SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Definisi Syariat Islam 
Kata syariat Islam merupakan pengindonesiaan dari kata 
Arab, yakni as-syairi’ah al-Islamiyyah. Secara 
etimologis, kata as-syari’ah mempunyai konotasi 
masyar’ah al-ma’ (sumber air minum). Orang Arab tidak 
menyebut sumber tersebut airnya melimpah dan tidak 
pernah kering. Dalam bahasa Arab, syara’a berartiu 
nahaja (menempuh), awdhaha (menjelaskan), dan 
bayyana al-masalik (menunjukkan jalan). Syara’a lahun-yasyra’u- 
syar’an berarti sanna (menetapkan). Syariat 
dapat juga berarti madzhab (mazhab) dan thariqah 
mustaqimah (jalan luru). 
Dalam istilah syariat sendiri, syari’ah berarti agama yang 
ditetapkan oleh Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya 
yang terdiri dari berbagai hukum dan ketentuan yang 
beragam. Hukum-hukum dan ketentuan tersebut disebut 
syariat karena memiliki konsistensi atau kesamaan 
dengan sumber air minum yang menjadi sumber 
kehidupan bagi makhluk hidup. Dengan demikian, 
syariat dan agama mempunyai konotasi yang sama, yaitu 
berbagai ketentuan dan hukum yang ditetapkan oleh 
Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya. 
Sementara itu, kata al-Islam (Islam), secara etimologis 
mempunyai konotasi inqiyad (tunduk) dan istislam li 
Allah (berserah diri kepada Allah). Istilah tersebut 
selanjutnya dikhususkan untuk menunjuk agama yang 
disyariatkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. 
Dalam konteks inilah, Allah menyatakan kata Islam 
sebagaimana termaktub dalam firman-Nya: 
Hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama 
kalian, mencukupkan nikmat-Ku atas kalian, dan 
meridhai Islam sebagaimana agama bagi kalian. 
Karena itu, secara syar’i, Islam adalah agama yang 
diturunkan oleh Allah SWT kepada junjungan kita, 
Muhammad SAW., untuk mengatur hubungan manusia 
dengan Penciptanya, dirinya sendiri, dan sesamanya. 
Hubungan manusia dengan Penciptanya meliputi 
masalah akidah dan ibadah; hubungan manusia dengan 
dirinya sendiri meliputi akhlak, makanan, dan pakaian; 
hubungan manusia dengan sesamanya meliputi muamalat 
dan persanksian. 
Dengan demikian syariat Islam merupakan ketentuan dan 
hukum yang ditetapkan oleh Allah atas hamba-hamba- 
Nya yang diturunkan melalui Rasul-Nya, Muhammad 
SAW, untuk mengatur hubungan manusia dengan 
Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dan dengan 
sesamanya. Artinya, cakupan syariat Islam meliputih 
akidah dan syariat. Dengan kata lain, syariat Islam bukan 
hanya mengatur seluruh aktivitas fisik manusia (af’al al-qalb) 
yang biasa disebut dengan akidah Islam. Karena 
itu, syariat Islam tidak dapat dipresentasikan oleh 
sebagian ketentuan Islam dalam masalah hudud (seperti 
hukum rajam, hukum potong tangan, dan sebagainya). 
Apalagi oleh keberadaan sejumlah lembaga ekonomi 
yang menjamur saat ini semisal bank syariah, asuransi 
syariah, reksadana syariah, dan sebagainya. 
Ruang Lingkup Syariat Islam 
Perkara yang berkaitan dengan ibadah terbagi menjadi 
dua bagian, yaitu ibadah Khas dan ibadah Umum. Ibadah 
Khas adalah merupakan ibadah yang tata cara 
pelaksanaan dan ketentuan syarat sahnya terdapat 
petunjuk nash baik dalam al-Qur’an dan Hadits. 
Sementara aspek Ibadah Umum atau ibadah umum 
adalah ibadah yang tata cara pelaksanaan dan ketentuan 
atau syarat sahnya tidak terdapat secara rinci dalam nash. 
Perkara yang berkaitan dengan ibadah Khusus itu seperti 
ibadah sholat, puasa, zakat, dan haji sementara perkara 
yang berkaitan dengan ibadah umum adalah keseluruhan 
amaliyah yang menyangkut kehidupan manusia yang 
mencakup antara lain. 
1. Ahkamul Akhwal Syakshiah yaitu hukum-hukum 
yang mengatur hubungan rumah tangga, dalam Al- 
Qur’an terdapat sekitar 70 ayat yang membahas 
masalah ini. 
2. Al-Ahkamul Madaniyah yaitu hukum-hukum yang 
mengatur transaksi ekonomi sesama anggota 
masyarakat, seperti jual beli, pegadaian, sewa 
menyewa, hutang piutang, syirkah dan seterusnya. 
Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 70 ayat yang 
membahas masalah ini. 
3. Al-Ahkamul Jinaiyah (hukum-hukum pidanan), 
mengatur segala hal-hal yang berkaitan dengan 
tindak pidana kejahatan serta hukumannya. Dalam 
Al-Qur’an terdapat 30 ayat yang membahas masalah 
ini. 
4. Al Ahkamul Dusturiyah (hukum ketatanegaraan); 
mengatur mekanisme penyelenggaraan negara 
berikut hubungan antara penguasa dan rakyat. 
Dalam Al-Quran terdapat sekitar 10 ayat yang 
membahas masalah ini. 
5. Ahkamul Murafa’at (hukum perdata); mengatur hal-hal 
yang berkaitan dengan dunia peradilan, 
kesaksian dan sumpah. Dalam Al-Qur’an terdapat 
sekitar 13 ayat yang membahas ini. 
6. Al Ahkamul Iqtishodiyah wal Maliyah (ekonomi 
dan moneter); mengatur pendapatan dan belanja 
negara serta interaksi antara kaum kaya dan miskin 
serta negara dan warga negara dalam masalah 
ekonomi. Dalam Al-Qur’an terdapat 10 ayat yang 
membahas masalah ini.
7. Al Ahkam Ad Duwaliyah : mengatur hubungan 
antara negara Islam dengan negara lain dan 
hubungan negara dengan warga negara kafir dzimmi 
dalam negara islam. Dalam Al-Qur’an terdapat 
sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini. 
8. [Tarikhu Al Tasyri’ Al Islami hal 84-86, Al 
Madkhal Ila Dirasati Syari’ah Islamiyah hal. 49-53 
dan 156-158, Ilmu Ushulil Fiqhi hal. 32-33] 
Sementara itu, peraturan atau sistem kehidupan Islam 
merupakan kumpulan ketentuan yang mengatur seluruh 
urusan manusia, baik yang berkaitan dengan ubudiah, 
akhlak, makanan, pakaian, muamalat, maupun 
persanksian. Tentu saja, untuk bisa disebut sistem Islam, 
ia harus digali dari dalil-dalil tafshili (rinci); baik yang 
bersumber dari al-Quran, Hadits Nabi, Ijma Sahabat 
maupun Qiyas. 
Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Hukum 
Islam 
A. Masa Nabi Muhammad (610 M – 632 M). 
Agama islam sebagai “induk” hukum islam 
muncul semenanjung Arab. Daerah yang sangat panas, 
penduduknya selalu berpindah-pindah dan alam yang 
begitu keras memberntuk manusia-manusia yang 
individualistis serta hidup dalam klen-klen yang disusun 
berdasarkan berdasarkan garis Patrilineal, yang saling 
bertentangan. Ikatan anggota klen berdasarkan pertalian 
darah dan pertalian adat. Susunan klen yang demikian 
menuntut kesetiaan mutlak para anggotanya. 
Oleh karena itu Nabi Muhammad setelah pindah 
atau hijrah dari Mekah ke Madinah,dianggap telah 
memutuskan hubungan dengan klen yang asli, karena itu 
pula diperangi oleh anggota klen asalnya. Pada masa ini, 
kedudukan Nabi Muhammad sangat penting, terutama 
bagi ummat islam. Pengakuan terhadap Tuhan Yang 
Maha Esa tidaklah lengkap bagi seorang muslim tanpa 
pengakuan terhadap kerasulan Nabi Muhammad. 
Konsekuensinya ummat islam harus mengikuti 
firman–firman Tuhan yang terdapat dalam al-Qur’an dan 
sunnah Nabi Muhammad yang dicatat dalam kitab-kitab 
hadist. Melalui wahyuNya Allah menegaskan posisi 
Muhammad dalam rangka agama islam, yaitu : 
1. Kami mengutus Nabi Muhammad sebagai untuk 
menjadi rahmat bagi alam semesta (Q.s.21:107). 
2. Hai orang-orang yang beriman, ikutilah Allah dan 
ikutilah RasulNya (Q.s.4:59). 
3. Barang siapa yang taat kepada Rasul berarti taat 
kepada Allah (Q.s.4:80). 
4. Pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik 
(Q.s.33:21). 
Waktu Nabi Muhammad masih hidup tugas untuk 
mengembangkan dan menafsirkan hukum itu terletak 
pada diri beliau sendiri, melalui ucapan, perbuatan, sikap 
diam yang disebut sunnah. Dengan mempergunakan Al 
Qur’an sebagai norma dasar Nabi Muhammad SAW 
memecahakan setiap masalah yang timbul pada masanya 
dengan sebaik-baiknya 
B. Masa Khulafaur Rasyidin ( 632 M – 662 M ). 
Dengan wafatnya nabi Muhammad, maka 
