SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah memberikan
nikmat-nikmatnya, serta memberikan ilmu pengetahuan. Sehingga penulis bisa
menyelesaikan sebuah makalah tentang salah satu sahabat rasulullah saw, khulafaur
rasyidin yaitu khalifah Ali bin Abi Thalib.
Shalawat dan salam semoga tetap selalu tercurah dan terlimpah kepada
seorang manusia biasa yang mempunyai akhlaq yang sangat mulia, yaitu nabi
Muhammad saw, kepada keluarga , sahabat, serta pengikutnya yang istiqomah
menjalankan sunnah-sunnahnya dari dulu, sekarang, hingga hari
pembalasan.Allahumma salli „ala Muhammad.
Selesainya makalah ini, tentunya tidak lepas dari bimbingan dosen Bpk. Drs.
M. Syafe‟i, serta keluarga yang selalu mendukung, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada mereka.
Makalah ini dibuat secara ringkas, namun mudah-mudahan tidak mengurangi
sejarah aslinya. Pada kesempatan yang baik ini penulis mengangkat tentang profil Ali
bin Abi Thalib, beberapa keutamaan Ali bin Abi Thalib, kekhilafahan Ali bin Abi
Thalib, memerangi khawarij, syahidnya Ali bin Abi Thalib, serta beberapa perkataan
hikmah Ali bin Abi Thalib.
Semoga makalah ini memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan memberikan banyak manfaat kepada pembaca pada umumnya. Sesuai
dengan sabda rasulullah saw. “Sebaik-baik diantara manusia sekalian, ialah orang
yang memberi manfaat kepada orang lain”.
Samata, 18 April 2013
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama
Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah
yang memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi
dapat mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai
dengan petunjuk al-Quran dan Sunnah Nabi. Salah seorang yang oleh kesepakatan
banyak ulama dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz,
khalifah Bani Umayyah ke-8.
Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: ‫شدون‬ ‫را‬ ‫ال‬ ‫فاء‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫)ال‬ atau Khalifah Ar-Rasyidin
adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh
umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah ia wafat. Empat
orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat dan
paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan
Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya,
melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam
Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal
tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang
ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam
akan berlangsung. Namun penganut paham Syi‟ah meyakini bahwa Muhammad
dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad
menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat
Islam, mereka merujuk kepada salah satu Hadits Ghadir Khum.
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib
sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya,
ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam
pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah,
Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa
pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik
kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan
hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak
tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
B. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah
1. Mengetahui biografi Ali bin Abi Thalib.
2. Mengetahui dinamika pemilihan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah.
3. Mengetahui kondisi islam dan kaum muslimin masa khalifahan Ali bin Abi Thalib.
4. Mengetahui berbagai peristiwa masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kelahiran Khalifah Ali Bin Abi Thalib
Imam Ali r.a dilahirkan hari Jum'at, 13 bulan Rajab, 12 tahun sebelum Nabi
Muhammad s.a.w. mendapat risalah, Sepanjang ingatan orang, inilah untuk pertama
kali seorang wanita melahirkan puteranya dalam Ka'bah. Kelahiran bayi ini hanya
disaksikan oleh ayah bundanya saja. Kejadian yang luar biasa ini, beritanya segera
tersiar ke berbagai penjuru. Berbondong- bondonglah mereka, terutama keluarga
Bani Hasyim, datang ke Ka'bah, guna menyaksikan bayi yang baru lahir. Di antara
yang datang ialah Nabi Muhammad s.a.w. Bayi ini saudara misan beliau sendiri.
Beliau menggendong bayi tersebut, kemudian bersama ayah-ibunya pulang ke rumah
Abu Thalib.
Pemuka-pemuka Quraisy diundang mengunjungi pesta itu, sebagai
penghormatan atas kelahiran puteranya. Pada kesempatan itulah Abu Thalib
mengumumkan pemberian nama "Ali" kepada puteranya yang baru lahir. "Ali"
berarti "luhur". Sesungguhnya, sebelum berlangsung pesta walimah, di mana Abu
Thalib mengumumkan nama "Ali" bagi puteranya yang keempat itu, Fatimah telah
memberi nama "Haidarah", yang berarti "Singa". Satu nama yang diambil
persamaannya dari nama Asad, nama datuknya dari pihak ibu, yang juga berarti
"Singa". Sementara orang mengatakan, bahwa yang memberi nama "Haidarah" ialah
orang-orang Quraisy. Tetapi sejarah membuktikan, bahwa nama "Haidarah" itu
sesungguhnya pemberian ibunya sendiri.
Bukti sejarah ini dapat diketahui dari peristiwa perang-tanding, seorang
lawan seorang, antara Imam Ali r.a. melawan Marhaban. Dalam perang-tanding itu
Marhaban mengagul-agulkan diri engan bait syairnya: "Aku inilah yang diberi nama
Marhaban oleh ibuku!" Imam Ali r.a. segera menukas dan melanjutkan bait syair itu
dengan kata-katanya: "Aku inilah yang diberi nama Haidarah oleh ibuku!" Hanya
saja nama yang diberikan ibunya menjadi tenggelam sesudah pengumuman ayahnya
dalam pesta walimah, yaitu "Ali". Ia lebih terkenal dengan nama Ali bin Abi Thalib.
Ketika di bawah asuhan Rasul Allah s.a.w., Imam Ali r.a. pernah diberi
julukan "Abu Turab", yang artinya "Si Tanah". Pemberian julukan itu erat kaitannya
dengan peristiwa ditemuinya Imam Ali r.a. di satu hari sedang tidur berbaring di atas
tanah. Yang menemuinya Nabi Muhammad s.a.w. sendiri. Beliau menghampirinya
dan duduk dekat kepalanya sambil mengusap-usap punggungnya guna membuang
debu-tanah. Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. membangunkannya seraya berkata:
"Duduklah, engkau hai Abu Turab!" Nama Abu Turab ini paling disukai oleh Imam
Ali r.a. Ia sangat bangga bila dipanggil dengan nama itu. [1]
2. Dinamika Pemilihan Ali Bin abi Thalib Sebagai Khalifah
Menurut penuturan Abu Mihnaf, sebagaimana tercantum dalam Syarh Nahjil
Balaghah, jilid IV, halaman 8, dikatakan, bahwa ketika itu kaum Muhajirin dan
Anshar berkumpul di masjid Rasul Allah s.a.w. Dengan harap-harap cemas mereka
menunggu berita tentang siapa yang akan menjadi Khalifah baru. Masjid yang
menurut ukuran masa itu sudah cukup besar, penuh sesak dibanjiri orang. Di antara
tokoh-tokoh muslimin yang menonjol tampak hadir Ammar bin Yasir, Abul Haitsam
bin At Thaihan, Malik bin 'Ijlan dan Abu Ayub bin Yazid. Mereka bulat
berpendapat, bahwa hanya Ali bin Abi Thalib r.a. lah tokoh yang paling mustahak
dibai'at. Diantara mereka yang paling gigih berjuang agar Imam Ali r.a. dibai'at
ialah Ammar bin Yasir. Dalam mengutarakan usulnya, pertama-tama Ammar
mengemukakan rasa syukur karena kaum Muhajirin tidak terlibat dalam
pembunuhan Khalifah Utsman r.a.
[1] H.M.H. Al Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Ali Bin Abi Thalib ra, (Jakarta : Lembaga Penyelidikan Islam, 1981),
h. 6-7
Kepada kaum Anshar, Ammar menyatakan, jika kaum Anshar hendak
mengkesampingkan kepentingan mereka sendiri, maka yang paling baik ialah
membai'at Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Ali bin Abi Thalib, kata Ammar,
mempunyai keutamaan dan ia pun orang yang paling dini memeluk Islam. Kepada
kaum Muhajirin, Ammar mengatakan: kalian sudah mengenal betul siapa Ali bin
Abi Thalib. Oleh karena itu aku tak perlu menguraikan kelebihan-kelebihannya lebih
panjang lebar lagi. Kita tidak melihat ada orang lain yang lebih tepat dan lebih baik
untuk diserahi tugas itu! Usul Ammar secara spontan disambut hangat dan didukung
oleh yang hadir. Malahan kaum Muhajirin mengatakan: "Bagi kami, ia memang
satu-satunya orang yang paling afdhal!" Setelah tercapai kata sepakat, semua yang
hadir berdiri serentak, kemudian berangkat bersama-sama ke rumah Imam Ali r.a.
Di depan rumahnya mereka beramai-ramai minta dan mendesak agar Imam
Ali r.a. keluar. Setelah Imam Ali r.a. keluar, semua orang berteriak agar ia bersedia
mengulurkan tangan sebagai tanda persetujuan dibai'at menjadi Amirul Mukminin.
Pada mulanya Imam Ali r.a. menolak dibai'at sebagai Khalifah. Dengan terus terang
ia menyatakan : "Aku lebih baik menjadi wazir yang membantu daripada menjadi
seorang Amir yang berkuasa. Siapa pun yang kalian bai'at sebagai Khalifah, akan
kuterima dengan rela. Ingatlah, kita akan menghadapi banyak hal yang
menggoncangkan hati dan fikiran." Jawaban Imam Ali r.a. yang seperti itu tak dapat
