SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  547
POTENSI HASIL KLON HARAPAN UBIKAYU
PADA TIGA UMUR PANEN BERBEDA
Sutrisno dan Titik Sundari
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan ubi-ubian
JL. Raya Kendalpayak, KM 8, Kotak Pos 66 Malang, Telp. 0341-801468
Email : sutrisnoharun81@yahoo.com
ABSTRAK
Hasil ubikayu dipengaruhi oleh faktor genotipe tanaman, diantaranya umur panen. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi hasil beberapa klon harapan ubikayu pada tiga umur panen
berbeda. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Jambegede, Malang, pada bulan September
2007 hingga Agustus 2008. Perlakuan terdiri dari enam klon dan dua varietas ubikayu (CMM
02048-6, CMM 97007-145, MLG 10312, MLG 10316, OMM 9076, CMM 97001-12, Malang-1, dan
Adira-1) yang dipanen pada umur 7, 9, dan 11 bulan setelah tanam (BST). Petak percobaan
berukuran 5 m x 4 m dengan jarak tanam 100 cm x 80 cm. Perlakuan disusun menggunakan
rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman
berumur 1 BST dengan dosis Urea 100 kg + SP 36 100 kg + KCl 50 kg/ha dan pemupukan kedua
pada umur 3 BST dengan dosis Urea 100 kg + KCl 50 kg /ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil klon-klon ubikayu berbeda menurut waktu panen, yang dapat dilihat dari bobot umbi segar,
diameter umbi, dan kandungan pati. Hasil umbi tertinggi diperoleh pada umur panen 11 bulan.
Hasil umbi tertinggi dihasilkan oleh klon MLG 10312 sedangkan hasil pati tertinggi dari CMM
97001-12 dan Malang-1.
Kata kunci: klon ubikayu, hasil umbi, kadar pati, umur panen
ABSTRACT
The yield potential of cassava clones at three different harvesting times. The yield of
cassava is influenced by plant genotype, where one factor is harvesting time. This
experiment aimed to determine tuber yield of cassava clones at three harvesting period.
The experiment was conducted at Jambegede Experimental Farm in Malang from
September 2007 to August 2008. A randomized complete block design with two factors
and three replicates was applied. Factor I was six cassava clones and two cassava varieties,
factor II was three harvesting time (7, 9 and 11 months). Each treatment combination was
grown in a 5.0 m x 4.0 m plot, with 100 cm x 80 cm plant spacing. First fertilization was
done at 1 month after planting (MAP) by applying 100 kg Urea + 100 kg SP36 + 50 kg
KCl ha-1
and the second fertilization (100 kg Urea + 50 kg KCl ha-1
) was done at 3 MAP.
The result showed that tuber yields of cassava clones were different following the harvest-
ing time based on fresh tuber weight, tuber diameter, and starch content. The highest tuber
yield was obtained when the plants were harvested at 11 MAP. The highest tuber yield was
obtained by MLG 10312, and the highest starch content was obtained by CMM 97001-12
and Malang-1 variety.
Key words: cassava clone, tuber yield, starch content, and harvesting time.
PENDAHULUAN
Ubikayu merupakan tanaman pangan yang potensial sebagai bahan baku industri,
bioethanol, pati, tepung mocaf, dan pakan ternak (Suyamto dan Wargiono 2007). Untuk
memenuhi kebutuhan ubikayu secara terus-menerus antara lain perlu dilakukan pemilihan
Sutrisno dan Sundari: Hasil Klon Harapan Ubikayu Pada Tiga Umur Panen Berbeda 548
varietas yang memiliki umur panen optimal. Umur panen optimal adalah umur panen
yang dapat memberikan hasil umbi dan kadar pati yang tinggi (Sundari dan Ginting
2008).
Menurut Alves (2002), tanaman ubikayu umumnya melengkapi siklus hidupnya pada
umur 12 bulan. Proses pengisian umbi terjadi pada umur 6 hingga 10 bulan. Pada umur
10–12 bulan hampir semua daun mulai rontok dan pertumbuhan tunas vegetatif mulai
berhenti. Meskipun demikian, laju perpindahan hasil fotosintat ke umbi masih terus ber-
langsung. Setelah itu tanaman memasuki pertumbuhan vegetatif periode baru, dan
akumulasi fotosintat pada umbi terhenti (El-Sharkawy 2004). Hasil penelitian Safo (1996)
menunjukkan bahwa kadar pati maksimal diperoleh pada umur panen 11 bulan. Bebe-
rapa klon ubikayu yang dipanen lebih dari umur 12 bulan umumnya mengalami
penurunan kadar pati (Apea-Bah et al. 2011).
Beberapa varietas ubikayu yang dilepas di Indonesia memiliki umur 7–12 bulan
(Suhartina 2005). Hasil penelitian Sholihin (2008) menunjukkan bahwa hasil pati dari
ubikayu berumur 9 bulan lebih tinggi daripada umur 6 bulan. Sundari dan Ginting (2008)
juga menyatakan bahwa hasil umbi dan pati dari ubikayu berumur 8 bulan lebih tinggi
daripada umur 6 dan 7 bulan. Hasil penelitian di Natar Lampung Selatan menunjukkan
bahwa kadar pati ubikayu tertinggi diperoleh pada umur 10 bulan (Nugrahaeni et al.
2008). Pada penelitian lain terdapat klon yang memberikan hasil umbi maksimal pada
umur 6 bulan dan yang lain pada umur 12 bulan atau di antara rentang umur 6–12 bulan
(Santisopasri et al. 2001). Secara umum, umur panen ubikayu dapat digolongkan menjadi
tiga kelompok yaitu genjah (dipanen pada umur 7–8 bulan), umur sedang (dipanen pada
umur 8–10 bulan), dan umur dalam (dipanen pada umur lebih dari 10 bulan).
Adira-1 dan Malang-1 merupakan varietas unggul ubikayu yang dilepas pada tahun
1978 dan 1992, memiliki umur panen optimal berturut-turut 7–10 bulan dan 9–10 bulan.
CMM 02048-6, CMM 97007-145, MLG 10312, MLG 10316, OMM 9076, dan CMM
97001-12 merupakan klon harapan ubikayu yang memiliki potensi untuk dilepas menjadi
varietas unggul baru berumur genjah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur
panen optimal klon-klon harapan ubikayu.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Jambegede, Malang, Jawa Timur, pada
bulan September 2007 hingga Agustus 2008. Perlakuan disusun berdasarkan rancangan
acak kelompok faktorial dua faktor. Faktor pertama adalah umur panen ( 7, 9, dan 11
bulan) dan faktor kedua adalah delapan genotipe ubikayu (CMM 02048-6, CMM 97007-
145, MLG 10312, MLG 10316, OMM 9076, CMM 97001-12, Malang-1, dan Adira-1).
Setiap genotipe ditanam pada petak berukuran 5 m x 4 m, jarak tanam 100 cm x 80 cm.
Pemupukan dilakukan dua tahap. Tahap pertama pada umur 1 bulan setelah tanam
(BST) dengan dosis 100 kg Urea + 100 kg SP36 + 50 kg KCl /ha. Pemupukan kedua
dilakukan pada umur 3 BST dengan dosis 100 kg Urea + 50 kg KCl /ha. Penyiangan
dilakukan secara manual pada saat tanaman berumur 1 dan 3 BST. Pembenahan guludan
bersamaan dengan pemupukan kedua dan pengurangan cabang tanaman (mewiwil) pada
umur 2 BST. Pengairan dilakukan satu bulan sekali.
Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, bobot umbi segar, jumlah umbi besar,
jumlah umbi kecil, panjang umbi, diameter umbi, dan kadar pati umbi. Pengamatan kadar
pati menggunakan metode gravimetri kadar pati (%) = (112,1 x SG) – 106,4; dimana SG
(specific gravity) = bobot umbi di udara/ (bobot umbi di udara – bobot umbi di air). Hasil
