Skripsi ini membahas pengaruh penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa kelas X pada materi hidrokarbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran tersebut terhadap keterampilan siswa dan penguasaan konsep hidrokarbon. Hasilnya menunjukkan bahwa keterampilan dan penguasaan siswa kelas eksperimen lebih baik diband
1. PENGARUH PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING
BERBANTUAN DIAGRAM VEE TERHADAP
KETERAMPILAN GENERIK PENGAMATAN DAN
INFERENSI LOGIKA SISWA KELAS X PADA MATERI
HIDROKARBON
SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh:
Diah Ika Rusmawati
4301408054
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
2. PENGARUH PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING
BERBANTUAN DIAGRAM VEE TERHADAP
KETERAMPILAN GENERIK PENGAMATAN DAN
INFERENSI LOGIKA SISWA KELAS X PADA MATERI
HIDROKARBON
Skripsi
Disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
oleh
Diah Ika Rusmawati
4301408054
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
3. PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul ”Pengaruh Penerapan Collaborative Learning Berbantuan
Diagram Vee terhadap Keterampilan Generik Pengamatan dan Inferensi Logika
Siswa Kelas X pada Materi Hidrokarbon” telah disetujui oleh pembimbing untuk
diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada:
Hari : Jumat
Tanggal : 31 Agustus 2012
Semarang, 14 Agustus 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Tjahyo Subroto, M.Pd. Dr. Sudarmin, M.Si.
NIP. 19470324 197008 1 001 NIP. 19660123 199203 1 003
ii
4. PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul :
“Pengaruh Penerapan Collaborative Learning Berbantuan Diagram Vee
terhadap Keterampilan Generik Pengamatan dan Inferensi Logika Siswa
Kelas X pada Materi Hidrokarbon”
disusun oleh :
Nama : Diah Ika Rusmawati
NIM : 4301408054
telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada
Hari : Jumat
Tanggal : 31 Agustus 2012
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dra. Woro Sumarni, M.Si.
19631012 198803 1 001 19650723 199303 2 001
Ketua Penguji
Dr. Sri Haryani, M.Si.
19580808 198303 2 002
Penguji/Pembimbing Utama Penguji/Pembimbing Pendamping
Drs.Tjahyo Subroto, M.Pd. Dr. Sudarmin, M.Si.
NIP. 19470324 197008 1 001 NIP. 19660123 199203 1 003
iii
5. PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dirujuk dalam skripsi
ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Semarang, Agustus 2012
Diah Ika Rusmawati
4301408054
iv
6. MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
Kejujuran membawa keberkahan, kerja keras membawa kesuksesan. Dengan kerja
keras yang jujur, aku yakin pasti Tuhan akan memberikan kesuksesan yang berkah.
PERSEMBAHAN:
Dengan penuh ucapan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Orangtuaku tercinta, yang selalu menyayangiku, mendukungku
dan memberikan doa restu untukku;
2. Teman-teman CHEVENT, yang sudah menjadi keluargaku
selama ini;
3. Teman-teman seperjuangan pendidikan kimia regular ’08;
4. Dan teman-temanku tersayang di “Kost Intan”, yang
memberikan keceriaan dalam hidupku.
v
7. KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Collaborative Learning Berbantuan Diagram Vee terhadap
Keterampilan Generik Pengamatan dan Inferensi Logika Siswa Kelas X pada Materi
Hidrokarbon”.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang memberikan fasilitas yang cukup
memadai di kampus sehingga kami dapat menggunakan fasilitas yang ada untuk
penyusunan skripsi ini.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk melakukan penelitian ini.
3. Ketua Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang.
4. Bapak Drs. Tjahyo Subroto, M.Pd., Dosen pembimbing I yang dengan tekun,
sabar, dan teliti memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti mulai
penyusunan proposal, jalannya penelitian dan awal penulisan skripsi.
5. Bapak Dr. Sudarmin, M.Si., Dosen pembimbing II yang dengan tekun, sabar,
teliti, dan kritis memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti mulai
penyusunan proposal, jalannya penelitian dan awal penulisan skripsi.
vi
8. 6. Bapak Drs. Kunnaji, kepala SMA Negeri 1 Gombong yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Ibu Dra. Endang Kinarlin, Guru Kimia SMA Negeri 1 Gombong yang telah
berkenan membimbing dan membantu terlaksananya penelitian ini.
8. Siswa kelas X 5 dan X 7 SMA Negeri 1 Gombong tahun pelajaran 2011/2012 atas
kesediaanya menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak, ibu, dan semua pihak
yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan dan pelaporan skripsi ini. Pada
kesempatan ini penulis sampaikan permohonan maaf yang sebesar besarnya kepada
semua pihak, jika selama interaksi terjadi banyak hal yang kurang berkenan. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan kepada para
pembaca pada umumnya, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran pada
perkembangan pendidikan selanjutnya.
Semarang, Agustus 2012
Penulis
vii
9. ABSTRAK
Rusmawati, D. I. 2012. Pengaruh Penerapan Collaborative Learning
Berbantuan Diagram Vee terhadap Keterampilan Generik Pengamatan dan
Inferensi Logika Siswa Kelas X pada Materi Hidrokarbon.Skripsi, Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing Utama Drs. Tjahyo Subroto, M.Pd. dan Pembimbing Pendamping
Dr. Sudarmin, M.Si.
Kata kunci: Collaborative learning; diagram vee; hidrokarbon; keterampilan
generik sains
Keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika yang baik dapat
diperoleh melalui penggunaan metode dan media pembelajaran yang tepat.
Collaborative learning mengacu kepada metode pengajaran yang mana siswa
dengan berbagai latar kemampuan bekerja bersama-sama dalam kelompok-
kelompok kecil untuk mencapai tujuan. Dengan bekerja bersama-sama melakukan
percobaan dalam kelompok-kelompok mempermudah siswa dalam melakukan
pengamatan dan menyimpulkan hasil percobaan sesuai dengan teori yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan collaborative
learning berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik pengamatan dan
keterampilan generik inferensi logika pada materi hidrokarbon. Materi yang
dipilih adalah hidrokarbon. Populasi penelitian yaitu siswa kelas X SMA N 1
Gombong tahun ajaran 2011/ 2012 sebanyak 285 yang terbagi dalam 9 kelas.
Sampel ditentukan menggunakan teknik cluster random sampling dan dihasilkan
kelas X 5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X 7 sebagai kelas kontrol. Metode
pengumpulan data adalah tes berbentuk soal essay, diagram vee, angket,
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa dan penguasaan
konsep pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Penerapan
collaborative learning berbantuan diagram vee mampu meningkatkan penguasan
keterampilan generik pada taraf pencapain sedang. Keterampilan generik
pengamatan pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan keterampilan
generik inferensi logikanya. Taraf pencapaian keterampilan generik pengamatan
adalah tinggi, sedangkan taraf pencapaian keterampilan generik inferensi
logikanya sedang. Besarnya pengaruh penerapan collaborative learning
berbantuan diagram vee mencapai 33,70%. Hal ini berarti penerapan collaborative
learning berbantuan diagram vee memiliki pengaruh sedang pada pembelajaran.
Keunggulan collaborative learning berbantuan diagram vee ini disamping
meningkatkan penguasaan keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi
logika siswa dan konsep hidrokarbon, juga membuat siswa lebih teliti dan
terampil dalam melakukan percobaan dan menuntut siswa terlibat lebih aktif
selama pembelajaran.
