Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Wacana didefinisikan sebagai satuan bahasa yang lengkap yang melampaui batas ayat; (2) Analisis wacana lebih fokus pada makna dan nilai sosial budaya daripada analisis struktur kalimat; (3) Ciri utama wacana adalah kesinambungan ide (koherensi) dan hubungan antar unsur bahasa (kohesi) yang membentuk satuan teks yang utuh.
Dokumen tersebut membahas tentang makna dalam linguistik, terutama dalam bidang semantik. Secara ringkas, dibahas mengenai pengertian makna, jenis-jenis makna seperti makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual, serta relasi antara tanda bahasa dan konsep yang dimaksud.
Tajuk 7 membahasikan tiga bidang struktur linguistik yaitu semantik, pragmatik, dan analisis wacana. Semantik mengkaji makna, pragmatik mengkaji penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi, dan analisis wacana mengkaji bahasa pada tingkat yang lebih besar dari kalimat.
Tajuk 7 membahasikan tiga bidang struktur linguistik yaitu semantik, pragmatik, dan analisis wacana. Semantik mengkaji makna, pragmatik mengkaji penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi, dan analisis wacana mengkaji bahasa pada tingkat yang lebih besar dari kalimat.
Dokumen tersebut membahas tentang makna dalam linguistik, terutama dalam bidang semantik. Secara ringkas, dibahas mengenai pengertian makna, jenis-jenis makna seperti makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual, serta relasi antara tanda bahasa dan konsep yang dimaksud.
Tajuk 7 membahasikan tiga bidang struktur linguistik yaitu semantik, pragmatik, dan analisis wacana. Semantik mengkaji makna, pragmatik mengkaji penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi, dan analisis wacana mengkaji bahasa pada tingkat yang lebih besar dari kalimat.
Tajuk 7 membahasikan tiga bidang struktur linguistik yaitu semantik, pragmatik, dan analisis wacana. Semantik mengkaji makna, pragmatik mengkaji penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi, dan analisis wacana mengkaji bahasa pada tingkat yang lebih besar dari kalimat.
Bidang semantik dan pragmatik mempelajari makna bahasa namun dengan pendekatan yang berbeza. Semantik lebih fokus pada makna bahasa secara abstrak dan logika, sedangkan pragmatik melihat makna dalam konteks penggunaan bahasa dan hubungannya dengan penutur serta situasi. Kedua bidang ini saling melengkapi dalam menghuraikan makna secara menyeluruh.
Makalah ini membahas tentang hakikat makna dan jenis-jenis makna. Hakikat makna dijelaskan sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki oleh suatu tanda linguistik, yang terdiri atas unsur bunyi dan unsur makna. Ada beberapa jenis makna yang dijelaskan yaitu makna leksikal, gramatikal, referensial, nonreferensial, denotatif, dan konotatif.
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap yang terdiri dari ayat-ayat yang saling berhubungan. Wacana harus memiliki kohesi dan koherensi untuk menyampaikan makna yang utuh. Alat-alat gramatikal dan semantik seperti kata penghubung dan kata ganti digunakan untuk menciptakan kohesi dan koherensi dalam wacana.
Semantik berhubungan erat dengan bidang ilmu lain seperti linguistik, filsafat, psikologi, dan sosiologi. Semantik mempelajari makna dalam bahasa yang memiliki hubungan dengan unsur-unsur luar bahasa seperti pemikiran, jiwa, dan masyarakat.
Diksi merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara untuk menyampaikan maksud tertentu. Diksi meliputi penggunaan kata yang tepat sesuai konteks sosial, intonasi, dan karakterisasi. Analisis diksi melihat dampak pemilihan kata terhadap makna dan tata bahasa. Diksi harus sesuai dengan audiens dan situasi untuk mencapai komunikasi yang efektif.
Makalah ini membahas tentang hakikat, jenis, dan relasi makna. Beberapa jenis makna yang dijelaskan adalah makna leksikal, gramatikal, referensial, nonreferensial, denotatif, konotatif, kata, dan istilah. Relasi makna mencakup sinonimi, antonimi, dan oposisi.
Dokumen tersebut membahas tentang hakikat dan jenis-jenis makna, serta relasi antara makna. Secara garis besar, dibahas tentang makna leksikal dan gramatikal, makna referensial dan nonreferensial, makna denotatif dan konotatif, serta berbagai relasi antar makna seperti sinonim, antonim, dan oposisi.
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan dengan efek tertentu. Diksi melibatkan penguasaan kosakata yang luas dan kemampuan membedakan nuansa makna kata sesuai konteks. Syarat pemilihan kata meliputi makna, tingkat khusus/umum, konkrit/abstrak, sinonim, ilmiah/populer.
