SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
Tim Penyusun:
Nara Sumber : Sukendra Martha
Editor : Diah Kirana Kresnawati
Agus Hermawan Atmadilaga
Penyusun : Heru Warsito
Eti Hermayanti
Agung Christianto
Ninuk Ch. Anggraeni
Asadi
Bambang Santosa
Tri Sediyono
KATA PENGANTAR
Panduan Membaca Peta Rupabumi Indonesia merupakan panduan untuk
membaca salah satu produk BAKOSURTANAL yaitu Peta Rupabumi Indonesia
yang disingkat RBI.
Peta RBI sangat penting karena berisikan informasi dasar dari permukaan bumi
antara lain : garis pantai, jalan, sungai, kontur, nama-nama geografi dan lain
sebagainya. Obyek-obyek tersebut digambarkan dengan simbol-simbol
kartografi yang tidak mudah dipahami, sehingga perlu disusun panduannya
agar masyarakat luas dapat membacanya.
Buku panduan ini disusun dalam rangka pelaksanaan kegiatan Workshop
Pemasyarakatan Survei dan Pemetaan. Kegiatan tersebut diperuntukkan bagi
guru bidang geografi serta anak didiknya, namun tidak menutup kemungkinan
dapat digunakan bagi yang membutuhkan.
Dengan tersusunnya buku ini diharapkan masyarakat yang dapat membaca
peta semakin meningkat yang selanjutnya akan berakibat bahwa peta menjadi
sesuatu yang sangat dibutuhkan bagi setiap individu dalam melaksanakan
kegiatannya, sehingga perencanaan dan pembangunan yang dilaksanakan di
Indonesia semakin terukur.
Tiada gading yang tak retak, kami mengharapkan kritik dan saran dari
masyarakat survei dan pemetaan.
Besar harapan kami semoga buku ini bermanfaat.
Cibinong, Agustus 2004
Pusat Pelayanan Jasa dan Informasi
BAKOSURTANAL
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….……… iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….………… iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………… vi
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………… 1
1.1 Pengertian Peta ………………………………….………………………………. 1
1.2 Informasi Peta ………………………………………..………………………… 1
II. INFORMASI TEPI ………………………………………………………………………. 4
2.1 Judul Peta …..……………………………………………………………….…… 4
2.2 Petunjuk Letak Peta dan Diagram Lokasi …………………………………… 5
2.3 Informasi Sistem Referensi …………………………………………………… 5
2.4 Informasi Pembuat dan Penerbit Peta ………………………………………… 6
2.5 Informasi Nama dan Nomor Lembar Peta …………………………………… 7
2.6 Legenda …………………………………………………………………………… 7
2.7 Keterangan Riwayat Peta ……………………………………………………… 7
2.8 Petunjuk Pembacaan Koordinat Geografi dan UTM ………………………… 8
2.9 Pembagian Daerah Administrasi ……………………………………………… 9
2.10 Skala Grafis ……………………………………………………………………… 10
2.11 Singkatan atau Kesamaan Arti (Glosari) ……………………………………… 10
2.12 Utara Sebenarnya (US), Utara Grid (UG) dan Utara Magnetik (UM) …….. 11
III. SKALA PETA DAN PENGUKURAN JARAK ………………………………………… 12
3.1 Skala Peta ………….…………………………………………………………… 12
a. Pengertian Skala …………………………………………………………… 12
b. Pernyataan Skala Peta ……………………………………………………... 12
c. Perbandingan Antar Skala Peta …………………………………………… 12
d. Dampak Perubahan Skala pada Peta …………………………………..… 13
3.2 Mengukur Jarak …………………………………………………………………… 15
a. Jarak Lurus …………………………………………………………………. 15
b. Menggunakan Skala Tersendiri …………………………………………… 15
iv
c. Menggunakan Garis-garis Grid ……………………………………………. 15
d. Mengukur Suatu Jarak Jalan ………………………………………………. 16
IV. LEGENDA PETA ……………………………………………………………………….. 17
4.1 Gedung dan Bangunan Lain …………………………………………………… 17
4.2 Perhubungan…………………………………………………………………..… 18
4.3 Tumbuh-tumbuhan ……………………………………………………………… 19
4.4. Relief dan Titik Kontrol .................................................................................. 20
4.5 Batas Administrasi ……………………………………………………………… 21
4.6 Perairan ………………………………………………………..…………………. 21
V. CARA MEMBACA KONTUR ……………………................................................... 23
5.1 Pengertian Kontur ………………………………..……………………………… 23
5.2 Bentuk Kontur …………………………………………………………………….. 24
5.3 Membuat Potongan Profil ……………………………………………………….. 26
5.4 Menentukan Gradien Jalan Pada Peta ……………………………………….. 27
VI. MEMBACA INDEKS PETA ………………………………………………………..…… 29
6.1 Ukuran Lembar Peta……………………………..……………………………… 29
6.2 Nomor Lembar Peta…..………………………………………………………….. 30
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 32
v
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Hal
1.1 Tata letak Peta Rupabumi Indonesia …………………………………………..…. 2
2.1 Tata letak informasi tepi …………………………………………………………. 4
2.2 Judul Peta, Skala, Nomor Lembar, Edisi dan Nama Lembar ………………….. 5
2.3 Petunjuk letak peta dan diagram lokasi ………………………………………… 5
2.4 Informasi Sistem Referensi ………………………………………………………. 6
2.5 Informasi pembuat dan penerbit peta ……………………………………………. 7
2.6 Informasi Nama dan nomor lembar peta ………………………………………… 7
2.7 Keterangan Riwayat Peta ………………………………………..………………… 7
2.8 Petunjuk pembacaan koordinat geografi ………………………………………… 8
2.9 Petunjuk pembacaan koordinat UTM …………………………………………….. 8
2.10 Koordinat Geografi dan koordinat UTM ………………………………………... 9
2.11 Pembagian daerah administrasi pada peta rupabumi skala 1:25.000
daerah Bogor ………………………………………………………………………... 10
2.12 Skala grafis pada peta rupabumi skala 1:50.000 ……………………………….. 10
2.13 Utara Sebenarnya (US), Utara Grid (UG) dan Utara Magnetik (UM)
dan informasi yang menyertainya ………………………………………………… 11
3.1 Skala-skala grafis pada peta rupabumi …………………………………………... 12
3.2 Penyederhanaan obyek dengan skala yang berbeda dari 1:50.000 ke
1:250.000 dengan cara generalisasi ……………………………………………… 14
4.1 Contoh simbol gedung dan bangunan lainnya ………………………………….. 17
4.2 Contoh simbol perhubungan ………………………………………………………. 19
4.3 Simbol tumbuh-tumbuhan …………………………………………………………. 19
4.4 Simbol relief dan titik kontrol ………………………………………………………. 20
4.5 Simbol batas administrasi …………………………………………………………. 21
4.6 Simbol perairan ……………………………………………………………………... 22
5.1 Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta rupabumi skala 1:25.000 ……….. 24
5.2 Contoh Kenampakan kontur ……………………………………………………….. 25
5.3 Profil permukaan lahan dari potongan garis A-B ………………………………… 25
5.4 Pemotongan garis kontur …………………………………………………………… 26
5.5 Potongan yang menunjukkan intervisibilitas ……………………………………… 27
5.6 Kemiringan lereng atau slope ……………………………………………………… 27
vi
6.1 Sistematika ukuran peta mulai dari skala 1:1.000.000 sampai skala
1:10.000………………………………………………………………………………... 30
6.2 Contoh urutan penomoran Peta Rupabumi Indonesia…………………………… 31
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Peta
Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan
manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang
digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Beberapa jenis
peta secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Peta Rupabumi:
peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia (kota,
jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau, gunung,
dsb) pada bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu. Peta
Rupabumi dalam istilah asingnya sering disebut sebagai Topographic Map.
b. Peta Tematik:
peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land
status, penduduk, transportasi dll.) dengan menggunakan peta rupabumi
yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi
tematiknya.
Instansi yang bertanggung jawab terhadap pembuatan Peta Rupabumi
Indonesia adalah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional disingkat
BAKOSURTANAL. Selain itu BAKOSURTANAL juga menyediakan penyiapan
dan mempublikasikan seri-seri peta dasar nasional atau peta rupabumi. Peta
dasar nasional tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk pembuatan peta-
peta tematik, misalnya Peta Tematik Sumberdaya Alam Nasional.
1.2. Informasi Peta
Peta rupabumi dapat berfungsi dengan baik bila seorang pemakai dapat
membaca informasi peta dengan mudah. Membaca peta merupakan suatu
kegiatan tahap awal di dalam menggunakan peta. Kegiatan ini tidak terbatas
pada kemampuan untuk menafsirkan simbol, teks, dan gambar saja namun
perlu memahami sepenuhnya terhadap keadaan lapangan yang digambarkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membaca peta adalah:
a. Skala peta, erat kaitannya dengan ukuran geometri bumi, misalnya
perbandingan jarak di lapangan dengan jarak di peta.
1
b. Simbol, merupakan penggambaran dari kenampakan yang ada di
permukaan bumi.
c. Sistem koordinat, berkaitan dengan penentuan posisi obyek yang di
lapangan.
d. Arah Utara, panduan arah ke target Utara di peta dan dipakai sebagai
penunjuk arah ke utara bila kita berada di lapangan.
Pada dasarnya dalam sebuah Peta Rupabumi Indonesia akan ditemui 2 (dua)
informasi, yaitu:
a. Muka peta, merupakan bagian pokok peta yang menunjukkan sejumlah
obyek yang ada di daerah tertentu dan termasuk informasi tersebut.
b. Informasi tepi peta, merupakan bagian peta yang berisi penjelasan secara
detil, yang dapat membantu menggunakan peta.
Desain Peta Rupabumi Indonesia dibuat sedemikian rupa dan dituangkan
dalam suatu spesifikasi teknis. Spesifikasi ini selanjutnya diterbitkan dalam
bentuk buku dan telah merupakan produk SNI (Standar Nasional Indonesia).
Tata letak seri Peta Rupabumi Indonesia produksi BAKOSURTANAL dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
INFORMASI TEPI
Gambar 1.1. Bagian-bagian Peta Rupabumi Indonesia
Informasi yang ditampilkan pada muka peta adalah kenampakan-
kenampakan yang menggambarkan unsur-unsur sebagai berikut:
a. Buatan manusia, seperti: jalan, rel kereta api, bangunan, sawah, dan
sebagainya
b. Perairan, seperti: danau, rawa, sungai, dan sebagainya
c. Unsur alam, seperti: gunung, bukit, pegunungan, lembah, dan sebagainya
2
d. Tumbuhan, seperti: hutan, semak belukar, padang rumput, dan
sebagainya
Unsur di atas adalah kenampakan-kenampakan yang nyata wujudnya.
Unsur yang tidak nyata tetap akan ditampilkan, misalnya: koordinat geografi
dan koordinat sistem proyeksi (L, B, dan X, Y), garis kontur, batas administrasi
dll. Walaupun unsur tersebut bersifat abstrak, namun merupakan unsur penting
di dalam menggambarkan permukaan bumi.
Penggambaran obyek atau kenampakan di lapangan pada suatu peta
digunakan bentuk simbol. Simbol dapat berupa diagram, desain, huruf, karakter
atau singkatan yang ditempatkan pada peta. Simbol-simbol yang digunakan
pada peta harus memiliki bentuk yang mudah dikenali dan jelas. Namun
demikian ada pula simbol-simbol peta yang perlu dijelaskan artinya. Penjelasan
simbol-simbol ini dapat diketahui pada legenda (keterangan). Perlu
diperhatikan bahwa simbol letaknya terdapat di dalam muka peta, sedangkan
legenda letaknya di informasi tepi.
Keberadaan sejumlah simbol pada peta akan tergantung pada skala peta.
Suatu simbol belum tentu akan selalu tampil pada setiap skala peta yang
berbeda, demikian pula sebaliknya. Hal ini tergantung dari obyek yang
menentukan karakteristik daerah yang digambarkan. Secara umum ada 3 (tiga)
bentuk simbol peta, yaitu: titik, garis, dan area. Simbol titik misalnya
menggambarkan pusat ibukota administrasi, bandara, pelabuhan, dan
sebagainya. Simbol garis menggambarkan obyek linier, misalnya jalan, rel
kereta api, sungai, dan sebagainya. Sedangkan simbol area membentuk suatu
luas area, misalnya sawah, hutan, danau, pemukiman, dan sebagainya.
Selain menampilkan kenyataan di muka bumi dengan menggunakan
simbol titik, garis, dan area, peta juga menampilkan bentuk permukaan bumi
yang diwakili oleh kontur. Kontur adalah garis khayal untuk menggambarkan
semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah
permukaan datum tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata (mean sea
level).
Informasi lainnya yang terdapat pada peta rupabumi adalah sistem
koordinat gratikul atau geografi dan sistem koordinat proyeksi Transvere
Mercator (TM) atau lebih dikenal sistem koordinat grid Universal Transverse
Mercator (UTM). Kedua sistem koordinat ini digunakan untuk menentukan
posisi suatu obyek di peta atau di lapangan.
3
BAB II
INFORMASI TEPI
Tata letak informasi tepi pada Peta Rupabumi Indonesia publikasi
BAKOSURTANAL telah dibakukan untuk memudahkan pengguna dalam
membaca peta. Informasi tepi yang terdapat pada sebelah kanan dan bagian
bawah muka peta rupabumi sebagai berikut:
Gambar 2.1. Tata letak informasi tepi
2.1. Judul Peta
Pada kolom judul peta dapat ditemukan informasi sebagai contoh berikut:
1. Judul Peta : Peta Rupabumi Indonesia
2. Skala : 1:25.000
3. Nomor Lembar : 1209-143
4. Nama Lembar : Bogor
5. Edisi (Tahun Penerbitan / Pencetakan) : I-1998
Kelima unsur di atas adalah suatu kesatuan yang merupakan identitas
suatu peta rupabumi. Bilamana seseorang menginginkan peta dengan lokasi
tertentu, maka ia harus mengetahui nomor lembar peta (misal: 1029-143) atau
menunjukkan nama lokasi di suatu daerah (misal: Bogor) dan skala peta yang
dimaksud. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.2.
4
Gambar 2.2. Judul Peta, Skala, Nomor Lembar, Edisi dan Nama Lembar
2.2. Petunjuk Letak Peta dan Diagram Lokasi
Petunjuk letak peta menunjukkan nomor dan nama lembar peta terhadap
nomor dan lembar peta di sekelilingnya. Biasanya matrik petunjuk peta
berukuran 3 x 3, dan lembar peta yang sesuai judul berada di tengah-tengah.
Petunjuk letak peta sangat membantu pengguna di dalam mencari nomor
lembar peta-peta yang bersebelahan.
Diagram lokasi menunjuk letak nomor peta pada area yang lebih luas,
misalnya bagian dari Provinsi Jawa Barat.
Gambar 2.3. Petunjuk letak peta dan diagram lokasi
2.3. Informasi Sistem Referensi
Informasi sistem referensi terdiri dari informasi sistem proyeksi, sistem grid,
datum horizontal dan vertikal, satuan tinggi, dan selang kontur. Proyeksi peta
adalah penggambaran sistematis dari garis-garis di atas permukaan bidang
5
datar untuk menggambarkan garis-garis paralel dari lintang dan garis-garis