viii
10. DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................... .............. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB
1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......... ................................................................ 5
1.3 Tujuan ........................................................................ .................... 6
1.4 Manfaat ..................................................................................... ..... 7
1.5 Penegasan Istilah ............................................................................ 8
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ............................................ 11
2.1 Pembelajaran Kimia dan Permasalahannya .................................... 11
2.2 Collaborative Learning .................................................................. 13
2.3 Diagram Vee ................................................................................... 17
2.4 Keterampilan Generik Sains ........................................................... 24
2.5 Materi Hidrokarbon ........................................................................ 28
2.6 Penelitian yang Mendukung ........................................................... 31
2.7 Kerangka Berpikir .......................................................................... 36
2.8 Hipotesis ......................................................................................... 38
3. METODE PENELITIAN......................................................................... 39
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 39
3.1.1 Populasi ........................................................................................ 39
3.1.1.1 Analisis Data Tahap Awal (Data Populasi).................................. 39
3.1.1.2 Uji Normalitas .............................................................................. 39
3.1.1.3 Uji Homogenitas Populasi ........................................................... 40
3.1.2 Sampel .......................................................................................... 40
3.2 Variabel Penelitian ...................................................................... 41
3.3 Desain Penelitian .......................................................................... 42
3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 42
3.5 Metode Penyusunan Instrumen .................................................... 44
3.5.1 Materi dan Bentuk Tes ................................................................. 44
3.5.2 Metode Penyusunan Instrumen Uji Coba..................................... 45
3.5.3 Pelaksanaan Tes Uji Coba ........................................................... 46
3.6 Analisis Instrumen Penelitian....................................................... 46
3.6.1 Uji Validitas Soal ......................................................................... 46
ix
11. 3.6.2 Uji Reliabilitas Soal ..................................................................... 47
3.6.3 Uji Indeks Kesukaran Soal ........................................................... 49
3.6.4 Daya Pembeda Soal ...................................................................... 49
3.7 Metode Analisis Data ................................................................... 51
3.7.1 Analisis Data Awal....................................................................... 51
3.7.2 Analisis Data Akhir ...................................................................... 53
3.7.3 Uji Hipotesis................................................................................. 54
3.7.4 Analisis Lembar Observasi dan Angket ....................................... 58
3.7.5 Uji normalitas Gain ..................................................................... 59
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 60
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 60
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 60
4.1.2 Analisis Data Tahap Akhir ........................................................... 61
4.2 Pembahasan .................................................................................. 80
5. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 97
5.1 Simpulan....................................................................................... 97
5.2 Saran ............................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 99
LAMPIRAN .................................................................................................... 104
x
12. DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Keterampilan Generik Sains dan Indikator .......................................... 2 5
3.1 Hasil Uji Homogenitas Populasi ............................................................ 40
3.2 Data Hasil Uji Normalitas Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil.............. 41
3.3 Desain Penelitian .................................................................................... 42
3.4 Klasifikasi Taraf Kesukaran Soal .......................................................... 49
3.5 Kriteria Daya Pembeda Soal ................................................................. 50
3.6 Pedoman Koefisien Korelasi Biserial (rb) .............................................. 55
3.7 Kriteria Nilai Afektif dan Psikomotorik ................................................. 58
4.1 Data Hasil Pretes .. ................................................................................ 61
4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes .......................................................... 61
4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretes ...................................... 62
4.4 Data Hasil Postes ................................................................................... 62
4.5 Hasil Uji Normalitas Data Postes …...................................................... 63
4.6 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Postes ….................................. 63
4.7 Hasil uji perbedaan rata-rata satu pihak kiri data hasil Postes……....... 65
4.8 Hasil Uji Ketuntasan Belajar .................................................................. 66
4.9 Hasil analisis tiap aspek afektif kelas eksperimen ................................. 67
4.10 Hasil analisis tiap aspek afektif kelas kontrol ........................................ 68
4.11 Rerata Nilai Tiap Aspek Ranah Psikomotorik pada Kelompok
Eksperimen ............................................................................................. 71
4.12 Rerata Nilai Tiap Aspek Ranah Psikomotorik pada Kelompok
Eksperimen ............................................................................................. 72
4.13 Rerata Awal dan Akhir Keterampilan Generik antara Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ........................................................................... 79
4.14 Analisis Skor Pretes, Postes, % N-gain dan Taraf Pencapaian untuk
Keterampilan Generik Pengamatan ........................................................ 79
4.15 Analisis % N-gain dan taraf pencapaian untuk Keterampilan
Inferensi Logika pada Kelas Eksperimen antara Kelas Atas dan Kelas
Bawah .................................................................................................... 80
xi
13. DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Diagram Vee untuk Uji Keberadaan Unsur C dan H dalam
Senyawa Karbon ................................................................................... 21
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................. 37
4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal antara Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ................................................................................... 66
4.2 Penilaian Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …................... 69
4.3 Penilaian Psikomotorik Kelompok Eksperimen dan Kontrol ............... 73
4.4 Hasil Analisis Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Kimia yang
Menggunakan Collaborative Learning Berbantuan Diagram Vee ….. 76
4.5 Rerata nilai pretes, postes, dan % N-gain keterampilan generik sains
dalam penguasaan konsep antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen ..................................................................................... 77
4.6 Rerata % N-gain Keterampilan Generik Pengamatan dan Inferensi
Logika Siswa pada Penguasaan Konsep antara Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ................................................................................. 78
4.7 Rerata Pretes, Postes, dan % N-gain Keterampilan Generik Siswa
pada Kelas Eksperimen ................................................................. 79
xii
14. DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ……………… 104
2. Silabus Kelas Eksperimen ………………………………………… 105
3. Silabus Kelas Kontrol ……………………………………………… 110
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ………... 114
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ……............... 139
6. Daftar Kelompok Siswa Kelas Eksperimen ……………………….. 162
7. Daftar Kelompok Siswa Kelas Kontrol ……………………………. 164
8. Kisi-kisi Soal Uji Coba …………………………………………….. 165
9. Soal Uji Coba ………………………………………………………. 169
10. Jawaban Soal Uji Coba ………..…………………………………… 175
11. Kisi-kisi Soal Pretes …………………………………………………. 180
12. Soal Pretes……………………….…………………………………… 182
13. Jawaban Soal Pretes …………………………………………………. 185
14. Kisi-kisi Soal Postes ………………………………………………… 188
15. Soal Postes …………………………………………………………… 190
16. Jawaban Soal Postes …………………………………………………. 192
17. Lembar Praktikum Siswa …………………………………………… 194
18. Diagram Vee Praktikum Senyawa Karbon ………………………….. 195
19. Jawaban Diagram Vee Praktikum Senyawa Karbon ……………….. 196
20. Diagram Vee Isomer Hidrokarbon …………………………………… 199
21. Jawaban Diagram Vee Isomer Hidrokarbon ………………………… 200
22. Pedoman Ranah Afektif ……………………………………………… 203
23. Lembar Observasi Afektif …………………………………………….. 205
24. Pedoman Ranah Psikomotorik ………………………………………. 206
25. Lembar Observasi Psikomotorik ………………………………… 208
26. Lembar Kuisioner ……………………………………………………… 210
27. Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal ……………………………………. 211
28. Analisis Validitas Soal ……………………………………………... 213
29. Analisis Reliabilitas Soal …………………………………………... 217
30. Analisis Taraf Kesukaran Soal …………………………………….. 217
31. Analisis Daya Pembeda Soal ………………………………………. 217
32. Uji Normalitas Data Hasil Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas
X………………………………………………………………. 219
33. Uji Homogenitas Data Hasil Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas
X ……………………………………………………………… 228
34. Data Nilai Pretes………………………………………………….. 229
35. Uji Normalitas Data Nilai Pretes ……………………..…………... 230
36. Uji Homogenitas Data Hasil Pretes …………………………………. 232
37. Uji Kesamaan Dua Varians Data Nilai Pretes………………….. 233
38. Data Nilai Postes ……………………………………………….. 234
39. Uji Normalitas Data Nilai Postes …………………… …………... 235
40. Uji Homogenitas Data Nilai Postes ……………………………….. 237
41. Uji Kesamaan Dua Varians Data Postes……………………….. 238
xiii
15. 42. Analisis Pengaruh Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar ………. 239
43. Uji Perbedaan Rata-rata Dua Pihak Data Hasil Belajar ………… 241
44. Uji Perbedaan Rata-rata Satu Pihak Kiri Data Hasil Belajar ……. 242
45. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa …………………………… 243
46. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif …………………..…………….. 244
47. Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik ………………………….. 246
48. Rekapitulasi Hasil Analisis Lembar Angket Kelas X 5 (Kelas
Eksperimen) ………………………………………………………. 248
49. Uji Normalisasi Gain ………………………………………………. 249
50. KGS Pretes ………………………………………………………….. 251
51. KGS Postes …………………………………………………………. 253
52. Dokumentasi ……………………………………………………….. 255
53. Arsip surat ………………………………………………………….. 257
xiv
16. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan salah satu sub bidang ilmu pengetahuan alam (IPA)
yang diberikan kepada siswa SMA. Ilmu kimia mempelajari unsur, atom,
molekul, baik struktur maupun susunannya. Beberapa siswa di SMA Negeri 1
Gombong menganggap pelajaran kimia dianggap rumit, padahal sebenarnya
peristiwa kimia sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anggapan yang
sudah terpatri dalam diri siswa tersebut harus diubah dan diluruskan. Guru
mempunyai tugas untuk mengubah anggapan siswa bahwa materi pelajaran kimia
itu mudah dipahami. Guru dituntut mampu menyajikan pelajaran kimia dengan
metode yang menarik.
SMA Negeri 1 Gombong merupakan salah satu SMA di kabupaten
Kebumen yang mempunyai fasilitas penunjang cukup memadai seperti
perpustakaan, laboratorium, dan ruang multimedia. Laboratorium kimia yang ada
di sekolah tersebut belum digunakan secara maksimal. Guru lebih mementingkan
menyampaikan teori dibandingkan menggunakan laboratorium untuk melakukan
praktikum. Laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Gombong oleh beberapa guru
digunakan sebagai ruang kelas, sehingga guru tertentu terkadang tidak bisa
menggunakan laboratorium untuk melakukan praktikum. Guru setiap akan
praktikum hanya memberikan tugas untuk membaca prosedur kerja yang akan
dilaksanakan tanpa mendiskusikan terlebih dahulu di kelas. Metode pembelajaran
yang digunakan masih menggunakan metode konvensional atau ceramah. Guru
1
17. 2
hanya menyampaikan teori sama persis dengan ada di buku kimia yang dimiliki
siswa. Pada metode ini terkadang konsentrasi siswa terpecah dengan hal lain
karena siswa merasa semua materi yang disampaikan guru sudah ada di buku
yang mereka miliki dan mereka bisa mempelajarinya sendiri di rumah.
Menurut penuturan beberapa siswa dan guru di SMA Negeri 1 Gombong,
banyak faktor penyebab hasil belajar mereka rendah, antara lain: para siswa tidak
mampu berkonsentrasi, membuat kegaduhan, minat belajar berkurang, sebagian
besar siswa tidak menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan guru, dan
masih banyak kendala yang lain apalagi pada pelajaran kimia materi pokok
hidrokarbon yang hanya berupa teori saja. Siswa akan semakin bosan dan
menyepelekan materi tersebut. Guru pengampu pelajaran kimia di sekolah
tersebut menuturkan pada kenyataanya hasil belajar siswa pada materi
hidrokarbon tergolong rendah yang kemungkinan dikarenakan faktor metode
pembelajaran yang digunakan kurang tepat. Collaborative learning berbantuan
diagram vee diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri
1 Gombong.
Collaborative Learning adalah proses belajar kelompok yang setiap
anggotanya aktif menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat,
kemampuan, dan keterampilan yang dimiliki, untuk bersama-sama saling
meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Collaborative Learning
memungkinkan setiap siswa untuk memahami seluruh bagian pembahasan, tidak
seperti pada kelompok belajar yang kita kenal, yang menyebabkan hanya siswa
tertentu yang memahami materi tertentu. Metode ini juga membuat seluruh siswa
18. 3
akan memiliki pemahaman yang setara akan pembahasan. Sebagai metode belajar,
Collaborative Learning dilandasi pemikiran bahwa kegiatan belajar di sekolah
hendaknya mendorong dan membantu siswa untuk terlibat secara aktif
membangun pengetahuan sehinnga mencapai pemahaman yang mendalam (deep
learning) (Sudarman, 2008).