diterima sebagai alasan oleh banyak kaum muslimin yang waktu itu datang
berkerumun di rumahnya. Mereka tetap mendesak atau setengah memaksa, supaya
Imam Ali r.a. bersedia dibai'at oleh mereka sebagai Khalifah. Dengan mantap
mereka menegaskan pendirian: "Tidak ada orang lain yang dapat menegakkan
pemerintahan dan hukum-hukum Islam selain anda. Kami khawatir terhadap ummat
Islam, jika kekhalifahan jatuh ketangan orang lain…"
Beberapa saat lamanya terjadi saling-tolak dan saling tukar pendapat antara
Imam Ali r.a. dengan mereka. Para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. dan para
pemuka kaum Muhajirin dan Anshar mengemukakan alasannya masing-masing
tentang apa sebabnya mereka mempercayakan kepemimpinan tertinggi kepada Imam
Ali r.a. Betapapun kuat dan benarnya alasan yang mereka ajukan Imam Ali r.a. tetap
menyadari, jika ia menerima pembai'atan mereka pasti akan menghadapi berbagai
macam tantangan dan kesulitan gawat. Baru setelah Imam Ali r.a. yakin benar,
bahwa kaum muslimin memang sangat menginginkan pimpinannya, dengan
perasaaan berat ia menyatakan kesediaannya untuk menerima pembai'atan mereka.
Satu-satunya alasan yang mendorong Imam Ali r.a. bersedia dibai'at, ialah demi
kejayaan Islam, keutuhan persatuan dan kepentingan kaum muslimin. Rasa tanggung
jawabnya yang besar atas terpeliharanya nilai-nilai peninggalan Rasul Allah s.a.w.,
membuatnya siap menerima tanggung jawab berat di atas pundaknya. Sungguh pun
demikian, ia tidak pernah lengah, bahwa situasi yang ditinggalkan oleh Khalifah
Utsman r.a. benar-benar merupakan tantangan besar yang harus ditanggulangi.
Keputusan Imam Ali r.a. untuk bersedia dibai'at sebagai Amirul Mukminin
disambut dengan perasaan lega dan gembira oleh sebagian besar kaum muslimin.
Kepada mereka Imam Ali r.a. meminta supaya pembai'atan dilakukan di masjid agar
dapat disaksikan oleh umum. Kemudian Imam Ali r.a. juga memperingatkan, jika
sampai ada seorang saja yang menyatakan terus terang tidak menyukai dirinya, maka
ia tidak akan bersedia dibai'at. Mereka dapat menyetujui permintaan Imam Ali r.a.,
lalu ramai-ramai pergi menuju masjid. Setibanya di Masjid, ternyata orang pertama
yang menyatakan bai'atnya ialah Thalhah.
Ubaidillah. Menyaksikan kesigapan Thalhah itu, seorang bernama Qubaisah
bin Dzuaib Al Asadiy menanggapi: "Aku Khawatir, jangan-jangan pembai'atan
Thalhah itu tidak sempurna!" Ia mengucapkan tanggapannya itu karena tangan
Thalhah memang lumpuh sebelah. Orang lain membiarkan komentar itu lewat begitu
saja. Zubair bin Al-'Awwam segera mengikuti jejak Thalhah menyatakan bai'at
kepada Imam Ali r.a. Sesudah itu barulah kaum Muhajirin dan Anshar menyatakan
bai'atnya masing-masing. Yang tidak ikut menyatakan bai'at ialah Muhammad bin
Maslamah, Hasan bin Tsabit, Abdullah bin Salam, Abdullah bin Umar, Usamah bin
Zaid, Saad bin Abi Waqqash, dan Ka'ab bin Malik. Tata cara pembai'atan dilakukan
menurut prosedur sebagaimana yang lazim berlaku atas diri Khalifah-khalifah
sebelumnya. Sesuai dengan tradisi pada masa itu, sesaat setelah dibai'at
Amirul Mukminin Imam Ali r.a. menyampaikan amanatnya yang pertama.
Antara lain mengatakan:
"Sebenarnya aku ini adalah seorang yang sama saja seperti kalian. Tidak
ada perbedaan dengan kalian dalam masalah hak dan kewajiban. Hendaknya kalian
menyadari, bahwa ujian telah datang dari Allah s.w.t. Berbagai cobaan dan fitnah
telah datang mendekati kita seperti datangnya malam yang gelap-gulita. Tidak ada
seorang pun yang sanggup mengelak dan menahan datangnya cobaan dan fitnah itu,
kecuali mereka yang sabar dan berpandangan jauh. Semoga Allah memberikan
bantuan dan perlindungan. "Hati-hatilah kalian sebagaimana yang telah
diperintahkan oleh Allah s.w.t. kepada kalian, dan berhentilah pada apa yang
menjadi larangan-Nya. Dalam hal itu janganlah kalian bertindak
tergesa-gesa, sebelum kalian menerima penjelasan yang akan kuberikan.
"Ketahuilah bahwa Allah s.w.t. di atas 'Arsy-Nya Maha Mengetahui, bahwa
sebenarnya aku ini tidak merasa senang dengan kedudukan yang kalian berikan
kepadaku. Sebab aku pernah mendengar sendiri Rasul Allah s.a.w. berkata: "Setiap
waliy (penguasa atau pimpinan) sesudahku, yang diserahi pimpinan atas kaum
muslimin, pada hari kiyamat kelak akan diberdirikan pada ujung jembatan dan para
Malaikat akan membawa lembaran riwayat hidupnya. Jika waliy itu seorang yang
adil, Allah akan menyelamatkannya karena keadilannya. Jika waliy itu seorang yang
dzalim, jembatan itu akan goncang, lemah dan kemudian lenyaplah kekuatannya.
Akhirnya orang itu akan jatuh ke dalam api neraka…" [2]
[2] Ibid, h. 83-85
3. Kondisi Islam dan Kaum Muslimin Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib
Kholifah Ali bin Abi Thalib melaksanakan langkah-langkah yang dapat dianggap
sebagai prestasi yang telah dicapai .
a. Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap.
Kholifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan
efisien. Oleh karena itu, beliau kemudian mengganti pejabat-pejabat yang kurang
cakap dalam bekerja. Akan tetapi, pejabat-pejabat tersebut ternyata banyak yang
berasal dari keluarga Kholifah Usman bin Affan ( Bani Umayah ). Akibatnya, makin
banyak kalangan Bani Umayah yang tidak menyukai Kholifah Ali bin Abi Thalib.
b. Membenahi Keuangan Negara ( Baitul Mal )
Setelah mengganti para pejabat yang kurang cakap, Khalifah Ali bin Abi Tahlib
kemudian menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar.
Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan
rakyat.
c. Memajukan Bidang Ilmu Bahasa.
Pada saat Kholifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan , Wilayah Islam
sudah mencapai India. Pada saat itu , penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi
dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhommah dan syaddah. hal itu
menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan teks Al-Qur'an dan Hadits di daerah-
daerah yang jauh dari Jazirah Arab.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Qur'an dan Hadits. Kholifah
Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad Duali untuk mengembangkan
pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajarai tata bahasa Arab.
Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat membantu orang-orang non Arab dalam
mempelajari sumber utama ajaran islam, yaitu Al-Qur'an dan Hadits.
d. Bidang Pembangunan
Salah satu pembangunan yang mendapat perhatian khusus dari Khalifah Ali bin
Abi Thalib adalah pembangunan Kota Kuffah. Pada awalnya kota Kufah disiapkan
sebagai pusat pertahanan oleh Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi , Kota Kufah
kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits,ilmu nahwu dan ilmu
pengetahuan lainya.
Pada waktu itu , perselisihan antara pendukung Kholifah Ali bin Abi Thalib dan
Mua'wiyah bin Abu Sufyan makin membesar. Perselisihan itulah yang menjadi awal
berakhirnya pemerintahan Islam dibawah Khulafaur Rasyidin. meskipun memiliki
kelemahan-kelemahan, para ahli sejarah menyatakan bahwa pemerintahan Islam masa
Khulafaur Rasyidin merupakan masa pemerintahan Islam yang paling mendekati
masa pemerintahan Rasulullah saw.[3]
4. Berbagai Peristiwa Masa Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib
Politik Ali bin Abi Talib
Menurut pendapat Ali bin Abi Talib wali-wali yang diangkat Khalifah Utsman tidak
layak dan cakap mengurus masalah ummat Islam. Maka sekalipun kedudukannya
sebagai khalifah belum kuat dan kokoh, niatnya telah tetap akan memberhentikan
para wali itu. Beberapa sahabat memberi peringatan kepada Ali agar dia
membatalkan niatnya itu. Akan tetapi dia tidak mau mundur barang setapak, niatnya
itu dilaksanakan.
Perpecahan ummat Islam
Oleh karena siasat Ali yang sedemikian itu, maka ummat Islam menjadi retak, ummat
Islam pecah menjadi tiga golongan (partai), yaitu 1.Golongan pendukung Ali bin Abi
Talib, 2. Ummat yang menuntut atas kematian Utsman bin Affan, mereka dikepalai
oleh Mu‟awiyah bin Abi Sufyan, 3. Yang tidak setuju dengan tuntutan Mu‟awiyah
dan tidak setuju dengan pengangkatan Ali, mereka dipimpin oleh Thalhah, Zubair dan
„Aisyah.
Perang Unta
Khalifah Ali bin Abi Talib telah memecat Mu‟awiyah dari jabatannya. Akan tetapi di
tidak mempedulikan pemecatannya itu, melainkan ia tetap memegang jabatannya
sebagai wali Syam. Maka Ali bin Abi Talib menyiapkan pasukan untuk
memeranginya. Akan tetapi ketika ia akan berangkat ke Syam datanglah berita bahwa
orang Makkah telah keluar dari kelompok Ali, mereka dikepalai oleh Thalhah, Zubair
dan „Aisyah. Mereka telah menduduki kota Bashrah dengan tentara besar yang
dipimpin oleh „Aisyah pada tahun 36 H. (567 M.)
Mendengar berita yang demikian itu, Ali mengurungkan maksudnya untuk
menyerang Syam, dan dengan segera ia beserta laskarnya berangkat ke kota Kufah,
