Teks tersebut membahas tentang tiga jenis tauhid yang terkandung dalam surat Al-Fatihah yaitu tauhid rububiyah (mengakui Allah sebagai pencipta dan penguasa), tauhid uluhiyah (mengakui Allah sebagai objek ibadah tunggal), dan tauhid asma wa sifat (mengakui nama dan sifat Allah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan). Surat Al-Fatihah merupakan contoh yang baik karena telah secara impl
Asma ul Husna merujuk kepada 99 nama Allah SWT yang menunjukkan sifat-Nya yang mulia. Nama-nama tersebut memberikan pengertian kepada umat manusia tentang sifat Allah dan digunakan ketika berdoa. Umat Islam disuruh mengamalkan makna dibalik Asma ul Husna dalam kehidupan seharian.
Dokumen ini membahas tentang beriman kepada Allah SWT dan cara mengenal Allah SWT melalui akal dan nama-nama serta sifat-sifat yang agung. Umat Islam dituntut untuk memikirkan ciptaan Allah untuk menambah iman, namun dilarang memikirkan zat Allah."
Pai 7 iman kepada allah makna dan cakupanBryan Haryono
1. Iman kepada Allah mencakup tiga aspek utama: tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid sifat-Nya.
2. Tauhid rububiyah berarti meyakini Allah sebagai pencipta dan penguasa alam semesta. Tauhid uluhiyah berarti hanya Allah yang layak disembah.
3. Bukti keberadaan Allah meliputi bukti fitrah, akal, dan wahyu. Teori sebab-akibat, wajibul wujud
Lebih Dekat dengan Allah Swt. yang Sangat Indah Nama-Nyasitisarahrahmania
Iman kepada Allah SWT merupakan salah satu rukun iman yang utama. Dokumen menjelaskan bahwa iman berarti kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati, diikrarkan secara lisan, dan direalisasi dalam perbuatan. Iman kepada Allah SWT berarti menyakini keberadaan Allah sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya.
Asma ul Husna merujuk kepada 99 nama Allah SWT yang menunjukkan sifat-Nya yang mulia. Nama-nama tersebut memberikan pengertian kepada umat manusia tentang sifat Allah dan digunakan ketika berdoa. Umat Islam disuruh mengamalkan makna dibalik Asma ul Husna dalam kehidupan seharian.
Dokumen ini membahas tentang beriman kepada Allah SWT dan cara mengenal Allah SWT melalui akal dan nama-nama serta sifat-sifat yang agung. Umat Islam dituntut untuk memikirkan ciptaan Allah untuk menambah iman, namun dilarang memikirkan zat Allah."
Pai 7 iman kepada allah makna dan cakupanBryan Haryono
1. Iman kepada Allah mencakup tiga aspek utama: tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid sifat-Nya.
2. Tauhid rububiyah berarti meyakini Allah sebagai pencipta dan penguasa alam semesta. Tauhid uluhiyah berarti hanya Allah yang layak disembah.
3. Bukti keberadaan Allah meliputi bukti fitrah, akal, dan wahyu. Teori sebab-akibat, wajibul wujud
Lebih Dekat dengan Allah Swt. yang Sangat Indah Nama-Nyasitisarahrahmania
Iman kepada Allah SWT merupakan salah satu rukun iman yang utama. Dokumen menjelaskan bahwa iman berarti kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati, diikrarkan secara lisan, dan direalisasi dalam perbuatan. Iman kepada Allah SWT berarti menyakini keberadaan Allah sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya.
Seri Kajian Minhajul Muslim Bab 1 Pasal 11 Iman kepada azab dan nikmat kuburIra Rahmawati Madjid
Dokumen tersebut membahas tentang kepercayaan dalam azab dan nikmat kubur menurut ajaran Islam. Ia menjelaskan bahwa roh manusia akan mengalami kehidupan di alam barzakh setelah kematian sebelum dibangkitkan pada hari kiamat, dan dapat merasakan balasan atas perbuatannya di dunia baik berupa nikmat maupun siksaan. Dalam alam barzakh ini roh tetap berhubungan dengan jasad wala
1. Uluhiyah adalah ibadah kepada Allah seperti doa, nadzar, qurban, dan jenis ibadah lainnya sesuai syariat. Tauhid uluhiyah adalah inti dakwah para rasul untuk menyembah Allah saja.
NYOLONG DAri wandaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhujsadf u
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdinMuhammad Idris
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Dokumen tersebut membahas tentang tauhid atau monoteisme dalam Islam. Secara ringkas, tauhid memiliki tiga aspek utama yaitu: (1) tauhid rububiyah atau mengakui hanya Allah sebagai pencipta dan penguasa alam semesta, (2) tauhid asma' wa sifat atau meyakini nama dan sifat Allah, (3) tauhid uluhiyah atau menyembah hanya Allah dalam segala ibadah. Ketiga aspek tauhid ini merupak
Teks tersebut membahas konsep Sitr dan Tajalli dalam tasawuf. Sitr didefinisikan sebagai penutupan hijab Allah dari hati manusia, sementara Tajalli adalah pembukaan hijab Allah untuk menyingkap rahasia-rahasia ilahi. Tajalli dibagi menjadi empat tingkatan yakni Tajalli Af'al, Asma', Sifat, dan Zat. Tajalli Zat adalah tingkatan tertinggi dimana seseorang menyaksikan keesaan Allah secar
Dokumen tersebut membahas tentang keimanan kepada Allah SWT, meliputi tiga poin utama: (1) sifat-sifat Allah dan sifat-sifat yang wajib dan mustahil bagi Allah, (2) af'al Allah atau perbuatan-perbuatan Allah, dan (3) Asmaul Husna atau 99 nama indah Allah beserta manfaat membaca Asmaul Husna.
Teks ini membahas tiga landasan utama yang wajib diketahui oleh manusia yaitu mengenal Tuhan Allah, mengenal agama Islam, dan mengenal Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam."