Struktur tujuan kolaboratif dicirikan oleh jumlah saling ketergantungan
yang begitu besar antar siswa dalam kelompok. Pembelajaran kolaboratif telah
menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang
bertemu, yaitu: (1) realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan
aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata; (2) menumbuhkan
kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna.
Siswa dari hari ke hari belajar melakukan pemecahan masalah di dalam kelompok
kolaboratif juga belajar prinsip demokrasi melaui interaksi antar teman sebaya.
Kesimpulannya, bahwa belajar kolaboratif merupakan intensitas yang lebih tinggi
kadarnya daripada belajar kooperatif. Belajar kolaboratif tidak ada beda bentuk
maupun formulanya dengan belajar kooperatif, yang membedakan terletak pada
intensitas interaksi, isi kegiatan dan implikasi yang ditimbulkannya bagi setiap
anggota kelompok belajar yaitu adanya rasa saling ketergantungan dan
tanggungjawab yang ditopang oleh kemandirian dari setiap individu yang terlibat
dalam belajar melalui interaksi sosial. Semua sifat dan bentuk serta karakteristik
belajar kooperatif merupakan prakondisi belajar kolaboratif (Agustina, 2007).
Kesemua aktivitas yang dilakukan siswa selama ini dalam melakukan
pembelajaran di laboratorium kurang dilandasi oleh keterampilan pengamatan,
19. 4
penguasaan metodologis, dan konseptual yang relevan dan memadai. Oleh karena
itu untuk mengatasi permasalahan tersebut digunakan diagram vee. Diagram vee
adalah suatu diagram visual berbentuk seperti “huruf V” yang mengandung
elemen konseptual dan metodologi percobaan. Pemanfaatan diagram vee sebagai
karakteristik metode pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini didasarkan
pada pengalaman empiris yang menunjukkan praktikum hidrokarbon ini masih
terbuai mencatat apa yang diamati tentang objek percobaan, mentransformasikan
dalam bentuk tabel, kemudian membuat klaim pengetahuan/ kesimpulan hasil
percobaan sesuai konsep, dilanjutkan pelaporan.
Menurut Haladyna dalam Sudarmin (2007) keterampilan atau skill adalah
kemampuan dalam melaksanakan tugas atau beban kerja tertentu baik secara fisik
maupun mental, yang terkadang mudah dilihat dan terkadang kurang terlihat tetapi
dapat diduga melalui perilakunya. Keterampilan merupakan suatu keadaan
(kondisi) yang komplek yang dapat melibatkan pengetahuan dan performance
(Depdiknas, 2003).
Dalam pengembangan aspek proses sains, pengamatan diartikan sebagai
proses mengamati suatu obyek dengan semua pancaindra. Inferensi diartikan
sebagai kegiatan menyimpulkan dari data yang diberikan atau premis-premis
kepada suatu contoh yang lain (Suma, 2003). Kegiatan ini merupakan salah satu
kegiatan yang penting dalam kegiatan proses sains. Oleh sebab itu pengamatan
langsung adalah pengamatan yang dilakukan ketika mengamati suatu obyek
dengan semua pancaindra. Inferensi logika adalah keterampilan generik sains
untuk dapat mengambil kesimpulan baru sebagai akibat logis dari hukum-hukum
20. 5
terdahulu tanpa harus melakukan percobaan baru. Dalam materi pokok
hidrokarbon, pengamatan dan inferensi logika dapat dikembangkan melalui
peristiwa identifikasi unsur C dan H dalam senyawa karbon. Brotosiswoyo (2001)
menyatakan sikap jujur dan kesadaran akan batas-batas ketelitian merupakan
aspek yang dikembangkan dalam kecakapan pengamatan dan kemampuan siswa
untuk merangkum berbagai pengertian dan konsep terdahulu adalah penting untuk
dilatih dalam upaya meningkatkan kemampuan inferensi logika.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menerapkan
metode collaborative learning yang menempatkan siswa sebagai pusat
pembelajaran dengan berbantuan diagram vee dalam melakukan pembelajaran di
laboratorium sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan generik sains pada
siswa. Peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan
Collaborative Learning berbantuan Diagram Vee terhadap Keterampilan Generik
Pengamatan dan Inferensi Logika Siswa Kelas X pada Materi Hidrokarbon”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan yaitu :
1. Adakah pengaruh penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee
terhadap pembelajaran kimia pada siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X
materi hidrokarbon?
2. Apakah penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee dapat
meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X
pada materi hidrokarbon?
21. 6
3. Bagaimana peningkatan penerapan collaborative learning berbantuan
diagram vee terhadap penguasaan keterampilan generik sains pengamatan dan
inferensi logika siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X pada materi
hidrokarbon?
4. Bagaimana tanggapan siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X terhadap
metode collaborative learning berbantuan diagram vee pada materi
hidrokarbon?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengacu perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh penerapan collaborative learning berbantuan diagram
vee terhadap pembelajaran kimia siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X
pada materi hidrokarbon.
2. Mengetahui penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee dapat
meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X
pada materi hidrokarbon.
3. Mengetahui penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee
terhadap peningkatan keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi
logika siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X pada materi hidrokarbon.
4. Mengetahui tanggapan siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X terhadap
metode collaborative learning berbantuan diagram vee pada materi
hidrokarbon.
22. 7
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi :
1. Siswa, dapat meningkatkan motivasi, daya tarik terhadap mata pelajaran
kimia, menumbuhkan rasa kebersamaan, kerjasama, dan mengembangkan
keterampilan berkomunikasi, keterampilan generik sains siswa dalam
pengamatan dan menyimpulkan suatu peristiwa kimia.
2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi guru dalam memilih
metode dan media pembelajaran yang sesuai, efektif dan efisien dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan keterampilan generik
sains siswa.
3. Sekolah, dapat memberikan masukan berharga bagi sekolah dalam upaya
meningkatkan dan mengembangkan proses pembelajaran kimia yang lebih
baik.
4. Peneliti, untuk meningkatkan kreativitas dan keterampilan dalam memilih
metode dan media pembelajaran yang digunakan dalam praktek mengajar.
23. 8
1.5 Penegasan Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan agar terjadi kesatuan pandangan dan
kesamaan penafsiran pada judul skripsi ini. Agar tidak terjadi kesalahfahaman
dalam menafsirkan istilah maka perlu diberikan penegasan istilah sebagai berikut:
1.5.1 Collaborative Learning
Teori belajar kolaboratif menekankan pada proses pembelajaran yang
digerakkan oleh keterpaduan aktivitas bersama baik intelektual, sosial dan emosi
secara dinamis baik dari pihak siswa maupun pengajar (Zamroni, 2000:146)
Dalam penelitian ini, collaborative learning dilaksanakan dengan
membentuk dua jenis kelompok (focus group dan home group) dalam satu kelas
di mana semua siswa juga berpartisipasi dalam 2 kelompok tersebut. Focus group
yaitu kelompok belajar yang dilaksanakan di dalam kelas di mana anggota
kelompoknya dipilih secara acak berdasarkan keheterogenan kelas tersebut. Setiap
focus group diberikan sub-topik yang berbeda-beda untuk didiskusikan. Home
group yaitu kelompok belajar yang anggotanya merupakan gabungan dari anggota
tiap focus group. Di dalam home group anggota tiap focus group menyampaikan
hasil diskusinya.
1.5.2 Diagram Vee
Pemanfaatan diagram vee sebagai karakteristik metode pembelajaran yang
diterapkan pada penelitian ini didasarkan pada pengalaman empiris yang
menunjukkan pembelajaran praktikum hidrokarbon ini masih terbuai mencatat apa
yang diamati tentang objek percobaan, mentransformasikan dalam tabel,
kemudian membuat klaim pengetahuan/kesimpulan, dilanjutkan pelaporan.
24. 9
Diagram vee pada penelitian ini digunakan sebagai alat evaluasi penguasaan
metodologis dan konseptual bagi siswa pada percobaan uji keberadaan unsur C
dan H dalam senyawa karbon dan isomer hidrokarbon menggunakan molymood..
Keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi logika siswa dapat dilihat
dari hasil pengisisan sisi metodologis dalam diagram vee yaitu pada pengisisan
catatan dan transformasi untuk keterampilan generik sains pengamatan dan
pengisian klaim pengetahuan untuk mengetahui keterampilan generik sains
inferensi logika.
1.5.3 Keterampilan Generik Sains
Keterampilan generik sains yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi logika siswa SMA Negeri 1
Gombong kelas X pada materi hidrokarbon. Keterampilan pengamatan selama
percobaan merupakan faktor penting dalam mempelajari kimia. Pengamatan hasil
reaksi, gejala atau fenomena alam yang dapat diamati secara langsung dengan
panca indera, tetapi ada pula yang tidak dapat diamati secara langsung sehingga
dikenal kemampuan generik tidak langsung (Brotosiswoyo, 2001). Dalam
penelitian pengertian keterampilan generik sains pengamatan mengacu pada
pengamatan langsung maupun tidak langsung. Dalam pengembangan prses sains,
inferensi diartikan sebagai kegiatan menyimpulkan dari data yang diberikan atau
premis-premis ke pada suatu contoh yang lain (Suma, 2001).
25. 10
1.5.4 Hidrokarbon
Menurut KTSP, pokok materi hidrokarbon merupakan pokok materi
pelajaran kimia SMA kelas X semester II. Materi yang dipelajari meliputi
kekhasan atom karbon, pengelompokkan senyawa hidrokarbon, keisomeran
hidrokarbon, dan reaksi kimia pada senyawa hidrokarbon.