kemudian terus ke Bashrah dengan membawa tentara 200.000 orang.
[3] Darsono. T Ibrahim .Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam/VII
Di Bashrah ia bertemu dengan tentara „Aisyah, lalu terjadilah pertempuran yang
terkenal dengan Waqi‟atul Jamal (Perang Unta). Dinamakan demikian, karena
„Aisyah yang memimpin pasukan menunggang unta.
Dalam peperangan ini Ali memperoleh kemenangan. Thalhah dan Zubair terbunuh
dan „Aisyah ditawan. Akan tetapi ia tidak diperlakukan oleh Ali sebagai tawanan,
melainkan dihormati dan dimuliakan, lalu dipulangkan ke Makkah, serta
dinasehatinya agar dia tidak lagi mencampuri politik negara.
Bani Hasyim dan Bani Umayyah
Perang Unta telah usai, Ali memperoleh kemenangan, sedangkan „Aisyah tidak lagi
mencampuri urusan politik negara. Akan tetapi perselisihan antara sesama ummat
Islam belum berakhir, karena masih ada dua golongan yang bertentangan, yaitu parta
Ali dari keluarga bani Hasyim dan partai Mu‟awiyah pemimpin keluarga Bani
Umayyah.
Partai Bani Umayyah menuduh Ali terlibat dalam pembunuhan atas Utsman bin
Affan. Oleh karena itu perselisihan timbul kembali antara keluarga bani Hasyim dan
Bani Umayyah sebagaimana paa masa Jahiliah dahulu.
Perbedaan antara Laskar Ali dan Laskar Mu’awiyah
Antara laskar Ali dan laskar Mu‟awiyah besar sekali perbedaannya. Mu‟awiyah yang
telah dua puluh tahun lamanya memerintah di Syam sebagai wali propinsi, dapat
menarik hati penduduk negeri itu dengan kemurahan dan kecerdikannya, sehingga ia
berkuasa besar dalam wilayah itu dan tak ada seorang penduduk Syam yang mau
menyangkal perintahnya. Hal ini bukan karena takut kepada Mu‟awiyah, tapi karena
sayang dan cinta mereka kepadanya. Dan lagi sifat dan tabi‟at orang Syam yang cinta
akan peraturan dan patuh kepada undang-undang, menjadi satu pertolongan besar
bagi Mu‟awiyah, dalam usahanya melaksanakan apa yang diinginkannya.
Sedangkan laskar Ali sebagian besar terdiri dari bangsa Badwi yang masih membenci
peraturan, dan enggan tunduk dibawah undang-undang.
Perang Seffein
Khalifah Ali mendengar kabar bahwa Mu‟awiyah telah bersiap lengkap akan
memeranginya. Oleh kerana itulah Ali bersegera mengerahkan pasukannya untuk
menghadapi serangan musuhnya itu di Siffein. Di Siffein di tempat sebelah barat
sungai Euphrat, laskar Ali bertemu dengan laskar Mu‟awiyah, lalu terjadilah
pertempuran dahsyat antara kedua laskar tersebut, pertempuran ini terjadi selama 40
hari. Dalam pertempuran itu pihak Ali hampir memperoleh kemenangan, sedangkan
Mu‟awiyah sudah berfikir hendak melarikan diri. Akan tetapi karena tipu daya Amru
bin al-„Ash yang berperang dipihak Mu‟awiyah, maksud pelariannya itu
diurungkanlah oleh Mu‟awiyah. Kemudian „Amru bin al-„Ash menyuruh laskarnya
menusuk Mushaf (Qur‟an) dengan ujung lembingnya, lalu dinaikkan sebagai tanda
hendak berdamai dengan tunduk kepada al-Qur‟an.
Tentara Ali tertipu
Melihat hal ini tentara Ali terperdaya, lalu mereka mendesak Ali untuk menghentika
perang, Ali bersikukuh hendak melanjutkan peperangan karena ia yakin perdamaian
Mu‟awiyah hanyalah tipu daya belaka, namun pasukannya selalu mendesaknya untuk
berdamai, terpaksalah Ali mengikuti kemauan kebanyakan pasukannya.
Setelah kedua belah pihak sepakat mengadakan majlis tahkim yang akan memutuskan
perselisihan itu, Ali mundur dengan tentaranya ke Kufah dan laskar Mu‟awiyah
mundur ke Syam.
Dalam perdamaian yang akan diadakan itu, pihak Ali diwakili oleh Abu Musa al-
Asy‟ari seorang tua yang lurus hati, dan pihak Mu‟awiyah diwakili oleh „Amru bin
al-„Ash seorang ahli siasat Arab yang terkenal licin.
Korban perang Siffein
Dalam pertempuran Siffein dimana kedua belah pihak bertemu di laga sampai 90 kali,
menimbulkan banyak korban dari kedua belah pihak. Di pihak laskar Ali gugur
25.000 orang dan dari pihak laskar Mu‟awiyah 45.000 orang.
Setelah Ali mengundurkan sentaranya ke Kufah, sebagian pengikutnya
mendurhakainya, kaum pendurhaka itu dikenal dengan parti Khawarij (partai yang
keluar dari golongan Ali).
Sebat timbulnya pendurhakaan itu adalah karena mereka berpendapat bahwa Ali
melakukan kesalahan besar tentang pemberhentian perang dan menerima tahkim,
sedang dia hampir saja memperoleh kemenangan. Mereka mendesak Ali supaya
meneruskan peperangan, tetapi Ali tidak mau melanggar janji yang telah dibuatnya
dengan Mu‟awiyah, walaupun hal itu selula tidak disetujuinya. Oleh karena itu
kelompok ini mengadakan perlawanan dan membuat keributan dan kerusakan
dimana-mana. Jumlah mereka kira-kira 12.000 orang.
Kaum pendurhaka ini sebagian dapat ditindas oleh Ali dan yang sebagian yang lain
melarikan diri, dari mereka itulah timbul partai Khawarij kemudian, yaitu golongan
ummat Islam yang keras, yang tak mau tunduk dibawah kekuasaan Khalifah
manapun. Semboyan mereka adalah: „Kekuasaan hanyalah di tangan Tuhan‟.
Hasil Tahkim
Setelah datang waktu tahkim sesuai dengan perjanjian, para wali dari kedua belah
pihak berkumpul di Dumatul Jandal. Utusan Ali berjumlah 100 orang dikepalai oleh
Abu Musa al-Asy‟ari dan utusan Mu‟awiyah banyaknya juga 100 orang dikepalai
oleh „Amru bin al-‟Ash, sedang Mu‟awiyah sendiri termasuk dalam jumlah 100 itu.
Dengan tipu-daya yang licin „Amru bin al-‟Ash dapat mengalahkan Abu Musa yang
lurus hati itu dalam persidangan majlis tahkim.
„Amru bin al-‟Ash menerangkan kepada Abu Musa bahwa untuk menjadi dasar
perundingan, maka Ali dan Mu‟awiyah diturunkan dari pangkat Khalifah. Sesudah itu
soal Khalifah diserahkan kepada ummat Islam dan kepada mereka diberikan
kemerdekaan seluas-luasnya tentang siapa yang akan mereka pilih menjadi Khalifah.
Keterangan „Amru bin al-‟Ash ini diterima oleh Abu Musa dengan sejujur hatinya
untuk menjadi dasar perundingan. Di hari persidangan di Daumatul Jandal itu (suatu
tempat antara Irak dan Syam) diharapan beribu-ribu ummat Islam, maka tertipulah
Abu Musa oleh kelicikan politik „Amru bin al-‟Ash.
Karena menghormati ketinggian umur dan derajatnya, „Amru bin al-‟Ash meminta
kepada Abu Musa untuk terlebih dahulu berdiri diatas mimbar, menerangkan dasar
perundingan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan ikhlas dan jujur
hati Abu Musa naik ke atas mimbar, lalu berpidato menerangkan bahwa untuk
kemaslahatan ummat Islam di dan „Amru bin al-‟Ash telah sepakat untuk
memberhentikan Ali dan Mu‟awiyah dari jabatan Khalifah. Tentang pengangkatan
Khalifah yang baru diserahkan sepenuhnya kepada permusyawaratan ummat Islam.
Saya sebagai wakil dari pihak Ali dengan ikhlas dan jujur hati menurunkan Ali dari
kursi Khalifahnya”.
Kemudian naik pula „Amru bin al-‟Ash lalu berkata menerangkan, bahwa ia
menerima dan menguatkan keberhentian Ali itu, dan menetapkan Mu‟awiyah dalam
pangkatnya sebagai Amirul Mu‟minin.
‘Amru bin al-’Ash kembali menjadi wali Mesir
Karena kepincangan hasil perdamaian di Daumatul Jandal itu, maka timbullah perang
saudara kembali. Dalam pada itu Mu‟awiyah berusaha sekuat tenaga untuk
menundukkan wali-wali yang diangkat oleh Ali, „Amru bin al-‟Ash dikirimnya ke
Mesir memerangi Muhammad bin Abu Bakar wali negeri dari pihak Ali. Muhammad
mati terbunuh dalam peperangan itu dan „Amru bin al-‟Ash diangkat oleh Mu‟awiyah
menjadi wali di negeri Mesir, menjabat jabatannya yang lama.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Yang paling terkenal pada masa Ali ini adalah terjadinya Tahkim antara Ali Bin Abi
Thalib dengan Muawwiyah Ibn Abi Sufyan . Dari pihak Ali Ibn Abi Thalib diutus
seorang ulama yang terkenal sangat jujur dan tidak “ cerdik” dalam politik yaitu Abu
Musa Al Asyari. Sebaliknya dari pihak Muawiyah Ibn Abi Sufyan diutus seorang
yang sangat terkenal sangat “cerdik” dalam berpolitik yaitu Amr ibn Ash.
Dalam tahkim tersebut, pihak Ali Ibn Abi Thalib dirugikan oleh pihak
Muawiyah Ibn Abi Sufyan karena kecerdikan Amr Ibn Ash yang dapat mengalahkan
Abu Musa Al Asyari. Pendukung Ali Ibn Abi Thalib, kemudian terpecah menjadi
dua, yaitu kelompok pertama adalah mereka yang secara terpaksa menghadapi hasil
Tahkim dan mereka tetap setia kepada Ali Ibn Abi Thalib, sedangkan kelompok yang
kedua adalah kelompok yang menolak hasil Tahkim dan kecewa terhadap
kepemimpinan Ali Ibn Abi Thalib yang kemudian melakukan gerakan perlawanan
terhadap semua pihak yang terlibat dalam Tahkim, termasuk Ali Ibn Abi Thalib.
DAFTAR PUSTAKA
Darsono. T Ibrahim .Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam/VII
H.M.H. Al Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Ali Bin Abi Thalib ra, (Jakarta :
Lembaga Penyelidikan Islam, 1981), h. 6-7
Ibid, h. 83-85
www. Sejarah Dunia Islam Masa Khalifah Keempat. ALI BIN ABI THALIB _
Pondok Pesantren Darunnajah Cipining Bogor.html.diakses pada tanggal
24 April 2013
www.Makalah Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib by Burhannudin FEKON uniska
bjm Web Burhannudin.html.diakses pada tanggal 24 April 2013

