SlideShare a Scribd company logo
Memakmurkan masjid 0
HASIL SIMPOSIUM
SILATURRAHIM IMAM MASJID
MENYONGSONG
BULAN SUCI RAMADHAN
Memakmurkan masjid 1
BAB I
MANAJEMENT SISTEM INFORMASI
DAKWAH MASJID
A. Latar Belakang.
Pentingnya masjid bagi umat Islam bagaikan jantung bagi manusia, karena dari
masjidlah Rasulullah membangun peradaban Islam dan karakter umat Islam yang
sebagai khalifah di muka bumi. Seiring dengan perkembangan zaman dan derasnya
aliran "sekularisasi, Hedonisme, dan pandangan hidup "materalisme", tanpa disadari
peranan masjid dalam kehidupan umat Islam semakin menyempit dan bahkan
terpinggirkan. Besarnya gelombang sekularisasi yang mempengaruhi pandangan
orang terhadap agama, telah menjadikan agama dan lembaga-lembaga agama
sebagai pelengkap dalam kehidupan. Hal ini dilihat dari semakin kecilnya
pengunjung gereja di negara-negara barat. Dalam pandangan orang barat, gereja
hanya sebagai tempat ibadah, bahkan lebih ironis lagi mereka melihat gereja sebagai
"lembaga sosial" yang meminta sumbangan kepada jamaahnya. Mereka melihat
gereja tidak memberikan keuntungan materi dan hanya membuang waktu saja.
Akhirnya banyak gereja yang kosong karena ditinggalkan umatnya. Bagaimana
dengan nasib masjid kita di Maluku apakah nasib masjid kita seperti gereja yang
hilang jamaahnya? Ini menjadi tantangan kita semua.
Coba kita lihat fakta sejarah bagaimana Rasulullah mencetak peradaban
Madinah dan Mekah melalui masjid. Berdasarkan fakta sejarah, bahwa agama Islam
lahir di Mekah karena disitulah Rasulullah diutus, mulai membangun masjid pertama
yakni masjid Quba. Masjid Quba ini terletak di sebelah barat Yasrib yang kemudian
berganti nama menjadi madinatur Rasul di Desa ini Nabi menginap empat hari
kemudian digunakan kesempatan membangun Masjid sederhana yang disebut masjid
Quba dan disinilah pertama Rasulullah saw. Melaksanakan shalat jumat. Tradisi
membangun tempat ibadah adalah selain tempat ibadah juga sebagai tempat
pertemuan sosial kemasyarakatan sebagai pusat sistem informasi umat Islam dalam
melakukan publikasi Islam ke jezirah Arab dan luar Arab.1
A. Hasyim mengatakan
bahwa shalat jumat pertama Rasulullah dilaksanakan dari Quba ke Yatsrib bersama
para sahabatnya yaitu perkampungan bani Salim. Setelah mendapat perintah untuk
melaksanakan untuk shalat jumat pada tanggal 16 rabiul Awal 1 Hijria, sebagai
isyarat berdirinya daulah Islamiyah. Dalam khutbahnya Rasulullah saw.
Memproklamirkan berdiriya negara Islam dan menetapkan bahwa negara
1
Moh. Ayub, op. cit., h. 4.
Memakmurkan masjid 2
berdasarkan ketaqwaan kepada Allah dan Rasulnya serta politik negara berdasarkan
prikemanusiaan, persatuan Islam, persaudaraan Islam, dan sistem al- Syura
demokrasi.2
Prinsip dasar sistem informasi yang bangun Rasulullah saw. Dalam
melaksanakan dakwah diawali di Masjid, karena masjidalah infrastruktur aktifitas
pembelajaran Islam sekaligus menjadi pusat kajian sistem informasi dan komunikasi
spiritual dan sosial kemasyarakatan. Dimasjidlah umat Islam berkomunikasi dengan
Allah dan dimasjidlah orang bertemu serta bertukar informasi dan problematika
sosial, dan masjidlah tempat solusi semua rintangan kehidupan diselesaikan secara
arif dan bijaksana. Masjid sebagai berfungsi pusat sistem informasi dakwah yang
dibentuk oleh Rasulullah saw. Sebagai satu sistem dan pertukran informasi antara
sesama umat Islam.
BAB II
MASJID SEBAGAI PUSAT
PERADABAN
A. Pengertian masjid.
Kata masjid berasal dari bahasa arab yaitu: sajada, yasjudu, sujudan yang
berarti sujud3
atau tunduk. Masjid juga terambil dari kata sajada yang berarti patuh,
taat serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.4
Dari fi’il (kata kerja) sajada
mendapat tambahan huruf min, sehingga menjadi isim makan (kata benda yang
menunjukkan tempat) yang menyebabkan terjadinya perubahan dari bentuk kata
kerja (sajada) berarti masjidu.5
Dalam kamus bahasa Indonesia dikatakan bahwa
masjid berarti rumah tempat sembahyan (salat) bagi umat islam.6
Dalam kamus
istilah agama dikakatan masjid adalah tempat sujud umat Islam menunaikan ibadah
shalat zikir kepada Allah swt.7
Masjid dapat pula diartikan meletakkah dahi, kedua
tangan, lutu dan kaki ke bumi yang kemudia dinamai sujud. Oleh karena itu syariat
adalah bentuk syariah lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. Itulah
2
A. Hasjmy, Sejarah kebudaan Islam (Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h. 66. lihat juga di Tesis
Tajuddin Hajma dengan Judul: Pemberdayaan Masjid Sebagai Media Komunikasi Islam. h. 21.
3
Louis ma’luf (Beirut: Al-Matba’ah al-Qanun al-hakikiyah, 1952), h. 329.
4
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-quran (Cet. VIII; Bandung: Mizan 1998.
5
Sidi Gazalba, Masjid sebagai pusat ibadah dan kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Husna, 1994), h. 188.
6
WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 1987), 649.
7
Shadiq dan Salahuddin Chaeri, Kamus Istilah Agama (Jakarta: CV. Sientarama, 1983), h. 213.
Memakmurkan masjid 3
sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamai
masjid yang artinya tempat sujud.8
Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat
kaum muslimin, yang mengandung makna tunduk dan patuh. Hakekat masjid adalah
tempat melakukan segala aktifitas yang menagandung kepatuhan kepada Allah
semata.9
Masjid adalah lembaga risalah tempat mencetak umat yang beriman,
beribadah, menghubungkan jiwa dengan sang khalik, umat yang beramal shaleh
dalam kehidupan masyarakat, umat yang berwatak dan berakhlaq teguh.10
Dengan
demikian masjid sebagai pusat informasi dan komunikasi umat islam baik secara
hablum minanllah maupun hablum minannas.
Payung hukum dan landasan dalam pemberdayaan ini merujuk pada firman
Allah swt Artinya : ‚Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka
merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk‛. (QS 9:18, At Taubah).


Terjemahnya:
18. hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka
merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk.
B. Fungsi Masjid.
Rasulullah saw.menjadikan Masjid sebagai pusat informasi Islam yang
berkaitan dengan kehiudpan dunia dan akhirat, serta pembentukan opnini serta
publikasi Islam di Madinah dan Mekah untuk hidup rukun dan menjaga terjadinya
pertikaian baik secara internal umat Islam maupun Ekternal Islam sesuai Alquran
8
M. Quraish Shihab, op. cit. h. 460.
9
Sofyan Syafri Harahap, Manajen Masjid: Suatu pendekatan Teoriritis dan Organisatoris (Cet. II;
Yogyakarta: Dana Bhakti prima Yasa, 1993), h.4. lihat juga di Tesis Tajuddin Hajma dengan Judul:
Pemberdayaan Masjid Sebagai Media Komunikasi Islam. h.17.
10
Yusuf Qardawi, AL-Dawabit al-Syariyah li binai al-Masajid, di terjemahkan oleh: Abdul Hayyie al-
Kattani (Cet. I; jakarta: gema Insani Press, 2000), h. h. 7.
Memakmurkan masjid 4
dan sunnah. Dalam literatur sejarah juga disebutkan bahwa Rasulullah saw. Lebih
mengutamakan pembangunan masjid sebagai pusat pembinaan mental dan
pengembangan jaringan (networking) Islam. Masjid tidak saja dipakai sebagai
tempat Ibadah tetapi juga sebagai sarana mediasi dan tempat penyelesaian masalah
yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan. Dalam kontes ini, fungsi masjid
menurut para ahli selain tempat ibadah, menurut Farid Ma’ruf mengatakan bahwa
masjid juga sebagai tempat pembinaan umat, musyawara, manhaj (strategi), dan
pelaksanaan jihad.11
Menurut Quraish ada 10 bentuk fungsi masjid di antaranya adalah:
1. Tempat ibadah (shalat,zikir).
2. Tempat konsultasi dan komunikasi yang berkaitan dengan kehidupan sosial
kemasyrakatan.
3. Tempat pendidikan.
4. Tempat santunan sosial.
5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya.
6. Tempat pengobatan para korban perang.
7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
8. Tempat menerimah Tamu dan Aula.
9. Tempat menawang tahanan.
10. Pusat publikasi, penerangan dan pembelaan Agama.12
Sedangkan menurut Hoh. Ayyub mengemukakan sembilan fungsi masjid diantaranya
adalah:
1. Masjid merupakan tempat ibadah umat islam.
2. Tempat pembersian diri dari segala noda dan dosa.
3. Tempat bermusyawarah dan pemecahan problematika sosial.
4. Tempat mengadu dan berkonsultasi umat islam.
5. Tempat membina dan perakat persaudaraan sesama umat Islam.
6. Tempat membina keutuhan dan kekuatan umat Islam.
7. Tempat pengkajian ilmu dan pengembangan kader-kader umat Islam.
8. Tempat mengumpulkan dana dan distribusi kepada yang berhak untuk
dibantu.
9. Tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.13
11
Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlaq Dakwah (Surabaya: Bina Ilmu, 1981), h. 90.
12
M. Qurash Shihab, op. cit., h. 462.
13
Moh. Ayyub, et.al., op. cit., h. 7-8
Memakmurkan masjid 5
Fungsi Masjid Menurut Kausar Niazi mengatakan bahwa fungsi masjid adalah fungsi
sosial sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Sebagai berikut:
1. Sebagai pusat pendidikan dan pengajaran.
2. sebagai tempat mengadakan pertemuan-pertemuan resmi dari utusan-utusan
dari negara lain.
3. Sebagai tempat i’tikaf, terutama pada bulan ramadan.
4. Sebagai tempat membangikan harta rampasan perang.
5. Sebagai tempat mengumumkan keputusan Negara.
6. senagai tempat mengadakan konsultasi dan mengatur strategi perang.
7. senagai temapt menghimpung khazanah ilmu.
8. sebagai tempat peradilan.