berhentilah wahyu yang turun dan demikian halnya 
dengan sunnah. Kedudukan Nabi Muhammad sebagi 
ututsan Tuhan tidak mungkin tegantikan, tetapi tugas 
beliau sebagai pemimpin masyarakat Islam dan kepala 
Negara harus dilanjutkan oleh seorang khalifah dari 
kalangan sahabat Nabi. 
Tugas utama seorang khalifah adalah menjaga 
kesatuan umat dan pertahanan Negara. Memiliki hak 
memaklumkan perang dan membangun tentara untuk 
menajaga keamanan dan batas Negara, menegakkan 
keadilan dan kebenaran,berusaha agar semua lembaga 
Negara memisahakan antara yang baik dan tidak baik, 
melarang hal-hal yang tercela menurut Al Qur’an, 
mengawaasi jalannya pemerintahan, menarik pajak 
sebagai sumber keuangan Negara dan tugas 
pemerintahan lainnya. 
Khalifah yang pertama dipilih yaitu Abu Bakar 
Siddiq. Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin sangat 
penting dilihat dari perkembangan hukum Islam karena 
dijadikan model atau contoh digenerasi-generasi 
berikutnya. 
Pada masa pemerintahan Abu Bakar Siddiq 
dibentuk panitia khusus yang bertugas mengumpulkan 
catatan ayat-ayat Qur’an yang telah ditulis dijaman Nabi 
pada bahan-bahan darurat seperti pelepah kurma dan 
tulang-tulang unta dan menghimpunnya daam satu 
naskah. Khalifah kedua yaitu Umar Bin Khatab yang 
melanjutkan usaha Abu Bakar meluaskan daerah 
Islam sampai ke Palestina, Sirya, Irak dan Persia. Contoh 
ijthad Umar adalah menurut (Q.s.5:38) orang yang 
mencuri, diancam dengan hukuman potong tangan. 
Dimasa pemerintahan Umar terjadi kelaparan dalam 
masyarakat disemenanjung Arabia, dalam keadaan itu 
ancaman terhadap pencuri tersebut tidak dilaksanakan 
oleh khalifah Umar berdasarkan pertimbangan keadaan 
darurat dan kemaslahatan jiwa masyarakat. 
Selanjutnya pada pemilihan khalifah, Usman 
menggantikan Umar. Pada masa pemerintahan ini terjadi 
nepotisme karena kelemahannya. Dimasa 
pemerintahanya perluasan daerah Islam diteruskan ke 
barat sampai ke Maroko, ke timur menuju India dan 
keutara bergerak keraha konstantinopel. Usman 
menyalin dan membuat Al Qur’an standar yang disebut 
modifikasi al Qur’an. Setelah Usman meninggal dunia
yang mengantikan adalah Ali Bin Abi Thalib yang 
merupakan menantu dan keponakan Nabi Muhammad. 
Semasa pemerintahanya Ali tidak dapat berbuat 
banyak untuk mengembangkan hukum Islam karena 
keadaan Negara tidak stabil. Tumbuh bibit-bibit 
perpecahan yang serius dalam tubuh umat Islam, yang 
bermuara pada perang saudara yang kemudian 
menimbulkan kelompok-kelompok. 
C. Masa Pembinaan, Pengembangan dan Pembukuan 
(Abad VII-X M) 
Dimasa ini lahir para ahli hukum Islam yang 
menemukan dan merumuskan garis-garis suci islam, 
muncul berbagai teori yang masih dianut dan digunakan 
oleh umat islam sampai sekarang. Banyak faktor yang 
memungkinkan pembinaan dan pengembangan pada 
periode ini, yaitu : 
a. Wilayah islam sudah sangat luas, tinggal berbagai 
suku bangsa dengan asal usul, adat istiadat dan 
berbagai kepentingan yang berbeda. Untuk dapat 
menentukan itu maka ditentukanlah kaidah atau 
norma bagi suatu perbuatan tertentu guna 
memecahkan suatu masalah yang timbul dalam 
masyarakat. 
b. Telah ada karya-karya tentang hukum yang 
digunakan sebagai bahan untuk membangun serta 
mengembangkan hukum fiqih Islam. 
c. Telah ada para ahli yang mampu berijtihad 
memecahkan berbagai masalah hukum dalam 
masyarakat. Selain Perkembangan pemikiran hukum 
pada periode ini lahir penilaian mengenai baik 
buruknya mengenai perbuatan yang dilakukan oleh 
manusia yang terkenal dengan al-ahkam al-khamsah 
D. Masa Kelesuan Pemikiran (Abad X-XI-XIX M). 
Pada masa ini ahli hukum tidak lagi menggali 
hukum fiqih Islam dari sumbernya yang asli tapi hanya 
sekedar mengikuti pendapat-pendapat yang telah ada 
dalam mashabnya masing-masing. Yang menjadi ciri 
umum pemikiran hukum dalam masa ini adalah para ahli 
hukum tidak lagi memusatkan usahanya untuk 
memahami prinsip-prinsip atau ayat-ayat hukum yang 
terdapat pada Al Qur’an dan sunah, tetapi pikirannya 
ditumpukan pada pemahaman perkataan-perkataan, 
pikiran-pikiran hukum para imamnya saja. 
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran atau 
kelesuan hukum islam dimasa itu adalah ; 
1. Kesatuan wilayah islam yang luas telah retak dengan 
munculnya beberapa Negara baru. 
2. Ketidakstabilan politik. 
3. Pecahnya kesatuan kenegaraan atau pemerintahan 
menyebabkan merosotnya kewibawaan 
pengendalian perkembangan hukum. 
4. Gejala kelesuan berfikir timbul dimana-mana 
dengan demikian perkembangan hukum Islam pada 
periode ini menjadi lesu 
E. Masa Kebangkitan Kembali ( Abad XIX sampai 
sekarang ). 
Setelah mengalami kelesuan dalam beberapa abad 
lamanya, pemikiran Islam telah bangkit kembali, timbul 
sebagai reaksi terhadap sikap taqlid tersebut yang telah 
membawa kemunduran hukum islam. Pada abad ke XIV 
telah timbul seorang mujtahid besar yang 
menghembuskan udara baru dalam perkembangan 
hukum Islam yang bernama Ibnu Taimiyyah dan 
muridnya Ibnu Qayyim al Jaujiyyah walau pola 
pemikiran mereka dilanjutkan pada abad ke XVII oleh 
Muhammad Ibnu Abdul Wahab yang terkenal dengan 
gerakan baru di antara gerakan-gerakan para ahli hukum 
yang menyarankan kembali kepada Al-Qur’an dan 
Sunnah. Gerakan ini oleh Prof. H. Muhammad Daud Ali, 
SH dalam bukunya. Hukum Islam, disebutkan sebagai 
gerakan Salaf (Salafiah) yang ingin kembali kepada 
kemurnian ajaran Islam di zaman salaf (permulaan), 
generasi awal dahulu. 
Sebetulnya kalau kita lihat dalam catatan sejarah 
perkembangan hukum Islam, sesungguhnya pada masa 
kemunduran itu sendiri telah telah muncul beberapa ahli 
yang ingin tetap melakukan ijtihad, untuk menampung 
dan mengatasi persoalan-persoalan dan perkembangan 
masyarakat. Sebagai contoh pada abad ke 14 telah lahir 
seorang mujtahid besar yang menghembuskan udara 
segar dan baru dalam dunia pemikiran agama dan 
hukum. Mujtahid besar tersebut adalah Ibnu Taimiyah 
(1263-1328) dan muridnya Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah 
(1292-1356). Pola pemikiran mereka dilanjutkan pada 
abad ke 17 oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab (1703- 
1787) yang terkenal dengan gerakan Wahabi yang 
mempunyai pengaruh pada gerakan Padri di 
Minangkabau (Indonesia). 
Hanya saja barangkali pemikiran-pemikiran 
hukum Islam yang mereka ijtihadkan khususnya Ibnu 
Taimiyah dan Ibnu Qoyyim, tidak menyebar luas kepada 
dunia Islam sebagai akibat dari kondisi dan situasi dunia 
Islam yang berada dalam kebekuan, kemunduran dan 
bahkan berada dalam cengkeraman orang lain, ditambah 
lagi dengan sarana dan prasarana penyebaran ide-ide 
seperti percetakan, media massa dan elektronik serta 
yang lain sebagainya tidak ada, padahal sesungguhnya 
ijtihad-ijtihad yang mereka hasilkan sangat berilian, 
menggelitik dan sangat berpengaruh bagi orang yang 
mendalaminya secara serius. 
Ijtihad-ijtihad besar yang dilakukan oleh kedua 
dan bahkan ketiga orang tersebut di atas, dilanjutkan 
kemudian oleh Jamaluddin Al-Afgani (1839-1897) 
terutama di lapangan politik. Jamaluddin Al-Afgani 
inilah yang memasyhurkan ayat Al-Qur’an :
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu 
bangsa kalau bangsa itu sendiri tidak (terlebih dahulu) 
berusaha mengubah nasibnya sendiri (Q.S. Ar-Ra’du 
(13) : 11). Ayat ini dipakainya untuk menggerakan 
kebangkitan ummat Islam yang pada umumnya dijajah 
oleh bangsa Barat pada waktu itu. Al-Afgani menilai 
bahwa kemunduran ummat Islam itu pada dasarnya 
adalah disebabkan penjajahan Barat. 
Oleh karena penyebab utama dari kemunduran itu 
adalah penjajahan Barat terhadap dunia Islam, maka Al- 
Afgani berpendapat bahwa agar ummat Islam dapat maju 
