Saringan Pasir Bio (Biosand Filter) merupakan salah satu opsi teknologi pengelolaan air minum rumah tangga (PAMRT)/pilar ke-3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Teknologinya cukup sederhana dan materialnya juga sangat mudah didapatkan, sehingga masyarakat manapun dapat mengaplikasikannya. Selamat mencoba.
Materi ini adalah tugas dari mata kuliah aset bangunan dan lingkungan, dimana kita dapat lebih mengetahui tentang cara pengelolaan sampah yang baik dan benar, serta jenis jenis sampah yang lazim pada umumnya
Saringan Pasir Bio (Biosand Filter) merupakan salah satu opsi teknologi pengelolaan air minum rumah tangga (PAMRT)/pilar ke-3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Teknologinya cukup sederhana dan materialnya juga sangat mudah didapatkan, sehingga masyarakat manapun dapat mengaplikasikannya. Selamat mencoba.
Materi ini adalah tugas dari mata kuliah aset bangunan dan lingkungan, dimana kita dapat lebih mengetahui tentang cara pengelolaan sampah yang baik dan benar, serta jenis jenis sampah yang lazim pada umumnya
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
3. Pengelolaan limbah
Berdasarkan sifat digolongkan mjd :
◦ Limbah organik
◦ Limbah anorganik
Berdasarkan sumber digolongkan mjd
:
◦ LImbah industri
◦ Limbah rumah tangga (domestik)
4. Pengelolaan limbah
Karakteristik limbah
◦ Limbah organik
Dapat terdegradari oleh proses degradasi oleh
mikroba
Mengandung unsur C,H,O,N,S,P
Biasanya berasal dari makhluk hidup (daun-daun,
sisa makanan, lemak, daging, air cucian beras, dll)
Biasanya lebih banyak berasal dari rumah tangga.
Dapat terdegradasi alami namun memerlukan
penampungan
5. Pengelolaan limbah
- Limbah anorganik
- Tidak dapat terdegradari oleh proses degradasi oleh
mikroba
- Tidak mengandung unsur C,H,O,N,S,P (sintetis)
- Biasanya berasal dari hasil reaksi dan proses kimia
(plastik, botol, karet, dll)
- Biasanya lebih banyak berasal dari industri atau pun
penggunaan produk industri.
- Dapat terdegradasi namun memerlukan perlakuan
khusus.
6. Pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah rumah tangga
◦ Karakteristik
Limbah cair
Berupa air sisa dari proses Mandi, Cuci dan kakus
Sifatnya organik
Banyak mengadung phospat dan sulfat (dari detergent)
Dapat teregradasi alami
Memerlukan saluran pembuangan limbah
Contoh : air bekas cucian, mandi, dll
7. Pengelolaan limbah
Limbah padat
◦ Sebagaian besar berupa sisa makanan
dan sayuran
◦ Sebagian berupa sampah anorganik
◦ Pengolahan sederhana dengan ditimbun
dan akan terbentuk kompos.
◦ Dibakar atau dijual untuk di daur ulang
8. Pengelolaan limbah
Jamban
◦ Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan
pokok manusia.
◦ Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk
memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan
tempat hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban
sedapat mungkin harus diusahakan agar jemban
tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu,
kontruksi yang kokoh dan biaya yang terjangkau
perlu dipikirkan dalam membuat jamban.
9. Pengelolaan limbah
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban
adalah sabagai berikut :
◦ Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air
minum, dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
◦ Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing
tambang pada permukaan tanah;
◦ Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga
lain;
◦ Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan
pemandangan yang tidak menyedapkan;
◦ Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
◦ Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima
masyarakat setempat.
10. Pengelolaan Limbah
Dalam penetuan letak kakus ada dua
hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak
terhadap sumber air dan kakus.
Penentuan jarak tergantung pada:
◦ Keadaan daerah datar atau lereng;
◦ Keadaan permukaan air tanah dangkal
atau dalam;
◦ Sifat, macam dan susunan tanah berpori
atau padat, pasir, tanah liat atau kapur.
11. Pengelolaan Limbah
Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku
antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara
8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang
perlu diperhatikan :
◦ Bila daerahnya berlereng, kakus atau
jamban harus dibuat di sebelah bawah
dari letak sumber air. Andaikata tidak
mungkin dan terpaksa di atasnya, maka
jarak tidak boleh kurang dari 15 meter
dan letak harus agak ke kanan atau kekiri
dari letak sumur.
12. Pengelolaan Limbah
Bila daerahnya datar, kakus sedapat
mungkin harus di luar lokasi yang
sering digenangi banjir. Andaikata
tidak mungkin, maka hendaknya lantai
jamban (diatas lobang) dibuat lebih
tinggidari permukaan air yang tertinggi
pada waktu banjir.