9. Sebagai tempat pertemuan sahabat dalam membela Rasulullah saw. Dengan
membacakan sajak deklamasi di masjid.
Dari uraian di atas tentang fungsi masjid tersebut, dilihat fungsi masjid
sebagai satu sistem informasi dakwah yang terdiri dari: umat Islam, tempat
pembinaan, pertemuan umat Islam, tempat publikasi Islam, pengarsipan atau
manajemen masjid, dan strategi pengolahan pesan-pesan agama untuk kemas
menjadi informasi bagi berbagai macam strata umat mulai dari kalangan awam dan
kalangan akademisi. Penulis lebih cenderung istilakan sebagai bentuk Sistem
Informasi Dakwah (SID) yang memiliki keterkaitan yang membutuhkan
profesionalisme dalam mengolah (mengkaji), mengatur, mengontrol serta
menginformasikan pesan-pesan agama yang sesuai dengan strata kemampuan umat
untuk mencegah terjadinya salah presepsi terhadap informasi yang disampaikan. Hal
ini berarti sebagai seorang Dai dalam penyampaian dakwah perlu ada kerjasama
dengan stekholder untuk mendapatkan apa tema yang layak untuk disampaikan
dalam masjid tersebut sebelum berdakwah, sehingga benar-benar informasi yang
disampaikan dapat bermanfaat bagi umat. Sebagai contoh dakwah di bidang
ekonomi, filsafat, teknologi, politik, ilmu perbintangan, ilmu kesenian, dan ilmu
sosial kemasyarakatan.
Dari keterangan tersebut dapat difahami bahwa sejak zaman Nabi Masjid
telah menjadi pusat kegiatan umat manusia yang telah dibangun oleh Rasulullah
sejak dibangunnya Masjid Quba sebagai masjid pertama yang bangun Rasulullah
saw sebagai tempat sistem informasi. Dalam konteks perkembangan teknologi
informasi dewasa ini, sistem informasi dakwah dengan mengefektifkan seluruh
infrastruktur kemasjidan seperti:
Imamnya, Muazzinnya, Tenaga Kearsipan Masjid, Clenning Services,
Sucuryti, Dan tenaga sistem informasi dakwah.
Memakmurkan masjid 6
Membuat renstra dakwah dimasjid: mulai dari Perencanaan dakwah,
pengorganisasi, pelaksanaan, pengarsipan dan controling.14
1. Peranan Masjid.
Peradaban moderen ini kecendrungan umat dalam memanfaatkan masjid
telah mengikuti perkembangan zaman dengan menyesuaikan dengan konteks
moderen khsusnya menggunakan teknologi informasi sebagai alat penunjang dalam
melakukan aktifitas dakwah. Seperti contoh dalam mendesain sebuah masjid yang
kokoh dipanggil tenaga arsitek komputer grafis dan penggunan radio, TV, Internet
dan media informasi dan komunikasi lainnya dalam pelayanan umat. Dari kemajuan
tersebut peran masjid sebagai wadah aktifitas ibadah dan publikasi Islam
sebagaimana peran Rasulullah saw di Madinah dalam membangun sistem informasi
Masjid dapat dilihat sebagai berikut:
1. Masjid dijadikan sebagai tempat menjaga diri dari serangan musuh.
2. Kalender Islam dimulai pada tanggal 12 Rabiul Awal permulaan tahun hijria
pada tanggal 1 muharam.
3. Masjid juga dijadikan sebagai syiar perkembangan agama Islam di mekah dan
madinah.
4. Masjid dijadikan sebagai satu sistem ikatan kekeluargaan antara kaum anshor
dan muhajirin dengan satu prinsip yakni keimanan kepada Allah swt.
5. Masjid dijadikan sebagai pusat gotong royong umat islam demi kemaslahatan
bersama.15
Memperhatikan peran Masjid pada awal hijrah di Madina Rasulullah saw.
Memberikan satu prinsip kepada umat islam untuk menjadikan masjid sebagai
sistem informasi dakwah di bidang spiritual dan duniawi. Perkembangan ini juga
terus dilakukan dengan adnanya desain-desain bangunan masjid yang terus
menyesuaikan dengan kontes moderen.
Prinsip bangunan masjid islam secara umum dan khususnya bangunan Masjid
adalah unsur etika dan estetika yang dapat menarik naluri serta perhatian jamaah
untuk masuk dalam masjid tersebut.16
Nuansa keindahan dengan sentuhan warna
14
Ahmad Yani, Menuju umat terbaik: Kumpulan Buletin Artikel Dakwah Khaeru Ummah (Jakarta: Khaeru
Ummah, 1996), h. 157-159.
15
Moh. E. Ayub. Op. cit. h. 10.
16
Yusuf Qardawi, op. cit. h. 43.
Memakmurkan masjid 7
dan rekstur pigura-pigura kaligrafi juga dapat mempengaruhi otak kanan (sebagai
sugesti pada nilai-nilai spiritual) manusia dalam memilih melaksanakan shalat di
masjid tersebut. Dengan demikian peran masjid sebagai sistem informasi Islam perlu
diperhatikan semua aspek untuk menujang kenyamanan Jamaah dalam melakukan
ibadah dan aktifitas lainnya.
2. Aspek tujuan.
Tujuan membangun masjid pada zaman Rasulullah saw. Adalah tujuan taqwa
dan tujuan kemudaratan (QS Attaubah (9): 107-108. dalam mendirinkan masjid
harus diperhatikan prinsip-prinsip dan esensi yang telah contohkan oleh Rasulullah
saw. Bukan untuk sebaliknya dengan adanya masjid menjadi pusat kemudaratan
umat dengan tidak sinergitasnya pengurus yang satu dengan pengurur yang lain.
Dewasa ini sering terjadi umat Islam cendrung membangun masjid hanya untuk
golongan tertentu, ini adalah kekeliruan dan tidak sesuai dengan tujuan atau prinsip-
prinsip uatama dalam membangun masjid.
3. Aspek Kegiatan.
Aspek kegiatan suatu masjid tercermin pada kegiatan dan optimalisasi pungsi
masjid dengan melakukan aktifitas dakwah agama maupun dakwah keduniaan yang
dapat membawa kemaslahan umat menjadi rahmatallilalamin. Untuk
mengoptimalkan aspek kegiatan masjid tersebut perlu sistem yang transparan,
kredibl, dan akuntabel. Pengorganisasi dan manajemen masjid dengan menggunakan
teknologi informais dan komunikasi moderen yang dapat mempermudah pengelolaan
kegintan-kegiatan baik bernuansa agama maupun kegiatan kegiatan keduniaan.
4. Pusat Publikasi Islam.
Keberadaan dibangunnya masjid salah satu prinsipnya adalah sebagai pusat
informasi dan komunikasi serta publikasi umat Islam dalam mencerdaskan umat
menajdi lebih baik sesuai dengan panduan Alquran dan sunnah. Pondasi masjid
sebagai pusat infromasi Islam adalah dengan adanya perintah shalat jumat sebagai
isyarat bertmunya umat islam setiap hari jumat, sehingga ada pertemuan untuk
saling tukar informasi antara umat yang satu dengan umat lain.
Dalam konteks ini, teknologi komputer sebagai menunjang dengan melakukan
pemetaan Dai, Jamaah, maping, database dai, muzakki, pakir-miskin, dan sistem
publikasi Islam.17
Di masjidlah data-data tentang solusi kehidupan dunia dan akhirat
17
Marwah Daud, Teknologi Emansipasi dan Transendensi (Cet. I; Bandung: Mizan, 1994), h. 35.
Memakmurkan masjid 8
dibahas untuk dijadikan informasi berguna bagi kelangsungan hidup manusia didunia
dan diakhirat. Teknik mengolah data-data Islam menjadikan satu inforamasi adalah
sebagai berikut:
a) Paktor pengimbang: Lewat masjid diharapkan umat mendapatkan informasi
dan solusi hidup yang seimbang antara dunia dan akhirat. Jika benar-benar
masjid berfungsi sebagai tempat informasi.
b) Faktor Penyaring: di Masjid dengan adanya para pakar keislaman yang dapat
dikelolah oleh pengurus masjid dengan menampung informasi dan komunikasi
dan memberikan publikasi yang telah melalui proses sistem infroamasi yang
telah dibentuk dan maksimalkan sebagai satu sistem informasi islam, sehingga
sistem tersebut berfungsi sebagai informan yang dapat memberikan
kemaslahatan umat islam bukan sebaliknya.
c) Faktor pengarah: masjid juga dapat dijadikan sebagai tempat cuhat (tempat
mengeluh seluk-beluk tentang persoalan hidup di dunia dan akhirat).
Dalam konteks tersebut, Nana Rukmana memberikan maid set dalam
memfungsikan masjid sebagai berikut:
a) Selain sebagai pembinaan umat masjid juga berfungsi sebagai sugesti untuk
mendorong sugesti untuk mencari rezki dan mendorong etos dan kinerja dalam
menjadi hidup dimana saja berada.
b) Berfungsi sebagai tempat pemberdayaan sumber daya manusia sesuai dengan
keahlian yang ada.
c) Sebagai wadah pemersatu umat Islam serta pusat untuk memperkokoh tali
persaudaraan antara yang umat satu dengan yang lain.
Untuk mendapatkan fungsi masjid tersebut diperlukan sistem informasi yang
handal dan profesional dalam mengelolah dan membangun sistem informasi
sehingga banyak umat tertarik dalam memanfaatkan masjid sebagai pusat kegiatan
umat Islam dan manusia pada umumnya.
Upaya-upaya pemebrdayan masjid:
a) Pembianaan peribadatan yang berkaitan dengan imam, muazzin, khatif yang
telah didesain untuk kemaslahatan umat.
b) Pembinaan majelis ta’lim dengan metode islam sehingga orang tidak bosan
dengan sistem yang dan kegiatannya berpusat dimasjid.
c) Pembinaan remaja masjid juga sudah harus sesuai dengan tuntutan zaman
dan karakter remaja yang penuh dengan gejolak keremajaannya.
d) Pembinaan perpustakaan masjid dengan penyediaan buku-buku yang
berkaitan dengan kebutuhan umat islam.
Memakmurkan masjid 9
e) Pembinaan TPA dan TK dengan melakukan pembiasaan anak-masjid dengan
usia dini sebagai tekni yag dilakukan oleh pengurus dan orang tua dalam
memakmurkan masjid.
f) pembinaan ibadah sosial dengan pengelolaan zakat dengan melakukan
database untuk mengontrol fakir miskin yang ada di sekitar masjid.
g) Pembinaan hari-hari besar Islam dengan menyuguhkan kegiatan-kegiatan
yang dapat menarik perhatian umat islam untuk meramaikan suasana
masjid.18
Dari pandangan para ahli tersebut tentang berapa fungsi masjid telah
memberikan petunujuk bahwa masjid memiliki peran strategis dalam mencerahkan
umat dalam berbagai aspek baik lahir maupun batin. Masjid sebagai pusat peradaban
umat yang perlu dikembalikan akibat terjadinya perubahan sosial yang semakin
maju. Perubahan ini membutuhkan pemberdayaan masjid untuk mendapatkan strtegi
manajemen masjid yang dapat memudahkan umat mengolah masjid sesuai kondisi
dan kesanggupan yang ditetapkan bersama.
