Kisetoto Daftar Link Slot Gacor Hari Ini Gampang Menang Pasti Maxwin
ASKEP KEL.2 MATERNITAS VK BOYOLALI REVISI.docx
1. 1
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.C DENGAN POST SC ATAS INDIKASI GAGAL INDUKSI
DI RUANG KHADIJAH RS PKU AISYIYAH BOYOLALI
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :4 Agustus 2018
Waktu pengkajian : 15.00 WIB
A. Data Umum Kesehatan
Inisial klien : Ny.C
Umur : 26 th
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan terakhir : S1 pendidikan
B. Riwayat Kehamilan Persalinan Lalu
C. Riwayat Kehamilan Saat Ini
1. Berapa kali periksa hamil : 6x, periksa di RS
Trimester I : 2x
Trimester II : 2x
Trimester III: 2x
2. Masalah kehamilan : tidak ada
3. Jenis persalinan : SC
SC atas indikasi : gagal induksi
4. Jenis kelamin : perempuan
Berat badan : 3800 gram
Tinggi badan : 48 cm
5. Perdarahan :±150cc
6. Masalah dalam persalinan : tidak ada
D. Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : tidak ada
2. Riwayat KB : belum menggunakan KB
2. 2
E. Data Postnatal
1. Status obstetrikus : P1 A0
Bayi rawat gabung : Ya
2. Keadaan umum : pasien tampak lemas
P: pasien mengatakan nyeri post SC bertambah saat bergerak
Q: pasien mengatakan nyeri seperti disayat-sayat
R: pasien mengatakan nyeri dibagian abdomen tengah bawah
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul
3. Kesadaran : Compos mentis
4. BB/TB : 90 kg/ 172cm
5. Tanda Vital :
TD : 130/80 mmHg Suhu : 36ºC
Nadi : 78 X/menit RR : 24 X/menit
6. Kepala – leher
a. Kepala :mesochepal, persebaran rambut merata, tidak ada lesi
b. Mata : tampak simetris kiri dan kanan, isokor, konjungtiva
ananemis, sklera anikterik
c. Hidung :simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
d. Mulut : mukosa bibir lembab, mulut bersih, jumlah gigi lengkap
e. Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada
gangguan pendengaran
f. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis
7. Dada
a. Jantung
Inspkesi : tidak tampak pembengkakan
Perkusi : pekak
Palpasi : tidak ada nyeri, iktus kordis tidak teraba
Auskultasi : S1-S2 reguler
b. Paru :
Inspeksi : tidak ada retraksi dinding dada
Perkusi : sonor
Palpasi : vocal fremitus seimbang kanan dan kiri, tidak ada
nyeri tekan
3. 3
Auskultasi : vesikuler
c. Payudara :
baik, padat, bersih, hiperpigmentasi areola, puting susu tampak
kurang menonjol, kolostrum berwarna kuning keluar pada
jam17.00 WIB
volume ASI sedikit
8. Abdomen : terdapat luka jahitan post SC di abdomen tengah
bawah
a. Involusi uterus :ada
b. Fundus uterus : 2 jari di bawah pusat
c. Kontraksi :baik (keras)
d. Posisi : normal
e. Kandung kemih: pasien terpasang kateter no.18, warna urin kuning
pekat
f. Diastasis rectus abdominis: tidak ada
g. Fungsi pencernaan: pasien belum BAB sejak post SC
9. Perineum dan genital
a. Vagina : terpasang DC ukuran 18, ada perdarahan pervagina
b. Perineum : utuh
Tanda REEDA :
Redness : tidak ada kemerahan
Echomosis : tidak ada kebiruan
Edema : tidak ada pembengkakan
Dischargment : tidak ada cairan sekresi yang keluar
Approksimity : ada jahitan luka post SC pada abdomen tengah bawah
c. Kebersihan : pasien mengatakan mengganti pembalut saat tidak
nyaman
d. Lokhea : rubra, berwarna merah segar ± 100 cc
e. Hemorhoid : tidak ada
10. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : terpasang infus asering 20 tpm di tangan kanan
Edema : tidak ada
b. Ekstremitas bawah
Edema : tidak ada
Varises : tidak ada
4. 4
Tanda Homan : negatif
11. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi BAK:pasien terpasang DC no. 18, urin berwarna kuning
pekat
Keluhan : tidak ada
b. BAB
Frekuensi BAB: pasien belum BAB setelah SC
Keluhan : tidak ada
12. Istirahat dan kenyamanan
a. Pola tidur : pasien mengatakan terganggu karena nyeri post SC
P: pasien mengatakan nyeri post SC bertambah saat bergerak
Q: pasien mengatakan nyeri seperti disayat-sayat
R: pasien mengatakan nyeri dibagian abdomen tengah bawah
S: skala nyeri 6
T: nyerihilang timbul
b. Keluhan ketidaknyamanan: saat tidur pasien tidak nyaman karena
nyeri post SC
13. Mobilisasi dan latihan
a. Tingkat mobilisasi : pasien bedrest dan tidak bisa menggerakkan
bagian abdomen hingga ekstremitas bawah,
karena masih dipengaruhi oleh anastesi
b. Latihan/senam : pasien melakukan latihan menggerakkan kaki
pasca operasi SC pada jam 17.00
14. Nutrisi dan cairan
a. Asupan nutrisi : pasien dipuasakan sampai flatus ± 4 jam
setelah SC, dan baru boleh makan roti pada
jam 20.00, esoknya pasien makan sesuai
program diit dari RS yaitu makan bubur
b. Asupan cairan :pasien dipuasakan sampai jam 19.00 dan baru
boleh minum air putih
c. Keadaan mental : pasien merasa senang dan terharu setelah
melahirkananak yang pertama
a. Adaptasi psikologis :pasien tampak masih cemas dengan luka post
5. 5
SC, dan masih bertanya-tanya tentang jahitan
luka post SC
b. Penerimaan terhadap bayi: ibu dan keluarga menyambut dengan
bahagia
Laporan SC :
Operasi SC dijadwalkan pada tanggal 4 Agustus 2018 jam 13.00 WIB
Persiapan SC : mencukur rambut, puasa mulai jam 6 pagi, memakai
pakaian operasi dan penutup kepala
Saat SC : anastesi spinal, infus Asering 30 tpm
A. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan pada tanggal 03 Aguastus 2018
Nama pemeriksaan Hasil Rentang normal Satuan Ket Hasil
DARAH - - - -
Hb 10,3 L: 13-18/ P:11-16,5 g/dl Rendah
Leukosit 8,3 4,0-11,0 Ribu Normal
Trombosit 207 150-450 Ribu Normal
Hematokrit 31 L: 40-50/ P: 37-45 % Rendah
HITUNG JENIS - - - -
Segmen 65 50-70 % Normal
Limfosit 29 20-40 % Normal
MID 6 - - -
Golongan darah A - A,B,AB,O -
Gula darah sewaktu 100 <110 mg/dl Normal
Serologi - -
HbSAg Negatif - - -
6. 6
B. Terapi obat
Hari/Tanggal Jenis
Terapi
Dosis Golongan &
Kandungan
Fungsi &
Farmakologi
Sabtu, 4
agustus 2018
Oxitosin 10unit/ml Hormon sintesis Untuk memicu
kontraksi pada otot
rahim
Sabtu, 4
agustus 2018
Ketorolac 1 gr/8 jam Analgetik Untuk mengurangi
nyeri
Sabtu, 4
agustus 2018
Asam
tranexamat
1gr/12jam Antifibrinolitik Mengurangi
perdarahan
Sabtu, 4
agustus 2018
Methergin 1ml/12jam Methylergometrine
hydrogen maleate
Mencegah/mengontrol
perdarahan
Minggu, 5
agustus 2018
Cefotaxime 1gr/12jam Antibiotik Mengobati infeksi
bakteri
Senin, 6
agustus 2018
Cefadroxil 2x1 Antibiotik Mengobati infeksi
bakteri
Senin, 6
agustus 2018
Asam
mefenamat
3x1 Analgetik Mengurangi nyeri
Senin, 6
agustus 2018
Diabion 1x1 Vitamin Untuk pengobatan
anemia, pelengkapan
vitamin dan mineral
I. KASUS
Ny.C berusia 26 tahun datang melalui poli obgyn pada tanggal 3
agustus 2018 pada jam 16.00 WIB dengan G1P0A0. Dengan usia kehamilan
40 minggu, Sebelumnya dirumah pasien mengeluhkan perut terasa kenceng-
kenceng, pasien masuk keruang VK dan dilakukan pemeriksaan didapatkan
hasil TFU 34 cm, DJJ 144x/menit, VT 1 cm sempit, pasien tampak lemah,
dengan TD: 130/80mmHg, N: 86x/menit, S: 36,3ºC, RR: 24x/menit,
kemudian pasien dipindakan keruang khadijah pada jam 17.30 WIB.