meridian dari bujur bumi dari sebagian permukaan atau keseluruhan bola bumi.
Grid peta adalah sistem koordinat persegipanjang yang ditumpang susun
terhadap peta atau suatu penggambaran dari permukaan bumi yang
mempunyai karakteristik dan ketelitian tertentu, sehingga dapat
mengidentifikasi lokasi di permukaan bumi terhadap lokasi lainnya dan juga
dipakai untuk perhitungan arah dan jarak terhadap titik lain.
Proyeksi peta yang digunakan pada peta rupabumi Indonesia adalah
proyeksi Transverse Mercator (TM) sedangkan sistem grid mengikuti sistem
grid Universal Transverse Mercator (UTM). Datum yang dipakai biasanya
datum horisontal dan datum vertikal. Sesuai dengan perkembangan, di
Indonesia mengalami beberapa penggunaan datum, misalnya Datum Indonesia
1974 (ID-1974). Saat ini dipakai Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-1995)
atau WGS’84 untuk peta rupabumi yang dibuat setelah tahun 1995.
Gambar 2.4. Informasi Sistem Referensi
2.4. Informasi Pembuat dan Penerbit Peta
Informasi pembuat dan penerbit peta merupakan instansi yang
bertanggung jawab terhadap pembuatan dan penerbitan Peta Rupabumi
Indonesia, dalam hal ini BAKOSURTANAL. Peta rupabumi produksi
BAKOSURTANAL ini juga dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta (Copy
Rights) No 19 tahun 2002.
6
Gambar 2.5. Informasi Pembuat dan Penerbit Peta
2.5. Informasi Nama dan Nomor Lembar Peta
Informasi nama sangat penting untuk memudahkan pengguna mencari
lokasi yang diinginkan. Nomor lembar dibuat secara sistematis untuk
memudahkan pencarian pada indeks peta.
Gambar 2.6. Informasi Nama dan Nomor Lembar Peta
2.6. Legenda
Suatu daftar atau tabel yang menunjukkan tanda-tanda atau simbol-simbol
konvensional yang digunakan pada peta disertai warna dan deskripsinya
ditampilkan di sebelah kanan tengah dari peta. Daftar ini lazim disebut dengan
keterangan atau legenda.
2.7. Keterangan Riwayat Peta
Catatan riwayat peta diletakkan pada sebelah kanan di bawah daftar
keterangan (legenda) yang menerangkan tentang sumber data untuk
penyusunan peta, metode kompilasi, tahun pemotretan foto udara, survei
lapangan, catatan penting lain misalnya “Peta ini bukan referensi resmi batas
administrasi nasional atau internasional”.
Gambar 2.7. Keterangan Riwayat Peta
7
2.8. Petunjuk Pembacaan Koordinat Geografi dan UTM
Tabel petunjuk pembacaan koordinat geografi dan koordinat grid UTM
diletakkan di sebelah kanan bawah. Tulisan berwarna biru untuk pembacaan
koordinat Geografi dan tulisan berwarna hitam untuk koordinat grid UTM.
Petunjuk koordinat bertujuan memberikan ilustrasi bagaimana pengguna
membaca koordinat geografi atau koordinat grid UTM. Salah satu indikasi
biasanya diberikan contoh titik tinggi beserta nilai ketinggian atau simbol
bangunan dan nama obyek (misalnya: Kebonpedes)
Gambar 2.8. Petunjuk pembacaan koordinat geografi
Gambar 2.9. Petunjuk pembacaan koordinat UTM
8
Pada dasarnya sistem koordinat pada peta rupabumi menggunakan sistem
koordinat grid geografi (gratikul) dengan warna biru, sedangkan grid UTM
diberikan pada keempat sisi peta dan diberi warna hitam. Koordinat geografi
mempunyai satuan derajat, menit dan detik. Lintang geografi diberi indikasi
Utara (U) atau Selatan (S). Bujur geografi untuk wilayah Indonesia akan selalu
mengarah ke Timur (T). Contoh salah satu koordinat pojok kanan bawah peta
(L, B atau ϕ, λ) : ϕ = 115o 15’ 00” T dan λ = 08o 45’ 00”. Koordinat yang sama
bila dihitung dalam sistem grid UTM adalah X, Y : 0307491 mT dan 9032336
mU.
Gambar 2.10. Koordinat Geografi dan koordinat UTM
2.9. Pembagian Daerah Administrasi
Pembagian daerah administrasi merupakan sketsa dari gambaran
pembagian wilayah administrasi sebenarnya yang ada pada isi peta. Gambar
ini dapat membantu para pembaca peta mengetahui cakupan wilayah yang
dipetakan. Pembagian wilayah administrasi tersebut meliputi wilayah propinsi,
kabupaten, kecamatan, dan desa.
9
Gambar 2.11. Pembagian daerah administrasi
pada peta rupabumi skala 1:25.000 daerah Bogor
2.10. Skala Grafis
Terdapat 2 (dua) tipe skala, yaitu skala numerik dan skala grafis. Skala
numerik adalah skala yang dinyatakan dengan angka, misalnya 1:25.000,
diletakkan secara jelas di bagian kanan atas peta dan juga di bagian tengah
bawah, biasanya di atas skala grafis. Skala grafis diletakkan di bagian tengah
bawah dan umumnya dinyatakan dalam kilometer. Skala grafis digambarkan
dalam bentuk unit batang disertai nilai per unit. Contoh: satu unit batang
mempunyai satuan panjang 2 km; satuan ini dapat dibagi lagi menjadi 10
bagian. Jadi satu bagian kecil adalah 200 meter (lihat gambar 2.12.)
Gambar 2.12. Skala grafis pada peta rupabumi skala 1:50.000
2.11. Singkatan atau Kesamaan Arti (Glosari)
Peta umumnya menampilkan sejumlah singkatan atau kesamaan arti
(glossary). Singkatan atau nama-nama geografi antara satu daerah dengan
daerah lainnya tidak selalu sama. Glosari diletakkan di bagian bawah, sebelah
kanan/kiri skala grafis. Sebagai contoh, sebutan sungai di daerah Jawa barat
(Ci) tidak sama dengan di Pulau Bali (Tukad, Yeh, Pangkung). Contoh
singkatan, Tel = Teluk; Tg = Tanjung, dan sebagainya.
10
2.12. Utara Sebenarnya (US), Utara Grid (UG) dan Utara Magnetik (UM)
Setiap peta mempunyai informasi yang perlu untuk menentukan arah
sebenarnya, arah grid dan arah magnetik atas garis manapun pada peta.
Informasi ini diberikan dalam bentuk diagram dengan catatan penjelasan.
Diagram ini diletakkan di bagian paling kiri bawah.
Gambar 2.13. Utara Sebenarnya (US), Utara Grid (UG),
Utara Magnetik (UM) dan informasi yang menyertainya.
11
BAB III
SKALA PETA DAN PENGUKURAN JARAK
3.1. Skala Peta
a. Pengertian Skala
Skala peta adalah angka perbandingan antara jarak dua titik di atas peta
dengan jarak tersebut di permukaan bumi. Pada peta skala 1:50.000, jarak 1
cm di peta berati 50.000 cm atau 500 meter di lapangan.
Andaikan kita mengukur jarak = 3 cm di peta skala 1:50.000, ini berarti jarak di
lapangan adalah:
3 cm di peta = 3 x 50.000 cm atau 150.000 cm, atau
= 1500 meter = 1,5 km di lapangan
b. Pernyataan Skala Peta
Ada dua (2) cara menyatakan skala pada peta, yaitu:
1. Cara numerik atau angka, misalnya 1:25.000, 1:50.000, 1:100.000,
dan lainnya.
2. Cara grafis, seperti gambar di bawah ini
Skala 1:250.000
Skala 1:50.000
Skala 1:25.000
Gambar 3.1. Skala-skala grafis pada peta rupabumi
c. Perbandingan Antar Skala Peta
Kedetilan isi peta akan bergantung pada tingkat di mana peta akan
digambar. Peta berskala besar kedetilannya lebih lengkap dibandingkan
dengan peta berskala kecil.
12
Batasan antara peta berskala besar, menengah dan kecil tidak dijelaskan
secara baku. Namun, untuk kebutuhan praktis dapat dipakai pengelompokkan
produk peta rupabumi BAKOSURTANAL, sebagai berikut:
Skala peta Jarak 1 cm di peta mewakili jarak
horisontal di lapangan:
1 : 10.000 100 meter
1 : 25.000 250 meter = ¼ km
1 : 50.000 500 meter = ½ km
1 : 100.000 1.000 meter = 1 km
1 : 250.000 2.500 meter = 2 ½ km
d. Dampak Perubahan Skala pada Peta
Seorang pengguna peta perlu juga memahami dampak perubahan skala
dalam membaca peta. Proses pengecilan peta dikenal dengan istilah
generalisasi, misalnya dari skala 1:50.000 menjadi skala 1:250.000 (lihat
gambar 3.2.). Generalisasi adalah suatu proses penyederahanaan peta yang
disebabkan adanya pengecilan atau turunan peta dari skala besar ke skala
kecil dengan mempertahankan ciri/karakteristik utama dari peta yang
bersangkutan. Hal-hal yang dilakukan dalam generalisasi adalah:
- Pemilihan; dalam proses ini dilakukan pemilihan terhadap obyek yang
harus dipertahankan atau dihilangkan, tetapi hasil akhirnya obyek tersebut
harus tetap mempertahankan ciri aslinya. Contoh pada gambar 3.2 adalah
pemilihan sungai atau anak sungai mana yang akan dipertahankan dan
yang harus dihilangkan.
- Penyederhanaan; dilakukan penghilangan sebagian bentuk
ketidakteraturan akibat proses pengecilan skala. Pada gambar ditunjukan
penyederhanaan terhadap garis tepi danau.
- Kombinasi; umumnya dilakukan terhadap area pemukiman, sebagaimana
nampak pada gambar 3.2.
- Pembesaran; obyek ditampilkan tidak dengan ukuran sebenarnya tetapi
perlu dilakukan pembesaran. Umumnya dilakukan terhadap obyek yang
berupa jalan.
12
13
Gambar 3.2. Penyederhanaan obyek dengan skala yang berbeda
dari 1:50.000 ke 1:250.000 dengan cara generalisasi
14
Perubahan skala dari 1:50.000 ke skala 1:250.000 tidak dibenarkan
dilakukan langsung, namun harus melalui beberapa tahap. Perubahan harus
dimulai dari pengecilan ke skala 1:100.000 lalu dilanjutkan ke skala 1:250.000.
Perubahan skala peta tidak dibenarkan dilakukan untuk sebaliknya, yaitu dari
skala yang lebih kecil ke skala yang lebih besar.
3.2. Mengukur Jarak
a. Jarak Lurus
Untuk mengukur suatu jarak lurus antara dua titik dengan cara meletakkan
sepotong kertas yang bertepi lurus tepat pada dua titik tersebut. Pada masing-
masing titik diberi tanda dengan garis pendek. Lalu letakkan kertas tadi pada
skala grafis peta dengan titik yang sebelah kanan ada pada salah satu titik
angka skala di sebelah kanan, sehingga titik yang sebelah kiri berada pada
pembagian sebelah kiri titik nol. Total jarak adalah dari pembagian angka yang
besar (sebelah kanan) dan ditambah dengan yang ada pada pembagian
sebelah kiri dari titik nol.
b. Menggunakan Skala Tersendiri
Skala yang tersendiri, misalnya dalam bentuk protaktor (busur derajat)
dapat digunakan untuk mengukur jarak pendek pada peta. Tapi perlu diketahui
bahwa pada saat mengukur jarak yang panjang, kertas peta bisa mengembang
atau menyusut cukup besar. Padahal bahan dari metal, plastik, dan kayu tidak
demikian. Skala yang digambar pada peta juga akan mengembang dan
menyusut bersama peta tersebut. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu
digunakan skala yang konformal dengan detil pada peta.
c. Menggunakan Garis-garis Grid
Garis-garis grid dalam peta rupabumi diwakili oleh garis-garis tanda
pendek (garis tik). Jarak antar garis-garis tik ini selalu tetap dan dapat
digunakan untuk menentukan jarak antara dua titik secara cepat. Skala yang
tersendiri bisa diperiksa atau dicocokkan terhadap garis-garis tik ini sebelum
digunakan untuk menyakinkan bahwa antara peta dan skala ini cocok.
15
d. Mengukur Suatu Jarak Jalan
Untuk mengukur suatu jarak yang tidak lurus, misal sepanjang jalan atau
sungai, maka anggaplah obyek tersebut sebagai beberapa potongan garis-
garis lurus atau hampir lurus. Letakkan sepotong kertas dengan tepi yang lurus
pada potongan pertama. Berilah tanda pada titik awal dan titik akhir potongan
pertama tersebut. Berikutnya putar kertas terhadap titik akhir tadi sampai kertas
terletak berhimpit dengan potongan kedua. Tandai titik akhir potongan kedua
ini, dan ulangi terus proses ini sampai titik terakhir ditandakan pada tepi kertas.
Jarak total sepanjang jalan sekarang telah berpindah pada kertas tersebut
sebagai garis yang lurus, dan selanjutnya dapat dibaca terhadap garis skala.
16
BAB IV
LEGENDA PETA
Legenda peta dibuat untuk menjelaskan simbol-simbol yang terdapat di
dalam peta. Simbol di dalam peta dikelompokkan sebagai berikut :
4.1. Gedung dan Bangunan Lainnya
Gedung dan bangunan yang dimaksudkan dalam hal ini antara lain
pemukiman, bangunan, tempat ibadah, kuburan, kantor, sekolah, dll.
Pemukiman ditampilkan dengan simbol area berwarna oranye dan diberi garis
tepi berwarna hitam. Sedangkan bangunan, sesuai dengan skalanya
ditampilkan dengan simbol titik yang berwarna hitam. Tapi perlu diketahui
bahwa simbol bangunan yang berupa kotak segiempat berwarna hitam bukan
berarti menunjukkan sebagai rumah atau bangunan tunggal, melainkan
merupakan gambaran bahwa di lokasi tersebut terdapat bangunan-bangunan
atau kumpulan bangunan.
Gambar 4.1. Contoh simbol gedung dan bangunan lainnya
Informasi yang menyertai pemukiman atau bangunan biasanya berupa
teks yang menerangkan nama bangunan atau pemukiman tersebut. Jenis dan
ukuran huruf yang dipakai untuk nama tempat (kota atau desa) mempunyai arti
penting untuk membedakan status kelas tempat tersebut. Masalahnya adalah
sempitnya ruang pada peta, untuk itu maka dimanfaatkan huruf besar atau kecil
dalam menyatakan perbedaan kelas. Ukuran huruf semakin kecil jika tingkat
atau kelas tempat tersebut juga semakin rendah (nama kampung lebih kecil
daripada nama kota).
17
Pada peta rupabumi skala 1:25.000 cukup banyak simbol-simbol untuk
bangunan, yang umumnya berwarna hitam. Simbol-simbol bangunan umumnya
menunjukkan ciri alami dari obyek yang disimbolkan, misalnya simbol gereja
akan menyertakan gambar salib, simbol masjid akan menyertakan gambar
bulan sabit.
4.2. Perhubungan
Unsur simbol perhubungan yang dipetakan antara lain jalan, jalan kereta
api, jembatan, stasiun, terminal bis, lapangan terbang dan obyek-obyek lain
yang berkaitan.
Simbol jalan, khususnya jalan raya, digambarkan dengan garis ganda
berwarna hitam dengan warna isian merah. Semakin tinggi kelas jalan maka
semakin lebar simbolnya. Garis tunggal dan putus-putus menunjukkan tingkat
kelas jalan tersebut yang lebih rendah, misalnya jalan lain dan jalan setapak.
Sesuai dengan spesifikasi teknis Peta Rupabumi Indonesia, kelas jalan
dibagi menjadi 5 (lima), yaitu:
- Jalan arteri, yaitu setara jalan negara (yang menghubungkan antar ibukota
propinsi), jalan propinsi (yang menghubungkan antar ibukota kabupaten),
jalan bypass, jalan lingkar dan jalan bebas hambatan (jalan tol).
- Jalan kolektor, yaitu setara jalan kabupaten (menghubungkan antar
kecamatan).
- Jalan lokal, yaitu jalan di dalam kota.
- Jalan lain-lain, yaitu setara jalan kecamatan (yang menghubungkan antar
desa).
- Jalan setapak, yaitu jalan kecil yang penting (misalnya di tengah hutan
atau di atas gunung) namun bukan untuk lalu lintas kendaraan bermotor.