Mudah dan tidaknya memperoleh air.
13. Pengelolaan Limbah
Dalam bab ini ada 5 cara pembuatan
jamban/kakus yang memenuhi
persyaratan tersebut di atas, yaitu :
◦ kakus/jamban sistem cemplung atau
galian
◦ Jamban sistem leher angsa
◦ Jamban septik tank ganda
◦ Kakus Vietnam
◦ Kakus sopa sandas
14. KAKUS VIETNAM
Sistem ini mulai dipromosikan tahun 1956 dan sesuai untuk
daerah yang sulit mendapatkan air (langka air).
Seluruh bangunan kakus dibangun di atas permukaan tanah :
dua bak berjejer, masing-masing berukuran panjang 0,8 m,
lebar 0,5 meter dan tinggi 0,8 m, lantai dasar terbuat dari
semen, batu bata merah atau tanah liat. Untuk mencegah
genangan air, lantai dibuat lebih tinggi dari tanah sekitarnya
(kurang lebih 10-20 cm). Bak penampung ditutup dengan tutup
yang berlubang. Pada bagian depan dari kakus dilengkapi anak
tangga, sedang bagian belakang dibuat 2 pintu penutup kecil
untuk mempermudah pembuangan kotoran yang telah menjadi
pupuk/kompos. Sekeliling kakus perlu ditanami tanaman yang
menghalau hama seperti Citronella dan Acilepis squarosa.
15. KAKUS SOPA SANDAS
Kakus jenis ini adalah salah satu variasi dari kakus India.
Tempat penampungan berupa lubang yang digali tidak terlalu
dalam. Bak tersebut diletakkan langsung di bawah lubang
kakus tetapi di luar bangunan kakus. Lubang kakus dan
tempat penampungan kotoran dihubungkan dengan pipa
(besi atau pralon). Tempat penampungan kotoran ditutup
dengan tutup yang berengsel sehingga mudah dibuka pada
waktu pengambilan kotoran serta untuk mencegah masuknya
serangga dan binatang lain. Bak penampung tersebut ada
dua buah dan berupa galian yang tidak terlalu dalam.
16. Pengelolaan Limbah
kakus/jamban sistem cemplung atau galian
◦ Jamban dengan bentuk sederhana
◦ Hanya membutuhkan sebuah lubang/galian dan
diatasnya diberikan penutup dengan lubang dudukan.
◦ Keuntungan, murah dan mudah dalam
pembuatannya
◦ Kerugian,
vektor dan hewan lainnya dapat masuk ke
dalam galian
Berbau
Harus berpindah saat sudah penuh.
Berbahaya bila bangunan tidak kuat
17. Pengelolaan Limbah
Jamban Leher Angsa
◦ Sistem ini sesuai untuk daerah yang mudah
mendapatkan air bersih. Pada jamban leher angsa
tinja tidak langsung jatuh ke lubang penampungan
kotoran. Lubang pembuangan kotoran dilengkapi
dengan mangkokan seprti leher angsa. Bila pada
mangkokan tersebut dituangi air, pada bagian leher
angsa akan tertinggal air yang menggenang yang
berfungsi sebagai penutup lubang.
◦ Keuntungan : bau dan vektor tidak dapat keluar atau
masuk
◦ Kerugian : memerlukan biaya yang lebih dan daerah
yang banyak air.
18. Pengelolaan Limbah
Kontruksi kakus sistem leher angsa
ada 3 macam :
◦ Bak penampungan kotoran langsung di
bawah lubang pembuangan.
◦ Bak penampungan kotoran di samping
bawah lubang pembuangan dengan
penghubung pipa saluran dan bak
resapan.
◦ Seperti 2 dimana bak resapan sebagai
penyaring.
28. Septic Tank Bio
Septic Tank Bio Adalah
Septic Tank modern
yang ramah
lingkungan, Berteknologi
Sistem Pengolahan
Limbah Domestik hingga
tinja akan diolah menjadi
cairan yang layak buang
langsung ke got.
30. Septic Tank
BioGift BioGift Septic
Tank Adalah Septic
Tank Yang
Dilengkapi Dengan
Bio Filter Sebagai
Media Pengolahan
Limbahnya, Biofilter
Adalah Filter Dengan
Media Bio Yang
Berfungsi Sebagai
Filter Penyaring Tinja
Hingga Tinja Dapat
Diproses Dengan
Sempurna Sehingga
tinja akan menjadi
cair dan layak buang,
aman, dan ramah
lingkungan.
