SlideShare a Scribd company logo
System, System’s environment, and Understanding
Belajar membedakan (to make distinction, distinguish) dan tetap
menyatukan kebedaan (différance), sehingga tidak menghasilkan
pemisahan (separation). Terutama ketika membaca “sistem-
sistem sosial” (social systems).
Didi Sugandi, 8 April 2023
System System’s environment
Understanding
différance adalah istilah bahasa Perancis diciptakan oleh Jacques Derrida. Ini adalah konsep sentral dalam
dekonstruksi Derrida, sebuah pandangan kritis yang berkaitan dengan hubungan antara teks dan makna.
Istilah différance berarti "perbedaan dan penangguhan makna" ("difference and deferral of meaning“)
 Sang penyair menggambarkan bahwa 人間
atau NIN-GEN bisa diterjemahkan sebagai
‘insan’ (= human being) terdiri dari NIN atau 人
yang berarti ‘manusia’ dan GEN-MA atau 間
yang berarti ‘ruang dan waktu di antara’.
 Simbol 間 dihasilkan dari kesatuan dari sesuatu
buatan manusia (‘gerbang’) dengan sesuatu
yang alami (‘matahari’) -- ini tidak memiliki
padanan kata dalam bahasa Inggris.
 人間 mewujudkan gagasan bahwa
ruangwaktu (spacetime)—di antara manusia
satu dengan manusia lainnya—
mendefinisikan insan otonom, dengan
membedakannya dari dan tetap
menghubungkannya dengan ‘yang lain’ (liyan).
“human being” by Shutaro Mukai in Concrete Poem
https://turtlell.tumblr.com/post/189077971873/human-
being-by-shutaro-mukai
Kedudukan sistem-sistem sosial (social systems) di antara sistem-sistem lain
menurut pembacaan/penglihatan Niklas Luhmann (1927-1998)
Luhmann, Niklas 1984. Social Systems. Stanford: Stanford University Press.
https://rauterberg.employee.id.tue.nl/lecturenotes/DDM110%20CAS/Luhmann-1984%20Social_Systems.pdf
 Social Systems Theory (SST) emphasizes the distinction between system and its
environment or inside/outside (rather than part/whole)
• Social System Theory (SST) menekankan pembedaan antara sistem dan lingkungannya
atau di dalam dan di luar (alih-alih bagian-bagian (parts)/keseluruhan (whole))
 Social Systems consist of communications between people; Social Systems consist not of
the people themselves!
• Sistem Sosial tertumbuhkan oleh—”terdirikan oleh”—komunikasi antar manusia;
• Sistem sosial tidak/bukan terdiri dari orang-orang itu sendiri
 People (their minds and bodies) are outside social systems, they are not parts of society, but
parts of society’s environment!
• Manusia (pikiran dan tubuhnya) berada di luar sistem sosial, mereka bukan bagian dari
masyarakat, tetapi bagian dari lingkungan masyarakat!
 Humans cannot communicate: only communications can communicate!
• Manusia tidak dapat berkomunikasi: hanya komunikasi yang dapat berkomunikasi!
Niklas Luhmann’s Social Systems Theory (SST) -- main points :
Paparan Heinz von Foerster membantu menjelaskan pernyataan Niklas Luhmann:
“Humans cannot communicate: only communications can communicate!”
Dalam karya tulis Heinz von Foerster berjudul “Notes on an epistemology for living things”
1972, ia menjelaskan—penomorannya sesuai urutan “notes” yang ia paparkan--sbb.:
8. A formalism necessary and sufficient for a theory of communication must not contain
primary symbols representing “communicabilia” (e.g., symbols, words, messages, etc.).
8.1. This is so, for if a “theory” of communication were to contain primary
communicabilia, it would not be a theory but a technology of communication, taking
communication for granted.
8.2. The nervous activity of one organism cannot be shared by another organism.
8.21. This suggests that indeed nothing is (can be) “communicated”.
NB: ‘formalism’ identik dengan ‘pengabstrakkan konseptual’, conceptual abstraction bagi
terbentuknya teori
Hanya jika atau ketika semua pihak menyadari/mengerti bahwasanya selalu—niscaya—ada
perbedaan (difference) di antara pengucapan (pengutaraan kata-kata, utterance) dan
informasi(-nya)—yaitu ‘inti’, ‘esensi’, atau ‘makna’ yang dicoba disampaikan menggunakan
pengucapan itu—maka suatu komunikasi akan bisa/mungkin terjadi (occurs); Niklas Luhmann
dalam What is communication?, 1992 menulis:
"communication occurs only when a difference of utterance and [its] information is
understood”
“komunikasi terjadi hanya ketika perbedaan antara pengutaraan dan informasi[nya]
dipahami”
Dalam pengertian seperti ini Luhmann membalikkan cara—bagaimana—komunikasi
dikonseptualisasikan (conceptualized). Alih-alih mendekati komunikasi dari 'makna yang
dimaksudkan’ (intended meaning) sebagaimana biasanya terjadi karena disengaja—
algorithmically—diatur (diprogramkan) seperti dalam ”komunikasi antar mesin”, Luhmann
menekankan pada ‘makna yang dipahami’ (understood meaning) yang selalu menjadi
karakteristik komunikasi antar manusia; Komunikasi yang dimaksud oleh Luhmann ini khas,—
sui generis—unik, di dalam sistem sosial, bahkan bagi Luhmann sistem sosial ADALAH
komunikasi; Social systems IS communications.
Istilah kontingensi ganda—double contingency—mengacu pada fakta bahwa ketika
seseorang berkomunikasi, ia selalu harus memperhitungkan cara/bagaimana komunikasi itu
akan diterima; Selain kontingensi (contingency)—yakni “keadaan yang masih diliputi
ketidakpastian dan berada di luar jangkauan”—yang satu ini :
"communication occurs only when a difference of utterance and [its] information is
understood” (“komunikasi terjadi hanya ketika perbedaan antara pengutaraan dan
informasi[nya] dipahami”)
Juga,—di dalam komunikasi antara manusia—yang membedakannya dengan dengan apa
yang terjadi dalam komunikasi antar mesin (between computers)—adalah fakta bahwasanya:
“it is the hearer, not the speaker, determines the meaning of an utterance.” (“Yang
menentukan makna suatu pengucapan adalah yang mendengar [‘receiver’], bukan yang
mengucapkannya [‘sender’]”)
Luhmann menganggap kontingensi ganda sebagai hal positif: sebagai pertanyaan
(question)—bukan masalah (problem)—yang justru memotivasi pembentukan sistem sosial.
Double contingency