kembali, maka penyebab utamanya itu yang dalam hal 
ini adalah penjajahan Barat harus dilenyapkan terlebih 
dahulu. Untuk itulah maka Al-Afgani menelorkan ide 
monumentalnya yang sangat terkenal sampai dengan saat 
ini, yaitu Pan Islamisme, artinya persatuan seluruh 
ummat Islam. 
Persoalannya sekarang adalah apakah pemikiran Al- 
Afgani tentang Pan Islamisme ini masih relevan sampai 
dengan saat ini ataukah tidak. Artinya apakah pemikiran 
Al-Afgani ini masih cocok untuk diterapkan dalam dunia 
Islam yang nota bene nasionalisme masing-masing 
negara sudah menguat dan mengental ditambah tidak 
seluruhnya negara-negara muslim negaranya berdasarkan 
Islam. Penulis menilai bahwa ide yang dilontarkan oleh 
Al-Afgani ini adalah relevan pada masanya, namun 
demikian masih perlu diterjemahkan ulang (diperbaharui 
substansinya) pada masa kini. Sebab menurut penulis 
persatuan dunia Islam sebagaimana layaknya sebuah 
negara Islam Internasional tidak memungkinkan untuk 
dilaksanakan lagi, tetapi persatuan ummat Islam dalam 
arti bersatu untuk memberantas pengaruh negatif dari 
negara-negara Barat dan adanya kesepakatan bersama 
untuk saling bantu membantu dalam memberantas 
kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan adalah 
sesuatu hal yang mutlak dan sangat diperlukan oleh 
dunia Islam saat ini. 
Cita-cita ataupun ide besar Al-Afgani tersebut 
mempengaruhi pemikiran Muhammad Abduh (1849- 
1905) yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya 
Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935). Pikiran-pikiran 
Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha 
mempengaruhi pemikiran ummat Islam di seluruh dunia. 
Di Indonesia, pikiran-pikiran Abduh ini sangat kental 
diikuti oleh antara lain Gerakan Sosial dan Pendidikan 
Muhammadiyah yang didirikan oleh K. H. Ahmad 
Dahlan di Yogyakarta tahun 1912. Hanya saja pikiran-pikiran 
Al-Afgani yanag diikuti oleh Gerakan Sosial dan 
Pendidikan Muhammadiyah itu lebih banyak pada 
substansi daripada konsep Pan Islamisme, bukan pada 
pendirian negara islam internasionalnya. 
Tujuan Syariat Islam 
Menurut buku “Syariah dan Ibadah” (Pamator 1999) 
yang disusun oleh Tim Dirasah Islamiyah dari 
Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang 
merupakan tujuan utama dari Syariat Islam, yaitu: 
1. Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din) 
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang 
yang tidak bertanggung-jawab yang hendak merusak 
aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam 
memberikan kebebasan untuk memilih agama, seperti 
ayat Al-Quran: 
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama 
(Islam)…” (QS Al-Baqarah [2]: 256). 
Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan 
terciptanya rahmatan lil’alamin, maka Allah SWT telah 
membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat 
musyrik dan murtad: 
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa 
syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari 
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. 
Barangsiapa yang mempesekutukan Allah, maka 
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS An- 
Nisaa [4]: 48). 
Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun 
murtad akan ditumpas. 
2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi) 
Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh 
sebab itu, diberlakukanlah hukum qishash yang 
merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang 
yang telah membunuh orang lain akan dibunuh, 
seseorang yang telah mencederai orang lain, akan 
dicederai, seseorang yang yang telah menyakiti orang 
lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan demikian 
seseorang akan takut melakukan kejahatan. Ayat Al- 
Quran menegaskan: 
“Hai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan 
kepadamu qishash (pembalasan) pada orang-orang yang 
dibunuh…” (QS Al-Baqarah [2]: 178). 
Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku 
dimaafkan oleh yang bersangkutan, atau daiat (ganti 
rugi) telah dibayarkan secara wajar. Ayat Al-Quran 
menerangkan hal ini: 
“Barangsiapa mendapat pemaafan dari saudaranya, 
hendaklah mengikuti cara yang baik dan hendaklah 
(orang yang diberi maaf) membayar diat kepada yang 
memberi maaf dengan cara yang baik (pula)” (QS Al- 
Baqarah [2]: 178). 
Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan 
tertanggulani karena para calon pembunuh akan berpikir 
ulang untuk membunuh karena nyawanya sebagai
taruhannya. Dengan begitu, jiwa orang beriman akan 
terpelihara. 
3. Memelihara akal (Hifzh al-’aqli) 
Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam 
amatlah penting. Akal manusia dibutuhkan untuk 
memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah 
(sunnatullah) menuju manusia kamil. Salah satu cara 
yang paling utama dalam memelihara akan adalah 
dengan menghindari khamar (minuman keras) dan judi. 
Ayat-ayat Al-Quran menjelaskan sebagai berikut: 
“Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) 
mengenai khamar (minuman keras) dan judi. 
Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar 
dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa kedua-duanya 
lebih besar dari manfaatnya.” (QS Al-Baqarah 
[2]: 219). 
Syariat Islam akan memelihara umat manusia dari dosa 
bermabuk-mabukan dan dosa perjudian. 
4. Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli) 
Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan 
mengharamkan zina. Didalam Syariat Islam telah jelas 
ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja 
yang tidak boleh dinikahi. Al-Quran telah mengatur hal-hal 
ini: 
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, 
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak 
yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun 
dia menarik hatimu.” (QS Al-Baqarah [2]: 221). 
“Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah 
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan 
janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah 
kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu 
beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah 
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh 
sekumpulan dari orang-orang yang beriman.” (QS An- 
Nur [24]: 2). 
Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik 
(dengan cambuk) dan emosional (dengan disaksikan 
banyak orang) agar para pezina bertaubat. 
5. Memelihara harta benda (Hifzh al-mal) 
Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta 
benda akan merasa lebih aman, karena Islam mengenal 
hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki. Seperti 
yang tertulis di dalam Al-Quran: 
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, 
potonglah tangan keduanya (sebagaimana) pembalasan 
bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari 
Allah. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana” 
(QS Al-Maidah [5]: 38). 
Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. 
Ada batasan tertentu dan alasan yang sangat kuat 
sebelum diputuskan. Jadi bukan berarti orang mencuri 
dengan serta merta dihukum potong tangan. Dilihat dulu 
akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya. 
Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil 
beberapa butir buah untuk mengganjal laparnya, tentunya 
tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan para 
koruptor yang sengaja memperkaya diri dengan 
menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman berat 
sudah pasti buatnya. Dengan demikian Syariat Islam 
akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib 
masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian.