Pada hari sabtu, 4 agustus 2018 pasien dipuasakan mulai jam 6 pagi,
kemudian masuk ruang OK pada jam 13.00 WIB. Selesai operasi SC pasien
dibawa keruang khadijah pada jam 14.00 WIB. Dilakukan pengkajian pada
7. 7
pasien pada jam 15.00 WIB, didapatkan keadaan umum lemah, pasien
mengatakan nyeri luka post SC.
P: pasien mengatakan nyeri post SC bertambah saat bergerak.
Q: pasien mengatakan nyeri seperti disayat-sayat
R: pasien mengatakan nyeri dibagian abdomen tengah bawah
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul
Pasien mengatakanbagian abdomen hingga ekstremitas bawah belum bisa
digerakkan, semua aktifitas dibantu oleh keluarga.
II. ANALISA DATA
No. Hari/Tanggal
/Jam
Data Fokus Problem Etiologi Ttd
1. Sabtu/04-08-
2018/15.00
DS:
P: pasien mengatakan nyeri
bertambah jika bergerak
Q: nyeri seperti disayat-
sayat
R: nyeri di area luka
operasidi abdomen tengah
bawah
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul
DO:
pasien tampak menahan
nyeri
pasien tampak tidak rileks
Nyeri akut
(00132)
Agen
cedera fisik
Kelo
mpok
2. Sabtu/04-08-
2018/15.00
DS:
pasien mengatakan bagian
abdomen hingga
ekstremitas bawah belum
dapat digerakkan
Pasien mengatakan sulit
bergerak/beraktivitas
Hambatan
imoblitas
fisik
(00085)
Nyeri (Post
SC)
Kelo
mpok
8. 8
Pasien mengatakan semua
aktivitas dibantu oleh
keluarga
DO:
pasien tampak bedrest
saat bergerak pasien tampak
dibantu oleh keluarga
3. Sabtu/04-08-
2018/15.00
DS: pasien mengatakan
ASI yang keluar hanya
sedikit
DO:
Pengeluaran ASI sedikit
saat diperah
Bayi tampak menangis
setelah menyusui.
Puting susu tampak kurang
menonjol
Ketidakefe
ktifan
pemberian
ASI
(00104)
Suplai ASI
tidak cukup
Kelo
mpok
4. Sabtu/04-08-
2018/15.00
DS: pasien mengatakan luka
jahitan bekas operasi di
abdomen tengan bawah masih
terasa nyeri
DO: terdapat luka jahitan post
SC di perut bagian bawah
kurang lebih 15 cm.
Resiko
Infeksi
(0004)
Prosedur
invasif (post
SC)
kelom
pok
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut (00132) b.d. Agen cedera fisik