Jembatan digambarkan bersilangan dengan sungai atau jalan lain. Pada
bagian tepi jembatan umumnya dibuat dengan garis yang tebal. Jika jembatan
tersebut berupa titian maka digambarkan x pada bagian persilangannya.
Sedangkan terowongan dan tambangan digambar dengan garis putus-putus.
Jalan atau rel kereta api digambarkan dengan simbol garis tunggal
berwarna hitam. Umumnya hanya dibedakan dengan jalan kereta api rangkap
dan jalan kereta api tunggal. Kelas yang lebih rendah diberikan untuk jalan lori,
yaitu dengan mengurangi ketebalan garisnya.
18
Gambar 4.2. Contoh simbol perhubungan
4.3. Tumbuh-tumbuhan
Unsur tumbuh-tumbuhan di dalam peta berupa sawah irigasi dan tadah
hujan, kebun/perkebunan, hutan, semak/belukar, tegalan/ladang, rumput/tanah
kosong, dan hutan rawa. Unsur tumbuh-tumbuhan pada umumnya dibatasi
dengan garis warna hijau, disertai dengan simbol-simbol yang membentuk pola
tertentu untuk pohon atau tanaman.
Gambar 4.3. Simbol tumbuh-tumbuhan
Untuk sawah irigasi diberi simbol kotak-kotak teratur berwarna biru, dan
untuk sawah tadah hujan simbol kotak-kotak tidak teratur. Warna biru
menggambarkan unsur air yang terkandung pada sawah. Sawah irigasi adalah
lahan yang diusahakan untuk padi dengan cara irigasi, sedangkan sawah tadah
hujan adalah lahan yang diusahakan untuk padi dengan cara tadah hujan.
Hutan ditampilkan dengan pola isian tidak teratur berwana hijau,
sedangkan semak/ belukar dengan pola isian yang sama tetapi memiliki
kerapatan yang lebih rendah daripada hutan. Kebun/perkebunan diberi isian
warna hijau tanpa pola, demikian pula dengan tegalan/ladang diberi warna
19
kuning tanpa pola. Untuk daerah yang berumput dan lahan kosong tidak diberi
isian warna atau putih saja. Sedangkan hutan rawa disimbolkan dengan warna
hijau dan berpola garis putus-putus berwana biru.
4.4. Relief dan Titik Kontrol
Relief adalah istilah umum untuk menunjukkan bentuk permukaan
lapangan pada bidang vertikal. Penyajian relief di peta dengan cara
menunjukkan tinggi dan bentuk permukaannya, di atas atau di bawah datum
yang biasanya dipakai, yaitu permukaan laut. Penyajian relief pada peta
rupabumi memiliki tingkat kelengkapan dan ketelitian bermacam-macam sesuai
dengan skalanya.
Gambar 4.4. Simbol relief dan titik kontrol
Unsur relief umumnya diberi warna oranye dan hitam. Warna oranye
menggambarkan keadaan relief tanah biasa dan warna hitam menggambarkan
kondisi daerah yang berbatu atau diperkeras.
Sedangkan titik kontrol digambarkan dengan simbol titik dengan angka
untuk Titik Tinggi, segitiga dengan titik untuk Titik Triangulasi, persegi dengan
titik untuk Titik Tinggi Geodesi (TTG) dan bintang untuk Titik Astronomi (A) dan
Gaya Berat (GB). Titik tinggi dengan angka menunjukkan tinggi suatu lokasi
dalam satuan meter di atas permukaan laut. Titik triangulasi terdapat 3 (tiga)
kelas yaitu primer (P), sekunder (S) dan tertier (T).
20
4.5. Batas Administrasi
Simbol untuk batas administrasi biasanya selalu garis tunggal dengan
ketebalannya bervariasi, garis putus-putus atau kombinasi titik-titik di antara
garis putus-putus tersebut. Batas administrasi internasional biasanya ditambah
dengan strip warna untuk menonjolkan penyajiannya.
Gambar 4.5. Simbol batas administrasi
4.6. Perairan
Unsur perairan umumnya diberi warna biru dengan garis batas (outline)
biru. Unsur perairan yang dimaksud antara lain laut, rawa, empang,
penggaraman, sungai, danau, bendungan, dan lainnya.
Penggaraman digambarkan sebagai suatu area dengan isian warna biru
muda dan batas garis tepi berwarna hitam. Sedangkan empang diberi isian
warna biru dengan pola kotak-kotak tidak teratur berwarna putih.
Sungai, anak sungai, kanal irigasi, dan selokan akan digambarkan dalam
garis ganda, jika skalanya memungkinkan. Tetapi jika sebaliknya maka hanya
dengan garis tunggal saja.
21
Gambar 4.6. Simbol perairan
22
BAB V
CARA MEMBACA KONTUR
5.1. Pengertian Kontur
Kontur adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang
mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum
tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan
interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2 (dua)
garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval
kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur
selalu dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis.
Tabel Interval dan Indeks Kontur
Skala Peta Interval Kontur Indeks Kontur
1:10.000 5 meter 25 meter
1:25.000 12,5 meter 50 meter
1:50.000 25 meter 100 meter
1:100.000 50 meter 200 meter
1:250.000 100 meter 500 meter
Kontur biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu
(biasanya berwarna cokelat atau oranye). Setiap kontur keempat atau kelima
(tergantung pada intervalnya) dibuatlah indeks, dan digambarkan dengan garis
yang lebih tebal. Kontur indeks dimaksudkan untuk membantu pembacaan
kontur dan menghitung kontur untuk menentukan tinggi. Angka (ketinggian)
kontur diletakkan pada bagian kontur yang diputus, dan diurutkan sedemikian
rupa agar terbaca searah dengan kemiringan ke arah atas (lebih tinggi).
Pada daerah datar yang jarak horisontalnya lebih dari 40 mm sesuai skala
peta dibuat garis kontur bantu. Kontur bantu ini sangat berarti terutama jika ada
gundukan kecil pada daerah yang datar. Kontur bantu digambar pada peta
berupa garis putus-putus untuk membedakan dengan kontur standar.
23
Gambar 5.1. Kontur indeks dan titik-titik tinggi
pada peta rupabumi skala 1:25.000
5.2. Bentuk Kontur
Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang
sebenarnya. Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang
terjal, kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai. Jika
kontur-kontur itu memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka
kemiringannya teratur.
Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:
1. Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada,
tetap akan bertemu kembali di titik awalnya. Perkecualiannya adalah jika
kontur masuk ke suatu daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal,
karena ketiadaan ruang untuk menyajikan kontur-kontur secara terpisah
pada pandangan horisontal, maka lereng terjal tersebut digambarkan
dengan simbol. Selanjutnya, kontur-kontur akan masuk dan keluar dari
simbol tersebut.
2. Jika kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng
disebut konveks (cembung), dan memberikan pandangan yang pendek.
Jika sebaliknya, yaitu merenggang, maka disebut dengan konkav
(cekung), dan memberikan pandangan yang panjang.
3. Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak terlalu rapat
maka permukaan lapangannya merupakan daerah yang undulasi
(bergelombang).
24
4. Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang
patah-patah. Kontur-kontur yang halus belokannya juga menunjukkan
permukaan yang teratur (tidak patah-patah), kecuali pada peta skala kecil
pada umumnya penyajian kontur cenderung halus akibat adanya proses
generalisasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan detil-detil kecil
(minor).
Gambar 5.2. Berbagai kenampakan kontur
Gambar 5.3. Profil permukaan lahan dari potongan garis A-B
Kenampakan yang tidak berubah dengan penggambaran kontur adalah
bukit dan lembah. Bentuk permukaan lahan tidak berubah cukup berarti
meskipun ada bangunan gedung, jalan, pemotongan pepohanan (hutan atau
25
perkebunan). Penafsiran yang benar terhadap bentuk permukaan lahan
membutuhkan latihan, praktek dan pengalaman yang memadai di lapangan.
5.3. Membuat Potongan Profil
Untuk membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A dan B
pada peta berkontur, gambarlah sebuah garis lurus pada peta antara titik-titik
tersebut. Temukan kontur-kontur rendah dan tinggi yang terpotong oleh garis.
Pada gambar 5.4 kontur yang tertinggi adalah 200 meter, dan yang terendah
adalah 80 meter.
Letakkan secarik kertas dengan tepi yang lurus sepanjang garis AB, dan
tandai pada titik A dan titik B tersebut juga titik-titik di mana kontur-kontur
memotong garis. Berilah label angka tinggi.
Gambar 5.4. Pemotongan garis kontur
Dari masing-masing tanda turunkan garis tegak lurus pada kertas. Sejajar
dengan pinggiran yang sudah ditandai gambar garis-garis paralel dengan skala
yang sesuai untuk menunjukkan angka tinggi dari masing-masing kontur yang
dipotong oleh garis AB, yaitu 80 sampai dengan 200 meter. Buat sebuah tanda
pada setiap garis vertikal di mana itu memotong skala tinggi sejajar sesuai
dengan tingginya pada garis AB. Gabungkan tanda-tanda ini dengan suatu
garis kurva yang halus, memungkinkan untuk membentuk lereng permukaan
antara kontur-kontur di lembah dan di puncak bukit. Penggunaan kertas
milimeter atau grid akan memudahkan penggambaran.
26
Gambar 5.5. Potongan yang menunjukkan intervisibilitas
5.4. Menentukan Gradien Jalan Pada Peta
Kemiringan suatu lereng (slope) biasanya didefinisikan sebagai suatu
gradien. Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah gradien 2 dalam 16, artinya
2 unit vertikal untuk setiap 16 unit pada arah horisontal. Selama kedua unit
tersebut sama pada kedua arah, maka tidak ada bedanya apapun satuan
panjangnya (meter atau pun kaki). Gradien tersebut biasanya ditulis sebagai
2/16.
Gambar 5.6. Kemiringan lereng atau slope
Kadangkala gradien dinyatakan dalam persentase. Untuk
mengkonversinya adalah mengalikan perbandingan dengan bilangan 100%,
yaitu:
2/16 x 100% = 1,25%
Untuk menentukan gradien suatu titik di jalan pada suatu peta, ukur jarak
horisontal antara kontur-kontur yang berurutan pada peta dan nyatakan dalam
unit yang sama seperti pada angka interval kontur. Misalnya, jika interval kontur
10 meter dan jarak yang diukur di peta antara dua kontur yang berurutan
tersebut adalah 120 meter, maka gradien rata-ratanya antara dua kontur
adalah 10/120 = 1/12 atau 1 dalam 12 atau 8,5%.
Untuk menentukan gradien yang paling terjal dari suatu jalan, temukan titik
di mana dua kontur yang berturutan saling berdekatan, kemudian ukurlah
seperti prosedur di atas.
27
Suatu gradien rata-rata dapat diukur dengan cara yang sama terhadap
beberapa interval kontur, meskipun hal ini tidak banyak berarti kecuali ada
kemiringan lereng yang konstan pada arah yang sama.
Jika dibutuhkan untuk memeriksa bahwa gradien maksimum sepanjang
suatu jalan tidak melebihi 1/6, dan interval kontur adalah 10 meter, maka jarak
antara kontur-kontur tadi tidak boleh kurang dari 6 x 10 = 60 meter. Tandailah
pada sepotong kertas suatu jarak 60 meter pada skala peta, interval kontur
dapat diperiksa untuk melihat apakah jarak pada titik mana pun lebih pendek
dari jarak yang ditentukan. Jika demikian halnya maka gradiennya lebih terjal
dari 1/6.
28
BAB VI
MEMBACA INDEKS PETA
6.1. Ukuran lembar peta
Semua lembar peta harus tepat antara satu dengan lainnya, demikian pula
ukurannya harus sama untuk setiap lembar. Ukuran lembar peta tergantung
dari skala peta yang dibuat. Ukuran lembar Peta Rupabumi Indonesia mengacu
pada sistem grid UTM sebagai berikut :
Tabel 6.1. Ukuran lembar peta berdasarkan skala peta
Skala Peta Ukuran Lintang (L) Ukuran Bujur (B)
1 : 1.000.000 4° 6°
1 : 500.000 2° 3°
1 : 250.000 1° 1° 30’
1 : 100.000 30‘ 30’
1 : 50.000 15’ 15’
1 : 25.000 7’ 30” 7’ 30”
1 : 10.000 2’ 30” 2’ 30”
Dari Tabel 6.1 dapat kita lihat terjadi beberapa variasi luas cakupan area
peta, sehingga pembagian suatu nomor lembar peta (NLP) memberikan jumlah
matriks yang tidak seragam, misalnya berjumlah 4 atau 9. Seri nomor lembar
peta rupabumi dimulai dari skala 1:250.000 (4 digit) lalu diturunkan sampai ke
skala 1:10.000 (8 digit).
29
Gambar 6.1. Sistematika ukuran peta mulai dari skala 1:1.000.000 sampai
skala 1:10.000 (Sumber: BAKOSURTANAL, 1998 dengan modifikasi)
6.2. Nomor Lembar Peta
Setiap negara mempunyai sistem penomoran peta masing-masing. Oleh
karena itu nomor peta umumnya unik. Sistem penomoran peta rupabumi
Indonesia dalam bentuk kode numerik. Dari nomor tersebut dapat diketahui
lokasi dimana suatu daerah berada lengkap dengan skala petanya. Seri peta
dasar Rupabumi yang diterbitkan oleh BAKOSURTANAL mengikuti aturan
sebagai berikut, sebagai contoh:
30
Nomor NLP Keterangan
1209
Nomor lembar peta skala 1 : 250.000, format 1°x1°30’ Satu NLP
dibagi menjadi 6 NLP pada skala 1:100.000 masing-masing
berukuran 30’ x 30’
1209 - 1
Nomor lembar peta skala 1 : 100.000, format 30’ x 30’. Satu NLP
dibagi menjadi 4 NLP pada skala 1 : 50.000 masing-masing
berukuran 15’ x 15’
1209 - 43
Nomor lembar peta skala 1 : 50.000, format 15’ x 15’ Satu NLP
dibagi menjadi 4 NLP pada skala 1 : 25.000 masing-masing
berukuran 7’30” x 7’30”
1209 - 224
Nomor lembar peta skala 1 : 25.000, format 7’30”x7’30” Satu NLP
dibagi menjadi 9 NLP pada skala 1 : 10.000 masing-masing
berukuran 2’30”x2’30”
1209 - 6229 Nomor lembar peta skala 1 : 10.000, format 2’30”x2’30”
Gambar 6.2. Contoh urutan penomoran Peta Rupabumi Indonesia
(sumber: BAKOSURTANAL, 1998 dengan modifikasi)
31
DAFTAR PUSTAKA
Australia’s National Mapping Agency, 2000. Map Reading Guide, How to
Use Topographic Map. Commonwealth, Australia.
BAKOSURTANAL, 2003. Modul Pelatihan Membaca Peta,
BAKOSURTANAL dan PPIK, Yogyakarta.
BAKOSURTANAL, 2000. Standar Nasional Indonesia Peta Rupabumi
Indonesia Skala 1:25.000, Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
BAKOSURTANAL, 2000. Standar Nasional Indonesia Peta Rupabumi
Indonesia Skala 1:50.000, Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
BAKOSURTANAL, 2000. Standar Nasional Indonesia Peta Rupabumi
Indonesia Skala 1:250.000, Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.
BAKOSURTANAL, 2003. Spesifikasi Pemetaan Rupabumi, Keputusan
Kepala BAKOSURTANAL No: HK.00.04/41-KA/XII/2003,
BAKOSURTANAL, Bogor.
32