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  549
pati per hektar diperoleh dari hasil umbi per hektar dikalikan dengan kadar pati. Data
dianalisis menggunakan metode anova. Pemisahan nilai tengah dilakukan berdasarkan uji
BNJ pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa interaksi antara klon dengan umur
panen berpengaruh nyata terhadap bobot umbi segar, diameter umbi, kadar pati, dan
hasil pati, tetapi tidak mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah umbi besar, jumlah umbi
kecil, jumlah umbi total, dan panjang umbi (Tabel 1). Perbedaan tinggi tanaman, jumlah
umbi besar, jumlah umbi kecil, jumlah umbi total, dan panjang umbi dipengaruhi oleh
umur panen dan klon secara terpisah.
Tabel 1. Analisis ragam komponen hasil dan hasil ubikayu di KP Jambegede pada tiga umur
panen (April, Juni, dan Agustus 2008)
Kuadrat nilai tengah
Variabel
Umur panen Klon Umur panen x klon
Tinggi tanaman 12927,93* 9270,55* 578,14ns
Jumlah umbi besar 175,758* 27,85* 21,29 ns
Jumlah umbi kecil 17,36* 2,60* 0,86 ns
Jumlah umbi total 43,18* 7,37* 1,95 ns
Panjang umbi 89,03ns
144,83* 55,86 ns
Diameter umbi 26,38* 3,38* 1,79*
Bobot umbi segar 61,66* 7,76* 2,20*
Kadar pati 63,31* 1,70* 1,25*
Bobot umbi (t/ha) 4721,21* 593,80* 168,78*
Hasil pati (t/ha) 82,16* 16,98* 4,17*
Tinggi tanaman semakin meningkat dengan bertambahnya umur panen (Tabel 2). Laju
pertambahan tinggi tanaman berbeda pada setiap periode, pada umur 9 bulan meningkat
18% dibandingkan dengan umur panen 7 bulan, sedangkan pada umur 11 bulan hanya
meningkat 2% dibanding umur 9 bulan. Laju pertambahan tanaman menurun dengan
meningkatnya umur tanaman. Hal ini karena hasil fotosintat lebih diarahkan pada proses
pengisian umbi atau pertumbuhan generatif daripada pertumbuhan vegetatif tanaman
(Alves 2002), yang dapat dilihat pada jumlah umbi besar dan jumlah umbi total yang
semakin banyak, sedangkan jumlah umbi kecil semakin sedikit hingga umur 11 bulan
(Tabel 2 ).
Sutrisno dan Sundari: Hasil Klon Harapan Ubikayu Pada Tiga Umur Panen Berbeda 550
Tabel 2. Tinggi tanaman, jumlah umbi besar, jumlah umbi kecil, jumlah umbi total, dan panjang
umbi tanaman ubikayu di KP Jambegede pada tiga umur panen (April, Juni, Agustus
2008)
Umur panen
Tinggi tanaman
(cm)
Jumlah umbi
besar/tan
(buah)*
Jumlah umbi
kecil/tan (buah)*
Jumlah umbi
total/tan
(buah)
Panjang
umbi
(cm)
7 Bulan 205 b 3,34 c 3,66 a 7,10 b 35,71 a
9 Bulan 242 a 4,09 b 2,39 b 6,57 c 32,07 a
11 Bulan 248 a 6,87 a 1,97 b 9,11 a 34,98 a
BNJ 5% 13,41 0,74 0,63 0,88 4,30
KK 8,23 9,89 17,45 16,53 17,87
*: transformasi x , KK : koefisien keragaman
Laju pertambahan jumlah umbi besar meningkat dengan bertambahnya umur panen.
Pada umur 9 bulan, laju pertambahan umbi besar meningkat 22% dibandingkan dengan
umur 7 bulan dan pada umur 11 bulan meningkat 68% dibandingkan dengan umur 9
bulan. Jumlah umbi kecil pada umur 9 bulan menurun 34% dibanding umur 7 bulan dan
pada umur 11 bulan menurun 17% dibandingkan dengan umur 9 bulan. Jumlah umbi
total pada umur 11 bulan meningkat 28% dibandingkan dengan umur 7 bulan.
Meningkatnya laju pertambahan jumlah umbi total, jumlah umbi besar, dan berkurangnya
jumlah umbi kecil pada umur 9–11 bulan menunjukkan bahwa pada periode tersebut
pertumbuhan tanaman lebih mengarahkan pada pengisian atau pembesaran umbi.
Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah umbi besar, jumlah umbi kecil, jumlah umbi total, dan
panjang umbi pada delapan varietas ubikayu di KP Jambegede pada tiga umur panen
(April, Juni, Agustus 2008)
Klon/Varietas
Tinggi
tanaman (cm)
Jumlah umbi
besar/tan (umbi)*
Jumlah umbi
kecil/tan
(umbi)*
Jumlah umbi
total/tan
(umbi)
Panjang
umbi
(cm)
CMM 02048-6 170 c 4,06 b 2,30 ab 6,52 b 26,59 b
CMM 97007-145 243 b 5,18 ab 2,40 ab 7,85 ab 34,80 ab
MLG 10312 287 a 5,78 a 3,21 a 9,33 a 34,38 ab
MLG 10316 234 b 4,34 b 1,90 b 6,44 b 38,72 a
OMM 9076 220 b 4,79 ab 2,51 ab 7,56 ab 31,73 ab
CMM 97001-12 238 b 5,07 ab 2,44 ab 7,93 ab 38,41 a
Malang-1 239 b 3,99 b 3,42 a 7,70 ab 32,51 ab
Adira-1 226 b 4,15 b 2,98 ab 7,41 b 36,89 a
BNJ 5% 29 1,59 1,34 1,89 9,22
K K 8,23 9,89 17,45 16,53 17,87
*: transformasi x , KK: Koefisien keragaman
Setiap klon/varietas memiliki tinggi tanaman, jumlah umbi besar, jumlah umbi kecil,
jumlah umbi total, dan panjang umbi yang berbeda (Tabel 3). Klon MLG 10312 memiliki
postur tanaman yang lebih tinggi, menghasilkan umbi besar, umbi kecil, dan jumlah umbi
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  551
total terbanyak. Sebaliknya klon CMM 02048-6 paling pendek dengan jumlah umbi besar
dan umbi total paling sedikit. Tinggi tanaman berkorelasi dengan jumlah umbi besar
(r=0,411**), jumlah umbi total (r = 0,330**), tetapi tidak berkorelasi dengan jumlah
umbi kecil, panjang umbi, dan kadar pati (Tabel 4).
Tabel 4. Nilai koefisien korelasi antarkomponen hasil dan hasil ubikayu .
TT BUB JUB JUK JUT PU DU
BUB 0,396**
0,001
JUB 0,411**
0,000
0,737**
0,000
JUK -0,179
0,132
-0,358**
0,002
-0,427**
0,000
JUT 0,330**
0,005
0,569**
0,000
0,810**
0,000
0,184
0,122
PU 0,146
0,221
0,232**
0,050
0,277*
0,018
-0,079
0,510
0,250*
0,034
DU 0,270*
0,022
0,796**
0,000
0,536**
0,000
-0,379**
0,001
0,336**
0,004
0,082
0,495
KP -0,197
0,097
-0,473**
0,000
-0,541**
0,000
0,108
0,367
-0,518**
0,000
-0,166
0,164
-0,356**
0,002
TT) tinggi tanaman, BUB) bobot umbi basah, JUB) jumlah umbi besar, JUK) jumlah umbi kecil, JUT) jumlah umbi total, PU)
panjang umbi, DU) diameter umbi, KP) kadar pati.
Klon yang berinteraksi dengan umur panen menentukan bobot umbi segar, dengan
demikian klon/varietas yang diuji memiliki umur panen optimal yang berbeda (Tabel 5).
Klon CMM 02048-6, MLG 10316, dan varietas Adira-1 menghasilkan bobot umbi segar
yang tidak berbeda nyata pada saat dipanen umur 7, 9 dan 11 bulan. Hal ini menun-
jukkan bahwa klon CMM 02048-6, MLG 10316, dan varietas Adira-1 sebaiknya dipanen
lebih awal karena penambahan umur panen tidak nyata meningkatkan bobot umbi.
Sebaliknya, klon CMM 97007-145, MLG 10312, OMM979076, CMM 97001-12, dan
Malang-1 mengalami peningkatan hasil yang nyata dengan penambahan umur panen. Hal
ini menunjukkan klon/varietas CMM 97007-145, MLG 10312, OMM979076, CMM
97001-12, dan Malang-1 lebih baik dipanen lebih lambat agar diperoleh hasil maksimal.
Klon/varietas yang nyata mengalami peningkatan bobot umbi segar sebaiknya dipanen
pada umur 11 bulan karena peningkatan hasil terjadi pada umur tersebut, sedangkan bila
dipanen pada umur 7 dan 9 bulan belum nyata meningkatkan hasil. Klon MLG 10312
memiliki bobot umbi tertinggi pada setiap umur panen dan meningkat nyata pada umur
11 bulan, sedangkan Adira-1 konsisten menghasilkan bobot umbi terendah pada setiap
umur panen. Klon yang memiliki bobot umbi terbaik setelah MLG 10312 adalah Malang-1
dan CMM 97001-12 (Tabel 5).