More Related Content

What's hot

Biografi dan sejarah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Biografi dan sejarah kepemimpinan Ali bin Abi ThalibBiografi dan sejarah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Biografi dan sejarah kepemimpinan Ali bin Abi Thalibzakyamifikri23
 
Ali bin abi thalib
Ali bin abi thalibAli bin abi thalib
Ali bin abi thalibafinnafia
 
Bab iii-iman-kepada-allah-dan-asmaul-husna
Bab iii-iman-kepada-allah-dan-asmaul-husnaBab iii-iman-kepada-allah-dan-asmaul-husna
Bab iii-iman-kepada-allah-dan-asmaul-husnaRiya Tun PGMI
 
73 FIRQAH DALAM ISLAM
73 FIRQAH DALAM ISLAM73 FIRQAH DALAM ISLAM
73 FIRQAH DALAM ISLAMrahman rahman
 
Tasyri' syiah khawarij
Tasyri' syiah khawarijTasyri' syiah khawarij
Tasyri' syiah khawarijMarhamah Saleh
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatKhairul Muttaqin
 
Masa kejayaan islam ppt
Masa kejayaan islam  pptMasa kejayaan islam  ppt
Masa kejayaan islam pptMya Miranda
 
Dinasti al ayyubiyah
Dinasti al ayyubiyahDinasti al ayyubiyah
Dinasti al ayyubiyahrizafifah
 
Kelompok 2 kisah nabi idris as 2011
Kelompok 2 kisah nabi idris as 2011Kelompok 2 kisah nabi idris as 2011
Kelompok 2 kisah nabi idris as 2011Sekolah Vokasi UGM
 
Makalah sejarah kebudayaan islam
Makalah sejarah kebudayaan islamMakalah sejarah kebudayaan islam
Makalah sejarah kebudayaan islamnewskiem
 
PPT sejarah islam masa Abu Bakar dan Umar Bin Khattab
PPT sejarah islam masa Abu Bakar dan Umar Bin KhattabPPT sejarah islam masa Abu Bakar dan Umar Bin Khattab
PPT sejarah islam masa Abu Bakar dan Umar Bin KhattabDewi_Sejarah
 
Sejarah pemeliharaan al qur’an
Sejarah pemeliharaan al qur’anSejarah pemeliharaan al qur’an
Sejarah pemeliharaan al qur’answirawan
 
Perkembangan islam di masa pembaruan
Perkembangan islam di masa pembaruanPerkembangan islam di masa pembaruan
Perkembangan islam di masa pembaruanYanisa S
 
PPT - MAD THABI'I DAN MAD FAR'I
PPT - MAD THABI'I DAN MAD FAR'IPPT - MAD THABI'I DAN MAD FAR'I
PPT - MAD THABI'I DAN MAD FAR'Iaralailiyah
 

What's hot (20)

Biografi dan sejarah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Biografi dan sejarah kepemimpinan Ali bin Abi ThalibBiografi dan sejarah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Biografi dan sejarah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
 
Ali bin abi thalib
Ali bin abi thalibAli bin abi thalib
Ali bin abi thalib
 
Bab iii-iman-kepada-allah-dan-asmaul-husna
Bab iii-iman-kepada-allah-dan-asmaul-husnaBab iii-iman-kepada-allah-dan-asmaul-husna
Bab iii-iman-kepada-allah-dan-asmaul-husna
 
73 FIRQAH DALAM ISLAM
73 FIRQAH DALAM ISLAM73 FIRQAH DALAM ISLAM
73 FIRQAH DALAM ISLAM
 
Tasyri' syiah khawarij
Tasyri' syiah khawarijTasyri' syiah khawarij
Tasyri' syiah khawarij
 
Makalah qurban
Makalah qurbanMakalah qurban
Makalah qurban
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
 
Masa kejayaan islam ppt
Masa kejayaan islam  pptMasa kejayaan islam  ppt
Masa kejayaan islam ppt
 
Dinasti al ayyubiyah
Dinasti al ayyubiyahDinasti al ayyubiyah
Dinasti al ayyubiyah
 
Kelompok 2 kisah nabi idris as 2011
Kelompok 2 kisah nabi idris as 2011Kelompok 2 kisah nabi idris as 2011
Kelompok 2 kisah nabi idris as 2011
 
Ali bin abi thalib
Ali bin abi thalibAli bin abi thalib
Ali bin abi thalib
 
Makalah sejarah kebudayaan islam
Makalah sejarah kebudayaan islamMakalah sejarah kebudayaan islam
Makalah sejarah kebudayaan islam
 
PPT sejarah islam masa Abu Bakar dan Umar Bin Khattab
PPT sejarah islam masa Abu Bakar dan Umar Bin KhattabPPT sejarah islam masa Abu Bakar dan Umar Bin Khattab
PPT sejarah islam masa Abu Bakar dan Umar Bin Khattab
 
Ali bin abi thalib
Ali bin abi thalibAli bin abi thalib
Ali bin abi thalib
 
Utsman bin affan
Utsman bin affanUtsman bin affan
Utsman bin affan
 
Sejarah pemeliharaan al qur’an
Sejarah pemeliharaan al qur’anSejarah pemeliharaan al qur’an
Sejarah pemeliharaan al qur’an
 
