Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan bakteriologis untuk diagnosis kusta. Pemeriksaan ini meliputi pengambilan sediaan kulit (skin smear) yang kemudian diperiksa untuk menentukan jumlah dan morfologi Mycobacterium leprae. Hasil pemeriksaan ini berguna untuk menegakkan diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit, dan mendiagnosis kasus relaps.
Teks tersebut membahas tentang metode hitung bakteri secara kualitatif yaitu metode Most Probable Number (MPN) untuk menghitung jumlah bakteri koliform. Metode ini terdiri dari 3 langkah yaitu uji pendugaan, penguatan, dan lengkap dengan menggunakan medium tertentu dan Tabel Hopkins untuk menentukan indeks MPN.
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Oswar Mungkasa
[Ringkasan]
Buku saku ini berisi panduan bagi petugas kesehatan dan kader masyarakat dalam melakukan verifikasi terhadap deklarasi desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) atau desa bebas BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Panduan ini menjelaskan tentang tahapan verifikasi, kriteria verifikasi untuk masing-masing pilar STBM, dan mekanisme pencabutan status deklarasi jika hasil monitoring menunjukkan masih ada masyar
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan bakteriologis untuk diagnosis kusta. Pemeriksaan ini meliputi pengambilan sediaan kulit (skin smear) yang kemudian diperiksa untuk menentukan jumlah dan morfologi Mycobacterium leprae. Hasil pemeriksaan ini berguna untuk menegakkan diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit, dan mendiagnosis kasus relaps.
Teks tersebut membahas tentang metode hitung bakteri secara kualitatif yaitu metode Most Probable Number (MPN) untuk menghitung jumlah bakteri koliform. Metode ini terdiri dari 3 langkah yaitu uji pendugaan, penguatan, dan lengkap dengan menggunakan medium tertentu dan Tabel Hopkins untuk menentukan indeks MPN.
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Oswar Mungkasa
[Ringkasan]
Buku saku ini berisi panduan bagi petugas kesehatan dan kader masyarakat dalam melakukan verifikasi terhadap deklarasi desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) atau desa bebas BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Panduan ini menjelaskan tentang tahapan verifikasi, kriteria verifikasi untuk masing-masing pilar STBM, dan mekanisme pencabutan status deklarasi jika hasil monitoring menunjukkan masih ada masyar
Dokumen tersebut merangkum prosedur pemeriksaan klinis untuk mendeteksi kusta, meliputi tujuan, jenis, persyaratan, dan sistematika pemeriksaan seperti anamnesa, periksa pandang, tes rasa, palpasi saraf, dan pemeriksaan fungsi saraf untuk menilai sensorik dan motorik.
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta zara larasati
Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis dan klasifikasi penyakit kusta. Diagnosis kusta didasarkan pada penemuan tanda utama seperti bercak kulit yang mati rasa, penebalan saraf disertai gangguan fungsi, dan hasil pemeriksaan BTA positif. Klasifikasi kusta menurut WHO adalah multibacillary jika lebih dari 5 bercak kulit dan gangguan saraf lebih dari 1 serta BTA positif, sedangkan paucibacillary
Reaksi kusta dapat terjadi sebelum, selama, atau sesudah pengobatan karena faktor pencetus seperti kondisi lemah tubuh, kehamilan, stres, atau infeksi lain. Terdapat dua jenis reaksi yaitu Tipe I yang meningkatkan respon seluler dan Tipe II yang meningkatkan respon humoral. Reaksi Tipe I menyebabkan peradangan kulit dan saraf sedangkan Tipe II menyebabkan nodul merah yang dapat menyebar ke organ
1. Reaksi kusta dapat terjadi sebelum, selama, atau sesudah pengobatan karena faktor pencetus seperti kondisi lemah tubuh, infeksi, atau stres.
2. Terdapat dua jenis reaksi yaitu Tipe I yang disebabkan peningkatan respon seluler dan Tipe II yang disebabkan peningkatan respon humoral.
3. Pengobatan reaksi ringan meliputi istirahat dan analgesia, sedangkan reaksi berat diberi obat antirad
Dokumen tersebut membahas tentang rekomendasi pengobatan kusta menurut WHO yang menerapkan terapi multi obat (MDT). MDT terdiri dari kombinasi rifampisin, DDS, dan lampren yang diberikan secara berkala tergantung jenis kusta penderita, baik penderita kusta pausibasiler (PB) atau multibasiler (MB). Dokumen juga menjelaskan tentang dosis obat, efek samping, monitoring, dan evaluasi pengobatan kusta
Dokumen tersebut merangkum tujuan, jenis, persiapan, dan sistematika pemeriksaan klinis untuk menemukan tanda-tanda kardinal penyakit. Pemeriksaan meliputi evaluasi pandangan seluruh tubuh, tes rasa pada bercak, palpasi saraf, dan pemeriksaan fungsi saraf untuk menilai sensorik dan motorik. Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis dan menghargai privasi pasien.
Modul ini memberikan panduan lengkap tentang perawatan diri bagi pasien kusta, termasuk merawat mata, tangan, kaki, dan luka yang mungkin diderita. Beberapa poin utama adalah pentingnya memeriksa secara rutin untuk mencegah luka lebih lanjut, merawat dengan air bersih dan minyak, serta melindungi bagian tubuh yang rentan dari trauma fisik. Juga dibahas tentang indikasi rujukan operasi rekonstruksi
Dokumen tersebut merangkum prosedur pemeriksaan klinis untuk mendeteksi kusta, meliputi tujuan, jenis, persyaratan, dan sistematika pemeriksaan seperti anamnesa, periksa pandang, tes rasa, palpasi saraf, dan pemeriksaan fungsi saraf untuk menilai sensorik dan motorik.