Dokumen tersebut membahas tentang akhlak kepada Allah, ibadah, tawakkal, dan muraqabah. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa akhlak kepada Allah adalah sikap dan perbuatan yang seharusnya dilakukan manusia kepada Allah tanpa berfikir terlebih dahulu. Ibadah merupakan mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian iman dan sifat-sifat Allah dalam Islam. Iman didefinisikan sebagai kepercayaan hati, pengakuan lisan, dan praktik kebajikan. Allah memiliki sifat-sifat sempurna seperti kekuasaan mutlak dan keabadian. Dokumen juga menjelaskan bahwa Allah memiliki 99 nama yang indah (Asmaul Husna) sesuai dengan sifat-Nya, dan menyebutkan beberapa
Dokumen tersebut membahas tentang dua kalimat syahadat yaitu la ilaha illallah dan Muhammadur rasulullah. Terdapat penjelasan mengenai makna, rukun, dan syarat la ilaha illallah serta konsekuensi mengakui Nabi Muhammad sebagai rasulullah.
Dokumen tersebut membahas tentang dua jenis tauhid menurut Islam, yaitu tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah. Tauhid rububiyah berkaitan dengan mengakui keesaan Allah sebagai pencipta dan penguasa, sedangkan tauhid uluhiyah berkaitan dengan mengakui keesaan Allah dalam ibadah. Dokumen ini juga menjelaskan bahwa mengakui kekuasaan manusia atas hukum sama dengan mensekutukan Allah
Inilah Pedang Untuk Darah Orang Musyrikpanjihitamdim
Dokumen tersebut membahas tentang dua jenis tauhid menurut Islam, yaitu tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah. Tauhid rububiyah berkaitan dengan mengakui keesaan Allah sebagai pencipta dan penguasa, sedangkan tauhid uluhiyah berkaitan dengan mengakui keesaan Allah dalam ibadah. Dokumen ini juga menjelaskan bahwa negara sekuler dianggap melanggar tauhid rububiyah karena memberikan kekuasaan huk
Seri Kajian Minhajul Muslim Bab 1 Pasal 11 Iman kepada azab dan nikmat kuburIra Rahmawati Madjid
Dokumen tersebut membahas tentang kepercayaan dalam azab dan nikmat kubur menurut ajaran Islam. Ia menjelaskan bahwa roh manusia akan mengalami kehidupan di alam barzakh setelah kematian sebelum dibangkitkan pada hari kiamat, dan dapat merasakan balasan atas perbuatannya di dunia baik berupa nikmat maupun siksaan. Dalam alam barzakh ini roh tetap berhubungan dengan jasad wala
1. Uluhiyah adalah ibadah kepada Allah seperti doa, nadzar, qurban, dan jenis ibadah lainnya sesuai syariat. Tauhid uluhiyah adalah inti dakwah para rasul untuk menyembah Allah saja.
NYOLONG DAri wandaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhujsadf u
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdinMuhammad Idris
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Dokumen tersebut membahas tentang tauhid atau monoteisme dalam Islam. Secara ringkas, tauhid memiliki tiga aspek utama yaitu: (1) tauhid rububiyah atau mengakui hanya Allah sebagai pencipta dan penguasa alam semesta, (2) tauhid asma' wa sifat atau meyakini nama dan sifat Allah, (3) tauhid uluhiyah atau menyembah hanya Allah dalam segala ibadah. Ketiga aspek tauhid ini merupak
Teks tersebut membahas konsep Sitr dan Tajalli dalam tasawuf. Sitr didefinisikan sebagai penutupan hijab Allah dari hati manusia, sementara Tajalli adalah pembukaan hijab Allah untuk menyingkap rahasia-rahasia ilahi. Tajalli dibagi menjadi empat tingkatan yakni Tajalli Af'al, Asma', Sifat, dan Zat. Tajalli Zat adalah tingkatan tertinggi dimana seseorang menyaksikan keesaan Allah secar
Dokumen tersebut membahas tentang keimanan kepada Allah SWT, meliputi tiga poin utama: (1) sifat-sifat Allah dan sifat-sifat yang wajib dan mustahil bagi Allah, (2) af'al Allah atau perbuatan-perbuatan Allah, dan (3) Asmaul Husna atau 99 nama indah Allah beserta manfaat membaca Asmaul Husna.
Teks ini membahas tiga landasan utama yang wajib diketahui oleh manusia yaitu mengenal Tuhan Allah, mengenal agama Islam, dan mengenal Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam."
Dokumen tersebut membahas tentang akhlak kepada Allah, ibadah, tawakkal, dan muraqabah. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa akhlak kepada Allah adalah sikap dan perbuatan yang seharusnya dilakukan manusia kepada Allah tanpa berfikir terlebih dahulu. Ibadah merupakan mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian iman dan sifat-sifat Allah dalam Islam. Iman didefinisikan sebagai kepercayaan hati, pengakuan lisan, dan praktik kebajikan. Allah memiliki sifat-sifat sempurna seperti kekuasaan mutlak dan keabadian. Dokumen juga menjelaskan bahwa Allah memiliki 99 nama yang indah (Asmaul Husna) sesuai dengan sifat-Nya, dan menyebutkan beberapa
Dokumen tersebut membahas tentang dua kalimat syahadat yaitu la ilaha illallah dan Muhammadur rasulullah. Terdapat penjelasan mengenai makna, rukun, dan syarat la ilaha illallah serta konsekuensi mengakui Nabi Muhammad sebagai rasulullah.