31. Pengelolaan Limbah
Penggunaan
◦ Siramkan air pada mangkokan leher
angsa supaya tidak lengket
◦ Jongkok atau duduk diatas kloset untuk
melaksanakan hajat.
◦ Setelah selesai guyur dengan air
secukupnya sampai kotoran bersih
32. Pengelolaan Limbah
Pemeliharaan
◦ Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar
bebas penyakit.
◦ Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak
pembuangan/atau ke dalam kloset agar bakteri
pembusuk tetap berperan aktif.
◦ Lantai, kloset jamban harus selalu dalam keadaan
bersih.
◦ Jangan menggunakan alat pembersih yang keras
agar kloset tidak cepat rusak.
◦ Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut
ke dalam air misal : kertas, kain bekas, dll.
33. Pengelolaan Limbah
Keuntungan
◦ Lebih sehat, bersih dan punya nilai keleluasaan
pribadi yang tinggi.
◦ Karena proses pembusukan dan sistem resapan, bak
tidak cepat penuh.
◦ Timbulnya bau dapat dicegah oleh genangan air
dalam leher angsa.
◦ Dapat dipasang di luar atau di dalam rumah.
◦ Dapat dipakai secara aman bagi anak-anak.
◦ Bila penuh dapat dikuras/dikosongkan.
34. Pengelolaan Limbah
Kerugian
◦ Selalu menguras bila bak penampung
penuh lumpur.
◦ Biayanya cukup mahal dan perlu keahlian
teknis.
◦ Bagi masyarakat yang belum biasa
menggunakan perlu bimbingan.
35. PENGELOLAAN LIMBAH
Pengolahan limbah terdiri dari Fisik,
kimia dan biologi
Parameter yang biasa digunakan
dalam pengolahan limbah :
◦ BOD (Biologycal Oxigen Demand)
◦ DO ( Dissolved Oxigen)
◦ TSS (total Suspenden solid)
◦ SS (suspended solid)
◦ Ph
◦ COD (Chemical Oxygen Demand), dll
36. Pengelolaan Limbah
Secara Kimia
◦ Koagulasi
Prinsipnya adalah pengendapan TSS (total
suspended solid) untuk mengurangi kekeruhan
Proses gravitasi
Dengan koagulasi
Penambahan koagulan sehingga terbentuk butiran-
butiran yang lebih besar dan mempunyai masa jenis
yang lebih besar dari air sehingga dapat mengendap
Zat yang digunakan biasanya tawas atau kapur.
Agar dapat bereaksi efektif dibantu dengan
pengadukan
37. Pengelolaan Limbah
Proses fisik
◦ Sedimentasi
Proses pengendapan TSS secara gravitasi
Dibuatkan bak dengan alas yang miring atau
membentuk kerucut sebagai tempat lumpur
◦ Filtrasi
Proses penyaringan SS yang belum
mengendap pada proses koagulasi dan
sedimentasi
Media yang digunakan adalah pasir, arang
aktif, zeolit, dll
38. Pengelolaan Limbah
Proses Biologi
Dari hasil penelitian JICA (1990)
diperoleh hasil limbah buangan rumah
tangga adalah 118 liter/orang/hari,
dengan konsentrasi BOD 236 mg/L
BOD : Biologycal Oxigen Demand
Kebutuhan oksigen yang diperlukan
untuk menguraikan zat organik di
dalam limbah
39. Pengelolaan Limbah
DO : Dissolved Oxigen
Jumlah Oksigen yang terlarut di dalam limbah
Proses degradasi limbah organik dipengaruhi oleh
keberadaan bakteri Aerob, anaerob dan fakultatif.
Bakteri aerob : membutuhkan Oksigen untuk
metabolisme
Bakteri anaerob : tidak membutuhkan oksigen dalam
metabolisme
Bakteri fakultatif : dapat hidup dan metabolisme pada
aerob dan anaerob
40. Pengelolaan Limbah
Proses aerob
◦ Prosesnya lebih lama
◦ Membutuhkan oksigen yang banyak
◦ Memerlukan bantuan Aerator untuk suplay oksigen
◦ Memerlukan bak penampung yang besar dan lokasi
yang luas
◦ Menghasilkan CO2 dan H2O
◦ Menghasilkan Lumpur
41. Pengelolaan Limbah
Proses anaerob
◦ Prosesnya lebih Cepat
◦ Tidak membutuhkan
◦ Tidak memerlukan bantuan Aerator untuk suplay
oksigen
◦ Tidak memerlukan bak penampung yang besar dan
lokasi yang luas cukup bak yang tertutup dan kedap
udara
◦ Menghasilkan CH4 dan H2S
◦ Menghasilkan lumpur
42. Penyebaran bakteri / mikroorganisme dari sumber pencemar ke
tanah sekitarnya melalui media tanah dan mengikuti aliran air tanah
dengan pola : secara vertikal paling dalam 3 meter, secara
horisontal menyebar antara 2 – 5 meter dan kemudian menyempit
sampai jarak 11 meter . Sedang penyebaran bahan kimia dari
sumber pencemar ke tanah sekitarnya dengan pola : secara vertikal
bisa mencapai kedalaman 9 meter dan secara horisontal bisa
mencapai jarak sejauh 95 meter, sebagaimana digambarkan
sebagai berikut :Penyebaran Mikroorganisme dan Bahan Kimia di Dalam Air Tanah
Sumber : Ircham Machfoedz, 2004
43. Hal - hal yang perlu diperhatikan untuk membuat septic tank yang baik
( Irham Machfoed, 2004 ) antara lain :
Dinding septic tank hendaknya dibuat dari bahan yang kedap air.