BAB III
MANAJEMEN MEMAKMURKAN MASJID
A. Pengertian
Manajemen berasal dari bahasa Inggris, dari kata manaje yang artinya
mengurus, membimbing dan mengawasi. Kata itu sendiri berasal dari bahasa Italy,
yakni mannegio yang berarti pelaksanaan atau pengurusan sesuatu, atau lebih tepat
lagi ‚penggunaan‛ sesuatu. Dalam bahasa Arab manajemen disebut dengan al-
Idarah. Adapun pengertian manajemen adalah usaha mencapai tujuan melalui
kegiatan orang lain yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Perkembangan zaman
yang semakin menuntut untuk maju, sehingga penting mempelajari manajemen
moderen dalam membuat satu keputusan. Seseorang melakukan tindakan atau
pengambilan keputusan yang sesuai dengan kondisi masjid yang ada.
Dalam masjid kemasjidan, seseorang atau pemimpin tidak terlepas dari suatu
masalah atau konflik, karenanya dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada, perlu
adanya dukungan informasi dalam pengambilan keputusan yang tepat dengan
melihat kondisi masalah yang hendak diselesaikan. Dalam Alquran inspirasi
18
Departemen agama RI, Pola pembinaan umat (Jakarta: t.t ), 17.-38.
Memakmurkan masjid 10
landasan normatif manajemen Allah berfirman QS As-Shaaffat (37): 1,3

Terjemahnya:
demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya.

Terjemahnya:
dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran,
Ayat ini merupakan ayat manajemen dakwah yang penulis fahami secara
tekstual. Makna ‚demi (rombongan) yang ber shaf-shaf‛ dapat difahami bahwa
pengurus masjid dalam mengelolah masjid tidak boleh betrokan pemikiran tetapi ide
dan gagasan harus dikemas dengan rapi laksana bersaf-saf yang tertib lulus yang
dilandasi oleh motivasi yang suci.
Ayat ketiga dari dari segi tekstual terjemahan departemen agama bermakna
‚dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. Inspirasi yang dapat difahami
dari ayat tersebut memberikan pelajaran kepada umat Islam regulasi informasi di
Masjid itu terus digalakkan dengan cara profesional jangan hanya sekedar
menggugurkan kewajiban. Makna ‚membacakan pelajaran‛ dalam ayat tersebut
penulis fahami memberikan informasi aktual kepada jamaah sehingga dapat
memperbaiki pola pikir dan pola hidup yag lebih baik. Untuk mendapatkan proses
dakwah yang profesional ini perlu manajemen dalam mengelolah masjid khususnya
perlu ilmu dan keterampilan dalam mengambil keputusan yang baik.
Keputusan adalah suatu tindakan pemilihan di mana pimpinan /manajer
menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan atau tidak
dilakukan dalam situasi tertentu. Keputusan ini dinyatakan dalam suatu bentuk kata-
kata yang dirumuskan dalam suatu peraturan, perintah, instruksi, kebijakan dan
dalam bentuk apa saja yang dikehendaki pimpinan. Keputusan ini tidak hanya
dilakukan oleh manajer paling tinggi (top manager) yaitu keputusan strategis
mutlak, tetapi juga para anggota lainnya seperti middle manager dan lower manager
(keputusan taktis dan operasional). Dalam pengambilan keputusan strategis,
manajer yang paling tinggi (top manage) membutuhkan informasi ekstern lebih besar
dari informasi intern dan ini termasuk pengambilan keputusan jangka panjang.
Memakmurkan masjid 11
B. Arsitektur Masjid di Indonesia
Keragaman bentuk arsitektur masjid menunjukkan Islam sangat menghargai
keragaman suku, etnis, nilai etika dan estetika. Ketika Islam mulai berkembang di
Indonesia, khususnya di Jawa, estetika arsitektur Islam diperkenalkan oleh para
‘’wali'’, sebagai orang yang dianggap dekat dengan Tuhan dan diyakini memiliki
berbagai kelebihan. Para wali bertugas mengajarkan agama Islam dan sangat
menghormati kebudayaan yang berkembang sebelum masuknya agama islam di
Indonesia. Karena itulah para wali sangat dihormati dan disegani, sehingga karya-
karya arsitektur Islam saat itu masih memperlihatkan perpaduan budaya lama dan
budaya baru dalam arsitektur Islam.
Tetapi memasuki dekade 1960-an, mulai muncul gaya-gaya baru dalam
arsitektur masjid di Indonesia. Gaya-gaya arsitektur yang baru tersebut banyak
muncul dari kalangan intelektual Islam yang telah mengenyam pendidikan seni rupa
dan arsitektur di ITB Bandung yang saat ini pernah dididik oleh guru-guru gambar
dan arsitek-arsitek Belanda. Arsitektur masjid dengan gaya baru di Indonesia, mulai
muncul saat pembangunan Masjid Istiqlal di Jakarta.19
Meskipun masjid merupakan karya arsitektur Islam, tetapi ternyata Masjid
Istiqlal di Jakarta adalah karya arsitek ternama Indonesia non Muslim. Arsitek
Masjid Istiqlal adalah Frederick Silaban, seorang umat Nasrani yang menempuh
pendidikan arsitekturnya di ITB Bandung. Meskipun arsitek ini bukan seorang
Muslim, namun dapat menghayati fungsi masjid sebagai perwujudan penting umat
Islam.
Wujud arsitektur Masjid Istiqal merupakan hasil dari suatu proses sayembara,
di masa pemerintahan Presiden Soekarno pada dekade 1960-an. Hasrat membangun
kebudayaan bangsa yang telah merdeka, menjadi faktor kuat dalam pembangunan
masjid baru. Saat itu Presiden Soekarno menginginkan Indonesia memiliki Masjid
Agung dengan arsitektur yang memiliki gaya abadi, penuh kemegahan dan
kebesaran, serta memancarkan cahaya kebesaran Tuhan. Masjid Istiqlal diharapkan
dapat menampung umat l.k. 20.000 orang, dengan luas bangunan 5000 m2.
Kemegahan dan kebesaran arsitektur masjid ini diwujudkan dalam skala dan
struktur bangunan di lingkungan Taman Wijen Kesuma, di atas bekas tanah benteng
19
Diaksespada website www.arsitektur .com_masjid dunia pada tanggal 29 Oktober 2009.
Memakmurkan masjid 12
pendam di zaman penjajahan Belanda, yang ada di jantung Kota Jakarta. Arsitektur
Masjid Istiqlal menyiratkan prinsip-prinsip arsitektur modern, tidak lagi bertitik-
tolak dari bentuk-bentuk masjid yang telah ada sebelumnya di Indonesia, maupun
yang ada di negara-negara Islam lainnya. Struktur masjid Istiqlal menggunakan
konstruksi baja dan beton. Bentuk denah masjid persegi dengan struktur yang kokoh,
disusun oleh deretan kolom-kolom persegi, sehingga menimbulkan dimensi yang
besar, yang mampu menopang kubah raksasa setengah bola. Semua bagian dan ruang
berskala besar dan diberi warna putih keabu-abuan.
Masjid Istiqlal adalah tonggak sejarah perkembangan arsitektur Islam modern
di Indonesia. Masjid karya arsitek F. Silaban ini kini telah menjadi monumen
nasional, dengan nilai-nilai sejarah kebudayaan Indonesia. Arsitektur Masjid Istiqlal
memperlihatkan kesatuan struktur yang menyeratkan kesatuan ide bangunan sebagai
tempat manusia bersujud kepada Tuhan, serta menyeratkan citra keabadian
kebenaran dalam Islam.
Sejak tahun enam puluhan rupanya telah terbentang kemungkinan mendirikan
masjid-masjid baru, dengan dasar perencanaan arsitektur modern yang telah masuk
ke Indonesia. Masjid Istiqlal yang dibangun sejak tahun enam puluhan, menampilkan
kesatuan gaya yang kompak dan bersih. Kubahnya yang besar dan merupakan bentuk
setengah bola murni, mempunyai daya dominasi terhadap totalitas bangun
arsitekturnya.
Wujud arsitekturnya bersih (clean dengan design), tidak menonjolkan detail-
detail unsur dekoratif, maupun elemen-elemen hias lainnya pada bangunan. Hal ini
pun terlihat pada desain anterior bangunannya yang bersih dari gaya ornamental,
sehingga tidak mengganggu kekhidmatan suasana religi di ruang utamanya.
Eksterior-nya juga menampilkan pola struktur yang jelas dan kolam-kolam air yang
besar. Sedangkan menaranya ditempatkan agak jauh dari bangunan induk, dengan
bentuk menara beton yang tinggi.
Masjid Istiqlal telah berfungsi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
keagamaan yang bersifat nasional, sehingga masjid ini telah condong menjadi tanda
sebagai simbol kenegaraan. Wujud arsitektural Masjid Istiqlal yang dirancang oleh
arsitek non-Muslim, tidak menyalahi kaidah. Hal ini malah menunjukkan adanya
kerukunan umat beragama di Indonesia, yang saling memberi dan menerima. Apalagi
Memakmurkan masjid 13
sang arsitek pada hakikatnya telah menghayati fungsi masjid sebagai perwujudan
penting umat Islam.
Ketika masjid pertama kalinya dibangun oleh Nabi Muhammad SAW, justru
mewujudnya sangat sederhana sekali. Prototipe masjid beliau adalah ‘’masjid
lapangan,'’ sebab unsur utamanya adalah lapangan di bagian tengah denah, kemudian
di kelilingi oleh tembok pembahas. Konsep ini juga merupakan kebiasaan adat lama
Arab, yang memanfaatkan bentuk lapangan terbuka di antara dinding-dinding
pembatas, untuk menampung aktivitas pertemuan dan berbagai aktivitas lainnya di
dalam masjid.
Jadi pada awalnya, bentuk arsitektur masjid bukanlah merupakan bangunan
yang megah, penuh keindahan, tetapi justru sangat sederhana, tetapi fungsional.
Dalam perkembangannya kemudian, arsitektur masjid menunjukkan berbagai bentuk
gaya yang berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Masjid
Istiqlal merupakan salah satu masjid yang arsitekturnya diharapkan bisa
menunjukkan identitas nasional dari bangsa Indonesia dan mendokumentasikan
kerukunan umat beragama.