Dokumen tersebut membahas tentang dua jenis tauhid menurut Islam, yaitu tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah. Tauhid rububiyah berkaitan dengan mengakui keesaan Allah sebagai pencipta dan penguasa, sedangkan tauhid uluhiyah berkaitan dengan mengakui keesaan Allah dalam ibadah. Dokumen ini juga menjelaskan bahwa mengakui kekuasaan manusia atas hukum sama dengan mensekutukan Allah
Inilah Pedang Untuk Darah Orang Musyrikpanjihitamdim
Dokumen tersebut membahas tentang dua jenis tauhid menurut Islam, yaitu tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah. Tauhid rububiyah berkaitan dengan mengakui keesaan Allah sebagai pencipta dan penguasa, sedangkan tauhid uluhiyah berkaitan dengan mengakui keesaan Allah dalam ibadah. Dokumen ini juga menjelaskan bahwa negara sekuler dianggap melanggar tauhid rububiyah karena memberikan kekuasaan huk
Inilah Pedang untuk Tumpahkan Darah Orang Musyrikapdim
Dokumen tersebut membahas tentang dua jenis tauhid menurut Islam, yaitu tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah. Tauhid rububiyah berkaitan dengan mengakui keesaan Allah sebagai pencipta dan penguasa, sedangkan tauhid uluhiyah berkaitan dengan mengakui keesaan Allah dalam ibadah. Dokumen ini juga menjelaskan bahwa negara sekuler dianggap melanggar tauhid rububiyah karena memberikan kekuasaan huk
Dokumen tersebut membahas tentang dua jenis tauhid menurut Islam, yaitu tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah. Tauhid rububiyah berkaitan dengan mengakui keesaan Allah sebagai pencipta dan penguasa, sedangkan tauhid uluhiyah berkaitan dengan mengakui keesaan Allah dalam ibadah. Dokumen ini juga menjelaskan bahwa mengakui kekuasaan manusia atas hukum sama dengan mensekutukan Allah
1. Dokumen membahas tentang iman kepada Allah SWT, termasuk pengertian ma'rifat Allah, cara berma'rifat, dan bidang-bidang yang dianjurkan untuk dipikirkan seperti ciptaan Allah di langit dan bumi.
2. Iman kepada Allah berarti meyakini keberadaan, sifat, dan zat Allah, yang dapat dicapai melalui ma'rifat Allah dengan mempelajari ciptaan-Nya dan mengetahui nama dan sifat-Nya
Surat Al-Fatihah memiliki beberapa keutamaan. Pertama, membacanya dalam shalat adalah rukun yang wajib. Kedua, Al-Fatihah dianggap surat paling agung dalam Alquran. Ketiga, surat ini memuji Allah sebagai Rabb seru sekalian alam dan mengakui hanya Allah yang berhak disembah dan dimintai pertolongan.
Tauhid dibagi menjadi tiga, yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma wa sifat. Pembagian ini bukan merupakan konsep baru melainkan cara penjelasan ulama untuk memperjelas makna tauhid yang satu dan utuh. Beberapa ulama salaf sebelum Ibnu Taimiyah telah membagi tauhid menjadi tiga, menunjukkan bahwa pembagian ini bukan merupakan ide Ibnu Taimiyah.
Rangkuman dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang rincian rangkaian sendi agama Islam meliputi tauhid, fiqih, dan tasawwuf.
2. Tauhid membahas tentang sifat-sifat Allah seperti wujud, kekal, kuasa, dan keesaan-Nya.
3. Fiqih membahas tentang rukun Islam, hukum-hukum agama, dan taharah.
4. Tasawwuf membahas tentang syahadat se
Dokumen tersebut membahas tentang cara mengenal Allah dengan menjelaskan empat hal utama yaitu mengenal wujud Allah, mengenal nama dan sifat-Nya, mengenal ulohiyah dan rububiyah-Nya. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai dalil Alquran dan hadis tentang empat poin utama tersebut.
Konsep Tuhan dan Agama Lain Tentang Tuhanucu_mujahidah
Dokumen tersebut membahas konsep Tuhan dalam beberapa agama seperti Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, dan Buddha. Islam meyakini Tuhan bernama Allah dan konsep ketauhidan, sedangkan Kristen memegang trinitas dan Yahudi masih belum mengetahui nama Tuhan pasti."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan jenis-jenis syirik beserta contoh-contoh perbuatan syirik, akibat melakukan perbuatan syirik, dan cara menghindarinya. Secara ringkas, syirik adalah menyekutukan Allah dalam zat, sifat, atau perbuatan-Nya atau menjadikan sesuatu selain-Nya sebagai tujuan ibadah. Ada dua jenis syirik yaitu besar dan kecil, dengan berbag
1. Beriman kepada enam rukun iman wajib bagi umat Islam, termasuk iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, nabi-nabi, hari akhir, dan takdir Allah.
2. Malaikat diciptakan dari cahaya dan patuh kepada Allah, sedangkan jin diciptakan dari api dan termasuk makhluk gaib.
3. Kitab-kitab Allah yang diwahyukan kepada nabi-nabi terdahulu meliputi Taurat, Z
Ayat Al Quran menyeru umat manusia untuk hanya menyembah Allah semata dan jangan mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang merupakan keistimewaan-Nya seperti ibadah, penciptaan, dan pengetahuan akan yang ghaib. Ada tiga jenis syirik yaitu syirik dalam uluhiyyah, rububiyyah, dan sifat-sifat Allah. Syirik merup
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pertama, dokumen tersebut membahas tentang bukti-bukti keberadaan Allah seperti tertibnya alam semesta dan hukum alam. Kedua, dokumen tersebut menjelaskan arti iman kepada Allah yang melibatkan hati, lisam, dan perbuatan. Ketiga, dokumen tersebut menyebutkan sifat-sifat Allah yang wajib, mustahil, dan jaiz serta manfaat beriman kepada Allah.
1. Tauhid Al Ma‟rifat wal Itsbat (Pengenalan dan Penetapan) yang mengandung 2 tauhid yaitu
Tauhid Rububiyah yaitu mengenal Allah melalui perbuatan-Nya.
Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengenal Allah melalui nama dan sifat-Nya.
Tauhid Al Irodi Ath Tholabi yaitu tauhid yang diinginkan dan dituntut, disebut juga tauhid uluhiyah.
Akan tetapi seiring semakin jauhnya umat Islam dari ajaran agama, sehingga banyak terjadi
penyimpangan keyakinan di dalam nama dan sifat Allah, maka Tauhid Asma wa Sifat disebutkan secara
khusus. Sehingga Tauhid dibagi menjadi 3 :
Tauhid Rububiyah
Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai, memberikan rizki,
mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah semata yang mampu. Dan semua orang meyakini
adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll. Kecuali orang atheis yang berkeyakinan tidak adanya
Rabb. Diantara penyimpangan yang lain yaitu kaum Zoroaster yang meyakini adanya Pencipta Kebaikan
dan Pencipta Kejelekan, hal ini juga bertentanga dengan aqidah yang lurus.