Marking (penandaan) untuk “distinction”/”indication”
(dari George Spencer-Brown dalam bukunya ”Laws of Form”)
• Ketika membicarakan/mengungkapkan/menyatakan sesuatu hal, kita
mengedepankan “yang kita bicarakan” dan membelakangkan yang lebih
dari—atau di luar—hal tersebut (“the environment”)
• Yang dibicarakan (‘ini’) ada—diposisikan—di ‘latar depan’ (foreground)
• Yang lainnya (‘itu’) ada—diposisikan—di ‘latar belakang’ (background)
distinction
“ini” (this-side) “itu” (that-side)
“Communication as synthesis of three different selections, namely selection of information,
selection of the utterance of this information and a selective understanding or misunderstanding
of this utterance and its information”
In this sense Luhmann reverses the way in which communications are conceptualised. Instead of
approaching communication from an ‘intended meaning’ of the communication, he puts the emphasis on
the understood meaning. He writes: ‘Communication is made possible, so to speak, from behind, contrary to
the temporal course of the process’ (Luhmann, 1995a: 143).
Understanding is conceptualised
as the distinction between
information and utterance: for
a communication to be
understood the information has
to be distinguished from the
utterance.
Niklas Luhmann defined
information as a selection from
a repertoire of possibilities.
Every communication selects
what is being communicated
from everything that could
have been communicated.
With utterance Niklas Luhmann referred to the form of and reason for a
communication: how and why something has been said. One can say that the utterance
is the selection of a particular form and reason from all possible forms and reasons.
Seidl & Becker: Organizations as Distinction Generating and Processing Systems: Niklas Luhmann’s Contribution to
Organization Studies
(Luhmann, Niklas 1992, What is communication?)
Knowledge
Let a state distinguished by the distinction be marked with a mark:
of distinction.
Let the state be known by the mark.
Call the state the marked state.
(Judul “Knowledge” ini dinyatakan oleh George Spencer-Brown dalam Laws of Form hal. 4)
• We will not, […] call the concept (or model) of a system a system because we don't want
to call the concept (or model) of an organism, machine, or society an organism, machine,
or society, either. In other words, even in the highest registers of theoretical abstraction we
don't allow ourselves to apply to the means of knowledge (concepts, models, etc.) the
terminology of objects (Luhmann, Social Systems, p.3)
• This kind of (theoretically directed) conceptual abstraction should be carefully distinguished
from the (structurally directed) self-abstraction of the object. Conceptual abstraction
makes comparisons possible. Self-abstraction enables the reapplication of the same
structures within the object itself. One must keep the two strictly separate. Then, and only
then, can one tell if there is any overlap.(Luhmann, Social Systems, p.3)
• Conceptual abstraction ≈ Theory, concept, model, etc; Teori atau konsep adalah cara-cara
untuk memudahkan (memfasilitasi) pembandingan-pembandingan (the facilitation of
comparisons).
• Self-abstraction ≈ Method, means, ways etc; Method "have no goal other than producing
decisions between true and untrue" (Niklas Luhmann) - ia terdiri dari "operative steps with
the goal to indicate communications as true or untrue“ (‘It’s OK to be wrong but don’t lie’)
Why Theory? Why Method? (Niklas Luhmann)
 Conceptual abstraction ≈ Theory, concept, model, idea etc.
• Teori atau konsep adalah cara-cara untuk memudahkan (memfasilitasi)
pembandingan-pembandingan (the facilitation of comparisons).
• Membandingkan teori dengan teori-teori yang lainnya, karena, tidak ada teori yang paling
benar tetapi beberapa teori lebih berguna—useful— dibanding dengan teori yang lainnya.
 Self-abstraction ≈ Method, means, ways etc.
• Method “have no goal other than producing decisions between true and untrue”
- ia terdiri dari “operative steps with the goal to indicate communications as true
or untrue”
• (My Note: itulah sebabnya maka di dalam komunikasi “It’s OK to be wrong but don’t lie”)
the form of and the reason for — (verb-ing the nouns)
Ketika membicarakan form (wujud), yakni ‘apa’ (what), kita seharusnya juga bernalar
dan berbicara tentang ‘bagaimana’ (how) form (wujud) itu menjadi (becoming,
mewujud), tidak hanya semata-mata membicarakan apa (what) wujud itu saja.
Dengan mengamati perihal bagaimana-nya (the how), maka dengan sendirinya hal itu
akan juga terhubung dengan—yakni membuat kita bisa bernalar dan berbicara
tentang—alasan-alasan (reasons) ‘kenapa’ (why) ‘apa’ (yakni form) mewujud.
‘kenapa’ (why) adalah sesuatu yang berada di antara ‘apa’ (what) dan ‘bagaimana’
(how); kenapa (why) adalah relasi di antara relasi antara apa dengan bagaimana—a
relation between relation between what and how
Dengan pembacaan (reading) dan penalaran (reasoning) seperti di atas, kita akan
melihat bahwa idea, teori, konsep, definisi, istilah, pemerian (deskripsi), penjelasan
(explanation) dll—semua itu adalah form–adalah sesuatu yang bertumbuh. Wujud
(form) memang adalah sesuatu—hal—yang tumbuh, ber-ubah terus-menerus, ber-
metamorfosa; Wujud selalu maujud (becoming), “menjadi sesuatu yang lain dari yang
sebelumnya", dari dirinya sendiri ia dilahirkan kembali terus-menerus (“autopoiesis”).
Ex me ipsa renata sum  dari diriku sendiri aku dilahirkan kembali
apa bagaimana
kenapa
Apa (What)  berubah Bagaimana (How)  berubah
Kenapa (Why)  berubah
The process(es) leading to “It”
“It”
‘Kenapa’ (Why) adalah sesuatu yang berada di antara
‘Apa’ (What) dan ‘Bagaimana’ (How)
‘Kenapa’ (Why) adalah link (baca: relasi) yang
menghubungkan ‘Apa’ (What) dengan ‘Bagaimana’ (How)
Segala sesuatunya berubah terus-menerus, Nothing ‘is’, all is ‘in flux’
KENAPA – ‘thirdness’ – ‘utama’ – understanding (knowing why)
