Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Bab iv
1. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data pengamatan obat atrofin sulfat melalui intramuskular :
No Pengamatan 15” 30” 45” 60”
1. Pupil mata (midriasis) + + - -
2. Diare - - - -
3. Tremor + + + -
4. Warna daun telinga + + - -
5. Grooming + + + +
Tabel 2. Data pengamatan obat domperidon melalui oral :
No Pengamatan 15” 30” 45” 60”
1. Pupil mata (midriasis) + + - -
2. Diare - + - -
3. Tremor + + + -
4. Warna daun telinga + - - -
5. Grooming + + + -
IV.2 Perhitungan Dosis
1. Atrofin sulfat melalui intramuskular
Diketahui:
Dosis atropin sulfat = 0,25 mg/mL
Berat mencit = 17,43 g
2. Konversi dosis manusia ke mencit = 0,0026
Volume maksimum pemberian mencit( intramuskular) = 0,05 mL
Jadi, volume pemberian untuk mencit adalah:
mL = 0,04 mL
Untuk dosis pemberiannya yaitu:
mg = 0,01 mg.
Artinya, dalam volume pemberian 0,04 mL mengandung dosis
sebesar 0,01 mg atropin sulfat.
2. Domperidon melalui oral
Berat mencit = 24,51 g
Domperidone = 10 mg
Konversi dosis manusia ke mencit = 0,0026
Volume maksimum pemberian mencit (oral) = 1 ml
Jadi, volume pemberian untuk mencit adalah:
x 1 ml = 0,817 ml
Untuk dosis pemberiannya, yaitu:
mg = 8,17 mg.
Artinya, dalam volume pemberian 0,817 mL mengandung dosis
sebesar 8,17 mg domperidon.
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, kami melakukan percobaan tentang sistem saraf
otonom, dimana dalam hal ini kami melakukan pengujian terhadap pengaruh
aktivitas obat-obat sistem saraf otonom pada mencit. Saraf otonom atau
3. dapat disebut juga sebagai sistem saraf tak sadar merupakan saraf-saraf yang
bekerja tanpa disadari atau bekerja secara otomatis tanpa diperintah oleh
sistem saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum tulang belakang. Sistem
saraf otonom ini terdiri dari neuron-neuron motorik yang mengatur kegiatan
organ-organ dalam, misalnya jantung, paru-paru, ginjal, kelenjar keringat,
otot polos sistem pencernaan dan otot polos pembuluh darah.
Dalam percobaan ini, kami akan menguji efek obat dari atropin sulfat
(melalui IM) dan domperidon (melalui oral) yang diberikan kepada mencit
(Mus musculus).
Percobaan ini diawali dengan mempuasakan mencit 8 jam sebelum
dilakukan percobaan. Tujuan dipuasakan hewan coba tersebut adalah untuk
mengurangi variasi biologis dari mencit tersebut. Kemudian, dilakukan
pemilihan hewan percobaan yaitu mencit. Dimana dalam pemilihan ini
mencit ini, harus dipilih mencit yang tidak cacat dan memiliki bobot badan
yang cukup. Mencit yang telah dipilih, lalu ditimbang. Penimbangan mencit
ini dilakukan dengan meletakkan seekor mencit yang akan digunakan, diatas
neraca ohauss dan diamati angka yang menunjukkan berat badan mencit.
Penimbangan mencit ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan dosis yang
tepat pada perlakuan percobaan, karena setiap individu yang memiliki berat
badan yang berbeda akan mendapatkan pemberian dosis yang berbeda,
mengingat berat badan merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan pemberian jumlah dosis.
4. Setelah ditimbang, mencit diberi perlakuan yaitu untuk mencit yang
pertama diberi atropin sulfat melalui intramuskular dan yang kedua diberi
domperidon melalui oral.
Atropin sulfat merupakan obat yang memiliki afinitas kuat terhadap
reseptor muskarinik, dimana obat ini terikat secara kompetitif, sehingga
mencegah asetil kolin terikat secara kompetitif pada tempatnya direseptor
muskarinik. Pemberian atropin sulfat yang merupakan antagonis kolinergik
pada mencit menyebabkan terjadinya efek grooming (mengusap-usap
muka), midriasis, tremor (kejang-kejang), vasodilatasi dan vasokontriksi
setelah 15-45 menit (4).