RPP Sholat Sunnah
RPP Sholat SunnahRPP Sholat Sunnah
RPP Sholat Sunnah
 
Adab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmuAdab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmu
 
Perkembangan islam di masa pembaruan
Perkembangan islam di masa pembaruanPerkembangan islam di masa pembaruan
Perkembangan islam di masa pembaruan
 
PPT - MAD THABI'I DAN MAD FAR'I
PPT - MAD THABI'I DAN MAD FAR'IPPT - MAD THABI'I DAN MAD FAR'I
PPT - MAD THABI'I DAN MAD FAR'I
 

Similar to PROFIL ALI BIN ABI THALIB

Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalib
Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalibBiografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalib
Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalibMuhammad Idris
 
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalibSki kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalibTatik Suwartinah
 
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. PJawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. PBelaHemaliaPutri
 
UAS kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.pdf
UAS kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.pdfUAS kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.pdf
UAS kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.pdfAhmadRaihanWildan
 
0-30775566963_20220715_011932_0000.pdf
0-30775566963_20220715_011932_0000.pdf0-30775566963_20220715_011932_0000.pdf
0-30775566963_20220715_011932_0000.pdfAhmadRaihanWildan
 
Proses pengangkatan dan Model Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (1).ppt
Proses pengangkatan dan Model Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (1).pptProses pengangkatan dan Model Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (1).ppt
Proses pengangkatan dan Model Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (1).pptd1v151
 
Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Kepemimpinan Ali bin Abi ThalibKepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Kepemimpinan Ali bin Abi ThalibAurellyaRamadanty
 
Makalah Agama Islam : Syi'ah
Makalah Agama Islam : Syi'ahMakalah Agama Islam : Syi'ah
Makalah Agama Islam : Syi'ahNesha Mutiara
 
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)Agradjaya Agradjaya
 
jawaban tugas uas kepemimpinan "Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Rina Aliyah Ni...
jawaban tugas uas kepemimpinan "Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Rina Aliyah Ni...jawaban tugas uas kepemimpinan "Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Rina Aliyah Ni...
jawaban tugas uas kepemimpinan "Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Rina Aliyah Ni...RinaAliyah
 
Sumber-sumber Pengajian Arab dan Tamadun Islam Era Khulafa' al-Rashidin: Kaji...
Sumber-sumber Pengajian Arab dan Tamadun Islam Era Khulafa' al-Rashidin: Kaji...Sumber-sumber Pengajian Arab dan Tamadun Islam Era Khulafa' al-Rashidin: Kaji...
Sumber-sumber Pengajian Arab dan Tamadun Islam Era Khulafa' al-Rashidin: Kaji...Ezad Azraai Jamsari
 
Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.pdf
Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.pdfKepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.pdf
Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.pdfSalmaEsvania
 
Umar bin abdul aziz
Umar bin abdul azizUmar bin abdul aziz
Umar bin abdul azizahfa42
 
Power poin umar bin abdul aziz
Power poin umar bin abdul azizPower poin umar bin abdul aziz
Power poin umar bin abdul azizKhusnul huda
 
Sejarah peradaban islam 4
Sejarah peradaban islam 4Sejarah peradaban islam 4
Sejarah peradaban islam 4FitraMayyoza
 

Similar to PROFIL ALI BIN ABI THALIB (20)

ALI BIN ABI THALIB
ALI BIN ABI THALIBALI BIN ABI THALIB
ALI BIN ABI THALIB
 
Ali ibn abi thalib
Ali ibn abi thalibAli ibn abi thalib
Ali ibn abi thalib
 
Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalib
Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalibBiografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalib
Biografi tokoh islam sahabat ali bin abi thalib
 
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalibSki kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
 
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. PJawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
 
UAS kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.pdf
UAS kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.pdfUAS kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.pdf
UAS kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.pdf
 
0-30775566963_20220715_011932_0000.pdf
0-30775566963_20220715_011932_0000.pdf0-30775566963_20220715_011932_0000.pdf
0-30775566963_20220715_011932_0000.pdf
 
Proses pengangkatan dan Model Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (1).ppt
Proses pengangkatan dan Model Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (1).pptProses pengangkatan dan Model Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (1).ppt
Proses pengangkatan dan Model Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (1).ppt
 
Ali bin-abi-thalib2
Ali bin-abi-thalib2Ali bin-abi-thalib2
Ali bin-abi-thalib2
 
Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Kepemimpinan Ali bin Abi ThalibKepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
 
Makalah Agama Islam : Syi'ah
Makalah Agama Islam : Syi'ahMakalah Agama Islam : Syi'ah
Makalah Agama Islam : Syi'ah
 
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
 
Ashabul kahfi
Ashabul kahfiAshabul kahfi
Ashabul kahfi
 
jawaban tugas uas kepemimpinan "Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Rina Aliyah Ni...
jawaban tugas uas kepemimpinan "Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Rina Aliyah Ni...jawaban tugas uas kepemimpinan "Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Rina Aliyah Ni...
jawaban tugas uas kepemimpinan "Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Rina Aliyah Ni...
 
Sumber-sumber Pengajian Arab dan Tamadun Islam Era Khulafa' al-Rashidin: Kaji...
Sumber-sumber Pengajian Arab dan Tamadun Islam Era Khulafa' al-Rashidin: Kaji...Sumber-sumber Pengajian Arab dan Tamadun Islam Era Khulafa' al-Rashidin: Kaji...
Sumber-sumber Pengajian Arab dan Tamadun Islam Era Khulafa' al-Rashidin: Kaji...
 
Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.pdf
Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.pdfKepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.pdf
Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.pdf
 
Umar bin abdul aziz
Umar bin abdul azizUmar bin abdul aziz
Umar bin abdul aziz
 
Power poin umar bin abdul aziz
Power poin umar bin abdul azizPower poin umar bin abdul aziz
Power poin umar bin abdul aziz
 
Sejarah peradaban islam 4
Sejarah peradaban islam 4Sejarah peradaban islam 4
Sejarah peradaban islam 4
 
Materi bab i aa
Materi bab i aaMateri bab i aa
Materi bab i aa
 

More from Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar (12)

Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
 
Hukum gauss
Hukum gaussHukum gauss
Hukum gauss
 
Ada saatnya kuu mengerti
Ada saatnya kuu mengertiAda saatnya kuu mengerti
Ada saatnya kuu mengerti
 
Sejarah munculnya daulah
Sejarah munculnya daulahSejarah munculnya daulah
Sejarah munculnya daulah
 
Transistor
TransistorTransistor
Transistor
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Dioda zener
Dioda zenerDioda zener
Dioda zener
 
Dasar logika
Dasar logikaDasar logika
Dasar logika
 
Nurjannah ^Umayyah^
Nurjannah ^Umayyah^Nurjannah ^Umayyah^
Nurjannah ^Umayyah^
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 