Untuk membuang air limbah hasil pencernaan dari septic tank perlu dibuatkan daerah
peresapan.
Septic tank ini direncanakan untuk membuang kotoran rumah tangga dengan jumlah air
limbah sekitar 25 liter / orang / hari jika hanya berasal dari closet, sedangkan kalau
limbah dari closet bergabung dengan limbah dari kamar mandi jumlah air limbah sekitar
100 liter / orang / hari.
Waktu tinggal air limbah di dalam tangki pencerna diperkirakan minimal 24 jam.
Besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk menampung lumpur yang dihasilkan proses
pencernaan dengan patokan banyaknya lumpur 30 liter / orang / tahun, sedangkan
waktu pengambilan lumpur diperhitungkan minimal 4 tahun.
Latai dasar septic tank harus dibuat miring kearah ruang lumpur.
Pipa air masuk kedalam septic tank hendaknya selalu lebih tinggi ± 2,5 cm dari pipa air
keluarnya.
Septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang penghawaan
untuk membuang gas hasil pencernaan.
Untuk menjamin terpakainya bidang resapan, maka pemakaian siphon otomatis adalah
sangat bermanfaat agar air limbah yang dibuang ke daerah resapan dapat terbuang
secara berkala.
44. perhitungan untuk membuat septic
tank
Contoh perhitungan untuk membuat septic tank
yang akan dipergunakan oleh keluarga dengan
jumlah penghuni 6 orang dengan jangka waktu
pengambilan lumpur selama 5 tahun, banyaknya
faecalien ( faeces + urine ) serta air yang
dipergunakan waktu buang air setiap orang
diperhitungkan ± 25 liter/orang/hari, sedangkan
waktu tinggal yang diperlukan untuk proses
pembusukan didalam septic tank untuk daerah
tropis adalah ± 3 hari ( Irham Machfoed, 2004).
45. Perhitungan :
Besarnya tanki pencerna = Banyaknya air limbah selama 3
hari
= 3 hari x 6 orang x 25 liter/orang/hari
= 450 liter
Dengan asumsi setiap orang menghasilkan lumpur ± 30
liter/orang/tahun ( Joseph Soemardji, 1989 ), maka
dapat ditentukan besarnya ruang lumpur sebagai berikut :
Besarnya ruang lumpur = 6 orang x 30 liter/orang/tahun
x 5 tahun
= 900 liter
46. Jadi untuk melayani keluarga diatas diperlukan tanki
pencerna sebesar 450 liter dengan ruang pengumpul lumpur
sebesar 900 liter. Dengan melihat volume tanki pencerna dan
ruang pengumpul lumpur tersebut, maka dapat ditentukan
dimensi septic tank.
Dimensi septic tank = 450 liter + 900 liter
=
= 1,35 m3
Panjang : lebar : dalam =1,35 m : 1 m : 1 m.
Menurut Joseph Soemardji (1989) khusus untuk kedalaman
perlu ditambah 25 % dari kedalaman yang diperhitungkan
untuk ruang udara, sehingga dimensinya berubah menjadi :
Panjang : lebar : dalam = 1,35 m : 1 m : 1,25 m.
47. Selain dari perhitungan dimensi di atas, ada beberapa pedoman
pokok dalam merencanakan konstruksi septic tank antara lain :
Lamanya waktu air limbah berada dalam
bangunan septic tank.
Kemampuan tanah meluluskan air dalam bidang
resapan berapa liter per hari per luas 1 m2 sebagai
satuan kapasitas merembesnya air ke dalam
tanah.
Kedalaman air tanah terhadap dasar bidang
rembesan atau adanya lapisan tanah kadar air di
bawahnya.
Kapasitas minimum dan kapasitas maksimum. (
Tjokrokusumo, 1995 ).