BAGAIMANA – ‘secondness’ – ‘madya’ – knowing how
APA – ‘firstness’ – ‘nista’ – knowing what
Pertigaan (trivium) ‘Pertanyaan’ (‘Question’)
Untuk bisa menjelaskan “Kenapa” (Why) dari sesuatu hal (What), kita harus berjalan dari
“Apa” (What) melalui pedalaman ”Bagaimana” (How) —agar bisa menjelaskan atau
setidaknya melihat—bagaimana sesuatu itu (“Apa”) menjadi hal itu (dirinya sendiri)
Kata ‘trivium’ berasal dari Medieval Latin, from Latin, meeting of three ways, crossroads
Segitiga ke-esā-an ‘Pertanyaan’ (wholeness of ‘Question’)
(“bagaikan hubungan di antara cahaya dengan bayangannya”)
Apa
(What)
Bagaimana (How)
cahaya
apa bagaimana
kenapa
kenapa (why) adalah relasi di antara relasi
antara apa (what) dan bagaimana (how)
Arti ‘eṣā’ dalam bahasa Sanskrit—antara lain—”all of this" (semuanya ini) atau "all these" (semua ini) https://sanskritdictionary.org/esa
Panjangnya ‘bagaimana’ bergantung pada
panjangnya ‘kenapa’ dan bergantung pada
kedudukan cahaya (‘matahari’ misalnya)
Jika ‘Apa’-nya (the What) adalah ‘gagas’ (‘ideas’), ‘konsep’, atau ‘teori’ (suatu ‘mental
object’), misalkan : “community-based information network” -- sekedar contoh
Ketika membicarakan form
(wujud), yakni ‘apa’ (what), kita
seharusnya juga bernalar dan
berbicara tentang ‘bagaimana’
(how) form (wujud) itu menjadi
(becoming, mewujud), tidak hanya
semata-mata membicarakan ‘apa’
(what) wujud itu saja.
Dengan mengamati perihal
bagaimana-nya (the how), maka
dengan sendirinya hal itu akan
juga terhubung dengan—yakni
membuat kita bisa bernalar dan
berbicara tentang—alasan-alasan
(reasons) ‘kenapa’ (why) ‘apa’
(yakni form) mewujud.
(𝑤ℎ𝑎𝑡)2 + (ℎ𝑜𝑤)2 = (𝑤ℎ𝑦)2
The length of the explanation of the 'how' depends on the length of the
explanation of the 'why' and depends on the position of the source of the light.
System System’s environment
understanding
Unit of communication
information utterance
understanding
Unit of communication
teori metode
understanding
Unit of communication
form form’s environment
understanding
Unit of communication
myself observing myself
“I am”
Heinz von Foerster (1911 – 2002) :
"I am the observed relation between myself and observing myself."
form form’s environment
understanding
form berubah form’s environment juga berubah
Dalam sistem kehidupan sosial, dalam sistem yang lahir dan tumbuh dari dalam dirinya sendiri—disebut
“autopoietic system”: link(s) adalah relationship(s)  juga bertumbuh/berkembang
understanding juga berubah
The concept of information associated with an utterance (von Foerster in Notes on an
epistemology for living things) :
It is now possible to develop an exact definition for the concept of “information” associated
with an utterance. “Information” is a relative concept that assumes meaning only when
related to the cognitive structure of the observer of this utterance (the “recipient”).
Teori Metode
Understanding
conceptual abstraction
(theoretically directed)
self-abstraction
(structurally directed)
(theoretically directed) conceptual abstraction + (structurally directed) self-abstraction of the object
Conceptual abstraction makes comparisons possible.
 menumbuhkan teori
Self-abstraction enables the reapplication of the same structures within the object itself.
 menumbuhkan metode
“teori DAN metode” yang perlu menyatu, tentunya
Conceptual abstraction ≈ Theory, concept, model, etc; Teori atau konsep adalah cara-cara untuk
memudahkan (memfasilitasi) pembandingan-pembandingan (the facilitation of comparisons).
Self-abstraction ≈ Method, means, ways etc; Method "have no goal other than producing decisions between
true and untrue" - terdiri dari "operative steps with the goal to indicate communications as true or untrue“
“There is nothing so practical as a good theory” -- “Tidak ada yang lebih praktis selain teori yang bagus”
Marked state Unmarked state
distinction ≈ understanding ≈ “the saying of it”
“When I'm outside the saying of it, I get very quiet and rarely speak at all”
“Bisakah kita berada di dalam,—menyatu dengan—kata-kata yang kita ucapkan?”
• Foerster, H. von For Niklas Luhmann: How Recursive is Communication?
https://www.pdfdrive.com/for-niklas-luhmann-how-recursive-is-communication-
e22450458.html
• Foerster, H. von (1972). Notes on an epistemology for living things.
https://sites.evergreen.edu/arunchandra/wp-
content/uploads/sites/395/2018/05/epistemology.pdf
• Louis H Kaufmann, Virtual Logic,
http://homepages.math.uic.edu/~kauffman/VirtualLogic.pdf
• Luhmann, Niklas 1984. Social Systems. Stanford: Stanford University Press.
https://rauterberg.employee.id.tue.nl/lecturenotes/DDM110%20CAS/Luhmann-
1984%20Social_Systems.pdf
• Luhmann, Niklas 1992. What is communication?
https://www.unisalento.it/documents/20152/2157613/LUHMANN-What-is-
Communication.pdf/be0b724f-c4ad-0e5c-6398-
4e442bc85cd1?version=1.0&download=true
• Roth, Steffen, et.al., Approaching management and organization paradoxes
paradoxically: The case for the tetralemma as an expansive encasement strategy.
https://www.researchgate.net/publication/357025811_Approaching_management_an
d_organization_paradoxes_paradoxically_The_case_for_the_tetralemma_as_an_exp
ansive_encasement_strategy
• Roth, Steffen. Truth Tables, True Distinctions. Paradoxes of the Source Code of
Science, 2023, https://link.springer.com/article/10.1007/s11213-023-09640-4
• Seidl D. & Becker K. H., Organizations as Distinction Generating and Processing
Systems: Niklas Luhmann’s Contribution to Organization Studies
https://www.researchgate.net/publication/258174061_Organizations_as_Distinction_
Generating_and_Processing_Systems_Niklas_Luhmann's_Contribution_to_Organizati
on_Studies
• Spencer-Brown, G., Laws of Form, 1972, https://www.pdfdrive.com/laws-of-form-
d158637683.html
• Vanderstraeten,R. Parsons, Luhmann and the Theorem of Double Contingency,2002
Consulted: 21 October 2010 http://jcs.sagepub.com/content/2/1/77.full.pdf+html
TERIMAKASIH,
wahai
人間