More Related Content

What's hot

Akhlak Tercela power point
Akhlak Tercela power pointAkhlak Tercela power point
Akhlak Tercela power point
sknramadhaniah
 

What's hot (20)

Ukhuwah islamiyah
Ukhuwah islamiyahUkhuwah islamiyah
Ukhuwah islamiyah
 
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat UangFiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
 
PAI ppt
PAI pptPAI ppt
PAI ppt
 
Riya, sum’ah, ujub dan takabur adalah
Riya, sum’ah, ujub dan takabur adalahRiya, sum’ah, ujub dan takabur adalah
Riya, sum’ah, ujub dan takabur adalah
 
Kajian Peradaban Islam
Kajian Peradaban IslamKajian Peradaban Islam
Kajian Peradaban Islam
 
Konsep hari akhir
Konsep hari  akhirKonsep hari  akhir
Konsep hari akhir
 
Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Amar Ma'ruf Nahi MunkarAmar Ma'ruf Nahi Munkar
Amar Ma'ruf Nahi Munkar
 
Power ikhlas bsi
Power ikhlas bsiPower ikhlas bsi
Power ikhlas bsi
 
Utsman bin affan
Utsman bin affanUtsman bin affan
Utsman bin affan
 
Muawiyah bin abu sufyan
Muawiyah bin abu sufyanMuawiyah bin abu sufyan
Muawiyah bin abu sufyan
 
HIJRAH: Berubah, Berpindah, Change, Inovasi
HIJRAH: Berubah, Berpindah, Change, InovasiHIJRAH: Berubah, Berpindah, Change, Inovasi
HIJRAH: Berubah, Berpindah, Change, Inovasi
 
Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusiaAkhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusia
 
02.1 PENGANTAR AQIDAH PENGUSAHA MUSLIM
02.1 PENGANTAR AQIDAH PENGUSAHA MUSLIM02.1 PENGANTAR AQIDAH PENGUSAHA MUSLIM
02.1 PENGANTAR AQIDAH PENGUSAHA MUSLIM
 
Akhlak Tercela power point
Akhlak Tercela power pointAkhlak Tercela power point
Akhlak Tercela power point
 
Keutamaan Membaca al Qur’an
Keutamaan Membaca al Qur’anKeutamaan Membaca al Qur’an
Keutamaan Membaca al Qur’an
 
Macam-Macam Sunnah Nabi saw
Macam-Macam Sunnah Nabi sawMacam-Macam Sunnah Nabi saw
Macam-Macam Sunnah Nabi saw
 
PPT 2 KONDISI ARAB PRA ISLAM.pdf
PPT 2 KONDISI ARAB PRA ISLAM.pdfPPT 2 KONDISI ARAB PRA ISLAM.pdf
PPT 2 KONDISI ARAB PRA ISLAM.pdf
 
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTMenutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
 
Masa kejayaan islam ppt
Masa kejayaan islam  pptMasa kejayaan islam  ppt
Masa kejayaan islam ppt
 
