7. PENITER / TITRAN
UNTUK
TUJUAN REDUKSI
• Garam Cr (II)
• Garam Fe (II)
• Garam Sn (II)
• Natrium arsenat
• Natrium tiosulfat7
Sophie Damayanti / SF ITB
9. DEFINISI BARU
OKSIDASI:
TERJADI PELEPASAN ELEKTRON
Fe2+ Fe3+ + e-
TERJADI KENAIKAN
VALENSI POSITIF
REDUKSI:
TERJADI PENERIMAAN ELEKTRON
Fe3+ + e- Fe2+
TERJADI PENURUNAN
VALENSI POSITIF
9
Sophie Damayanti / SF ITB
10. REAKSI REDOKS
TERJADI
SECARA SIMULTAN
SUATU SPESI YG
MENGOKSIDASI
(OKSIDATOR)
MENGALAMI
REDUKSI
SUATU SPESI YG
MEREDUKSI
(REDUKTOR)
MENGALAMI
OKSIDASI
10
Sophie Damayanti / SF ITB
11. Reduksi I Oksidasi I + n e-
Oksidasi II + n e- Reduksi II
Red I + Oks II Oks I + Red II
11
Sophie Damayanti / SF ITB
12. PRINSIP DASAR
TINGKAT OKSIDASI/VALENSI
DALAM REAKSI REDOKS
• Tingkat oksidasi unsur = nol (0)
• Tingkat oksidasi ion = muatannya
• Tingkat oksidasi Hidrogen (H) = + 1
• Tingkat oksidasi Oksigen (O) = - 2,
kecuali dlm H2O2
• Tingkat oksidasi atom dlm molekul
tak bermuatan = nol (0)
12
Sophie Damayanti / SF ITB
13. C2H6 + Cl2 C2H5Cl + HCl
PRINSIP DASAR TSB TIDAK
BERLAKU SEPENUHNYA UTK
SENYAWA ORGANIK
• Tingkat oksidasi Cl pada
C2H5Cl & HCl = - 1
• Tingkat oksidasi H = + 1
• Maka tingkat oksidasi C
pada C2H6 = - 3 & pada
C2H5Cl = - 2
Sebagai Oksidator : Cl2
Sebagai Reduktor : C2H6
13
Sophie Damayanti / SF ITB
14. TIDAK ADA REDUKTOR ATAU
OKSIDATOR ABSOLUT
Pada suatu reaksi
suatu spesi dapat bertindak
sebagai oksidator
Pada reaksi lain
spesi tersebut dapat
bertindak sebagai reduktor
14
Sophie Damayanti / SF ITB
15. IO3
- + 6H+ +2 I2 5 I+ + 3 H2O
I2 bertindak sebagai
reduktor
I2 bertindak sebagai
oksidator
As2O3+ 2 I2 + 2 H2O As2O5 +4 I- + 4 H+
15
Sophie Damayanti / SF ITB
16. Suatu spesi akan
bertindak sebagai
oksidator atau reduktor
POTENSIAL REDOKS
STANDAR
masing-masing pasangan
oksidator & reduktor
POTENSIAL
REDOKS
STANDAR
POTENSIAL
ELEKTRODA
BAKU
=
16
Sophie Damayanti / SF ITB
17. Eo : potensial elektroda baku
Potensial elektroda
reaksi setengah sel
yang dibandingkan terhadap
elektroda hidrogen baku
Elektoda hidrogen baku = SHE =
Standard Hydrogen Electrode =
0,00 Volt17
Sophie Damayanti / SF ITB
19. Suatu spesi akan
bertindak sebagai
oksidator
Potensial elektroda baku
spesi tersebut
lebih besar daripada
Potensial elektroda baku
spesi lainnya
Dalam suatu reaksi:
MnO4
- sebagai oksidator
Fe 2+ sebagai reduktor19
Sophie Damayanti / SF ITB
21. Eo = potensial elektroda baku
(khas utk reaksi ½ sel)
R = tetapan gas 8,314 J/K mol
T = suhu reaksi dlm Kelvin
