1. HUBUNGAN
PERSONAL HYGIENE
DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
DENGAN KEJADIAN PENYAKIT PADA PETUGAS PENGELOLA
SAMPAH
DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR (TPA)
Latar Belakang
Pada awal kehidupan manusia sampah belum menjadi suatu masalah, tetapi dengan
bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari masalah
menjadi cukup besar. Hal ini jelas bila kita melihat modernisasi kehidupan, perkembangan
teknologi sehingga meningkatkan aktifitas manusia. Sehubungan dengan kegiatan manusia,
maka permasalahan sampah akan berkaitan baik dari segi sosial, ekonomi maupun budaya
(Depkes RI, 1987).
Kesehatan seseorang maupun masyarakat merupakan masalah sosial yang selalu
berkaitan antara komponen-komponen yang ada didalam masyarakat. Sampah sendiri, bila
diamankan tidak menjadi potensi-potensi berpengaruh terhadap lingkungan. Namun demikian
sering kita temui bahwa sampah tidak berada pada tempat yang menjamin keamanan lingkungan,
sehingga mempunyai dampak terhadap kesehatan lingkungan. Sampah yang kurang diperhatikan
tersebut, dapat berfungsi sebagai tempat berkembangnya serangga ataupun binatang mengerat
yang dikenal sebagai vektor penyakit menular (Sudarso, 1985).
Masalah lingkungan dewasa ini semakin komplek, hal ini seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk yang cepat, modernisasi kehidupan, meningkatnya aktifitas manusia serta
perkembangan ilmu dan teknologi. Salah satu masalah lingkungan yang perlu dipikirkan dan
ditanggulangi bersama adalah masalah sampah. Masalah sampah terutama di daerah perkotaan
akan terus berkembang selama penduduk belum menyadari dan melaksanakan perlunya
pengelolaan yang baik.
2. Mewujudkan sanitasi lingkungan yang baik diantaranya melalui pengelolaan sampah.
Kegiatan pengumpulan sampah merupakan kegiatan dari proses pengumpulan atau pengambilan
dari berbagai sumbernya dan proses pengangkutannya.
Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan
Menurut Juli Soemirat (1994), pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung adalah efek
yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah. Misalnya sampah beracun, sampah
yang korosif terhadap tubuh, sampah yang karsinogenik, teratogenik dan lainnya. Selain itu
adapula sampah yang mengandung kuman pathogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit.
Efek tidak langsung yaitu pengaruh yang tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat akibat
proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Penyakit bawaan sampah sangat
luas dan dapat berupa penyakit menular, tidak menular seperti bakteri, jamur cacing dan zat
kimia, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan dan lain-lain. Secara keseluruhan
lingkungan bereperan penting akan kesejahteraan dan kesehatan hidup manusia.
Menurut Gumbira Said (1987), Lingkungan biologis diantaranya sampah dapat
menimbulkan penyakit pada manusia dan sebagian bahkan dapat menularkan keseluruh
masyarakat. Penyebaran penyakit ke masyarakat dapat terjadi melalui kontak badan, kontak
udara, penyebaran melalui air, sampah dan lain-lain. Pola dan penyebaran penyakit sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor kontak antara penyakit, media penyebaran dan individu yang
rentan terhadap penyakit.
Penyakit dalam berinteraksi terdapat 2 pola yaitu :
a. Lingkungan yang buruk akibat sampah menyebabkan suatu penyakit, masuk menginjeksi
masyarakat yang rentan kesehatannya.
b. Inang pembawa penyakit menyebarkan penyakit melalui sampah yang dihasilkan.
Untuk menanggulangi faktor biologis termasuk semua bakteri, virus, parasit yang dapat
disebabkan oleh pencemaran sampah, maka perbaikan lingkungan sangat diperlukan. Upaya
yang dapat dilakukan dengan perbaikan sistem pembuangan sisa kegiatan manusia, termasuk
sampah, sehingga mengurangi pencemaran tanah, air dan uadara. Mengingat sampah merupakan
bahan yang dapat membahayakan, maka perlu adanya perencanaan yang baik dalam pengelolaan
sampah dengan mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu petugas dalam
3. melaksanakan kerjanya terlindungi dari resiko kecelakaaan kerja dan terjangkitnya penyakit yang
diakibatkan sampah. Petugas pengumpul sampah dalam bekerja setiap harinya selalu kontak
langsung dengan sampah sehingga sangat rentan terhadap gangguan kesehatan, karena petugas
dan pengangkut sampah mempunyai andil besar dalam usaha keberhasilan pengelolaan sampah.
