Dokumen tersebut membahas tentang skala bertingkat sebagai salah satu skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian kuantitatif untuk mengumpulkan data. Secara singkat, skala bertingkat menggunakan sistem angka yang disusun secara bertingkat untuk mengukur sikap, pandangan, atau nilai-nilai kualitatif secara kuantitatif. Contoh skala bertingkat juga diberikan untuk mengukur tingkat suka dari 1 untuk tidak
2. 1 | S k a l a B e r t i n g k a t
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, hanya pujian dan Pujaan yang layak di persembahkan kepada sang Kholik,
Rabb semesta alam yang telah melimpahkan Rahmatnya kepada ciptaan-Nya, terlebih lagi kepada
kita semua sebagai makhluk dan hamba-Nya. Semoga kita termasuk hamba-Nya yang selalu
bersyukur, Amin.
Sholawat dan salam semoga tercurah kepada makhluk mulia dan ‘Adzimah yaitu Nabi
Muhammad SAW, manusia yang mendapat utusan untuk menyempurnakan akhlak dan
kepemimpinan di bumi Allah, semoga kita sebagai pengikutnya, selalu mencontoh keteladanan-Nya.
Amin.
Kesempurnaan ciptaan Allah memberikan sebuah ilmu yang dalam bagi umat manusia,
untuk selalu berfikir dan mendekatkan diri kepada-Nya. Termasuk didalam nya ilmu-ilmu Allah yang
membutuhkan perhitungan dan ketelitian, berikut adalah metode penilitian yang dikembangkan
saat ini, yang terus mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan zamannya.
Dengan ilmu yang kami terima di STIT INSIDA, kami mencoba menyusun sebuah makalah
tentang Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif pada alat pengukuran terhadap data instrumen.
Kami merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, semoga pada kesempatan
berikut kami bisa memperbaikinya.
Terimakasih kepada seluruh tim kelompok yang telah bekerja sama dalam menyusun
makalah ini, semoga mendapat amal sholeh, amin. Dan kepada ibu dosen kami menghaturkan
terimakasih atas bimbingan dan pengajaran beliau, semoga mendapat pahala yang berlipat, Amin ya
Robbbal alamin.
Sukabumi, 6 April 2013
Penyusun
3. 2 | S k a l a B e r t i n g k a t
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR 2
2. PENDAHULUAN 3
3. PENGERTIAN SKALA BERTINGKAT 4
4. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN 6
5. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN SKALA PENGUKURAN 11
6. PENUTUP 14
4. 3 | S k a l a B e r t i n g k a t
PENDAHULUAN
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan
data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan lebih banyak menjadi
instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti,. Dengan
demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah
variabel yang diteliti. , maka jumlah instrumen yang digunakan untuk penelitian juga lima.
Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibakukan, tetapi masih ada yang harus dibuat oleh
peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan
tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.
Pada makalah ini akan di sampaikan tentang skala bertingkat (Rating Scale)
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menntukan
panjang pendeknya nterval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan
dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas
sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan akan menghasilkan
data kuantitatif berat emas dalam satuan mg. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang
diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyataka dalam bentuk angka, sehingga lebih akurat,
efisien dan komunikatif. Misalnya berat emas 19 gram.
Salah satu skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan dan
sosial antara lain adalah : Rating Scale atau Skala Bertingkat.
5. 4 | S k a l a B e r t i n g k a t
PENGERTIAN SKALA BERTINGKAT
Rating scale adalah instrument pengukuran non tes yang
menggunakansuatuprosedurterstrukturuntukmemperolehinformasitentangsesuatu yang diobservasi
yang menyatakanposisitertentudalamhubungannyadengan yang lain
(AsmawiZaenuldanNoehiNasution. 2005: 112).
Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-
angka diberikan secara bertingkat dari angka terendah hingga angka paling tinggi. Angka-angka
tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
Skala Bertingkat (ratings scale) adalah suatu ukuran subyaktif yang dibuat bersekala.
Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi
tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran
penampilan, terutama panampilan didalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi
munculnya sifat-sifat. Didalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden. Skala
bertingkat atau juga menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angka diberikan secara
bertingkat dari angka terendah hingga angka paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat
dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
Skala bertingkat lazim dipergunakan untuk mengukur kelayakan atau kecenderungan
tertentu yang berkaitan dengan sikap, keyakinan, pandangan atau nilai-nilai yang bersifat kualitatif.