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan dengan efek tertentu. Diksi melibatkan kemampuan membedakan nuansa makna gagasan dan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi. Pemilihan kata harus memenuhi ketepatan makna, kesesuaian konteks, dan penguasaan kosakata.
Dokumen tersebut membahas hubungan antara semantik dan pragmatik. Semantik mempelajari makna secara internal atau bebas konteks, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara eksternal atau terkait konteks. Meskipun demikian, semantik dan pragmatik saling melengkapi dalam menelaah makna bahasa. Semantik melihat makna sebagai hubungan antara bentuk dan makna, sedangkan pragmatik melihatnya sebagai hubungan antara
Makna dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan semantiknya, yaitu makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual. Makna leksikal adalah makna dasar suatu kata, makna gramatikal dipengaruhi proses gramatika, dan makna kontekstual dipengaruhi oleh situasi penggunaan kata.
Bidang semantik dan pragmatik mempelajari makna bahasa namun dengan pendekatan yang berbeza. Semantik lebih fokus pada makna bahasa secara abstrak dan logika, sedangkan pragmatik melihat makna dalam konteks penggunaan bahasa dan hubungannya dengan penutur serta situasi. Kedua bidang ini saling melengkapi dalam menghuraikan makna secara menyeluruh.
Makalah ini membahas tentang hakikat makna dan jenis-jenis makna. Hakikat makna dijelaskan sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki oleh suatu tanda linguistik, yang terdiri atas unsur bunyi dan unsur makna. Ada beberapa jenis makna yang dijelaskan yaitu makna leksikal, gramatikal, referensial, nonreferensial, denotatif, dan konotatif.
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap yang terdiri dari ayat-ayat yang saling berhubungan. Wacana harus memiliki kohesi dan koherensi untuk menyampaikan makna yang utuh. Alat-alat gramatikal dan semantik seperti kata penghubung dan kata ganti digunakan untuk menciptakan kohesi dan koherensi dalam wacana.
Semantik berhubungan erat dengan bidang ilmu lain seperti linguistik, filsafat, psikologi, dan sosiologi. Semantik mempelajari makna dalam bahasa yang memiliki hubungan dengan unsur-unsur luar bahasa seperti pemikiran, jiwa, dan masyarakat.
Diksi merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara untuk menyampaikan maksud tertentu. Diksi meliputi penggunaan kata yang tepat sesuai konteks sosial, intonasi, dan karakterisasi. Analisis diksi melihat dampak pemilihan kata terhadap makna dan tata bahasa. Diksi harus sesuai dengan audiens dan situasi untuk mencapai komunikasi yang efektif.
Makalah ini membahas tentang hakikat, jenis, dan relasi makna. Beberapa jenis makna yang dijelaskan adalah makna leksikal, gramatikal, referensial, nonreferensial, denotatif, konotatif, kata, dan istilah. Relasi makna mencakup sinonimi, antonimi, dan oposisi.
Dokumen tersebut membahas tentang hakikat dan jenis-jenis makna, serta relasi antara makna. Secara garis besar, dibahas tentang makna leksikal dan gramatikal, makna referensial dan nonreferensial, makna denotatif dan konotatif, serta berbagai relasi antar makna seperti sinonim, antonim, dan oposisi.
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan dengan efek tertentu. Diksi melibatkan penguasaan kosakata yang luas dan kemampuan membedakan nuansa makna kata sesuai konteks. Syarat pemilihan kata meliputi makna, tingkat khusus/umum, konkrit/abstrak, sinonim, ilmiah/populer.
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan dengan efek tertentu. Diksi melibatkan kemampuan membedakan nuansa makna gagasan dan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi. Pemilihan kata harus memenuhi ketepatan makna, kesesuaian konteks, dan penguasaan kosakata.
Dokumen tersebut membahas hubungan antara semantik dan pragmatik. Semantik mempelajari makna secara internal atau bebas konteks, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara eksternal atau terkait konteks. Meskipun demikian, semantik dan pragmatik saling melengkapi dalam menelaah makna bahasa. Semantik melihat makna sebagai hubungan antara bentuk dan makna, sedangkan pragmatik melihatnya sebagai hubungan antara
Makna dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan semantiknya, yaitu makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual. Makna leksikal adalah makna dasar suatu kata, makna gramatikal dipengaruhi proses gramatika, dan makna kontekstual dipengaruhi oleh situasi penggunaan kata.
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...Muhammad Nur Hadi
Jurnal "Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ayat 26 dan 32 dan Surah Al-Hujurat Ayat 13), Ditulis oleh Muhammmad Nur Hadi, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadist di UIN SUSKA RIAU.