Wanita dalam Islam
Wanita dalam IslamWanita dalam Islam
Wanita dalam Islam
 

Viewers also liked

Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Jingga Matahari
 
Taylor rita
Taylor ritaTaylor rita
Taylor rita
Rita_E
 
Demografi profil gampong kulu
Demografi profil gampong kuluDemografi profil gampong kulu
Demografi profil gampong kulu
Arya Ningrat
 
Lan presentation ed tech 541
Lan presentation ed tech 541Lan presentation ed tech 541
Lan presentation ed tech 541
amybass
 

Viewers also liked (16)

Moralitas
MoralitasMoralitas
Moralitas
 
Syariah dan ilmu fiqh
Syariah dan ilmu fiqhSyariah dan ilmu fiqh
Syariah dan ilmu fiqh
 
Syariah,fikih dan hukum islam
Syariah,fikih dan hukum islamSyariah,fikih dan hukum islam
Syariah,fikih dan hukum islam
 
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Dapodik ltj 1
Dapodik  ltj 1Dapodik  ltj 1
Dapodik ltj 1
 
Fathers day
Fathers dayFathers day
Fathers day
 
A Global Marketer's Guide to Privacy
A Global Marketer's Guide to PrivacyA Global Marketer's Guide to Privacy
A Global Marketer's Guide to Privacy
 
Taylor rita
Taylor ritaTaylor rita
Taylor rita
 
Catalog of prime-industrial-components
Catalog of prime-industrial-componentsCatalog of prime-industrial-components
Catalog of prime-industrial-components
 
http://chiropractor.invalparaisolocalarea.com/
http://chiropractor.invalparaisolocalarea.com/http://chiropractor.invalparaisolocalarea.com/
http://chiropractor.invalparaisolocalarea.com/
 
Cisco 2014 Midyear Security Report
Cisco 2014 Midyear Security ReportCisco 2014 Midyear Security Report
Cisco 2014 Midyear Security Report
 
Cơ hội kinh doanh cùng qnet việt nam
Cơ hội kinh doanh cùng qnet việt namCơ hội kinh doanh cùng qnet việt nam
Cơ hội kinh doanh cùng qnet việt nam
 
Catalog of prime-industrial-components
Catalog of prime-industrial-componentsCatalog of prime-industrial-components
Catalog of prime-industrial-components
 
Demografi profil gampong kulu
Demografi profil gampong kuluDemografi profil gampong kulu
Demografi profil gampong kulu
 
Lan presentation ed tech 541
Lan presentation ed tech 541Lan presentation ed tech 541
Lan presentation ed tech 541
 

Similar to Definisi syariat islam

Definisi syariat islam 1
Definisi syariat islam 1Definisi syariat islam 1
Definisi syariat islam 1
Arya Ningrat
 
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zamanKarakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Andi Mutmainnah Salam
 
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptxPertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
FauziahNurHutauruk
 
Hadist sebagai ajaran islam
Hadist sebagai ajaran islamHadist sebagai ajaran islam
Hadist sebagai ajaran islam
Remaja Sufi
 

Similar to Definisi syariat islam (20)

Definisi syariat islam 1
Definisi syariat islam 1Definisi syariat islam 1
Definisi syariat islam 1
 
Bab i, ii, iii
Bab i, ii, iiiBab i, ii, iii
Bab i, ii, iii
 
Bab i, ii, iii
Bab i, ii, iiiBab i, ii, iii
Bab i, ii, iii
 
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zamanKarakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
 
hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)
 
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptxPertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
 
Hadist sebagai ajaran islam
Hadist sebagai ajaran islamHadist sebagai ajaran islam
Hadist sebagai ajaran islam
 
Memahami Islam Secara Komprehensif
Memahami Islam Secara KomprehensifMemahami Islam Secara Komprehensif
Memahami Islam Secara Komprehensif
 
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’isumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
 
PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAMPAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
 
Tarikh tasyrik 1
Tarikh tasyrik 1Tarikh tasyrik 1
Tarikh tasyrik 1
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islamSumber hukum islam
Sumber hukum islam
 
Usul 20-hassan al-banna..
Usul 20-hassan al-banna..Usul 20-hassan al-banna..
Usul 20-hassan al-banna..
 
Bab 1 qh semester 1
Bab 1 qh semester 1Bab 1 qh semester 1
Bab 1 qh semester 1
 
BAB 1 QURDITS
BAB 1 QURDITSBAB 1 QURDITS
BAB 1 QURDITS
 
Tasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_sawTasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_saw
 
Studi hukum islam
Studi hukum islam Studi hukum islam
Studi hukum islam
 
Kerangka dasar ajaran islam
Kerangka dasar ajaran islamKerangka dasar ajaran islam
Kerangka dasar ajaran islam
 
Studi hukum islam kel.2hhhh
Studi hukum islam kel.2hhhhStudi hukum islam kel.2hhhh
Studi hukum islam kel.2hhhh
 
Materi Pra Murakkazah.pdf
Materi Pra Murakkazah.pdfMateri Pra Murakkazah.pdf
Materi Pra Murakkazah.pdf
 

More from Arya Ningrat

More from Arya Ningrat (20)

Jawaban terbaik
Jawaban terbaikJawaban terbaik
Jawaban terbaik
 
Biografi pahlawan
Biografi pahlawanBiografi pahlawan
Biografi pahlawan
 
Bab i evaluasi keperawatan
Bab i evaluasi keperawatanBab i evaluasi keperawatan
Bab i evaluasi keperawatan
 
Teori 2
Teori 2Teori 2
Teori 2
 
P169qr3h8vtk29t7oj1dokqk5 2
P169qr3h8vtk29t7oj1dokqk5 2P169qr3h8vtk29t7oj1dokqk5 2
P169qr3h8vtk29t7oj1dokqk5 2
 
Kebutuhan fisik ibu hamil pada trimester i 2
Kebutuhan fisik ibu hamil pada trimester i 2Kebutuhan fisik ibu hamil pada trimester i 2
Kebutuhan fisik ibu hamil pada trimester i 2
 
Kebutuhan fisik ibu hamil pada trimester i 2
Kebutuhan fisik ibu hamil pada trimester i 2Kebutuhan fisik ibu hamil pada trimester i 2
Kebutuhan fisik ibu hamil pada trimester i 2
 
Hipertensi 2
Hipertensi 2Hipertensi 2
Hipertensi 2
 
Diagnosis kehamilan 1
Diagnosis kehamilan 1Diagnosis kehamilan 1
Diagnosis kehamilan 1
 
Bab 1 nifas 2
Bab 1 nifas 2Bab 1 nifas 2
Bab 1 nifas 2
 
Bab 1 nifas 2
Bab 1 nifas 2Bab 1 nifas 2
Bab 1 nifas 2
 
Askep anemia 1
Askep anemia 1Askep anemia 1
Askep anemia 1
 
referat-papp-a-dr-bambang
 referat-papp-a-dr-bambang referat-papp-a-dr-bambang
referat-papp-a-dr-bambang
 
Sistem pengelohan data nikah pada kua kota juang
Sistem pengelohan data nikah pada kua kota juangSistem pengelohan data nikah pada kua kota juang
Sistem pengelohan data nikah pada kua kota juang
 
Sampul sasaran kerja pegawai
Sampul sasaran kerja pegawaiSampul sasaran kerja pegawai
Sampul sasaran kerja pegawai
 