2. Hambatan imoblitas fisik (00085) b.d. Nyeri (post SC)
3. Ketidakefektifan pemberian ASI (00104) b.d. suplai ASI tidak cukup.
4. Resiko Infeksi (0004) b.d. Prosedur invasif (post SC)
9. 9
IV. RENCANA KEPERAWATAN
No.Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
I Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam, nyeri akut pada pasien
berkurang. Dengan kriteria
hasil:
Kontrol Nyeri (1605)
Mengenali kapan nyeri
terjadi dengan skala 2
Menggunakan
tindakan pengurangan
nyeri tanpa analgesik
dengan skala 2
Melaporkan nyeri
yang terkontrol dengan
skala 3
Manajemen Nyeri (1400)
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik, frekuensi,
kualitas dan faktor
pencetus
2. Observasi adanya
petunjuk nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan
3. Gunakan strategi
komunikasi terapeutik
4. Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi
seperti teknik relaksasi
nafas dalam
5. Kolaborasi pemberian
analgesik
Kelom
pok
II Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam, mobilitas fisik pasien
tidak mengalami
hambatan. Dengan kriteria
hasil:
Pergerakan (0208)
Bergerak dengan
mudah dengan skala 4
Kinerja pengaturan
tubuh dengan skala 4
Pengaturan posisi (0840)
1. Jangan memposisikan
pasien dengan
penekanan pada luka
2. Dorong pasien untuk
terlibat dalam
perubahan posisi
3. Tinggikan kepala
tempat tidur
4. Instruksikan pasien
untuk memposisikan
diri sepanjang proses
Kelom
pok
10. 10
pemindahan
5. Bantu pasien untuk
perpindahan, sesuai
kebutuhan
III Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam, pemberian ASI pasien
menjadi efektif. Dengan
kriteria hasil:
Pengetahuan: Menyusui
(1800)
Teknik yang tepat
untuk menempelkan
bayi ke payudara
dengan skala 4
Posisi bayi yang tepat
saat menyusui dengan
skala 4
Tanda-tanda pasokan
ASI yang memadai
dengan skala 4
Evaluasi puting susu
dengan skala 4
Konseling laktasi (5244)
1. Monitor kemampuan
bayi untuk menghisap
2. Instruksikan posisi
menyusui yang
bervariasi seperti
menggendong bayi
dengan posisi
kepalanya berada di
siku
3. Instruksikan ibu untuk
melakukan perawatan
puting susu
4. Instruksikan bagaimana
menangani air susu
yang sudah
dikumpulkan dengan
cara yang tepat
(misalnya menyimpan,
menghangatkan,
menyiapkan)
Ajarkan teknik
perawatan
payudara/breast care
untuk mengoptimalkan
suplai air susu
Kelom
pok
IV. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam, pasien tidak
mengalami resiko infeksi.
Dengan kriteria hasil:
Perlindungan infeksi
(6550)
1. Monitor adanya tanda
dan gejala infeksi
2. Batasi jumlah
kelomp
ok
11. 11
Kontrol resiko: Proses
infeksi (1924)
Mengidentifikasi
faktor resiko infeksi
dengan skala 4
Mengidentifikasi tanda
dan gejala infeksi
dengan skala 4
Mempertahankan
lingkungan yang bersih
dengan skala 4
pengunjung
3. Ajarkan teknik
mencuci tangan dengan
tepat
4. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
bagaimana
menghindari infeksi
5. Kolaborasi pemberian
antibiotik
V. TINDAKAN KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
Hari/tgl/j
am
No.
Dx
IMPLEMENTASI RESSPON TTD
04
Agustus
2018
1.
1,2.
Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif.
Memonitoring TTV
S : Pasien mengatakan terganggu
karena nyeri post SC
P : Pasien mengatakan nyeri pada
luka post SC saat untuk bergerak.
Q : Nyeriseperti tersayat-sayat
R : Pada bagaian abdomen
tengah bawah
S : Skala 6
T : hilang- Timbul
O : pasien tampak meringis
kesakitan.
Pasien tampak menahan nyeri.
S : Pasien bersedia di periksa
TTV
O : TTV
TD : 130/ 80 mmHg
S : 36,3 C
N : 86 x/ Menit
RR : 24 x/ menit
Kelomp
ok
12. 12
1.
1.
2.
3
3
Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam.
Mengajarkan teknik
ambulasi ditempat tidur.
Memonitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal.
Membatasi jumlah
pengunjung
S: Pasien mengatakan bersedia
mengikuti apa yang akan
diajarkan perawat.
O : pasien tampak berlatih nafas
dalam.
S : pasien mengatakan teknik
ambulasi.
O : pasien tampak mencoba
teknik ambulasi di tempat seperti
miring kanan, kiri.
S: pasien mengatakan luka
jahitan bekas operasi di bagian
abdomen (perut) tengah bawah.