More Related Content

Similar to System, System’s environment, and Understanding.pptx

Tugas teori komunikasi
Tugas teori komunikasiTugas teori komunikasi
Tugas teori komunikasiJhosua Korwa
 
Teori Komunikasi
Teori KomunikasiTeori Komunikasi
Teori Komunikasi
Finnland
 
Kapita selekta
Kapita selektaKapita selekta
Kapita selekta
Arib Anang Ma'ruf
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Kaer Bikers
 
Metafisika Komunikasi
Metafisika KomunikasiMetafisika Komunikasi
Metafisika Komunikasi
Arya Dillah
 
Ilmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumber
Ilmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumberIlmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumber
Ilmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumber
STAIN Datokarama Palu
 
SOSIOLOGI KOMUNIKASI MUHAMMADWAHIB SUHAIL 44222010223.pdf
SOSIOLOGI KOMUNIKASI MUHAMMADWAHIB SUHAIL 44222010223.pdfSOSIOLOGI KOMUNIKASI MUHAMMADWAHIB SUHAIL 44222010223.pdf
SOSIOLOGI KOMUNIKASI MUHAMMADWAHIB SUHAIL 44222010223.pdf
Wahibb
 
MUHAMMAD WAHIB SUHAIL (44222010223)
MUHAMMAD WAHIB SUHAIL (44222010223)MUHAMMAD WAHIB SUHAIL (44222010223)
MUHAMMAD WAHIB SUHAIL (44222010223)
Wahibb
 
Psikologi komunikasi kang jalal
Psikologi komunikasi kang jalalPsikologi komunikasi kang jalal
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianKomunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
LSP3I
 
Hakikat komunikasi dan ontologi komunikasi
Hakikat komunikasi dan ontologi komunikasiHakikat komunikasi dan ontologi komunikasi
Hakikat komunikasi dan ontologi komunikasimawan fadlli
 
Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi Antar PribadiKomunikasi Antar Pribadi
Komunikasi Antar Pribadi
QulubSidiq
 
Jurnal KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN PERTEMANAN
Jurnal KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN     PERTEMANAN     Jurnal KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN     PERTEMANAN
Jurnal KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN PERTEMANAN
QulubSidiq
 
KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN PERTEMANAN
KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN PERTEMANAN        KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN PERTEMANAN
KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN PERTEMANAN
ArrafiShafaat
 
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianKomunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
LSP3I
 
Coordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning TheoryCoordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning Theorymankoma2013
 
ilmu komunikasi
ilmu komunikasiilmu komunikasi
ilmu komunikasi
Hartono Ikawy
 
Pengertian Komunikasi
Pengertian KomunikasiPengertian Komunikasi
Pengertian Komunikasi
guest81e510
 
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasiHakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
mawan fadlli
 
ANOTASI
ANOTASIANOTASI

Similar to System, System’s environment, and Understanding.pptx (20)

Tugas teori komunikasi
Tugas teori komunikasiTugas teori komunikasi
Tugas teori komunikasi
 
Teori Komunikasi
Teori KomunikasiTeori Komunikasi
Teori Komunikasi
 
Kapita selekta
Kapita selektaKapita selekta
Kapita selekta
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
 
Metafisika Komunikasi
Metafisika KomunikasiMetafisika Komunikasi
Metafisika Komunikasi
 
Ilmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumber
Ilmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumberIlmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumber
Ilmu komunikasi (Bahan Ajar) dirangkum dari berbagai sumber
 
SOSIOLOGI KOMUNIKASI MUHAMMADWAHIB SUHAIL 44222010223.pdf
SOSIOLOGI KOMUNIKASI MUHAMMADWAHIB SUHAIL 44222010223.pdfSOSIOLOGI KOMUNIKASI MUHAMMADWAHIB SUHAIL 44222010223.pdf
SOSIOLOGI KOMUNIKASI MUHAMMADWAHIB SUHAIL 44222010223.pdf
 
MUHAMMAD WAHIB SUHAIL (44222010223)
MUHAMMAD WAHIB SUHAIL (44222010223)MUHAMMAD WAHIB SUHAIL (44222010223)
MUHAMMAD WAHIB SUHAIL (44222010223)
 
Psikologi komunikasi kang jalal
Psikologi komunikasi kang jalalPsikologi komunikasi kang jalal
Psikologi komunikasi kang jalal
 
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianKomunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
 
Hakikat komunikasi dan ontologi komunikasi
Hakikat komunikasi dan ontologi komunikasiHakikat komunikasi dan ontologi komunikasi
Hakikat komunikasi dan ontologi komunikasi
 
Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi Antar PribadiKomunikasi Antar Pribadi
Komunikasi Antar Pribadi
 
Jurnal KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN PERTEMANAN
Jurnal KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN     PERTEMANAN     Jurnal KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN     PERTEMANAN
Jurnal KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN PERTEMANAN
 
KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN PERTEMANAN
KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN PERTEMANAN        KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN PERTEMANAN
KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA HUBUNGAN PERTEMANAN
 
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianKomunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
 
Coordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning TheoryCoordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning Theory
 
ilmu komunikasi
ilmu komunikasiilmu komunikasi
ilmu komunikasi
 
Pengertian Komunikasi
Pengertian KomunikasiPengertian Komunikasi
Pengertian Komunikasi
 
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasiHakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
 
ANOTASI
ANOTASIANOTASI
ANOTASI
 

More from Didi Sugandi

Fayakun, maka kun.pptx
Fayakun, maka kun.pptxFayakun, maka kun.pptx
Fayakun, maka kun.pptx
Didi Sugandi
 
When you're a hammer, every problem looks like a nail
When you're a hammer, every problem looks like a nailWhen you're a hammer, every problem looks like a nail
When you're a hammer, every problem looks like a nail
Didi Sugandi
 