Roster nurul walidaini
Roster nurul walidainiRoster nurul walidaini
Roster nurul walidaini
 
Roster 2
Roster 2Roster 2
Roster 2
 
Roster
RosterRoster
Roster
 
Rizkan 2
Rizkan 2Rizkan 2
Rizkan 2
 
Rizkan
RizkanRizkan
Rizkan
 

Definisi syariat islam

  • 1. Definisi Syariat Islam Kata syariat Islam merupakan pengindonesiaan dari kata Arab, yakni as-syairi’ah al-Islamiyyah. Secara etimologis, kata as-syari’ah mempunyai konotasi masyar’ah al-ma’ (sumber air minum). Orang Arab tidak menyebut sumber tersebut airnya melimpah dan tidak pernah kering. Dalam bahasa Arab, syara’a berartiu nahaja (menempuh), awdhaha (menjelaskan), dan bayyana al-masalik (menunjukkan jalan). Syara’a lahun-yasyra’u- syar’an berarti sanna (menetapkan). Syariat dapat juga berarti madzhab (mazhab) dan thariqah mustaqimah (jalan luru). Dalam istilah syariat sendiri, syari’ah berarti agama yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang terdiri dari berbagai hukum dan ketentuan yang beragam. Hukum-hukum dan ketentuan tersebut disebut syariat karena memiliki konsistensi atau kesamaan dengan sumber air minum yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Dengan demikian, syariat dan agama mempunyai konotasi yang sama, yaitu berbagai ketentuan dan hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya. Sementara itu, kata al-Islam (Islam), secara etimologis mempunyai konotasi inqiyad (tunduk) dan istislam li Allah (berserah diri kepada Allah). Istilah tersebut selanjutnya dikhususkan untuk menunjuk agama yang disyariatkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam konteks inilah, Allah menyatakan kata Islam sebagaimana termaktub dalam firman-Nya: Hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian, mencukupkan nikmat-Ku atas kalian, dan meridhai Islam sebagaimana agama bagi kalian. Karena itu, secara syar’i, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada junjungan kita, Muhammad SAW., untuk mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya, dirinya sendiri, dan sesamanya. Hubungan manusia dengan Penciptanya meliputi masalah akidah dan ibadah; hubungan manusia dengan dirinya sendiri meliputi akhlak, makanan, dan pakaian; hubungan manusia dengan sesamanya meliputi muamalat dan persanksian. Dengan demikian syariat Islam merupakan ketentuan dan hukum yang ditetapkan oleh Allah atas hamba-hamba- Nya yang diturunkan melalui Rasul-Nya, Muhammad SAW, untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dan dengan sesamanya. Artinya, cakupan syariat Islam meliputih akidah dan syariat. Dengan kata lain, syariat Islam bukan hanya mengatur seluruh aktivitas fisik manusia (af’al al-qalb) yang biasa disebut dengan akidah Islam. Karena itu, syariat Islam tidak dapat dipresentasikan oleh sebagian ketentuan Islam dalam masalah hudud (seperti hukum rajam, hukum potong tangan, dan sebagainya). Apalagi oleh keberadaan sejumlah lembaga ekonomi yang menjamur saat ini semisal bank syariah, asuransi syariah, reksadana syariah, dan sebagainya. Ruang Lingkup Syariat Islam Perkara yang berkaitan dengan ibadah terbagi menjadi dua bagian, yaitu ibadah Khas dan ibadah Umum. Ibadah Khas adalah merupakan ibadah yang tata cara pelaksanaan dan ketentuan syarat sahnya terdapat petunjuk nash baik dalam al-Qur’an dan Hadits. Sementara aspek Ibadah Umum atau ibadah umum adalah ibadah yang tata cara pelaksanaan dan ketentuan atau syarat sahnya tidak terdapat secara rinci dalam nash. Perkara yang berkaitan dengan ibadah Khusus itu seperti ibadah sholat, puasa, zakat, dan haji sementara perkara yang berkaitan dengan ibadah umum adalah keseluruhan amaliyah yang menyangkut kehidupan manusia yang mencakup antara lain. 1. Ahkamul Akhwal Syakshiah yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan rumah tangga, dalam Al- Qur’an terdapat sekitar 70 ayat yang membahas masalah ini. 2. Al-Ahkamul Madaniyah yaitu hukum-hukum yang mengatur transaksi ekonomi sesama anggota masyarakat, seperti jual beli, pegadaian, sewa menyewa, hutang piutang, syirkah dan seterusnya. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 70 ayat yang membahas masalah ini. 3. Al-Ahkamul Jinaiyah (hukum-hukum pidanan), mengatur segala hal-hal yang berkaitan dengan tindak pidana kejahatan serta hukumannya. Dalam Al-Qur’an terdapat 30 ayat yang membahas masalah ini. 4. Al Ahkamul Dusturiyah (hukum ketatanegaraan); mengatur mekanisme penyelenggaraan negara berikut hubungan antara penguasa dan rakyat. Dalam Al-Quran terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini. 5. Ahkamul Murafa’at (hukum perdata); mengatur hal-hal yang berkaitan dengan dunia peradilan, kesaksian dan sumpah. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 13 ayat yang membahas ini. 6. Al Ahkamul Iqtishodiyah wal Maliyah (ekonomi dan moneter); mengatur pendapatan dan belanja negara serta interaksi antara kaum kaya dan miskin serta negara dan warga negara dalam masalah ekonomi. Dalam Al-Qur’an terdapat 10 ayat yang membahas masalah ini.
  • 2. 7. Al Ahkam Ad Duwaliyah : mengatur hubungan antara negara Islam dengan negara lain dan hubungan negara dengan warga negara kafir dzimmi dalam negara islam. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini. 8. [Tarikhu Al Tasyri’ Al Islami hal 84-86, Al Madkhal Ila Dirasati Syari’ah Islamiyah hal. 49-53 dan 156-158, Ilmu Ushulil Fiqhi hal. 32-33] Sementara itu, peraturan atau sistem kehidupan Islam merupakan kumpulan ketentuan yang mengatur seluruh urusan manusia, baik yang berkaitan dengan ubudiah, akhlak, makanan, pakaian, muamalat, maupun persanksian. Tentu saja, untuk bisa disebut sistem Islam, ia harus digali dari dalil-dalil tafshili (rinci); baik yang bersumber dari al-Quran, Hadits Nabi, Ijma Sahabat maupun Qiyas. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Hukum Islam A. Masa Nabi Muhammad (610 M – 632 M). Agama islam sebagai “induk” hukum islam muncul semenanjung Arab. Daerah yang sangat panas, penduduknya selalu berpindah-pindah dan alam yang begitu keras memberntuk manusia-manusia yang individualistis serta hidup dalam klen-klen yang disusun berdasarkan berdasarkan garis Patrilineal, yang saling bertentangan. Ikatan anggota klen berdasarkan pertalian darah dan pertalian adat. Susunan klen yang demikian menuntut kesetiaan mutlak para anggotanya. Oleh karena itu Nabi Muhammad setelah pindah atau hijrah dari Mekah ke Madinah,dianggap telah memutuskan hubungan dengan klen yang asli, karena itu pula diperangi oleh anggota klen asalnya. Pada masa ini, kedudukan Nabi Muhammad sangat penting, terutama bagi ummat islam. Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidaklah lengkap bagi seorang muslim tanpa pengakuan terhadap kerasulan Nabi Muhammad. Konsekuensinya ummat islam harus mengikuti firman–firman Tuhan yang terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad yang dicatat dalam kitab-kitab hadist. Melalui wahyuNya Allah menegaskan posisi Muhammad dalam rangka agama islam, yaitu : 1. Kami mengutus Nabi Muhammad sebagai untuk menjadi rahmat bagi alam semesta (Q.s.21:107). 2. Hai orang-orang yang beriman, ikutilah Allah dan ikutilah RasulNya (Q.s.4:59). 