Choking yang tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan cardiac arrest.
Kunci utama penanganan Chocking adalah:
Prompt assessment
Airway opening
Ventilation
Choking yang tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan cardiac arrest.
Kunci utama penanganan Chocking adalah:
Prompt assessment
Airway opening
Ventilation
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20. Airway Management :
Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan
napas.
Tujuan : Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya
udara ke paru secara normal
sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh.
Pertama kali yang harus kita lakukan adalah :
Pemeriksaan Jalan Napas dengan metode (Look, Listen, Feel)
Look : Lihat gerakan nafas ada atau tidak
Listen : Dengarkan ada atau tidak suara nafas tambahan yang keluar
Feel : Rasakan adanya aliran udara atau nafas yang keluar melalui
mulut atau hidung.
Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel Cara ini dilakukan untuk
memeriksa jalan nafas dan
pernafasan.
Jenis-jenis suara nafas tambahan disebabkan karena hambatan
sebagian jalan nafas :
A. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya
kebuntuan jalan napas bagian
atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah
pengecekan langsung dengan
cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu
ibu jari dan jari telunjuk
tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong
rahang atas ke atas, telunjuk
menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang
menyangkut di tenggorokan
korban (g: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
B. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada
kebuntuan yang disebabkan
oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di
atas), lalu lakukanlah fingersweep (sesuai namanya, menggunakan 2
jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu”
21. rongga mulut dari cairan-cairan).
C.Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena
pembengkakan (edema) pada
trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head
tilt and chin lift atau jaw thrust
saja.
Bila pemeriksaan yang sudah kita lakukan seperti keterangan di atas
dan kita menemukan adanya
sumbatan pada jalan nafas langkah atau tindakan selanjutnya yang
harus kita lakukan adalah
membuka jalan nafas tersebut dengan berbagai macam metode di
antaranya adalah :
1. Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
2. Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)
3. Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)
perlu di ingat!! Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan
kepala, hanya dilakukan
maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher
yang berlebihan yang
memungkinkan terjadinya cidera servikal yang lebih berat.
1. Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak
boleh dilakukan pada pasien
dugaan fraktur servikal.
Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke
bawah sehingga kepala
menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun
terangkat ke depan.
2. Chin Lift Manuver (Tindakan mengangkat dagu)
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang
dagu pasien kemudian
angkat.
3. Jaw thrust maneuver (Tindakan mengangkat sudut rahang
bawah)
Tindakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih
lanjut pada tulang belakang
bagian leher pasien.
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan
sehingga barisan gigi bawah berada
di depan barisan gigi atas
Pemasangan LMA
22. Langkah-langkah adalah sebagai berikut :
1. Kaf harus dikempeskan maksimal dan benar sebelum dipasang.
Pengempisan
harus bebas dari lipatan dan sisi kaf sejajar dengan sisi lingkar kaf.
2. Oleskan jeli pada sisi belakang LMA sebelum dipasang. Hal ini
untuk menjaga
agar ujung kaf tidak menekuk pada saat kontak dengan palatum.
Pemberian jeli
pada sisi depan akan dapat mengakibatkan sumbatan atau aspirasi,
karena itu
tidak dianjurkan.
3. Sebelum pemasangan, posisi pasien dalam keadaan “air sniffing”
dengan cara
menekan kepala dari belakang dengan menggunakan tangan yang
tidak dominan.
Buka mulut dengan cara menekan mandibula kebawah atau dengan
jari ketiga
tangan yang dominan.
4. LMA dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk pada perbatasan
antara pipa dan
kaf.
5. Ujung LMA dimasukkan pada sisi dalam gigi atas, menyusur
palatum dan dengan
bantuan jari telunjuk LMA dimasukkan lebih dalam dengan
menyusuri palatum.
6. LMA dimasukkan sedalam-dalamnya sampai rongga hipofaring.
Tahanan akan
terasa bila sudah sampai hipofaring.