26. 11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Kimia dan Permasalahannya
Kenneth D. Moore berpendapat bahwa mengajar adalah tindakan dari
seseorang yang mencoba untuk membantu orang lain mencapai kemajuan dalam
berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya. Pandangan ini
didasari oleh sebuah paradigma bahwa sebuah keberhasilan mengajar bukan pada
seberapa banyak ilmu yang disampaikan guru pada siswa, tetapi pada seberapa
besar siswa diberi kesempatan peluang untuk belajar dan memperoleh segala
sesuatu yang ingin diketahuinya. Guru hanya memfasilitasi siswanya untuk
meningkatkan ketrampilan dan pengetahuannya (Rosyada, 2007: 93). Sedangkan
pembelajaran didefinisikan sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang
dipelajari. Menurut aliran behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru
membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau
stimulus (Darsono, 2000:24).
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu kimia mempunyai kedudukan yang sangat penting di antara ilmu-ilmu yang
lain karena ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikro (molekuler) terhadap
fenomena makro. Ilmu kimia merupakan ilmu terapan (aplikatif) sehingga sangat
membantu dan dibutuhkan manusia untuk membangun dan mensejahterakan
bangsa serta selalu memberikan kontribusi terhadap perkembangan sains dan
teknologi (Depdiknas, 2003).
11
27. 12
Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yaitu
mempelajari gejala alam. Dalam mempelajari gejala alam, ilmu kimia
mengkhususkan pembahasannya pada struktur dan komposisi zat, perubahan
materi, dan energy yang menyertai perubahan tersebut (Liliasari, 1996). Struktur
zat menggambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun zat, seperti atom,
molekul, dan ion-ion bergabung satu sama lainnya membentuk suatu susunan
yang berukuran makro, sehingga dapat dilihat oleh mata kita. Zat yang terbentuk
dari gabungan antar partikel penyususn tersebut memiliki komposisi tertentu yang
diungkapkan dengan menggunakan symbol. Agar ilmu kimia dapat dipahami
secara utuh maka para kimiawan mengarahkan fenomena kimia pada tiga tingkat
representasi yang berbeda, yakni makroskopik, mikroskopik, dan simbolik, yang
ketiganya saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Berdasarkan karakteristik
yang dimiliki ilmu kimia, maka untuk dapat memahami konsep kimia secara utuh
seorang siswa harus memiliki kemampuan untuk menggabungkan keterkaitan
antara level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik (Jansoon, 2009).
Dalam proses pembelajaran biasanya siswa sulit untuk memahami konsep-
konsep kimia yang bersifat abstrak. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan guru
untuk menjelaskan materi kimia yang bersifat abstrak dan mikroskopik, sehingga
konsep yang disampaikan oleh guru hanya yang bersifat makroskopik dan
simbolik saja, dan akhirnya tanpa memahami terlebih dahulu pemahaman konsep
dan level mikroskopik (Dian Finatri, 2007). Sejumlah faktor dapat menyebabkan
rendahnya pemahaman siswa mengenai level mikroskopik ini. Menurut Opandi
(2006), faktor-faktor tersebut antara lain: (1) pembahasan level tersebut belum
28. 13
mendapat perhatian dari guru karena lebih mengutamakan level makroskopik
(pengamatan dengan indra) dan level representasi (rumus, peramaan, grafik)
sehingga siswa dibiarkan mengembangkan imajinasi sendiri mengenai level
tersebut. (2) level mikroskopik menjadi bagian yang dipelajari siswa, namun cara-
cara pembahasannya masih terlalu abstrak sehingga siswa sulit untuk
memahaminya. Salah satu cara yang baik untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir yaitu keterampilan generik sains
pengamatan proses kimia pada tingkat mikroskopik dan makroskopik dan
keterampilan generik sains inferensi logika pada tingkat abstrak adalah
menggunakan percobaan di laboratorium dan memvisualisasikannya ke dalam
diagram vee.
2.2 Collaborative learning
Teori belajar kolaboratif dimotori oleh Bruffee (Zamroni, 2000: 156)
tumbuh dan berkembang atas kesadaran akan pentingnya pengembangan diri
pribadi siswa yang holistik, sehingga menuntut perubahan mendasar proses
pembelajaran yang konvensional didominasi oleh ceramah dengan pengajar
sebagai sumber tunggal dan siswa sebagai pendengar yang baik. Pembelajaran
kolaboratif menurut Totten et al (1991) bukan pendekatan yang baru, berbagai
variasinya sudah digunakan dalam kelas sejak awal tahun 1900-an dan kini
semakin menarik perhatian para ahli pendidikan, sejak munculnya bukti
keberhasilan bukan buah dari kemampuan individu tetapi justru dari paradigma
kesalingtergantungan (interdependence).
29. 14
Konsep belajar kolaboratif menurut Duffy & Cunningham (1996) sejak
tahun 1990-an sudah mulai dikembangkan dan telah dikenal sebagai strategi
belajar kelompok untuk menjalin kerjasama dengan sasaran untuk mencapai
prestasi sebagai tujuan dan telah secara meluas diteliti dan telah didukung oleh
berbagai literature profesional. Falsafah dan teori sejumlah ahli seperti Dewey
(1916) telah menegaskan manfaat sosial dan proses kolaboratif dalam belajar.
Menurut Dewey dalam Agustina (2007) pendidikan adalah proses social dalam
mana melalui kelompok siswa memperoleh dan berbagi pengalaman baru yang
bermakna.
Istilah belajar kolaboratif (collaborative learning) mengacu kepada metode
pengajaran yang mana siswa dengan berbagai latar kemampuan bekerja bersama-
sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan. Tiap-tiap siswa
saling bertanggungjawab atas belajar dengan teman-temannya sebagaimana ia
bertanggungjawab belajar untuk diri sendiri. Keberhasilan tiap individu
merupakan keberhasilan siswa lainnya dalam kelompok.
Mahnaz Moallem dalam Agustina (2007) mengidentifikasi 4 (empat) tipe
pentingnya kerjasama kolaboratif pemecahan masalah dalam kelompok yang
dirangkumkan dari beberapa penelitian antara lain:
30. 15
1. Menumbuhkan tanggungjawab individu, karena diantara individu menyadari
akan adanya tugas-tugas bersama dalam kelompok (Johnson et al, 1991;
Slavin, 1995).
2. Meningkatkan komitmen pada kelompok dan tujuan-tujuan bersama dimana
anggota kelompok saling bantumembantu, saling membutuhkan,
memberikan umpan balik yang tepat, dan memberi dorongan untuk
pencapaian tujuan-tujuan bersama (Johnson, et al., 1991; Slavin, 1995).
3. Memperlancar interaksi antar individu dan antar kelompok di antara anggota
kelompok, yang memungkinkan tiap anggota menampilkan keterampilan
sosial dan kompetensi dalam berkomunikasi (Rubin, Rubin, & Johnson,
1997).
4. Memberikan stabilitas pada kelompok sehingga anggota kelompok dapat
bekerjasama dengan anggota lain dalam waktu yang cukup lama tapi tidak
melelahkan dan dapat membangun norma kelompok, penampilan tugas
bersama, dan pola-pola interaksi (McGrath, 1992).
Vygotsky dalam Moallem (2003) belajar juga merupakan sebuah konstruksi
sosial yang dibangun melalui bahasa dan diskursus sosial. Shaw (1996) juga
menunjukkan bahwa dalam pandangan sosial tentang belajar mengetahui
(knowing) ditegaskan, pengetahuan itu dikonstruksi karena dampak keterlibatan
dalam siklus perkembangan yang memfasilitasi perubahan konseptual siswa.
Hubungan sosial akan terjadi pada lingkungan belajar yang kolaboratif dengan
kerjasama serta adanya dialog aktif (Moore, 1991; Saba & Shearer, 1994).
Harasim (1989) melengkapi pandangan ini, dalam situasi demikian lingkungan
31. 16
belajar akan tampil dalam beragam perspektif yang memberi kesempatan untuk
membentuk tahapan pengetahuan seperti seorang siswa saling bertukar informasi
dengan lainnya, dengan orang-orang sekitarnya dan dengan para ahli dalam
bidang itu (Moallem, 2003).
Dari berbagai pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa peristiwa
belajar kolaboratif akan terjadi jika ada rasa saling tanggungjawab dan terbentuk
dalam suasana kerjasama di antara anggota-anggota dalam kerja kelompok atau
tim. Suasana kolaboratif merupakan esensi dari belajar kelompok,
keberhasilannya sangat tergantung dari kemampuan anggota kelompok dalam
membiasakan diri perilaku dalam kerja kelompok. Dari pandangan-pandangan
yang telah dipaparkan dapat dikatakan, bahwa belajar secara kolaboratif dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar. Belajar kolaboratif
merupakan suatu himpunan pendekatan untuk mendidik, yang terkadang juga
disebut sebagai belajar kooperatif atau belajar kelompok kecil. Belajar kolaboratif
menciptakan suasana yang melibatkan siswa mengerjakan sesuatu dan berpikir
tentang sesuatu yang ia kerjakan, dan mendorong yang lain untuk ikut terlibat.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar kolaboratif merupakan salah satu
strategi mengajar yang dapat diandalkan untuk dapat membuat proses
pembelajaran menjadi aktif dan efektif yang sekaligus dapat digunakan untuk
menanamkan nilai-nilai dasar.
Pengajaran kolaboratif mempunyai 6 langkah utama menurut Arend dalam
Agustina (2007) yaitu:
1. penyampaian tujuan dan memotivasi siswa;
32. 17
2. kedua, penyajian informasi dalam bentuk demonstrasi atau melalui bahan
bacaan;
3. pengorganisasian siswa ke dalam kelompokkelompok belajar;
4. membimbing kelompok bekerja dan belajar;
5. evaluasi tentang apa yang sudah dipelajari sehingga masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya;
6. memberikan penghargaan baik secara kelompok maupun individu.