3. Barang siapa yang taat kepada Rasul berarti taat kepada Allah (Q.s.4:80). 4. Pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik (Q.s.33:21). Waktu Nabi Muhammad masih hidup tugas untuk mengembangkan dan menafsirkan hukum itu terletak pada diri beliau sendiri, melalui ucapan, perbuatan, sikap diam yang disebut sunnah. Dengan mempergunakan Al Qur’an sebagai norma dasar Nabi Muhammad SAW memecahakan setiap masalah yang timbul pada masanya dengan sebaik-baiknya B. Masa Khulafaur Rasyidin ( 632 M – 662 M ). Dengan wafatnya nabi Muhammad, maka berhentilah wahyu yang turun dan demikian halnya dengan sunnah. Kedudukan Nabi Muhammad sebagi ututsan Tuhan tidak mungkin tegantikan, tetapi tugas beliau sebagai pemimpin masyarakat Islam dan kepala Negara harus dilanjutkan oleh seorang khalifah dari kalangan sahabat Nabi. Tugas utama seorang khalifah adalah menjaga kesatuan umat dan pertahanan Negara. Memiliki hak memaklumkan perang dan membangun tentara untuk menajaga keamanan dan batas Negara, menegakkan keadilan dan kebenaran,berusaha agar semua lembaga Negara memisahakan antara yang baik dan tidak baik, melarang hal-hal yang tercela menurut Al Qur’an, mengawaasi jalannya pemerintahan, menarik pajak sebagai sumber keuangan Negara dan tugas pemerintahan lainnya. Khalifah yang pertama dipilih yaitu Abu Bakar Siddiq. Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin sangat penting dilihat dari perkembangan hukum Islam karena dijadikan model atau contoh digenerasi-generasi berikutnya. Pada masa pemerintahan Abu Bakar Siddiq dibentuk panitia khusus yang bertugas mengumpulkan catatan ayat-ayat Qur’an yang telah ditulis dijaman Nabi pada bahan-bahan darurat seperti pelepah kurma dan tulang-tulang unta dan menghimpunnya daam satu naskah. Khalifah kedua yaitu Umar Bin Khatab yang melanjutkan usaha Abu Bakar meluaskan daerah Islam sampai ke Palestina, Sirya, Irak dan Persia. Contoh ijthad Umar adalah menurut (Q.s.5:38) orang yang mencuri, diancam dengan hukuman potong tangan. Dimasa pemerintahan Umar terjadi kelaparan dalam masyarakat disemenanjung Arabia, dalam keadaan itu ancaman terhadap pencuri tersebut tidak dilaksanakan oleh khalifah Umar berdasarkan pertimbangan keadaan darurat dan kemaslahatan jiwa masyarakat. Selanjutnya pada pemilihan khalifah, Usman menggantikan Umar. Pada masa pemerintahan ini terjadi nepotisme karena kelemahannya. Dimasa pemerintahanya perluasan daerah Islam diteruskan ke barat sampai ke Maroko, ke timur menuju India dan keutara bergerak keraha konstantinopel. Usman menyalin dan membuat Al Qur’an standar yang disebut modifikasi al Qur’an. Setelah Usman meninggal dunia
  • 3. yang mengantikan adalah Ali Bin Abi Thalib yang merupakan menantu dan keponakan Nabi Muhammad. Semasa pemerintahanya Ali tidak dapat berbuat banyak untuk mengembangkan hukum Islam karena keadaan Negara tidak stabil. Tumbuh bibit-bibit perpecahan yang serius dalam tubuh umat Islam, yang bermuara pada perang saudara yang kemudian menimbulkan kelompok-kelompok. C. Masa Pembinaan, Pengembangan dan Pembukuan (Abad VII-X M) Dimasa ini lahir para ahli hukum Islam yang menemukan dan merumuskan garis-garis suci islam, muncul berbagai teori yang masih dianut dan digunakan oleh umat islam sampai sekarang. Banyak faktor yang memungkinkan pembinaan dan pengembangan pada periode ini, yaitu : a. Wilayah islam sudah sangat luas, tinggal berbagai suku bangsa dengan asal usul, adat istiadat dan berbagai kepentingan yang berbeda. Untuk dapat menentukan itu maka ditentukanlah kaidah atau norma bagi suatu perbuatan tertentu guna memecahkan suatu masalah yang timbul dalam masyarakat. b. Telah ada karya-karya tentang hukum yang digunakan sebagai bahan untuk membangun serta mengembangkan hukum fiqih Islam. c. Telah ada para ahli yang mampu berijtihad memecahkan berbagai masalah hukum dalam masyarakat. Selain Perkembangan pemikiran hukum pada periode ini lahir penilaian mengenai baik buruknya mengenai perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang terkenal dengan al-ahkam al-khamsah D. Masa Kelesuan Pemikiran (Abad X-XI-XIX M). Pada masa ini ahli hukum tidak lagi menggali hukum fiqih Islam dari sumbernya yang asli tapi hanya sekedar mengikuti pendapat-pendapat yang telah ada dalam mashabnya masing-masing. Yang menjadi ciri umum pemikiran hukum dalam masa ini adalah para ahli hukum tidak lagi memusatkan usahanya untuk memahami prinsip-prinsip atau ayat-ayat hukum yang terdapat pada Al Qur’an dan sunah, tetapi pikirannya ditumpukan pada pemahaman perkataan-perkataan, pikiran-pikiran hukum para imamnya saja. Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran atau kelesuan hukum islam dimasa itu adalah ; 1. Kesatuan wilayah islam yang luas telah retak dengan munculnya beberapa Negara baru. 2. Ketidakstabilan politik. 3. Pecahnya kesatuan kenegaraan atau pemerintahan menyebabkan merosotnya kewibawaan pengendalian perkembangan hukum. 4. Gejala kelesuan berfikir timbul dimana-mana dengan demikian perkembangan hukum Islam pada periode ini menjadi lesu E. Masa Kebangkitan Kembali ( Abad XIX sampai sekarang ). Setelah mengalami kelesuan dalam beberapa abad lamanya, pemikiran Islam telah bangkit kembali, timbul sebagai reaksi terhadap sikap taqlid tersebut yang telah membawa kemunduran hukum islam. Pada abad ke XIV telah timbul seorang mujtahid besar yang menghembuskan udara baru dalam perkembangan hukum Islam yang bernama Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnu Qayyim al Jaujiyyah walau pola pemikiran mereka dilanjutkan pada abad ke XVII oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab yang terkenal dengan gerakan baru di antara gerakan-gerakan para ahli hukum yang menyarankan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Gerakan ini oleh Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH dalam bukunya. Hukum Islam, disebutkan sebagai gerakan Salaf (Salafiah) yang ingin kembali kepada kemurnian ajaran Islam di zaman salaf (permulaan), generasi awal dahulu. Sebetulnya kalau kita lihat dalam catatan sejarah perkembangan hukum Islam, sesungguhnya pada masa kemunduran itu sendiri telah telah muncul beberapa ahli yang ingin tetap melakukan ijtihad, untuk menampung dan mengatasi persoalan-persoalan dan perkembangan masyarakat. Sebagai contoh pada abad ke 14 telah lahir seorang mujtahid besar yang menghembuskan udara segar dan baru dalam dunia pemikiran agama dan hukum. Mujtahid besar tersebut adalah Ibnu Taimiyah (1263-1328) dan muridnya Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah (1292-1356). Pola pemikiran mereka dilanjutkan pada abad ke 17 oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab (1703- 1787) yang terkenal dengan gerakan Wahabi yang mempunyai pengaruh pada gerakan Padri di Minangkabau (Indonesia). Hanya saja barangkali pemikiran-pemikiran hukum Islam yang mereka ijtihadkan khususnya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim, tidak menyebar luas kepada dunia Islam sebagai akibat dari kondisi dan situasi dunia Islam yang berada dalam kebekuan, kemunduran dan bahkan berada dalam cengkeraman orang lain, ditambah lagi dengan sarana dan prasarana penyebaran ide-ide seperti percetakan, media massa dan elektronik serta yang lain sebagainya tidak ada, padahal sesungguhnya ijtihad-ijtihad yang mereka hasilkan sangat berilian, menggelitik dan sangat berpengaruh bagi orang yang mendalaminya secara serius. Ijtihad-ijtihad besar yang dilakukan oleh kedua dan bahkan ketiga orang tersebut di atas, dilanjutkan kemudian oleh Jamaluddin Al-Afgani (1839-1897) terutama di lapangan politik. Jamaluddin Al-Afgani inilah yang memasyhurkan ayat Al-Qur’an :