Pengukuran ini cocok digunakan untuk memperoleh data kualitatif tentang objek yang bersifat
heterogen. Perilaku apektif dan psikomotor siswa dalam membaca tentunya tidak sama. Masing-
masing mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda dengan keragaman perilaku apektif siswa
dalam membaca ini akan sangat berpengaruh terhadap keputusan intruksional guru dalam proses
belajar mengajar.
Untuk mengukur perbedaan-perbedaan sikap atau pandangan yang sifatnya bertingkat-
tingkat itu dapat menggunakan alat ukur dalam bentuk skala, untuk kemudian dikuantitaskan. Skala
bertingkat mempergunakan sistem angka yang disusun secara bertingkat. Penyusunan atau
pengaturan tingkat kualitas ini dapat disusun dengan mengikuti urutan bertingkat dari yang paling
positif (besar) hingga yang paling negatif (kecil) atau sebaliknya.
6. 5 | S k a l a B e r t i n g k a t
Dengan Rating Scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif.
Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak
pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan
menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu dari
jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu ratingscale ini lebih fleksibel, tidak
terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap
fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan,
kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.
Dalam menyusun tes, terdapat kaidah indikator tes dan penulisan soal yang baik sebagai
berikut:
1. Membuat ciri-ciri dari tujuan yang hendak diukur
2. Membuat satu kata kerja operasional yang dapat diukur
3. Berkaitan erat dengan materi pokok soal atau pilihan jawaban harus singkat, padat, dan
jelas.
4. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
5. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
6. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
7. Pilihan jawaban jangan menggunakan pernyataan, semua pilihan jawaban salah atau semua
pilihan benar.
8. Pilihan jawaban yang menggunakan angka, harus diurutkan dari kecil ke besar.
9. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling benar.
10. Butir soal jangan bergantung pada soal-soal sebelumnya.
11. Ketergantungan kepada soal sebelumnya menyebabkan siswa tidak dapat menjawab soal
pertama akan tidak dapat menjawab soal kedua.
7. 6 | S k a l a B e r t i n g k a t
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SKALA PENGUKURAN : SKALA BERTINGKAT
KELEBIHAN DARI PENGGUNAAN INSTRUMEN SKALA BERTINGKAT :
1. Lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur
persepsi responden terhadap fenomena lainya, seperti skala untuk mengukur status
sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.
2. Lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui pendapat responden lebih mendalam
tentang variabel yang diteliti.
3. Cocok digunakan untuk memperoleh data kualitatif tentang objek yang bersifat
heterogen.
KELEMAHAN DARI PENGGUNAAN INSTRUMEN SKALA BERTINGKAT :
1. Pengaruh terhadap ketidakjujuran jawaban responden
2. Halo effects, yaitu efek dari kesan atau penilaian umum,
3. Generosity effects yaitu keinginan untuk berbuat baik dengan memberi nilai tinggi, dan
4. Carry over effects yaitu pengamat tidak dapat membedakan antara fenomena satu
dengan fenomena yang lain.
8. 7 | S k a l a B e r t i n g k a t
CONTOH INSTRUMEN SKALA BERTINGKAT
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan: Rating gives a numerical value to some kind of
judgement, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka.
Contoh:
Skor atau nilai yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar
siswa. Siswa yang mendapat skor 8, digambarkan di tempat paling kanan dan semakin ke kiri adalah
penggambaran nilai dibawah 8.
Instrument skala penilaian memberikan solusi atas kekurangan daftar cek yang hanya
mampu mencatat keberadaan fenomena-fenomena tertentu. Skala penilaian memungkinkan
pengamat untuk mengetahui keberadaan fenomena tertentu sekaligus mengukur intensitas
fenomena tersebut dalam tingkatan-tingkatan yang telah disusun. Namun skala penilaian memiliki
beberapa kelemahan yaitu dengan adanya
halo effects, yaitu efek dari kesan atau penilaian umum,
generosity effects yaitu keinginan untuk berbuat baik dengan memberi nilai tinggi, dan
carry over effects yaitu pengamat tidak dapat membedakan antara fenomena satu dengan
fenomena yang lain.
Keterangan:
1 = sangat tidak suka
2 = tidak suka
3 = biasa
4 = suka
9. 8 | S k a l a B e r t i n g k a t
5 = sangat suka
Gambar 1. Contoh skala penilaian
Berikut adalah contoh dari lembar observasi (Lembar Pengamatan) Eksperimen Uji
Makanan:
Indikator: Mengetahui jenis nutrient yang terkandung pada bahan makanan dan membedakan
kualitan kandungan nutrient pada beberapa bahan makanan.