2.3 Diagram Vee
Novak & Gowin dalam Roth & Bowen (1993) dinamakan diagram vee
karena diagram ini berbentuk huruf “V”. Pemanfaatan diagram vee pada
penelitian ini didasarkan pada pengalaman empiris yang menunjukkan
pembelajaran praktikum hidrokarbon masih terbuai mencatat apa yang diamati
tentang objek percobaan, mentransformasikan dalam bentuk tabel, kemudian
membuat klaim pengetahuan/ kesimpulan, dilanjutkan pelaporan. Namun kesemua
aktivitas yang dilakukan siswa tersebut kurang dilandasi oleh keterampilan
pengamatan, penguasaan metodologis, dan konseptual yang relevan dan memadai.
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut digunakan diagram Vee
sebagai alat evaluasi penguasaan metodologis dan konseptual bagi siswa, selain
untuk mengembangkan keterampilan kerja laboratorium. Kegiatan praktikum
kimia juga untuk mengembangkan keterampilan generik sains pengamatan dan
inferensia logika bagi siswa yang dipaparkan pada Gambar 2.2. Tujuan percobaan
tersebut adalah siswa dapat mengidentifikasi adanya unsur C dan H dalam
sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Selain untuk mengembangkan kegiatan praktikum
33. 18
untuk mengembangkan keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi
logika pada siswa.
Diagram vee dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menolong siswa
memahami dan menjelaskan kegiatan laboratorium, memahami hakekat sains, dan
bagaimana membangun suatu pengetahuan (Dahar, 1995). Suatu diagram vee me-
nekankan pada dua prosedural yaitu elemen konseptual dan metodologis yang me-
ngarahkan pada proses pembentukan pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan
senyawa karbon. Dahar (1995) menyatakan diagram vee dalam kegiatan
laboratorium bermanfaat untuk memahami konsep-konsep yang mendasari
kegiatan di laboratorium, menghubungkan hasil-hasil pengamatan dengan
pengetahuan teoritis, menyusun hasil-hasil pengamatan, dan mengaitkan konsep-
konsep yang dimiliki.
Contoh cara pembuatan diagram vee pada percobaan uji keberadaan unsur
C dan H dalam senyawa karbon:
1. Dimulai dengan menggambar V besar. Diagram vee dalam penelitian ini
sudah disediakan guru, sehingga siswa hanya mengisi bagian-bagian kolom
pada diagram vee yang masih kosong.
2. Merumuskan sebuah masalah atau ide untuk dipelajari dalam percobaan uji
keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon.
3. Menghubungkan masalah atau ide dengan penelitian yang sudah ada (review
literatur), pengetahuan awal dan pengalaman. Menentukan adakah teori yang
akan digunakan.
34. 19
4. Mendeskripsikan kejadian dan atau objek yang akan dipelajari (tempatkan di
ujung diagram V). Kejadian dan atau objek yang akan dipelajari ada 2, yaitu
pemanasan sukrosa, galaktosa, dan fruktosa dan pemanasan campuran
sukrosa, galaktosa, dan fruktosa dengan tembaga (II) oksida.
5. Mengembangkan pertanyaan penelitian yang memfokuskan tentang kejadian
dan atau objek yang dipelajari. Pertanyaan fokus dalam percobaan uji
keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon sudah dituliskan guru.
6. Membuat daftar konsep yang perlu didefinisikan secara operasional untuk
penyelidikan. Untuk menentukan hal ini, perlu mereview pertanyaan
penelitian dan kejadian/objek untuk konsep – konsep ini. Konsep yang ditulis
siswa dalam diagram vee penelitian ini adalah pengertian senyawa
hidrokarbon dan reaksi kimia pada senyawa hidrokarbon.
7. Membuat daftar instrumen pengumpulan data yang direncanakan digunakan
untuk merekam kejadian/objek yang dipelajari di bawah bagian catatan dari
diagram V. Bagian ini adalah fakta yang dikumpulkan dari kejadian/objek
yang diamati. Percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa
karbon adalah mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas kobalt
klorida dan air kapur akibat dari reaksi kimia pada senyawa karbon sukrosa,
galaktosa, dan fruktosa.
8. Memutuskan bagaimana informasi yang dikumpulkan akan ditransformasikan
dalam sebuah set data yang terorganisasi. Transformasi yang cocok untuk
percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon adalah dalam
bentuk tabel.
35. 20
9. Praktikan melakukan kerja atau investigasi laboratorium untuk menguji
keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon sesuai dengan lembar
praktikum siswa yang telah diberikan peneliti pada pertemuan sebelumnya.
10. Langkah berikutnya adalah melengkapi data, menganalisis data dan
menampilkan dalam format yang terorganisasi sesuai hasil percobaan yang
sudah dilakukan.
11. Dengan mengunakan informasi dari tranformasi data, siswa menyusun klaim
pengetahuan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pernyataan ini
interpretasi beralasan dari catatan atau tranformasi catatan yang diperoleh dari
penyelidikan yaitu reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada percobaan uji
keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon.
12. Menyusun klaim pengetahuan yang ditunjang dengan prinsip – prinsip dan
teori. Prinsip memberikan gambaran tentang bagaimana kejadian atau objek
seharusnya berlaku. Pada Gambar 2.2 dipaparkan komponen diagram vee
untuk percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon.
36. 12
KONSEPTUAL/ TEORITIS PERTANYAAN FOKUS METODOLOGIS
TEORI
(thinking) (doing)
KLAIM PENGETAHUAN
PERTANYAAN FOKUS
TEORI KLAIM PENGETAHUAN
1. Bagaimana untuk memeriksa unsur C dan H
1. Kekhasan Atom Karbon dalam sukrosa, glukosa, dan fruktosa Sukrosa, galaktosa, dan fruktosa mengandung
2. Kovalen pada Hidrokarbon 2. Bagaimana reaksi yang terjadi pada unsur C dan H, adanya C ditandai oleh
3. Reaksi-reaksi dalam senyawa terbentuknya zat berwarna hitam (jelaga) dan gas
PRINSIP pemeriksaan unsur C dan H dalam sukrosa,
hidrokarbon hasil pembakaran yang mengeruhkan air kapur
4. glukosa, dan fruktosa sedangkan adanya unsur H ditandai oleh uap air
PRINSIP TRANSFORMASI
yang dapat memerahkan kertas kobalt klorida.
TEORI
1. Pembakaran yang sempurna pada senyawa Tindakan TRANSFORMASI
hidrokarbon dapat mengubah unsur C menjadi CO2 Tindakan
dan mengubah unsur H menjadi H2O. Percobaan Hasil pengamatan
1. Pemanasan sukrosa,
2. Gas CO2 dapat dikenali dengan liebig air kapur.
glukosa, dan fruktosa a. Bagian dalam dinding tabung tabung
3. H2O dapat dikenali dengan kertas kobalt klorida. a. Perubahan dalam reaksi terdapat air. Sukrosa, glukosa,
KONSEP tabung reaksi dan fruktosa mencair berwarna
kuning muda kemudian berwarna
KONSEP hitam pada pemanasan lebih lanjut.
b. Perubahan warna b. Kertas kobalt klorida yang semula
1. Senyawa Hidrokarbon pada kertas kobalt biru dalam keadaan kering berubah
Senyawa karbon adalah senyawa karbon paling sederhana yang klorida menjadi merah muda dalam keadaan
terdiri dari aton C dan H. basah.
2. Reaksi Kimia pada Senyawa Hidrokarbon 2. Pemanasan pada campuran
(Reaksi Pembakaran) sukrosa, glukosa, dan
Reaksi pembakaran merupakan reaksi antara zat dengan oksigen. fruktosa dengan CuO
a. Perubahan dalam a. Bagian dalam dinding tabung reaksi
Pada senyawa hidrokarbon, reaksi pembakaran akan menghasilkan tabung reaksi terhadap air, sukrosa, glukosa, dan
karbondioksida dan air. fruktosa, mencair berwarna kuning
PERISTIWA DAN/ ATAU OBJEK muda kemudian berubah menjadi hitam
pada pemanasan lebih lanjut.
b. Perubahan pada air b. Air kapur berubah menjadi keruh.
PERISTIWA DAN/ ATAU OBJEK kapur CATATAN
Jawaban:
a. Reaksi pada air kapur: 1. Pemanasan pada sukrosa, galaktosa, dan CATATAN
CO2(g) + Ca(OH)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O(l) fruktosa.
b. Reaksi pada kertas kobalt klorida: 2. Pemanasan campuran sukrosa, galaktosa, dan 1. Perubahan dalam tabung reaksi selama percobaan
H2O fruktosa dengan tembaga (II) oksida (CuO) yang berisi sukrosa, galaktosa, dan fruktosa dan
CoCl2(s) CoCl2.6H2O(s) campuran.
2. Perubahan warna pada kertas kobalt klorida.
3. Perubahan pada air kapur kapur menjadi keruh
Gambar 2.1 Bagan diagram vee untuk uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon
21
37. 19
12
22
Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, maka menunjukkan konstruksi
pengetahuan mengenai uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon
dimulai dengan mengamati dan berpikir tentang kejadian dan objek-objek
berkaiatan reaksi kimia pada air kapur dan kertas kobalt klorida, sehingga
kejadian atau reaksi kimia tersebut ditempatkan di sudut V bagian bawah.