Berikut ini model-model arsitektur bangunan masjid yang dapat di jadikan
inspirasi dalam mendesain sebuah masjid yang menyenangkan pelayanan jemaah.
Model ini dapat juga anda download diwebsite www.arsitektur@masjid_dunia.com.
B. Pengertian Informasi.
Sebelum memberikan pengertian informasi perlu dijelaskan lebih awal apa itu
informasi yang dibutukan di masjid. Informasi yang dibutuhkan dimasjid adalah
informasi dari Al-Quran dan Sunnah sebagai alat untuk mencerahkan manusia.
Dengan menguasai informasi dalam Al-Quran dan Sunnah semakin canggih pola
hidup kita di dunia dan akhirat.
Informasi adalah sebuah istilah yang tidak tepat dalam pemakaiannya secara
umum. Informasi dapat mengenai data mentah, data tersusun, kapasitas sebuah
saluran komunikas, dan lain sebagainya. Informasi ibarat darah yang mengalir dalam
tubuh suatu masjid sehingga informasi ini sangat penting di dalami suatu masjid.
Suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi luruh, kerdil, dan
akhirnya mati. sistem informasi manajemen berhubungan dengan informasi agama
Memakmurkan masjid 14
sebagai pesan yang mencerahkan masyarakat. Apakah informasi itu? Informasi
agama adalah data-data yang telah di-klasifikasi atau diolah atau di interpretasi para
ulama besar untuk digunakan oleh umat Islam dalam proses pengambilan keputusan
dalam menentukan tujuan hidup jangka pendek di dunia dan jangka panjang di
akhirat.
Fungsi utama informasi adalah menambah pengetahuan umat manusia.
Informasi yang disampaikan kepada umat berupa solusi-solusi hidup di dunia dan
akhirat. Ia merupakan hasil data dari Alquran dan Sunnah yang dijelaskan oleh para
Mubalig dan Dai dalam mengambil keputusan umat Islam dalam menata hidupnya
lebih baik dan berberkah belimpah.
Suatu informasi agama harus memenuhi persyaratan rahmatallil’alamin
(memberikan kenyamanan pada semua pihak) karena Al-Quran dan Sunnah itu
adalah pusat kebagian dan kesejahteraan sehingga keputusan-keputusan perlu
disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masalah umat manusia. Sebagai pengurus
masjid dibutuhkan oleh seorang Imam dalam pengambilan keputusan yang harus
segera dilakukan. Berdasarkan persyaratan informasi agama untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual, intelektual, sosial, dan entrepreneurship masyarakat. oleh sebab
itu informasi agama perlu memiliki criteria sebagai berikut:
1. Informasi agama yang tepat waktu sebuah informasi yang tiba pada sat
manajer sebelum keputusan diambil.
2. Informasi agama yang relevan sebuah informasi yang disampaikan oleh Imam
kepada umat harus relevan dengan kebutuhan umat, yakni ada kaitannya
dengan keputusan pihak penerima (umat) sehingga informasi agama tersebut
akan mendapat perhatian dalam menyelesaikan persoalan hidupnya.
3. Informasi agama harus bernilai, maksudnya berharga dalam pengambilan
keputusan umat Islam disekitar masjid.
4. Informasi yang dapat dipercaya suatu informasi yang harus dapat dipercaya
(realible) dalam manajemen karena hal ini sangat penting menyangkut citra
masjid manajemen masjid digiatkan dalam kegiatan memakmurkan masjid.
Setiap tahapan manajemen memerlukan informasi agama.
5. Perencanaan ta’mir masjid perlu memiliki manajemen modern dengan
mendesain sebuah sistem pengolahan masjid yang berimplikasi pada pelayanan
Memakmurkan masjid 15
umat yang baik dengan membuat perencanaan kegiatan ta’mir masjid sebagai
berikut:
a) (Planning) (Informasi untuk perencanaan): Membuat perencaan tahunan,
bulanan, dan harian. Perencanaan ini disesuaikan dengan standar
operasional yang telah disepakati dalam rapat ta’mir masjid dengan
prinsip pelayanan prima dalam pelayanan umat yang berkualitas.
Tujuannya perencanaan ta’mir masjid adalah mencerahkan umat
mencapai tujuan umat di dunia (jangka pendek) dan bahagian di akhirat
(jangka panjang).
b) Actuating (Informasi untuk penggerak): Memilih fasilitas penunjang
seperti teknologi komputer dan catatan harian (Buku besar) dalam
mencatat dan mengolah data masjid seperti: Membuat jadwal dakwah,
Nama penceramah, Imam, Muazzim, penerima Zakat, Infaq, dan
shadaqah sehingga dapat diaudit dengan mudah pengelolaan keuangan
masjid.
c) Controlling (Informasi untuk pengawasan); Membuat pengawasan yang
cermat untuk mengetahui kesuksesan setiap kegiatan ta’mir masjid
apakah sudah sesuai dengan standar operasional yang ditentukan atau
tidak, selalu melakukan evaluasi yang dapat memudahkan ta’mir masjid,
dan masyarakat mengonrol jalannya sistem informasi dakwah di masjid.
C. Menata Masjid Yang Mencerahkan Umat.
Penataan masjid yang yang mencerahkan umat sangat tergantung pada
kesepakatan berdasarkan hasil studi kelayakan yang dibutuhkan umat disekitar
masjid. Keputusan yang berkiblat pada kemaslahatan dan problematika sosial umat
dapat memberikan kemakmuran masjid. Semakin banyak manfaat masjid pada umat
semakin baik keputusan itu. Artinya keputusan yang baik jika keputusan itu dapat
mencerahkan umat menuju kehidupan yang bahagian di dunia dan akhirat. Selain itu
ada kepuasan dan kenyamanan umat terhadap keputusan yang disepakati oleh ta’mir
masjid sebagai indicator keputusan yang baik.
Langkah-langkah pokok dalam pengambilan keputusan, alangkah baiknya kita
mengulag pengertian keputusan itu sendiri, yang mana keputusan adalah suatu
Memakmurkan masjid 16
tindakan pemilihan dimana pimpinan menentukan suatu kesimpulan tentang apa
yang harus dilakukan atau tidak dilakukan dalam situasi yang tertentu. Keputusan
ini dinyatakan dalam suatu bentuk kata-kata yang dirumuskan dalam suatu
peraturan, perintah, instruksi, kebijakan dan dalam bentuk apa saja yang dikehendaki
pimpinan Imam sebagai pengendali program di masjid.
a. Teknik Pengambilan Keputusan
Pengurus masjid dalam mengambil sebuah keputusan perlu informasi agama
yang cukup untuk menghindari ketidakpuasan para jama’ah. Pengambilan keputusan
harus memiliki 2 kategori minimal yakni kategori praktis, dan tepat sasaran. Untuk
memaksimalkan dalam pengambilan keputusan yang berberkah terinspirasi dari
hadis Nabi adalah:
Rasulullah bersabda: seharusnya setiap amal itu disertai dengan niat.
Sesungguhnya bagi setiap orang akan memperoleh seperti apa yang telah menjadi
niatnya. Maka barang siapa yang hijrah itu karena tujuan duniawi(materi) yang
hendak diraihnya maka hijrah-nya itupun kepada sesuatu yang ditujunya (H.R.
Bukhari dan Muslim).
Hadis ini tersirat teknik pengambilan keputusan dalam sebuah masjid perlu
dilandasi oleh motivasi dan niat yang suci untuk kemaslahan umat manusia sehingga
masjid dapat menjadi pusat pencerah batin manusia yang sakit akibat salah
memahami hidup di dunia dan akhirat. Pengambilan keputusan dalam sebuah masjid
sangat tergantung pada target pencapaian yang disertai dengan niat. Jika niat karena
materi semata maka yang akan didapat itu berupa materi. Tetapi jika diniatkan
untuk mengabdi pada Allah maka mendapatkan dua yakni materi dan Ibadah.
Dengan demikian dalam kepengursan masjid niat dan motivasi harus dilandasi
dengan rasa keikhlasan yang tinggi serta niat yang suci untuk menghindari
pertikaian psikologi sesama pengurus. Hal ini menunjukkan bahwa membangun
kebersamaan sangat urgent laksana bangunan masjid itu sendiri saling mengokohkan
antara satu dengan yang lain. Jika hal ini telah menjadi mind set bagi pengurus
masjid maka langkah berikutnya menentukan fokus pengambilan keputusan.
Menurut Syarifudin dalam pengambilan keputusan untuk memakmurkan
majsid yang menyenangkan umat di Masjid terdiri dari empat pilar utama yaitu:
1. Keputusan berdasarkan matriks rangking. Maksudnya dalam memutuskan
Memakmurkan masjid 17
program memakmurkan Masjid perlu mendesain perencanaan sesuai dengan
problematika sosial yang dihadapi ditengah masyarakat tersebut. Hal ini
ta’mir masjid melakukan identifikasi permasalahan di tengah masyarakat.
Fokus pengambilan keputusan berdasarkan masalah faktual di tengah
masyarakat.
2. Keputusan yang di ambil sesuai dengan hasil pengamatan berdasarkan matris
rangking masalah fundamental yang cermat dari pengurus masjid di tengah
masyarakat kemudian membuat indicator dan standar pelaksanaan kegiatan
untuk menyelesaikan persoalan sosial tersebut di tengah masyarakat.
3. Merumuskan masalah yang paling menonjol dari hasil identifikasi masalah
kemudian membuat rincian objeknya dan pemanfaatan waktu (time line)
biaya, penyelesaiannya.
4. Membuat keputusan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan target
pencapaian yang telah didesain secara cermat dengan langka-langkah yang
pasti untuk menyelesaikan masalah sosial di tengah masyarakat.
Setiap pengurus masjid dalam pengambilan keputusan yang baik, Rasulullah
saw memberikan informasi sebagai pengendali kebijakan dalam mengambil suatu
keputusan. Keteladanan ini ditradisikan dalam memotivasi ta’mir masjid sebagai
seorang pemimpin masjid demi kenyamana umat, dalam menunaikan ibadah.
Motivasi dan niat yang suci hanya mengabdi pada Allah adalah tujuan utama dalam
memakmurkan masjid. Berikut ini contoh pengambilan keputusan bagi seorang
Manager Masjid (pengendali kebijakan) biasanya didasarkan atas:
1. Keyakinan (niat dan motivasi yang suci karena Allah)
2. Intuisi (suara hati)
3. Fakta-fakta sosial di tengah masyarakat yang telah ada dihadapi umat.
4. Adanya laporan secara rutin tentang masalah yang dihadapi masayarakat.
5. Pengalaman (Informasi yang banyak) setelah mencermati keadaan
masyarakat di sekitar masjid.
b. Kriteria keputusan yang Baik.