Sutrisno dan Sundari: Hasil Klon Harapan Ubikayu Pada Tiga Umur Panen Berbeda 552
Tabel 5. Pengaruh interaksi umur panen dan genotipe ubikayu terhadap bobot umbi segar dan hasil pati.
Bobot umbi segar/tanaman Hasil pati per tanaman (kg)
Perlakuan
7 9 11 7 9 11
CMM 02048-6 3,39 cd 3,45 cd 5,18 bc 0,63 defg 0,67 defg 0,80 bcd
CMM 97007-145 2,12 d 2,55 d 5,19 bc 0,38 fg 0,46 defg 0,77 cde
MLG 10312 3,69 cd 4,10 cd 7,89 a 0,63 defg 0,76 cde 1,14 ab
MLG 10316 2,78 d 2,93 cd 3,85 cd 0,47 defg 0,53 defg 0,60 defg
OMM 9076 2,11 d 3,19 cd 6,49 ab 0,37 fg 0,61 defg 1,02 abc
CMM 97001-12 3,25 cd 3,56 cd 7,15 ab 0,55 defg 0,71 cdef 1,17 a
Malang-1 2,52 d 3,55 cd 7,23 ab 0,42 efg 0,68 cdef 1,17 a
Adira-1 1,92 d 2,33 d 2,68 d 0,32 g 0,42 efg 0,42 efg
BNJ 5% 2,35 0,37
KK 19,6 8,46
Angka sejajar yang dikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%
Klon yang berinteraksi dengan umur panen menentukan kadar pati, dengan demikian
klon/varietas yang diuji memiliki umur panen optimal yang berbeda dalam menghasilkan
kadar pati maksimal (Tabel 6). Beberapa klon/varietas mengalami peningkatan kadar pati
dengan bertambahnya umur panen hingga 9 bulan kemudian turun kembali pada umur
11 bulan. Klon/varietas yang lain mengalami penurunan kadar pati dengan bertambahnya
umur panen. Klon CMM 02048-6, CMM 97007-145, dan MLG 10312 tidak mengalami
peningkatan kadar pati pada umur 9 bulan tetapi kadar patinya menurun pada umur 11
bulan. Klon MLG 10316, OMM 9076, CMM 97001-12, Malang-1, dan Adira-1 juga
mengalami peningkatan kadar pati pada umur 9 bulan dan menurun pada umur 11 bulan.
Pada umur 7 bulan, klon yang memiliki kadar pati paling tinggi adalah CMM 02048-6,
sedangkan pada umur 9 dan 11 bulan kadar pati paling tinggi dicapai oleh CMM 97001-
12. Penundaan panen hingga umur 11 bulan menurunkan kadar pati (Tabel 6). Penuru-
nan kadar pati dapat terjadi karena kandungan air dalam umbi meningkat (Sundari et al.
2010). Menurut Antarlina (1991), menurunnya kadar pati dapat disebabkan oleh hasil
fotosintesis berupa glukosa belum diubah menjadi pati, atau pati telah dirombak
membentuk serat atau diubah kembali menjadi glukosa yang akan digunakan tanaman
untuk tumbuh pada fase berikutnya.
Menurunnya kadar pati pada umur panen 11 bulan tidak berarti hasil pati juga menu-
run. Jika bobot umbi basah dikonversi ke kadar pati maka hasil pati tetap meningkat
seiring dengan meningkatnya bobot umbi segar. Klon CMM 02048-6, MLG 10316, dan
varietas Adira-1 tidak mengalami peningkatan hasil pati yang nyata pada setiap perbedaan
umur panen. Klon CMM 97007-145, MLG 10312, OMM 9076, CMM 97001-12, dan
Malang-1 nyata mengalami peningkatan hasil pati pada perbedaan umur panen. Hasil pati
tertinggi pada umur 11 bulan berturut-turut dicapai oleh CMM 97001-12, Malang-1, dan
MLG 10312 (Tabel 6).
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  553
Tabel 6. Pengaruh interaksi antara umur panen dan genotipe pada diameter umbi dan kadar pati
Diameter umbi Kadar pati (%)Perlakuan
7 9 11 7 9 11
CMM 02048-6
4,87 cdef 4,73 cdef 6,55 abcde 18,62 abcd 19,40 ab 15,38 hi
CMM 97007-145
3,88 f 4,43 def 5,27 abcdef 18,00 abcde 18,16 abcdef 14,72 i
MLG 10312
4,07 f 5,50 abcdef 7,49 ab 17,25 cdefgh 18,32 abcde 14,50 i
MLG 10316
4,41 def 4,66 cdef 5,24 bcdef 17,01 defgh 18,31 abcde 15,45 hi
OMM 9076
4,28 ef 4,95 cdef 7,60 a 17,62 bcdefg 19,16 abc 15,82 ghi
CMM 97001-12
3,98 f 4,13 f 7,04 abc 16,79 defgh 19,79 a 16,50 efghi
Malang-1
3,91 f 4,83 cdef 6,77 abcd 16,86 defgh 19,16 abc 16,26 fghi
Adira-1
3,94 f 4,12 f 3,48 f 16,64 defghi 18,00 abcde 15,74 ghi
BNJ 5%
2,42 2,13
KK
15,62 3,99
Angka sejajar yang dikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%
KESIMPULAN
Hasil ubikayu dipengaruhi oleh umur panen dan genotipe secara bersamaan. Klon
CMM 02048-6, MLG 10316, dan varietas Adira-1 tidak nyata mengalami peningkatkan
bobot umbi dengan penambahan umur panen sehingga sebaiknya dipanen lebih awal.
Klon CMM 97007-145, MLG 10312, OMM979076, CMM 97001-12, dan Malang-1 nyata
mengalami peningkatkan bobot umbi dengan penambahan umur panen sehingga
sebaiknya dipanen lebih lambat. Berdasarkan kriteria hasil umbi dan hasil pati, klon ter-
baik pada tiga umur panen adalah MLG 10312.
DAFTAR PUSTAKA
Alves A.A.C. (2002) Cassava Botany and Physiology, Cassava, Biology, Production And Utilization,
Bahia, Brazil. pp. 67−88.
Antarlina S.S. (1991) Pengaruh umur panen dan klon terhadaap beberapa sifat sensoris, fisis, dan
kimia tepung ubijalar, Pascasarjana, Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. pp. 100.
Apea-Bah F.B., I. Oduro, W.O. Ellis, O. Safo-Kantanka. (2011) Factor analysis and age at harvest
effect on the quality of flour from four cassava varieties. World Journal of Dairy & Food Science
6.
El-Sharkawy, Mabrouk A. (2004). Cassava biology and physiology. CIAT. Kluwer Academic
Publisher. Colombia. Pp.481−501.
Nugrahaeni N., T. Sundari, Subandi, Marwoto d. (2008) Inovasi teknologi mendukung pengem-
bangan tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian, dalam) N. Saleh, et al. (Eds.), Propek
pengembangan agroindustri berbasis kacang-kacangan dan umbi-umbian di Jawa Tengah
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, Jawa Tengah. pp. 19−47.
Safo-Kantanka O., M. Osei-Minta. (1996) Effect of cultivar and age at harvest on the dry matter,
starch gelatinization properties and the cooking quality of cassava. Ghana J Agric Sci 28-29.
Santisopasri V., K. Kurotjanawong, S. Chotineeranat, K. Piyachomkwan, K. Sriroth, C.G. Oates.
(2001) Impact of water stress on yield and quality of cassava starch. Industrial Crops and
Products 13.
Sholihin. (2008) Keragaan klon-klon harapan ubi kayu untuk bahan baku industri bioethanol di pati
jawa tengah, dalam: N. Saleh, et al. (Eds.), Prospek pengembangan agroindustri berbasis
Sutrisno dan Sundari: Hasil Klon Harapan Ubikayu Pada Tiga Umur Panen Berbeda 554
kacang-kacangan dan umbi-umbian di Jawa Tengah, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah. pp.
341−347.
Suhartina. (2005) Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian, Balai Penelitian
Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Malang.
Sundari T., E. Ginting. (2008) Kesesuaian varietas unggul dan klon-klon harapan ubi kayu untuk
bahan baku bioethanol, dalam: N. Saleh, et al. (Eds.), Prospek pengembangan agroindustri
berbasis kacang-kacangan dan umbi-umbian di Jawa Tengah, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Jawa Tengah. pp. 334−340.
Sundari T., K. Noerwijati, I.J. Mejaya (2010) Hubungan antara komponen hasil dan hasil umbi klon
harapan ubi kayu. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 29:62.
Suyamto, J. Wargiono. (2007) Potensi , hambatan, dan peluang pengembangan ubi kayu untuk
industi bioethanol, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