Dalam pengelolaan sampah kota tidak berdampak negatif terhadap kesehatan, dapat diperkirakan
efek pencemaran kronik yang lebih berbahaya dapat dialami oleh para pengumpul sampah.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Tingkat kesehatan dari seseorang mempunyai pengaruh yang besar terhadap penampilan
dan kapasitas kerjanya. Dengan demikian program kesehatan kerja tidak hanya mengusahakan
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan baik fisik, mental dan kesejahtaraan sosial,
tetapi juga pencapaian kerja yang optimal. Salah satu masalah kesehatan yang timbul pada
tempat kerja adalah kecelakaan kerja atau yang berhubungan dengan keselamatan kerja.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan perkakas karja, bahaya dan proses
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan
keselamatan kerja yang memiliki sasaran segala tempat kerja.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebab terjadinya kecelakaan yaitu faktor
manusia. Penerapan cara-cara kerja dan prosedur kerja yang baik dapat mengurangi bahaya dan
resiko terhadap tenaga kerja. Oleh karena itu dalam usaha melindungi tenaga kerja hal-hal yang
perlu di perhatikan yaitu pengamanan setempat, peralatan, lingkungan kerja dan penggunaan alat
pelindung perorangan untuk melindungi dari bahaya kesehatan. Demikian juga kebersihan diri
dan pakaiannya merupakan hal penting untuk para pekerja. Untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan para pekerja yaitu pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, penempatan kerja yang baik
dan pemeriksaan kesehatan secara rutin sehingga apabila di temukan gangguan kesehatan dapat
segera ditangani. Disamping itu pendidikan kesehatan bagi pekerja serta penerapan prinsip-
prinsip keselamatan dan ergonomic di lingkungan kerja (personal hygiene) harus dilakukan
(Kasjono, 1995).
Kesehatan keselamatan kerja memiliki tantangan yang dirasakan oleh para pekerja
termasuk petugas pengelola sampah di tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Tantangan
tersebut berupa penyakit yang mengancam kesehatan dan beresiko pada keselamatan kerja.
Penyakit ini muncul sebagai akibat dari pekerjaan.
4. Penyakit kulit merupakan penyakit yang berhubungan dengan sanitasi dan hygiene yang
buruk. Petugas pengelola sampah memiliki risiko yang cukup tinggi terhadap kejadian penyakit
kulit yang bersumber dari sampah, selain itu penyakit seperti TBC yang disebabkan oleh kuman
dan parasit yang ditimbulkan oleh sampah, penyakit asma, ISPA akibat dari paparan debu dan
polusi udara, nyeri bahu dan pegalinu, dll.
Intervensi
A. Manajemen Kerja
B. Rekayasa Alat
Ini bertujuan untuk mengurangi/menanggulangi tingkat resiko terjadinya penyakit atau
kecelakaan yang disebabkan oleh kerja, terdiri dari:
- Alat pelindung tangan
Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak digunakan. Hal ini
tidaklah mengherankan karena kecelakaan pada tangan sering terjadi. Bagi petugas
pengelola sampah ini sangatlah berguna untuk melindungi tangan dari berbagai kuman
penyakit akibat dari sampah.
- Alat pelindung kaki atau sepatu boot
Sepatu keselamatan kerja (Sefety Shoes) digunakan untuk melindungi kaki dari bahaya
tertusuk benda-benda tajam. Sepatu pelindung kaki ini terbuat dari kulit.
- Pakaian kerja
Pakaian pelindung atau pakaian kerja ini digunakan untuk melindungi pemakainya dari
benda yang kotor, cuaca yang panas.
- Masker Wajah
Hal ini melindungi petugas pengelola sampah dari paparan debu dan polusi udara yang
mengakibatkan terjadinya ISPA dan infeksi saluran nafas lainnya.
- Alat Penutup Kepala/Topi
5. Ini bertujuan untuk mengurangi paparan teriknya sinar matahari yang mengakibatkan
panas di kepala yang berlebihan.
Pengetahuan Kerja Sesuai Profesi
REFERENSI
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/hubungan-pemakaian-alat-
pelindung-diri.html