n = jumlah elektron yg terlibat
F = tetapan Faraday 96473
Coulomb/ekiv
[Oks] = konsentrasi molar dlm
bentuk oksidasi
[Red] = konsentrasi molar dlm
bentuk reduksi
RT [Oks]
E = Eo + ln
nF [Red]
21
Sophie Damayanti / SF ITB
23. ln = 2,303
T = 25oC = 298 oK
0,0592 [Oks]
E = Eo + log
n [Red]
Persamaan Nernst
dapat diubah menjadi
0,0592 [Red]
E = Eo - log
n [Oks]
23
Sophie Damayanti / SF ITB
24. 0,0592 [Oks]
E = Eo + log
n [Red]
Fe3+ + e- Fe2+
0,0592 [Fe3+]
E = Eo Fe + log
1 [Fe2+]
24
Sophie Damayanti / SF ITB
25. Fe3+ + e- Fe2+
Red I + Oks II Oks I + Red II
MnO4
- + 8H+ + 5e-
Mn2+ + 4H2O
MnO4
- + 5 Fe2+ + 8H+
Mn2+ + + 5 Fe3+ + 4H2O
Red I = Fe2+
Oks I = Fe3+
Red II = Mn2+
Oks II = MnO4
-
& H+
25
Sophie Damayanti / SF ITB
26. Hitung potensial elektroda
Cadmium yg dicelupkan
dalam larutan Cd2+ 0,01 M
0,0592 [Cd]
E = Eo Cd - log
n [Cd2+]
Cd2+ + 2e- Cd (s)
Eo Cd = - 0,403 V
26
Sophie Damayanti / SF ITB
27. 0,0592 [Cd]
E = Eo Cd - log
2 [Cd2+]
0,0592 1
E = - 0,403 - log
2 0,01
E = - 0,462 Volt
27
Sophie Damayanti / SF ITB
28. PENGARUH pH
pH berpengaruh
pada reaksi redoks
yg melibatkan ion H+ atau
OH- pada reaksi ½ sel
Reaksi yg menggunakan
oksi anion sebagai oksidator
MnO4
- + 8H+ + 5e-
Mn2+ + 4H2O28
Sophie Damayanti / SF ITB
29. KELAYAKAN REAKSI
REDOKS
Red I + Oks II Oks I + Red II
Pada saat kesetimbangan
0,0592 [Oks I ]
Eo1 + log
n1 [Red I ]
0,0592 [Oks II ]
Eo2 + log
n2 [Red II ]
=
29
Sophie Damayanti / SF ITB
30. 0,0592 [Oks I ] [Red II]
Eo2 – Eo1 = log
n1.n2 [Red I ] [Oks II]
n1.n2 (Eo2 – Eo1)
log K eq =
0,0592
30
Sophie Damayanti / SF ITB
34. KURVA TITRASI REDOKS
Kurva yg menggambarkan
perubahan potensial redoks
terhadap jumlah peniter
yg ditambahkan
Makin besar perbedaan
potensial baku (Eo) antara
oksidator dan reduktor maka
makin besar perub potensial
pd titik setara (TS)34
Sophie Damayanti / SF ITB
35. Makin tajam perubahan
potensial redoks pada TS
makin mudah titik akhir (TA)
titrasi diamati
E(Volt)
mL peniter
TS
35
Sophie Damayanti / SF ITB
36. n2 Red I +n1 Oks II n2 Oks I +n1 Red II
Sebelum
reaksi
[Oks1] = [Red2] = 0
Selama
reaksi
[Oks1]/[Red2] = n2/n1
[Red1]/[Oks2] = n2/n1
Pada
TS
[Red1]+[Oks1] n2
=
[Red2]+[Oks2] n1
36
Sophie Damayanti / SF ITB
37. 0,0592 [Oks1]
E = Eo1 + log
n1 [Red1]
0,0592 [Oks2]
E = Eo2 + log
n2 [Red2]
Pada TS, E = E TS = penjumlahan
kedua persamaan di atas
n1Eo1 +n2 Eo2
E TS = Volt
(n1+n2)37
Sophie Damayanti / SF ITB
38. PENGARUH K eq
TERHADAP
KESEMPURNAAN REAKSI
n (EoT – EoX)
log K eq =
0,0592