More Related Content

Similar to Panduan_Baca_Peta_and_Skala.pdf

Informasi keruangan dari peta, Sanjose
Informasi keruangan dari peta, SanjoseInformasi keruangan dari peta, Sanjose
Informasi keruangan dari peta, Sanjose
Abel Petrus
 
Profil Penataan Ruang Banten
Profil Penataan Ruang BantenProfil Penataan Ruang Banten
Profil Penataan Ruang Banten
zoronoazoro
 
Tp kartografi
Tp kartografiTp kartografi
Tp kartografi
raynami
 
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaanMakalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Bondan the Planter of Palm Oil
 

Similar to Panduan_Baca_Peta_and_Skala.pdf (20)

Peta,sig,idrejaa kelompok 9 a
Peta,sig,idrejaa kelompok 9 aPeta,sig,idrejaa kelompok 9 a
Peta,sig,idrejaa kelompok 9 a
 
21 peta
21 peta21 peta
21 peta
 
Peta,sig,idrejaa oleh Kelompok 9_A
Peta,sig,idrejaa oleh Kelompok 9_APeta,sig,idrejaa oleh Kelompok 9_A
Peta,sig,idrejaa oleh Kelompok 9_A
 
PENGERTIAN DAN PENJELASAN TENTANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
PENGERTIAN DAN PENJELASAN TENTANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIPENGERTIAN DAN PENJELASAN TENTANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
PENGERTIAN DAN PENJELASAN TENTANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
 
Informasi keruangan dari peta, Sanjose
Informasi keruangan dari peta, SanjoseInformasi keruangan dari peta, Sanjose
Informasi keruangan dari peta, Sanjose
 
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan GajahmungkurLaporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
 