PROFIL ALI BIN ABI THALIB

  • 1. KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr.Wb. Alhamdulillah Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah memberikan nikmat-nikmatnya, serta memberikan ilmu pengetahuan. Sehingga penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah tentang salah satu sahabat rasulullah saw, khulafaur rasyidin yaitu khalifah Ali bin Abi Thalib. Shalawat dan salam semoga tetap selalu tercurah dan terlimpah kepada seorang manusia biasa yang mempunyai akhlaq yang sangat mulia, yaitu nabi Muhammad saw, kepada keluarga , sahabat, serta pengikutnya yang istiqomah menjalankan sunnah-sunnahnya dari dulu, sekarang, hingga hari pembalasan.Allahumma salli „ala Muhammad. Selesainya makalah ini, tentunya tidak lepas dari bimbingan dosen Bpk. Drs. M. Syafe‟i, serta keluarga yang selalu mendukung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada mereka. Makalah ini dibuat secara ringkas, namun mudah-mudahan tidak mengurangi sejarah aslinya. Pada kesempatan yang baik ini penulis mengangkat tentang profil Ali bin Abi Thalib, beberapa keutamaan Ali bin Abi Thalib, kekhilafahan Ali bin Abi Thalib, memerangi khawarij, syahidnya Ali bin Abi Thalib, serta beberapa perkataan hikmah Ali bin Abi Thalib. Semoga makalah ini memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis khususnya, dan memberikan banyak manfaat kepada pembaca pada umumnya. Sesuai dengan sabda rasulullah saw. “Sebaik-baik diantara manusia sekalian, ialah orang yang memberi manfaat kepada orang lain”. Samata, 18 April 2013 Penulis,
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk al-Quran dan Sunnah Nabi. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8. Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: ‫شدون‬ ‫را‬ ‫ال‬ ‫فاء‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫)ال‬ atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah ia wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut paham Syi‟ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk kepada salah satu Hadits Ghadir Khum. Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
  • 3. B. Tujuan Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah 1. Mengetahui biografi Ali bin Abi Thalib. 2. Mengetahui dinamika pemilihan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. 3. Mengetahui kondisi islam dan kaum muslimin masa khalifahan Ali bin Abi Thalib. 4. Mengetahui berbagai peristiwa masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
  • 4. BAB II PEMBAHASAN 1. Kelahiran Khalifah Ali Bin Abi Thalib Imam Ali r.a dilahirkan hari Jum'at, 13 bulan Rajab, 12 tahun sebelum Nabi Muhammad s.a.w. mendapat risalah, Sepanjang ingatan orang, inilah untuk pertama kali seorang wanita melahirkan puteranya dalam Ka'bah. Kelahiran bayi ini hanya disaksikan oleh ayah bundanya saja. Kejadian yang luar biasa ini, beritanya segera tersiar ke berbagai penjuru. Berbondong- bondonglah mereka, terutama keluarga Bani Hasyim, datang ke Ka'bah, guna menyaksikan bayi yang baru lahir. Di antara yang datang ialah Nabi Muhammad s.a.w. Bayi ini saudara misan beliau sendiri. Beliau menggendong bayi tersebut, kemudian bersama ayah-ibunya pulang ke rumah Abu Thalib. Pemuka-pemuka Quraisy diundang mengunjungi pesta itu, sebagai penghormatan atas kelahiran puteranya. Pada kesempatan itulah Abu Thalib mengumumkan pemberian nama "Ali" kepada puteranya yang baru lahir. "Ali" berarti "luhur". Sesungguhnya, sebelum berlangsung pesta walimah, di mana Abu Thalib mengumumkan nama "Ali" bagi puteranya yang keempat itu, Fatimah telah memberi nama "Haidarah", yang berarti "Singa". Satu nama yang diambil persamaannya dari nama Asad, nama datuknya dari pihak ibu, yang juga berarti "Singa". Sementara orang mengatakan, bahwa yang memberi nama "Haidarah" ialah orang-orang Quraisy. Tetapi sejarah membuktikan, bahwa nama "Haidarah" itu sesungguhnya pemberian ibunya sendiri. Bukti sejarah ini dapat diketahui dari peristiwa perang-tanding, seorang lawan seorang, antara Imam Ali r.a. melawan Marhaban. Dalam perang-tanding itu Marhaban mengagul-agulkan diri engan bait syairnya: "Aku inilah yang diberi nama Marhaban oleh ibuku!" Imam Ali r.a. segera menukas dan melanjutkan bait syair itu dengan kata-katanya: "Aku inilah yang diberi nama Haidarah oleh ibuku!" Hanya
  • 5. saja nama yang diberikan ibunya menjadi tenggelam sesudah pengumuman ayahnya dalam pesta walimah, yaitu "Ali". Ia lebih terkenal dengan nama Ali bin Abi Thalib. Ketika di bawah asuhan Rasul Allah s.a.w., Imam Ali r.a. pernah diberi julukan "Abu Turab", yang artinya "Si Tanah". Pemberian julukan itu erat kaitannya dengan peristiwa ditemuinya Imam Ali r.a. di satu hari sedang tidur berbaring di atas tanah. Yang menemuinya Nabi Muhammad s.a.w. sendiri. Beliau menghampirinya dan duduk dekat kepalanya sambil mengusap-usap punggungnya guna membuang debu-tanah. Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. membangunkannya seraya berkata: "Duduklah, engkau hai Abu Turab!" Nama Abu Turab ini paling disukai oleh Imam Ali r.a. Ia sangat bangga bila dipanggil dengan nama itu. [1] 2. Dinamika Pemilihan Ali Bin abi Thalib Sebagai Khalifah Menurut penuturan Abu Mihnaf, sebagaimana tercantum dalam Syarh Nahjil Balaghah, jilid IV, halaman 8, dikatakan, bahwa ketika itu kaum Muhajirin dan Anshar berkumpul di masjid Rasul Allah s.a.w. Dengan harap-harap cemas mereka menunggu berita tentang siapa yang akan menjadi Khalifah baru. Masjid yang menurut ukuran masa itu sudah cukup besar, penuh sesak dibanjiri orang. Di antara tokoh-tokoh muslimin yang menonjol tampak hadir Ammar bin Yasir, Abul Haitsam bin At Thaihan, Malik bin 'Ijlan dan Abu Ayub bin Yazid. Mereka bulat berpendapat, bahwa hanya Ali bin Abi Thalib r.a. lah tokoh yang paling mustahak dibai'at. Diantara mereka yang paling gigih berjuang agar Imam Ali r.a. dibai'at ialah Ammar bin Yasir. Dalam mengutarakan usulnya, pertama-tama Ammar mengemukakan rasa syukur karena kaum Muhajirin tidak terlibat dalam pembunuhan Khalifah Utsman r.a. [1] H.M.H. Al Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Ali Bin Abi Thalib ra, (Jakarta : Lembaga Penyelidikan Islam, 1981), h. 6-7
  • 6. Kepada kaum Anshar, Ammar menyatakan, jika kaum Anshar hendak mengkesampingkan kepentingan mereka sendiri, maka yang paling baik ialah membai'at Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Ali bin Abi Thalib, kata Ammar, mempunyai keutamaan dan ia pun orang yang paling dini memeluk Islam. Kepada kaum Muhajirin, Ammar mengatakan: kalian sudah mengenal betul siapa Ali bin Abi Thalib. Oleh karena itu aku tak perlu menguraikan kelebihan-kelebihannya lebih panjang lebar lagi. Kita tidak melihat ada orang lain yang lebih tepat dan lebih baik untuk diserahi tugas itu! Usul Ammar secara spontan disambut hangat dan didukung oleh yang hadir. Malahan kaum Muhajirin mengatakan: "Bagi kami, ia memang satu-satunya orang yang paling afdhal!" Setelah tercapai kata sepakat, semua yang hadir berdiri serentak, kemudian berangkat bersama-sama ke rumah Imam Ali r.a. Di depan rumahnya mereka beramai-ramai minta dan mendesak agar Imam Ali r.a. keluar. Setelah Imam Ali r.a. keluar, semua orang berteriak agar ia bersedia mengulurkan tangan sebagai tanda persetujuan dibai'at menjadi Amirul Mukminin. Pada mulanya Imam Ali r.a. menolak dibai'at sebagai Khalifah. Dengan terus terang ia menyatakan : "Aku lebih baik menjadi wazir yang membantu daripada menjadi seorang Amir yang berkuasa. Siapa pun yang kalian bai'at sebagai Khalifah, akan kuterima dengan rela. Ingatlah, kita akan menghadapi banyak hal yang menggoncangkan hati dan fikiran." Jawaban Imam Ali r.a. yang seperti itu tak dapat diterima sebagai alasan oleh banyak kaum muslimin yang waktu itu datang berkerumun di rumahnya. Mereka tetap mendesak atau setengah memaksa, supaya Imam Ali r.a. bersedia dibai'at oleh mereka sebagai Khalifah. Dengan mantap mereka menegaskan pendirian: "Tidak ada orang lain yang dapat menegakkan pemerintahan dan hukum-hukum Islam selain anda. Kami khawatir terhadap ummat Islam, jika kekhalifahan jatuh ketangan orang lain…" Beberapa saat lamanya terjadi saling-tolak dan saling tukar pendapat antara Imam Ali r.a. dengan mereka. Para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. dan para pemuka kaum Muhajirin dan Anshar mengemukakan alasannya masing-masing tentang apa sebabnya mereka mempercayakan kepemimpinan tertinggi kepada Imam