Keputusan yang baik ketika penentuan pelaksanaan dakwah bisa berjalan baik
Memakmurkan masjid 18
dan dapat meminimalisasi permasalahan sosial negatif di tengah masyarakat.
Kemudian meningkatkawan wawasan umat disekitar masjid untuk menata
kehidupan yang sesuai dengan prinsip Al-Quran dan Sunnah. Semua kebaikan ini
bisa terukur ketika keputusan yang diambil sesuai dengan target pencapaian yang
telah direncanakan sebelumnya. Dengan kriteria keputusan yang terukur adalah
sebagai berikut:
1. Tanamkan niat dan motivasi yang suci untuk menyelesaikan permasalahan
sosial di tengah masyarakat atas dasar keimanan pada Allah dan Rasul-Nya.
2. Menggali Ide dan gagasan secara kognitif (pikiran) prinsipnya dapat
memperbaiki masyarakarat secara luas. Proses keputusan berdasarkan
pengamatan yang mendalam tentang masalah sosial di tengah masyarakat.
3. Mendesain konsep melibatkan orang yang ahli dibidangnya untuk
mendapatkan strategi yang tepat, mudah, dan bisa dijaankan. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan pemahaman ta’mir masjid dan masyarakat
dalam menggerakan organisasi di masjid sesuai dengan semangat Al-Quran
dan Sunnah.
4. Memperhitungkan estimasi anggaran akuntable, transparan, dan terukur
dalam menyelesaikan persoalan tersebut sesuai waktu yang telah disepakati
bersama.
5. Membuat standar operasional pelaksanaan ta’mir masjid dalam bentuk
harian, minguan, bulanan, dan tahunan sesuai kondisi masalah yang dihadapi
oleh masyarakat.
6. Evaluasi kegiatan untuk mengukur target penpaian apakah sudah berhasil
dengan target pencapaian atau tidak. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki
langkah-langkah selanjutnya dalam kegiatan yang serupa.
c. Tipe-tipe keputusan
Model keputusan dapat dipelajari diberbagai buku manajemen moderen. Tetapi
buku yang ada dihadapan anda ini dapat memberikan referensi informasi tentang
bentuk-bentuk keputusan yang baik dalam bukunnya Soewarno Handayaningrat
mambagi tipe keputusan menjad tiga bagian, yaitu keputusan kelompok atau masjid
ialah dimana seorang mempeunyai peranan sebagai anggota dari kelompok itu
Memakmurkan masjid 19
sendiri, keputusan ini adalah keputusan resmi dari kelompok atau masjid dan
pemimpin yang bertindak sebagai pejabat pelaksana.
Keputusan pribadi ialah keputusan yang dipertanggung jawabkan kepada
setiap individu, sekaligus sebagai anggota dari masjid. Keputusan dasar ialah
keputusan masjid sangat penting, dan ini dianggap sebagai bentuk khusus dari pada
keputusan pokok. Pengurus Masjid Sebagai Pengolah Informasi dapat berbagi
dengan jamaah yang datang ke Masjid yang membutuhkan informasi dakwah.
Informasi adalah data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna
dan bermanfaat karena dapat dipublikasikan kepada seseorang yang akan
menggunakannya untuk membuat keputusan. Oleh sebab itu, perlu dipahami bahwa
pemakaian informasi jauh lebih penting karena informasi-lah yang akan dipakai
untuk menunjang keputusan manajemen.
Kendati pun informasi dapat diperoleh dengan mudah, namun sesungguhnya
masih banyak manager yang kekurangan informasi kalau yang dimaksud adalah
informasi yang berkualitas baik. Informasi yang memiliki kualitas tinggi akan
menentukan efektifitas keputusan-keputusan manajer. Burch dan Grundnitski
menyebutkan adanya tiga pilar utama yang menentukan kualitas informasi, yaitu:
akurasi, ketepatan waktu, dan relevansi. Syarat-syarat tentang informasi yang baik
yang lebih lengkap diuraikan pula oleh parker. Berikut syarat-syarat yang dimaksud :
1. Ketersediaan (availability): Syarat yang mendasar bagi suatu informasi
adalah tersedianya informasi agama itu sendiri. Informasi harus dapat
diperoleh bagi orang yang hemdak memanfaatkannya.
2. Mudah dipahami (comprehensibility): Informasi harus dapat sipahami oleh
pembuat keputusan, baik itu informasi yang menyangkut pekerjaan rutin
maupun keputusan yang bersifat strategis. Informasi yang berbelit-belit
hanya akan membuat kurang efektifnya keputusan manajemen.
3. Relevan: Dalam konteks masjid, informasi yang diperlukan adalah yang
benar-benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan masjid.
Bermanfaat Sebagai konsekuensi dari syarat relevan, informasi juga harus
bermanfaat bagi masjid.
4. Tepat waktu: Syarat ini terutama sangat penting pada saat masjid
membutuhkan informasi ketika hendak membuat keputusan yang krusial.
Memakmurkan masjid 20
5. Keandalan Informasi: harus diproleh dari sumber-sumber yang dapat
diandalkan kebenarannya.
6. Akurat(tepat dengan sasaran): Syarat ini mengharuskan bahwa informasi
bersih dari kesalahan dan kekeliruan. Ini juga berarti bahwa informasi harus
jelas dan secara akurat mencerminkan makna yang terkandung dari data
pendukungnya.
7. Konsisten: Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi didalm
penyajiannya karena konsisten merupakan syarat penting bagi dasar
pengambilan keputusan.
8. Tampak bahwa ada berbagai macam syarat yang dipenuhi bagi informasi
untuk kepentingan manajemen. Pengolahan data atau penyadian informasi
harus memperhitungkan segi-segi waktu penyajian, isi, format maupun segi-
segi lain dari informasi tersebut. Ini dapt dipahami karena didalam masjid-
masjid modern, kualitas informasi yang dipergunakan dalam manajemen
itulah yang akan menentukan efisien dan efektifitas masjid .
Efektifitas pengelolaan masjid sangat tergantung pada kedalam keilmuan
pengurus tentang Ilmu manajemen masjid adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
cara mencapai suatu tujuan yang memiliki dampak besar dalam memperbaiki umat
untuk berpikir positif. Fungsi masjid yang harus dilakukan dengan menggunkan
alat/komputer, tenaga orang, ide, dan secara lebih efisien.
Masjid adalah rumah Allah SWT yang digunakan oleh kita sebagai tempat
untuk beribadah kepadanya untuk mencapai ridho nya dan bertaqwa kepadanya.
Masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah,
dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturrahmi dikalangan kaum
muslimin.dimasjid pula tempat terbaik untuk melangsungkan shalat jum’at. Masjid
merupakan tempat mencetak ummat yang beriman, beribadah, menghubungkan jiwa
dengan sangt kholiq. Umat yang beragama shaleh dalam kehidupan masyarakat
menjadi ummt ynag berwatak teguh. Memiliki masjid atau memanajemen suatu
masjid tidak hanya membaguskan dan melihat dari bangunannya saja, tetapi harus
bisa juga berdampak perubahan besar terhadap pola pikir umat dari terbelakan
menjadi maju.
Memakmurkan masjid 21
Buku panduan memakmurkan masjid ini sebagai tambahan informasi teknik
mendesain pengelolaan masjid yang moderen. Masjid sebagai tempat ibadah dan
pusat kebudayaan Islam perlu keterampikan dalam pelayanan umat dengan
menyuguhkan Dai dan Muballigh yang berkualits. Drs. Moh. E. Ayyub dalam
bukunya Manajemen Masjid mendefinisikan. Idarah masjid adalah usaha-usaha
untuk untuk merealisasikan fungsi-fungsi masjid sebagai mana mestinya.
Dari sisni kita bias merumuskan definisi lain idarah masjid atau manajemen
masjid adalah suatu proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal,
dilakukan oleh seorang pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya
melalui berbagai aktivitas yang positif. Dengan demikian ketua pengurus masjid
harus melibatkan seluruh kekuatan masjid untuk mewujudkan kemakmuran masjid.
Sebagai mana yang sudah tertera sebelumnya bahwa memakmurkan masjid haruslah
sudah tentu harus merealisasikan fungsi fungsi masjid sebagaimana mestinya
dibawah ini adalah fungsi-fungsi manajemen masjid, yaitu :
d. Perencanaan
Dalam manajemen masjid perencanan adalah perumusan tentang apa yang
akan dicapai dan tindakan apa yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan
pemakmuran masjid, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dalam upaya
memakmurkan masjid perencanaan memiliki arti yang sangat penting, yaitu :
1. Memungkinkan dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat sesuai dgn situasi
dan kondisi yang dihadapi pada saat upaya pemakmuran masjid dilaksanakan.
2. Aktivitas pemakmuran masjid bisa berjalan lebih terarah dan teratur.
3. Dapat dipersiapkan terlebih dahulu tenaga-tenaga pelaksana dalam
pemakmuran masjid, begitu juga dengan dana dan saran.
4. Perencanaan akan memudahkan pimpinan pengurus masjid untuk
melaksanakan pengawasan dan penilaian terhadap jalannya aktivitas
pemakmuran masjid.
Perencanan kegiatan masjid yang matang harus dilaksanakan dengan baik oleh
pengurus masjid. Untuk itu, perlu pengmasjidan yang solid bagi pengurusnya.
Pengmasjidan masjid adalah penyatuan, penelompokan, dan pengaturan pengurus
Memakmurkan masjid 22
masjid untuk untuk digerakkan dalm satu kestuan kerja sebagaimana yang telah
direncanakan. Dalam manajemen masjid pengmasjidan memiliki arti yang sangat
penting, yaitu :
1. Penugasan staf pengurus lebih mudah, karena sudah jelas seksi apa atau siapa
yang harus melaksanakan suatu bidang kegiatan
2. Memudahkan dipilih tenaga pelaksana tang tepat, karena dalam
pengmasjidan bukan hanya menyusun struktur kepengurusan dan
menempatkan orangnya, tapi juga menguraikan tugas dan tanggung jawb
sehingga bisa dipilih, siapa yng tepat menempati posisi suatu kepengurusan.
3. Pengmasjidan juga membuat terpadunya berbagai potensi pengurus dalam
suatu kerangka kerja sama pemakmuran masjid.
4. Memudahkan bagi pemimpin pengurus masjid untuk mengendalikan dan
mengevaluasi pelaksanaan suatu kegiatan.
BAB IV
IMPLEMENTASI MEMAKMURKAN MASJID
A. Pelaksanaan dan Pengawasan
Pelaksanaan dalam manajemen masjid merupakan upaya membimbing dan
mengarahkan potensi pengurus untuk beraktivitas sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing. Pimpinan hrus memberikan rangsangan atau motivasi
kepada pengurus untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu.