Modul geografi peta dan inderaja
Modul geografi peta dan inderajaModul geografi peta dan inderaja
Modul geografi peta dan inderaja
 
INTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN.docx
INTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN.docxINTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN.docx
INTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN.docx
 
Profil Penataan Ruang Banten
Profil Penataan Ruang BantenProfil Penataan Ruang Banten
Profil Penataan Ruang Banten
 
12 peta geologi
12 peta geologi12 peta geologi
12 peta geologi
 
Standar operasional pembuatan peta tematik dengan menggunakan arc gis
Standar operasional pembuatan peta tematik dengan menggunakan arc gisStandar operasional pembuatan peta tematik dengan menggunakan arc gis
Standar operasional pembuatan peta tematik dengan menggunakan arc gis
 
Pemetaan tugas azzahra dilla rindayu
Pemetaan tugas azzahra dilla rindayuPemetaan tugas azzahra dilla rindayu
Pemetaan tugas azzahra dilla rindayu
 
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total stationPeta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
 
Peta topografi and
Peta topografi andPeta topografi and
Peta topografi and
 
Laporan Pembuatan Peta Rupa Bumi
Laporan Pembuatan Peta Rupa BumiLaporan Pembuatan Peta Rupa Bumi
Laporan Pembuatan Peta Rupa Bumi
 
Tp kartografi
Tp kartografiTp kartografi
Tp kartografi
 
Makalah_40 Kartografi dan pemetaan b
Makalah_40 Kartografi dan pemetaan bMakalah_40 Kartografi dan pemetaan b
Makalah_40 Kartografi dan pemetaan b
 
Kur kart ografi
Kur kart ografiKur kart ografi
Kur kart ografi
 
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaanMakalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
Makalah_41 Supervised unsupervised kartografi dan pemetaan
 
Teknik navigasi darat
Teknik navigasi daratTeknik navigasi darat
Teknik navigasi darat
 

Recently uploaded

Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
yoodika046
 
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturBahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
AhmadAffandi36
 
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang 082223109953 Jual obat aborsi
 
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953  Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakartaObat Aborsi jakarta WA 082223109953  Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Cytotec Asli Di jakarta
 
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
VinaAmelia23
 
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai PenuhObat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
Arisatrianingsih
 
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
ssupi412
 
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptxESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
adnijayautama
 

Recently uploaded (20)

Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdfGambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman MadyaPelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
 
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturBahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
 
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
 
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdfGambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
 
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953  Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakartaObat Aborsi jakarta WA 082223109953  Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
 
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
 
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai PenuhObat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
 
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung KonstruksiContoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
 
MATERI-FINON-ANALISIS-KEUANGAN-14-16-AGUSTUS-2017.pdf
MATERI-FINON-ANALISIS-KEUANGAN-14-16-AGUSTUS-2017.pdfMATERI-FINON-ANALISIS-KEUANGAN-14-16-AGUSTUS-2017.pdf
MATERI-FINON-ANALISIS-KEUANGAN-14-16-AGUSTUS-2017.pdf
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.pptKalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
 
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistikaPengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
 
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptxPPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
 
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptxESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 

