2. Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia
individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan
secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya
tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang
eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing
individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Konsep eksistensialisme dikembangkan oleh ahli filsafat asal Jerman,Martin Heidegger,
merupakan bagian filsafat dan akar metodologinya berasal dari metodologi
fenomenologi yang dikembangkan oleh hussel. Kemunculan eksistensialisme berawal
dari ahli filsafat Soren Kierkegaard dan Nietzche
Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam tindakan.
Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri, melainkan
merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk
memilih, namun menentukan pilihan-pilihan diantara pilihan-pilihan yang terbaik
adalah yang paling sukar. Berbuat akan menghasilkan akibat, dimana seseorang harus
menerima akibat-akibat tersebut sebagai pilihannya. Kebebasan tidak pernah selesai,
karena setiap akibat akan melahirkan kebutuhan untuk pilihan berikutnya. Tindakan
moral mungkin dilakukan untuk moral itu sendiri, dan mungkin juga untuk suatu
tujuan.
3. ALIRAN EKSISTENSIALISME DALAM KEBEBASAN SISWA
MENCARI JATIDIRI
Masa remaja adalah masa dimana mereka melalui proses
pencarian jati diri, kerap diartikan sebagai identitas diri, pada
masa itu para remaja dituntut untuk memiliki rasa percaya diri.
Masa pencarian identitas adalah masalah yang sangat penting,
dan dalam masa ini melibatkan peran dari banyak orang.
Secara singkat, arti jati diri adalah kamu yang sebenarnya, secara
luas Jati diri adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita
sebenarnya.
Cara Mendapatkan Jati Diri yang Baik
· Belajar
· Berfikir
· Iman
· Berbuat baik
4. Pengembangan Jati Diri bagi siswa
· Jati diri siswa selaku generasi muda penerus bangsa, jati diri ini penting
untuk dibangun karena siswa memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya
yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai insan bangsa.
· Jati diri siswa selaku insan muda yang sepatutnya memiliki percaya diri
untuk membangun masa depan yang gemilang. Kegamangan dan kegelisahan
remaja yang muncul sebagai akibat mengikuti arus gaya hidup, kelompok
panutan, dan konsumerisme harus dapat digantikan dengan kesadaran
mempersiapkan dan menumbuhkan kompetensi diri sehingga timbul
keyakinan diri mampu dan membentuk kehidupan masa depan bangsa yang
lebih baik.
· jati diri siswa selaku insan muda yang sepatutnya memiliki kepekaan
sosial dan gagasan untuk melakukan rekayasa sosial masyarakat di
lingkungannya.
5. Krisis jati diri seringkali disebabkan oleh :
· Merasa hidupnya selalu diatur
Seringkali kita merasa hidup kita selalu dijalani dengan aturan yang dibuat oleh orang lain, entah itu orang tua kita,
guru kita, norma masyarakat dan agama. Hasilnya, yang tumbuh malah pembangkangan terhadap semua aturan
tersebut, dengan alasan mencari jati diri. Kita beranggapan bahwa jati diri kita mengatakan “tidak” pada semua
aturan itu. Padahal hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, yang perlu kita lakukan adalah mencari nilai kebenaran
dari aturan yang ada, sembari menimbang kembali proporsi antara hak dan kewajiban kita dalam sistem
kehidupana yang kita jalani sekarang.
· Mengejar penghargaan dari lingkungan
Pendapat bahwa jati diri seringkali dibentuk oleh lingkungan bisa jadi bumerang bagi yang
mengutarakannya. Karena lingkungan kita juga belum tentu menemukan jati diri mereka. Yang benar, lingkungan
menawarkan sebentuk pola pikir yang sering hadir dikehidupan seseorang, sosial jati diri seseorang, itu menolaknya
atau mengikuti pola pikir lingkungan. Itulah yang mengubah pola pikir seseorang. Jadi, lebih tepat untuk dikatakan
bahwa lingkungan memberikan sebuah pertanyaan untuk dijawab oleh jati diri seseorang. Bila seseorang gagal
menjawabnya dengan cara yang baik, maka orang tersebut akan mengalami krisis jati diri dan hanya mengejar
pengakuan atas nilai-nilai dari orang lain yang belum tentu telah menemukan jati dirinya seumur hidupnya.
· Memiliki pandangan sempit dan terbatas dalam kehidupan
Ini adalah penyebab krisis jati diri paling krusial untuk diberantas. Tidak jarang kita hanya menerima kehidupan
dalam 3 golongan, yaitu hidup enak, tidak enak dan biasa-biasa saja. Sekalipun penggolongan tersebut tidaklah
sepenuhnya salah, akan tetapi perameter yang digunakannya sering kali menyesatkan, yaitu harta. Jadi, cara paling
cepat untuk menemukan jati diri adalah dengan mencari kebenaran yang tanpa cacat, bukan hanya terlihat baik
saat ini, tapi juga nanti, sampai kita keliang lahat sekalipun. Dan kunci untuk menuntun kita pada jati diri adalah
dengan membiarkan nurani kita hidup, dan jangan pernah berhenti mempertanyakan kebermanfaatan hidup kita.
6. Jadi inti dari eksistensialisme itu adalah kebebasan dalam memilih dan seperti contohnya seorang siswa yang
belum menemukan jatidiri mereka atau belum bisa menentukan baik dan buruk. seorang siswa akan diam dan
susah mengungkapkan pendapat mereka. lingkungan bermain, sekolah, dan keluarga pun sangat membentuk
jatidiri siswa seperti lingkungan bermain yang membuat seorang siswa menemukan kesenangan dan
berekspresi dan dalam sekolah seorang siswa akan mengungkapkan pendapatnya secara bebas apa yang dia
tidak ketahui menjadi siswa tersebut mengetahui dan membuat siswa tersebut menjadi berani.
Dampak kebebasan siswa mencari jatidiri bisa berdampak baik dan buruk seperti dampak baiknya siswa akan
mencari siapa diri mereka dan merka akan bertanya kepada teman, guru, dan orang tua siapakah dirikita itu?
Tapi yang akan menjawab jati diri itu adalah kita sendiri atau individu sendiri. Ketika di dalam kelas siswa akan
bertanya kepada guru sehingga siswa dapat berani bertanya dan itu membentuk jati diri siswa .
Dampak negative dalam kebebasan mencari jatidiri siswa seperti siswa ingin mengetahui diri mereka itu siapa?
Siswa akan mencari jati diri dari lingkungan sekitar dan teman-temannya sebayanya seperti ingintahu yang
berlebihan atau ingin coba-coba contoh: ingin mencoba minum-minuman dan rasa ingin tahu tentang sexs.
Setelah siswa mengetahui tentang hal itu siswa akan menyimpulkan hal tersebut menyenangkan apa tidak bagi
individu tersebut.hal terkecilnya seperti membawa HP ke sekolah bukan untuk mencari materi pembelajaran
akan tetapi melaikan untuk bermain-main SOSMED sosial media dan mendownload video video yang tidak
layak siswa lihat.