makalah perekonomian indonesia dalam era globalisasi
Tugas pdi kel 9
1. MAKALAH
GLOBALISASI, PERBANKAN DAN DUNIA USAHA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
PEREKONOMIAN DIINDONESIA
Dosen Pengampu:
Bakhrul Huda, M.E.I
Disusun Oleh:
Dita Nurdianti (G74219091)
Mashuda Salahuddin Ridwan (G04219042)
Nur Fatikhata Alfani (G74219111)
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2020
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah saya ucapkan atas kehadirat tuhan Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada saya, sehingga dalam kesempatan
yang berbahagia ini saya masih diberi nikmat dan karunia oleh-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam menyusun makalah ini saya berterimakasih kepada Bakhrul Huda,
M.E.I selaku dosen Perekonomian di Indonesia yang memberikan kesempatan saya
untuk menyelesaikan tugas ini.
Tak ada gading yang tak retak. Seperti ungkapan tersebut penyusun menyadari
makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Terlepas
dari kekurangan makalah ini, penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Amin, akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Surabaya, 13 Februari 2020
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................... 3
BAB II.........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 4
A. Sistem Bretton Wood Sebagai Titik Tolak...........................................................................4
B. Awal Kejatuhan Sistem Bertton Woods............................................................................... 5
C. Sistem Nilai Tukar Mengambang : Pascaruntuhnya Bretton Woods ......................................6
D. Over Ekspansi Perbankan...................................................................................................6
E. Karateristik Perusahaan Tangguh........................................................................................ 8
F. Hubungan Buruh dan Pengusaha ........................................................................................ 9
BAB III...................................................................................................................................... 10
PENUTUP................................................................................................................................. 10
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 11
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama
dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian
pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya
peran negara atau batas-batas negara. Pengertian Menurut asal katanya, kata
"globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi
adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia,
produk, pemikiran dan aspek-aspek kebudayaan. Kemajauan infrastruktur transportasi
dan telekomonikasi termasuk kemunculan telegraf dan internet, merupakan faktor
utama dalam globalisasi yang semakin mendorong, saling ketergantungan
(interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.
Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial atau proses sejarah atau
proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat
satu sama lain yang mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-
eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat. Disisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang
diusung oleh negara- negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan
negatif atau curiga terhadapnya.
Krisis nilai tukar kemudian merambah dengan cepat kesektor perbankan
Indonesia yang ternyata memang lemah. Kepanikan terpicu dan dengan cepat meluas
karena masyarakat dan bank-bank komersional yang mengelolah sebagian besar
rupiah yang beredar tidak lagi percaya terhadap rupiah.
Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar
domestik maupun di pasar internasional. Di dalam dunia usaha mempertahankan
kelangsungan hidup merupakan tujuan penting yang harus dilaksanakan disamping
tujuan untuk terus meningkatkan penjualan dan laba. Dengan kondisi persaingan yang
semakin tinggi, membuat setiap perusahaan saling berpacu untuk memperluas pasar.
Harapan dari adanya perluasan pasar adalah meningkatnya penjualan sehingga
perusahaan akan memiliki lebih banyak konsumen. Kini setiap konsumen tidak lagi
hanya membeli suatu produk, tetapi juga aspek jasa atau pelayanan yang melekat pada
5. 2
produk tersebut. Sehingga dapat dilihat bahwa pelayanan merupakan faktor paling
penting didalam suatu dunia usaha yang bersifat jasa.
Ilmu ekonomi sebagai bentuk dari usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam kesehariannya terus mengalami perkembangan seiring berjalannya
waktu. Perekonomian dari berbagai belahan dunia maupun dari negara indonesia
sendiri menunjukkan perkembangannya dalam era globalisasi seperti saat ini,
tujuannya tidak lain hanyalah untuk mensejahterakan masyarakat negara itu sendiri.