Pada pemberian atropin sulfat melalui intramuskular kepada mencit
dilakukan dibagian paha belakang mencit. Setelah diberi perlakuan, mencit
diamati setiap 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 60 menit.
Selanjutnya, untuk mencit kedua diberikan domperidon tablet melalui
oral. Dalam pemberian ini, domperidon dihaluskan lalu dicampurkan dengan
Na CMC. Setelah itu diberikan kepada mencit melalui kanula. Setelah diberi
perlakuan, mencit tersebut diamati setiap 15 menit, 30 menit, 45 menit dan
60 menit.
Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa pada menit ke-15 sampai menit
ke-30 pupil mata mencit mengalami pelebaran (midriasis). Hal ini
disebabkan oleh atropin sulfat ini menghambat M. constrictor pupillae dan
M. cilliaris lensa mata, sehingga menyebabkan midriasis tersebut. Dalam hal
ini midriasis tersebut menyebabkan mencit mengalami fotofobia. Mula
timbulnya midriasis itu sendiri tergantung dari besarnya dosis, dan
5. hilangnya lebih lambat daripada hilangnya kelenjar liur (6). Jadi, hal ini
sesuai dengan literature. Dimana salah satu efek dari atropin sulfat adalah
terjadi midriasis.
Selain pada pupil mata, dilakukan pula pengamatan terhadap adanya
diare yang terjadi pada mencit tersebut. Berdasarkan pengamatan, diperoleh
bahwa setelah pemberian atropin sulfat tidak terjadi diare pada mencit. Hal
ini terjadi karena atropin bersifat menghambat gerak peristaltik lambung dan
usus. Selain itu, atropin juga disebut sebagai antispasmodis. Dimana atropin
dapat menyebabkan berkurangnya sekresi liur dan sebagian juga sekresi
asam lambung. Hal ini sesuai dengan literatur, dimana atropin sulfat itu
memiliki khasiat sebagai antispasmodik, yaitu menghambat gerak peristaltik
lambung dan usus.
Pada pengamatan terhadap atropin sulfat ini juga diperoleh adanya
tremor yang dialami mencit pada menit ke-15, 30, dan 45. Adanya tremor ini
disebabkan oleh kontraksi otot yang tidak terkontrol dan tidak disengaja.
Selain itu, pada menit ke-15 sampai ke-30 terlihat warna daun telinga mencit
menjadi pucat. Hal ini terjadi karena pemberian senyawa parasimpatolitik
(anti kolinergik) menyebabkan menyempitnya pembuluh darah
(vasokontriksi), sehingga suplai darah ke daerah tersebut berkurang.
Tanda lainnya yang diamati adalah grooming yang dialami mencit sejak
menit ke-15, 30, 45, dan 60 sejak pemberian injeksi intramuskular terhadap
mencit tersebut. Grooming merupakan suatu keadaan dimana mencit
mengusap-usap mukanya dengan kaki depannya. Grooming yang berlebihan
menunjukkan adanya stimulasi sistem saraf pusat (SSP). Grooming ini
6. terjadi karena pemberian senyawa parasimpatomimetik (anti kolinergik)
dapat merangsang system saraf pusat.
Untuk mencit yang diberi domperidon melalui oral, terlihat bahwa pada
menit ke 15 terjadi midriasis dan pada menit berikutnya tidak terjadi
midriasis. Selain itu, diamati juga adanya diare. Namun, pada pemberian
domperidon, tidak terjadi diare pada menit ke 15 tetapi terjadi pada menit ke
30 dan untuk menit selanjutnya tidak terjadi diare.
Selain diare dan midriasis, diamati juga adanya tremor (kejang) dan
grooming (mengusap-usap muka). Terlihat bahwa pada menit ke 15, 30 dan
45 terjadi tremor dan grooming. Namun pada menit ke 60, sudah tidak
terjadi tremor dan grooming.
Selain itu, diamati juga warna dari daun telinga mencit tersebut. Dari
hasil pengamatan, terlihat bahwa pada menit ke 15, telinga mencit berubah
menjadi pucat. Namun, pada menit-menit berikutnya telinga mencit tersebut
menjadi normal (tidak pucat).