Panduan_Baca_Peta_and_Skala.pdf

  • 1. Tim Penyusun: Nara Sumber : Sukendra Martha Editor : Diah Kirana Kresnawati Agus Hermawan Atmadilaga Penyusun : Heru Warsito Eti Hermayanti Agung Christianto Ninuk Ch. Anggraeni Asadi Bambang Santosa Tri Sediyono KATA PENGANTAR Panduan Membaca Peta Rupabumi Indonesia merupakan panduan untuk membaca salah satu produk BAKOSURTANAL yaitu Peta Rupabumi Indonesia yang disingkat RBI. Peta RBI sangat penting karena berisikan informasi dasar dari permukaan bumi antara lain : garis pantai, jalan, sungai, kontur, nama-nama geografi dan lain sebagainya. Obyek-obyek tersebut digambarkan dengan simbol-simbol kartografi yang tidak mudah dipahami, sehingga perlu disusun panduannya agar masyarakat luas dapat membacanya. Buku panduan ini disusun dalam rangka pelaksanaan kegiatan Workshop Pemasyarakatan Survei dan Pemetaan. Kegiatan tersebut diperuntukkan bagi guru bidang geografi serta anak didiknya, namun tidak menutup kemungkinan dapat digunakan bagi yang membutuhkan. Dengan tersusunnya buku ini diharapkan masyarakat yang dapat membaca peta semakin meningkat yang selanjutnya akan berakibat bahwa peta menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan bagi setiap individu dalam melaksanakan kegiatannya, sehingga perencanaan dan pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia semakin terukur. Tiada gading yang tak retak, kami mengharapkan kritik dan saran dari masyarakat survei dan pemetaan. Besar harapan kami semoga buku ini bermanfaat. Cibinong, Agustus 2004 Pusat Pelayanan Jasa dan Informasi BAKOSURTANAL iii
  • 2. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………………….……… iii DAFTAR ISI ………………………………………………………………….………… iv DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………… vi I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………… 1 1.1 Pengertian Peta ………………………………….………………………………. 1 1.2 Informasi Peta ………………………………………..………………………… 1 II. INFORMASI TEPI ………………………………………………………………………. 4 2.1 Judul Peta …..……………………………………………………………….…… 4 2.2 Petunjuk Letak Peta dan Diagram Lokasi …………………………………… 5 2.3 Informasi Sistem Referensi …………………………………………………… 5 2.4 Informasi Pembuat dan Penerbit Peta ………………………………………… 6 2.5 Informasi Nama dan Nomor Lembar Peta …………………………………… 7 2.6 Legenda …………………………………………………………………………… 7 2.7 Keterangan Riwayat Peta ……………………………………………………… 7 2.8 Petunjuk Pembacaan Koordinat Geografi dan UTM ………………………… 8 2.9 Pembagian Daerah Administrasi ……………………………………………… 9 2.10 Skala Grafis ……………………………………………………………………… 10 2.11 Singkatan atau Kesamaan Arti (Glosari) ……………………………………… 10 2.12 Utara Sebenarnya (US), Utara Grid (UG) dan Utara Magnetik (UM) …….. 11 III. SKALA PETA DAN PENGUKURAN JARAK ………………………………………… 12 3.1 Skala Peta ………….…………………………………………………………… 12 a. Pengertian Skala …………………………………………………………… 12 b. Pernyataan Skala Peta ……………………………………………………... 12 c. Perbandingan Antar Skala Peta …………………………………………… 12 d. Dampak Perubahan Skala pada Peta …………………………………..… 13 3.2 Mengukur Jarak …………………………………………………………………… 15 a. Jarak Lurus …………………………………………………………………. 15 b. Menggunakan Skala Tersendiri …………………………………………… 15 iv c. Menggunakan Garis-garis Grid ……………………………………………. 15 d. Mengukur Suatu Jarak Jalan ………………………………………………. 16 IV. LEGENDA PETA ……………………………………………………………………….. 17 4.1 Gedung dan Bangunan Lain …………………………………………………… 17 4.2 Perhubungan…………………………………………………………………..… 18 4.3 Tumbuh-tumbuhan ……………………………………………………………… 19 4.4. Relief dan Titik Kontrol .................................................................................. 20 4.5 Batas Administrasi ……………………………………………………………… 21 4.6 Perairan ………………………………………………………..…………………. 21 V. CARA MEMBACA KONTUR ……………………................................................... 23 5.1 Pengertian Kontur ………………………………..……………………………… 23 5.2 Bentuk Kontur …………………………………………………………………….. 24 5.3 Membuat Potongan Profil ……………………………………………………….. 26 5.4 Menentukan Gradien Jalan Pada Peta ……………………………………….. 27 VI. MEMBACA INDEKS PETA ………………………………………………………..…… 29 6.1 Ukuran Lembar Peta……………………………..……………………………… 29 6.2 Nomor Lembar Peta…..………………………………………………………….. 30 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 32 v
  • 3. DAFTAR GAMBAR No. Judul Gambar Hal 1.1 Tata letak Peta Rupabumi Indonesia …………………………………………..…. 2 2.1 Tata letak informasi tepi …………………………………………………………. 4 2.2 Judul Peta, Skala, Nomor Lembar, Edisi dan Nama Lembar ………………….. 5 2.3 Petunjuk letak peta dan diagram lokasi ………………………………………… 5 2.4 Informasi Sistem Referensi ………………………………………………………. 6 2.5 Informasi pembuat dan penerbit peta ……………………………………………. 7 2.6 Informasi Nama dan nomor lembar peta ………………………………………… 7 2.7 Keterangan Riwayat Peta ………………………………………..………………… 7 2.8 Petunjuk pembacaan koordinat geografi ………………………………………… 8 2.9 Petunjuk pembacaan koordinat UTM …………………………………………….. 8 2.10 Koordinat Geografi dan koordinat UTM ………………………………………... 9 2.11 Pembagian daerah administrasi pada peta rupabumi skala 1:25.000 daerah Bogor ………………………………………………………………………... 10 2.12 Skala grafis pada peta rupabumi skala 1:50.000 ……………………………….. 10 2.13 Utara Sebenarnya (US), Utara Grid (UG) dan Utara Magnetik (UM) dan informasi yang menyertainya ………………………………………………… 11 3.1 Skala-skala grafis pada peta rupabumi …………………………………………... 12 3.2 Penyederhanaan obyek dengan skala yang berbeda dari 1:50.000 ke 1:250.000 dengan cara generalisasi ……………………………………………… 14 4.1 Contoh simbol gedung dan bangunan lainnya ………………………………….. 17 4.2 Contoh simbol perhubungan ………………………………………………………. 19 4.3 Simbol tumbuh-tumbuhan …………………………………………………………. 19 4.4 Simbol relief dan titik kontrol ………………………………………………………. 20 4.5 Simbol batas administrasi …………………………………………………………. 21 4.6 Simbol perairan ……………………………………………………………………... 22 5.1 Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta rupabumi skala 1:25.000 ……….. 24 5.2 Contoh Kenampakan kontur ……………………………………………………….. 25 5.3 Profil permukaan lahan dari potongan garis A-B ………………………………… 25 5.4 Pemotongan garis kontur …………………………………………………………… 26 5.5 Potongan yang menunjukkan intervisibilitas ……………………………………… 27 5.6 Kemiringan lereng atau slope ……………………………………………………… 27 vi 6.1 Sistematika ukuran peta mulai dari skala 1:1.000.000 sampai skala 1:10.000………………………………………………………………………………... 30 6.2 Contoh urutan penomoran Peta Rupabumi Indonesia…………………………… 31 vii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Peta Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Beberapa jenis peta secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu : a. Peta Rupabumi: peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia (kota, jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau, gunung, dsb) pada bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu. Peta Rupabumi dalam istilah asingnya sering disebut sebagai Topographic Map. b. Peta Tematik: peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi dll.) dengan menggunakan peta rupabumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya. Instansi yang bertanggung jawab terhadap pembuatan Peta Rupabumi Indonesia adalah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional disingkat BAKOSURTANAL. Selain itu BAKOSURTANAL juga menyediakan penyiapan dan mempublikasikan seri-seri peta dasar nasional atau peta rupabumi. Peta dasar nasional tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk pembuatan peta- peta tematik, misalnya Peta Tematik Sumberdaya Alam Nasional. 1.2. Informasi Peta Peta rupabumi dapat berfungsi dengan baik bila seorang pemakai dapat membaca informasi peta dengan mudah. Membaca peta merupakan suatu kegiatan tahap awal di dalam menggunakan peta. Kegiatan ini tidak terbatas pada kemampuan untuk menafsirkan simbol, teks, dan gambar saja namun perlu memahami sepenuhnya terhadap keadaan lapangan yang digambarkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membaca peta adalah: a. Skala peta, erat kaitannya dengan ukuran geometri bumi, misalnya perbandingan jarak di lapangan dengan jarak di peta. 1 b. Simbol, merupakan penggambaran dari kenampakan yang ada di permukaan bumi. c. Sistem koordinat, berkaitan dengan penentuan posisi obyek yang di lapangan. d. Arah Utara, panduan arah ke target Utara di peta dan dipakai sebagai penunjuk arah ke utara bila kita berada di lapangan. Pada dasarnya dalam sebuah Peta Rupabumi Indonesia akan ditemui 2 (dua) informasi, yaitu: a. Muka peta, merupakan bagian pokok peta yang menunjukkan sejumlah obyek yang ada di daerah tertentu dan termasuk informasi tersebut. b. Informasi tepi peta, merupakan bagian peta yang berisi penjelasan secara detil, yang dapat membantu menggunakan peta. Desain Peta Rupabumi Indonesia dibuat sedemikian rupa dan dituangkan dalam suatu spesifikasi teknis. Spesifikasi ini selanjutnya diterbitkan dalam bentuk buku dan telah merupakan produk SNI (Standar Nasional Indonesia). Tata letak seri Peta Rupabumi Indonesia produksi BAKOSURTANAL dapat dilihat pada gambar di bawah ini: INFORMASI TEPI Gambar 1.1. Bagian-bagian Peta Rupabumi Indonesia Informasi yang ditampilkan pada muka peta adalah kenampakan- kenampakan yang menggambarkan unsur-unsur sebagai berikut: a. Buatan manusia, seperti: jalan, rel kereta api, bangunan, sawah, dan sebagainya b. Perairan, seperti: danau, rawa, sungai, dan sebagainya c. Unsur alam, seperti: gunung, bukit, pegunungan, lembah, dan sebagainya 2
  • 5. d. Tumbuhan, seperti: hutan, semak belukar, padang rumput, dan sebagainya Unsur di atas adalah kenampakan-kenampakan yang nyata wujudnya. Unsur yang tidak nyata tetap akan ditampilkan, misalnya: koordinat geografi dan koordinat sistem proyeksi (L, B, dan X, Y), garis kontur, batas administrasi dll. Walaupun unsur tersebut bersifat abstrak, namun merupakan unsur penting di dalam menggambarkan permukaan bumi. Penggambaran obyek atau kenampakan di lapangan pada suatu peta digunakan bentuk simbol. Simbol dapat berupa diagram, desain, huruf, karakter atau singkatan yang ditempatkan pada peta. Simbol-simbol yang digunakan pada peta harus memiliki bentuk yang mudah dikenali dan jelas. Namun demikian ada pula simbol-simbol peta yang perlu dijelaskan artinya. Penjelasan simbol-simbol ini dapat diketahui pada legenda (keterangan). Perlu diperhatikan bahwa simbol letaknya terdapat di dalam muka peta, sedangkan legenda letaknya di informasi tepi. Keberadaan sejumlah simbol pada peta akan tergantung pada skala peta. Suatu simbol belum tentu akan selalu tampil pada setiap skala peta yang berbeda, demikian pula sebaliknya. Hal ini tergantung dari obyek yang menentukan karakteristik daerah yang digambarkan. Secara umum ada 3 (tiga) bentuk simbol peta, yaitu: titik, garis, dan area. Simbol titik misalnya menggambarkan pusat ibukota administrasi, bandara, pelabuhan, dan sebagainya. Simbol garis menggambarkan obyek linier, misalnya jalan, rel kereta api, sungai, dan sebagainya. Sedangkan simbol area membentuk suatu luas area, misalnya sawah, hutan, danau, pemukiman, dan sebagainya. Selain menampilkan kenyataan di muka bumi dengan menggunakan simbol titik, garis, dan area, peta juga menampilkan bentuk permukaan bumi yang diwakili oleh kontur. Kontur adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata (mean sea level). Informasi lainnya yang terdapat pada peta rupabumi adalah sistem koordinat gratikul atau geografi dan sistem koordinat proyeksi Transvere Mercator (TM) atau lebih dikenal sistem koordinat grid Universal Transverse Mercator (UTM). Kedua sistem koordinat ini digunakan untuk menentukan posisi suatu obyek di peta atau di lapangan. 3 BAB II INFORMASI TEPI Tata letak informasi tepi pada Peta Rupabumi Indonesia publikasi BAKOSURTANAL telah dibakukan untuk memudahkan pengguna dalam membaca peta. Informasi tepi yang terdapat pada sebelah kanan dan bagian bawah muka peta rupabumi sebagai berikut: Gambar 2.1. Tata letak informasi tepi 2.1. Judul Peta Pada kolom judul peta dapat ditemukan informasi sebagai contoh berikut: 1. Judul Peta : Peta Rupabumi Indonesia 2. Skala : 1:25.000 3. Nomor Lembar : 1209-143 4. Nama Lembar : Bogor 5. Edisi (Tahun Penerbitan / Pencetakan) : I-1998 Kelima unsur di atas adalah suatu kesatuan yang merupakan identitas suatu peta rupabumi. Bilamana seseorang menginginkan peta dengan lokasi tertentu, maka ia harus mengetahui nomor lembar peta (misal: 1029-143) atau menunjukkan nama lokasi di suatu daerah (misal: Bogor) dan skala peta yang dimaksud. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.2. 4