2. KONSEP WACANA
Harimurti Kridalaksana (1978) : Wacana
ialah unit atau satuan yang lengkap, tidak
terbatas pada ayat semata-mata, meliputi
satuan yang lebih besar, seperti dialog,
perenggan, bab, dan sebagainya.
3. Wacana ialah satu satuan bahasa yang lengkap, atau suatu unit ujaran
yang terbina daripada unit bahasa yang melebihi batas ayat dan ia
diujarkan dalam suatu konteks lakuan bahasa yang sebenar.
Wacana memperlihatkan butir-butir fikiran yang dikembangkan secara
bertautan, dengan penggunaan bahasa yang kemas sehingga terbentuk
satu satuan yang utuh.
1
4
4. ANALISIS WACANA
J.C.Richards dan R.Schmidt (2010), tidaklah
memberikan penekanan kepada analisis binaan ayat dalam
sesuatu ujaran tetapi lebih kepada pemerhatian terhadap
makna dan nilai-nilai sosiobudaya yang terkandung dalam
sesuatu yang diujarkan oleh peserta dalam situasi
penggunaan bahasa yang sebenar. Aspek bahasa yang dilihat
lebih tertumpu kepada penggunaan penanda wacana yang
bersifat leksikal dan penggunaan kata ganti nama diri sebagai
rujukan serta jalinan ayat dengan ayat yang
berkesinambungan dari segi idea
6. KOHESI
Keserasian hubungan antara satu unsur
linguistik dengan satu unsur linguistik yang lain,
Keserasian hubungan ini, lazimya, melalui hubungan
antara satu perkataan, frasa atau ayat dengan
perkataan, frasa atau ayat lain dalam wacana yang
sama
7. CONTOH KOHESI
1. Pada waktu ini, abang dan kakak tinggal di
bandar Kajang.
2. Sekarang, mereka tinggal di sana
8. Kohesi antara ayat 1 dengan ayat 2 wujud melalui
pertalian antara Pada waktu ini dengan Sekarang,
abang dan kakak dengan mereka, dan di bandar
Kajang dengan di sana
10. CONTOH KOHEREN
Ekonomi Malaysia masih dalam keadaan gawat. Jelaslah,
ekonomi kita masih belum betul-betul pulih. Harga
Komoditi kita masih rendah. Imbangan dagangan kita
masih belum meningkat. Oleh itu, kita mesti menghadapi
kenyataan ini dengan realistic. Kita tidak harus
berbelanja lebih kerana keadaan ini.
11. Dalam contoh di atas, kesinambungan idea tentang
keadaan ekonomi yang tidak menentu terjalin melalui
perkataan dan frasa ekonomi Malaysia dalam ayat 1,
belum betul-betul pulih dalam ayat 2, harga komoditi
dalam ayat 3, imbangan dagangan dalam ayat 4, dan
menghadapi kenyataan ini dalam ayat 5. Kelima-lima
ayat dalam perenggan di atas menjadi koheren yang
bermakna.
12. Contoh 2
3
Sebutan berdasarkan ejaan dikenal juga sebagai
sebutan fonemik.
Sebutan fonemik menegaskan bahawa pengucapan
sesuatu bunyi itu menurut nilai bunyi yang
dilambangkan oleh huruf atau grafem.
Prinsip ini berasaskan hakikat bahawa hamper setiap
fonem dalam bahasa melayu dilambangkan oleh
sesuatu atau satu grafem yang mendukung satu nilai
bunyi.
13. Dalam contoh di atas, koheren terjalin daripada sebutan berdasarkan ejaan dalam
ayat 1, sebutan fonemik dan pengucapan sesuatu bunyi itu menurut nilai bunyi
yang dilambangkan oleh huruf atau grafem dalam ayat 2, prinsip ini dan morfem
dilambangkan oleh huruf atau grafem dalam ayat 2, prinsip ini dan morfem
dilambangkan oleh sesuatu atau satu grafem dalam ayat 3. Ketiga-tiga ayat dalam
perenggan ini menjadi koheren yang bermakna
14. Selain ciri kohesi dan koheren ini, terdapat juga ciri-ciri lain
yang membantu menghasilkan wacana yang utuh, seperti
tujuan sesuatu wacana, penerimaan oleh pendengar atau
pembaca, maklumat yang terkandung, keadaan yang
mewujudkan wacana dan peranan wacana.
15. Dalam bentuk tulisan, seperti surat kiriman, esei dan lain-lain, wacana yang
utuh mempunyai tubuh, yakni format teks yang lengkap. Format teks itu
mengandungi pendahuluan, tubuh ( isi dengan jalinan bahasa yang mantap),
penutup, dan unsur lain ( yang melengkapkan wacana seperi graf, jadual, peta,
statistik, dan sebagainya)
13,5 %
26,9 %
36,5 %
23,1 %