  • 7. Ali r.a. Betapapun kuat dan benarnya alasan yang mereka ajukan Imam Ali r.a. tetap menyadari, jika ia menerima pembai'atan mereka pasti akan menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan gawat. Baru setelah Imam Ali r.a. yakin benar, bahwa kaum muslimin memang sangat menginginkan pimpinannya, dengan perasaaan berat ia menyatakan kesediaannya untuk menerima pembai'atan mereka. Satu-satunya alasan yang mendorong Imam Ali r.a. bersedia dibai'at, ialah demi kejayaan Islam, keutuhan persatuan dan kepentingan kaum muslimin. Rasa tanggung jawabnya yang besar atas terpeliharanya nilai-nilai peninggalan Rasul Allah s.a.w., membuatnya siap menerima tanggung jawab berat di atas pundaknya. Sungguh pun demikian, ia tidak pernah lengah, bahwa situasi yang ditinggalkan oleh Khalifah Utsman r.a. benar-benar merupakan tantangan besar yang harus ditanggulangi. Keputusan Imam Ali r.a. untuk bersedia dibai'at sebagai Amirul Mukminin disambut dengan perasaan lega dan gembira oleh sebagian besar kaum muslimin. Kepada mereka Imam Ali r.a. meminta supaya pembai'atan dilakukan di masjid agar dapat disaksikan oleh umum. Kemudian Imam Ali r.a. juga memperingatkan, jika sampai ada seorang saja yang menyatakan terus terang tidak menyukai dirinya, maka ia tidak akan bersedia dibai'at. Mereka dapat menyetujui permintaan Imam Ali r.a., lalu ramai-ramai pergi menuju masjid. Setibanya di Masjid, ternyata orang pertama yang menyatakan bai'atnya ialah Thalhah. Ubaidillah. Menyaksikan kesigapan Thalhah itu, seorang bernama Qubaisah bin Dzuaib Al Asadiy menanggapi: "Aku Khawatir, jangan-jangan pembai'atan Thalhah itu tidak sempurna!" Ia mengucapkan tanggapannya itu karena tangan Thalhah memang lumpuh sebelah. Orang lain membiarkan komentar itu lewat begitu saja. Zubair bin Al-'Awwam segera mengikuti jejak Thalhah menyatakan bai'at kepada Imam Ali r.a. Sesudah itu barulah kaum Muhajirin dan Anshar menyatakan bai'atnya masing-masing. Yang tidak ikut menyatakan bai'at ialah Muhammad bin Maslamah, Hasan bin Tsabit, Abdullah bin Salam, Abdullah bin Umar, Usamah bin Zaid, Saad bin Abi Waqqash, dan Ka'ab bin Malik. Tata cara pembai'atan dilakukan
  • 8. menurut prosedur sebagaimana yang lazim berlaku atas diri Khalifah-khalifah sebelumnya. Sesuai dengan tradisi pada masa itu, sesaat setelah dibai'at Amirul Mukminin Imam Ali r.a. menyampaikan amanatnya yang pertama. Antara lain mengatakan: "Sebenarnya aku ini adalah seorang yang sama saja seperti kalian. Tidak ada perbedaan dengan kalian dalam masalah hak dan kewajiban. Hendaknya kalian menyadari, bahwa ujian telah datang dari Allah s.w.t. Berbagai cobaan dan fitnah telah datang mendekati kita seperti datangnya malam yang gelap-gulita. Tidak ada seorang pun yang sanggup mengelak dan menahan datangnya cobaan dan fitnah itu, kecuali mereka yang sabar dan berpandangan jauh. Semoga Allah memberikan bantuan dan perlindungan. "Hati-hatilah kalian sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah s.w.t. kepada kalian, dan berhentilah pada apa yang menjadi larangan-Nya. Dalam hal itu janganlah kalian bertindak tergesa-gesa, sebelum kalian menerima penjelasan yang akan kuberikan. "Ketahuilah bahwa Allah s.w.t. di atas 'Arsy-Nya Maha Mengetahui, bahwa sebenarnya aku ini tidak merasa senang dengan kedudukan yang kalian berikan kepadaku. Sebab aku pernah mendengar sendiri Rasul Allah s.a.w. berkata: "Setiap waliy (penguasa atau pimpinan) sesudahku, yang diserahi pimpinan atas kaum muslimin, pada hari kiyamat kelak akan diberdirikan pada ujung jembatan dan para Malaikat akan membawa lembaran riwayat hidupnya. Jika waliy itu seorang yang adil, Allah akan menyelamatkannya karena keadilannya. Jika waliy itu seorang yang dzalim, jembatan itu akan goncang, lemah dan kemudian lenyaplah kekuatannya. Akhirnya orang itu akan jatuh ke dalam api neraka…" [2] [2] Ibid, h. 83-85
  • 9. 3. Kondisi Islam dan Kaum Muslimin Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib Kholifah Ali bin Abi Thalib melaksanakan langkah-langkah yang dapat dianggap sebagai prestasi yang telah dicapai . a. Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap. Kholifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, beliau kemudian mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap dalam bekerja. Akan tetapi, pejabat-pejabat tersebut ternyata banyak yang berasal dari keluarga Kholifah Usman bin Affan ( Bani Umayah ). Akibatnya, makin banyak kalangan Bani Umayah yang tidak menyukai Kholifah Ali bin Abi Thalib. b. Membenahi Keuangan Negara ( Baitul Mal ) Setelah mengganti para pejabat yang kurang cakap, Khalifah Ali bin Abi Tahlib kemudian menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat. c. Memajukan Bidang Ilmu Bahasa. Pada saat Kholifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan , Wilayah Islam sudah mencapai India. Pada saat itu , penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhommah dan syaddah. hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan teks Al-Qur'an dan Hadits di daerah- daerah yang jauh dari Jazirah Arab. Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Qur'an dan Hadits. Kholifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajarai tata bahasa Arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat membantu orang-orang non Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran islam, yaitu Al-Qur'an dan Hadits. d. Bidang Pembangunan Salah satu pembangunan yang mendapat perhatian khusus dari Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah pembangunan Kota Kuffah. Pada awalnya kota Kufah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi , Kota Kufah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits,ilmu nahwu dan ilmu pengetahuan lainya. Pada waktu itu , perselisihan antara pendukung Kholifah Ali bin Abi Thalib dan Mua'wiyah bin Abu Sufyan makin membesar. Perselisihan itulah yang menjadi awal
  • 10. berakhirnya pemerintahan Islam dibawah Khulafaur Rasyidin. meskipun memiliki kelemahan-kelemahan, para ahli sejarah menyatakan bahwa pemerintahan Islam masa Khulafaur Rasyidin merupakan masa pemerintahan Islam yang paling mendekati masa pemerintahan Rasulullah saw.[3] 4. Berbagai Peristiwa Masa Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib Politik Ali bin Abi Talib Menurut pendapat Ali bin Abi Talib wali-wali yang diangkat Khalifah Utsman tidak layak dan cakap mengurus masalah ummat Islam. Maka sekalipun kedudukannya sebagai khalifah belum kuat dan kokoh, niatnya telah tetap akan memberhentikan para wali itu. Beberapa sahabat memberi peringatan kepada Ali agar dia membatalkan niatnya itu. Akan tetapi dia tidak mau mundur barang setapak, niatnya itu dilaksanakan. Perpecahan ummat Islam Oleh karena siasat Ali yang sedemikian itu, maka ummat Islam menjadi retak, ummat Islam pecah menjadi tiga golongan (partai), yaitu 1.Golongan pendukung Ali bin Abi Talib, 2. Ummat yang menuntut atas kematian Utsman bin Affan, mereka dikepalai oleh Mu‟awiyah bin Abi Sufyan, 3. Yang tidak setuju dengan tuntutan Mu‟awiyah dan tidak setuju dengan pengangkatan Ali, mereka dipimpin oleh Thalhah, Zubair dan „Aisyah. Perang Unta Khalifah Ali bin Abi Talib telah memecat Mu‟awiyah dari jabatannya. Akan tetapi di tidak mempedulikan pemecatannya itu, melainkan ia tetap memegang jabatannya sebagai wali Syam. Maka Ali bin Abi Talib menyiapkan pasukan untuk memeranginya. Akan tetapi ketika ia akan berangkat ke Syam datanglah berita bahwa orang Makkah telah keluar dari kelompok Ali, mereka dikepalai oleh Thalhah, Zubair dan „Aisyah. Mereka telah menduduki kota Bashrah dengan tentara besar yang dipimpin oleh „Aisyah pada tahun 36 H. (567 M.) Mendengar berita yang demikian itu, Ali mengurungkan maksudnya untuk menyerang Syam, dan dengan segera ia beserta laskarnya berangkat ke kota Kufah, kemudian terus ke Bashrah dengan membawa tentara 200.000 orang. [3] Darsono. T Ibrahim .Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam/VII