Suatu analit dgn EoX = 0,20 V
dititrasi dengan titran dgn EoT
berturut-turut A: 1,20, B: 1,00,
C: 0,80, D: 0,60 dan E: 0,40 V
Reaksi melibatkan
1 elektron, hitung Keq
38
Sophie Damayanti / SF ITB
39. A. EoT – EoX = 1,2-0,2 = 1,00 V
K eq = 8 . 1016
D. EoT- EoX = 0,6-0,2 = 0,40 V
K eq = 6.106
B. EoT – EoX = 1,0-0,2 = 0,80 V
K eq = 3.1013
C. EoT – EoX = 0,8 –0,2 =0,60 V
K eq = 1.1010
E. EoT- EoX = 0,4-0,2 = 0,20 V
K eq = 2. 10239
Sophie Damayanti / SF ITB
41. Makin besar
beda potensial baku
titran dan analit
Makin besar K eq
Reaksi cepat dan
sempurna
41
Sophie Damayanti / SF ITB
42. Fe3+ + e- Fe2+
Ce4+ + e- Ce3+
Eo = 0,771 V
Eo = 1,44 V
Kurva titrasi larutan 50 Fe2+ 0,05
M yg dititrasi dgn:
Larutan Ce4+ 0,1 M
Penambahan 5, 25 (TS) dan 25,1
mL
Ce4+ + Fe2+ Ce3+ + Fe3+
42
Sophie Damayanti / SF ITB
43. 5 x 0,1 0,5
[Fe3+] = =
50 + 5 55
Setelah penambahan 5 mL peniter Ce4+
(50 x 0,05) – (5 x 0,1) 2
[Fe2+] = =
50 + 5 55
43
Sophie Damayanti / SF ITB
44. 0,0592 [Red ]
E = EoFe2+ - log
n1 [Oks ]
0,0592 [Fe2+]
E = EoFe2+ - log
1 [Fe3+]
0,0592 2/55
E = 0,771 - log
1 0,5/55
= 0,735 V
44
Sophie Damayanti / SF ITB
45. Pada TS (setelah pe + an 25 mL Ce4+)
n1Eo1 +n2 Eo2
E TS = Volt
(n1+n2)
Fe3+ + e- Fe2+
Ce4+ + e- Ce3+
Eo = 0,771 V
Eo = 1,44 V
1 x 0,771 + 1x 1,44
E TS = Volt
(1+1)
= 1,106 Volt45
Sophie Damayanti / SF ITB
46. Setelah penambahan 25,1 mL Ce4+
25 x 0,1 2,5
[Ce3+] = =
50 + 25,1 75,1
(25,1 x 0,1) – (50x 0,05) 0,01
[Ce4+] = =
50 + 25,1 75,1
0,0592 [Red ]
E = EoCe4+ - log
n2 [Oks ]
0,0592 [Ce3+ ]
E = 1,44 - log
1 [Ce4+ ]
46
Sophie Damayanti / SF ITB
47. 0,0592 [Ce3+ ]
E = 1,44 - log
1 [Ce4+ ]
0,0592 2,5/75,1
E = 1,44 - log
1 0,01/75,1
= 1,30 Volt
47
Sophie Damayanti / SF ITB
48. KURVA TITRASI CAMPURAN
Suatu larutan
mengandung 2 oksidator
Dititrasi dengan
titran 1 reduktor
Suatu larutan
mengandung 2 reduktor
Dititrasi dengan
titran 1 oksidator
48
Sophie Damayanti / SF ITB
49. akan mempunyai TA yg jelas &
dpt ditentukan secara simultan
Beda potensial bakunya
0,20 Volt
Campuran 2 oksidator
Eo oksidator 1 – Eo oksidator 2
0,20 Volt
Campuran 2 reduktor
Eo reduktor 1 – Eo reduktor 2
0,20 Volt
49
Sophie Damayanti / SF ITB
50. akan mempunyai TA yg jelas
Beda potensial baku
masing-masing spesi
0,20 Volt
Analit yg teroksidasi
2 atau 3 tahap
VO2+ + 2 H+ + e-
V3+ + H2O
Eo = 0,359 V
Eo = 1,00 V
V(OH)4
+ + 2 H+ + e-
VO2+ + 3H2O
Eo 0,20 V
50
Sophie Damayanti / SF ITB
51. Campuran 2 oksidator
atau 2 reduktor
akan mempunyai TA yg jelas &