More Related Content

Similar to 67 bika 04_sutris_titik

Jurnal acara 5
Jurnal acara 5Jurnal acara 5
Jurnal acara 5
yoga budi
 
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
Repository Ipb
 
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
Repository Ipb
 
112-181-2-PB.Pdf
112-181-2-PB.Pdf112-181-2-PB.Pdf
112-181-2-PB.Pdf
febjoki
 
modul rancangan acak lengkap
modul rancangan acak lengkapmodul rancangan acak lengkap
modul rancangan acak lengkap
zainal509
 
ANALISIS DAYA GABUNG UMUM DAN DAYA GABUNG KHUSUS 6 MUTAN DAN PERSILANGANNYA D...
ANALISIS DAYA GABUNG UMUM DAN DAYA GABUNG KHUSUS 6 MUTAN DAN PERSILANGANNYA D...ANALISIS DAYA GABUNG UMUM DAN DAYA GABUNG KHUSUS 6 MUTAN DAN PERSILANGANNYA D...
ANALISIS DAYA GABUNG UMUM DAN DAYA GABUNG KHUSUS 6 MUTAN DAN PERSILANGANNYA D...
Repository Ipb
 

Similar to 67 bika 04_sutris_titik (20)

Benih Unggul Kemenyan Toba (Styrax sumatrana): Eksplorasi dan Pengujian Benih
Benih Unggul Kemenyan Toba (Styrax sumatrana): Eksplorasi dan Pengujian BenihBenih Unggul Kemenyan Toba (Styrax sumatrana): Eksplorasi dan Pengujian Benih
Benih Unggul Kemenyan Toba (Styrax sumatrana): Eksplorasi dan Pengujian Benih
 
1605 2977-1-pb
1605 2977-1-pb1605 2977-1-pb
1605 2977-1-pb
 
68 124-1-sm
68 124-1-sm68 124-1-sm
68 124-1-sm
 
Jurnal acara 5
Jurnal acara 5Jurnal acara 5
Jurnal acara 5
 
Simao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasiSimao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasi
 
ANALISIS KAPASITASDAN KECEPATAN ALIRAN SUNGAI BEKASI HULU1
ANALISIS KAPASITASDAN KECEPATAN ALIRAN SUNGAI BEKASI HULU1ANALISIS KAPASITASDAN KECEPATAN ALIRAN SUNGAI BEKASI HULU1
ANALISIS KAPASITASDAN KECEPATAN ALIRAN SUNGAI BEKASI HULU1
 
Jarak Tanam bayam merah.pdf
Jarak Tanam bayam merah.pdfJarak Tanam bayam merah.pdf
Jarak Tanam bayam merah.pdf
 
Laporan vegetatif tanaman katuk
Laporan vegetatif tanaman katukLaporan vegetatif tanaman katuk
Laporan vegetatif tanaman katuk
 
Makalah_24 Laporan perkecambahan kel 3
Makalah_24 Laporan perkecambahan kel 3Makalah_24 Laporan perkecambahan kel 3
Makalah_24 Laporan perkecambahan kel 3
 
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1...
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1...PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1...
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1...
 