O: - terdapat luka jahitan post
operasi SC di perut bagian bawah
kurang lebih 15 cm.
-kemerahan.
S: pasien mengatakan
pengunjung tidak banyak.
O :tampak pengunjung masuk
satu persatu bergantian
menjenguk Ny. C.
5 1,2,3 Mengobservasi TTV S : Pasien bersedia di lakukan
13. 13
Agustus
2018
,4
1
2
2.
3
Melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif
Memberikan pendidikan
kesehatan teknik ambulasi
dan berpindah yang aman.
Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
Memonitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
TTV
O : TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/ Menit
S : 36,5 c
RR : 22 x/ Menit
S : Pasien mengatakan nyeri
masih dirasakan.
P : nyeri pada luka post op sc.
Q :tersayat-sayat
R : bagian perut tengah bawah
S : skla nyeri 4
T : hilang-timbul
O : -pasien masih terlihat nyeri.
S : pasien mengatakan sudah
mengerti apa yang dikatakan
perawat.
O : pasien mengatakan tampak
mengerti yang di katakan
perawat.
S : pasien mengatakan sudah bisa
melakukan teknif relaksasi nafas
dalam ketika nyeri muncul.
O : pasien tampak melakukan
teknik relaksasi nafas dalam.
S: pasien mengatakan terdapat
luka post op sc.
O : -nampak terdapat luka post sc
14. 14
pada abdomen.
-tidak nampak tanda-tanda ifeksi
-tidak terdapat pus
VI. CATATAN KEPERAWATAN
Hari/tgl/
jam
No.Dx EVALUASI TTD
4
Agustus
2018
1.
2.
S : pasien mengatakan nyeri luka post op
sc.
P : Nyeri karena luka post sc
Q : Nyeri terasa tersayat-sayat
R : Nyeri pada abdomen tengah bawah
S : Skala nyeri 6
T : Hilang-Timbul
O : -Pasien mengatakan tampak menahan
nyeri
-pasien tampak menahan nyeri kesakitan.
A : nyeri akut belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan :
- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif, termasuk lokasi,
durasi, karakteristik, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
- Ajarkan tentang teknik relaksasi
nafas dalam.
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik.
S : pasien mengatakan masih sulit
bergerak hanya bisa miring
Kelompok
15. 15
3
kanan dan kiri.
O : pasien tampak tiduran, miring
kanan dan kiri.
A : masalah belum teratasi.
P : intervensi dilanjutkan
Latihan terapi : ambulasi
- Monitor vital sign
- Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
- Ajarkan pasien dalam teknik
ambulasi.
- Dampingi dan bantu pasien saat
ambulasi.
- Berikan pendidikan kesehatan
tentang ambulasi yang baik dan
aman.
S : pasien mengatakan luka pada
jahitan bekas operasi.
O : -terdapat luka post op sc pada
bagian abdomen tengah bawah.
-terdapat luka jahitan kurang
lebih 15 cm
A : intervensi di lanjutkan
P : masalah belum teratasi.
5
Agustus
2018
1 S : pasien mengatakan nyeri masih
dirasakan
P : nyeri pada bekas luka post op sc
Q: nyeri sperti disayat-sayat
R :bagian abdomen tengah bawah
S : skala nyeri 3
T : Hilang –Timbul
O :- pasien masih menahan nyeri.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Kelompok
16. 16
2.
3
- Monitor vital sign
- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif.
S: -pasien mengatakan sudah bisa
melakukan aktivitas sedikit-sedikit
-pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang bila beraktivitas.
O : -pasien tampak bisa duduk
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Ajarkan teknik ambulasi
- Dampingi dan bantu pasien dalam
melakukan mobilisasi.
S : pasien mengatakan terdapat luka
jahitan pada perut post sc.
O : terdapat luka post sc, kurang lebih 15
cm. Tidak ada pus atau nanah.
A : masalah teratasi
P : intervensi di pertahankan :
-Selalu jaga kebersihan diri.
6
Agustus
2018
1. S : pasien mengatakan nyeri masih
terasa sedikit.
P : nyeri pada luka post op sc.