Pengawasan atau control baik dari pimpinan kepada staf maupun dari staf
kepada pimpinan dan sesama staf kepengurusan masjid. Merupakan sesuatu yang
perlu. Terlaksananya fungsi ini akan membuat pengurus tahu dengan adanya
kesalahan kekurangan, kelemahan rintangan, tantangan dan kegagalan dalam
mencapai tujuan pemakmuran masjid.
1. Struktur Masjid
Struktur masjid masjid adalah susunan unit-unit kerja yang saling berhubungan
satu sama lainnya. Masing-masing unit mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi
dihubungkan dengan garis koordinasi. Adanya koordinasi inilah yang menyebabkan
Memakmurkan masjid 23
antar unit kerja menjadi satu kesatuan. Setiap masjid harus dijalankan secara
professional dengan menerapkan ilmu manajemen. Dalam ilmu manajemen dikenal
adanya struktur masjid. Struktur masjid adalah suatu bagan yang bertujuan membagi
tugas dalam berbagai pusat kegiatan atau melaksanakan tugas yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dalam masjid.
Struktur masjid akan menggambarkan fungsi masing-masing bagian batas
wewenang yang dimilikinya, luas tanggung jawab yang harus dipikulnya,
hubungannya dengan bagian lain, atasannya dan bawahannya. Struktur masjid
masjid dapat disederhanakan atau dikembangakan sesuai dengan program dan tujuan
dari sebuah masjid yang mungkin berbeda antara masjid yang satu dengan masjid
yang lainnya. Tergantung juga karena mekanisme kerja masjid masjid tersebut.
2. Metode Pembagian Tugas di Masjid
Pembagian tugas di Masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam membutuhkan
pengaturan sumber daya sesuai sumber daya yang dimiliki. Dalam mencapai cita-
cita besar sebuah masjid perlu memaksimalkan tenaga yang dimiliki sesuai keahlian
masing-masing pengurus masjid.
Mendesain program kerja secara optimal meliputi, Perencanaan (planning)
dakwah, penataan administrasi masjid (organizing), Pemilihan orang (staffing)
sesuai keahaliannya, Pengarahan (directing), Pengawasan (controlling), Komunikasi
(communication) dengan stakeholder harus baik untuk mencitrakan amsjid sebagai
pusat perbaikan mental umat manusia. Semua tugas masjid ini terdiri dari empat
pilar utama yaitu:
a. Imam masjid (Dewan Syariah)
b. Manajer
c. Tata Usaha (Sekertaris, Bendahara)
d. Operasional (Pendidikan, Sosial, Usaha)
Jika diperincikan lagi tugas takmir masjid sesuai dengan fungsinya adalah
melakukan pelayanan prima pada umat. Untuk lebih tampak dapat dilihat dalam
struktur berikut ini:
Memakmurkan masjid 24
3. Komposisi Pengurus Masjid
Komposisi pengurus masjid adalah struktur ta’mir masjid yang menggerakkan
semua pelayanan ibadah, dakwah, dan muamalah. Komposisi kepengurusan masjid
terdiri ketua yayasan, Imam, wakil Imam, dan ta’mir. Dalam sebuah masjid
kenabian seorang ketua adalah orang yang lebih baik akhlak dan kecerdasasnya
dibanding dengan bawahannya
BAB IV
IMAM MASJID
Peran Imam masjid memiliki fungsi di tegah masyarakat sangat strategis
karena ia adalah pimpinan umat dalam melakukan ibadah. Begitupula dalam
memakmurkan masjid imam memiliki peran dalam aktivtas ibadah. Hal ini
menunjukkan bahwa secara yuridis menajdi bagian dari sistem kepengurusan masjid
dan menentukan kebijakan masjid. Karena ini sangat menentukan pergerakan masjid
sehinga tidak bisa dipandang remeh. Ketika imam memiliki peran sosial ditengah
masyarakat berarti perlu memiliki keilmuan yang cukup dalam aspek aqidah,
syari’ah dan akhlaq.
Eksistensi imam dalam masyarakat sudah saatnya perlu dihargai sebagaimana
para sahabat menghargai Nabi Muhammad saw dalam memimpin ibadah dan
pemimpin sosial kemasyarakat. Dengan demikian imam dituntut memiliki
profesionalisme kenabian sehingga ia perlu memiliki sifat siddieqy, amanah, tablig,
dan fathanah. Rumusan ini sebagai standar seorang imam untuk menjalankan fungsi
dan tujuan masjid dapat dicapai dan diraih dengan maksimal. Dalam mendapat
imam yang dapat meningkatkan aktivitas masjid perlu perekrutan imam desa,
kecamatan, kabupaten, dan imam provinsi.
A. Pengertian Imam
Pengertian imam secara bahasa Imam pemimpin (ikutan) pada waktu salat
berjamaah; dapat juga dimaknai sebagai pemimpin;kepala (negeri dsb). Selain itu
Memakmurkan masjid 25
sering juga digunakan sebagai gelar yang berarti, pemimpin, khalifah, dan
penghulu.
B. Peran Imam dan Kriteria Imam
Terminologi Imam dalam kamus besar Bahasa Indonesia imam adalah;
pemimpin, kata Imam di Indonesia lebih banyak dikonotasikan pemimpin dalam
ibadah ritual. Imam juga dapat diartikan sebagai kepala Negara atau pemimpin
negara. Imam juga sering diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan ilmu
yang tinggi. Seperti Imam Bonjol, Imam Hanafi, Imam dan Syafi’I. Imam juga dapat
diartikan orang yang memimpin upacara-upacara agama di gereja.
C. Tugas dan Fungsi Imam
D. Cara Pengangkatan Imam
Dewasa ini imam masjid dianggap sebagai sebuah profesi yang dituntut
memiliki kapasitas dan profesionalisme dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai
pimpinan dalam beribadah. Karena imam memiliki peran strategis maka sistem
perektrutan imam, pemberhentian imam, sertifikasi imam, merumuskan fungsi
imam, khatib, dan hak kewajiban dari imam untuk meningkatkan peran dan fungsi
masjid sebagai pusat pencerahan dan pembinaan ummat.
a. Memimpin dan mengmasjidkan kegiatan masjid dalam melaksanakan
tugasnya.
b. Mewakili masjid dengan baik kedalam atau keluar.
c. Mengawasi pelaksanaan program kerja.
d. Menandatangani surat-surat penting.
e. Memimpin evaluasi atas pelaksanaan program kerja.
f. Membuat laporan pertanggung jawaban (LPJ) dari program-program kerja
yang telah dilakukan diakhir pengurusan.
Memakmurkan masjid 26
2. Wakil Ketua
1. Mewakili ketua apabila berhalangan.
2. Membantu ketua dalam menjalankan program kerja.
3. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas-tugasnya
pada ketua.
3. Sekretaris
1. Mewakili ketua dan wakil ketua apabila berhalangan.
2. Bertanggung jawab terhadap segala bentuk administrasi masjid
3. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas-tugasnya
pada ketua.
4. Departemen Keuangan
Bidang keuangan adalah faktor penting dalam sebuah ta'mir masjid karena
bidang ini merupakan alat vital yang menggerakkan aktifitas pelaksanaan ibadah.
Kemampuan mengatur finansial masjid adalah satu keterampilan pengurus untuk
mencukupi pelayanan masjid kemasjidan merupakan satu hal yang perlu
diperhatikan dalam memanfaatkan keuangan masjid. Karena dana umat yang
dikelolah dimasjid tidak seperti di bank tetapi semata-mata digunakan untuk
kebutuhan pelalaksanaan ibadah. Adapun riancian pembiayaan adalah sebagai
berikut:
1. Mengelola keuangan masjid.
2. Merencanakan sumber dana masjid
3. Menerima, menyimpan, dan membukukan keuangan.
4. Mengeluarkan uang sesuai kebutuhan Rentra (rencana strategis).
5. Menyimpan tanda bukti penerima dan pengeluaran
6. Membuat laporan rutin.
Memakmurkan masjid 27
Memakmurkan masjid 28
Memakmurkan masjid 29
BAB V
KURIKULUM DAN SILABI DAKWAH
A. Kurikulum Dakwah
Format kurikulum dakwah lahir dari riset yang dilakukan oleh ilmuan dakwah
terhadap realitas problematika masyarakat. Dari kurikulum ini lahirlah silabi dakwah
sebagai rujukan mubalig dalam mengkomunikasikan dan membahasakan agama
sesuai dengan persoalan yang dihadapi umat. Ketika pesan-pesan agama tidak
disesuaikan dengan kondisi persoalan umat maka materi dakwah dan khutbah kurang
memiliki dampak pencerahan di tengah masyarakat. Semakin canggih pengurus
masjid memberikan dakwah sesuai persoalan yang dihadapi umat semakin tinggi
kebutuhan masyarakat terhadap masjid sebagai pusat pencerahan spiritual,
intelektual, sosial, dan entrepreneurship.
Pengurus masjid dalam mendesain proyek dakwah harus disesuaikan dengan
kondisi permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Silabi khutbah jumah,
ceramah, dan pidato lainnya difokuskan pada Rencana Strategis Dakwah
(RENSTADAK). Ketika pengurus masjid mampu mendesain sibali dakwah sesuai
dengan kebutuhan umat maka masjid sebagai pusat spiritual umat memiliki peran
yang cukup signifikan dalam mencerahkan umat dalam menata struktur masyarakat
yang sehat secara fisik dan sehat secara spiritual.
Menciptakan kondisi masjid yang nyaman membutuhkan silabi dan kurikulum
dakwah yang sesuai kebutuhan dan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.
Ekosistem informasi dakwah perlu membaca buku bagaimana cara pelaksanaan
dakwah yang dapat memberikan pencerahan pada jamaanya. Minta masukan dari
jamaah topik aktual dan buat silabi dakwah untuk satu tahun atau enam bulan. Hal
ini tergantung kesepakatan pengurus dan jamaanya. Menurut syarifudin Ambon
bahwa untuk mendesain sebuah silabi dakwah ada 3 hal sub sistem yang perlu
mendapat perhatian khusus yaitu:
Memakmurkan masjid 30
1. Jamaah: Informasi tentang kondisi sosiologis jamaah, hal ini penting
dilakukan karena untuk menjadi bahan renungan bagi Dai dan Muballigh
yang akan memberikan materi cerama.
2. Pengurus: Pengurus perlu memberitahukan lebih dahulu kepada Dai dan
Muballigh tentang topik yang akan dibawakan sesuai informasi yang telah
disepakati oleh jamaah dan pengurus. Pengurus juga harus menginformasika
kepada Dai dan Muballigh untuk membuat resume ceramah untuk
diperbanyak oleh pengurus yang akan dibagikan oleh jamaah materi yang
dibawakan oleh Dai dan Muballigh.
3. Alat sound system (pengeras suara): Bidang teknik sistem teknologi
informasi juga perlu uji kelayakan sebelum acara dimulai. Semua alat
pengeras suara dicoba untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan pada
saat acara berlangsung.