7. Pipa LMA dipegang dengan tangan yang tidak dominan untuk
mempertahankan
posisi, dan jari telunjuk kita keluarkan dari mulut penderita. Bila
sudah
berpengalaman, hanya dengan jari telunjuk, LMA dapat langsung
menempati
posisinya.
8. Kaf dikembangkan sesuai posisinya.
9. LMA dihubungkan dengan alat pernafasan dan dilakukan
pernafasan bantu. Bila
ventilasi tidak adekuat, LMA dilepas dan dilakukan pemasangan
kembali.
10. Pasang bite – block untuk melindungi pipa LMA dari gigitan,
setelah itu lakukan
fiksasi.
23. 11. LMA dibuat sedemikian rupa sehingga dalam pemasangan tidak
diperlukan
laringoskop seperti pada pemasangan pipa endotrakea.
Pemasangan sangat
mudah, meski tanpa melihat langsung ke daerah hipofaring tetapi
dapat menyekat
daerah sekitar faring dengan baik, sehingga memudahkan ventilasi
spontan atau
dengan tekanan positip.
dasar hipofaring da
berhadapan dengan sfingter esofagus atas, dan sisi samping akan
berada pada fossa
pyriformis dan bagian atas LMA akan berada pada pangkal lidah.
Pemasangan Endotracheal Tube (ETT) atau Intubasi Pengertian :
memasukkan pipa jalan
nafas buatan kedalam trachea melalui mulut. Tindakan Intubasi
baru dapat di lakukan bila : cara
lain untuk membebaskan jalan nafas (airway) gagal, perlu
memberikan nafas buatan dalam
jangka panjang, ada resiko besar terjadi aspirasi ke paru, dengan
tujuan :
1. Membebaskan jalan nafas
2. Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator).
PERSIAPAN ALAT YANG DI GUNAKAN
1. Laryngoscope
2. Endotracheal tube (ETT) sesuai ukuran (Pria : no. 7,7.5, 8 )
(Wanita no. 6.5, 7)
3. Mandrin
4. Xylocain jelly
5. Sarung tangan steril
6. Xylocain spray
7. Spuit 10 cc
8. Orofaringeal tube (guedel)
9. Stetoskop
10.Bag Valve Mask (ambubag)
11. Suction kateter
12. Plester
13. Gunting
14.Masker
PERSIAPAN TINDAKAN
24. 1. Posisi pasien terlentang dengan kepala ekstensi
2. Petugas mencuci tangan
3. Petugas memakai masker dan sarung tangan
4. Melakukan suction
5. Melakukan intubasi
buka blade pegang tangkai laryngoskop dengan tenang
pelan-pelan menyusuri dasar lidah-ujung blade
sudah sampai di pangkal
lidah- geser lidah pelan-pelan ke arah kiri
seluruh lidah ke depan
sehingga rona glotis terlihat
ran yang sudah di tentukan sebelumnya
rima glotis masuk ke
cela pita suara
adakah suara keluar dari pipa ETT dengan Menghentak dada
pasien dengan ambu
bag
masuk leawt ETT apakah
sama antara paru kanan dan kiri
o fiksasi ETT dengan Plester
o hubungkan ETT dengan konektor sumber oksigen
6. Pernafasan yang adekuat dapat di monitor melalui cek BGA
(Blood Gas Analysis) ± ½ – 1jam
setelah intubasi selesai
7. Mencuci tangan sesudah melakukan intubasi
Langkah-langkah BHD (Bantuan Hidup
Dasar)
Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Jika pada suatu keadaan ditemukan korban dengan penilaian dini
terdapat gangguan
tersumbatnya jalan nafas, tidak ditemukan adanya nafas dan atau
tidak ada nadi, maka penolong
harus segera melakukan tindakan yang dinamakan dengan istilah
BANTUAN HIDUP DASAR
25. (BHD).