dpt ditentukan secara simultan
Beda potensial bakunya
0,20 Volt
Beda potensial bakunya
0,40 Volt51
Sophie Damayanti / SF ITB
52. E(Volt)
Volume KMnO4 (mL)
Kurva Titrasi 2 reduktor
dengan titran KMnO4
TS II
TS I
TiO2+ + 2 H+ + e-
Ti3+ + H2O
Eo = 0,099 V
Fe3+ + e- Fe2+ Eo = 0,771 VII
I
52
Sophie Damayanti / SF ITB
53. PENENTUAN
TITIK AKHIR TITRASI
A. Autoindikator
Titran berwarna
dapat bertindak
sebagai indikator sendiri
(autoindikator)
KMnO4 0,01 – 0,1 N
kelebihan
sedikit titran
warna ungu
violet53
Sophie Damayanti / SF ITB
54. B. Pelarut Organik
Pelarut kloroform (CHCl3) &
karbontetraklorida (CCl4)
Iodium (I2)
I2 dalam pelarut CHCl3 & CCl4
warna violet
54
Sophie Damayanti / SF ITB
55. Titrasi Iodometri
atau Iodatometri
dalam suasana
asam kuat
dapat digolongkan
autoindikator
Tapi diperjelas dengan
penambahan pelarut organik
Jika
digunakan
indikator
amilum
amilum akan
terhidrolisis
55
Sophie Damayanti / SF ITB
56. C. Potensiometri
Potensial redoks sistem
dpt diukur dengan
potensiometer
Titik akhir titrasi
dapat ditentukan
melalui kurva titrasi
56
Sophie Damayanti / SF ITB
57. D. Indikator Redoks
1. Indikator Spesifik/Khas
dapat bereaksi
secara khas/spesifik
dgn salah satu pereaksi
dalam titrasi
warna
indikator amilum + I2 biru tua
indikator CNS- + Fe3+ merah57
Sophie Damayanti / SF ITB
58. 2. Indikator Luar
Cara: tidak
dimasukkan
ke dalam
larutan titrasi
diluar
larutan
titrasi
Indikator K3FeCN6
untuk mendeteksi Fe2+
diletakkan pada
pelat tetes
terbentuk
Fe2FeCN6
warna biru
jika tidak ada indikator dalam
TA sudah tercapai
(semua Fe2+
sdh mjd Fe3+)
tak
terbentuk
warna biru
58
Sophie Damayanti / SF ITB
59. 3. Indikator Destruktif
indikator dimasukkan
ke dalam larutan titrasi
indikator bereaksi
dengan pereaksi
indikator
teroksidasi
dan terurai
Semula
berwarna
merah
menjadi
tak
berwarna
(terurai)
59
Sophie Damayanti / SF ITB
61. Potensial baku
indikator
harus terletak
di antara
potensial baku
analit dan
titran
In+ + ne- In
(warna A) (warna B)
EoIn = Potensial baku indikator
0,0592 [ In+ ]
E = EoIn + log
n [In ]
61
Sophie Damayanti / SF ITB
62. 0,0592 [ In+ ]
E = EoIn + log
n [In ]
[In+]
Jika ratio 10
[In]
warna yg
dpt diamati
warna A
[In+]
Jika ratio 0,1
[In]
warna yg
dpt diamati
warna B
0,0592
E = EoIn +
n
0,0592
E = EoIn -
n
62
Sophie Damayanti / SF ITB
63. 0,0592
E = EoIn +
n
warna A
0,0592
E = EoIn -
n
warna B
Rentang perubahan
warna indikator
0,0592
E = EoIn
n
63
Sophie Damayanti / SF ITB
64. Fe3+ + e- Fe2+
Ce4+ + e- Ce3+
Eo = 0,771 V