Pertanyaan kunci mengenai bagaimana memeriksa unsur C dan H dalam sukrosa,
glukosa, dan fruktosa ditempatkan diantara kedua sisi V yaitu sisi konseptual dan
metodologis. Pada sisi kiri terdapat sisi konseptual berkaitan teori kekhasan atom
karbon, kovalen pada hidrokarbon, dan reaksi-reaksi dalam senyawa hidrokarbon,
prinsip menjelaskan percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa
karbon dan konsep mengenai senyawa hidrokarbon dan reaksi pembakaran pada
senyawa hidrokarbon.
Selanjutnya, di sisi kanan ditempatkan rekaman (record) pengamatan
perubahan warna dan air kapur dalam tabung reaksi yang berisi sukrosa, glukosa,
dan fruktosa, serta transformasi yang menghubungkan kesesuaian prinsip atau
konsep terhadap data reaksi-reaksi senyawa karbon. Disisi kanan juga
ditempatkan klaim pengetahuan serta nilai yang dibuat sebagai hasil kegiatan
percobaan laboratorium mengenai uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa
karbon. Pada penelitian ini pemanfaatan diagram vee sebagai alat evaluasi dan
lembar pengamatan pendamping untuk kegiatan percobaan uji keberadaan unsur C
dan H dalam senyawa karbon dan isomer hidrokarbon. Pada penelitian ini,
sebelum melakukan percobaan setiap siswa dilakukan pretes mennggunakan
38. 23
13
format soal diagram vee untuk mengukur penguasaan sisi metodologis dan
konseptual mereka mengenai percobaan kimia yang akan dilakukan.
Pemanfaatan diagram vee dalam penelitian ini yaitu: pertama, sebelum
melakukan percobaan siswa mengisi terlebih dahulu sisi konseptual atau teoritis
pada diagram vee meliputi teori, prinsip, konsep, dan peristiwa atau objek selama
15 menit. Kedua, siswa melakukan percobaan dan menuliskan hasil pengamatan
yang terjadi pada saat percobaan ke dalam kolom catatan dan
mentransformasikannya ke dalam kolom transformasi dalam diagram vee. Setelah
percobaan selesai siswa menuliskan klaim pengetahuan hasil percobaan
dihubungkan dengan teori atau konsep yang mereka tulis pada sisi konseptual atau
teoritis dalam diagram vee. Pertemuan selanjutnya guru membahas hasil
percobaan yang mereka lakukan dan mereka tulis dalam diagram vee mulai dari
sisi konseptual sampai sisi metodologis. Pada kolom transformasi yang
merupakan transformasi dari hasil pengamatan yang mereka lakukan kebanyakan
siswa sudah tepat dalam mengamati, akan tetapi pada kolom klaim pengetahuan
banyak siswa yang kurang tepat dalam membuat klaim pengetahuan arena
dibutuhkan keterampilangenerik inferensi logika yang baik agar dalam membuat
klaim pengetahuan tepat sesuai hasil percobaan dan konsep atau teori.
39. 24
14
2.4 Keterampilan Generik Sains
Keterampilan generik sains dikenal dengan sebutan keterampilan inti,
keterampilan esensial, dan keterampilan dasar (Mehralizadeh, 2008), serta
merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam pekerjaan (Green, 2009).
Keterampilan ini digunakan untuk menerapkan pengetahuan yang dapat melintasi
semua bidang pekerjaan pada arah horizontal dan melintasi segala tindakan mulai
tingkat pemula sampai manager eksekutif pada arah vertikal (Kamsah, 2004).
Beberapa penelitian yang mengungkap pengembangan keterampilan generik
sains telah ditunjukkan di beberapa institusi. Pengembangan keterampilan generik
sains membutuhkan kondisi pengajaran yang difokuskan pada proses dan
berpusat pada aktivitas siswa daripada konten subyek (Suyanti, 2006; Sudarmin,
2007).
Haladyna dalam (Sudarmin, 2007) menyatakan keterampilan atau skill
adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas atau beban kerja tertentu baik
secara fisik maupun mental, yang terkadang mudah dilihat dan terkadang kurang
terlihat tetapi dapat diduga melalui perilakunya, keterampilan merupakan suatu
keadaan (kondisi) yang komplek yang dapat melibatkan pengetahuan dan
performance (Depdiknas, 2003). Tabel 2.1 menampilkan keterampilan generik
sains sains dan indikatornya (Sudarmin: 2007).
40. 15
25
Tabel 2.1. Keterampilan Generik Sains dan Indikator
No Keterampilan generik sains Indikator
1. Pengamatan Langsung dan a. Menggunakan sebanyak mungkin indera dalam mengamati
Tak Langsung percobaan/ fenomena alam
b. Mengumpulkan fakta-fakta hasil percobaan kimia atau
fenomena alam
c. Mencari perbedaan atau persamaan
d. Menggunakan alat ukur sebagai alat bantu indera dalam
mengamati percobaan kimia atau gejala alam
2. Kesadaran tentang skala Menyadari obyek-obyek alam dan kepekaan yang tinggi
terhadap skala mikroskopis sataupun makroskopis
3. Bahasa simbolik a. Memahami simbol, lambang, dan istilah ilmu kimia
b. Memahami makna kuantitatif satuan dan besaran dari suatu
persamaan reaksi
c. Menggunakan aturan matematis untuk memecahkan
masalah kimia/ fenomena gejala alam
d. Membaca suatu grafik/ diagram/ tabel/ tanda matematis
dalam ilmu kimia
4. Logika frame a. Menemukan pola keteraturan fenomena alam/ peristiwa
kimia
b. Menemukan perbedaan atau mengontraskan cirri/ sifat fisik
dan kimia suatu senyawa kimia
c. Mengungkapkan dasar penggolongan atas suatu obyek atau
peristiwa kimia
5. Konsistensi logis a. Menarik kesimpulan secara induktif setelah percobaan/
pengamatan
b. Mencari keteraturan sifat kimia/ fisika setelah percobaan/
pengamatan
6. Hukum sebab akibat a. Menyatakan hubungan antara dua variable atau lebih dalam
suatu gejala alam/ reaksi kimia tertentu
b. Memperkirakan penyebab atau gejala alam/ peristiwa kimia
7. Pemodelan a. Mengungkapkan gejala alam/ reaksi kimia dengan sketsa
gambar/ grafik
b. Memakai arti fisik/ kimia suatu sketsa gambar suatu
fenomena alam dalam bentuk rumus
8. Inferensi logika a. Mengajukan prediksi gejala alam/ peristiwa kimia yang
belum terjadi berdasar fakta/ hukum terdahulu
b. Menarik kesimpulan dari suatu gejala/ peristiwa kimia
berdasarkan aturan/ hukum-hukum kimia terdahulu
9. Abstraksi a. Menggambarkan dan menganalogikan konsep atau peristiwa
kimia abstrak kedalam bentuk kehidupan nyata sehari-hari
b. Membuat visual simulasi ainteraktif dari peristiwa
mikroskopik yang bersifat abstrak
41. 26
16
Pada penelitian ini pengertian keterampilan generik sains yang dimaksud
adalah keterampilan generik sains sains yang dikemukakan Brotosiswojo (2001).
Pada penelitian ini keterampilan generik sains sains yang akan dikembangkan
pada siswa SMA melalui konsep hidrokarbon adalah keterampilan generik sains
pengamatan dan inferensi logika. Beberapa jenis keterampialn generik yang akan
dikembangkan melaui kondsep-konsep hidrokarbon akan dijelaskan sebagai
berikut.
Pengamatan ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena alam
atau peristiwa dengan menggunakan panca indera atau alat bantu panca indera
(Dahar,1985). Pengamatan langsung adalah mengamati objek secara langsung
melalui panca indera. Pengamatan langsung dapat diperoleh melaui kejadian
sehari-hari dan atau terjadi pada saat melakukan percobaan. Dahar (1996)
menyatakan hasil-hasil pengamatan tidak berguna, jika tidak ditafsirkan, karena
itu dari mengamati ini siswa harus memiliki keterampilan mencatat setiap
pengamatan secara terpisah kemudian menghubungkan hasil-hasil pengamatan
sehingga ditemukan pola-pola tertentu dalam suatu percobaan. Kemampuan
menemukan pla-pola pengamatan ini merupakan landasan utama untuk
menyarankan kesimpulan atau generalisasi. Kemampuan untuk menemukan pola-
pola ini merupakan keterampilan generik sains yang perlu dikembangkan pada
siswa.
Selanjutnya menurut Dahar (1985), keterampilan dalam mengamati dapat
meliputi mengenal nama golongan senyawa dari obyek yang diamati, mengenal
sifat obyek, warna, bentuk, ukuran, bau, rasa, tekstur, termasuk membandingkan
42. 1727
secara kualitatif obyek atau sifat, mengenal dan menggambarkan hasil suatu
interaksi, menggunakan instrument sederhana sebagai alat bantu indera, mengenal
dan menggambarkan sifat yang tampak (observable) dari fenomena dan peristiwa.
Keterampilan generik sains pengamatan langsung dapat ditumbuhkan pada siswa
melalui serangkaian pengamatan percobaan praktikum hidrokarbon seperti
menguji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon. Pada pembelajaran
identifikasi atom C dan H ini keterampilan pengamatan langsung dapat berupa
mengamati warna pada kertas kobalt dan larutan Ca(OH)2.
Matematika merupakan bahasa hukum alam yang ampuh. Berdasarkan
ungkapan-ungkapan hukum alam dalam bentuk matematika ilmuwan dapat
menggali konsekuensi-konsekuaensi logis semata-mata lewat inferensi logika
(Suma, 2003). Hasil-hasil inferensi logika dapat dibuktikan secara meyakinkan
melalui percobaan-percobaan. Lawson (1998) menyatakan keterampilan generik
sains inferensi logika dapat dilatihkan melalui kegiatan berfikir menyimpulkan
dari data yang diberikan atau pada suatu contoh yang lain.