Tauhid Uluhiyah
Mentauhidkan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu mengikhlaskan ibadah
kepada Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut, khosyah,
pengharapan, dll. Tauhid inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum musyrikin. Jadi seseorang
belum cukup untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya (Tauhid Rububiyah) tanpa menyertainya
dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya (Tauhid Uluhiyah). Karena orang musyrikin dulu
juga meyakini bahwa Allah yang mencipta dan mengatur, tetapi hal tersebut belum cukup memasukkan
mereka ke dalam Islam.
Tauhid inilah yang menjadi inti pembahasan dari Kitab Tauhid, oleh karena itu penulis memberikan judul
“Kitab Tauhid yang merupakan hak Allah terhadap hamba-Nya”. Judul ini diambil dari perkataan Rasulullah
terhadap Muadz bin Jabbal di atas keledai, “Tahukah engkau apa hak Allah terhadap hamba-Nya, dan apa
hak hamba terhadap Allah ?”, Muadz bin Jabbal, “Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui”, Hak Allah
kepada hambanya yaitu agar hamba beribadah mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan Allah.
Tauhid Asma Wa Sifat
Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al Quran dan oleh Nabi-Nya di
dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa merubah makna, mengingkari, mendeskripsikan
bentuk/cara, dan memisalkan. Untuk pembahasan yang lebih lengkap bisa merujuk ke beberapa kitab
diantaranya Aqidah Washithiyah, Qowaidul Mutsla, dll.
Apabila ketiga tauhid di atas ada yang tidak lengkap, maka seorang hamba bisa berkurang imannya atau
bahkan telah keluar dari Islam.
Syirk
Lawan tauhid adalah syirk, yaitu menjadikan sesuatu mempunyai sekutu dalam suatu urusan. Maka barang
siapa yang telah syirk, maka dia telah menjadikan sekutu bagi Allah di dalam melaksanakan ibadah.
Pembagian Syirk
Pembagian syirk menjadi 2 bagian
2. Syirk besar : Mengeluarkan seseorang dari Islam. Mengakibatkan sifat syirk melekat pada seseorang.
Syirk kecil : Jalan menuju syirk akbar tapi tidak mengeluarkan seseorang dari Islam. Sifat syirk tidak
melekat seluruhnya pada seseorang.
Pembagian syirk menjadi 3 bagian
Syirk besar yang nyata : Melakukan amalan syirk besar yang nyata, seperti menyembah patung.
Syirk kecil yang nyata : Melakukan amalan syirk kecil yang nyata, misalkan bersumpah dengan nama selain
Allah.
Syirk yang tersembunyi : Melakukan amalan syirk yang tersembunyi
Syirk yang tersembunyi dibagi menjadi
Syirk tersembunyi yang besar (riya‟nya orang munafiq) : Hal ini mengeluarkan seseorang dari Islam.
Syirk tersembunyi yang kecil (riya‟nya kaum muslimin) : Hal ini tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.
Pembagian tauhid dan syirk menjadi 3 bagian memiliki dasar di dalam Al Quran dan As Sunnah tidak
secara tersurat tapi tersirat. Misalkan dalam ayat Al Fathihah, “Alhamdu lillaahi Rabbil „Alamin”
Al-Hamdu = Tauhid Asma wa Sifat, sifat Al Hamid,
lillaahi = Tauhid Asma wa Sifat dan Tauhid Uluhiyah, menetapkan nama Allah dan menetapkan
peribadahan kepada Allah
Rabbi = Tauhid Rububiyah
Firman Allah, “Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali
untuk beribadah kepada-Ku”
Jin merupakan makhluk yang diciptakan Allah dari api. Kata yang terdiri dari jim ( ) dan nun ( ) dalam
bahasa arab memiliki makna umum tertutup. Misalkan Majnun (orang gila) tertutupi akal sadarnya,
Jannatun (Surga) karena tertutupi kenikmatannya dari pandangan, pendengaran, dan pemikiran manusia,
begitu juga Jin bermakna tertutup dari manusia. Jin juga dibebani ibadah sebagaimana manusia.
Manusia merupakan makhluk yang Allah ciptakan dari tanah. Kata Al-Ins (manusia) memiliki makna Al-
Uns (jinak, saling bantu membantu), yaitu manusia harus saling tolong-menolong dalam menjalani
hidupnya.
3. ← EMPAT KAIDAH UTAMA
MEREALISASIKAN TAUHID →
TAFSIR SURAT AL-FATIHAH
Posted on December 9, 2008 by Abu Mushlih
Syaikh Abdul Muhsin Al „Abbad
Surat Al Fatihah merupakan sebuah surat paling agung di dalam Al Qur‟an. Hal itu berdasarkan
hadits Abu Sa‟id bin Al Mu‟alla yang dikeluarkan oleh Al Bukhari (hadits nomor 4474). Surat
ini telah mencakup ketiga macam tauhid : tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma‟
wa shifat. Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah ta‟ala dalam perbuatan-perbuatan-Nya,
seperti: menciptakan, memberikan rezeki, menghidupkan, mematikan, dan perbuatan-perbuatan
Allah ta‟ala yang lainnya. Maknanya Allah itu esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam hal mencipta, menghidupkan dan mematikan makhluk.
Sedangkan tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah subhanahu wa ta‟ala dengan perbuatan-
perbuatan hamba seperti: dalam hal berdoa, merasa takut, berharap, bertawakal, meminta
pertolongan (isti‟anah), memohon keselamatan dari cekaman bahaya (istighatsah), menyembelih
binatang, dan perbuatan-perbuatan hamba yang lainnya. Maka sudah menjadi kewajiban bagi
setiap mereka untuk menjadikan segala ibadah itu ikhlas semata-mata tertuju kepada Allah „azza
wa jalla sehingga mereka tidak mempersekutukan sesuatupun bersama-Nya dalam hal ibadah.