Epistemics, epistemology and gnosis
Epistemics, epistemology and gnosisEpistemics, epistemology and gnosis
Epistemics, epistemology and gnosis
Didi Sugandi
 
Relasi implikatif - KARENA, JADI
Relasi implikatif - KARENA, JADIRelasi implikatif - KARENA, JADI
Relasi implikatif - KARENA, JADI
Didi Sugandi
 
Mengenali diri sendiri kognisi (cognition) sebagai 'science of the experience...
Mengenali diri sendiri kognisi (cognition) sebagai 'science of the experience...Mengenali diri sendiri kognisi (cognition) sebagai 'science of the experience...
Mengenali diri sendiri kognisi (cognition) sebagai 'science of the experience...
Didi Sugandi
 
Relationship, economy and business
Relationship, economy and businessRelationship, economy and business
Relationship, economy and business
Didi Sugandi
 
Mapping thought in motion
Mapping thought in motionMapping thought in motion
Mapping thought in motion
Didi Sugandi
 
Mengurus Solusi dan mengurus Masalah
Mengurus Solusi dan mengurus MasalahMengurus Solusi dan mengurus Masalah
Mengurus Solusi dan mengurus Masalah
Didi Sugandi
 
No propositions, please
No propositions, pleaseNo propositions, please
No propositions, please
Didi Sugandi
 
Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'
Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'
Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'
Didi Sugandi
 
Makna, Arti, Nilai, Harga
Makna, Arti, Nilai, HargaMakna, Arti, Nilai, Harga
Makna, Arti, Nilai, Harga
Didi Sugandi
 
Sistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.ppt
Sistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.pptSistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.ppt
Sistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.ppt
Didi Sugandi
 
Pengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ict
Pengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ictPengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ict
Pengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ict
Didi Sugandi
 
Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...
Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...
Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...
Didi Sugandi
 
Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)
Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)
Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)
Didi Sugandi
 
Setelah Makna, barulah Arti
Setelah Makna, barulah ArtiSetelah Makna, barulah Arti
Setelah Makna, barulah Arti
Didi Sugandi
 
Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...
Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...
Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...
Didi Sugandi
 
Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...
Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...
Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...
Didi Sugandi
 
Mental model: naming the name v0.3
Mental model: naming the name v0.3Mental model: naming the name v0.3
Mental model: naming the name v0.3
Didi Sugandi
 
Mental model: naming name v0.2
Mental model: naming name v0.2Mental model: naming name v0.2
Mental model: naming name v0.2
Didi Sugandi
 

More from Didi Sugandi (20)

Fayakun, maka kun.pptx
Fayakun, maka kun.pptxFayakun, maka kun.pptx
Fayakun, maka kun.pptx
 
When you're a hammer, every problem looks like a nail
When you're a hammer, every problem looks like a nailWhen you're a hammer, every problem looks like a nail
When you're a hammer, every problem looks like a nail
 
Epistemics, epistemology and gnosis
Epistemics, epistemology and gnosisEpistemics, epistemology and gnosis
Epistemics, epistemology and gnosis
 
Relasi implikatif - KARENA, JADI
Relasi implikatif - KARENA, JADIRelasi implikatif - KARENA, JADI
Relasi implikatif - KARENA, JADI
 
Mengenali diri sendiri kognisi (cognition) sebagai 'science of the experience...
Mengenali diri sendiri kognisi (cognition) sebagai 'science of the experience...Mengenali diri sendiri kognisi (cognition) sebagai 'science of the experience...
Mengenali diri sendiri kognisi (cognition) sebagai 'science of the experience...
 
Relationship, economy and business
Relationship, economy and businessRelationship, economy and business
Relationship, economy and business
 
Mapping thought in motion
Mapping thought in motionMapping thought in motion
Mapping thought in motion
 
Mengurus Solusi dan mengurus Masalah
Mengurus Solusi dan mengurus MasalahMengurus Solusi dan mengurus Masalah
Mengurus Solusi dan mengurus Masalah
 
No propositions, please
No propositions, pleaseNo propositions, please
No propositions, please
 
Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'
Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'
Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'
 
Makna, Arti, Nilai, Harga
Makna, Arti, Nilai, HargaMakna, Arti, Nilai, Harga
Makna, Arti, Nilai, Harga
 
Sistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.ppt
Sistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.pptSistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.ppt
Sistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.ppt
 
Pengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ict
Pengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ictPengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ict
Pengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ict
 
Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...
Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...
Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...
 
Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)
Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)
Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)
 
Setelah Makna, barulah Arti
Setelah Makna, barulah ArtiSetelah Makna, barulah Arti
Setelah Makna, barulah Arti
 
Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...
Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...
Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...
 
Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...
Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...
Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...
 
Mental model: naming the name v0.3
Mental model: naming the name v0.3Mental model: naming the name v0.3
Mental model: naming the name v0.3
 
Mental model: naming name v0.2
Mental model: naming name v0.2Mental model: naming name v0.2
Mental model: naming name v0.2
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 