Revisi2 diagnosis dan klasifikasi kusta zara larasati
Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis dan klasifikasi penyakit kusta. Diagnosis kusta didasarkan pada penemuan tanda utama seperti bercak kulit yang mati rasa, penebalan saraf disertai gangguan fungsi, dan hasil pemeriksaan BTA positif. Klasifikasi kusta menurut WHO adalah multibacillary jika lebih dari 5 bercak kulit dan gangguan saraf lebih dari 1 serta BTA positif, sedangkan paucibacillary
Reaksi kusta dapat terjadi sebelum, selama, atau sesudah pengobatan karena faktor pencetus seperti kondisi lemah tubuh, kehamilan, stres, atau infeksi lain. Terdapat dua jenis reaksi yaitu Tipe I yang meningkatkan respon seluler dan Tipe II yang meningkatkan respon humoral. Reaksi Tipe I menyebabkan peradangan kulit dan saraf sedangkan Tipe II menyebabkan nodul merah yang dapat menyebar ke organ
1. Reaksi kusta dapat terjadi sebelum, selama, atau sesudah pengobatan karena faktor pencetus seperti kondisi lemah tubuh, infeksi, atau stres.
2. Terdapat dua jenis reaksi yaitu Tipe I yang disebabkan peningkatan respon seluler dan Tipe II yang disebabkan peningkatan respon humoral.
3. Pengobatan reaksi ringan meliputi istirahat dan analgesia, sedangkan reaksi berat diberi obat antirad
Dokumen tersebut membahas tentang rekomendasi pengobatan kusta menurut WHO yang menerapkan terapi multi obat (MDT). MDT terdiri dari kombinasi rifampisin, DDS, dan lampren yang diberikan secara berkala tergantung jenis kusta penderita, baik penderita kusta pausibasiler (PB) atau multibasiler (MB). Dokumen juga menjelaskan tentang dosis obat, efek samping, monitoring, dan evaluasi pengobatan kusta
Dokumen tersebut merangkum tujuan, jenis, persiapan, dan sistematika pemeriksaan klinis untuk menemukan tanda-tanda kardinal penyakit. Pemeriksaan meliputi evaluasi pandangan seluruh tubuh, tes rasa pada bercak, palpasi saraf, dan pemeriksaan fungsi saraf untuk menilai sensorik dan motorik. Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis dan menghargai privasi pasien.
Modul ini memberikan panduan lengkap tentang perawatan diri bagi pasien kusta, termasuk merawat mata, tangan, kaki, dan luka yang mungkin diderita. Beberapa poin utama adalah pentingnya memeriksa secara rutin untuk mencegah luka lebih lanjut, merawat dengan air bersih dan minyak, serta melindungi bagian tubuh yang rentan dari trauma fisik. Juga dibahas tentang indikasi rujukan operasi rekonstruksi
2. PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS
1
Mulai pengambilan sediaan
yg diperoleh dari irisan
dan kerokan kecil pada
kulit (skin smear)
2
Diberi pewarnaan yang
tahan asam disebut Basil
Tahan Asam (BTA)
3
Melihat Mycobacterium
Leprae
4. Beberapa tahun terakhir ini skin smear
dianjurkan untuk diperiksa
Menurut hasil penelitian, skin smear berguna utk :
mempercepat penegakan diagnosis dan klasifikasi.
7-10 % kasus klasifikasi PB merupakan kasus MB dini.
Diagnosis dan klasifikasi yang meragukan harus dilakukan pem.skin smear.
6. And this is the subtitle that makes it
comprehensible
1. Lokasi pengambilan ;
*Cuping telinga ka / ki
*2-3 bercak yg aktif, (kulit muka dihindari )
*Pada pemeriksaan ulangan dilakukan pada lokasi yg
s sama di + lesi baru
01.
KETENTUAN DALAM PENGAMBILAN SKIN SMEAR
2. Petugas yg mengambil & memeriksa sebaiknya org yg berbeda
7. Wasor Kab./ Prop. yg pernah dilatih ATAU
siapa saja yg sudah pernah dilatih
INGAT
Bahwa prosedur pengambilan s.s merupakan
tindakan invasif,…… sebelumnya cuci tangan, pakai
sarung tangan, gunakan peralatan yang sdh
disterilkan dan menggunakan mata pisau baru
untuk setiap pasien.
Siapa yg melakukan
pemeriksaan skin smear?
25. Indeks Morfologi
(Prosentase BTA yg solid terhadap semua BTA)
Cara menghitung IB dan IM
Lokasi Kepadatan Solid Frag./Gran.
1. Cuping Ki 5 + 6 94
2. Cuping Ka 3 + 5 95
3. Paha Ki 4 + 4 96
4. Bokong Ka 2 + 5 95
Jumlah 14 + 20 380
26. 14 +
I B = ------------- = 3,5 +
4
20
I M = -------------- x 100 % = 5 %
20 + 380
Bagi petugas yg belum mampu cukup menulis negatif atau positif.