  • 6. Gambar 2.2. Judul Peta, Skala, Nomor Lembar, Edisi dan Nama Lembar 2.2. Petunjuk Letak Peta dan Diagram Lokasi Petunjuk letak peta menunjukkan nomor dan nama lembar peta terhadap nomor dan lembar peta di sekelilingnya. Biasanya matrik petunjuk peta berukuran 3 x 3, dan lembar peta yang sesuai judul berada di tengah-tengah. Petunjuk letak peta sangat membantu pengguna di dalam mencari nomor lembar peta-peta yang bersebelahan. Diagram lokasi menunjuk letak nomor peta pada area yang lebih luas, misalnya bagian dari Provinsi Jawa Barat. Gambar 2.3. Petunjuk letak peta dan diagram lokasi 2.3. Informasi Sistem Referensi Informasi sistem referensi terdiri dari informasi sistem proyeksi, sistem grid, datum horizontal dan vertikal, satuan tinggi, dan selang kontur. Proyeksi peta adalah penggambaran sistematis dari garis-garis di atas permukaan bidang 5 datar untuk menggambarkan garis-garis paralel dari lintang dan garis-garis meridian dari bujur bumi dari sebagian permukaan atau keseluruhan bola bumi. Grid peta adalah sistem koordinat persegipanjang yang ditumpang susun terhadap peta atau suatu penggambaran dari permukaan bumi yang mempunyai karakteristik dan ketelitian tertentu, sehingga dapat mengidentifikasi lokasi di permukaan bumi terhadap lokasi lainnya dan juga dipakai untuk perhitungan arah dan jarak terhadap titik lain. Proyeksi peta yang digunakan pada peta rupabumi Indonesia adalah proyeksi Transverse Mercator (TM) sedangkan sistem grid mengikuti sistem grid Universal Transverse Mercator (UTM). Datum yang dipakai biasanya datum horisontal dan datum vertikal. Sesuai dengan perkembangan, di Indonesia mengalami beberapa penggunaan datum, misalnya Datum Indonesia 1974 (ID-1974). Saat ini dipakai Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-1995) atau WGS’84 untuk peta rupabumi yang dibuat setelah tahun 1995. Gambar 2.4. Informasi Sistem Referensi 2.4. Informasi Pembuat dan Penerbit Peta Informasi pembuat dan penerbit peta merupakan instansi yang bertanggung jawab terhadap pembuatan dan penerbitan Peta Rupabumi Indonesia, dalam hal ini BAKOSURTANAL. Peta rupabumi produksi BAKOSURTANAL ini juga dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta (Copy Rights) No 19 tahun 2002. 6
  • 7. Gambar 2.5. Informasi Pembuat dan Penerbit Peta 2.5. Informasi Nama dan Nomor Lembar Peta Informasi nama sangat penting untuk memudahkan pengguna mencari lokasi yang diinginkan. Nomor lembar dibuat secara sistematis untuk memudahkan pencarian pada indeks peta. Gambar 2.6. Informasi Nama dan Nomor Lembar Peta 2.6. Legenda Suatu daftar atau tabel yang menunjukkan tanda-tanda atau simbol-simbol konvensional yang digunakan pada peta disertai warna dan deskripsinya ditampilkan di sebelah kanan tengah dari peta. Daftar ini lazim disebut dengan keterangan atau legenda. 2.7. Keterangan Riwayat Peta Catatan riwayat peta diletakkan pada sebelah kanan di bawah daftar keterangan (legenda) yang menerangkan tentang sumber data untuk penyusunan peta, metode kompilasi, tahun pemotretan foto udara, survei lapangan, catatan penting lain misalnya “Peta ini bukan referensi resmi batas administrasi nasional atau internasional”. Gambar 2.7. Keterangan Riwayat Peta 7 2.8. Petunjuk Pembacaan Koordinat Geografi dan UTM Tabel petunjuk pembacaan koordinat geografi dan koordinat grid UTM diletakkan di sebelah kanan bawah. Tulisan berwarna biru untuk pembacaan koordinat Geografi dan tulisan berwarna hitam untuk koordinat grid UTM. Petunjuk koordinat bertujuan memberikan ilustrasi bagaimana pengguna membaca koordinat geografi atau koordinat grid UTM. Salah satu indikasi biasanya diberikan contoh titik tinggi beserta nilai ketinggian atau simbol bangunan dan nama obyek (misalnya: Kebonpedes) Gambar 2.8. Petunjuk pembacaan koordinat geografi Gambar 2.9. Petunjuk pembacaan koordinat UTM 8
  • 8. Pada dasarnya sistem koordinat pada peta rupabumi menggunakan sistem koordinat grid geografi (gratikul) dengan warna biru, sedangkan grid UTM diberikan pada keempat sisi peta dan diberi warna hitam. Koordinat geografi mempunyai satuan derajat, menit dan detik. Lintang geografi diberi indikasi Utara (U) atau Selatan (S). Bujur geografi untuk wilayah Indonesia akan selalu mengarah ke Timur (T). Contoh salah satu koordinat pojok kanan bawah peta (L, B atau ϕ, λ) : ϕ = 115o 15’ 00” T dan λ = 08o 45’ 00”. Koordinat yang sama bila dihitung dalam sistem grid UTM adalah X, Y : 0307491 mT dan 9032336 mU. Gambar 2.10. Koordinat Geografi dan koordinat UTM 2.9. Pembagian Daerah Administrasi Pembagian daerah administrasi merupakan sketsa dari gambaran pembagian wilayah administrasi sebenarnya yang ada pada isi peta. Gambar ini dapat membantu para pembaca peta mengetahui cakupan wilayah yang dipetakan. Pembagian wilayah administrasi tersebut meliputi wilayah propinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa. 9 Gambar 2.11. Pembagian daerah administrasi pada peta rupabumi skala 1:25.000 daerah Bogor 2.10. Skala Grafis Terdapat 2 (dua) tipe skala, yaitu skala numerik dan skala grafis. Skala numerik adalah skala yang dinyatakan dengan angka, misalnya 1:25.000, diletakkan secara jelas di bagian kanan atas peta dan juga di bagian tengah bawah, biasanya di atas skala grafis. Skala grafis diletakkan di bagian tengah bawah dan umumnya dinyatakan dalam kilometer. Skala grafis digambarkan dalam bentuk unit batang disertai nilai per unit. Contoh: satu unit batang mempunyai satuan panjang 2 km; satuan ini dapat dibagi lagi menjadi 10 bagian. Jadi satu bagian kecil adalah 200 meter (lihat gambar 2.12.) Gambar 2.12. Skala grafis pada peta rupabumi skala 1:50.000 2.11. Singkatan atau Kesamaan Arti (Glosari) Peta umumnya menampilkan sejumlah singkatan atau kesamaan arti (glossary). Singkatan atau nama-nama geografi antara satu daerah dengan daerah lainnya tidak selalu sama. Glosari diletakkan di bagian bawah, sebelah kanan/kiri skala grafis. Sebagai contoh, sebutan sungai di daerah Jawa barat (Ci) tidak sama dengan di Pulau Bali (Tukad, Yeh, Pangkung). Contoh singkatan, Tel = Teluk; Tg = Tanjung, dan sebagainya. 10
  • 9. 2.12. Utara Sebenarnya (US), Utara Grid (UG) dan Utara Magnetik (UM) Setiap peta mempunyai informasi yang perlu untuk menentukan arah sebenarnya, arah grid dan arah magnetik atas garis manapun pada peta. Informasi ini diberikan dalam bentuk diagram dengan catatan penjelasan. Diagram ini diletakkan di bagian paling kiri bawah. Gambar 2.13. Utara Sebenarnya (US), Utara Grid (UG), Utara Magnetik (UM) dan informasi yang menyertainya. 11 BAB III SKALA PETA DAN PENGUKURAN JARAK 3.1. Skala Peta a. Pengertian Skala Skala peta adalah angka perbandingan antara jarak dua titik di atas peta dengan jarak tersebut di permukaan bumi. Pada peta skala 1:50.000, jarak 1 cm di peta berati 50.000 cm atau 500 meter di lapangan. Andaikan kita mengukur jarak = 3 cm di peta skala 1:50.000, ini berarti jarak di lapangan adalah: 3 cm di peta = 3 x 50.000 cm atau 150.000 cm, atau = 1500 meter = 1,5 km di lapangan b. Pernyataan Skala Peta Ada dua (2) cara menyatakan skala pada peta, yaitu: 1. Cara numerik atau angka, misalnya 1:25.000, 1:50.000, 1:100.000, dan lainnya. 2. Cara grafis, seperti gambar di bawah ini Skala 1:250.000 Skala 1:50.000 Skala 1:25.000 Gambar 3.1. Skala-skala grafis pada peta rupabumi c. Perbandingan Antar Skala Peta Kedetilan isi peta akan bergantung pada tingkat di mana peta akan digambar. Peta berskala besar kedetilannya lebih lengkap dibandingkan dengan peta berskala kecil. 12
  • 10. Batasan antara peta berskala besar, menengah dan kecil tidak dijelaskan secara baku. Namun, untuk kebutuhan praktis dapat dipakai pengelompokkan produk peta rupabumi BAKOSURTANAL, sebagai berikut: Skala peta Jarak 1 cm di peta mewakili jarak horisontal di lapangan: 1 : 10.000 100 meter 1 : 25.000 250 meter = ¼ km 1 : 50.000 500 meter = ½ km 1 : 100.000 1.000 meter = 1 km 1 : 250.000 2.500 meter = 2 ½ km d. Dampak Perubahan Skala pada Peta Seorang pengguna peta perlu juga memahami dampak perubahan skala dalam membaca peta. Proses pengecilan peta dikenal dengan istilah generalisasi, misalnya dari skala 1:50.000 menjadi skala 1:250.000 (lihat gambar 3.2.). Generalisasi adalah suatu proses penyederahanaan peta yang disebabkan adanya pengecilan atau turunan peta dari skala besar ke skala kecil dengan mempertahankan ciri/karakteristik utama dari peta yang bersangkutan. Hal-hal yang dilakukan dalam generalisasi adalah: - Pemilihan; dalam proses ini dilakukan pemilihan terhadap obyek yang harus dipertahankan atau dihilangkan, tetapi hasil akhirnya obyek tersebut harus tetap mempertahankan ciri aslinya. Contoh pada gambar 3.2 adalah pemilihan sungai atau anak sungai mana yang akan dipertahankan dan yang harus dihilangkan. - Penyederhanaan; dilakukan penghilangan sebagian bentuk ketidakteraturan akibat proses pengecilan skala. Pada gambar ditunjukan penyederhanaan terhadap garis tepi danau. - Kombinasi; umumnya dilakukan terhadap area pemukiman, sebagaimana nampak pada gambar 3.2. - Pembesaran; obyek ditampilkan tidak dengan ukuran sebenarnya tetapi perlu dilakukan pembesaran. Umumnya dilakukan terhadap obyek yang berupa jalan. 12 13 Gambar 3.2. Penyederhanaan obyek dengan skala yang berbeda dari 1:50.000 ke 1:250.000 dengan cara generalisasi 14
  • 11. Perubahan skala dari 1:50.000 ke skala 1:250.000 tidak dibenarkan dilakukan langsung, namun harus melalui beberapa tahap. Perubahan harus dimulai dari pengecilan ke skala 1:100.000 lalu dilanjutkan ke skala 1:250.000. Perubahan skala peta tidak dibenarkan dilakukan untuk sebaliknya, yaitu dari skala yang lebih kecil ke skala yang lebih besar. 3.2. Mengukur Jarak a. Jarak Lurus Untuk mengukur suatu jarak lurus antara dua titik dengan cara meletakkan sepotong kertas yang bertepi lurus tepat pada dua titik tersebut. Pada masing- masing titik diberi tanda dengan garis pendek. Lalu letakkan kertas tadi pada skala grafis peta dengan titik yang sebelah kanan ada pada salah satu titik angka skala di sebelah kanan, sehingga titik yang sebelah kiri berada pada pembagian sebelah kiri titik nol. Total jarak adalah dari pembagian angka yang besar (sebelah kanan) dan ditambah dengan yang ada pada pembagian sebelah kiri dari titik nol. b. Menggunakan Skala Tersendiri Skala yang tersendiri, misalnya dalam bentuk protaktor (busur derajat) dapat digunakan untuk mengukur jarak pendek pada peta. Tapi perlu diketahui bahwa pada saat mengukur jarak yang panjang, kertas peta bisa mengembang atau menyusut cukup besar. Padahal bahan dari metal, plastik, dan kayu tidak demikian. Skala yang digambar pada peta juga akan mengembang dan menyusut bersama peta tersebut. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu digunakan skala yang konformal dengan detil pada peta. c. Menggunakan Garis-garis Grid Garis-garis grid dalam peta rupabumi diwakili oleh garis-garis tanda pendek (garis tik). Jarak antar garis-garis tik ini selalu tetap dan dapat digunakan untuk menentukan jarak antara dua titik secara cepat. Skala yang tersendiri bisa diperiksa atau dicocokkan terhadap garis-garis tik ini sebelum digunakan untuk menyakinkan bahwa antara peta dan skala ini cocok. 15 d. Mengukur Suatu Jarak Jalan Untuk mengukur suatu jarak yang tidak lurus, misal sepanjang jalan atau sungai, maka anggaplah obyek tersebut sebagai beberapa potongan garis- garis lurus atau hampir lurus. Letakkan sepotong kertas dengan tepi yang lurus pada potongan pertama. Berilah tanda pada titik awal dan titik akhir potongan pertama tersebut. Berikutnya putar kertas terhadap titik akhir tadi sampai kertas terletak berhimpit dengan potongan kedua. Tandai titik akhir potongan kedua ini, dan ulangi terus proses ini sampai titik terakhir ditandakan pada tepi kertas. Jarak total sepanjang jalan sekarang telah berpindah pada kertas tersebut sebagai garis yang lurus, dan selanjutnya dapat dibaca terhadap garis skala. 16
  • 12. BAB IV LEGENDA PETA Legenda peta dibuat untuk menjelaskan simbol-simbol yang terdapat di dalam peta. Simbol di dalam peta dikelompokkan sebagai berikut : 4.1. Gedung dan Bangunan Lainnya Gedung dan bangunan yang dimaksudkan dalam hal ini antara lain pemukiman, bangunan, tempat ibadah, kuburan, kantor, sekolah, dll. Pemukiman ditampilkan dengan simbol area berwarna oranye dan diberi garis tepi berwarna hitam. Sedangkan bangunan, sesuai dengan skalanya ditampilkan dengan simbol titik yang berwarna hitam. Tapi perlu diketahui bahwa simbol bangunan yang berupa kotak segiempat berwarna hitam bukan berarti menunjukkan sebagai rumah atau bangunan tunggal, melainkan merupakan gambaran bahwa di lokasi tersebut terdapat bangunan-bangunan atau kumpulan bangunan. Gambar 4.1. Contoh simbol gedung dan bangunan lainnya Informasi yang menyertai pemukiman atau bangunan biasanya berupa teks yang menerangkan nama bangunan atau pemukiman tersebut. Jenis dan ukuran huruf yang dipakai untuk nama tempat (kota atau desa) mempunyai arti penting untuk membedakan status kelas tempat tersebut. Masalahnya adalah sempitnya ruang pada peta, untuk itu maka dimanfaatkan huruf besar atau kecil dalam menyatakan perbedaan kelas. Ukuran huruf semakin kecil jika tingkat atau kelas tempat tersebut juga semakin rendah (nama kampung lebih kecil daripada nama kota). 17 Pada peta rupabumi skala 1:25.000 cukup banyak simbol-simbol untuk bangunan, yang umumnya berwarna hitam. Simbol-simbol bangunan umumnya menunjukkan ciri alami dari obyek yang disimbolkan, misalnya simbol gereja akan menyertakan gambar salib, simbol masjid akan menyertakan gambar bulan sabit. 4.2. Perhubungan Unsur simbol perhubungan yang dipetakan antara lain jalan, jalan kereta api, jembatan, stasiun, terminal bis, lapangan terbang dan obyek-obyek lain yang berkaitan. Simbol jalan, khususnya jalan raya, digambarkan dengan garis ganda berwarna hitam dengan warna isian merah. Semakin tinggi kelas jalan maka semakin lebar simbolnya. Garis tunggal dan putus-putus menunjukkan tingkat kelas jalan tersebut yang lebih rendah, misalnya jalan lain dan jalan setapak. Sesuai dengan spesifikasi teknis Peta Rupabumi Indonesia, kelas jalan dibagi menjadi 5 (lima), yaitu: - Jalan arteri, yaitu setara jalan negara (yang menghubungkan antar ibukota propinsi), jalan propinsi (yang menghubungkan antar ibukota kabupaten), jalan bypass, jalan lingkar dan jalan bebas hambatan (jalan tol). - Jalan kolektor, yaitu setara jalan kabupaten (menghubungkan antar kecamatan). - Jalan lokal, yaitu jalan di dalam kota. - Jalan lain-lain, yaitu setara jalan kecamatan (yang menghubungkan antar desa). - Jalan setapak, yaitu jalan kecil yang penting (misalnya di tengah hutan atau di atas gunung) namun bukan untuk lalu lintas kendaraan bermotor. Jembatan digambarkan bersilangan dengan sungai atau jalan lain. Pada bagian tepi jembatan umumnya dibuat dengan garis yang tebal. Jika jembatan tersebut berupa titian maka digambarkan x pada bagian persilangannya. Sedangkan terowongan dan tambangan digambar dengan garis putus-putus. Jalan atau rel kereta api digambarkan dengan simbol garis tunggal berwarna hitam. Umumnya hanya dibedakan dengan jalan kereta api rangkap dan jalan kereta api tunggal. Kelas yang lebih rendah diberikan untuk jalan lori, yaitu dengan mengurangi ketebalan garisnya. 18