Presentasi Biologi ( Percobaan Nutrisi pada Kacang Hijau)
Presentasi Biologi ( Percobaan Nutrisi pada Kacang Hijau)Presentasi Biologi ( Percobaan Nutrisi pada Kacang Hijau)
Presentasi Biologi ( Percobaan Nutrisi pada Kacang Hijau)
 
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
 
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
 
112-181-2-PB.Pdf
112-181-2-PB.Pdf112-181-2-PB.Pdf
112-181-2-PB.Pdf
 
SELEKSI GENOTIP POTENSIAL ERCIS (Pisum sativum L.) FASE POLONG HIJAU [KACANG ...
SELEKSI GENOTIP POTENSIAL ERCIS (Pisum sativum L.) FASE POLONG HIJAU [KACANG ...SELEKSI GENOTIP POTENSIAL ERCIS (Pisum sativum L.) FASE POLONG HIJAU [KACANG ...
SELEKSI GENOTIP POTENSIAL ERCIS (Pisum sativum L.) FASE POLONG HIJAU [KACANG ...
 
modul rancangan acak lengkap
modul rancangan acak lengkapmodul rancangan acak lengkap
modul rancangan acak lengkap
 
ANALISIS DAYA GABUNG UMUM DAN DAYA GABUNG KHUSUS 6 MUTAN DAN PERSILANGANNYA D...
ANALISIS DAYA GABUNG UMUM DAN DAYA GABUNG KHUSUS 6 MUTAN DAN PERSILANGANNYA D...ANALISIS DAYA GABUNG UMUM DAN DAYA GABUNG KHUSUS 6 MUTAN DAN PERSILANGANNYA D...
ANALISIS DAYA GABUNG UMUM DAN DAYA GABUNG KHUSUS 6 MUTAN DAN PERSILANGANNYA D...
 
praktikum ipa klmpk 5-1.pptx
praktikum ipa klmpk 5-1.pptxpraktikum ipa klmpk 5-1.pptx
praktikum ipa klmpk 5-1.pptx
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
 
Pertumbuhan Populasi.pptx
Pertumbuhan Populasi.pptxPertumbuhan Populasi.pptx
Pertumbuhan Populasi.pptx
 

Recently uploaded

Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
MemenAzmi1
 

Recently uploaded (11)

PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 

67 bika 04_sutris_titik

  • 1. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  547 POTENSI HASIL KLON HARAPAN UBIKAYU PADA TIGA UMUR PANEN BERBEDA Sutrisno dan Titik Sundari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan ubi-ubian JL. Raya Kendalpayak, KM 8, Kotak Pos 66 Malang, Telp. 0341-801468 Email : sutrisnoharun81@yahoo.com ABSTRAK Hasil ubikayu dipengaruhi oleh faktor genotipe tanaman, diantaranya umur panen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi hasil beberapa klon harapan ubikayu pada tiga umur panen berbeda. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Jambegede, Malang, pada bulan September 2007 hingga Agustus 2008. Perlakuan terdiri dari enam klon dan dua varietas ubikayu (CMM 02048-6, CMM 97007-145, MLG 10312, MLG 10316, OMM 9076, CMM 97001-12, Malang-1, dan Adira-1) yang dipanen pada umur 7, 9, dan 11 bulan setelah tanam (BST). Petak percobaan berukuran 5 m x 4 m dengan jarak tanam 100 cm x 80 cm. Perlakuan disusun menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 1 BST dengan dosis Urea 100 kg + SP 36 100 kg + KCl 50 kg/ha dan pemupukan kedua pada umur 3 BST dengan dosis Urea 100 kg + KCl 50 kg /ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil klon-klon ubikayu berbeda menurut waktu panen, yang dapat dilihat dari bobot umbi segar, diameter umbi, dan kandungan pati. Hasil umbi tertinggi diperoleh pada umur panen 11 bulan. Hasil umbi tertinggi dihasilkan oleh klon MLG 10312 sedangkan hasil pati tertinggi dari CMM 97001-12 dan Malang-1. Kata kunci: klon ubikayu, hasil umbi, kadar pati, umur panen ABSTRACT The yield potential of cassava clones at three different harvesting times. The yield of cassava is influenced by plant genotype, where one factor is harvesting time. This experiment aimed to determine tuber yield of cassava clones at three harvesting period. The experiment was conducted at Jambegede Experimental Farm in Malang from September 2007 to August 2008. A randomized complete block design with two factors and three replicates was applied. Factor I was six cassava clones and two cassava varieties, factor II was three harvesting time (7, 9 and 11 months). Each treatment combination was grown in a 5.0 m x 4.0 m plot, with 100 cm x 80 cm plant spacing. First fertilization was done at 1 month after planting (MAP) by applying 100 kg Urea + 100 kg SP36 + 50 kg KCl ha-1 and the second fertilization (100 kg Urea + 50 kg KCl ha-1 ) was done at 3 MAP. The result showed that tuber yields of cassava clones were different following the harvest- ing time based on fresh tuber weight, tuber diameter, and starch content. The highest tuber yield was obtained when the plants were harvested at 11 MAP. The highest tuber yield was obtained by MLG 10312, and the highest starch content was obtained by CMM 97001-12 and Malang-1 variety. Key words: cassava clone, tuber yield, starch content, and harvesting time. PENDAHULUAN Ubikayu merupakan tanaman pangan yang potensial sebagai bahan baku industri, bioethanol, pati, tepung mocaf, dan pakan ternak (Suyamto dan Wargiono 2007). Untuk memenuhi kebutuhan ubikayu secara terus-menerus antara lain perlu dilakukan pemilihan
  • 2. Sutrisno dan Sundari: Hasil Klon Harapan Ubikayu Pada Tiga Umur Panen Berbeda 548 varietas yang memiliki umur panen optimal. Umur panen optimal adalah umur panen yang dapat memberikan hasil umbi dan kadar pati yang tinggi (Sundari dan Ginting 2008). Menurut Alves (2002), tanaman ubikayu umumnya melengkapi siklus hidupnya pada umur 12 bulan. Proses pengisian umbi terjadi pada umur 6 hingga 10 bulan. Pada umur 10–12 bulan hampir semua daun mulai rontok dan pertumbuhan tunas vegetatif mulai berhenti. Meskipun demikian, laju perpindahan hasil fotosintat ke umbi masih terus ber- langsung. Setelah itu tanaman memasuki pertumbuhan vegetatif periode baru, dan akumulasi fotosintat pada umbi terhenti (El-Sharkawy 2004). Hasil penelitian Safo (1996) menunjukkan bahwa kadar pati maksimal diperoleh pada umur panen 11 bulan. Bebe- rapa klon ubikayu yang dipanen lebih dari umur 12 bulan umumnya mengalami penurunan kadar pati (Apea-Bah et al. 2011). Beberapa varietas ubikayu yang dilepas di Indonesia memiliki umur 7–12 bulan (Suhartina 2005). Hasil penelitian Sholihin (2008) menunjukkan bahwa hasil pati dari ubikayu berumur 9 bulan lebih tinggi daripada umur 6 bulan. Sundari dan Ginting (2008) juga menyatakan bahwa hasil umbi dan pati dari ubikayu berumur 8 bulan lebih tinggi daripada umur 6 dan 7 bulan. Hasil penelitian di Natar Lampung Selatan menunjukkan bahwa kadar pati ubikayu tertinggi diperoleh pada umur 10 bulan (Nugrahaeni et al. 2008). Pada penelitian lain terdapat klon yang memberikan hasil umbi maksimal pada umur 6 bulan dan yang lain pada umur 12 bulan atau di antara rentang umur 6–12 bulan (Santisopasri et al. 2001). Secara umum, umur panen ubikayu dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu genjah (dipanen pada umur 7–8 bulan), umur sedang (dipanen pada umur 8–10 bulan), dan umur dalam (dipanen pada umur lebih dari 10 bulan). Adira-1 dan Malang-1 merupakan varietas unggul ubikayu yang dilepas pada tahun 1978 dan 1992, memiliki umur panen optimal berturut-turut 7–10 bulan dan 9–10 bulan. CMM 02048-6, CMM 97007-145, MLG 10312, MLG 10316, OMM 9076, dan CMM 97001-12 merupakan klon harapan ubikayu yang memiliki potensi untuk dilepas menjadi varietas unggul baru berumur genjah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur panen optimal klon-klon harapan ubikayu. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Jambegede, Malang, Jawa Timur, pada bulan September 2007 hingga Agustus 2008. Perlakuan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok faktorial dua faktor. Faktor pertama adalah umur panen ( 7, 9, dan 11 bulan) dan faktor kedua adalah delapan genotipe ubikayu (CMM 02048-6, CMM 97007- 145, MLG 10312, MLG 10316, OMM 9076, CMM 97001-12, Malang-1, dan Adira-1). Setiap genotipe ditanam pada petak berukuran 5 m x 4 m, jarak tanam 100 cm x 80 cm. Pemupukan dilakukan dua tahap. Tahap pertama pada umur 1 bulan setelah tanam (BST) dengan dosis 100 kg Urea + 100 kg SP36 + 50 kg KCl /ha. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 3 BST dengan dosis 100 kg Urea + 50 kg KCl /ha. Penyiangan dilakukan secara manual pada saat tanaman berumur 1 dan 3 BST. Pembenahan guludan bersamaan dengan pemupukan kedua dan pengurangan cabang tanaman (mewiwil) pada umur 2 BST. Pengairan dilakukan satu bulan sekali. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, bobot umbi segar, jumlah umbi besar, jumlah umbi kecil, panjang umbi, diameter umbi, dan kadar pati umbi. Pengamatan kadar pati menggunakan metode gravimetri kadar pati (%) = (112,1 x SG) – 106,4; dimana SG (specific gravity) = bobot umbi di udara/ (bobot umbi di udara – bobot umbi di air). Hasil