4. Naskah Dakwah Para Dai dan Muballigh: Pengurus harus intens
mengumpulkan resume naskah dakwah pada Dai dan Muballigh kemudian
dicatat untuk dijadikan buletin dakwah. Jika proses ini dimaksimalkan maka
akan melahirkan buku dakwah setiap masjid.
Jika pengurus aktif mengumpulkan resume setiap dai dan muballigh yang
ceramah selama satu tahun pengurus masjid dapat membukukan judul-judul
khutbah. Inilah pentingnya adanya kerjasama dengan Dai dan Muballigh untuk
membuat resume setiap ingin memberikan ceramah.
Naskah dakwah adalah merupakan faktor yang sangat penting dalam
membangun peradaban dakwah di Indonesia, dengan adanya naskah dakwah maka
rekaman peristiwa proses dakwah pada saat ini akan menjadi artifak sejarah bagi
generasi selanjutnya. Banyaknya para ulama klasik yang memiliki gagasan
pemikiran dakwah yang imajinatif tetapi tidak ada naskah dakwahnya sehingga
tidak dikenang oleh generasi selanjutnya.
Memakmurkan masjid 31
B. Pandangan Dakwah Universal
Natsir dalam pandangan dakwahnya Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
ini kaya akan solusi dan jawaban bagi permasalahan kehidupan manusia. Al-Qur’an
dan Sunnah dalam hal ini adalah dua sumber utamanya. Lebih lanjut, manusia
dengan kemampuan akalnya mampu untuk mengambil kesimpulan guna
menghadapi dan menjawab berbagai persoalan. Inilah kemudian yang ia sebut
dengan ijtihad. Berdasarkan hal ini, selanjutnya Natsir seakan tidak menemui
hambatan dalam merumuskan posisi Islam vis a vis Barat dengan demokrasi dan
sekularismenya, atau pun atheisme.
Sifat Islam yang rahmatan lil‘alamin dan bertujuan untuk mengantarkan
manusia pada kesejahteraan dan kebaikan dunia-akherat meniscayakan agama yang
lahir di Makkah ini untuk disebarkan. Bagi Natsir ini adalah upaya dakwah Islam.
Pandangannya tentang hal ini adalah derivasi dari pandangannya tentang manusia
sebagai khalifah Allah yang mesti mengabdi pada-Nya. Dalam pandangan Natsir,
pengabdian ini meliputi dakwah Islam.
Dakwah dalam pandangan Natsir bermakna amar ma’ruf nahi munkar, di
dalamnya mengandung tiga unsur utama, yaitu amal perbuatan lisan, aktualisasi
ajaran Islam dengan karya nyata, dan kepribadian terpuji sebagai sokogurunya. Ini
adalah syarat mutlak bagi tercapainya tujuan Islam di atas. Selain itu, ia berargumen
bahwa ini juga merupakan kewajiban fitrah manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam hal metode penyampaiannya, Natsir menganalogikan seorang muballig
dengan seorang petani. Seorang petani haruslah mengetahui cara bercocok tanam,
tahu akan keadaan tanah, tahu jenis benih dan sifat benih yang akan ditaburkan, tahu
musim dan iklim yang kondusif, tahu akan hama yang mungkin akan menggangu
tanamannya dan bagaimana menyikapinya, dimana pengetahuan tentang hal ini
semua berguna untuk mendapatkan panen yang bagus. Seorang muballig pun juga
demikian, ia harus mengetahui berbagai hal yang dirasa perlu agar pesan yang
disampaikannya diterima dengan mudah oleh masyarakat. Beberapa hal yang mesti
diketahui dan dikuasai oleh muballig diantarannya adalah; mengetahui obyek
sasaran dakwah, memahami kebutuhan obyek dakwah, penyampaian yang arif dan
berakhlak mulia, dan yang terpenting adalah penguasaan dan pemahaman ilmu yang
mendalam.
Memakmurkan masjid 32
Sejatinya Natsir bisa dianggap sebagai muballig dalam pengertian di atas.
Menjadi seorang politikus maupun negarawan bukan berarti tidak bisa menjadi
seorang muballig. Natsir justru menggunakan politik untuk menyebarkan agama
Islam. Dalam kaca mata Natsir, politik adalah sarana yang tepat guna menyebarkan
Islam dengan cepat.20
Di sisi lain, menjadi seorang politikus dan negarawan juga
tidak mencegahnya untuk berkarya. Tercatat beberapa karya ilmiah meliputi
berbagai masalah sosial, ekonomi, sosial, politik, pendidikan, dan dakwah telah ia
lahirkan. Dan satu garis besar yang dapat diambil dari sekian banyak karyanya itu
adalah menampilkan Islam sebagai basis dan penyokong utamanya.
Perjuangan M. Natsir yang tak kenal dalam dakwah Islam melalui politik dan
kritik yang ia lancarkan pada pemerintahan membawanya pada posisi yang wariskan
pemerintahan orde lama maupun orde baru. Diasingkan dan dipenjara mungkin
adalah resiko yang harus dibayar oleh Natsir dalam perjuangan dakwah Islamnya.21
Kendati demikian, dalam menyikapi keadaan ini, Natsir kemudian mengalihkan
dakwah politiknya dengan dakwah via pendidikan, karya ilmiah, dan orasi serta
ceramah. M. Natsir membuka dengan mengutip firman Allah swt QS Fushilat (41) :
33

Terjemahnya:
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk
orang-orang yang menyerah diri?"


Terjemahnya:
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara
yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

20
Thohir Luth, M. Natsir Dakwah Dan Pemikirannya, (Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press,
1999), h. 26
21
Thohir Luth, M. Natsir Dakwah Dan Pemikirannya, ibid... h. 85.
Memakmurkan masjid 33
Terjemahnya:
sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
Keuntungan yang besar.

Terjemahnya:
dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah
perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.
Firman Allah yang dikutip M. Natsir tersebut banyak memberikan inspirasi
dalam penyebaran informasi dakwah ada kewajiban Dai dan Muballigh dalam
menyampaikan pesan-pesan agama yakni:
‚Kewajiban pada Dai, Muballigh dan Ulama tidak sekedar memberikan fatwa
atau member vonis bahwa komunis itu haram. Tidak usah kita yang mengatakan,
orang awam pun komunis itu jahat kewajiban umat adalah mengemukakan
alternative dalam menghadapi system komunis itu, mengemukakan alternative
yang baik untuk menghadapi yang buruk.22
Kearifan materi dakwah M. Natsir di atas hemat penulis tidak harus
menghukumi orang dengan label haram, halal, kafir, munafik, dan sejenisnya tetapi
dengan perkataan simpatik yang empaty serta menarik. Menawarkan pilihan
kebenaran yang menyejukkan bukan mengejutkan. Tugas Dai dan Muballigh
memberikan informasi yang dapat melebutkan budi pekerti umat. Setelah pesan
dakwah itu disampaikan seorang Dai dan Muballigh memberikan keteladanan,
karena keteladanan sebagai media komunikasi ampuh yang dapat disaksikan
langsung oleh umat dalam bentuk implementasi dari ucapan yang telah
dipublikasikan dipraktekkan dalam bentuk prilaku yang dapat menyejukkan dalam
berinteraksi dan bermasyarakat.
22
M. Natsir Kalimat Hak itu Lebih Tajam dari Pedang dalam majalah Suara Masjid No. 11
Tahun III h. 6-7 Yayasan Al-Hilal Ikatan Masjid Indonesia (IKMI), Rajab 1395 H/1975 M 24
Ramadan 1408 H/20 Mei 1988 h. 24.
Memakmurkan masjid 34
Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan bidang pendidikan dan
bidang dakwah, meliputi: rencana strategis bidang pendidikan baik jangka panjang
maupun jangka pendek. Semua perencaan ini dibuat estimasi anggarannya sesuai
target pencapaian yang dinginkan berdasarkan kesepakatan antara pengurus masjid
dan donatur masjid.
A. Bidang Pendidikan.
1. Membuat jadwal TPA dan kajian kajian keagamaan.
2. Mengumumkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan dan
dakwah
3. Mengkoordinir shalat jumat
4. Daftar pengurus, jamaah
B. Bidang Dakwah.
1. Membuat jadwal pengembangan dan pengkajian dakwah alam satu tahun
berjalan yang dibagi menjadi beberapa substansi materi dakwah sesuai
keputusan bersama antara jamaah dan pengurus masjid kemudian
dikomunikasikan dengan Dai dan Muballigh yang telah dipilih menjadi
pemateri.
2. Membuat workshop pemberdayaan masjid: materi-nya ini juga hasil
kesepakatan dengan jemaah. Sebagai contoh materi pemberdayaan adalah
pemberdayaan masyarakat Islam dari segi ekonomi, kepemimpinan,
komunikasi dan manajemen memakmurkan masjid.
3. Membuat jadwal imam, khatib, muazzin dan bilal salat jumat
4. Mengkoordinir kegiatan remaja masjid, ibu-ibu dan anak-anak
5. Mengelola situs Internet mendistribusi surat elektronik (email) yang masuk
sesuai dengan departemen
Memakmurkan masjid 35
C. Departemen pembangunan dan pemeliharaan
Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan pembangunan dan
pemeliharaan masjid yang meliputi:
1. Membuat program rehabilitasi dan pembangunan masjid
2. Membuat rencana anggaran jangka panjang dan jangka pendek
3. Melaksanakan program pembangunan dan mengatur kebersihan, keindahan
dan kenyamanan masjid
4. Mendata segala kerusakan sarana dan pra sarana masjid
D. Departemen sosial dan kemasyarakatan
Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan yang bersifat sosial
kemasyarakatan yang meliputi :
1. Menyantuni fakir miskin, yatim piatu, janda, dan lain-lain
2. Melakukan khitan massal Bakti sosial terhadap korban bencana alam.
3. Melakukan koordinasi dengan pengurus RT/RW setempat dalam
melaksanakan tugasnya.
4. Melakukan kerja sama antar masjid-masjid
E. Program Memakmurkan Masjid
Pada hakekatnya ada dua jenis masjid yaitu:1). Masjid dibangun dengan dasar
niat yang suci karena Allah, 2). Masjid dibangun karena dasar ingin dianggap hebat,
ingin dipuji, dan karena riya atau dibangun bukan karena Allah. Ketika masjid
dibangun atas dasar riya atau karena maksud tertentu maka akan melahirkan konflik
yang tidak pernah berkesudahan dalam sebuah pengurus masjid. Karena Allah tidak
inginkan ini terjadi maka motiasi dalam membangun masjid perlu diluruskan untuk
mencegah terjadinya sifat negatif yang membonceng dibelakangnya.
