomic Characters and Biochemical Cont...Evaluation of Sweet Potato Based on Agronomic Characters and Biochemical Cont...
Evaluation of Sweet Potato Based on Agronomic Characters and Biochemical Cont...
 
DEVELOPMENT OF HIGH YIELDING SWEETPOTATO CULTIVAR
DEVELOPMENT OF HIGH YIELDING SWEETPOTATO CULTIVARDEVELOPMENT OF HIGH YIELDING SWEETPOTATO CULTIVAR
DEVELOPMENT OF HIGH YIELDING SWEETPOTATO CULTIVAR
 

IDENTIFIKASI GALUR JAGUNG UNPAD TOLERAN NAUNGAN PADA SISTEM AGROFORESTRI DENGAN ALBIZIA DI JAWA BARAT DENGAN METODE GGE BIPLOT

  • 1. IDENTIFIKASI GALUR JAGUNG UNPAD TOLERAN NAUNGAN PADA SISTEM AGROFORESTRI DENGAN ALBIZIA DI JAWA BARAT DENGAN METODE GGE BIPLOT Syafi’i M1, B. Waluyo2, A. T. Makkulawu3, E. Suryadi4, Y. Yuwariah5, dan D. Ruswandi 5,6 Makalah disampaikan pada SEMINAR PERAGI-UNS Solo, 13 November 20014
  • 2. Jagung merupakan salah satu tanaman serealia penting di dunia, selain gandum dan padi. Kebutuhan jagung di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan industri dan penduduk yang semakin meningkat, namun peningkatan produksi jagung belum mampu secara signifikan dapat memenuhi kebutuhan nasional sehingga perlu ditingkatkan (Zubachtirodin dkk., 2005, Kasyno, et.al., 2010).
  • 3.
  • 4. Upaya peningkatan produksi jagung adalah melalui pemanfaatan areal lahan agroforestri. Agroforestri merupakan sistem pengelolaan sumber daya alam yang dinamis dan berbasis ekologi, dengan memadukan berbagai jenis pohon dan tanaman sela seperti jagung, sayuran, tembakau dsb. pada lahan pertanian maupun pada bentang lahan tertentu (Senoaji, 2012).
  • 5. Kendala penggunaan lahan dibawah tegakan atau agroforestri: rendahnya tingkat intensitas cahaya akibat ternaungi (Handayani, dkk., 2006; Yuan et.al., 2012; Earl et.al., 2012). Intensitas cahaya rendah merupakan salah satu faktor penghambat pertumbuhan dan produksi jagung pada sistem agroforestri albizia di Indonesia
  • 6. Yuan et.al (2012) : perlakuan naungan pada jagung fase pertumbuhan dan reproduksi secara signifikan menurunkan tinggi tanaman dan tinggi tongkol, mengurangi diameter batang, memperlambat umur berbunga betina, umur berbunga jantan dan meningkatkan anthesis-silking interval (ASI).
  • 7. Fase berbunga Fosintesis menurun dan meningkat kan rontok biji (kernel abortion) (Reed et. al 1988). fase pengisian biji (grain filling),:bob ot biji dan hasil menurun, jumlah biji dan bobot pipil akan menurun (Early et al, 1967; Kiniry et al, 1985). Fase perkemba ngan : menurunk an bobot biji dan panjang ruas (Fournier & Andrieu, 2000), memperla mbat waktu anthesis dan silking (Struik,19 83), menurunkan jumlah baris biji dan tingkat pemuputan biji (Stinson, 1960; Setter et. al. 2001), menghambat pemanjangan silk (Edmeades et. al, 2000), (Struik,1983) dan menurunkan ketebalan daun (Ward et.al, 1986).
  • 8. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan untuk mendapatkan galur-galur elite UNPAD yang toleran dan peka terhadap naungan pada sistem agroforestri dengan albizia sebagai bahan perakitan varietas unggul yang berproduksi tinggi dan toleran terhadap naungan
  • 9. Materi genetik yang dievaluasi adalah 72 galur elit DR dan mutan DR generasi ke-6 yang dikembangkan oleh Ruswandi (Ruswandi dkk., 2007; Febriani dkk. 2008; Ruswandi et.al., 2014a; Ruswandi et. Al., 2014b) Penelitian dilaksanakan bulan Maret-Agustus 2014 di Lahan hutan rakyat Blok Pasir Angin, Desa Cibeureum Kulon, Kec. Cimalaka Kab. Sumedang Rancangan splitplot design Faktor. Petak utama N0 = tanpa naungan (100 % full linght) dan N1 = naungan dibawah tegakan albizia berumur 3-5 tahun (45 % cahaya). Faktor anak petak :galur (G) terdiri dari 72 galur Unpad (21galur DR, 4 galur BR, 50 M5DR dan 12 M5BR) dan 10 galur cek Balitsereal-Maros
  • 11.  1). Galur #77 (DR-21) memiliki umur berbunga betina (UBB) tergenjah di lingkungan tanpa naungan dan mutan #30 (M6DR 4.7.2)  memiliki umur berbunga betina. Pada umur berbunga betina (UBB), mutan-mutan # 49  (M6DR 14.2.1), #32 (M6DR 5.4.1), #53 (M6DR 14.3.11) dan # 35 (M6DR 7.1.7)  merupakan genotip yang memiliki umur berbunga betina tergenjah pada pada lingkungan  naungan dan tanpa naungan. 2). Galur #15 (DR-17) memiliki bobot tongkol tertinggi pada  kondisi tanpa naungan, genotip # 20 (BR-154) memiliki bobot tongkol tertinggi pada  naungan. 3). Genotip #10 (DR 10) dan #3 (DR 4) memiliki nilai bobot tongkol tertinggi pada  lingkungan naungan dan tanpa naungan, sedangkan mutan #72 (M6BR 153.10.2) merupakan  genotip yang memiliki nilai terendah pada lingkungan naungan dan tanpa naungan. 4). Galur  #12 (DR-14) memiliki bobot pipil tertinggi pada kondisi tanpa naungan, dan mutan #33  (M6DR 5.5.1) memiliki bobot pipil tertinggi pada kondisi naungan, sedangkan mutan #57  (M6DR 16.5.15) merupakan genotip yang memiliki nilai terendah pada lingkungan naungan  dan tanpa naungan.