1. Pertanian merupakan kegiatan manusia yang menyangkut proses produksi menghasilkan
bahan-bahan kebutuhan manusia baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan yang
disertai dengan usaha untuk memperbaharui, mengembangan, dan mempertimbangkan
faktor ekonomi. Proses produksi pertanian ini berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan individu yang digambarkan melalui kebutuhan-kebutuhan individu sebagai
petani. Faktor ekonomi perlu dipertimbangkan juga dikarenakan dapat berpengaruh
pada pelaksanaan upaya produksi pertanian. Pertanian dipengaruhi oleh empat faktor
produksi, yaitu alam, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Faktor alam dan tenaga
kerja sering disebut dengan faktor primer. Faktor modal dan pengelolaan disebut
dengan faktor sekunder. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan tidak dapat
terpisahkan satu sama lain. Pekerjaan pertanian sangat bervariasi dengan jenis
komoditas dan praktik kerja terkait. Jenis praktik kerja tertentu sangat diidentifikasi
sebagai risiko lebih besar untuk cedera berulang, seperti panen manual sayuran dan
buah-buahan kecil, pengolahan daging, dan peternakan sapi perah.
2. Ketika cedera atau gangguan ini dianggap berhubungan dengan pekerjaan,
mereka diidentifikasi sebagai gangguan muskuloskeletal yang
berhubungan dengan pekerjaan. Pengunaan alat dan mesin pertanian dan
penggunaan pestisida dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan
produktifitas hasil pertanian. Akan tetapi dibalik itu semua terdapat resiko
atau ancaman dalam penggunaannya, baik resiko terjadinya trauma akibat
penggunaan alat dan mesin pertanian yang tidak sesuai prosedur ataupun
resiko keracunan pestisida baik akut ataupun kronis. Oleh karena itu
diperlukan pendidikan kesehatan terhadap para petani dalam penggunaan
alsinta ataupun pestisida, sehingga perlu diberikan pemahaman kepada
petani terhadap bahaya yang terjadi di area pertanian akibat penggunaan
alat dan mesin pertanian dan pemaparan pestisida sehingga diharapkan
petani lebih sadar dan lebih berhati hati dalam menggunakan alsinta serta
lebih bijak dalam penggunaan pestisida.
3. PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia memegang
pera-nan penting, mengingat lebih dari 40% angkatan ker[janya
menggantungkan hidup di sektor ini. Ber-dasarkan data
International Labour Organisation (ILO), sekitar 1,3 juta orang
bekerja di bidang per-tanian di seluruh dunia (setengah dari
jumlah kese-luruhan pekerja). Dari angka tersebut, 60% dianta-
ranya bekerja di negara berkembang 1. Tingkat kece-lakaan
fatal di negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding
negara industri. Di negara berkem-bang kebanyakan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang pertanian, perikanan,
perka-yuan, pertambangan dan konstruksi. Di lain pihak, di
Indonesia kelima sektor industri ini memberikan konstribusi
yang sangat penting bagi perekonomian. Berdasarkan data yang
diperoleh dari database ASEAN OSHANET dan ILO,
kecelakaan kerja di Indonesia yang terjadi di industri pertanian
mendudu-ki tempat kedua atau ketiga terbesar dibanding in-
dustri lain2. Pada tahun 1999, dari 1.476 kasus kema-tian yang
terjadi, 280 kasus diantaranya menimpa pe-kerja pertanian3.
4. Penggunaan mesin-mesin dan alat-alat berat se-perti traktor,
mesin pemanen, alat tanam dan seba-gainya di sektor pertanian
merupakan sumber bahaya yang dapat mengakibatkan cedera
dan kecelakaan kerja fatal. Selain itu, penggunaan pestisida
dapatmenyebabkan keracunan atau penyakit yang serius, serta
debu binatang dan tumbuhan hasil bumi dapat mengakibatkan
alergi dan penyakit pernafasan. Kare-na Indonesia merupakan
negara tropis, maka pekerja di bidang pertanian beresiko terkena
sengatan mata-hari dan hawa panas. Situasi akan semakin buruk
jika air bersih untuk diminum tidak ada atau kurang terse-dia
dan sanitasi yang tidak memadai sehingga dapat menimbulkan
penyakit menular. Bahaya lain melipu-ti semua jenis nyeri otot
akibat keseleo/terkilir akibat mengangkat atau membawa beban,
melakukan peker-jaan yang sama berulang-ulang dan bekerja
dengan postur tubuh yang salah, dan berbagai masalah psiko-
sosial. Risiko terkena tanaman beracun atau berba-haya,
serangan binatang buas, gigitan serangga dan ular juga
merupakan risiko yang sudah umum dike-tahui 4.
5. Faktor lain yang memicu terjadinya kecelakaan di bidang
pertanian adalah terbatasnya waktu yang ter-sedia untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang diakibatkan oleh batasan
iklim. Hal ini mengakibat-kan terburu-burunya pekerja di dalam
menyelesaikan pekerjaan, yang berujung pada ketidakacuhan
terha-dap keselamatan dirinya. Selain itu penggunaan alatdan
mesin pertanian yang didesain untuk melaksa-nakan beberapa
pekerjaan sekaligus, mengakibatkan dituntutnya operator untuk
memiliki tingkat keteram-pilan dan konsentrasi yang tinggi
yang dapat menga-kibatkan kelelahan yang berujung pada
kecelakaan5. Boswell mengatakan adanya pola kecelakaan yang
unik di bidang pertanian, mengingat biasanya keluar-ga petani
tinggal di sekitar lahan pertanian dimanaanak kecil bebas
bermain atau bahkan terlibat di da-lam pekerjaan pertanian
tersebut yang bisa mengaki-batkan terjadinya kecelakaan akibat
kecerobohan.
6. Hal yang mempengaruhi tingginya kecelakaan kerja di negara
berkembang (termasuk Indonesia) di-bandingkan dengan negara
maju adalah perspektif masyarakat terhadap pentingnya
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja, sistem yang berjalan
dan pe-rangkat hukum yang memadai. Di negara maju, ke-
sadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan keselamatan
kerja sangat tinggi, hal ini diakibatkan oleh adanya perangkat
sistem dan hukum yang me-madai dan diterapkannya hukum
secara tegas. Di lainpihak, di negara berkembang, perangkat
hukum kese-lamatan dan kesehatan kerja (K3) biasanya tidak
me-madai atau bahkan tidak ada. Hal ini diperparah de-ngan
rendahnya penegakan hukum. Selain itu ren-dahnya tingkat
pendidikan dan tingginya tingkat buta huruf di Negara
berkembang juga menjadi faktor pe-micu, serta kendala biaya di
dalam penerapan K3 mengingat sebagian besar merupakan
industri skala kecil yang mudah menghadapi masalah ekonomi
5