  • 11. Di Bashrah ia bertemu dengan tentara „Aisyah, lalu terjadilah pertempuran yang terkenal dengan Waqi‟atul Jamal (Perang Unta). Dinamakan demikian, karena „Aisyah yang memimpin pasukan menunggang unta. Dalam peperangan ini Ali memperoleh kemenangan. Thalhah dan Zubair terbunuh dan „Aisyah ditawan. Akan tetapi ia tidak diperlakukan oleh Ali sebagai tawanan, melainkan dihormati dan dimuliakan, lalu dipulangkan ke Makkah, serta dinasehatinya agar dia tidak lagi mencampuri politik negara. Bani Hasyim dan Bani Umayyah Perang Unta telah usai, Ali memperoleh kemenangan, sedangkan „Aisyah tidak lagi mencampuri urusan politik negara. Akan tetapi perselisihan antara sesama ummat Islam belum berakhir, karena masih ada dua golongan yang bertentangan, yaitu parta Ali dari keluarga bani Hasyim dan partai Mu‟awiyah pemimpin keluarga Bani Umayyah. Partai Bani Umayyah menuduh Ali terlibat dalam pembunuhan atas Utsman bin Affan. Oleh karena itu perselisihan timbul kembali antara keluarga bani Hasyim dan Bani Umayyah sebagaimana paa masa Jahiliah dahulu. Perbedaan antara Laskar Ali dan Laskar Mu’awiyah Antara laskar Ali dan laskar Mu‟awiyah besar sekali perbedaannya. Mu‟awiyah yang telah dua puluh tahun lamanya memerintah di Syam sebagai wali propinsi, dapat menarik hati penduduk negeri itu dengan kemurahan dan kecerdikannya, sehingga ia berkuasa besar dalam wilayah itu dan tak ada seorang penduduk Syam yang mau menyangkal perintahnya. Hal ini bukan karena takut kepada Mu‟awiyah, tapi karena sayang dan cinta mereka kepadanya. Dan lagi sifat dan tabi‟at orang Syam yang cinta akan peraturan dan patuh kepada undang-undang, menjadi satu pertolongan besar bagi Mu‟awiyah, dalam usahanya melaksanakan apa yang diinginkannya. Sedangkan laskar Ali sebagian besar terdiri dari bangsa Badwi yang masih membenci peraturan, dan enggan tunduk dibawah undang-undang. Perang Seffein Khalifah Ali mendengar kabar bahwa Mu‟awiyah telah bersiap lengkap akan memeranginya. Oleh kerana itulah Ali bersegera mengerahkan pasukannya untuk menghadapi serangan musuhnya itu di Siffein. Di Siffein di tempat sebelah barat
  • 12. sungai Euphrat, laskar Ali bertemu dengan laskar Mu‟awiyah, lalu terjadilah pertempuran dahsyat antara kedua laskar tersebut, pertempuran ini terjadi selama 40 hari. Dalam pertempuran itu pihak Ali hampir memperoleh kemenangan, sedangkan Mu‟awiyah sudah berfikir hendak melarikan diri. Akan tetapi karena tipu daya Amru bin al-„Ash yang berperang dipihak Mu‟awiyah, maksud pelariannya itu diurungkanlah oleh Mu‟awiyah. Kemudian „Amru bin al-„Ash menyuruh laskarnya menusuk Mushaf (Qur‟an) dengan ujung lembingnya, lalu dinaikkan sebagai tanda hendak berdamai dengan tunduk kepada al-Qur‟an. Tentara Ali tertipu Melihat hal ini tentara Ali terperdaya, lalu mereka mendesak Ali untuk menghentika perang, Ali bersikukuh hendak melanjutkan peperangan karena ia yakin perdamaian Mu‟awiyah hanyalah tipu daya belaka, namun pasukannya selalu mendesaknya untuk berdamai, terpaksalah Ali mengikuti kemauan kebanyakan pasukannya. Setelah kedua belah pihak sepakat mengadakan majlis tahkim yang akan memutuskan perselisihan itu, Ali mundur dengan tentaranya ke Kufah dan laskar Mu‟awiyah mundur ke Syam. Dalam perdamaian yang akan diadakan itu, pihak Ali diwakili oleh Abu Musa al- Asy‟ari seorang tua yang lurus hati, dan pihak Mu‟awiyah diwakili oleh „Amru bin al-„Ash seorang ahli siasat Arab yang terkenal licin. Korban perang Siffein Dalam pertempuran Siffein dimana kedua belah pihak bertemu di laga sampai 90 kali, menimbulkan banyak korban dari kedua belah pihak. Di pihak laskar Ali gugur 25.000 orang dan dari pihak laskar Mu‟awiyah 45.000 orang. Setelah Ali mengundurkan sentaranya ke Kufah, sebagian pengikutnya mendurhakainya, kaum pendurhaka itu dikenal dengan parti Khawarij (partai yang keluar dari golongan Ali). Sebat timbulnya pendurhakaan itu adalah karena mereka berpendapat bahwa Ali melakukan kesalahan besar tentang pemberhentian perang dan menerima tahkim, sedang dia hampir saja memperoleh kemenangan. Mereka mendesak Ali supaya meneruskan peperangan, tetapi Ali tidak mau melanggar janji yang telah dibuatnya dengan Mu‟awiyah, walaupun hal itu selula tidak disetujuinya. Oleh karena itu kelompok ini mengadakan perlawanan dan membuat keributan dan kerusakan dimana-mana. Jumlah mereka kira-kira 12.000 orang.
  • 13. Kaum pendurhaka ini sebagian dapat ditindas oleh Ali dan yang sebagian yang lain melarikan diri, dari mereka itulah timbul partai Khawarij kemudian, yaitu golongan ummat Islam yang keras, yang tak mau tunduk dibawah kekuasaan Khalifah manapun. Semboyan mereka adalah: „Kekuasaan hanyalah di tangan Tuhan‟. Hasil Tahkim Setelah datang waktu tahkim sesuai dengan perjanjian, para wali dari kedua belah pihak berkumpul di Dumatul Jandal. Utusan Ali berjumlah 100 orang dikepalai oleh Abu Musa al-Asy‟ari dan utusan Mu‟awiyah banyaknya juga 100 orang dikepalai oleh „Amru bin al-‟Ash, sedang Mu‟awiyah sendiri termasuk dalam jumlah 100 itu. Dengan tipu-daya yang licin „Amru bin al-‟Ash dapat mengalahkan Abu Musa yang lurus hati itu dalam persidangan majlis tahkim. „Amru bin al-‟Ash menerangkan kepada Abu Musa bahwa untuk menjadi dasar perundingan, maka Ali dan Mu‟awiyah diturunkan dari pangkat Khalifah. Sesudah itu soal Khalifah diserahkan kepada ummat Islam dan kepada mereka diberikan kemerdekaan seluas-luasnya tentang siapa yang akan mereka pilih menjadi Khalifah. Keterangan „Amru bin al-‟Ash ini diterima oleh Abu Musa dengan sejujur hatinya untuk menjadi dasar perundingan. Di hari persidangan di Daumatul Jandal itu (suatu tempat antara Irak dan Syam) diharapan beribu-ribu ummat Islam, maka tertipulah Abu Musa oleh kelicikan politik „Amru bin al-‟Ash. Karena menghormati ketinggian umur dan derajatnya, „Amru bin al-‟Ash meminta kepada Abu Musa untuk terlebih dahulu berdiri diatas mimbar, menerangkan dasar perundingan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan ikhlas dan jujur hati Abu Musa naik ke atas mimbar, lalu berpidato menerangkan bahwa untuk kemaslahatan ummat Islam di dan „Amru bin al-‟Ash telah sepakat untuk memberhentikan Ali dan Mu‟awiyah dari jabatan Khalifah. Tentang pengangkatan Khalifah yang baru diserahkan sepenuhnya kepada permusyawaratan ummat Islam. Saya sebagai wakil dari pihak Ali dengan ikhlas dan jujur hati menurunkan Ali dari kursi Khalifahnya”. Kemudian naik pula „Amru bin al-‟Ash lalu berkata menerangkan, bahwa ia menerima dan menguatkan keberhentian Ali itu, dan menetapkan Mu‟awiyah dalam pangkatnya sebagai Amirul Mu‟minin.
  • 14. ‘Amru bin al-’Ash kembali menjadi wali Mesir Karena kepincangan hasil perdamaian di Daumatul Jandal itu, maka timbullah perang saudara kembali. Dalam pada itu Mu‟awiyah berusaha sekuat tenaga untuk menundukkan wali-wali yang diangkat oleh Ali, „Amru bin al-‟Ash dikirimnya ke Mesir memerangi Muhammad bin Abu Bakar wali negeri dari pihak Ali. Muhammad mati terbunuh dalam peperangan itu dan „Amru bin al-‟Ash diangkat oleh Mu‟awiyah menjadi wali di negeri Mesir, menjabat jabatannya yang lama.
  • 15. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Yang paling terkenal pada masa Ali ini adalah terjadinya Tahkim antara Ali Bin Abi Thalib dengan Muawwiyah Ibn Abi Sufyan . Dari pihak Ali Ibn Abi Thalib diutus seorang ulama yang terkenal sangat jujur dan tidak “ cerdik” dalam politik yaitu Abu Musa Al Asyari. Sebaliknya dari pihak Muawiyah Ibn Abi Sufyan diutus seorang yang sangat terkenal sangat “cerdik” dalam berpolitik yaitu Amr ibn Ash. Dalam tahkim tersebut, pihak Ali Ibn Abi Thalib dirugikan oleh pihak Muawiyah Ibn Abi Sufyan karena kecerdikan Amr Ibn Ash yang dapat mengalahkan Abu Musa Al Asyari. Pendukung Ali Ibn Abi Thalib, kemudian terpecah menjadi dua, yaitu kelompok pertama adalah mereka yang secara terpaksa menghadapi hasil Tahkim dan mereka tetap setia kepada Ali Ibn Abi Thalib, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok yang menolak hasil Tahkim dan kecewa terhadap kepemimpinan Ali Ibn Abi Thalib yang kemudian melakukan gerakan perlawanan terhadap semua pihak yang terlibat dalam Tahkim, termasuk Ali Ibn Abi Thalib.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Darsono. T Ibrahim .Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam/VII H.M.H. Al Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Ali Bin Abi Thalib ra, (Jakarta : Lembaga Penyelidikan Islam, 1981), h. 6-7 Ibid, h. 83-85 www. Sejarah Dunia Islam Masa Khalifah Keempat. ALI BIN ABI THALIB _ Pondok Pesantren Darunnajah Cipining Bogor.html.diakses pada tanggal 24 April 2013 www.Makalah Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib by Burhannudin FEKON uniska bjm Web Burhannudin.html.diakses pada tanggal 24 April 2013