Indonesia adalah Negara Timur yang mempunyai ciri khas tertentu, adapun ciri khas
Indonesia adalah didalam masalah ekonomi. Adapun masalah ekonomi itu
menyangkut kebutuhan kita sehari-hari dan karena banyaknya orang yang mendirikan
kegiatan ekonomi. Usaha ekonomi dan kegiatan ekonomi menjadikan orang bingung
untuk memilih kegiatan ekonomi yang dipercayainya. Survei sudah membuktikan
bahwa manusia yang hidup didunia tidak akan lepas dari kegiatan ekonomi. Hal
tersebut adalah fakta karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain dan kegiatan ekonomi adalah
salah satu contohnya. Permasalahan yang di alami di indonesia dalam era globalisasi
tak hanya melibatkan kaum politisi saja,namun masyarakat indonesia sendiri turut
berperan penting dalam kemajuan perekonomian di indonesia. Selain sumber daya
manusia itu sendiri, agama, kebudayaan, sumber daya alam, letak geografis dan
ideologi pun turut serta menjadi pendorong bagi kemajuan dan perkembangan
perekonomian di indonesia. Dalam perkembangan perekonomian di indonesia, tidak
hanya melibatkan satu negara saja, akan tetapi indonesia masih butuh dan perlunya
hubungan perekonomian dengan negara-negara lainnya, agar terciptanya
perekonomian yang stabil dan berjalan dengan semestinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem bretton wood sebagai titik tolak, awal kejatuhan sistem Bretton
wood dan pasca runtuhnya sistem bretton wood?
2. Bagaimana over ekspansi perbankan?
3. Bagaimana karakteristik perusahaan yang tangguh?
4. Bagaimana hubungan buruh-pengusaha?
6. 3
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sistem bretton wood sebagai titik tolak, awal kejatuhan sistem Bretton
wood dan pasca runtuhnya sistem bretton wood.
2. Mengetahui over ekspansi perbankan.
3. Mengetahui karakteristik perusaahan yang tangguh.
4. Mengetahui hubungan buruh-pengusaha.
7. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Bretton Wood Sebagai Titik Tolak
Pada awalnya, mata uang suatu negara ditentukan nilainya secara tetap terhadap
alat tukar lain yang diterima dan disepakati banyak negara, berupa emas, special
drawwing rights (SDR), ataupun mata uang kuat suatu negara. Pematokan dengan
emas banyak dilakukan dalam sistem nilai tukar dunia pada abad 19 sampai pecahnya
perang dunia ke-1 tahun 1914, sedangkan SDR merupakan suatu alat pembayaran
yang diciptakan oleh IMF pada tahun 1970-an dan sering juga disebut sebagai ‘kertas
emas’ yang berperan sebagai hak tarik suatu negara terhadap lembaga keuangan
multirateral ini. Nilai nominal yang tertera dalam SDR disebut dengan istilah par
value yang menentukan nilai tukarnya mengacu kepada sekeranjang mata uang kuat
lainnya seperti dolar AS, euro, yen ataupun poundsterling dengan bobot tertentu.
Dalam sistem yang selanjutnya dikenal istilah bretton wood dan dianut sejak
berdirinya IMF tahun 1944 sampai awal 1970-an, negara-negara disorong untuk
menentukan nilai tukar mata uangnya terhadap USD secara tetap dengan suatu
mekanisme penyesuaian. Menetapkan USD sebagai acuan ini sering disebut sebagai
intervention currency karena fungsinya sebagai jangkar yang diacu mata uang negara
lain. Teknik acuan yang digunakan adalah mematok nilai tukar USD terhadap harga
emas secara tetap pada nilai tertentu.
Sitem nilai tukar tetap bretton wood ini dimaksutkan untuk meminimalkan
ketidakpastian hubungan perdagangan antara negara sebagai akibat timbulnya
fluktuasi nilai tukar yang terlalu besar, sedangkan mekanisme penyesuaian nilai tukar
ditunjukkan untuk mengatasi gejolak temporer yang berakibat pada ketidak
seimbangan neraca pembayaran suatu negara, sehingga menuntut koreksi yang lebih
besar dari suatu rentang (band) yang telah ditetapkan, misalnya plus-minus satu
persen dari par value atau apabila ketidak seimbangan tersebut telah dianggap
struktural. Mekanisme penyesuaian ini didukung oleh berbagai macam fasilitas
pinjaman siaga atau stand-by arragement.