Sebagaimana tiada pencipta kecuali Allah, tiada yang menghidupkan kecuali Allah, tiada yang
mematikan kecuali Allah, maka tiada yang berhak disembah kecuali Allah.
Tauhid asma‟ wa shifat adalah menetapkan nama dan sifat yang telah ditetapkan sendiri oleh
Allah bagi diri-Nya atau ditetapkan oleh Rasul-Nya shallallahu „alaihi wa sallam bagi diri-Nya
tanpa disertai dengan tahrif (penyelewengan makna), ta‟wil (penafsiran yang menyimpang),
ta‟thil (menolak makna atau teksnya), takyif (menegaskan bentuk tertentu dari sifat Allah),
tasybih (menyerupakan secara parsial) ataupun tamtsil (menyerupakan secara total). Hal ini
sebagaimana ditegaskan di dalam firman Allah ta‟ala yang artinya, “Tiada sesuatupun yang
serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syura : 11).
Sesungguhnya ayat yang mulia ini merupakan dalil yang sangat jelas tentang kebenaran madzhab
Ahlus Sunnah wal Jama‟ah dalam mengimani sifat-sifat Allah „azza wa jalla yaitu dengan
menetapkan sifat serta menyucikan-Nya. Di dalam firman-Nya „azza wa jalla, “Dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” terdapat penetapan dua buah nama Allah yaitu As Sami‟ (Maha
Mendengar) dan Al Bashir (Maha Melihat). Kedua nama ini menunjukkan keberadaan dua sifat
Allah yaitu As Sam‟u (mendengar) dan Al Bashar (melihat). Sedangkan di dalam firman-Nya
ta‟ala, “Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya.” terdapat penyucian Allah ta‟ala dari
keserupaan diri-Nya dengan makhluk dalam sifat-sifat mereka. Allah subhanahu wa ta‟ala
mendengar tetapi tidak sebagaimana pendengaran makhluk. Dia juga melihat namun tidak sama
seperti penglihatan mereka.
4. Bahkan ayat pertama yang terdapat dalam surat yang agung ini sudah mencakup ketiga macam
tauhid tersebut. Tauhid uluhiyah sudah ditunjukkan keberadaannya dengan firman-Nya,
“Alhamdulillah” (Segala puji bagi Allah). Hal itu dikarenakan penyandaran pujian oleh para
hamba terhadap Rabb mereka merupakan sebuah bentuk ibadah dan sanjungan kepada-Nya, dan
itu merupakan bagian dari perbuatan mereka.
Adapun tauhid rububiyah, ia juga sudah terkandung di dalam firman-Nya ta‟ala, “Rabbil
„alamin.” (Rabb seru sekalian alam). Hal itu disebabkan Allah subhanahu wa ta‟ala adalah rabb
bagi segala sesuatu, pencipta sekaligus penguasanya. Hal itu sebagaimana difirmankan oleh
Allah „azza wa jalla, “Hai umat manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian
serta orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. Dia lah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagi kalian dan langit menjadi atap, dan Dia lah yang menurunkan air hujan dari langit
kemudian berkat air itu Allah menumbuhkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian,
maka janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (QS.
Al Baqarah : 21-22).
Sedangkan tauhid asma‟ wa shifat, maka sesungguhnya ayat pertama itu pun telah menyebutkan
dua buah nama Allah. Kedua nama itu adalah lafzhul jalalah „Allah‟ dan Rabb sebagaimana di
dalam firman-Nya “Rabbil „alamin”. Pada ayat ini kata „rabb‟ disebutkan dalam bentuk mudhaf
(dipadukan dengan kata lain, pen). Sedangkan pada ayat lainnya yang tercantum dalam surat
Yasin ia disebutkan secara bersendirian tanpa perpaduan, yaitu dalam firman-Nya, “Salamun
qaulan min rabbir rahim” (Semoga keselamatan tercurah dari rabb yang maha penyayang) (QS.
Yasin : 58).
Adapun „alamin‟ adalah segala makhluk selain Allah. Allah subhanahu wa ta‟ala dengan dzat-
Nya, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, maka Dia lah Sang Pencipta. Sedangkan semua selain
diri-Nya adalah makhluk. Allah „azza wa jalla bercerita tentang kisah Musa dan Fir‟aun,
“Fir‟aun mengatakan, „Apa itu rabbul „alamin?‟ Maka Musa menjawab, „Dia adalah rabb
penguasa langit, bumi, dan segala sesuatu yang berada di antara keduanya, jika kamu mau jujur
meyakininya.‟.” (QS. Asy Syu‟ara‟ : 23-24).
„Ar Rahman Ar Rahim‟ (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) merupakan dua buah nama
Allah yang menunjukkan salah satu sifat Allah yaitu rahmah (kasih sayang). Ar Rahman
termasuk kategori nama Allah yang hanya boleh dipakai untuk menyebut Allah. Sedangkan
nama Ar Rahim telah disebutkan di dalam Al Qur‟an pemakaiannya untuk menyebut selain-Nya.
Allah „azza wa jalla berfirman tentang sifat Nabi-Nya Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam,
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang rasul dari kalangan kalian, terasa berat olehnya apa
yang menyulitkan kalian, dan dia sangat bersemangat untuk memberikan kebaikan bagi kalian,
dan dia sangat lembut dan menyayangi orang-orang yang beriman.” (QS. At Taubah : 128).
Ibnu Katsir mengungkapkan tatkala menjelaskan tafsir basmalah di awal surat Al Fatihah,
“Kesimpulan yang dapat dipetik adalah sebagian nama Allah ta‟ala ada yang bisa dipakai untuk
menamai selain-Nya, dan ada yang hanya boleh dipakai untuk menamai diri-Nya -seperti nama
Allah, Ar Rahman, Al Khaliq, Ar Raziq dan sebagainya- .”
5. „Maliki yaumid din‟ menunjukkan kepada tauhid rububiyah. Allah subhanahu wa ta‟ala adalah
rabb segala sesuatu dan penguasanya. Seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa pun yang
berada di antara keduanya adalah milik-Nya. Dia lah Raja yang menguasai dunia dan akhirat.