Q : nyeri seperti cenut-cenut
R ; nyeri pada abdomen tengah bawah
S : skala nyeri 3
T : hilang-timbul
O : -pasien tampak rileks
-tampak tidak menahan nyeri
A : masalah terastasi
P : intervensi di hentikan.
Kelompok
17. 17
2
3.
S : -pasien mengatakan sudah bisa
melakukan aktivitas sendiri
-pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang apabila untuk beraktivitas.
O : pasien tidak tampak kesakitan saat
beraktivitas.
-pasien tampak bisa melakukan aktivitas.
A : hambatan mobilitas fisik teratasi
P : pertahankan intervensi
-lakukan aktivitas latihan di rumah
secara mandiri.
S : pasien mengatakan terdapat luka
jahitan di bagian perut post SC.
O : -terdapat luka jahitan dibagian
abdomen tengah bawah.
-luka bersih tidak ada pus atau nanah.
A : resiko infeksi tidak terjadi.
P : pertahan kan intervensi
-jaga kebersihan tubuh.
-kontrol
18. 18
BAB 1
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada Ny. C
Post operasi sectio caesarea dengan indikasi gagal induksi di Ruang VK RS
PKU Aisyiyah Boyolali, maka dalam bab ini penulis akan membahas
kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil
pelaksanaan studi kasus. Penulis juga akan membahas kesulitan yang di
temukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. C Post
operasi sectio caesarea dengan indikasi fetal yang meliputi pengkajian,
pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut :
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanda-tanda yang dikenali pada awal proses diagnostik dapat
dipahamihanya jika ada penjelasan yang masuk akal untuk tanda-tanda
tersebutdengan konteks suatu situasi, ini adalah proses berfikir aktif ketika
perawatmengeksplorasi pengetahuan dalam memorinya untuk
mendapatkankemungkinan penjelasan data (Nanda Nic & Noc, 2018).
1. Diagnosa keperawatan yang muncul.
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami
danmelaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau
sensasiyang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang.
Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor yang
mendukung yaitu pengungkapan tentang deskriptor nyeri, dan data
minor yaitu ketidakaktifan fisik atau imobilitas, perubahan pola tidur,
dan perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktifitas sebelumnya.
Alasan diagnose tersebut diangkat karena saat pengkajian didapatkan
data subjektif yaitu pasien mengatakan merasakan nyeri bagian perut
dibekas luka operasi P: pasien mengatakan nyeri bertambah jika
bergerak Q: Nyeri seperti tersayat-sayat, R: nyeri di area luka operasi
di abdomen tengah bawah, S: Skala nyeri 6, T: Nyeri hilang timbul,
dan data obyektif yaitu : Pasien meringis kesakitan dan pasien
tampak menahan nyeri.
Diagnosa tersebut penulis prioritaskan karena keluhan yang
dirasakan pasien saat itu dan apabila masalah itu tidak segera
19. 19
ditangani akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien dan bisa
mengganggu aktifitas klien sehingga akan timbul rasa ketakutan
untuk melakukan gerakan dan tindakan.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pergerakan
mandiri dari satu posisi ke posisi lain di tempat tidur (Nanda, 2018).
Diagnosa tersebut dapat ditegakan jika ada data batasan
karakteristik yaitu Hambatan kemampuan bergerak antara posisi
duduk lama dan terlentang, telentang dan duduk, posisi telungkup
dan telentang, hambatan reposisi dirinya sendiri di tempat tidur dan
hambatan untuk miring kanan kiri.
Alasan diagnosa tersebut diangkat karena ditemukan tanda-
tanda yang mendukung yaitu secara subyektif yaitu pasien
mengatakan aktivitas terbatas dan dibantu keluarga karena nyeri di
luka jahitan dan data obyektif yaitu pasien terlihat berbaring di
tempat tidur, aktivitas di bantu keluarga, terpasang infus RL 20 tpm
dan masih terpasang DC.
Penulis tidak memprioritaskan masalah tersebut karena tidak
mengancam kehidupan klien. Tetapi jika tidak di tegakan klien tidak
dapat mandiri dalam beraktivitas.
c. Asi merupakan bentuk terpilih nutrisi untuk bayi full term (wong,
2009). Ketidakefektifan pemberian ASI adalah ketidak puasan atau
kesulitan ibu, bayi atau anak mengalami proses pemberian ASI.