System, System’s environment, and Understanding.pptx

  • 1. System, System’s environment, and Understanding Belajar membedakan (to make distinction, distinguish) dan tetap menyatukan kebedaan (différance), sehingga tidak menghasilkan pemisahan (separation). Terutama ketika membaca “sistem- sistem sosial” (social systems). Didi Sugandi, 8 April 2023 System System’s environment Understanding différance adalah istilah bahasa Perancis diciptakan oleh Jacques Derrida. Ini adalah konsep sentral dalam dekonstruksi Derrida, sebuah pandangan kritis yang berkaitan dengan hubungan antara teks dan makna. Istilah différance berarti "perbedaan dan penangguhan makna" ("difference and deferral of meaning“)
  • 2.  Sang penyair menggambarkan bahwa 人間 atau NIN-GEN bisa diterjemahkan sebagai ‘insan’ (= human being) terdiri dari NIN atau 人 yang berarti ‘manusia’ dan GEN-MA atau 間 yang berarti ‘ruang dan waktu di antara’.  Simbol 間 dihasilkan dari kesatuan dari sesuatu buatan manusia (‘gerbang’) dengan sesuatu yang alami (‘matahari’) -- ini tidak memiliki padanan kata dalam bahasa Inggris.  人間 mewujudkan gagasan bahwa ruangwaktu (spacetime)—di antara manusia satu dengan manusia lainnya— mendefinisikan insan otonom, dengan membedakannya dari dan tetap menghubungkannya dengan ‘yang lain’ (liyan). “human being” by Shutaro Mukai in Concrete Poem https://turtlell.tumblr.com/post/189077971873/human- being-by-shutaro-mukai
  • 3. Kedudukan sistem-sistem sosial (social systems) di antara sistem-sistem lain menurut pembacaan/penglihatan Niklas Luhmann (1927-1998) Luhmann, Niklas 1984. Social Systems. Stanford: Stanford University Press. https://rauterberg.employee.id.tue.nl/lecturenotes/DDM110%20CAS/Luhmann-1984%20Social_Systems.pdf
  • 4.  Social Systems Theory (SST) emphasizes the distinction between system and its environment or inside/outside (rather than part/whole) • Social System Theory (SST) menekankan pembedaan antara sistem dan lingkungannya atau di dalam dan di luar (alih-alih bagian-bagian (parts)/keseluruhan (whole))  Social Systems consist of communications between people; Social Systems consist not of the people themselves! • Sistem Sosial tertumbuhkan oleh—”terdirikan oleh”—komunikasi antar manusia; • Sistem sosial tidak/bukan terdiri dari orang-orang itu sendiri  People (their minds and bodies) are outside social systems, they are not parts of society, but parts of society’s environment! • Manusia (pikiran dan tubuhnya) berada di luar sistem sosial, mereka bukan bagian dari masyarakat, tetapi bagian dari lingkungan masyarakat!  Humans cannot communicate: only communications can communicate! • Manusia tidak dapat berkomunikasi: hanya komunikasi yang dapat berkomunikasi! Niklas Luhmann’s Social Systems Theory (SST) -- main points :
  • 5. Paparan Heinz von Foerster membantu menjelaskan pernyataan Niklas Luhmann: “Humans cannot communicate: only communications can communicate!” Dalam karya tulis Heinz von Foerster berjudul “Notes on an epistemology for living things” 1972, ia menjelaskan—penomorannya sesuai urutan “notes” yang ia paparkan--sbb.: 8. A formalism necessary and sufficient for a theory of communication must not contain primary symbols representing “communicabilia” (e.g., symbols, words, messages, etc.). 8.1. This is so, for if a “theory” of communication were to contain primary communicabilia, it would not be a theory but a technology of communication, taking communication for granted. 8.2. The nervous activity of one organism cannot be shared by another organism. 8.21. This suggests that indeed nothing is (can be) “communicated”. NB: ‘formalism’ identik dengan ‘pengabstrakkan konseptual’, conceptual abstraction bagi terbentuknya teori
  • 6. Hanya jika atau ketika semua pihak menyadari/mengerti bahwasanya selalu—niscaya—ada perbedaan (difference) di antara pengucapan (pengutaraan kata-kata, utterance) dan informasi(-nya)—yaitu ‘inti’, ‘esensi’, atau ‘makna’ yang dicoba disampaikan menggunakan pengucapan itu—maka suatu komunikasi akan bisa/mungkin terjadi (occurs); Niklas Luhmann dalam What is communication?, 1992 menulis: "communication occurs only when a difference of utterance and [its] information is understood” “komunikasi terjadi hanya ketika perbedaan antara pengutaraan dan informasi[nya] dipahami” Dalam pengertian seperti ini Luhmann membalikkan cara—bagaimana—komunikasi dikonseptualisasikan (conceptualized). Alih-alih mendekati komunikasi dari 'makna yang dimaksudkan’ (intended meaning) sebagaimana biasanya terjadi karena disengaja— algorithmically—diatur (diprogramkan) seperti dalam ”komunikasi antar mesin”, Luhmann menekankan pada ‘makna yang dipahami’ (understood meaning) yang selalu menjadi karakteristik komunikasi antar manusia; Komunikasi yang dimaksud oleh Luhmann ini khas,— sui generis—unik, di dalam sistem sosial, bahkan bagi Luhmann sistem sosial ADALAH komunikasi; Social systems IS communications.
  • 7. Istilah kontingensi ganda—double contingency—mengacu pada fakta bahwa ketika seseorang berkomunikasi, ia selalu harus memperhitungkan cara/bagaimana komunikasi itu akan diterima; Selain kontingensi (contingency)—yakni “keadaan yang masih diliputi ketidakpastian dan berada di luar jangkauan”—yang satu ini : "communication occurs only when a difference of utterance and [its] information is understood” (“komunikasi terjadi hanya ketika perbedaan antara pengutaraan dan informasi[nya] dipahami”) Juga,—di dalam komunikasi antara manusia—yang membedakannya dengan dengan apa yang terjadi dalam komunikasi antar mesin (between computers)—adalah fakta bahwasanya: “it is the hearer, not the speaker, determines the meaning of an utterance.” (“Yang menentukan makna suatu pengucapan adalah yang mendengar [‘receiver’], bukan yang mengucapkannya [‘sender’]”) Luhmann menganggap kontingensi ganda sebagai hal positif: sebagai pertanyaan (question)—bukan masalah (problem)—yang justru memotivasi pembentukan sistem sosial. Double contingency
  • 8. Marking (penandaan) untuk “distinction”/”indication” (dari George Spencer-Brown dalam bukunya ”Laws of Form”) • Ketika membicarakan/mengungkapkan/menyatakan sesuatu hal, kita mengedepankan “yang kita bicarakan” dan membelakangkan yang lebih dari—atau di luar—hal tersebut (“the environment”) • Yang dibicarakan (‘ini’) ada—diposisikan—di ‘latar depan’ (foreground) • Yang lainnya (‘itu’) ada—diposisikan—di ‘latar belakang’ (background) distinction “ini” (this-side) “itu” (that-side)