No Aspek Penilaian Skor
5 4 3 2 1
01 Memperlihatkan lembar pengamatan eksperimen uji makanan,
berupa keterangan dan gambar
02 Memperlihatkan alat dan bahan makanan yang diamati antara lain;
alat: tabung reaksi dengan raknya, pipet tetes, mortar (alu) dan
pestle (lumping), spatula, pembakar bunsen, penjepit, tabung reaksi,
kertas buram, korek apitisu / serbet. Bahan makanan: nasi, ubi,
pisang, jeruk manis, roti, biscuit, putih telur, susu, margarine dan
minyak.
03 Cara perlakuan eksperimen uji makanan
a. Uji Kandungan karbohidrat (amilum)
geruslah secara terpisah nasi, ubi biscuit, roti dan pisang
dengan menggunakan mortal dan pestle
Tambahkan air untuk memudahkan penggerussan
Masukkan masing-masing 2 ml ekstraks makanan kedalam
tabung reaksi
Masukkan juga pada masing-masing tabung reaksi susu,
putih telur, minyak dan margarine
Tambahkan 5 tetes larutan KI / lugol kedalam masing-
masing tabung reaksi
Catat warna dasar dari bahan makanan dan warna dasar
reagen KI
b. Uji Kandungan gula
10. 9 | S k a l a B e r t i n g k a t
Lakukan langkah yang sama seperti kegiatan uji kandungan
karbohidrat
Tambahkan 5 tetes larutan benedict kedalam masing-
masing tabung reaksi
Catat warna dasar bahan makanan dan warna reagent
benedict
c. Uji kandungan protein
Lakukan langkah yang sama seperti kegiatan uji kandungan
karbohidrat
Tambahkan 5 tetes larutan benedict kedalam masing-
masing tabung reaksi
Catat warna dasar bahan makanan dan warna reagent
biuret
d. Uji Kandungan lemak
Lakukan langkah yang sama seperti kegiatan uji kandungan
karbohidrat
Tambahkan 5 tetes larutan benedict kedalam masing-
masing tabung reaksi
Catat warna dasar bahan makanan dan warna reagent
benedict
04 Hasil yang didapatkan dalam eksperimen uji makanan:
Amati dan catat semua perubahan yang terjadi
Rumuskan kesimpulanmu tentang percobaan ini
05 Waktu yang diperlukan selama pengamatan
Total Skor
Keterangan Rubrik:
5 : sangat tepat
4 : tepat
3 : agak tepat
2 : tidak tepat
11. 10 | S k a l a B e r t i n g k a t
1 : sangat tidak tepat
Pengolahan:
Skor yang dicapai peserta didik dapat diolah menjadi nilai sebagai berikut.
N = (Skor pencapaian : Skor maksimal)x 100.
Nontes:penilaian menggunakan pertanyaan atau pernyataan yang tidak menuntut jawaban benar
atau salah.
Skala penilaian sangat erat hubungannya dengan daftar cek. Jika daftar cek untuk
memberikan cek ada atau tidaknya gejala atau sifat yang diobservasi, maka pada skala penilaian
didapatkan adanya tingkatan-tingkatan. Dengan kata lain, skala penilaian merupakan alat
pengumpul data yang dipergunakan dalam observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, dan
menilai individu atau situasi. Dalam skala penilaian, aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk
skala. Skala penilaian pada umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku atau
sifat yang harus dicatat secara bertingkat sehingga observer hanya memberikan tAnda cek pada
tingkat mana gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu muncul. Berdasarkan pada alternatif skala yang
dipakai untuk menilai dan menggolongkan gejala perilaku individu atau situasi, maka skala penilaian
dapat dibedakan menjadi tiga bentuk: kuantitatif, deskriptif, dan grafis. Skala penilaian deskriptif
adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala atau ciri-ciri tingkah laku
individu atau situasi dalam mana alternatif skalanya dijabarkan dalam bentuk kata-kata. Skala
penilaian grafis adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala atau ciri-ciri
tingkah laku individu atau situasi di mana alternatif skalanya dijabarkan dalam bentuk grafis (garis).
Contoh pedoman observasi dengan menggunakan metode skala penilaian dapat dilihat di halaman
berikut ini.