Allah „azza wa jalla berfirman, “Milik Allah kerajaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang
ada di dalamnya, dan Dia Maha menguasai segala sesuatu.” (QS. Al Ma‟idah : 120). Allah juga
berfirman, “Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS. Al Mulk : 1). Allah berfirman, “Katakanlah; Siapakah yang di tangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu, Dia yang melindungi dan tiada yang dapat terlindungi dari siksa-
Nya, jika kalian benar-benar mengetahui? Maka mereka akan menjawab, „Allah‟. Katakanlah;
Lantas dari sisi manakah kalian tertipu.” (QS. Al Mu‟minun : 88-89).
Yaumid din adalah hari terjadinya pembalasan dan penghitungan amal. Di dalam ayat ini
ditegaskan bahwa Allah adalah penguasa pada hari pembalasan -padahal Dia adalah penguasa
dunia dan akhirat- dikarenakan pada hari itu semua orang pasti akan tunduk kepada Rabbul
„alamin. Berbeda dengan situasi yang terjadi di dunia, ketika di dunia masih ada orang yang bisa
melampaui batas dan menyombongkan dirinya, bahkan ada pula yang berani mengatakan, “Aku
adalah rabb kalian yang paling tinggi.” Dan dia pun lancang mengatakan, “Wahai rakyatku
semua, tidaklah aku mengetahui adanya sesembahan bagi kalian selain diri-Ku.”
„Iyyaka na‟budu wa iyyaka nasta‟in‟ (Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu
kami meminta pertolongan). Ini menunjukkan tauhid uluhiyah. Penyebutan objek yang
didahulukan sebelum dua buah kata kerja tersebut menunjukkan pembatasan. Ia menunjukkan
bahwa ibadah tidak boleh dipersembahkan kecuali kepada Allah. Demikian pula meminta
pertolongan dalam urusan yang hanya dikuasai oleh Allah juga harus diminta hanya kepada
Allah. Kalimat yang pertama menunjukkan bahwasanya seorang muslim harus melaksanakan
ibadahnya dengan ikhlas untuk mengharap wajah Allah yang disertai kesesuaian amal dengan
sunnah Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Sedangkan kalimat yang kedua menunjukkan
bahwa hendaknya seorang muslim tidak meminta pertolongan dalam mengatasi segala urusan
agama dan dunianya kecuali kepada Allah „azza wa jalla.
„Ihdinash shirathal mustaqim‟ (Tunjukilah kami jalan yang lurus). Ini menunjukkan tauhid
uluhiyah, sebab ia merupakan doa. Dan doa termasuk jenis ibadah. Hal ini sebagaimana
difirmankan Allah „azza wa jalla, “Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka
janganlah kalian menyeru bersama Allah siapapun.” (QS. Al Jin : 18). Doa ini mengandung
seagung-agung tuntutan seorang hamba yaitu mendapatkan petunjuk menuju jalan yang lurus.
Dengan meniti jalan itulah seseorang akan keluar dari berbagai kegelapan menuju cahaya serta
akan menuai keberhasilan dunia dan akhirat. Kebutuhan hamba terhadap petunjuk ini jauh lebih
besar daripada kebutuhan dirinya terhadap makanan dan minuman. Karena makanan dan
minuman hanyalah bekal untuk menjalani kehidupannya yang fana. Sedangkan petunjuk menuju
jalan yang lurus merupakan bekal kehidupannya yang kekal dan abadi. Doa ini juga mengandung
permintaan untuk diberikan keteguhan di atas petunjuk yang telah diraih dan juga mengandung
permintaan untuk mendapatkan tambahan petunjuk. Allah „azza wa jalla berfirman, “Dan orang-
orang yang tetap berjalan di atas petunjuk, maka Allah pun akan menambahkan kepada mereka
petunjuk dan Allah akan memberikan ketakwaan kepada mereka.” (QS. Muhammad : 17). Allah
juga berfirman tentang Ashabul Kahfi, “Sesungguhnya mereka adalah para pemuda yang
beriman kepada Rabb mereka, dan Kami pun menambahkan petunjuk kepada mereka.” (QS. Al
6. Kahfi : 13). Allah juga berfirman, “Dan Allah akan menambahkan petunjuk kepada orang-orang
yang tetap berjalan di atas petunjuk.” (QS. Maryam : 76).
Petunjuk menuju jalan yang lurus itu akan menuntun kepada jalan orang-orang yang diberikan
kenikmatan yaitu para nabi, orang-orang shiddiq, para syuhada‟, dan orang-orang salih. Mereka
itu adalah orang-orang yang memadukan ilmu dengan amal. Maka seorang hamba memohon
kepada Rabbnya untuk melimpahkan hidayah menuju jalan lurus ini yang merupakan sebuah
pemuliaan dari Allah kepada para rasul-Nya dan wali-wali-Nya. Dia memohon agar Allah
menjauhkan dirinya dari jalan musuh-musuh-Nya yaitu orang-orang yang memiliki ilmu akan
tetapi tidak mengamalkannya. Mereka itulah golongan Yahudi yang dimurkai. Demikian juga dia
memohon agar Allah menjauhkan dirinya dari jalan orang-orang yang beribadah kepada Allah di
atas kebodohan dan kesesatan. Mereka itulah golongan Nasrani yang sesat. Hadits yang
menerangkan bahwa orang-orang yang dimurkai itu adalah Yahudi dan orang-orang sesat itu
adalah Nasrani dikeluarkan oleh At Tirmidzi (hadits nomor 2954) dan ahli hadits lainnya, silakan
lihat takhrij hadits ini di buku Silsilah Ash Shahihah karya Al Albani (hadits nomor 3263), di
dalam buku itu disebutkan nama-nama para ulama yang menyatakan keabsahan hadits tersebut.
Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya ketika membahas firman Allah ta‟ala, “Hai orang-orang
yang beriman, sesungguhnya kebanyakan pendeta dan rahib-rahib benar-benar memakan harta
manusia dengan cara yang batil dan memalingkan manusia dari jalan Allah.” (QS. At Taubah :
34) menukilkan ucapan Sufyan bin Uyainah yang mengatakan, “Orang-orang yang rusak di
antara orang berilmu di kalangan kita, padanya terdapat keserupaan dengan Yahudi. Dan orang-
orang yang rusak di antara para ahli ibadah di kalangan kita, padanya terdapat keserupaan
dengan Nasrani.”