Eo = 1,44 V
Soal cara
pemilihan indikator
Titrasi Fe2+ dengan Ce4+ dlm
suasana asam sulfat 1 M
64
Sophie Damayanti / SF ITB
65. n1Eo1 +n2 Eo2
E TS = Volt
(n1+n2)
= 1,106 Volt
65
Sophie Damayanti / SF ITB
66. 0,0592
Eo In = ETS
n
0,0592
Eo In = 1,106 Volt
1
Indikator yg cocok:
Feroin (EoIn = 1,11 Volt)
maka indikator
yg dpt digunakan
EoIn terdapat pd rentang:
Eo In = 1,047 - 1,165 Volt
66
Sophie Damayanti / SF ITB
68. IODIMETRI
Titrasi redoks
menggunakan I2 (iod)
sebagai peniter
Oksidator yg cukup kuat
utk menetapkan
kadar reduktor
I2 + 2 e- 2I- Eo = 0,536 V
1000 mL I2 1N 126,8 g I268
Sophie Damayanti / SF ITB
69. I2 (iod)
praktis tdk larut dlm air
proses pelarutan I2 (iod)
dengan penambahan KI
akan terbentuk KI3
yg larut air
I2 + KI KI3
I2 + I- I3
-
69
Sophie Damayanti / SF ITB
70. I2 mudah menguap
harus disimpan dlm
botol tertutup rapat
Suasana titrasi:
• netral atau
• asam lemah sampai sedikit
basa (pH 8)
Pada suasana basa
I2 terurai mjd
hipoiodat dan iodida
I2 + 2 OH- IO- + I- + H2O
70
Sophie Damayanti / SF ITB
71. Titrasi Iodimetri
tdk dapat dilakukan
pada suasana asam kuat
Daya mereduksi beberapa reduktor
meningkat pd suasana netral
H3AsO3 + I2 + H2O H3AsO4 + 2I- + 2H+
kesetimbangan reaksi
dipengaruhi oleh [H+]
[H+] < , kesetimbangan bergeser
ke kanan
[H+] > , kesetimbangan bergeser
ke kiri
71
Sophie Damayanti / SF ITB
72. • I- yg dihasilkan
akan teroksidasi kembali
dengan adanya O2 dari udara
4 I- + O2 + 4 H+ 2 I2 + 2 H2O
• Jika digunakan
indikator amilum (kanji)
indikator amilum (kanji)
akan terurai pada suasana asam72
Sophie Damayanti / SF ITB
73. Pada titrasi iodimetri
pH dapat diturunkan dan
dipertahankan dengan
penambahan NaHCO3
4 I- + O2 + 4 H+ 2 I2 + 2 H2O
CO2 yg dihasilkan dapat :
• menghilangkan O2 terlarut
• menutupi larutan agar tdk
ada penetrasi O2, yg dpt
mengoksidasi I- I2
73
Sophie Damayanti / SF ITB
74. PEMBAKUAN I2 (IOD)
Iod dibakukan dengan As2O3
(dalam pelarut NaOH)
As2O3 + 2H2O As2O5 + 4H+ + 4e-
Reaksi dengan iod
akan bersifat reversibel
As2O3 + 2I2 + 2H2O As2O5 + 4HI
reaksi dengan I2
karena sifat mereduksi dari HI74
Sophie Damayanti / SF ITB
75. Untuk menekan
sifat HI
6 NaOH + 3I2 5NaI + NaIO3 + 3H2O
ditambahkan
NaHCO3
NaOH dan Na2CO3
tdk dpt digunakan
utk menghilangkan HI
karena juga bereaksi
dengan I2
3Na2CO3 + 3I2 5NaI + NaIO3 + 3CO275
Sophie Damayanti / SF ITB
76. Senyawa Reaksi Kondisi
H2S H2S + I2 S + 2I- +2H+ Asam
Sn2+ Sn2+ +I2 Sn4+ +2I- Asam
As3+ H2AsO3
- +I2 +H2O
HAsO4
2- +2I- + 3H+