12. 11 | S k a l a B e r t i n g k a t
LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN INSTRUMEN SKALA PENGUKURAN
1. Judul : Motivasi Mahasiswa terhadap Pembelajaran Matakuliah Statistika
2. Tanggapan Mahasiswa terhadap pembelajaran mata kuliah statistik
3. Indikator :
a. Tanggapan terhadap materi pembelajaran
b. Tanggapan terhadap hasil belajar
4. Menyusun instrumen pertanyaan
5. Menentukan angka interval jawaban
6. Menentukan interval jawaban terhadap contoh instrumen diatas
7. Berilah jawaban dengan angka :
4 = Sangat setuju
3 = Setuju
2 = Ragu-ragu
1 = Tidak Setuju
8. Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya!
No. item Pertanyaan Motivasi Pembelajaran Statistik
Interval Jawaban
1 2 3 4
1
2
3
4
5
Pertama kali saya melihat pembelajaran ini,saya percaya bahwa
pembelajaran ini mudah bagi saya.
Pada awal pembelajaran, ada sesuatu yang menarik bagi saya.
Materi pembelajaran ini lebih sulit dipahami daripada yang saya
harapkan.
Setelah membaca informasi pendahuluan, saya yakin bahwa
saya mengetahui apa yang harus saya pelajari dari
pembelajaran ini.
Menyelesaikan tugas-tugas dalam pembelajaran ini membuat
saya merasa puas terhadap hasil yang telah saya capai.
13. 12 | S k a l a B e r t i n g k a t
9. Langkah berikutnya, gunakan instrumen tersebut sebagai angket dan diberikan kepada
responden (misalkan 5 responden)
No.
Responden
Jawaban Responden untuk item
nomor : Jml
1 2 3 4 5
1 4 3 2 2 2 13
2 4 3 3 2 3 15
3 3 2 3 2 1 11
4 3 2 1 2 2 10
5 4 4 3 1 2 14
Jumlah 63
Menghitung jumlah skor pada Rating scale
1. Jumlah responden = 5 orang.
2. Skor tertinggi = 4
3. Jumlah butir soal = 5
4. Jumlah skor kriterium = 100
Jumlah skor kriterium :
4X5X5 = 100
14. 13 | S k a l a B e r t i n g k a t
5.Jumlah skor hasil pengumpulan data = 63
Maka hasil kualitas pembelajaran statistik menurut 5 responden adalah :
63 :100 =63% dari kriteria yang ditetapkan.
Kategori secara kontinum:
25 50 63 75 100
nilai 63 berada di interval “ragu-ragu dan setuju”
Tidak setuju = nilainya 25 setuju = nilainya 75
Ragu-ragu = nilainya 50 sangat setuju = nilainya 100
15. 14 | S k a l a B e r t i n g k a t
PENUTUP
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tahap evaluasi membutuhkan instrument yang
bukan hanya mampu pengukur keberhasilan mentransfer ilmu (kognitif) tetapi juga nilai
(afektif). Setiap aspek yang ada dalam proses pembelajaran membutuhkan alat ukur yang tepat dan
sesuai agar data yang diperoleh sesuai dengan kedaan di lapangan. instrument evaluasi jenis non-tes
diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pihak-pihak tertentu untuk
memperoleh kualitas atas suatu objek dengan menggunakan teknik non-tes. Instrument evaluasi
non-tes tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek,
skala penilaian, angket, studi kasus, catataninsidental, sosiometri, inventori kepribadian dan teknik
pemberian penghargaan kepadapeserta didik. Tiap jenis instrument tersebut memiliki karakteristik,
langkah-langkah, kekurangan, dan kelebihan masing-masing yang memungkinkan evaluator untuk
memilih instrument yang paling sesuai untuk melakukan evaluasi.
Bentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui
pendapat responden lebih mendalam tentang variabel yang diteliti. Rating atau skala bertingkat
adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan
rating scale adalah kehati-hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang diskalakan mudah
diinterpretasi dan responden dapat memberikan jawaban secara jujur.
Untuk mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden, maka perlu diwaspadai
beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Bergman dan Siegel dalam Suharsimi (2002) faktor
yang berpengaruh terhadap ketidakjujuran jawaban responden adalah
a) persahabatan,
(b) kecepatan menerka,
(c) cepat memutuskan,
(d) jawaban kesan pertama,
(e) penampilan instrumen,
(f) prasangka,
16. 15 | S k a l a B e r t i n g k a t
(g) halo effects,
(h) kesalahan pengambilan rata-rata, dan
(i) kemurahan hati.
17. 16 | S k a l a B e r t i n g k a t
DAFTAR PUSTAKA