Dalam pengembangan aspek proses sains, inferensi diartikan sebagai
kegiatan menyimpulkan dari data yang diberikan atau premis-premis kepada suatu
contoh yang lain (Suma, 2003). Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang
penting dalam kegiatan proses sains. Oleh sebab itu inferensi logika adalah
keterampilan generik sains untuk dapat mengambil kesimpulan baru sebagai
akibat logis dari hukum-hukum terdahulu tanpa harus melakukan percobaan baru.
Dalam hidrokarbon inferensi logika dapat dikembangkan melalui topik-topik
berkaitan peristiwa uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon,
43. 28
18
misalnya jika suatu larutan Ca(OH)2 akan keruh setelah dialiri gas CO2 dan kertas
kobalt akan berubah warna dari biru menjadi merah muda karena H2O.
Brotosiswoyo (2001) menyatakan kemampuan siswa untuk merangkum berbagai
pengertian dan konsep terdahulu adalah penting untuk dilatih dalam upaya
meningkatkan kemampuan inferensi logika.
Keterampilan inferensi logika dari siswa dapat dikembangkan diantaranya
melalui kegiatan berfikir jika….,maka….untuk menyimpulkan hasil pengamatan
suatu percobaan hidrokarbon. Keterampilan inferensi logika diperlukan siswa,
ketika mereka merumuskan hasil percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam
senyawa karbon.
2.5 Materi Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan salah satu pokok materi yang harus dipelajari oleh
siswa kelas X semester II. Standar kompetensi dalam penelitian ini adalah sifat-
sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul.
Dengan 2 kompetensi dasar yaitu mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam
membentuk senyawa hidrokarbon dan menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan
strukturnya dan hubungannya dengan sifat senyawa. Materi yang dipelajari dalam
pokok materi ini terdiri dari 3 sub pokok materi yaitu unsur karbon dalam
senyawa karbon, senyawa hidrokarbon, dan keisomeran hidrokarbon.
Hidrokarbon perlu dipelajari karena berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari.
Peran hidrokarbon cukup luas terutama sebagai sumber energi untuk industri,
rumah tangga, dan transportasi, serta sebagai bahan baku untuk produk pertanian,
kesehatan, kosmetik, dan materi baru, seperti plastik. (Johari: 2004)
44. 19
29
Pada awalnya, para ahli kimia organik menganggap bahwa senyawa organik
hanya dapat dihasilkan dari makhluk hidup. Akan tetapi, di tahun 1827 ilmuwan
Jerman Fiederic Wohler secara tidak sengaja berhasil mensintesis senyaw
aorganik, yakni urea (NH2)2CO dari senyawa anorganik AgOCN dan NH4Cl.
Selanjutnya para ahli menemukan bahwa senyawa organik selalu mengandung
atom karbon (C) da samping dapat mengandung atom lain seperti hidrogen (H),
oksigen (O), nitrogen (N), belerang (S), fosfor (P), halogen dan beberapa atom
logam. Oleh karenanya senyawa organik disebut juga senyawa karbon.
Berikut dijelaskan mengenai cakupan dari kimia karbon:
1. Karakteristik Atom Karbon
Atom C dapat membentuk 4 ikatan kovalen yang kuat dengan atom-atom C
lainnya; dan pada saat bersamaan atom C juga dapat berikatan secara kuat dengan
atom-atom non-logam lainnya.
2. Senyawa Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana.
Dari namanya, kita dapat mngetahui bahwa hidrokarbon hanya terdiri dari atom
karbon (C) dan hydrogen (H). Secara umum, hidrokarbon digolongkan menjadi
tiga, yakni hidrokarbon alifatik, hidrokarbon alisiklik, dan hidrokarbon aromatik.
Hidrokarbon alifatik mempunyai rantai terbuka (lurus atau bercabang), sedangkan
hidrokarbon alisiklik dan hidrokarbon aromatic mempunyai rantai tertutup.
Berdasarkan jenis ikatan antar atom C dalam rantai karbon, hidrokarbon
juga dapat dibedakan menjadi hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh.
45. 30
20
Hidrokarbon jenuh hanya memiliki ikatan tnggal, sedangkan hidrokarbon tak
jenuh memiliki setidaknya 1 ikatan rangkap.
3. Keisomeran Hidrokarbon
Senyawa anorganik seperti garam dapur dapat dikenali melalui rumus
kimianya. Dengan kata lain, hanya ada satu senyawa garam dapur dengan rumus
kimia NaCl yang memiliki sifat karakteristik. Hal ini berbeda dengan senyawa
organik atau senyawa karbon. Sebagian besar senyawa karbon tidak dapat
ditentukan dari rumus kimianya (rumus molekul), tetapi harus dari rumus
strukturnya.
Normal pentana
46. 31
21
4. Uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon
Keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon dapat ditunjukkan
dengan membakar senyawa tersebut. Pembakaran tidak sempurna terhadap
senyawa karbon akan menghsilkan zat sisa berupa arang (karbon), gas CO2 dan
H2O. keberadaan atom C dalam CO2 dapat dikenali dengan mengalirkan gas CO2
ke dalam air kapur (Ca(OH)2) yang akan mengeruhkan air kapur. Sedangakan
keberadaan H dalam H2O dapat dikenali dengan kertas cobalt (II) klorida yang
akan berubah dari warna biru menjadi warna merah muda.
CO2(g) + Ca(OH)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O(l)
H2O
CoCl2 (s) CoCl2.6H2O(s)
Senyawa karbon dibedakan atas senyawa karbon organik, yaitu senyawa
karbon yang dapat disintesis oleh makhluk hidup dan senyawa anorganik, yaiu
senyawa karbon yang dapat disintesis di luar tubuh makhluk hidup.
2.6 Penelitian yang Mendukung
Usaha-usaha pendidikan untuk meningkatkan keterampilan generik sains
pengamatan dan inferensi logika siswa dapat dilakukan dengan menerapkan
collaborative learning berbantuan diagram vee. Penelitian tentang hal ini sudah
pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian yang dilakukan Sanyasa
tentang metode pembelajaran kolaboratif berhasil meningkatkan kemandirian dan
kemampuan belajar mahasiswa. Santyasa (2007) mengemukakan bahwa
penggunaan metode pembelajaran kolaboratif terbukti meningkatkan
kemandiriian mahasiswa dan kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi serta
beraktivitas. Hal ini dapat memberikan beberapa implikasi untuk membuat para
47. 32
22
mahasiswa lebih mandiri dan aktif dengan belajar bersama dimana mereka saling
memberi masukan . Dengan demikian diharapkan umpan balik dari sesama siswa
(peer-response) akan lebih cepat diterima siswa yang bersangkutan dan
selanjutnya perbaikan karya tulis akan lebih cepat dilakukan dengan tetap di
bawah bimbingan pengajar.
Agustina (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Pembelajaran Kolaboratif dengan
Pendekatan Pemecahan Masalah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran kolaboratif dengan pendekatan pemecahan masalah pada mata
kuliah teori akuntansi sangat efektif dalam meningkatkan prestasai belajar
mahasiswa. Hal ini terbukti dari hasil uji t yang menunjukkaan adanya perbedaan
yang signifikan antara kelas yang memperoleh pembelajaran kolaboratif dengan
pendekatan pemecahan masalah dengan kelas yang tidak memperolehnya.
Sudarman (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode
Collaborative Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Mata Kuliah
Metodologi Penelitian”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model collaborative
learning memiliki kontribusi yang lebih tinggi dalam meningkatkan perolehan
belajar daripada pembelajaran konvensional.
Purtadi (2004) melakukan penelitian yang berjudul “Metode Belajar
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Berbantuan Diagram V (Vee) dalam
Pembelajaran Kimia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diagram V dapat
dijadikan sebagai alat untuk mengorganisaikan kegiatan PBL di kelas terutama
yang melibatkan praktikum. Diagram ini dapat mengungkapkan apa yang sudah
48. 23
33
dimiliki praktikan sebelum melakukan praktikum, apa yang mereka peroleh
selama praktikum, apa yang dapat mereka lakukan dengan data yang diperoleh,
dan pengetahuan apa yang dapat disimpulkan dari proses laboratorium.
Sujanem (1998) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Model
Belajar Heuristic Vee dengan Peta Konsep dalam Pembelajran Fisika di SMU”.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 1) Model belajar heuristic vee dengan
peta konsep yang diterapkan memiliki keunggulan komparatif yang signifikan
terhadap model belajar konvensionel dalam meningkatkan hasil belajar fisika san
dapat merubah miskonsepsi siswa menjadi konsepsi ilmiah, 2) Model belajar
heuristic vee dengan peta konsep dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
menjelaskan pemahaman konsep dalam peta konsep dan mengintegrasikan
konstruksi pengetahuannya di laboratorium dengan konstruksi selama kehidupan
mereka sehari-hari.
Penelitian yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan generik sains
telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Hartono (2006) meneliti tentang
pembelajaran fisika modern untuk calon guru, difokuskan pada pengembangan
kemampuan generik dan penguasaan materi. Kemampuan generik yang
dikembangkan antara lain kesadaran akan skala, inferensi logika, bahasa simbolik,
sebab akibat, dan pemodelan matematik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
model pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan generik dapat diterapkan
baik pada mahasiswa berkemampuan akademik tinggi maupun rendah.