pH 8
Contoh senyawa yg ditetapkan
dengan IODIMETRI
76
Sophie Damayanti / SF ITB
77. IODOMETRI
Larutan KI ditambahkan berlebih
pada larutan
yg mengandung oksidator kuat
I2 yg terbentuk
kemudian dititrasi
dengan reduktor
2 Cu2+ + 4I- 2 CuI + I2
I2 + 2 S2O3
2- 2I- + S4O6
2-77
Sophie Damayanti / SF ITB
78. Sampel CuSO4
I2 yg terbentuk
dititrasi dengan
Na2S2O3
Indikator kanji
tidak
ditambahkan
dari awal
di + kan setelah
larutan berwarna
kuning
TA tercapai
warna biru
hilang
+ KI berlebih
78
Sophie Damayanti / SF ITB
79. I2 + 2 S2O3
2- 2I- + S4O6
2-
2 Cu2+ + 4I- 2 CuI + I2
2000 mL Na2S2O3 1M
2 x 249,7 g CuSO4 .5H2O
1 mL Na2S2O3 1N
249,7 mg CuSO4 .5H2O
1000 mL Na2S2O3 1M
249,7 g CuSO4.5H2O
1 mL Na2S2O3 0,1N
24,97 mg CuSO4 .5H2O79
Sophie Damayanti / SF ITB
80. 2 MACAM TITRASI
IODOMETRI
1. Sampel (oksidator) bereaksi
dengan I- membentuk I2
I2 yg terbentuk dititrasi
dengan Na2S2O3
2. Sampel ditambahkan
I2 berlebih
Kelebihan I2 dititrasi
dengan Na2S2O3
untuk sampel
yg bereaksi lambat dengan I2
80
Sophie Damayanti / SF ITB
81. PEMBAKUAN Na2S2O3
Na2S2O3 dapat dibakukan
dengan KIO3 atau KBrO3
IO3
- + 5I- + 6H+ 3I2 + 3H2O
I2 + 2 S2O3
2- 2I- + S4O6
2-
6000 mL Na2S2O3 1M
214,0 g KIO3
1000 mL Na2S2O3 1M
35,67 g KIO3
1 mL Na2S2O3 0,1N
3,567 mg KIO3
81
Sophie Damayanti / SF ITB
83. Mengapa oksidator
tidak langsung dititrasi
dengan Natrium tiosulfat ?
oksidator kuat akan
mengoksidasi tiosulfat
(S2O3
2-) menjadi SO4
2- &
reaksi berlangsung tidak
stoikhiometri
Beberapa oksidator
(contoh Fe3+ ) membentuk
kompleks dengan tiosulfat
83
Sophie Damayanti / SF ITB
84. Hal-hal yg harus diperhatikan:
• Larutan Na2S2O3 harus
dibuat menggunakan air
destilata yg bebas CO2
Air suling segar
banyak mgdg CO2
pH air
mjd
asam
Na2S2O3 terurai
S2O3
2- + H+ HSO3
- + S84
Sophie Damayanti / SF ITB
85. • Pd larutan yg
sudah lama disimpan
Larutan Na2S2O3 juga
akan terurai oleh bakteri
Thiobacillus thioparus
Untuk menghambat
kerja bakteri
• larutan Na2S2O3 ditambah
3 tetes CHCl3
atau 10 mg HgI per liter
• Larutan Na2S2O3
ditambahkan Na2CO3 0,1 g/L
(pH larutan 9-10)
85
Sophie Damayanti / SF ITB
86. • Larutan Na2S2O3
dihindarkan dari cahaya
langsung
krn akan mempercepat
penguraian
S2O3
2- + 3 O2 + H2O 2SO4
2- + 2 H+
86
Sophie Damayanti / SF ITB
89. Pada suasana HCl pekat
IO3
- + 2 I2 + 6 H+ 5 I+ + 3 H2O
IO3
- + 5 I- + 6 H+ 3 I2 + 3 H2O
pada suasana asam kuat
amilum akan terurai
tdk digunakan indikator
amilum
89
Sophie Damayanti / SF ITB
90. Pada awal titrasi