Guru kamu Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi mengatakan di dalam kitabnya Adhwa‟ul
Bayan (1/53), “Orang-orang Yahudi dan Nasrani -meskipun sebenarnya mereka sama-sama sesat
dan sama-sama dimurkai- hanya saja kemurkaan itu lebih dikhususkan kepada Yahudi -
meskipun orang Nasrani juga termasuk di dalamnya- dikarenakan mereka telah mengenal
kebenaran namun justru mengingkarinya, dan secara sengaja melakukan kebatilan. Karena itulah
kemurkaan lebih condong dilekatkan kepada mereka. Adapun orang-orang Nasrani adalah orang
yang bodoh dan tidak mengetahui kebenaran, sehingga kesesatan merupakan ciri mereka yang
lebih menonjol. Meskipun begitu Allah menyatakan bahwa „al magdhubi „alaihim‟ adalah kaum
Yahudi melalui firman-Nya ta‟ala tentang mereka, “Maka mereka pun kembali dengan menuai
kemurkaan di atas kemurkaan.” (QS. Al Baqarah : 90). Demikian pula Allah berfirman mengenai
mereka, “Katakanlah; maukah aku kabarkan kepada kalian tentang golongan orang yang
balasannya lebih jelek di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dilaknati Allah dan dimurkai oleh-
Nya.” (QS. Al Ma‟idah : 60). Begitu pula firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang
menjadikan patung sapi itu sebagai sesembahan niscaya akan mendapatkan kemurkaan.” (QS. Al
A‟raaf : 152). Sedangkan golongan „adh dhaalliin‟ telah Allah jelaskan bahwa mereka itu adalah
kaum Nasrani melalui firman-Nya ta‟ala, “Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu suatu
kaum yang telah tersesat, dan mereka pun menyesatkan banyak orang, sungguh mereka telah
tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al Ma‟idah : 77). ”
Dari penjelasan terdahulu maka jelaslah bahwa surat Al Fatihah mengandung lebih daripada
sekedar pembahasan ketiga macam tauhid : tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma‟
7. wa shifat. Sebagian ulama ada juga yang membagi tauhid menjadi dua macam : tauhid fil
ma‟rifah wal itsbat -ia sudah mencakup tauhid rububiyah dan asma‟ wa shifat- dan tauhid fi
thalab wal qashd yang tidak lain adalah tauhid uluhiyah. Maka tidak ada pertentangan antara
pembagian tauhid menjadi dua ataupun tiga. Ibnu Abil „Izz Al Hanafi mengatakan di dalam
Syarh „Aqidah Thahawiyah (hal. 42-43), “Kemudian, tauhid yang diserukan oleh para utusan
Allah dan menjadi muatan kitab-kitab suci yang diturunkan-Nya ada dua macam : tauhid dalam
hal penetapan dan pengenalan (itsbat wal ma‟rifah), dan tauhid dalam hal tuntutan dan keinginan
(fi thalab wal qashd). Adapun tauhid yang pertama adalah penetapan hakikat Rabb ta‟ala, sifat-
sifat-Nya, dan nama-nama-Nya. Tiada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dalam perkara-
perkara itu semua. Hal itu sebagaimana yang diberitakan oleh Allah mengenai dirinya sendiri,
dan juga sebagaimana yang diberitakan oleh Rasul-Nya shallallahu „alaihi wa sallam. Al Qur‟an
telah menjelaskan dengan gamblang mengenai jenis tauhid ini, sebagaimana tercantum di dalam
bagian awal surat Al Hadid, Thaha, bagian akhir surat Al Hasyr, bagian awal surat „Alif lam
mim tanzil‟ (As Sajdah), awal surat Ali „Imran, seluruh ayat dalam surat Al Ikhlas, dan lain
sebagainya. Yang kedua : Tauhid thalab wal qashd, seperti yang terkandung dalam surat Qul ya
ayyuhal kafirun, Qul Ya ahlal kitabi ta‟aalau ila kalimatin sawaa‟in bainana wa bainakum, awal
surat Tanzilul Kitab dan bagian akhirnya, awal surat Yunus, pertengahan, dan bagian akhirnya,
awal surat Al A‟raaf dan bagian akhirnya, dan surat Al An‟aam secara keseluruhan. Mayoritas
surat-surat Al Qur‟an mengandung dua macam tauhid tersebut, bahkan setiap surat dalam Al
Qur‟an demikian halnya; sebab Al Qur‟an itu meliputi pemberitaan tentang Allah, nama-nama-
Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya, inilah yang disebut dengan tauhid ilmi
khabari. Ia juga berisi tentang dakwah yang mengajak untuk beribadah kepada Allah semata dan
tiada sekutu bagi-Nya serta menanggalkan segala bentuk sesembahan selain-Nya, inilah yang
disebut tauhid iradi thalabi. Ia juga berisi tentang perintah dan larangan serta kewajiban untuk
menaati-Nya, ini merupakan hak-hak tauhid dan penyempurna baginya. Ia juga mengandung
berita mengenai pemuliaan yang diberikan bagi orang-orang yang bertauhid, kebaikan yang
Allah limpahkan kepada mereka di dunia dan kemuliaan yang akan mereka terima di akhirat,
maka itu semua merupakan balasan bagi ketauhidannya. Ia juga berisi berita mengenai para
pelaku kesyirikan, siksa yang Allah timpakan kepada mereka sewaktu di dunia dan azab yang
harus mereka rasakan di akhirat, maka itu merupakan balasan bagi orang-orang yang
meninggalkan tauhid. Dengan demikian seluruh bagian dari Al Qur‟an berisi tentang tauhid, hak-
haknya, dan balasannya, serta menjelaskan tentang syirik, pelakunya, dan balasan (hukuman)
yang diberikan kepada mereka. Maka alhamdulillahi Rabbil „alamin adalah tauhid. Ar rahmanir
rahim adalah tauhid. Maliki yaumid din adalah tauhid. Iyyaka na‟budu wa iyyaka nasta‟in adalah
tauhid. Ihdinash shirathal mustaqim adalah tauhid yang mengandung permohonan petunjuk
untuk bisa meniti jalan ahli tauhid yang telah mendapatkan anugerah kenikmatan dari Allah,
bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan juga bukan jalan orang-orang yang sesat; yaitu
orang-orang yang memisahkan diri dari tauhid.”