Melalui fasilitas pinjaman siaga yang ditawarkan, diharapkan dapat mengurangi
hasrat suatu negara untuk menempuh kebijakan devaluasi sebagai jalan pintas untuk
menyelesaikan masalah ketidak seimbangan neraca pembayarannya, oleh karena itu
apabila situasi perekonomian dunia memburuk dan banyak negara menghadapi
8. 5
masalah ketidak keseimbangan neraca pembayaran, maka kemungkinan untuk
menjadi peran devaluasi sebagaimana terjadi saat depresi ekonomi dunia tahun 1930-
an dapat terhindarkan. Peran devaluasi untuk saling menyelamatkan neraca
pembayaran (compotitive devaluations) yang dilakukan banyak negara pada tahun
1930-an ini dikenal sebagai ‘beggar thy neighbors’ policy.
Istilah beggar thy neighbors’ policy digunakan untuk menggambarkan suatu
kondisi dimana banyak negara berebut melemahkan nilai mata uangnya untuk
mendorong ekspornya. Apabila tindakaan devaluasi ini kemudian diikuti oleh berantai
oleh negara-negara lain dengan melakukan hal yang sama, maka tidak akan ada
satupun negara yang diuntungkan, sebaliknya negara-negara tersebut akan mengalami
kerugian sebagai akibat menciutnya perdagangan internasional.
Sistem Bretton wood berfungsi baik hingga perang vietnam. Keuntungan sistem
ini adalah dapat mengurangi tekanan perubahan kurs mata uang terhadap mata uang
dolar AS.
Namun kekurangan sistem ini adalah Amerika serikat bisa jadi kehabisan
cadangan emasnya untuk menjaga kestabilan nilai tukar dengan menjaga nilai 35 per
ons emas. Apalagi, negara-negara Eropa lebih menyukai dolar dari pada emas sebagai
cadangan devisa mereka. System Bretton wood pun berakhir pada tahun 1971, karena
Amerika serikat menolak untuk terus menjadikan dolar sebagai penjaminan nilai tukar
mata uang dengan emas. Sejak itu berlakulah sistem kurs mengambang bebas.1
B. Awal Kejatuhan Sistem Bertton Woods
Sistem nilai tukar tetap yang di seponsori IMF ini perjalan mulus hingga akhir
tahun 1960-an. Sistem ini mulai mengalami distorsi ketika pada tahun 1970 AS tidak
konsekuen melaksanakan sitem bertton woods. Keharusan AS untuk membeli semua
USD yang beredar di luar AS yang di pegang bank-bank sentral negara lain dan
membayarnya dengan cadangan emas AS dengan nilai tetap sebesar USD 35 per
uonce sesuai kesepakataan bertton woods, telah dilanggar AS dengan menghentikan
mekanisme membeliaan tersebut. Dalam kondisi demikian akan sulit bagi IMF untuk
mempertahankan apa yang dikenal sebagai par value system atau kurs tetap bertton
words yang berlaku secara universal. Kondisi ini diperburuk dengan tindakan AS
1 Shinta R.I.Soekro dkk, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur Satu Dekade Setelah Krisis, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2008 (Hal 273)
9. 6
yang mendevaluasi USDnya terhadap emas pada tahun 1972 dan kemudian di ikuti
dengan pelebaran band par value dari plus-minus 1 persen menjadi plus-minus 2
seperempat persen pada tahun 1973 atau dikenal sebagai Smithonian Agreement.
Sejak saat itu, sistem bertton woods dapat dikatakan bubar dan beramai-ramai
ditinggalkan anggota IMF.
Beberapa tahun tidak ada sistem baku yang harus di acu, akhir pada tahun 1976
dalam sidang tahunan yang dilakukan di Jamaica (dikenal sebagai Jamaica
Agreement). IMF menetapkan sistem nilai tukar mengambang sebagai nilai tukar yang
di dukung IMF, suatu pilihan sistem nilai tukar yang selanjutnya di adopsi banyak
negara pasca bubarnya sistem bretton woods.2
C. Sistem Nilai Tukar Mengambang : Pascaruntuhnya Bretton Woods
Sejak runtunya sistem bretton woods awal 1970-an, banyak negara
mengambangkan nilai tukar mata uangnya, meski tidak ada satu negarapun yang
dapat dikatakan mengambangkannya secara murni. Pengembangan secara murni
berarti membiarkan nilai tukar mata uang suatu negara ditentukan oleh kekuatan
pasar, yaitu kekuatan permintaan dan penawaran mata uangnya terhadap mata uang
negara lain. Intervensi pemerintah untuk mempertahankan nilai mata uangnya dalam
rentang tertentu hampir dikatakan secara minimal. Sejak runtuhnya system Bretton
wood, meskipun ada pihak yang menginginkan kembali berlaku standar emas,
berbagai negara maju di dunia menganut sistem kurs mengambang bebas. Sistem ini
menyerahkan sepenuhnya nilai tukar mata uang pada mekanisme pasar (permintaan
dan penawaran uang) tanpa campur tangan pemerintah.3
D. Over Ekspansi Perbankan
Krisis perbankan di Indonesia ini tergolong paling parah dan relative termahal
didunia sepanjang abad lalu. Beban biaya yang ditanggung oleh perekonomian
mencapai 47% dari Produk Domestik Bruto yang diakibatkan gelombang krisis yang
berawal pada bulan Juni 1997.
2 Muuhammad Ayub, Understanding Islamic Finance A-Z Keungan Syariah, PT.Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2009
3 Ibid., (Hal 274)
10. 7
Ketidak beresan sektor perbankan sebenarnya sudah tampak jauh sebelumnya
berupa meningkatnya kasus kredit macet. Masalah kredit macet merupakan contoh
percikan dari lingkungan usaha. Salah satu penyebabnya adalah diduga karena adanya
kolusi antara pengelola bank dan debitor. Padahal sektor perbankan adalah usaha yang
sangat mengandalkan pada kepercayaan masyarakat. Pihak lain permasalahan
pokok yang di hadapi sektor perbankan Indonesia adalah:
1. Semakin besarnya jumlah kredit macet banyak pengamat menilai jumlahnya telah
mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
2. Masih lemahnya manajemen perbankan nasional termasuk pengawasan oleh Bank
Indonesia.
3. Menyalurkan KUK cenderung kurang mencapai sasaran, kebanyakan bank hanya
mengejar target yang telah ditentukan pemerintah (otoritas moneter), sehingga
alokasinya tidak selektif yang diharapkan yakni memperluas akses bagi pengusaha
lemah atau kecil untuk memperoleh kredit.
4. Penyaluran kredit untuk sektor-sektor yang produktif dan kompetitif semakin
terbatas karena adanya praktik monopoli, Oligopoli, rent seeking dan ketidak
pastian penyaluran kredit khususnya untuk proyek-proyek besar yang banyak.4
Untuk melakukan penyelamatan terhadap kehancuran total perbankan nasional
telah krisis, tampaknya tidak ada pilihan lain bagi pemerintah kecuali dengan
mengeluarkan keputusan untuk menjamin sepenuhnya seluruh produk perbankan.
Dengan demikian, pemerintah telah menempuh kebijakan dengan cara mengambil
alih segala konsekuensi dari dampak krisis ekonomi yang mulai melanda Indonesia
pada paru kedua tahun 1997 terhadap sektor perbankan sekaligus menangung beban
atas kebobrokan dari sepak terjang dunia perbankan, terutama setelah pemerintah
merabilitasikan sektor ini pada oktober 1988.
Ekspansi perusahaan juga di bantu oleh tendesi mayoritas perusahaan untuk
melakukan turn over. Hanya sekitar setengah dari penghasilannya yang di berikan
kepada para pemegang saham sebagai deviden dan sisanya dipergunakan untuk
memberi peralatan mesin baru dan ekspansi. Meskipun tidak ada masalah
mengembangan hasil keuntungan dengan cara ini. Namun, cara inin makin
mengentensifkan otonomi manejemen. Para eksekutif perusahaan mendapat akses
kepada sumber-sumber daya yang memungkinkan mereka penggerakan perusahaan ke
4 M.Umer Chapra, Islam Dan Tatanan Ekonomi, Gema Insani Press, Jakarta, 2000
11. 8
dalam medan yang mereka inginkan. Sebagian pengamat berpendapat bahwa semua
keuntungan harus dibagi kepada pemegang saham dan perusahaan yang menghendaki
dana-dana kapital harus di minta mendekati publik yang ingin mengadakan investasi
tiap kali hendak melalui suatu ventura baru. Prosedur demikian akan memaksa
manajemn membuat suatu kasus persuasif kepada konstitusi di luar direksi, demokrasi
yang lebih baik dalam penggunakan sumber-sumber daya investasi.