  • 9. “Communication as synthesis of three different selections, namely selection of information, selection of the utterance of this information and a selective understanding or misunderstanding of this utterance and its information” In this sense Luhmann reverses the way in which communications are conceptualised. Instead of approaching communication from an ‘intended meaning’ of the communication, he puts the emphasis on the understood meaning. He writes: ‘Communication is made possible, so to speak, from behind, contrary to the temporal course of the process’ (Luhmann, 1995a: 143). Understanding is conceptualised as the distinction between information and utterance: for a communication to be understood the information has to be distinguished from the utterance. Niklas Luhmann defined information as a selection from a repertoire of possibilities. Every communication selects what is being communicated from everything that could have been communicated. With utterance Niklas Luhmann referred to the form of and reason for a communication: how and why something has been said. One can say that the utterance is the selection of a particular form and reason from all possible forms and reasons. Seidl & Becker: Organizations as Distinction Generating and Processing Systems: Niklas Luhmann’s Contribution to Organization Studies (Luhmann, Niklas 1992, What is communication?)
  • 10. Knowledge Let a state distinguished by the distinction be marked with a mark: of distinction. Let the state be known by the mark. Call the state the marked state. (Judul “Knowledge” ini dinyatakan oleh George Spencer-Brown dalam Laws of Form hal. 4)
  • 11. • We will not, […] call the concept (or model) of a system a system because we don't want to call the concept (or model) of an organism, machine, or society an organism, machine, or society, either. In other words, even in the highest registers of theoretical abstraction we don't allow ourselves to apply to the means of knowledge (concepts, models, etc.) the terminology of objects (Luhmann, Social Systems, p.3) • This kind of (theoretically directed) conceptual abstraction should be carefully distinguished from the (structurally directed) self-abstraction of the object. Conceptual abstraction makes comparisons possible. Self-abstraction enables the reapplication of the same structures within the object itself. One must keep the two strictly separate. Then, and only then, can one tell if there is any overlap.(Luhmann, Social Systems, p.3) • Conceptual abstraction ≈ Theory, concept, model, etc; Teori atau konsep adalah cara-cara untuk memudahkan (memfasilitasi) pembandingan-pembandingan (the facilitation of comparisons). • Self-abstraction ≈ Method, means, ways etc; Method "have no goal other than producing decisions between true and untrue" (Niklas Luhmann) - ia terdiri dari "operative steps with the goal to indicate communications as true or untrue“ (‘It’s OK to be wrong but don’t lie’)
  • 12. Why Theory? Why Method? (Niklas Luhmann)  Conceptual abstraction ≈ Theory, concept, model, idea etc. • Teori atau konsep adalah cara-cara untuk memudahkan (memfasilitasi) pembandingan-pembandingan (the facilitation of comparisons). • Membandingkan teori dengan teori-teori yang lainnya, karena, tidak ada teori yang paling benar tetapi beberapa teori lebih berguna—useful— dibanding dengan teori yang lainnya.  Self-abstraction ≈ Method, means, ways etc. • Method “have no goal other than producing decisions between true and untrue” - ia terdiri dari “operative steps with the goal to indicate communications as true or untrue” • (My Note: itulah sebabnya maka di dalam komunikasi “It’s OK to be wrong but don’t lie”)
  • 13. the form of and the reason for — (verb-ing the nouns) Ketika membicarakan form (wujud), yakni ‘apa’ (what), kita seharusnya juga bernalar dan berbicara tentang ‘bagaimana’ (how) form (wujud) itu menjadi (becoming, mewujud), tidak hanya semata-mata membicarakan apa (what) wujud itu saja. Dengan mengamati perihal bagaimana-nya (the how), maka dengan sendirinya hal itu akan juga terhubung dengan—yakni membuat kita bisa bernalar dan berbicara tentang—alasan-alasan (reasons) ‘kenapa’ (why) ‘apa’ (yakni form) mewujud. ‘kenapa’ (why) adalah sesuatu yang berada di antara ‘apa’ (what) dan ‘bagaimana’ (how); kenapa (why) adalah relasi di antara relasi antara apa dengan bagaimana—a relation between relation between what and how Dengan pembacaan (reading) dan penalaran (reasoning) seperti di atas, kita akan melihat bahwa idea, teori, konsep, definisi, istilah, pemerian (deskripsi), penjelasan (explanation) dll—semua itu adalah form–adalah sesuatu yang bertumbuh. Wujud (form) memang adalah sesuatu—hal—yang tumbuh, ber-ubah terus-menerus, ber- metamorfosa; Wujud selalu maujud (becoming), “menjadi sesuatu yang lain dari yang sebelumnya", dari dirinya sendiri ia dilahirkan kembali terus-menerus (“autopoiesis”). Ex me ipsa renata sum  dari diriku sendiri aku dilahirkan kembali
  • 14. apa bagaimana kenapa Apa (What)  berubah Bagaimana (How)  berubah Kenapa (Why)  berubah The process(es) leading to “It” “It” ‘Kenapa’ (Why) adalah sesuatu yang berada di antara ‘Apa’ (What) dan ‘Bagaimana’ (How) ‘Kenapa’ (Why) adalah link (baca: relasi) yang menghubungkan ‘Apa’ (What) dengan ‘Bagaimana’ (How) Segala sesuatunya berubah terus-menerus, Nothing ‘is’, all is ‘in flux’
  • 15. KENAPA – ‘thirdness’ – ‘utama’ – understanding (knowing why) BAGAIMANA – ‘secondness’ – ‘madya’ – knowing how APA – ‘firstness’ – ‘nista’ – knowing what Pertigaan (trivium) ‘Pertanyaan’ (‘Question’) Untuk bisa menjelaskan “Kenapa” (Why) dari sesuatu hal (What), kita harus berjalan dari “Apa” (What) melalui pedalaman ”Bagaimana” (How) —agar bisa menjelaskan atau setidaknya melihat—bagaimana sesuatu itu (“Apa”) menjadi hal itu (dirinya sendiri) Kata ‘trivium’ berasal dari Medieval Latin, from Latin, meeting of three ways, crossroads
  • 16. Segitiga ke-esā-an ‘Pertanyaan’ (wholeness of ‘Question’) (“bagaikan hubungan di antara cahaya dengan bayangannya”) Apa (What) Bagaimana (How) cahaya apa bagaimana kenapa kenapa (why) adalah relasi di antara relasi antara apa (what) dan bagaimana (how) Arti ‘eṣā’ dalam bahasa Sanskrit—antara lain—”all of this" (semuanya ini) atau "all these" (semua ini) https://sanskritdictionary.org/esa Panjangnya ‘bagaimana’ bergantung pada panjangnya ‘kenapa’ dan bergantung pada kedudukan cahaya (‘matahari’ misalnya)