Dikarenakan keagungan kedudukan surat Al Fatihah ini dan ketercakupannya terhadap
tauhidullah dalam hal rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, dan asma‟ wa shifat-Nya, kandungan
permohonan petunjuk meniti jalan yang lurus, dan dikarenakan kebutuhan setiap muslim
terhadap petunjuk itu jauh berada di atas kebutuhannya terhadap apapun dan lebih mendesak,
maka surat ini pun disyari‟atkan untuk dibaca di setiap raka‟at shalat. Di dalam Sahih Bukhari
(756) dan Muslim (393) dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu‟anhu Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam bersabda, “Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab.” Di
8. dalam Sahih Muslim (878) dari Abu Hurairah radhiyallahu‟anhu dari Nabi shallallahu „alaihi wa
sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa mengerjakan shalat yang tidak membaca Ummul Qur‟an
di dalamnya maka shalatnya pincang -tiga kali- yaitu tidak sempurna.” Maka ditanyakan kepada
Abu Hurairah, “Kalau kami sedang berada di belakang imam, bagaimana?” Beliau menjawab,
“Bacalah untuk diri kalian sendiri, karena sesungguhnya aku mendengar Rasululah shallallahu
„alaihi wa sallam bersabda, “Allah ta‟ala berfirman : „Aku membagi shalat (Al Fatihah) antara
Aku dengan hamba-Ku menjadi dua bagian. Dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dia
minta.‟ Kalau hamba itu membaca, „Alhamdulillahi Rabbil „alamin‟, maka Allah ta‟ala
menjawab, „Hamba-Ku telah memuji-Ku‟. Kalau dia membaca, „Ar Rahmanirrahim‟ maka Allah
ta‟ala menjawab, „Hamba-Ku menyanjung-Ku‟. Kalau ia membaca, „Maliki yaumid din‟ maka
Allah berfirman, „Hamba-Ku mengagungkan Aku‟. Kemudian Allah mengatakan, „Hamba-Ku
telah pasrah kepada-Ku‟. Kalau ia membaca, „Iyyaka na‟budu wa iyyaka nasta‟in‟ maka Allah
menjawab, „Inilah bagian untuk-Ku dan bagian untuk hamba-Ku. Dan hamba-Ku pasti akan
mendapatkan permintaannya.‟. dan kalau dia membaca, „Ihdinash shirathal mustaqim,
shirathalladziina an‟amta „alaihim ghairil maghdhubi „alaihim wa ladh dhaalliin” maka Allah
berfirman, „Inilah hak hamba-Ku dan dia akan mendapatkan apa yang dimintanya.‟.”
Makna dari firman Allah di dalam hadits qudsi ini, “Kalau ia membaca, „Iyyaka na‟budu wa
iyyaka nasta‟in‟ maka Allah menjawab, „Inilah bagian untuk-Ku dan bagian untuk hamba-Ku.
Dan hamba-Ku pasti akan mendapatkan permintaannya.” ialah : kalimat yang pertama yaitu
„Iyyaka na‟budu‟ mencakup ibadah, dan itu merupakan hak Allah. sedangkan kalimat yang
kedua (yaitu wa iyyaka nasta‟in, pen) mengandung permintaan hamba untuk memperoleh
pertolongan dari Allah dan menunjukkan bahwa Allah berkenan memberikan kemuliaan baginya
dengan mengabulkan permintaannya.
Guru kami Muhammad Al Amin Asy Syinqithi mengambil kesimpulan hukum dari surat Al
Fatihah ini untuk menetapkan keabsahan kekhilafahan Abu Bakar Ash Shiddiq
radhiyallahu‟anhu. Beliau mengatakan di dalam kitabnya Adhwa‟ul Bayan (1/51), “Dari ayat
yang mulia ini diambil kesimpulan mengenai keabsahan kepemimpinan Abu Bakar Ash Shiddiq
radhiyallahu‟anhu. Hal itu dikarenakan beliau termasuk golongan orang yang disebut di dalam
As Sab‟ul Matsani dan Al Qur‟an Al „Azhim -yaitu dalam surat Al Fatihah- yang Allah
perintahkan kita untuk meminta petunjuk kepada-Nya agar bisa meniti jalan mereka. Maka hal
itu menunjukkan bahwa jalan mereka adalah jalan yang lurus. Hal itu sebagaimana disinggung
dalam ayat-Nya, “Ihdinash shirathal mustaqim. Shirathalladzina an‟amta „alaihim.” Allah telah
menerangkan siapa saja golongan orang yang diberikan kenikmatan itu, dan di antara mereka
adalah orang-orang shiddiq. Sementara beliau shallallahu „alaihi wa sallam juga telah
menjelaskan bahwa Abu Bakar radhiyallahu‟anhu termasuk kategori orang-orang shiddiq.
Dengan demikian jelaslah bahwa beliau pun termasuk dalam golongan orang-orang yang diberi
kenikmatan oleh Allah itu, itulah isi perintah Allah kepada kita yaitu memohon petunjuk agar
bisa berjalan di atas jalan mereka, sehingga tidak lagi tersisa sedikitpun kesamaran bahwa Abu
Bakar radhiyallahu‟anhu benar-benar berada di atas jalan yang lurus, dan hal itu juga
menunjukkan bahwa kepemimpinan beliau adalah sah.” (Diterjemahkan oleh Ari Wahyudi dari
„Min Kunuz Al Qur‟an‟ karya Syaikh Abdul Mushin Al „Abbad hafizhahullah, hal. 1-6.
Muraja‟ah : Ustadz Aris Munandar, S.S.).