2. Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan
untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan
bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang.
Dermaga dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu wharf
dan jetty. Wharf adalah dermaga yang paralel dengan pantai
dan biasanya berimpit dengan garis pantai. Jetty adalah
dermaga yang menjorok ke laut.
4. A. Masa Pra
Konstruksi
Dalam Masa Prakonstruksi ini hal-hal
yang dilakukan adalah persiapan
pelaksanaan, baik yang di darat
maupun di laut. Pada umumnya,
sebelum pelaksanaan sudah harus
disiapkan :
1. Pembersihan lahan, yaitu membersihkan
lahan proyek dan lahan disekitar proyek
yang telah dibebaskan dari hal – hal yang
akan mengganggu jalannya proyek secara
keseluruhan.
5. 2. Direksi kit, yang berfungsi sebagai
tempat untuk keperluan rapat, konfirmasi
antar organisasi atau personil yang terkait,
pengawasan dan lain-lain.
6. 3. Pos jaga, yang berfungsi
sebagai tempat pengawasan alat
dan material
8. 5. Pendatangan alat berat seperti crane,
ponton, hammer hydraulik untuk keperluan
pemancangan tiang pancang.
9. B. Masa Konstruksi
1, Pemancangan
Alat yang dipergunakan :
- 2 buah ponton
- 1 Crane
- 1 hydraulic hammer
- 2 buah Teodolit / Waterpas
10. Pemancangan
Dalam pekerjaan pemancangan, tiang
pancang yang dipakai f 80 cm, dimana
panjang tiang yang dibutuhkan adalah
33.3 m (3 batang @12 m) dan f 60 cm
dengan kedalaman 21,3m (2 batang
@12 m) pemancangan dilakukan
dengan 2 ponton, dimana 1 ponton
sebagai hydraulic hammer untuk
pemancangan dan satunya sebagai
ponton crane untuk pengambilan tiang
pancang dari areal penumpukan ke
ponton pancang (lihat gambar 6.1).
12. Pertama-tama ponton crane mengambil tiang pancang yang berada pada areal
penumpukan, dan kemudian memindahkan tiang pancang dari ponton crane ke
ponton pancang, lalu kemudian dilaksanakan pemancangan.
Pada saat pemancangan, langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan
adalah ponton pancang diarahkan ke titik yang dituju, dengan bantuan alat teodolit
untuk menentukan ketepatan titik serta kelurusan/kemiringan tiang. Setelah
semuanya sesuai, tali pengikat tiang pada hydraulic hammer dikendorkan
sehingga tiang pancang akan turun sampai seabed dan diukur kembali
ketepatannya dengan teodolit,
13. Apabila sudah sesuai kembali, baru mulai dipancang
dengan hydraulic hammer sampai kedalaman yang
direncanakan (lihat gambar 6.3). Untuk
kepastian pemberhentian pemancangan, pada
pemancangan ¼ tiang terakhir dilakukan kalendering,
apabila Srencana > Slapangan , pemancangan
dapat diberhentikan.
Langkah-langkah ini dilakukan sampai semua tiang
pancang perencanaan terpancang pada posisinya.
Setelah beberapa tiang pancang selesai dipancang,
dapat dilakukan pemotongan tiang pancang yang
berlebih dengan menggunakan hammer ban sampai
pada elevasi tiang yang direncanakan. Apabila
pemotongan tiang sudah selesai semua, pekerjaan
selanjutnya adalah pengerjaan poer.
14. 2. Pengecoran Poer
Sebelum merakit bekisting poer,
terlebih dahulu dipasang landasan
untuk bekisting berupa sabuk pengikat
dibaut sejumlah 2 baut untuk tiap
pengikatnya pada tiang pancang
(Gambar 6.5).
15. Untuk bagian vertikal dari bekisting poer
ditopang dengan kayu perancah ke
balok yang menghubungankan antar
tiang pancang (Gambar 6.6).
Setelah bekisting poer selesai ,
dilakukan pemasangan tulangan
beton pengisi tiang dan tulangan
poer. Pengecoran dilakukan
sekaligus sehingga antara beton
pengisi tiang dan poer monolit.
16. 3. PENGECORAN
PELAT DAN BALOK
Bekisting balok memanjang dan
melintang dipasang sesuai dengan
ukuran rencana dan ditopang dengan
kayu ke landasan yang telah terpasang
pada langkah sebelumnya (Gambar
6.8), pengecoran dilakukan monolit
(sekaligus) dengan pelat dermaga, balok
fender.
Sebelum pengecoran dilakukan,
angker bolder dan fender dipasang
pada posisinya dengan dilas dengan
tulangan balok untuk perkuatan
17. Masa Pasca Konstruksi
Setelah pengecoran selesai dan
beton telah mengeras dengan
sempurna, dilakukan pekerjaan
tambahan yaitu :
1. PEMASANGAN BOLDER
Setelah beton mengeras sempurna,
bollard dapat dipasang, angker yang
sudah tertanam pada saat pengecoran
pelat bersama tulangannya
dibersihkan dan dipasangkan bollard
ke posisinya kemudian dicor setempat.
(Gambar 6.9)
18. PEMASANGAN
FENDER
Sama halnya dengan bollard, angker
fender yang telah tertanam
dibersihkan dan fender ditempatkan di
posisinya lalu dipasang pasangan
angkernya. (Gambar 6.10)
19. PEMASANGAN CRANE
Dalam pemasangan crane harus
diawasi dengan ketat, dimana setiap
sambungan rel harus dites dengan
ultrasonik, demikian pula dengan
kelurusan rel itu sendiri.