  • 17. Jika ‘Apa’-nya (the What) adalah ‘gagas’ (‘ideas’), ‘konsep’, atau ‘teori’ (suatu ‘mental object’), misalkan : “community-based information network” -- sekedar contoh Ketika membicarakan form (wujud), yakni ‘apa’ (what), kita seharusnya juga bernalar dan berbicara tentang ‘bagaimana’ (how) form (wujud) itu menjadi (becoming, mewujud), tidak hanya semata-mata membicarakan ‘apa’ (what) wujud itu saja. Dengan mengamati perihal bagaimana-nya (the how), maka dengan sendirinya hal itu akan juga terhubung dengan—yakni membuat kita bisa bernalar dan berbicara tentang—alasan-alasan (reasons) ‘kenapa’ (why) ‘apa’ (yakni form) mewujud. (𝑤ℎ𝑎𝑡)2 + (ℎ𝑜𝑤)2 = (𝑤ℎ𝑦)2 The length of the explanation of the 'how' depends on the length of the explanation of the 'why' and depends on the position of the source of the light.
  • 18. System System’s environment understanding Unit of communication information utterance understanding Unit of communication teori metode understanding Unit of communication form form’s environment understanding Unit of communication
  • 19. myself observing myself “I am” Heinz von Foerster (1911 – 2002) : "I am the observed relation between myself and observing myself." form form’s environment understanding form berubah form’s environment juga berubah Dalam sistem kehidupan sosial, dalam sistem yang lahir dan tumbuh dari dalam dirinya sendiri—disebut “autopoietic system”: link(s) adalah relationship(s)  juga bertumbuh/berkembang understanding juga berubah The concept of information associated with an utterance (von Foerster in Notes on an epistemology for living things) : It is now possible to develop an exact definition for the concept of “information” associated with an utterance. “Information” is a relative concept that assumes meaning only when related to the cognitive structure of the observer of this utterance (the “recipient”).
  • 20. Teori Metode Understanding conceptual abstraction (theoretically directed) self-abstraction (structurally directed) (theoretically directed) conceptual abstraction + (structurally directed) self-abstraction of the object Conceptual abstraction makes comparisons possible.  menumbuhkan teori Self-abstraction enables the reapplication of the same structures within the object itself.  menumbuhkan metode “teori DAN metode” yang perlu menyatu, tentunya Conceptual abstraction ≈ Theory, concept, model, etc; Teori atau konsep adalah cara-cara untuk memudahkan (memfasilitasi) pembandingan-pembandingan (the facilitation of comparisons). Self-abstraction ≈ Method, means, ways etc; Method "have no goal other than producing decisions between true and untrue" - terdiri dari "operative steps with the goal to indicate communications as true or untrue“ “There is nothing so practical as a good theory” -- “Tidak ada yang lebih praktis selain teori yang bagus”
  • 21. Marked state Unmarked state distinction ≈ understanding ≈ “the saying of it” “When I'm outside the saying of it, I get very quiet and rarely speak at all” “Bisakah kita berada di dalam,—menyatu dengan—kata-kata yang kita ucapkan?”
  • 22. • Foerster, H. von For Niklas Luhmann: How Recursive is Communication? https://www.pdfdrive.com/for-niklas-luhmann-how-recursive-is-communication- e22450458.html • Foerster, H. von (1972). Notes on an epistemology for living things. https://sites.evergreen.edu/arunchandra/wp- content/uploads/sites/395/2018/05/epistemology.pdf • Louis H Kaufmann, Virtual Logic, http://homepages.math.uic.edu/~kauffman/VirtualLogic.pdf • Luhmann, Niklas 1984. Social Systems. Stanford: Stanford University Press. https://rauterberg.employee.id.tue.nl/lecturenotes/DDM110%20CAS/Luhmann- 1984%20Social_Systems.pdf • Luhmann, Niklas 1992. What is communication? https://www.unisalento.it/documents/20152/2157613/LUHMANN-What-is- Communication.pdf/be0b724f-c4ad-0e5c-6398- 4e442bc85cd1?version=1.0&download=true
  • 23. • Roth, Steffen, et.al., Approaching management and organization paradoxes paradoxically: The case for the tetralemma as an expansive encasement strategy. https://www.researchgate.net/publication/357025811_Approaching_management_an d_organization_paradoxes_paradoxically_The_case_for_the_tetralemma_as_an_exp ansive_encasement_strategy • Roth, Steffen. Truth Tables, True Distinctions. Paradoxes of the Source Code of Science, 2023, https://link.springer.com/article/10.1007/s11213-023-09640-4 • Seidl D. & Becker K. H., Organizations as Distinction Generating and Processing Systems: Niklas Luhmann’s Contribution to Organization Studies https://www.researchgate.net/publication/258174061_Organizations_as_Distinction_ Generating_and_Processing_Systems_Niklas_Luhmann's_Contribution_to_Organizati on_Studies • Spencer-Brown, G., Laws of Form, 1972, https://www.pdfdrive.com/laws-of-form- d158637683.html • Vanderstraeten,R. Parsons, Luhmann and the Theorem of Double Contingency,2002 Consulted: 21 October 2010 http://jcs.sagepub.com/content/2/1/77.full.pdf+html

Editor's Notes

  1. “kebedaan” Différance is a French term coined by Jacques Derrida. It is a central concept in Derrida's deconstruction, a critical outlook concerned with the relationship between text and meaning. The term différance means "difference and deferral of meaning."
  2. Niklas Luhmann, in What is Communication?: “Just like life and consciousness, communication is an emergent reality, a state of affairs sui generis. It arises through a synthesis of three different selections, namely, selection of information, selection of the utterance of this information, and a selective understanding or misunderstanding of this utterance and its information.”
  3. sui generis adalah frasa Latin yang berarti "dari jenisnya sendiri, dalam kelas itu sendiri", oleh karena itu "unik"
  4. Niklas Luhmann, in What is Communication?: “Just like life and consciousness, communication is an emergent reality, a state of affairs sui generis. It arises through a synthesis of three different selections, namely, selection of information, selection of the utterance of this information, and a selective understanding or misunderstanding of this utterance and its information.” Seidl D. & Becker K. H., Organizations as Distinction Generating and Processing Systems: Niklas Luhmann’s Contribution to Organization Studies
  5. Approaching management and organization paradoxes paradoxically: The case for the tetralemma as an expansive encasement strategy