  • 13. Gambar 4.2. Contoh simbol perhubungan 4.3. Tumbuh-tumbuhan Unsur tumbuh-tumbuhan di dalam peta berupa sawah irigasi dan tadah hujan, kebun/perkebunan, hutan, semak/belukar, tegalan/ladang, rumput/tanah kosong, dan hutan rawa. Unsur tumbuh-tumbuhan pada umumnya dibatasi dengan garis warna hijau, disertai dengan simbol-simbol yang membentuk pola tertentu untuk pohon atau tanaman. Gambar 4.3. Simbol tumbuh-tumbuhan Untuk sawah irigasi diberi simbol kotak-kotak teratur berwarna biru, dan untuk sawah tadah hujan simbol kotak-kotak tidak teratur. Warna biru menggambarkan unsur air yang terkandung pada sawah. Sawah irigasi adalah lahan yang diusahakan untuk padi dengan cara irigasi, sedangkan sawah tadah hujan adalah lahan yang diusahakan untuk padi dengan cara tadah hujan. Hutan ditampilkan dengan pola isian tidak teratur berwana hijau, sedangkan semak/ belukar dengan pola isian yang sama tetapi memiliki kerapatan yang lebih rendah daripada hutan. Kebun/perkebunan diberi isian warna hijau tanpa pola, demikian pula dengan tegalan/ladang diberi warna 19 kuning tanpa pola. Untuk daerah yang berumput dan lahan kosong tidak diberi isian warna atau putih saja. Sedangkan hutan rawa disimbolkan dengan warna hijau dan berpola garis putus-putus berwana biru. 4.4. Relief dan Titik Kontrol Relief adalah istilah umum untuk menunjukkan bentuk permukaan lapangan pada bidang vertikal. Penyajian relief di peta dengan cara menunjukkan tinggi dan bentuk permukaannya, di atas atau di bawah datum yang biasanya dipakai, yaitu permukaan laut. Penyajian relief pada peta rupabumi memiliki tingkat kelengkapan dan ketelitian bermacam-macam sesuai dengan skalanya. Gambar 4.4. Simbol relief dan titik kontrol Unsur relief umumnya diberi warna oranye dan hitam. Warna oranye menggambarkan keadaan relief tanah biasa dan warna hitam menggambarkan kondisi daerah yang berbatu atau diperkeras. Sedangkan titik kontrol digambarkan dengan simbol titik dengan angka untuk Titik Tinggi, segitiga dengan titik untuk Titik Triangulasi, persegi dengan titik untuk Titik Tinggi Geodesi (TTG) dan bintang untuk Titik Astronomi (A) dan Gaya Berat (GB). Titik tinggi dengan angka menunjukkan tinggi suatu lokasi dalam satuan meter di atas permukaan laut. Titik triangulasi terdapat 3 (tiga) kelas yaitu primer (P), sekunder (S) dan tertier (T). 20
  • 14. 4.5. Batas Administrasi Simbol untuk batas administrasi biasanya selalu garis tunggal dengan ketebalannya bervariasi, garis putus-putus atau kombinasi titik-titik di antara garis putus-putus tersebut. Batas administrasi internasional biasanya ditambah dengan strip warna untuk menonjolkan penyajiannya. Gambar 4.5. Simbol batas administrasi 4.6. Perairan Unsur perairan umumnya diberi warna biru dengan garis batas (outline) biru. Unsur perairan yang dimaksud antara lain laut, rawa, empang, penggaraman, sungai, danau, bendungan, dan lainnya. Penggaraman digambarkan sebagai suatu area dengan isian warna biru muda dan batas garis tepi berwarna hitam. Sedangkan empang diberi isian warna biru dengan pola kotak-kotak tidak teratur berwarna putih. Sungai, anak sungai, kanal irigasi, dan selokan akan digambarkan dalam garis ganda, jika skalanya memungkinkan. Tetapi jika sebaliknya maka hanya dengan garis tunggal saja. 21 Gambar 4.6. Simbol perairan 22
  • 15. BAB V CARA MEMBACA KONTUR 5.1. Pengertian Kontur Kontur adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2 (dua) garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis. Tabel Interval dan Indeks Kontur Skala Peta Interval Kontur Indeks Kontur 1:10.000 5 meter 25 meter 1:25.000 12,5 meter 50 meter 1:50.000 25 meter 100 meter 1:100.000 50 meter 200 meter 1:250.000 100 meter 500 meter Kontur biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu (biasanya berwarna cokelat atau oranye). Setiap kontur keempat atau kelima (tergantung pada intervalnya) dibuatlah indeks, dan digambarkan dengan garis yang lebih tebal. Kontur indeks dimaksudkan untuk membantu pembacaan kontur dan menghitung kontur untuk menentukan tinggi. Angka (ketinggian) kontur diletakkan pada bagian kontur yang diputus, dan diurutkan sedemikian rupa agar terbaca searah dengan kemiringan ke arah atas (lebih tinggi). Pada daerah datar yang jarak horisontalnya lebih dari 40 mm sesuai skala peta dibuat garis kontur bantu. Kontur bantu ini sangat berarti terutama jika ada gundukan kecil pada daerah yang datar. Kontur bantu digambar pada peta berupa garis putus-putus untuk membedakan dengan kontur standar. 23 Gambar 5.1. Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta rupabumi skala 1:25.000 5.2. Bentuk Kontur Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya. Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal, kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai. Jika kontur-kontur itu memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka kemiringannya teratur. Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut: 1. Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada, tetap akan bertemu kembali di titik awalnya. Perkecualiannya adalah jika kontur masuk ke suatu daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal, karena ketiadaan ruang untuk menyajikan kontur-kontur secara terpisah pada pandangan horisontal, maka lereng terjal tersebut digambarkan dengan simbol. Selanjutnya, kontur-kontur akan masuk dan keluar dari simbol tersebut. 2. Jika kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng disebut konveks (cembung), dan memberikan pandangan yang pendek. Jika sebaliknya, yaitu merenggang, maka disebut dengan konkav (cekung), dan memberikan pandangan yang panjang. 3. Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak terlalu rapat maka permukaan lapangannya merupakan daerah yang undulasi (bergelombang). 24
  • 16. 4. Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-patah. Kontur-kontur yang halus belokannya juga menunjukkan permukaan yang teratur (tidak patah-patah), kecuali pada peta skala kecil pada umumnya penyajian kontur cenderung halus akibat adanya proses generalisasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan detil-detil kecil (minor). Gambar 5.2. Berbagai kenampakan kontur Gambar 5.3. Profil permukaan lahan dari potongan garis A-B Kenampakan yang tidak berubah dengan penggambaran kontur adalah bukit dan lembah. Bentuk permukaan lahan tidak berubah cukup berarti meskipun ada bangunan gedung, jalan, pemotongan pepohanan (hutan atau 25 perkebunan). Penafsiran yang benar terhadap bentuk permukaan lahan membutuhkan latihan, praktek dan pengalaman yang memadai di lapangan. 5.3. Membuat Potongan Profil Untuk membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A dan B pada peta berkontur, gambarlah sebuah garis lurus pada peta antara titik-titik tersebut. Temukan kontur-kontur rendah dan tinggi yang terpotong oleh garis. Pada gambar 5.4 kontur yang tertinggi adalah 200 meter, dan yang terendah adalah 80 meter. Letakkan secarik kertas dengan tepi yang lurus sepanjang garis AB, dan tandai pada titik A dan titik B tersebut juga titik-titik di mana kontur-kontur memotong garis. Berilah label angka tinggi. Gambar 5.4. Pemotongan garis kontur Dari masing-masing tanda turunkan garis tegak lurus pada kertas. Sejajar dengan pinggiran yang sudah ditandai gambar garis-garis paralel dengan skala yang sesuai untuk menunjukkan angka tinggi dari masing-masing kontur yang dipotong oleh garis AB, yaitu 80 sampai dengan 200 meter. Buat sebuah tanda pada setiap garis vertikal di mana itu memotong skala tinggi sejajar sesuai dengan tingginya pada garis AB. Gabungkan tanda-tanda ini dengan suatu garis kurva yang halus, memungkinkan untuk membentuk lereng permukaan antara kontur-kontur di lembah dan di puncak bukit. Penggunaan kertas milimeter atau grid akan memudahkan penggambaran. 26
  • 17. Gambar 5.5. Potongan yang menunjukkan intervisibilitas 5.4. Menentukan Gradien Jalan Pada Peta Kemiringan suatu lereng (slope) biasanya didefinisikan sebagai suatu gradien. Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah gradien 2 dalam 16, artinya 2 unit vertikal untuk setiap 16 unit pada arah horisontal. Selama kedua unit tersebut sama pada kedua arah, maka tidak ada bedanya apapun satuan panjangnya (meter atau pun kaki). Gradien tersebut biasanya ditulis sebagai 2/16. Gambar 5.6. Kemiringan lereng atau slope Kadangkala gradien dinyatakan dalam persentase. Untuk mengkonversinya adalah mengalikan perbandingan dengan bilangan 100%, yaitu: 2/16 x 100% = 1,25% Untuk menentukan gradien suatu titik di jalan pada suatu peta, ukur jarak horisontal antara kontur-kontur yang berurutan pada peta dan nyatakan dalam unit yang sama seperti pada angka interval kontur. Misalnya, jika interval kontur 10 meter dan jarak yang diukur di peta antara dua kontur yang berurutan tersebut adalah 120 meter, maka gradien rata-ratanya antara dua kontur adalah 10/120 = 1/12 atau 1 dalam 12 atau 8,5%. Untuk menentukan gradien yang paling terjal dari suatu jalan, temukan titik di mana dua kontur yang berturutan saling berdekatan, kemudian ukurlah seperti prosedur di atas. 27 Suatu gradien rata-rata dapat diukur dengan cara yang sama terhadap beberapa interval kontur, meskipun hal ini tidak banyak berarti kecuali ada kemiringan lereng yang konstan pada arah yang sama. Jika dibutuhkan untuk memeriksa bahwa gradien maksimum sepanjang suatu jalan tidak melebihi 1/6, dan interval kontur adalah 10 meter, maka jarak antara kontur-kontur tadi tidak boleh kurang dari 6 x 10 = 60 meter. Tandailah pada sepotong kertas suatu jarak 60 meter pada skala peta, interval kontur dapat diperiksa untuk melihat apakah jarak pada titik mana pun lebih pendek dari jarak yang ditentukan. Jika demikian halnya maka gradiennya lebih terjal dari 1/6. 28
  • 18. BAB VI MEMBACA INDEKS PETA 6.1. Ukuran lembar peta Semua lembar peta harus tepat antara satu dengan lainnya, demikian pula ukurannya harus sama untuk setiap lembar. Ukuran lembar peta tergantung dari skala peta yang dibuat. Ukuran lembar Peta Rupabumi Indonesia mengacu pada sistem grid UTM sebagai berikut : Tabel 6.1. Ukuran lembar peta berdasarkan skala peta Skala Peta Ukuran Lintang (L) Ukuran Bujur (B) 1 : 1.000.000 4° 6° 1 : 500.000 2° 3° 1 : 250.000 1° 1° 30’ 1 : 100.000 30‘ 30’ 1 : 50.000 15’ 15’ 1 : 25.000 7’ 30” 7’ 30” 1 : 10.000 2’ 30” 2’ 30” Dari Tabel 6.1 dapat kita lihat terjadi beberapa variasi luas cakupan area peta, sehingga pembagian suatu nomor lembar peta (NLP) memberikan jumlah matriks yang tidak seragam, misalnya berjumlah 4 atau 9. Seri nomor lembar peta rupabumi dimulai dari skala 1:250.000 (4 digit) lalu diturunkan sampai ke skala 1:10.000 (8 digit). 29 Gambar 6.1. Sistematika ukuran peta mulai dari skala 1:1.000.000 sampai skala 1:10.000 (Sumber: BAKOSURTANAL, 1998 dengan modifikasi) 6.2. Nomor Lembar Peta Setiap negara mempunyai sistem penomoran peta masing-masing. Oleh karena itu nomor peta umumnya unik. Sistem penomoran peta rupabumi Indonesia dalam bentuk kode numerik. Dari nomor tersebut dapat diketahui lokasi dimana suatu daerah berada lengkap dengan skala petanya. Seri peta dasar Rupabumi yang diterbitkan oleh BAKOSURTANAL mengikuti aturan sebagai berikut, sebagai contoh: 30
  • 19. Nomor NLP Keterangan 1209 Nomor lembar peta skala 1 : 250.000, format 1°x1°30’ Satu NLP dibagi menjadi 6 NLP pada skala 1:100.000 masing-masing berukuran 30’ x 30’ 1209 - 1 Nomor lembar peta skala 1 : 100.000, format 30’ x 30’. Satu NLP dibagi menjadi 4 NLP pada skala 1 : 50.000 masing-masing berukuran 15’ x 15’ 1209 - 43 Nomor lembar peta skala 1 : 50.000, format 15’ x 15’ Satu NLP dibagi menjadi 4 NLP pada skala 1 : 25.000 masing-masing berukuran 7’30” x 7’30” 1209 - 224 Nomor lembar peta skala 1 : 25.000, format 7’30”x7’30” Satu NLP dibagi menjadi 9 NLP pada skala 1 : 10.000 masing-masing berukuran 2’30”x2’30” 1209 - 6229 Nomor lembar peta skala 1 : 10.000, format 2’30”x2’30” Gambar 6.2. Contoh urutan penomoran Peta Rupabumi Indonesia (sumber: BAKOSURTANAL, 1998 dengan modifikasi) 31 DAFTAR PUSTAKA Australia’s National Mapping Agency, 2000. Map Reading Guide, How to Use Topographic Map. Commonwealth, Australia. BAKOSURTANAL, 2003. Modul Pelatihan Membaca Peta, BAKOSURTANAL dan PPIK, Yogyakarta. BAKOSURTANAL, 2000. Standar Nasional Indonesia Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:25.000, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. BAKOSURTANAL, 2000. Standar Nasional Indonesia Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:50.000, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. BAKOSURTANAL, 2000. Standar Nasional Indonesia Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:250.000, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. BAKOSURTANAL, 2003. Spesifikasi Pemetaan Rupabumi, Keputusan Kepala BAKOSURTANAL No: HK.00.04/41-KA/XII/2003, BAKOSURTANAL, Bogor. 32