  • 4. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu bangsa kalau bangsa itu sendiri tidak (terlebih dahulu) berusaha mengubah nasibnya sendiri (Q.S. Ar-Ra’du (13) : 11). Ayat ini dipakainya untuk menggerakan kebangkitan ummat Islam yang pada umumnya dijajah oleh bangsa Barat pada waktu itu. Al-Afgani menilai bahwa kemunduran ummat Islam itu pada dasarnya adalah disebabkan penjajahan Barat. Oleh karena penyebab utama dari kemunduran itu adalah penjajahan Barat terhadap dunia Islam, maka Al- Afgani berpendapat bahwa agar ummat Islam dapat maju kembali, maka penyebab utamanya itu yang dalam hal ini adalah penjajahan Barat harus dilenyapkan terlebih dahulu. Untuk itulah maka Al-Afgani menelorkan ide monumentalnya yang sangat terkenal sampai dengan saat ini, yaitu Pan Islamisme, artinya persatuan seluruh ummat Islam. Persoalannya sekarang adalah apakah pemikiran Al- Afgani tentang Pan Islamisme ini masih relevan sampai dengan saat ini ataukah tidak. Artinya apakah pemikiran Al-Afgani ini masih cocok untuk diterapkan dalam dunia Islam yang nota bene nasionalisme masing-masing negara sudah menguat dan mengental ditambah tidak seluruhnya negara-negara muslim negaranya berdasarkan Islam. Penulis menilai bahwa ide yang dilontarkan oleh Al-Afgani ini adalah relevan pada masanya, namun demikian masih perlu diterjemahkan ulang (diperbaharui substansinya) pada masa kini. Sebab menurut penulis persatuan dunia Islam sebagaimana layaknya sebuah negara Islam Internasional tidak memungkinkan untuk dilaksanakan lagi, tetapi persatuan ummat Islam dalam arti bersatu untuk memberantas pengaruh negatif dari negara-negara Barat dan adanya kesepakatan bersama untuk saling bantu membantu dalam memberantas kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan adalah sesuatu hal yang mutlak dan sangat diperlukan oleh dunia Islam saat ini. Cita-cita ataupun ide besar Al-Afgani tersebut mempengaruhi pemikiran Muhammad Abduh (1849- 1905) yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935). Pikiran-pikiran Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha mempengaruhi pemikiran ummat Islam di seluruh dunia. Di Indonesia, pikiran-pikiran Abduh ini sangat kental diikuti oleh antara lain Gerakan Sosial dan Pendidikan Muhammadiyah yang didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta tahun 1912. Hanya saja pikiran-pikiran Al-Afgani yanag diikuti oleh Gerakan Sosial dan Pendidikan Muhammadiyah itu lebih banyak pada substansi daripada konsep Pan Islamisme, bukan pada pendirian negara islam internasionalnya. Tujuan Syariat Islam Menurut buku “Syariah dan Ibadah” (Pamator 1999) yang disusun oleh Tim Dirasah Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan tujuan utama dari Syariat Islam, yaitu: 1. Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din) Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk memilih agama, seperti ayat Al-Quran: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)…” (QS Al-Baqarah [2]: 256). Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lil’alamin, maka Allah SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik dan murtad: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS An- Nisaa [4]: 48). Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan ditumpas. 2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi) Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu, diberlakukanlah hukum qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang yang telah membunuh orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai, seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan. Ayat Al- Quran menegaskan: “Hai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan kepadamu qishash (pembalasan) pada orang-orang yang dibunuh…” (QS Al-Baqarah [2]: 178). Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan, atau daiat (ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar. Ayat Al-Quran menerangkan hal ini: “Barangsiapa mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti cara yang baik dan hendaklah (orang yang diberi maaf) membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula)” (QS Al- Baqarah [2]: 178). Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulani karena para calon pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh karena nyawanya sebagai
  • 5. taruhannya. Dengan begitu, jiwa orang beriman akan terpelihara. 3. Memelihara akal (Hifzh al-’aqli) Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia dibutuhkan untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah (sunnatullah) menuju manusia kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam memelihara akan adalah dengan menghindari khamar (minuman keras) dan judi. Ayat-ayat Al-Quran menjelaskan sebagai berikut: “Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai khamar (minuman keras) dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa kedua-duanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS Al-Baqarah [2]: 219). Syariat Islam akan memelihara umat manusia dari dosa bermabuk-mabukan dan dosa perjudian. 4. Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli) Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina. Didalam Syariat Islam telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja yang tidak boleh dinikahi. Al-Quran telah mengatur hal-hal ini: “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS Al-Baqarah [2]: 221). “Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.” (QS An- Nur [24]: 2). Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk) dan emosional (dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina bertaubat. 5. Memelihara harta benda (Hifzh al-mal) Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih aman, karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki. Seperti yang tertulis di dalam Al-Quran: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS Al-Maidah [5]: 38). Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada batasan tertentu dan alasan yang sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi bukan berarti orang mencuri dengan serta merta dihukum potong tangan. Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya. Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir buah untuk mengganjal laparnya, tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan para koruptor yang sengaja memperkaya diri dengan menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman berat sudah pasti buatnya. Dengan demikian Syariat Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian.