1. SIDANG KTI
MANFAAT TEH HIJAU
PADA PENYAKIT ALZHEIMER
Marcella Aprilia Lonatrista 2007-060-160
Christian Djaja Atmadja 2007-060-162
1
2. Abstrak
Teh hijau terbukti dapat menghambat progesivitas penyakit
Alzheimer. Kandungan polifenol pada teh hijau; EGCG
(epigallokatekin-3-gallate); memiliki efek neuroproteksi,
antioksidan dan pelarut besi.
Efek neuroprotektif EGCG ditunjukkan dengan mengaktivasi
protein kinase C (PKC), menekan ekspresi inducible nitric
oxide synthase (iNOS), mensupresi pembentukan nitric
oxide (NO) dan peroksinitrit, melindungi sel dari keracunan
dan mampu mencegah proses apoptosis dengan
mengurangi ekspresi Bax (pro-apoptosis).
EGCG terbukti dapat mengubah struktur plak amiloid
menjadi agregat protein yang tidak berbahaya bagi sel.
3. Abstrak
Efek antioksidan EGCG terbukti dengan kemampuan EGCG mencari
radikal bebas dan membuangnya serta meregulasi aktivitas enzim-
enzim antioksidan. EGCG dapat berperan langsung dalam proses
terbentuknya radikal bebas dengan menjadi zat teroksidasi oleh
radikal bebas. Efek antioksidan dari EGCG ini dapat mencegah
proses peroksidasi lipid dan protein yang dapat menyebabkan
kematian sel saraf.
Efek terakhir dari EGCG ialah sebagai pelarut besi sehingga dapat
menurunkan akumulasi besi pada otak yang mengakibatkan
penekanan translasi APP mRNA yang dapat mencegah
neurodegenerasi pada otak. Dengan adanya kumpulan berbagai
artikel mengenai manfaat teh hijau ini diharapkan akan berguna
bagi masyarakat dan pihak yang membutuhkan.
3
5. Latar Belakang
• Aging Perubahahan fisik dan mental (demensia)
• Penyebab paling sering adalah Alzheimer
(15 juta penderita)
• Angka penderita Alzheimer diperkirakan akan terus
meningkat di dalam dan di luar negeri
• Alzheimer sering tidak disadari
• Banyak sekali zat makanan yang diteliti dan
mampu mencegah Alzheimer
• Salah satunya adalah teh hijau
6. Rumusan Masalah, Tujuan, dan
Manfaat
• Rumusan masalah
– Bagaimana pengaruh teh hijau terhadap penyakit
Alzheimer ?
• Tujuan Umum
– Mengetahui manfaat konsumsi teh hijau terhadap
pencegahan penyakit Alzheimer pada manusia
• Tujuan Khusus
– Mengetahui bagaimana kerja teh hijau pada penyakit
Alzheimer
– Mengetahui zat-zat aktif yang terkandung di dalam
teh hijau yang berfungsi sebagai agen neuroprotektif
7. Rumusan Masalah, Tujuan, dan
Manfaat
Manfaat Penulisan
• Bagi Peneliti
– Memberikan gambaran penelitian terbaru tentang
pengaruh teh hijau pada penyakit Alzheimer
– Berpikir ilmiah dan cerdas
• Bagi Pendidikan
– Informasi baru mengenai teh hijau
– Membangkitkan rasa ingin tahu peneliti lain
• Bagi Masyarakat
– Informasi baru mengenai pencegahan penyakit
Alzheimer
– Menurunkan angka kejadian Alzheimer
8. Ruang Lingkup dan Metodologi
Penulisan
• Ruang Lingkup Penulisan
– Dibatasi pada penyakit Alzheimer serta
mekanisme kerja zat aktif teh hijau dalam
mencegah penyakit Alzheimer
• Metodologi Penulisan
– Studi Pustaka
– Pencarian jurnal ilmiah lima tahun terbaru 2006 –
2010 melalui internet dan perpustakaan
– Ditulis ulang secara sistematis dan dibahas secara
mendalam
10. Definisi dan Etiologi
• Demensia adalah suatu sindroma
penurunan kemampuan intelektual progresif yg
menyebabkan deteriorasi kognisi & fungsional
• Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit
degeneratif yang disebabkan penyusutan otak
dan merupakan penyebab demensia yang
tersering dan belum ada penyembuhannya
11. Definisi dan Etiologi
• Etiologi penyakit Alzheimer masih belum jelas
• Ada pengaruh genetik
– Hubungan keluarga antara penderita Alzheimer
– Gen Apolipoprotein E
– Sindroma Down
– Mutasi APP
– Mutasi Presenilin 1
– Mutasi Presenilin 2
12. Faktor Resiko
• Usia
• Merokok
• Defisiensi asam folat dan vitamin B12
• Tingkat pendidikan rendah
• Tinggal di daerah pedesaan
• Ada riwayat gangguan psikiatri
• Trauma kepala
• Penyakit KV, hipertensi, diabetes,
hiperkolesterolemia dan obesitas
13. Patogenesis
Kelainan Protein pada Penyakit Alzheimer
• β-amyloid
Amyloid Precursor Protein
proteolisis
Non-amyloidogenik Amyloidogenik
α-sekretase Β-sekretase
γ-sekretase γ-sekretase
Aβ non toksik Aβ toksik (Aβ42) agregasi Plak amyloid
13
14. Patogenenesis
• Kelainan Protein
– Protein Tau: normalnya berfungsi utk menstabilkan dan
membantu pembentukan mikrotubulus
Protein Tau
hiperfosforilasi
Neurofibrilarry
tangels
sitotoksik
15. Patogenesis
Kelainan pada Sinaps
Stadium ringan: Stadium lanjut:
Penurunan jumlah celah sinaps melebar, Penurunan
protein vesikel sinaps putus hubungan dgn fungsi
(synapthophysin) sel saraf di seberang sinaps kognitif
Endositosis Gangguan
reseptor permukaan pelepasan
Mempercepat N-metil-D-aspartat neurotransmiter
Peptida Aβ proses & gangguan arus
&
-amino-3-hidroksil-5- ion pada
metil-4-isoxazole reseptor post
propionic acid sinaps
15
16. Patogenesis
• Disfungsi mitokondria
Peptida Aβ
• menghambat kerja enzim mitokondria pada otak
• mengganggu transpor elektron & konsumsi oksigen
• gangguan potensial membran mitokondria
Mitokondria yg telah rusak
Melepaskan radikal bebas
Kerusakan pada sel 16
17. Patogenesis
• Keadaan stress oksidatif pada penyakit Alzheimer
Peptida Aβ
Masuk ke dalam membran sel saraf dan sel glial
Aβ membentuk radikal bebas yg berasal dari proses reduksi ion metal
Menyebabkan peroksidasi lipid & oksidasi protein membran sel
Secara langsung oleh Aβ
Kerusakan membran sel saraf & sel glial
Tidak langsung: melalui produk hasil
Membran sel kehilangan integritas
peroksidasi lipid oleh radikal bebas
(HNE & akrolein)
Menimbulkan disfungsi seluler
Inhibisi ion Kehilangan Inhibisi glutamate Kehilangan Gangguan
motive ATP-ase homeostasis uptake system fungsi protein pengiriman
Ca2+ transpor sinyal
Aktivasi nuclear
Transcription Aktivasi jalur KEMATIAN SEL
factor apoptosis SARAF 17
18. Patogenesis
• Akumulasi besi pada penyakit Alzheimer:
jumlah serum besi yg ditranspor ke sel saraf jumlahnya abnormal
Gangguan pada sawar otak pelepasan Fe2+ dari ferritin
+ ion besi menyebabkan agregasi
Meyebabkan peptida Aβ
timbulnya Labile Fe
Pool Radikal bebas Stress oksidatif
Aktivasi enzim prolyl Degradasi Hipoksia
Penurunan regulasi Iron
hydroxylase Inducible Factor 1
Regulatory Protein
Translasi APP mRNA Kemampuan bertahan hidup Sel saraf menurun
NEURODEGENERASI 18
20. Manifestasi Klinik
• Demensia dibagi menjadi 3 stadium :
– Stadium awal (tahun pertama dan kedua)
• Kesulitan berbahasa
• Disorientasi waktu dan tempat
• Pasif dan tidak ada motivasi
• Perubahan suasana hati
• Depresi, anxietas
• Marah, agresif
• Kehilangan minat akan kegemaran dan aktivitas
20
21. Manifestasi Klinis
– Stadium pertengahan (tahun kedua - kelima)
• Kesulitan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari
• Sangat pelupa
• Tidak dapat melakukan aktivitas essensial
• Sangat bergantung pada keluarga
• Mengulang-ulang pertanyaan
• Tidak mandiri
• Pola tidur terganggu
• Mudah tersesat
• Mengalami halusinasi
21
22. Manifestasi Klinis
– Stadium akhir (tahun kelima dan seterusnya)
• Ketergantungan total
• Gangguan memori yang serius
• Tidak mengenali orang-orang disekitarnya
• Sulit sekali untuk berbicara
• Sulit menerima hal baru
• Sulit dalam berjalan
• Inkontinensia urin dan inkontinensia alvi
• Menunjukkan tingkah laku yang tidak sepantasnya
• Hanya dapat duduk atau berbaring
22
23. Diagnosis Alzheimer
• Mini Mental State Examination (MMSE)
sensitivitas 87%, spesifitas 82%
demografi subyek penelitian sama
(umur,pendidikan)
• Diagnosa molekuler: pemeriksaan mutasi genetik
pada gen APP, presenilin 1, dan presenilin 2.
• Diagnosa definitif : pemeriksaan neuropatologis
dengan menemukan plak senilis dan
neurofibrillary tangles
23
24. Diagnosa Penunjang
• CT Scan dan MRI
– Atrofi otak dan pembesaran ventrikel
• EEG
– Memberikan gambaran perlambatan yang difus
• SPECT (Single Photo Emission tomography)
– Melihat aliran darah cerebral
• PET Scan (Positron Emission Tomography)
– Aktivitas otak yang berkurang
24
25. Pengobatan
• Kolinesterase inhibitor
– Untuk mencegah pemecahan asetilkolin agar
fungsi kognitif tetap terjaga
• Vitamin E : monoterapi atau kombinasi
dengan kolinesterase inhibitor
• Terapi simtomatik
– Depresi : Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
– Apati : obat psikostimulan
– Gangguan tingkah laku : obat anti psikotik
25
26. Pencegahan
• Obat-obatan Antiinflamasi
• Konsumsi red wine
• Berpartisipasi dalam kegiatan yang
merangsang fungsi kognitif
• Melatih fungsi kognitif dapat menurunkan
resiko penyakit Alzheimer
26
27. Teh
• Cammelia sinensis: famili Theaceae
• Paling banyak dikonsumsi di dunia, kedua setelah air
• Tanamannya berupa semak/pohon, selalu hijau
• Dapat tumbuh sampai 9 meter,
tapi untuk dibudidayakan hanya 1,5 meter
27
28. Teh
• Daun teh Bunga teh
warna: hijau tua warna: putih, beraroma
bentuk: oval berkelompok/ sendiri-
tepi daun: bergerigi sendiri
Tumbuh di Asia Timur, menyebar sampai ke
Timur Tengah dan benua Afrika
Teh terbaik dipetik dari dua daun teratas dari
tiap rantingnya, ditanam pada ketinggian 4000 m
di atas permukaan laut
Perbedaan dalam pemetikan & cara memproses
daun teh menyebabkan teh berbeda-beda jenis
dan kualitas 28
30. Teh Hijau
• 10% produksi teh seluruh dunia
• Berwarna kehijauan, rasa teh ringan/ tidak terlalu pahit
• tidak dioksidasi
Proses Pembuatan Teh Hijau
Proses Pelayuan
Tujuan: mengurangi kadar air dengan melewatkan daun
teh pada silinder panas selama 5 menit/ ditiup dengan
menggunakan udara panas sehingga kadar air turun
menjadi 60-70%
Proses Pendinginan
Tujuan: mendinginkan daun teh setelah dilayukan agar
dapat diproses lebih lanjut
30
31. Proses Penggulungan
Tujuan: memecah sel-sel daun sehingga zat-zat yg ada
dalam sel keluar dan menyebabkan rasa teh menjadi sepat
Daun teh digulung dengan mesin/ tangan selama 15-30
menit
Proses Pengeringan
Dikeringkan pada suhu 110-135 C selama 30 menit
Tujuan: membuat zat yg ada dalam teh menjadi semakin
pekat
Proses Pemilihan
Daun teh yg sudah selesai diproduksi kemudian dipilih
sesuai dengan kualitas / bagian yg diinginkan 31
32. Teh Oolong
• Persilangan teh hijau dengan teh hitam
• Rasanya menyerupai buah
• daun teh mengalami fermentasi sebagian
Teh Putih
• jenis yg langka
• Berasal dari daun teh muda yg dipetik sebelum tunasnya
terbuka
• Warna lebih terang, rasa lebih halus
• Proses yg sederhana membuat daun teh tidak banyak
berubah dari keadaan alaminya
Teh Hitam
• paling populer
• berwarna kemerahan
• Kandungan polifenol: theaflavins & thearubigin 32
34. Zat yg Terkandung di Dalam Teh Hijau
Katekin
Kafein
Tanin
Makromolekul yg Larut dalam Air
Flavonoid
Vitamin
34
35. Katekin
• Teh hijau mengandung zat polifenol (katekin) yg memiliki efek
antioksidan yg poten (lebih kuat dari vitamin C)
• termasuk dalam kelompok flavonoid
• menyebabkan rasa teh menjadi sangat khas
• Kandungan katekin 30-45% dari berat keseluruhan ekstrak teh
hijau padat
Dalam teh hijau terdapat 4 jenis katekin
Setiap 100 gr daun teh mengandung
1. EGCG (Epigallokatekin-3-gallate) 9170-14900 µmol (59%)
2. EGC (Epigallokatekin) 8060-17900 µmol (19%)
3. ECG (Epikatekin-3-gallate) 1400-2350 µmol(13,6%)
4. EC (Epikatekin) 2360-5800 µmol (6,4%)
35
38. Kafein
• 1,3,7-trimetilxantin
• Ada dalam kopi, teh, coklat
• Sebagai zat tambahan minuman penambah energi
• Dalam secangkir teh terdapat 50 mg kafein
• Dibutuhkan konsumsi 6,5 mg/kgBB kafein utk
menghasilkan efek ergogenik sebelum latihan fisik yg
memerlukan ketahanan
• Efek kafein terhadap tubuh manusia: diuretik,
stimulan otot jantung & SSP, relaksasi otot polos
38
39. Tanin
• -gluthamileethylamide
• 1-2% dari ekstrak teh hijau jepang
• Mewakili lebih dari 50% kandungan asam amino di
dalam teh
• Tanin menyebabkan rasa teh hijau jepang berbeda
(umami)
• Memiliki efek terhadap SSP
• Pemberian pada kadar tertentu menyebabkan
timbulnya gelombang pada otak (relaks)
• Menginhibisi absorbsi Fe non-heme: menyebabkan
anemia
39
40. Makromolekul yg Larut Dalam Air
1. GTND (green tea non-dialysate)
-Memiliki efek anti tumor
2. Heteropolisakarida
-Memiliki efek anti-hiperglikemia
40
41. Flavonoid
• kaempherol, quercetin, myricetin,& derivatnya
• Efek flavonoid pada tubuh:
- mencegah halitosis
- agen protektif terhadap lipid peroksidase pada
membran sel
- anti-mutagenik
- inhibisi dari tumor activating factor,inhibisi
lipooksigenase (mengoksidasi lemak tak jenuh menjadi
peroksida), inhibisi pelepasan histamin
- antihipertensi, antifungal, antiviral, anti-oksidan
- diuretik 41
42. Vitamin
• Teh hijau kaya vitamin antioksidan seperti:
- vitamin C (6 mg vit.C dalam 100 ml air teh)
- vitamin E tidak larut air, diperlukan
- β carotene konsumsi daun tehnya sendiri
memiliki efek antitumor dan dapat menekan
penuaan
42
43. Manfaat Teh Hijau untuk Kesehatan
• Efek neuroprotektif pada penyakit Alzheimer,
Parkinson dan gangguan penuaan lainnya
• Efek antikarsinogenik & antimetastasis:
-pencegahan kanker prostat
-pencegahan pertumbuhan tumor pada paru
Efek menguntungkan pada penyakit kardiovaskular:
- antihipertensi
- antihiperkolesterolemia & arterosklerosis
43
44. Manfaat Teh Hijau untuk Kesehatan
• Meningkatkan kesehatan mulut
• Mengontrol berat badan
• Memiliki efek antiinflamasi
• Efek antibakteri & antivirus
• Efek proteksi terhadap sinar UV
• antifibrotik
44
45. Bab III
Metodologi Penelitian
• Karya tulis ini dibuat dengan metode tinjauan
pustaka.
• Penulis melakukan pencarian jurnal penelitian dari
perpustakaan FKUAJ dan terutama melalui internet
• Jurnal-jurnal yg membahas hal yg berhubungan
dengan “Manfaat Teh Hijau Pada Penyakit
Alzheimer” ditelaah lebih lanjut, dianalisis, kemudian
ditarik kesimpulan
45
46. Bab III
Metodologi Penelitian
• Tahap-tahap yg dilakukan dalam membahas tema karya
tulis ini:
1. Mencari data mengenai prevalensi penyakit Alzheimer di
dunia maupun di Indonesia.
Mencari informasi mengenai teh hijau dan kegunaan teh
hijau bagi kesehatan. Pencarian data dilakukan dengan
menggunakan internet.
2. Melakukan pencarian dan telaah jurnal-jurnal yang
membahas manfaat teh hijau pada penyakit Alzheimer.
3. Menarik kesimpulan
46
47. Bab III
Metodologi Penelitian
• Garis besar dari karya tulis ini adalah sbb:
1. Bab I Pendahuluan
Membahas latarbelakang, tujuan dan manfaat
penulisan KTI
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Membahas teori & pengetahuan dasar mengenai
manfaat teh hijau pada penyakit Alzheimer
47
48. Bab III
Metodologi Penelitian
3. Bab III Metodologi Penelitian
menggambarkan metode yg digunakan
4. Bab IV Pembahasan
membahas topik permasalahan KTI
mengandung penjelasan mengenai “Manfaat Teh
Hijau Pada Penyakit Alzheimer”
5. Bab V Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan KTI dan saran untuk penelitian-
penelitian selanjutnya
48
50. Penelitian-penelitian dari tahun 2006 sampai 2010
Studi Cross Sectional di Singapura
• 716 partisipan di atas usia 55 tahun
• Penelitian menyatakan bahwa orang yg mempunyai
kebiasaan minum teh memiliki skor total MMSE yg
lebih tinggi dibandingkan orang yg tidak punya
kebiasaan mengkonsumsi teh
Variabel Mengkonsumsi Teh Tidak mengkonsumsi teh
Rata-rata skor total 28,1 27,5
MMSE
50
51. Studi Cross Sectional di Singapura
• EGCG di dalam teh terlibat dalam aktivitas
neuroproteksi seperti:
– inhibisi stress oksidatif
– transisional metal chelating
– modulasi cell signaling dan cell survival pathways
– Modifikasi patologi Alzheimer
– Mempromosikan secretase cleavage APP
– Mengurangi protein tau terfosforilasi yg memiliki sifat
toksik
51
52. Studi Cross Sectional di Singapura
• Teh hijau dan teh hitam menghambat aktivitas
asetilkolinesterase
• Dan menunjukkan aksi protektif melawan toksisitas
yg diinduksi oleh amyloid
• Tanin juga memiliki efek neuroprotektif
52
53. Studi Cross Sectional di Jepang
• Proyek Tsurugaya “Konsumsi Teh Hijau dan Fungsi
Kognitif”
• Subyek penelitian 1.003 orang jepang berusia di atas 70
tahun
• Menjalani tes MMSE
• Hasil penelitian: konsumsi teh hijau yg lebih tinggi
diasosiasikan dengan prevalensi kerusakan kognitif yg
lebih rendah pada manusia
• Menjelaskan mengapa prevalensi demensia , khususnya
karena Alzheimer lebih rendah di Jepang bila
dibandingkan dengan di Eropa dan Amerika Utara
53
54. Penelitian Efek Katekin Teh Hijau Terhadap Tikus
• Meneliti efek katekin terhadap tikus yg penuaanya
dipercepat
• Tikus dari usia 1-15 bulan diberi makan air yg
mengandung 0,02% katekin teh hijau
• Dosis rata-rata 35 mg/kg/hari
• Penelitian mengungkapkan bahwa: konsumsi harian
katekin mencegah kemunduran memori dan
kerusakan oksidatif pada DNA tikus
54
55. Penelitian Efek Katekin Teh Hijau Terhadap Tikus
• Pada tikus berusia 12 bulan yg diberi makan katekin
menunjukkan penurunan atrofi otak
• Tikus yg diberi makan katekin memiliki memori yg
lebih kuat
55
56. Penelitian Efek Katekin Teh Hijau Terhadap Tikus
• Lu et al menyatakan bahwa proteksi genom pada awal
kehidupan manusia dewasa dapat mempengaruhi
perbandingan kemunduran fungsional dan kerentanan
dari otak terhadap penyakit neurodegeneratif yang akan
datang
• Penelitian di atas menunjukkan bahwa konsumsi katekin
yg berkelanjutan ialah sebuah strategi yg poten untuk
menekan dan menunda penuaan dini pada kehidupan
manusia
56
57. Penelitian Efek Katekin Teh Hijau Terhadap Tikus
Katekin teh hijau yg masuk ke dalam plasma
Meningkatkan akitivitas antioksidan pada jaringan
otak
Menekan kerusakan oksidatif pada otak
58. Penelitian Efek Katekin Teh Hijau Terhadap Tikus
• Efek supresif katekin disebabkan karena
• EGCG menghambat apoptosis neuron
• EGCG mengatur cleavage protein prekursor
Amyloid dan mengurangi amyloidosis serebral
pada tikus transgenik yg menderita Alzheimer
• Konsumsi katekin teh hijau harian mengurangi
stress oksidatif dan mematahkan siklus
kematian sel yg menyebabkan atrofi dan
disfungsi otak
59. Penelitian Efek Katekin Teh Hijau Terhadap Tikus
• Efek antipenuaan pada penelitian ini dapat dicapai
manusia dengan meminum 1 s/d 2 liter teh hijau per
hari
• Penelitian ini mengungkapkan bahwa konsumsi
katekin diasosiasikan dengan peningkatan kualitas
hidup dengan cara mendukung penuaan otak yg
sehat pada orangtua
59
60. Mekanisme Neuroprotektif Teh Hijau pada
Penyakit Alzheimer
EGCG dapat mengaktivasi Protein Kinase C
EGCG
Aktivasi PKC
Perlindungan sel PC-12
61. Mekanisme Neuroprotektif Teh Hijau pada Penyakit
Alzheimer
• Penelitian pada tikus
Konsumsi EGCG (2 mg/kg) dalam 2 minggu
Peningkatan regulasi isoform enzim PKC:
PKC pada striatum
PKC dan PKC pada hipokampus
Kemampuan sel bertahan
hidup makin kuat Overekspresi PKC
Karena PKC merupakan
bentuk adaptasi sel
terhadap stimulasi dari luar Menurunkan plak amyloid
& peptida Aβ
62. Mekanisme Neuroprotektif Teh Hijau pada
Penyakit Alzheimer
EGCG
Aktivasi PKC
Mempromosikan protelisis APP
Menjadi sAPP
Dihasilkan peptida Aβ non-toksik
63. Mekanisme Neuroprotektif Teh Hijau pada
Penyakit Alzheimer
Pemberian EGCG pada manusia
Memberikan hasil :
Translokasi spesifik dari PKC pada membran sel
64. Efek Neuroprotektif EGCG Melawan β-amyloid-induced Oksidatif dan
Kematian Sel Nitrosative Melalui Penambahan dari Kapasitas
Perlawanan Antioksidan
Aβ
BV2
Fragmentasi Gangguan potensial Alterasi ekspresi Stress
DNA Transmembran regulator apoptosis Nitrosatif
mitokondria Bcl-2
iNOS NO Peroksinitrit
Disupresi o/
Apoptosis sel BV2 Pretreatment
EGCG
65. Mekanisme molekuler efek neuroprotektif EGCG
EGCG
Ekspresi glutamylcysteine ligase
Membentengi pengumpulan GSH seluler (antioksidan)
iNOS, NO, peroksinitrit
Mengurangi kerusakan oksidatif & kematian sel nitrosatif yg diinduksi Aβ
66. Efek Protektif EGCG Melawan Keracunan Sel yang Diinduksi
Oleh Aβ dan Kematian Sel Apoptotik Pada Sel BV2
Pada uji reduksi kadar logam MTT
Sel BV2 diinkubasi dengan Aβ sebanyak 25 M selama 24 jam
Menurunkan kelangsungan Toksisitas Aβ menurun
Hidup sel dengan pretreatment
menjadi 68,9% EGCG
+ EGCG + EGCG
2 M + EGCG
10 M
5 M
Kelangsungan 79,2% 79,8%
hidup sel 87,8%
67. Efek Protektif EGCG Melawan Keracunan Sel yang
Diinduksi Oleh Aβ dan Kematian Sel Apoptotik Pada Sel
BV2
• Pewarnaan TUNEL membandingkan luas fragmentasi DNA nuklear
(penanda apoptosis sel = pewarnaan nukleus positif, DNA telah
terfragmentasi)
Sel BV2 diberikan 25 M Aβ
Apoptosis Pretreatment EGCG
Menurunkan apoptosis
68. Efek Protektif EGCG Melawan Keracunan Sel yang
Diinduksi Oleh Aβ dan Kematian Sel Apoptotik Pada Sel
BV2
• Uji TMRE (tetramethylrhodamine ethyl ester)
Sel BV2 diekspos Aβ
Potensial transmembran mitokondria (Δ m) Pretreatment
EGCG
Perubahan permeabilitas
Menghalangi pelepasan
Δ m
Memicu pelepasan protein intermembran yg dapat larut
(sitokrom C ke dalam sitosol)
Memberikan sinyal apoptotik
69. Efek Protektif EGCG Melawan Keracunan Sel yang
Diinduksi Oleh Aβ dan Kematian Sel Apoptotik Pada Sel
BV2
• Modulator kunci jalur apoptosis yg lain dalam membran
mitokondria adalah keluarga protein Bcl-2
Pemberian Aβ
Memicu peningkatan ekspresi Pemberian EGCG
proapoptosis Bax
dengan penurunan serentak
Bcl-2 antiapoptosis
Mengurangi peningkatan
rasio Bax terhadap Bcl-2
70. EGCG pada Teh Hijau Dapat Merubah Struktur Plak
Amyloid
Amyloid fibril yg berasal dari agregasi Aβ 42
+ EGCG
1-4 jam
Ditemukan oligomer amyloid yg ukurannya
Agregat protein yg
lebih kecil tidak berbahaya
& beberapa agregat Aβ amyloid yg tidak terbentuk
71. • Percobaan in vivo pada sel Chinese Hamster Ovary
Sel CHO yg overekspresi gen APP
+EGCG
Badan inklusi yg berisi Aβ42 lebih cepat menghilang
Dibandingkan dengan kontrol
Menunjukkan bahwa EGCG dapat digunakan pada
tatalaksana penyakit Alzheimer
72. Mekanisme Antioksidan Teh Hijau Pada Penyakit
Alzheimer
Efek protektif EGCG
Pembersihkan Meregulasi enzim-
Melarutkan besi
radikal bebas enzim antioksidan
Oksigen Anion Peroksiradikal
tunggal superoksida
EGCG lebih efektif dalam membersihkan radikal bebas
dibandingkan dengan ECG, EC, dan EGC karena memiliki grup
trihidroksil pada cincin B dan gugus gallate pada cincin C
73. Mekanisme Antioksidan Teh Hijau Pada Penyakit
Alzheimer
3-Hidroksikinurenin
Sel saraf EGCG
Mencegah pembentukan Menekan aktivitas
spesies caspase-3
oksigen reaktif
Mencegah
apoptosis
74. Mekanisme Antioksidan Teh Hijau Pada Penyakit
Alzheimer
Pada sel hati tikus yg mengandung FeSO4, EGCG mencegah
pembentukan radikal bebas yg diinduksi oleh paraquat
Proses ini terjadi dalam 2 mekanisme
EGCG
Bertindak sebagai pencari & Sebagai pelarut besi
pembersih radikal bebas
superoksida yg terbentuk
Di mana kemampuan inhibisi EGCG menghilang saat
ditambahkan FeSO4 dalam jumlah banyak. Hal ini
menunjukkan bahwa EGCG mencegah peroksidasi lipid
dengan menarik semua ion besi yg ada
75. Mekanisme Antioksidan Teh Hijau Pada Penyakit
Alzheimer
Membentuk radikal bebas semiquinone
yang stabil
Transfer elektron ke lokasi radikal bebas
EGCG pada DNA
Apabila EGCG teroksidasi, produk yang
dihasilkan mampu melarutkan besi dan
menghilangkan anion superoksida
76. Mekanisme Antioksidan Teh Hijau Pada Penyakit
Alzheimer
• Percobaan pada tikus: diberikan ekstrak teh hijau per
oral
• Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan level
enzim antioksidan glutathione peroxidase dan
reductase, superoxide dismutase, catalase
• Pada manusia dengan diberikan 2 gelas teh hijau
(250 mg katekin) selama 42 hari menunjukkan
peningkatan level antioksidan plasma yg signifikan
dan penurunan kadar peroksida dalam plasma
77. EGCG Menekan Ekspresi iNOS yg disebabkan oleh
Aβ & produksi NO di dalam sel BV2
• Analisis Western Blot
Sel BV2 dengan Aβ
24 jam kemudian
Ekspresi iNOS Pretreatment EGCG
Ekspresi iNOS ditekan
78. EGCG Menghambat Akumulasi Peroksinitrit
Intraseluler yang Diinduksi Oleh Aβ pada Sel BV2
• Pewarnaan DHR 123
Sel BV2 diberikan 25 M Aβ
Formasi peroksinitrit meningkat +EGCG
(adanya peningkatan intensitas fluoresens)
Formasi peroksinitrit
menurun
79. EGCG Menghambat Akumulasi Peroksinitrit
Intraseluler yang Diinduksi Oleh Aβ pada Sel BV2
• Fluorescent probe DCF-DA
Sel BV2 diberikan 25 M Aβ
Akumulasi ROS intraseluler Pretreatment
(fluoresens lebih banyak bila EGCG
dibandingkan dengan sel kontrol)
Akumulasi ROS
intraseluler menurun
80. EGCG Menghambat Akumulasi Peroksinitrit
Intraseluler yang Diinduksi Oleh Aβ pada Sel BV2
• Pembuktian efek protektif EGCG pada stress nitrosative yg
disebabkan oleh Aβ pada model in vivo hewan
Aβ (15 nmol/hari) diinfus ke ventrikel lateral tikus jantan Spragew Dawley
14 hari berturut-turut 14 hari berturut-turut
iNOS mRNA iNOS mRNA
jaringan hipokampus jaringan hipokampus
10 hari selanjutnya
Post treatment EGCG
10 mg/kg/hari
Menekan level iNOS mRNA,
menurunkan kerusakan nitrosative pada lemak
& peroksidasi lemak pada hipokampus tikus
81. EGCG Meningkatkan Level GSH Intraseluler dan
Ekspresi GCL Catalytic Subunit (GCLC)
Sel BV2 diberikan Aβ 25 M /
penginfusan intraserebroventrikular
Aβ 15nmol/hari pada tikus Spragew Dawley
Level GSH intraseluler & hipokampus ekspresi GCLC menurun
menurun
Pemberian EGCG
Konsentrasi GSH kembali secara signifikan &
meningkatkan ekspresi GCLC ( glutamylcysteine-ligase)
82. Mekanisme Teh Hijau Sebagai Pelarut Besi
Tikus diberikan EGCG
EGCG punya kemampuan sebagai pelarut besi
Mencegah pengumpulan besi bebas yg labil
Penurunan tingkat translasi APP mRNA
• EGCG memiliki domain di mana ion logam dapat melekat yaitu
grup o-diphenolic pada posisi 3’4’-dihidroksi di cincin B, dan pada
struktur keto 4-keto dan 5-hidroksi pada cincin C
• Peran polifenol sebagai pelarut ion logam merupakan kemajuan
signifikan dalam tatalaksana penyakit neurodegeneratif di mana
pada penyakit neurodegeneratif dapat ditemukan akumulasi besi
di beberapa area otak
83. Pengaruh EGCG terhadap proses neurodegenerasi yg diinduksi oleh besi.
EGCG dapat menurunkan akumulasi besi yg ada
85. Kesimpulan
• Teh hijau memiliki berbagai jenis polifenol
• Kandungan yg paling banyak adalah EGCG
• EGCG memiliki berbagai macam manfaat pada
penyakit neurodegeneratif seperti pada
penyakit Alzheimer
• Manfaat yg ditimbulkan EGCG antara lain:
– Efek neuroproteksi
– Efek antioksidan
– Efek pelarut besi
86. Kesimpulan
• Efek neuroproteksi EGCG melibatkan berbagai
macam mekanisme
– EGCG dapat mengaktivasi PKC
– EGCG juga dapat menekan ekspresi iNOS,
mensupresi pembentukan NO dan peroksinitrit
– EGCG dapat melindungi sel dari keracunan dan
mampu mencegah proses apoptosis dengan
mengurangi ekspresi Bax (pro apoptosis)
– EGCG terbukti dapat mengubah struktur plak amiloid
menjadi agregat protein yg tidak berbahaya bagi sel
87. Kesimpulan
• EGCG memiliki efek antioksidan melalui
mekanisme
– berperan langsung dalam proses terbentuknya
radikal bebas dengan menjadi zat teroksidasi oleh
radikal bebas
– mencegah proses peroksidasi lipid dan protein yg
dapat menyebabkan kematian sel saraf
88. Kesimpulan
• Efek sebagai pelarut besi, di mana EGCG dapat
menurunkan akumulasi besi pada otak
sehingga dapat menekan translasi APP mRNA
sehingga mencegah neurodegenerasi pada
otak
89. Saran
• Penelitian dengan standarisasi yg benar harus
dilakukan agar efek teh hijau dalam mencegah
penyakit Alzheimer mejadi semakin jelas dan
penelitian tentang jumlah dan cara konsumsi
teh hijau pun perlu dilakukan agar masyarakat
dapat memanfaatkan teh hijau dengan baik
dan benar