Ekspansi perusahaan juga menimbulkan persoalan pengangguran. Alasan-alasan
utamanya adalah kemampuan perusahaan-persahaan raksasa ini meliki akses yang
begitu mudah mendapatkan kredit di samping adanya bias otomatis kepada metode-
metode produksi yang bersifat pada modal (capital intensive). Keinginan untuk tetap
menjaga agar suku bunga rendah selama perang dunia kedua dan dasawarsa
sesudahnya adalah untuk membantu mengurangi ongkos cicilan utang pemerintah
membantu rehabilitas perekonomian pascaperang dan pertumbuhan, yang mendorong
bukansaja ekspansi perusahaan, tetapi juga teknik-teknik produksi yang padat modal.
Memang pada mulanya hal itu mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi, tapi kini
telah menyebabkan timbulnya persoalan pengangguran.5
E. Karateristik Perusahaan Tangguh
Secara sederhana suatu perusahaan dapat di kategorikan berkelas dunia kalau
mampu menjadi salah satu pelaku utama di suatu industri. Keutamaan yang di
perolehnya bisa karena pangsa pasar perusahaan tersebut cukup berarti atau memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam menentukan harga barang di pasar (market
leander). Seandainya perusahaan tersebut menjadi ‘trend setter’ di lingkungan
indusrinya, maka dengan definisi itu berarti sedikit perusahaan yang perdikat kelas
dunia.
Pengertian lainnya yang lebih mudah dan berlaku untuk perusahaan-perusahaan
yang mampu bersaing dipasar internasional secara berkelanjutan yaitu perusahaan
yang mampu beradaptasi dilingkungan yang selalu berubah, dimana perusahaan
mampu untuk mempertahankan pangsa pasarnya dengan bertopang pada
pedoman/landasan yang kokoh karena memiliki kopetensi dalam harga dan kualitas.
5
https://www.academia.edu/24608171/Pengaruh_Globalisasi_Ekonomi_Terhadap_Perkembangan_Ekonomi_In
donesia diakses pada tanggal 14 Februari 2020.
12. 9
Kopetensi harga terbentuk dari kemampuan berekspensi sampai tingkat produksi
yang optimal yaitu pada tingkat yang menghasilkan biaya rata-rata jangka panjang
atau rendah.
Untuk mencapai keberhasilan dalam bidang apa pun termasuk perusahaan atau
organisasi merupakan satu hal yang tidak dapat dipungkiri mempunyai andil besar.
Tetapi tidak mudah untuk membentuk tim yang solid yang berorientasi pada tujuan
dan visi yang sama, terbuka atas segala ide, dan mengutamakan kepentingan bersama.
Melihat pentingnya kerjasama tersebut bagi kemajuan perusahaan.6
F. Hubungan Buruh dan Pengusaha
Salah satu buah reformasi bagi buruh atau pekerja adalah diratifikasinya beberapa
konvensi ILO (international Labour Organization) yang menjamin hak-hak buruh.
Diantara yang terpenting adalah ILO nomor 87 tentang kebebasan berserikat dan
perlindungan hak untuk berorganisasi yang disahkan melalui Keppres nomor 83
tanggal 5 juni 1998. Kebebasan berserikat dan berkumpul ini paling tidak menjadi
salah satu cara meningkatkan posisi tawar buruh atau pekerja terhadap pengusaha
maupun pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun pemenuhan-
pemenuhan hak pekerja lainnya. Seperti; keselamatan kerja.7
Bekerjanya seseorang pada orang lain maksudnya adalah seorang bekerja dengan
bergantung pada orang lain, yang memberi perintah dan mengurusnya, sehingga orang
tersebut harus tunduk pada orang lain yang memberikannya pekerjaan tersebut.