Liliasari dan Widodo (2008) melakukan penelitian pendidikan sains dengan
metode R dan D untuk mengembangkan berpikir sains siswa SMP, SMA, dan
49. 24
34
mahasiswa calon guru. Dalam penelitian tersebut dikembangkan keterampilan
generik sains sains untuk jenjang pendidikan yang berbeda, yaitu siswa SMP,
siswa SMA, dan mahasiswa calon guru fisika, melalui topik-topik reproduksi
hewan (biologi), tekanan osmotik larutan (kimia), dan elastisitas (fisika) melaui
pembelajaran berbasis teknologi informasi. Tujuh kemampuan berpikir sains
(pengamatan langsung, bahasa simbolik, hukum sebab akibat, kesadaran akan
skala besaran, pemodelan matematis, inferensi logika, dan membangun konsep)
telah berhasil dikembangkan melaui 3 topik sains di atas. Ketiga topik tersebut
mengandung 41 konsep esensial. Implementasi model pembelajaran tersebut pada
44 siswa SMP N di Cimahi, 30 siswa sma swasta bersubsidi di bandung, dan 35
mahasiswa LPTK negeri di Mataram (NTB) menunjukkan bahwa kemampuan
generik sains yang paling baik dikuasai adlaah pengamatan tak langsung,
membangun konsep, dan hubungan sebab-akibat. Keterampilan generik sains
sains yang sukar dikuasai adalah pemodelan matematik dan inferensi logika.
Pujani (2011) melakukan studi menggunakan R & D dilakukan untuk
menghasilkan sebuah program pembelajaran keterampialn laboratorium ipba
berbasis kemampuan generik sains untuk calon guru (PPKL-BKGS). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa PPKL-BKGS: mengembangkan keterampialn
laboratorium IPBA; meningkatkan kemampuan generik sains; meningkatkan
capaian penguasaan materi ajar IPBA; menumbuhkan sikap tanggung jawab, kerja
keras, menghargai pendapat, ketekunan, kerjasama, dan antusias selama
pembelajaran.
50. 35
25
Hernani (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pembekalan
Keterampilan generik sains bagi Calon Guru Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah yang Mengintegrasikan Perkuliahan dan Praktikum Kimia Analitik”,
dilaksanakan untuk menghasilkan program pembelajaran yang dapat
mengembangkan sejumlah keterampilan generik sains bagi siswa calon guru
kimia. Hasil implementasi program menunjukkan keterampilan generik sains yang
berkembang meliputi inferensi logika, membangun konsep, berkomunikasi ilmiah,
dan berpikir kritis.
Sudarmin (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan
Model Pembelajaran Kimia Organik dan Keterampilan generik sains Sains
(MPKOKG) bagi Calon Guru Kimia”. Hasil penelitian menunjukkan penerapan
model pembelajaran mampu meningkatkan penguasaan keterampilan generik
sains sains calon guru kimia dengan taraf pencapaian tinggi dan sedang.
Keterampilan generik sains pemodelan memiliki taraf pencapaian lebih tinggi
dibandingkan keterampilan generik sains lainnya. Mahasiswa kelompok prestasi
tinggi memiliki penguasaan keterampilan generik sains konsistensi logis,
pengamatan langsung dan tak langsung, abstraksi, bahasa simbolik, kesadaran
tentang skala serta logical frame lebih baik dibandingkan kelompok prestasi
rendah.
51. 36
26
2.7 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini peneliti membagi sampel dalam 2 (dua) kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada prinsipnya, kedua
kelompok baik eksperimen maupun kontrol melalui tiga tahap yang sama, yaitu
pretest, pembelajaran, dan post-test. Pretest digunakan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa terhadap penguasaan konsep dan metodologi materi
pokok hidrokarbon sebelum dilakukan pembelajaran. Perbedaan yang mendasar
dari kedua kelompok yaitu perlakuan yang diberikan pada saat pembelajaran
berlangsung. Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan pendekatan
collaborative learning berbantuan diagram vee. Sedangkan pada kelompok
kontrol diberikan pembelajaran hanya dengan menggunakan metode ceramah
tanpa bernatuan diagram vee.
52. 37
27
Secara ringkas gambaran penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Pembelajaran Kimia Materi
Pokok Hidrokarbon
Pengetahuan Keterampilan Berfikir
(Kognitif) (Psikomotorik)
Afektif
Keterampilan Generik Sains
Materi Kimia Hidrokarbon Pilar Karakter
(Pengamatan dan Inferensi Logika)
(simbolik, abstrak, mikroskopik, (Tanggung jawab, Kejujuran,
dan makroskopik) Percaya diri, Kreatif, Toleransi)
Hasil Belajar Kimia
(Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik)
Hasil Belajar Kimia Rendah
Collaborative learning Pembelajaran Konvensional
berbantuan diagram vee dengan Bahan Ajar Buku Teks
Kimia
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Jika model collaborative learning berbantuan diagram vee maka berpengaruh terhadap hasil
belajar dan keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi logika siswa
Ada pengaruh model collaborative learning berbantuan diagram vee
terhadap hasil belajar dan keterampilan generik sains pengamatan
dan inferensi logika
Gambar 2.3. Kerangka berpikir
53. 38
28
2.8 Hipotesis
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho = penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee tidah berpengaruh
untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan generik pengamatan dan
inferensi logika siswa pada materi hidrokarbon
Ha = penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee berpengaruh
untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan generik pengamatan dan
inferensi logika siswa pada materi hidrokarbon
54. 39
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Penentuan dan Sampel Penelitian
3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Semester II SMA
Negeri 1 Gombong tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 285 siswa dan terdiri
dari 9 kelas yaitu X-1 sampai kelas X-9. Rinciannya kelas X-1, X-2, X-3, X-4, X-
6, dan X-7 masing-masing 32 siswa dan X-5, X-8, dan X-9 masing-masing 31
siswa.
3.1.1.1 Analisis Data Tahap Awal (Data Populasi)
Analisis data tahap awal dilakukan untuk menguji keadaan awal kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal
diambil dari nilai kimia hasil Ujian Akhir Semester Ganjil kelas X SMA Negeri 1
Gombong.
3.1.1.2 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang dianalisis
berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas populasi dapat dilihat pada
Tabel 3.3.
Dari hasil analisis diperoleh χ2hitung untuk setiap data kurang dari χ2tabel
dengan dk = 8 dan α = 5 %, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa data populasi berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya
menggunakan statistik parametrik. Hasil uji normalitas disajikan pada lampiran
30.
39
55. 40
3.1.1.3 Uji Homogenitas Populasi
Hasil analisis data nilai Ujian Akhir Semester Ganjil membuktikan bahwa
data antar kelas mempunyai varians yang sama (homogen), karena χ2hitung kurang
dari χ2Tabel, dengan dk = 8 dan α = 5 % (Tabel 3.4). Perhitungan uji homogenitas
populasi dapat dilihat pada lampiran 31.
Tabel 3.1 Hasil Uji Homogenitas Populasi
Data χ2hitung χ2Tabel Kriteria
Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil 8,495 16,92 Homogen
3.1.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Data yang
digunakan untuk penentuan teknik sampling adalah nilai Ujian Akhir Semester
Ganjil kelas X SMA Negeri 1 Gombong tahun pelajaran 2011/2012. Data
kesembilan kelas anggota populasi berdistribusi normal karena χ2hit < χ2Tabel (lihat
Tabel 3.2). Dari analisis data, diperoleh χ2hitung = 3,77 dan χ2Tabel = 7,81. Karena
χ2hitung < χ2Tabel, maka data antar kelas mempunyai varians yang sama (homogen).
Pada analisis data awal juga diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,84 dan FTabel sebesar
1,97. Karena Fhitung<FTabel, maka rata-rata antar kelas tidak berbeda (tidak ada
perbedaan keadaan awal dari kesembilant kelas anggota populasi tersebut).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
cluster random sampling, karena telah memenuhi syarat populasi tersebut
berdistribusi normal dan kelas-kelas dalam populasi tersebut homogen, didukung
dengan adanya kesamaan rata-rata populasi. Dengan teknik cluster random
sampling diambil dua kelas secara acak dari populasi dengan cara pengundian.
Selanjutnya, dari hasil pengundian diperoleh kelas X 5 bertindak sebagai kelas
35
56. 41
eksperimen (collaborative learning berbantuan diagram vee) dan kelas X 7
sebagai kelas kontrol (pembelajaran konvensional).
Tabel 3.2 Data Hasil Uji Normalitas Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil
Kelas X 1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
2
χ hit 3,07 2,45 2,29 6,61 6,85 3,79 2,45 3,51 2,87
2
χ Tabel 7,81 7,81 7,81 7,81 7,81 7,81 7,81 7,81 7,81
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Dalam penelitian ini variable yang digunakan yaitu:
3.2.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian collaborative
learning berbantuan diagram vee materi hidrokarbon pada kelas
eksperimen.
3.2.2 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil keterampilan generik
pengamatan dan inferensi logika materi pokok Hidrokarbon siswa kelas X SMA
Negeri 1 Gombong yang dinyatakan dengan nilai tes keterampilan generik siswa
yang dinyatakan dengan nilai hasil pengisian diagram vee percobaan uji
keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon dan percobaan isomer
hidrokarbon dengan molymood. Penguasaan konsep atau hasil belajar yang
dinyatakan dari soal-soal keterampilan generik sains.
57. 42
3.3 Desain Penelitian
Tabel 3.3 Desain Penelitian
Kelas Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 Y T2
Keterangan:
X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan Collaborative Learning
berbantuan diagram vee
Y : Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode konvensional
T1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pre test
T2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pos test
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nama-nama siswa
yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini dan untuk memperoleh data nilai
ulangan harian SMA N 1 Gombong kelas X semester I pelajaran kimia yang akan
digunakan untuk uji normalitas data awal, uji homogenitas data awal dan analisis
varian.
3.4.2 Metode Observasi
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
kemampuan ranah afektif dan psikomotorik siswa dilakukan dengan membuat
lembar pengamatan. Kemampuan afektif siswa diamati setiap pembelajaran dan
kemampuan psikomotorik siswa diamati ketika siswa melakukan percobaan uji
keberadaan unsure C dan H dalam senyawa karbon dan percobaan isomer
hidrokarbon menggunakan molymood. Dalam lembar pengamatan ini