1. •Navela Eka 1201100066
•Rizqa Fadilillah 1201100073
•Mafincha Putri 1201100082
•Cintya Bonita 1201100089
•Sonia D. Y 1201100098
•Rizqi Ardi O 1201100105
•Novya Zhian A 1201100114
•Ghea Maharani 1201100121
2. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung,
panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan
berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal
dan melebar di bagian distal.
Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Pada
kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di
belakang sekum, di belakang kolon assendens, atau di tepi
lateral kolon assendens. Gejala klinis apendisitis ditentukan
oleh letak apendiks.
3. Apendiks adalah organ tambahan kecil yang
menyerupai jari, melekat pada sekum
tepat dibawah katup ileocecal (Brunner dan Sudarth, 2002).
Appendisitis adalah suatu peradangan pada appendiks
yang berbentuk cacing, yang
berlokasi dekat katup ileocecal (Long, Barbara C, 1996).
Apendisitis adalah peradangan dari appendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang
paling sering (Arif Mansjoer dkk, 2000).
4. Apendiksitis adalah radang apendiks,
suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari
sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses
yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan
mengikis mukosa menyebabkan inflamasi
(Wilson & Goldman, 1989)
5. Apendisitis akut dapat disebabkan oleh
beberapa sebab terjadinya proses radang
bakteria yang dicetuskan oleh beberapa
faktor pencetus diantaranya hiperplasia
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan
cacing askaris yang menyumbat.
6. . Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan
penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti
biji Lombok, biji jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat
peradangan sebelumnya
7. Apendisitis terbagi menjadi 2, yaitu
apendisitis akut dan apendisitis kronis.
Apendisitis akut dibagi atas:
1. Apendisitis akut fokalis atau segmentalis,
yaitu setelah sembuh akan timbul striktur
lokal.
2. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah
bertumpuk nanah.
8. Sedangkan apendisitis kronis, dibagi atas:
1. Apendisitis kronis fokalis atau parsial,
yaitu setelah sembuh akan timbul striktur
lokal.
2. Apendisitis kronis obliteritiva, yaitu
appendiks miring, biasanya ditemukan
pada usia tua.
9. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya
disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan
hilangnya nafsu makan.
Nyeri tekan lokal pada titik Mc Burney bila
dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas (hasil atau
intensifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan)
mungkin dijumpai. Derajat nyeri tekan spasme otot,
dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokal apendiks.
10. Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi
apendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis
atau abses, insidens perforasi adalah 10% sampai
32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.
Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan
nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C
atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau
nyeri tekan abdomen yang kontinyu.
11. Komplikasi lain yang sering ditemukan
adalah infeksi, perforasi, abses intra
abdominal/pelvis, sepsis, syok, dehisensi.
Pasca appendektomi diperlukan
perawatan intensif dan pemberian antibiotik
dengan lama terapi disesuaikan dengan
besar infeksi intra-abdomen.