Orang yang bekerja pada pihak lain disebut dengan istilah pekerja/buruh muncul
sebagia pengganti istilah buruh. Pada zaman feodal atau zaman penjajahan belanda
dahulu yang dimaksudkan dengan buruh adalah orang-orang pekerja keras kuli,
mandor,tukang, dan lain-lain. Orang-orang ini oleh pemerintah belanda dahulu
disebut dengan blue collar (berkerah biru), sdangkan orang-orang yang mengerjakan
pekerjaan “halus” seperti pegawai administrasi yang bisa duduk dimeja disebut white
collar (berkerah putih). Biasanya orang-orang yang termasuk golongan ini adalah
para bangsawan yang bekerja dikantor dan juga orang-orang belanda dan timur asing
lainnya.8
6 Mardjani Danuprawiro, Perekonomian Indonesia : Analisis Masalah Sebagai Tantangan Pembangunan
Ekonomi Daerah, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 2005 (Hal 113-114)
7 Ibid., (Hal 132)
8 Zaeni Asyhadie dan Rahmawati Kusuma, Hukum Ketenagakerjaan Dalam Teori Dan Praktik Di Indonesia,
Prenadamedia Group, Jakarta, 2019 (Hal 11-12)
13. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa makalah
“Globalisasi, Perbankan dan Dunia Usaha” itu dapat menjawab tantangan-tantangan
yang dihadapi Indonesia di era globalisasi khususnya di bidang ekonomi. Maka
Indonesia harus mempersiapkan diri dengan mengembangkan perekonomian yang
berorientasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dan kemampuan membangun
keungggulan yang kompetitif. Dengan demikian diperlukan adanya perhatian khusus
dari pemerintah untuk dapat menyelaraskan keadaan perekonomian Indonesia
dalam menghadapi tantangan-tantangan global, perbankan serta dunia usaha.
Sistem bretton wood itu sebuah sistem perekonomian dunia yang dihasilkan
dari konferensi yang diselenggarakan di Bretton Woods, New Hampshire pada
tahun 1944. Konferensi ini merupakan produk kerjasama antara Amerika
Serikat dan Inggris yang memiliki beberapa fitur kunci yang melahirkan tiga institusi
keuangan dunia yaitu Dana Moneter Internasional, Bank Dunia dan Organisasi
Perdagangan Dunia. Sistem Bretton Woods dibentuk dalam rangka menyelesaikan
pertarungan yang terjadi antara otonomi yang dimiliki oleh domestik dan stabilitas
internasional, tetapi dasar yang terdapat dalam sistem-otonomi kebijakan nasional,
nilai tukar tetap, dan kemampuan untuk mengubah mata uang-satu sama lain saling
bertolak belakang.
B. Saran
Sekianlah uraian tentang Globalisasi, Perbankan dan Dunia Usaha yang dapat
kami sampaikan. Selaku insan, pasti mempunyai kekurangan dan ketidaktahuan
dalam penulisan maupun dalam menyampaikan isi makalah ini. Saran beserta kritik
yang produktif lagi konstruktif adalah harapan penulis dalam merevisi makalah
tentang Globalisasi, Perbankan dan Dunia Usaha ini.
14. 11
DAFTAR PUSTAKA
Asyadie Zaeni dkk, Hukum Ketenagakerjaan Dalam Teori Dan Praktik Di Indonesia. Jakarta
: Prenadamedia Group, 2019.
Ayub Muhammad, Understanding Islamic Finance A-Z Keungan Syariah. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Chapra M.Umer, Islam Dan Tatanan Ekonomi. Jakarta : Gema Insani Press, 2000.
Danuprawiro Mardjani, Perekonomian Indonesia: analisis masalah sebagai tantangan
pembangunan ekonomi daerah. Surakarta : Sebelas Maret University Press, 2005.
R.I. Soekro Shinta dkk, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur Satu Dekade Setelah Krisis.
Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2008.
https://www.academia.edu/24608171/Pengaruh_Globalisasi_Ekonomi_Terhadap_Perkemba
ngan_Ekonomi_Indonesia diakses pada tanggal 14 Februari 2020.