Batasan karakteristik antara lain ketidakadekuatan suplai ASI, tidak
menghisap payu dara terus menerus, tampak tanda ketidak adekuatan
asupan bayi, proses pemberian ASI tidak memuaskan ( Herdman,
2009 ).
Alasan penulis mengambil diagnosa ketidak efektifan
pemberian ASI menjadi diagnosa ke tiga karena menginat pentingnya
ASI dan kondisi Ny. C ASI keluar hanya sedikit, bayi tampak
menangis setelah menyusu, puting susu tampak kurang menonjol,
areola mamae menghitam. Ketidakefektifan menyususi merupakan
pernyataan saat seorang ibu, bayi dan atau keluarga mengalami
ketidakpuasan atau kesulitan dalam proses menyusui (Herdman,
2009).
20. 20
Penulis tidak memperioritas kan masalah tersebut karena tidak
mengancam kehidupan klien. Tetapi jika tidak ditegakkan klien tidak
dapat menyusui dengan baik.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Resiko infeksi adalah peningkatan resiko masukya
organisme pathogen
Diagnosa tersebut dapat ditegakan jika ada faktor-faktor
resiko yaitu ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer (kulit
tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia,perubahan
peristaltik), ketidak adekuatan imun buatan, malnutrisi, trauma,
kerusakan jaringan.
2. Diagnosa yang tidak muncul namun dalam tinjauan teori
a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan vaskuler yang berlebih.
Kekurangan volume cairan adalah keadaan ketika seorang
individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau berisiko
mengalami dehidrasi vaskuler, interstiasial, atau inttravaskuler (
Carpenito, 2009).
Diagnosa tersebut dapat di tegakan apabila terdapat data satu
atau lebih yang antara asupan dan haluaran, penurunan berat badan,
kulit/membrane mukosa kering. Dan mungkin terdapat peningkatan
natrium serum, penurunan haluaran urine berlebihan, urine memekat
atu sering berkemih, penurunan turgor kulit,haus, mual, anoreksia (
Carpenito, 2009 ). Pada pengkajian penulis tidak di tegakkan.
b. Kurangnya pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kurang pengetahuan adalah tidak adanya atau kurangnya
informasi kognitif sehubungan denngan topic spesifik (Nanda, 2018).
Diagnosa tersebut terdapat keterbatasan kognitif, interprestasi
terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari
informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi (Nanda,
2018). Pada pengkajian penulis tidak menemukan data-data
pendukung seperti diatas sehingga diagnosa tersebut tidak ditegakan.
21. 21
B. IMPLEMENTASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah
mengkaji karakteristik skala nyeri, mengevaluasi tanda-tanda vital,
mengajarkan penggunaan teknik relaksasi, kalaborasi pemberian analgetik
(Nursing Interventions Classification, 2013).
Kekuatan dari tindakan ini adalah bekerja sama dalam mengurangi
rasa nyeri. Kelemahannay adalah terkadang klien tidak bisa di ajak buat
kerjasama dan melakukan ajaran yang diberikan.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah
memonitor TTV sebelum dan sesudah latihan, mengajarkan teknik
ambulasi, mengkaji kemampuan mobilisasi, melatih dalam pemenuhan
ADL, memberikan pendidikan kesehatan tentang ambulasi (Nursing
Interventions Classification, 2013).
Kekuatan dari tindakan ini adalah dilakukan dengan baik, karena
adanya keterlibatan keluarga. Kelemahannya adalah tidak semua anjuran
yang diberikan dapat dilakukan oleh pasien.
C. EVALUASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah ekspresi wajah tenang,
nyeri teratasi, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil sobyektif:
Pasien mengatakan nyeri berkurang, obyektif: Pasien tampak lebih tenang
dengan skala nyeri 3. Hal tersebut menandakan diagnosa pertamateratasi,
sehingga tindakan perlu dipertahankan sampai pasien tidak terasa nyeri
kembali.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah klien dapat beraktivitas
mandiri tanpa bantuan keluarga
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil sobyektif:
Pasien mengatakan sedikit demi sedikit sudah bisa berjalan, obyektif:
Pasien tampak bisa berjalan. Hal tersebut menandakan diagnosa kedua
22. 22
teratasi, sehingga tindakan perlu dipertahankan sampai pasien dapat
beraktivitas secara mandiri tanpa bantuan keluarga.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari dapat disimpukan :
1. Pengkajian yang dilakukan sejak tanggal 04 Agustus 2018 didapatkan
data subjektif sebagai berikut : Klien mengatakan belum berani bergerak
dan masih lemas, mengatakan nyeri pada lukanya, dan mengatakan ASI
keluarnya banyak. Sedangkan data objektif, antara lain : kesulitan
bergerak, lemah, keterbatasan rentang gerak,nyeri bila gerakan pada
daerah perut di daerah sekitar jahitan dengan skala 6 dengan waktunya
hilang timbul, adanya luka insisi sepanjang kurang lebih 15 cm, balutan
bersih, terpasang kateter dan infus.
2. Diagnosa keperawatan, yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik dan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
3. Rencana keperawatan, antara lain : kaji karakteristik nyeri, kaji rentang
pergerakan, bantu dalampemenuhan aktifitas sehari-hari sesuai
kebutuhan, berikan posisi yang nyaman, ajarkanteknik relaksasi, kaji
tanda dan gejala infeksi, berikan perawatan perineal.
4. Implementasi yang sudah dilakukan, antara lain : mengkaji karakteristik
nyeri, mengkaji respon pergerakan klien, membantu klien untuk
beraktivitas, mengkaji karakteristik nyeri, memberikan posisi yang
nyaman, mengajarkan teknik relaksasi.
5. Dari tindakan yang dilakukan didapatkan evaluasi, yaitu : klien
mengatakan nyeri berkurang di sekitar perut, skala 3, klienmengatakan
sudah mampu berakvitas namun masih memerlukan bantuan,klien sudah
mampu berdiri secara perlahan dan berjalan pelan-pelan.
23. 23
B. Saran
1. Perawat
Hubungan antara perawat dan tim kesehatan lain, serta kerjasama
perawatdengan keluarga sangat diperlukan untuk membantu
perkembangan kondisi pasien ke arah lebih baik..
2. Mahasiswa
Sebelum ke lahan praktek hendaknya lebih memahami konsep kasus yang
terjadi di lapangan sehingga dapat lebih siap dalam menghadapi kasus
danmengelola pasien berdasarkan konsep keperawatan.
3. Rumah Sakit
Rumah sakit sebaiknya memberikan atau menyediakan fasilitas alat-alat
pelaksanaan tindakan keperawatan yang lebih baik dan lebih lengkap.
Selain itu juga Rumah Sakit bisa memberikan pelayanan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Retna Eny. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas.Jogjakarta : Nuha Medika
Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Handayani Sri. 2011. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Herdman, T. Heather. (2009). Diagnosis Keperawatan. Jakarta :EGC.
(2015). Nanda international inc. diagnosis keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-
2017 edisi 10. Jakarta: EGC
Mansjoer Arif dkk.2009. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculaplus. Jakarta
Mulyawati Isti.2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan Operasi
Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Islam Yaksi Gemolong Kabupaten Sragen.
Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang
Nugroho, Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternita Anak Bedah Penyakit
Dalam.Yogyakarta : Nuha Medika
24. 24
Nurarif .A.H. dan Kusuma.H.(2018).APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Retno Setyo, Handayani. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta :
Gosyen Publishing
Saifudin, Abdul Bahri. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. JHPIEGO. Jakarta
Sumelung, V., Kundre,R., Karundeng,M.(2014). Faktor-Faktor Yang Berperan
Meningkatnya Angka Kejadian Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum
Daerah Liun Kendage Tahuna: Jurnal Penelitian.Ejournal Kp,2(1),1-7
Sujiyatini, Nurjanah, Kurniati Ana. 2010. Asuhan Ibu Nifas Askeb Iii.Yogyakarta :
Cyrillus Publisher