I2 yg terbentuk akan masuk
ke dlm fase pelarut organik
digunakan pelarut organik
yg tak bercampur dgn air
(CHCl3 atau CCl4)
sebagai indikator
I2 memberikan warna ungu
dalam pelarut organik90
Sophie Damayanti / SF ITB
91. Pada tahap selanjutnya
IO3
- akan mengoksidasi I2
lebih lanjut menjadi ICl
ICl tidak berwarna
dalam pelarut organik
Sehingga I2 yg terdapat
pada fase organik
lama kelamaan makin berkurang
dan akhirnya
semua berubah menjadi ICl
91
Sophie Damayanti / SF ITB
92. Jika sampel merupakan
reduktor kuat
maka
IO3
- akan direduksi menjadi I-
IO3
- +6 Ti3+ +6 H+ I- +6 Ti4+ +3H2O
92
Sophie Damayanti / SF ITB
94. Br2 merupakan oksidator
tidak pernah
digunakan langsung
sebagai peniter
Br2 mudah menguap
sehingga kadarnya
tidak tetap94
Sophie Damayanti / SF ITB
95. Indikator yg digunakan
pada Bromatometri
Indikator destruktif
Metil jingga atau
merah metil
95
Sophie Damayanti / SF ITB
99. Kondisi reaksi
sangat menentukan
reaksi yg terjadi
• Dalam larutan asam 0,1 N
MnO4
- + 8 H+ + 5 e-
Mn2+ + 4H2O
BE = 1/5 BM Eo = 1,52 V
• Dalam larutan H2SO4 encer
MnO4
- + 4 H+ + 3 e-
MnO2 + 2H2O
BE = 1/3 BM Eo = 1,67 V
99
Sophie Damayanti / SF ITB
100. • Dalam larutan alkali kuat ( 1 M)
MnO4
- + e- MnO4
2-
BE = BM Eo = 0,54 V
Reaksi yg plg banyak digunakan
dlm analisis kuantitatif
dlm larutan asam kuat
menghambat terbentuk
endapan MnO2
2MnO4
- + 3 Mn2+ + 2 H2O
5MnO2 + 4H+
100
Sophie Damayanti / SF ITB
101. PEMBAKUAN KMnO4
• Dengan Arsen trioksida
• Dengan Natrium oksalat
Pembakuan dengan Na oksalat
5C2O4
2- + 2MnO4
- + 16 H+
2Mn2+ + 10 CO2 + 8H2O
reaksi lambat
perlu
pemanasan
101
Sophie Damayanti / SF ITB
103. 5NO2
- + 2MnO4
- + 6 H+
2Mn2+ + 5 NO3
- + 3H2O
2000 mL KMnO4 1M
5 x 69 g NaNO2
2000 mL KMnO4 5 N
345 g NaNO2
1 mL KMnO4 0,1N
3,45 mg NaNO2
MnO4
- + 8 H+ + 5 e- Mn2+ + 4H2O
BE = 1/5 BM
103
Sophie Damayanti / SF ITB
104. Reaksi berjalan lambat
Perlu pemanasan
Jika sampel
NaNO2
dipanaskan
menguap
KMnO4
dalam
elenmeyer
NaNO2
sebagai
peniter
104
Sophie Damayanti / SF ITB
108. Potensial baku Ce4+ 1 M
bergantung pd kondisi
• Dalam H2SO4 Eo = 1,44 V
• Dalam HClO4 Eo = 1,70 V
• Dalam HNO3 Eo = 1,61 V
• Dalam HCl Eo = 1,28 V
digunakan indikator
Ferroin dll
Ce4+ + e- Ce3+
108
Sophie Damayanti / SF ITB
109. Keunggulan Ce4+ :
• stabil dlm waktu lama
• inert terhadap HCl
• dlm reaksi hanya
terlibat 1 elektron
(perhitungan lebih mudah)
PEMBAKUAN Ce4+
• Dengan Arsen trioksida
• Dengan Natrium oksalat
109
Sophie Damayanti / SF ITB
112. TITRASI IODIMETRI