  • 3. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  549 pati per hektar diperoleh dari hasil umbi per hektar dikalikan dengan kadar pati. Data dianalisis menggunakan metode anova. Pemisahan nilai tengah dilakukan berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa interaksi antara klon dengan umur panen berpengaruh nyata terhadap bobot umbi segar, diameter umbi, kadar pati, dan hasil pati, tetapi tidak mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah umbi besar, jumlah umbi kecil, jumlah umbi total, dan panjang umbi (Tabel 1). Perbedaan tinggi tanaman, jumlah umbi besar, jumlah umbi kecil, jumlah umbi total, dan panjang umbi dipengaruhi oleh umur panen dan klon secara terpisah. Tabel 1. Analisis ragam komponen hasil dan hasil ubikayu di KP Jambegede pada tiga umur panen (April, Juni, dan Agustus 2008) Kuadrat nilai tengah Variabel Umur panen Klon Umur panen x klon Tinggi tanaman 12927,93* 9270,55* 578,14ns Jumlah umbi besar 175,758* 27,85* 21,29 ns Jumlah umbi kecil 17,36* 2,60* 0,86 ns Jumlah umbi total 43,18* 7,37* 1,95 ns Panjang umbi 89,03ns 144,83* 55,86 ns Diameter umbi 26,38* 3,38* 1,79* Bobot umbi segar 61,66* 7,76* 2,20* Kadar pati 63,31* 1,70* 1,25* Bobot umbi (t/ha) 4721,21* 593,80* 168,78* Hasil pati (t/ha) 82,16* 16,98* 4,17* Tinggi tanaman semakin meningkat dengan bertambahnya umur panen (Tabel 2). Laju pertambahan tinggi tanaman berbeda pada setiap periode, pada umur 9 bulan meningkat 18% dibandingkan dengan umur panen 7 bulan, sedangkan pada umur 11 bulan hanya meningkat 2% dibanding umur 9 bulan. Laju pertambahan tanaman menurun dengan meningkatnya umur tanaman. Hal ini karena hasil fotosintat lebih diarahkan pada proses pengisian umbi atau pertumbuhan generatif daripada pertumbuhan vegetatif tanaman (Alves 2002), yang dapat dilihat pada jumlah umbi besar dan jumlah umbi total yang semakin banyak, sedangkan jumlah umbi kecil semakin sedikit hingga umur 11 bulan (Tabel 2 ).
  • 4. Sutrisno dan Sundari: Hasil Klon Harapan Ubikayu Pada Tiga Umur Panen Berbeda 550 Tabel 2. Tinggi tanaman, jumlah umbi besar, jumlah umbi kecil, jumlah umbi total, dan panjang umbi tanaman ubikayu di KP Jambegede pada tiga umur panen (April, Juni, Agustus 2008) Umur panen Tinggi tanaman (cm) Jumlah umbi besar/tan (buah)* Jumlah umbi kecil/tan (buah)* Jumlah umbi total/tan (buah) Panjang umbi (cm) 7 Bulan 205 b 3,34 c 3,66 a 7,10 b 35,71 a 9 Bulan 242 a 4,09 b 2,39 b 6,57 c 32,07 a 11 Bulan 248 a 6,87 a 1,97 b 9,11 a 34,98 a BNJ 5% 13,41 0,74 0,63 0,88 4,30 KK 8,23 9,89 17,45 16,53 17,87 *: transformasi x , KK : koefisien keragaman Laju pertambahan jumlah umbi besar meningkat dengan bertambahnya umur panen. Pada umur 9 bulan, laju pertambahan umbi besar meningkat 22% dibandingkan dengan umur 7 bulan dan pada umur 11 bulan meningkat 68% dibandingkan dengan umur 9 bulan. Jumlah umbi kecil pada umur 9 bulan menurun 34% dibanding umur 7 bulan dan pada umur 11 bulan menurun 17% dibandingkan dengan umur 9 bulan. Jumlah umbi total pada umur 11 bulan meningkat 28% dibandingkan dengan umur 7 bulan. Meningkatnya laju pertambahan jumlah umbi total, jumlah umbi besar, dan berkurangnya jumlah umbi kecil pada umur 9–11 bulan menunjukkan bahwa pada periode tersebut pertumbuhan tanaman lebih mengarahkan pada pengisian atau pembesaran umbi. Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah umbi besar, jumlah umbi kecil, jumlah umbi total, dan panjang umbi pada delapan varietas ubikayu di KP Jambegede pada tiga umur panen (April, Juni, Agustus 2008) Klon/Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah umbi besar/tan (umbi)* Jumlah umbi kecil/tan (umbi)* Jumlah umbi total/tan (umbi) Panjang umbi (cm) CMM 02048-6 170 c 4,06 b 2,30 ab 6,52 b 26,59 b CMM 97007-145 243 b 5,18 ab 2,40 ab 7,85 ab 34,80 ab MLG 10312 287 a 5,78 a 3,21 a 9,33 a 34,38 ab MLG 10316 234 b 4,34 b 1,90 b 6,44 b 38,72 a OMM 9076 220 b 4,79 ab 2,51 ab 7,56 ab 31,73 ab CMM 97001-12 238 b 5,07 ab 2,44 ab 7,93 ab 38,41 a Malang-1 239 b 3,99 b 3,42 a 7,70 ab 32,51 ab Adira-1 226 b 4,15 b 2,98 ab 7,41 b 36,89 a BNJ 5% 29 1,59 1,34 1,89 9,22 K K 8,23 9,89 17,45 16,53 17,87 *: transformasi x , KK: Koefisien keragaman Setiap klon/varietas memiliki tinggi tanaman, jumlah umbi besar, jumlah umbi kecil, jumlah umbi total, dan panjang umbi yang berbeda (Tabel 3). Klon MLG 10312 memiliki postur tanaman yang lebih tinggi, menghasilkan umbi besar, umbi kecil, dan jumlah umbi
  • 5. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  551 total terbanyak. Sebaliknya klon CMM 02048-6 paling pendek dengan jumlah umbi besar dan umbi total paling sedikit. Tinggi tanaman berkorelasi dengan jumlah umbi besar (r=0,411**), jumlah umbi total (r = 0,330**), tetapi tidak berkorelasi dengan jumlah umbi kecil, panjang umbi, dan kadar pati (Tabel 4). Tabel 4. Nilai koefisien korelasi antarkomponen hasil dan hasil ubikayu . TT BUB JUB JUK JUT PU DU BUB 0,396** 0,001 JUB 0,411** 0,000 0,737** 0,000 JUK -0,179 0,132 -0,358** 0,002 -0,427** 0,000 JUT 0,330** 0,005 0,569** 0,000 0,810** 0,000 0,184 0,122 PU 0,146 0,221 0,232** 0,050 0,277* 0,018 -0,079 0,510 0,250* 0,034 DU 0,270* 0,022 0,796** 0,000 0,536** 0,000 -0,379** 0,001 0,336** 0,004 0,082 0,495 KP -0,197 0,097 -0,473** 0,000 -0,541** 0,000 0,108 0,367 -0,518** 0,000 -0,166 0,164 -0,356** 0,002 TT) tinggi tanaman, BUB) bobot umbi basah, JUB) jumlah umbi besar, JUK) jumlah umbi kecil, JUT) jumlah umbi total, PU) panjang umbi, DU) diameter umbi, KP) kadar pati. Klon yang berinteraksi dengan umur panen menentukan bobot umbi segar, dengan demikian klon/varietas yang diuji memiliki umur panen optimal yang berbeda (Tabel 5). Klon CMM 02048-6, MLG 10316, dan varietas Adira-1 menghasilkan bobot umbi segar yang tidak berbeda nyata pada saat dipanen umur 7, 9 dan 11 bulan. Hal ini menun- jukkan bahwa klon CMM 02048-6, MLG 10316, dan varietas Adira-1 sebaiknya dipanen lebih awal karena penambahan umur panen tidak nyata meningkatkan bobot umbi. Sebaliknya, klon CMM 97007-145, MLG 10312, OMM979076, CMM 97001-12, dan Malang-1 mengalami peningkatan hasil yang nyata dengan penambahan umur panen. Hal ini menunjukkan klon/varietas CMM 97007-145, MLG 10312, OMM979076, CMM 97001-12, dan Malang-1 lebih baik dipanen lebih lambat agar diperoleh hasil maksimal. Klon/varietas yang nyata mengalami peningkatan bobot umbi segar sebaiknya dipanen pada umur 11 bulan karena peningkatan hasil terjadi pada umur tersebut, sedangkan bila dipanen pada umur 7 dan 9 bulan belum nyata meningkatkan hasil. Klon MLG 10312 memiliki bobot umbi tertinggi pada setiap umur panen dan meningkat nyata pada umur 11 bulan, sedangkan Adira-1 konsisten menghasilkan bobot umbi terendah pada setiap umur panen. Klon yang memiliki bobot umbi terbaik setelah MLG 10312 adalah Malang-1 dan CMM 97001-12 (Tabel 5).