INDIKASI BHD :
1. Henti Napas : Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan
dada dan aliran udara
pernapasan dari korban / pasien
2. Henti Jantung : Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal)
merupakan tanda awal
akan terjadi henti jantung.
Langkah-langkah BHD :
A. Prosedur Dasar CPR
1. Pastikan keamanan penolong dan pasien
2. Nilai Respon klien
?”
-hati kemungkinan trauma leher
mobilisasi pasien bila tidak perlu
3. Segera Berteriak Minta Pertolongan
4. Memperbaiki Posisi Pasien
datar dan keras
cara: kepala,
bahu dan badan
bergerak bersamaan (log roll / in-line)
5. MEMPERBAIKI POSISI PENOLONG Posisi penolong : di samping
pasien /
di atas kepala (kranial) pasien
B. Survei Primer
1. AIRWAY (JALAN NAFAS)
a. Pemeriksaan jalan nafas
Jangan lakukan head tilt sebelum pastikan tidak ada sumbatan jalan
nafas.
b. Membuka Jalan Nafas :
Head tild - Chin lif atau Jaw thrust
2. BREATHING
Terdiri dari 2 tahap :
- Memastikan pasien tidak bernafas :
- Melihat (look), mendengar (listen), merasakan (feel) à <10 detik
APNEU, NAFAS ABNORMAL, NAFAS TIDAK ADEKUAT
26. 1. Memberikan Bantuan Napas
2. Hembusan nafas : 2x hembusan nafas
3. Waktu/hembusan : 1,5-2 detik
4. Volume : 700-1000 ml (10 ml/kg BB) atau sampai terlihat dada
pasien mengembang
Konsentrasi hanya 16-17%.
Bila volume berlebihan dan laju inspirasi terlalu cepat → distensi
lambung
- Mulut ke mulut
- Mulut ke mask
EVALUASI :
Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang
efektif, periksa apakah masih
ada sumbatan di mulut pasien serta perbaiki posisi tengadah kepala
dan angkat dagu yang belum
adekuat. Lakukan sampai dapat dilakukan 2 kali nafas buatan yang
adekuat.
Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi tetap
belum sadar, ubah posisi pasien ke
posisi miring mantap, bila pasien muntah tidak terjadi aspirasi .
Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami henti nafas
kembali, jika terjadi segera
terlentangkan pasien dan lakukan nafas buatan kembali.
3. CIRCULATION
Pastikan tidak ada denyut jantung pada arteri karotis atau
brakhialis (anak)
Memastikan ada tidaknya denyut jantung < 10 detik
posisi tangan menggunakan
metode “rib margin” Kedalaman kompresi jantung minimal 2 inci (5
cm)
membutuhkan waktu 18 detik
Kecepatan kompresi min. 100x/mnt
RJP Sebelum & Sesudah Intubasi
Sebelum intubasi
- Dewasa (>8 th) = Rasio 30 : 2 (utk 1 & 2 penolong)
- Khusus :Anak (1-8 th) dan Bayi (<1 th )
30 : 2 (1 penolong)
27. 15 : 2 (2 penolong)
Setelah intubasi
- Kompresi 100 x/mnt
- Ventilasi 8 - 10 x/mnt
- 5 x siklus 30 :2 (= 2 mnt) à nilai ulang sirkulasi
4. EVALUASI CIRCULATION, AIRWAY & BREATHING
kemudin pasien dievaluasi
kembali.
bantuan nafas dengan rasio
30:2.
mantap.
bantuan nafas
sebanyak 10 x/menit dan
monitor nadi setiap 2 menit.
teraba, jaga agar jalan
nafas tetap terbuka. Penting :
Setiap evaluasi dimulai dari sirkulasi :
Sirkulasi ( - ) : teruskan K
Sirk (+) Nafas (-
Sirk (+) Nafas (+) : posisi sisi mantap, jaga jalan nafas