Peniter : I2
TITRASI IODOMETRI
I2 yang terbentuk
dititrasi dengan
peniter Na2S2O3
112
Sophie Damayanti / SF ITB
113. TITRASI IODOMETRI
• Pembuatan Na2S2O3
• Larutan Na2S2O3 harus
dibuat menggunakan air
destilata yg bebas CO2
Air suling segar
banyak mgdg CO2
pH air
mjd asam
Na2S2O3 terurai
S2O3
2- + H+ HSO3
- + S
113
Sophie Damayanti / SF ITB
114. • Pembuatan larutan
Na2S2O3 harus
ditambahkan Na2CO3 0,1 g/L
Untuk mencegah
terurainya
larutan Na2S2O3
oleh bakteri
Thiobacillus tioparus114
Sophie Damayanti / SF ITB
115. Pembakuan Na2S2O3
KIO3
+ air
+ KI
+ asam sulfat
Titrasi dengan Na2S2O3
sampai warna
biru hilang
Titrasi dengan
Na2S2O3
sampai
kuning muda
+ lar kanji
115
Sophie Damayanti / SF ITB
116. PEMBAKUAN Na2S2O3
Na2S2O3 dapat dibakukan
dengan KIO3 atau KBrO3
IO3
- + 5I- + 6H+ 3 I2 + 3H2O
3 I2 + 6 S2O3
2- 2I- + S4O6
2-
6000 mL Na2S2O3 1M
214,0 g KIO3
1000 mL Na2S2O3 1M
35,67 g KIO3
1 mL Na2S2O3 0,1N
3,567 mg KIO3
116
Sophie Damayanti / SF ITB
117. Penentuan sampel Cu
Sampel
+ KI
+ asam sulfat
Titrasi dengan Na2S2O3
sampai warna
biru hilang
Titrasi dengan
Na2S2O3
sampai
kuning muda
+ lar kanji
117
Sophie Damayanti / SF ITB
118. I2 + 2 S2O3
2- 2I- + S4O6
2-
2 Cu2+ + 4I- 2 CuI + I2
2000 mL Na2S2O3 1M
2 x 249,7 g CuSO4 .5H2O
1 mL Na2S2O3 1N
249,7 mg CuSO4 .5H2O
1000 mL Na2S2O3 1M
249,7 g CuSO4.5H2O
1 mL Na2S2O3 0,1N
24,97 mg CuSO4 .5H2O118
Sophie Damayanti / SF ITB
119. TITRASI IODATOMETRI
Sampel
+ HCl pekat
+ indikator CCl4 atau CHCl3
sampai warna
CCl4 atau CHCl3 hilang
Titrasi
dengan KIO3
119
Sophie Damayanti / SF ITB
120. pada suasana asam kuat
amilum akan terurai
tdk digunakan amilum
sebagai indikator
digunakan pelarut organik
yg tak bercampur dgn air
(CHCl3 atau CCl4)
sebagai indikator120
Sophie Damayanti / SF ITB
121. Pada suasana HCl pekat
IO3
- + 5 I- + 6 H+ 3 I2 + 3 H2O
Pada awal titrasi
I2 akan masuk ke dlm
lapisan CCl4 atau CHCl3
(I2 berwarna ungu
dlm pel organik )
121
Sophie Damayanti / SF ITB
122. IO3
- akan mengoksidasi I2
lebih lanjut menjadi ICl
ICl tidak berwarna
dalam pelarut organik
Sehingga I2 yg terdapat
pada fase organik
lama kelamaan makin
berkurang dan akhirnya
semua berubah menjadi ICl
IO3
- + 2 I2 + 6 H+ 5 I+ + 3 H2O
Pada tahap selanjutnya
122
Sophie Damayanti / SF ITB
123. 1000 mL KIO3 1M
5 x 166 g KI
1 mL KIO3 4 N 830 mg KI
1000 mL KIO3 1 M 830 g KI
IO3
- + 5 I- + 6 H+ 3 I2 + 3 H2O
IO3
- + 2 I2 + 6 H+ 5 I+ + 3 H2O
1 mL KIO3 1 N 207,5 mg KI
1 mL KIO3 0,1 N 20,75 mg KI123
Sophie Damayanti / SF ITB