  • 6. Sutrisno dan Sundari: Hasil Klon Harapan Ubikayu Pada Tiga Umur Panen Berbeda 552 Tabel 5. Pengaruh interaksi umur panen dan genotipe ubikayu terhadap bobot umbi segar dan hasil pati. Bobot umbi segar/tanaman Hasil pati per tanaman (kg) Perlakuan 7 9 11 7 9 11 CMM 02048-6 3,39 cd 3,45 cd 5,18 bc 0,63 defg 0,67 defg 0,80 bcd CMM 97007-145 2,12 d 2,55 d 5,19 bc 0,38 fg 0,46 defg 0,77 cde MLG 10312 3,69 cd 4,10 cd 7,89 a 0,63 defg 0,76 cde 1,14 ab MLG 10316 2,78 d 2,93 cd 3,85 cd 0,47 defg 0,53 defg 0,60 defg OMM 9076 2,11 d 3,19 cd 6,49 ab 0,37 fg 0,61 defg 1,02 abc CMM 97001-12 3,25 cd 3,56 cd 7,15 ab 0,55 defg 0,71 cdef 1,17 a Malang-1 2,52 d 3,55 cd 7,23 ab 0,42 efg 0,68 cdef 1,17 a Adira-1 1,92 d 2,33 d 2,68 d 0,32 g 0,42 efg 0,42 efg BNJ 5% 2,35 0,37 KK 19,6 8,46 Angka sejajar yang dikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5% Klon yang berinteraksi dengan umur panen menentukan kadar pati, dengan demikian klon/varietas yang diuji memiliki umur panen optimal yang berbeda dalam menghasilkan kadar pati maksimal (Tabel 6). Beberapa klon/varietas mengalami peningkatan kadar pati dengan bertambahnya umur panen hingga 9 bulan kemudian turun kembali pada umur 11 bulan. Klon/varietas yang lain mengalami penurunan kadar pati dengan bertambahnya umur panen. Klon CMM 02048-6, CMM 97007-145, dan MLG 10312 tidak mengalami peningkatan kadar pati pada umur 9 bulan tetapi kadar patinya menurun pada umur 11 bulan. Klon MLG 10316, OMM 9076, CMM 97001-12, Malang-1, dan Adira-1 juga mengalami peningkatan kadar pati pada umur 9 bulan dan menurun pada umur 11 bulan. Pada umur 7 bulan, klon yang memiliki kadar pati paling tinggi adalah CMM 02048-6, sedangkan pada umur 9 dan 11 bulan kadar pati paling tinggi dicapai oleh CMM 97001- 12. Penundaan panen hingga umur 11 bulan menurunkan kadar pati (Tabel 6). Penuru- nan kadar pati dapat terjadi karena kandungan air dalam umbi meningkat (Sundari et al. 2010). Menurut Antarlina (1991), menurunnya kadar pati dapat disebabkan oleh hasil fotosintesis berupa glukosa belum diubah menjadi pati, atau pati telah dirombak membentuk serat atau diubah kembali menjadi glukosa yang akan digunakan tanaman untuk tumbuh pada fase berikutnya. Menurunnya kadar pati pada umur panen 11 bulan tidak berarti hasil pati juga menu- run. Jika bobot umbi basah dikonversi ke kadar pati maka hasil pati tetap meningkat seiring dengan meningkatnya bobot umbi segar. Klon CMM 02048-6, MLG 10316, dan varietas Adira-1 tidak mengalami peningkatan hasil pati yang nyata pada setiap perbedaan umur panen. Klon CMM 97007-145, MLG 10312, OMM 9076, CMM 97001-12, dan Malang-1 nyata mengalami peningkatan hasil pati pada perbedaan umur panen. Hasil pati tertinggi pada umur 11 bulan berturut-turut dicapai oleh CMM 97001-12, Malang-1, dan MLG 10312 (Tabel 6).
  • 7. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  553 Tabel 6. Pengaruh interaksi antara umur panen dan genotipe pada diameter umbi dan kadar pati Diameter umbi Kadar pati (%)Perlakuan 7 9 11 7 9 11 CMM 02048-6 4,87 cdef 4,73 cdef 6,55 abcde 18,62 abcd 19,40 ab 15,38 hi CMM 97007-145 3,88 f 4,43 def 5,27 abcdef 18,00 abcde 18,16 abcdef 14,72 i MLG 10312 4,07 f 5,50 abcdef 7,49 ab 17,25 cdefgh 18,32 abcde 14,50 i MLG 10316 4,41 def 4,66 cdef 5,24 bcdef 17,01 defgh 18,31 abcde 15,45 hi OMM 9076 4,28 ef 4,95 cdef 7,60 a 17,62 bcdefg 19,16 abc 15,82 ghi CMM 97001-12 3,98 f 4,13 f 7,04 abc 16,79 defgh 19,79 a 16,50 efghi Malang-1 3,91 f 4,83 cdef 6,77 abcd 16,86 defgh 19,16 abc 16,26 fghi Adira-1 3,94 f 4,12 f 3,48 f 16,64 defghi 18,00 abcde 15,74 ghi BNJ 5% 2,42 2,13 KK 15,62 3,99 Angka sejajar yang dikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5% KESIMPULAN Hasil ubikayu dipengaruhi oleh umur panen dan genotipe secara bersamaan. Klon CMM 02048-6, MLG 10316, dan varietas Adira-1 tidak nyata mengalami peningkatkan bobot umbi dengan penambahan umur panen sehingga sebaiknya dipanen lebih awal. Klon CMM 97007-145, MLG 10312, OMM979076, CMM 97001-12, dan Malang-1 nyata mengalami peningkatkan bobot umbi dengan penambahan umur panen sehingga sebaiknya dipanen lebih lambat. Berdasarkan kriteria hasil umbi dan hasil pati, klon ter- baik pada tiga umur panen adalah MLG 10312. DAFTAR PUSTAKA Alves A.A.C. (2002) Cassava Botany and Physiology, Cassava, Biology, Production And Utilization, Bahia, Brazil. pp. 67−88. Antarlina S.S. (1991) Pengaruh umur panen dan klon terhadaap beberapa sifat sensoris, fisis, dan kimia tepung ubijalar, Pascasarjana, Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. pp. 100. Apea-Bah F.B., I. Oduro, W.O. Ellis, O. Safo-Kantanka. (2011) Factor analysis and age at harvest effect on the quality of flour from four cassava varieties. World Journal of Dairy & Food Science 6. El-Sharkawy, Mabrouk A. (2004). Cassava biology and physiology. CIAT. Kluwer Academic Publisher. Colombia. Pp.481−501. Nugrahaeni N., T. Sundari, Subandi, Marwoto d. (2008) Inovasi teknologi mendukung pengem- bangan tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian, dalam) N. Saleh, et al. (Eds.), Propek pengembangan agroindustri berbasis kacang-kacangan dan umbi-umbian di Jawa Tengah Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah. pp. 19−47. Safo-Kantanka O., M. Osei-Minta. (1996) Effect of cultivar and age at harvest on the dry matter, starch gelatinization properties and the cooking quality of cassava. Ghana J Agric Sci 28-29. Santisopasri V., K. Kurotjanawong, S. Chotineeranat, K. Piyachomkwan, K. Sriroth, C.G. Oates. (2001) Impact of water stress on yield and quality of cassava starch. Industrial Crops and Products 13. Sholihin. (2008) Keragaan klon-klon harapan ubi kayu untuk bahan baku industri bioethanol di pati jawa tengah, dalam: N. Saleh, et al. (Eds.), Prospek pengembangan agroindustri berbasis
  • 8. Sutrisno dan Sundari: Hasil Klon Harapan Ubikayu Pada Tiga Umur Panen Berbeda 554 kacang-kacangan dan umbi-umbian di Jawa Tengah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah. pp. 341−347. Suhartina. (2005) Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian, Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Malang. Sundari T., E. Ginting. (2008) Kesesuaian varietas unggul dan klon-klon harapan ubi kayu untuk bahan baku bioethanol, dalam: N. Saleh, et al. (Eds.), Prospek pengembangan agroindustri berbasis kacang-kacangan dan umbi-umbian di Jawa Tengah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta Jawa Tengah. pp. 334−340. Sundari T., K. Noerwijati, I.J. Mejaya (2010) Hubungan antara komponen hasil dan hasil umbi klon harapan ubi kayu. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 29:62. Suyamto, J. Wargiono. (2007) Potensi , hambatan, dan peluang pengembangan ubi kayu untuk industi bioethanol, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.