Mengingat adanya 2 jenis masjid ini maka diperlukan kewaspadaan yang
tinggi agar dapat memberikan jaminan dan perlindungan bagi umat Islam untuk
melakukan ibadahnya di tempat yang benar yaitu di masjid Allah dan mencegah
umat Islam untuk tidak beribadah di tempat yang salah. Maka sudah sepantasnya
Memakmurkan masjid 36
masjid-masjid di Indonesia yang merupakan masjid Allah diberikan nomor registrasi
masjid untuk membedakan dengan masjid riya. Menghindari masjid dari motivasi
riya Allah swt berfirman dalam Al-Quran surah Al- Jin/72:18

Terjemahnya:
dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah
kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.
Informasi yang dapat dimaknai dari penjelasan ayat tersebut agar umat Islam
dalam membangun dan memakmurkan masjid tidak didasari oleh motivasi yang lain
karena akan merusak manajemen sistem informasi masjid yang telah disepakati
bersama. Telah tampak sebagian masjid di dunia dan disekitar kita kadang dibangun
atas dasar lain sehingga ia laksana bangunan yang berfungsi ganda yakni berfungsi
sebagai pusat masalah dan berfungsi sebagai tempat ibadah. Atas dasar inilah
sehingga membutuhkan manajemen transparansi keuangan yang telah diamanatkan
oleh umat di sekitar masjid perlu dimanfaatkan sebaik mungkin demi meningkatkan
pelayanan prima umat di masjid dengan membuat registrasi jama’ah.
Registrasi masjid seyogyanya dibangun dengan sistem yang terintegrasi secara
nasional dilakukan oleh Dewan Masjid Indonesia atau badan yang merupakan
asosiasi dari masjid-masjid setempat. Registrasi ini diperlukan untuk menetapkan
Nomor Pokok Masjid (NPM). Setiap masjid mestinya terdaftar dan diberikan Nomor
Registrasi yaitu Nomor Pokok Masjid. NPM diperlukan karena terkait dengan
pembentukan Kartu Jamaah Masjid (lihat Juklak Registrasi Masjid).
a. Database jama’ah masjid.
Masjid yang sehat ketika ia memiliki data jamaah yang turut memakmurkan
masjid. Pendataan jama’ah merupakan yang mendiami rumah 40 kedepan, 40
belakang, 40 kesamping kanan dan 40 kesamping kiri masjid. ‛ Tetangga itu ada tiga
golongan, ada tetangga yang hanya mempunyai satu macam hak dan ada tetangga
yang mempunyai dua macam hak dan ada tetangga yang mempunyai tiga macam
hak. Ketika semua jama’ah ini terregistrasi dengan baik maka tingkat kriminal
disekitar masjid dapat diminimalisasi dengan baik.
Memakmurkan masjid 37
Adapun tetangga yang mempunyai tiga macam hak yaitu tetangga yang
muslim, lagipula masih termasuk lingkungan keluarga. Maka ia mempunyai hak-
haknya sebagai tetangga, hak-haknya sebagai seorang muslim dan hak-haknya
sebagai keluarga. Tetangga yang mempunyai dua macam hak ialah tetangga yang
muslim. Ia mempunyai hak-haknya sebagai tetangga dan hak-haknya sebagai
seorang muslim. Tetangga yang hanya mempunyai satu macam hak ialah tetangga
yang musyrik‛ (HR Abu Naim dan Ibnu Adiy) ‛ Empatpuluh rumah tetap bernama
tetangga‛.
a. Registrasi Jama’ah
Data dari setiap rumah yang diperlukan adalah jumlah orang yang tinggal di
rumah tersebut, keadaan keluarganya, kehidupan keagamaan dan ekonomi serta
sosialnya: nama, KTP, NPWP, NPWZ, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,
menikah/tidak menikah, agama, nama istri, anak, tanggungan keluarga, alamat,
nomor telepon rumah, pekerjaan dan penghasilan keadaan ekonomi dan sosialnya.
b. Perlu dibuatkan softwarenya.
Ta’mir masjid perlu menggunakan teknologi komputer sebagai fasilitas untuk
mengolah data masjid sebagai pusat daya umat Islam. Masjid harus menjadi pusat
kekuatan umat dalam merancang kondisi sosial yang sehat secara spiritual dan sehat
secara sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan inventarisasi data:
mana yang muslim dan mana yang non muslim. Bagi mereka yang muslim
merekalah yang termasuk dalam jamaah tetap masjid. Masing-masing diberikan
Kartu Jamaah Masjid sebagai anggota.
Data tetangga masjid (DTM) setiap 6 bulan–12 bulan harus senantiasa di cek
kembali dan diupdate karena kemungkinan terjadinya perubahan penghunian rumah.
‚Sebaik-baik teman disisi Allah ialah yang paling baik kepada temannya, dan
sebaik-baik tetangga di sisi Allah ialah tetangga yang paling baik kepada
tetangganya‛. Ketika program ini dapat dilakukan oleh ta’mir masjid maka ta’mir
masjid telah ikut menjadi pusat pencerahan umat dan telah ikut berpartisipasi
menjaga ketertiban lingkungan masyarakat dari berbagai macam kriminal dan
premanisme.
Memakmurkan masjid 38
Setiap warga 40 disekitar masjid harus memiliki peran dan tanggung jawab
menjaga ketertiban sosial di tengah masyarakat. karena jika hal ini tidak dihiraukan
bersama maka dapat melahirkan kondisi masyarakat yang tidak sehat, misalnya
pencurian merajalela, prilaku main hakin sendiri, premanisme, dan prilaku sadisme
lainnya. Keadaan ini tidak menggambarkan masyarakat Islami yang didalamnya ada
nilai kekelaurgaan yang dijungjung tinggi dan dijaga bersama lewat program yang
dilakukan di masjid. Dalam hadis Rasulullah disebutkan bahwa:
‚Beribadahlah kepada Allah dan janganlah mempersekutukannya dengan
sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat,
ibnu sabil, dan hamba-hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri‛ (HR al Bukhari,
at Tirmidzi dan Ahmad).
Memelihara kekerabatan antar warga masyarakat adalah cara mencegah
radikalisme di sekitar masjid. Masjid sebagai pusat pencerahan spiritual umat Islam
harus terus dimakmurkan program pencerahan masyarakat karena masyrakat
Indonesia saat ini diperhadapkan oleh penjajahan imprealisme budaya gloal yang
belum tentu cocok dengan kondisi sosial masyarakarat Indonesia. Melalui masjid
kekerabatan perlu dijaga ukhuah Islamiyyah agar semua gerak sosial yang mengarah
pada prilaku radikalisme, brutalisme, premanisme, dan pencurian dapat dicegah
dengan memakmurkan masjid sebagai pusat peradaban umat, pusat pencerahan
umat, dan pusat memberikan solusi terhadap problematika yang dihadapi umat Islam
di sekitar masjid. Gagasn ini juga berlandaskan dalam Al-Quran surah An-Nisa
sebagai berikut:



(QSAn Nisa:4:36)
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman
Memakmurkan masjid 39
sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
‚Tidak dikatakan seorang mukmin, seorang yang kenyang, sedangkan tetangga di
sampingnya kelaparan‛ (HR al Bukhari, al Hakim, At Thabrani, al Baihaqi dari Ibnu
Abbas)
c. Data Jamaah Masjid.
Bangun database jamaah masjid tetap (DJM) yang digolongkan menjadi 2
yaitu yang muzaki dan yang mustahiq. Inventarisasi data jamaah minimal 40 rumah
dari kanan dan 40 dari kiri dan 40 dari depan dan 40 dari belakang, lingkungan
masjid dengan kategori ring 1, ring 2 dan ring 3.
‚Tiap empat puluh rumah adalah tetangga-tetangga, yang didepan, di belakang,
disebelah kanan dan disebelah kiri‛.
(HR Aththahawi)
Membangun Jamaah Tetap masjid dengan memberikan Kartu Jamaah Masjid (KJM)
bagi setiap jamaah dapat bekerjasama dengan Bank Syariah (lihat Juklak pembuatan
Kartu Jamaah Masjid).
Jika ada beberapa rumah misal Rumah X dan rumah Y, yang termasuk dalam
lingkungan 2 masjid misal masjid A dan masjid B maka masing-masing pengurus
masjid tidak dibenarkan memaksa keluarga tersebut menjadi jamaah salah satu
masjid. Tetapi menyerahkan kepada masing-masing Kepala Rumah Tangga (KRT)
untuk memilih menjadi jamaah masjid A atau jamaah masjid B. Bisa saja terjadi
KRT X memilih masjid A, sedangkan KRT Y memilih masjid B. Setelah dipilih
maka berlaku selamanya.
Data Jamaah Masjid (DJM) juga harus diupdate setiap waktu secara berkala
minimal sebulan sekali. Masjid merupakan pusat kegiatan kaum muslimin. Dari
sanalah seharusnya kaum muslimin merancang masa depannya, baik dari lini din (
agama), ekonomi, politik, sosial dan seluruh sendi kehidupan, sebagaimana para
pendahulunya memfungsikan secara maksimal.
Tapi sayang, hari ini peran masjid mulai bergeser. Ia mengalami mutilasi
fungsi dan distorsi wilayah kerja. Masjid hanya identik dengan tempat shalat, tidak
lebih dari itu. Kalau pun maksimal hanya event-event seremonial tahunan. Itupun
Memakmurkan masjid 40
Alhamdulillah masih bisa berjalan, karena ada beberapa masjid yang bahkan sudah
tidak digunakan shalat jamaah lagi. Terlebih shalat Zhuhur dan Ashar. Menyedihkan
memang, tapi apa lacur, beginilah potret buram masjid di sekitar kita yang harus
segera dibenahi.
Memiliki dari fenomena inilah, Asadullah Al-Faruq menuliskan kegundahan
hatinya dalam buku yang sekarang ada di hadapan pembaca. Penulis mencoba
menyuguhkan potret masjid dengan sangat detail. Dalam buku ini penulis
menyajikan beberapa ‚resep manjur‛ mengelola masjid, di antaranya :
1. Manajemen takmir dan organisasi masjid yang efektif dan efisien
2. Manajemen sarana dan prasarana masjid,
3. Pengelolaan keuangan masjid,
4. Pengelolaan kegiatan ibadah,
5. dan Manajemen dakwah dan tarbiyah di masjid.
d. Pendirian Unit Pelayanan Zakat (UPZ)
1. Dirikan UPZ (Unit Pelayanan Zakat). Kirim surat ke BAZNAS atau BAZDA
dan meminta untuk pembentukan dan pengesahan UPZ masjid. Persetujuan
BAZNAS atau BAZDA memberikan kewenangan UPZ masjid untuk
beroperasi selama periode tertentu dan memperoleh pembinaan. Sebelumnya
kirimkan 3-5 orang untuk mengikuti pelatihan zakat yang diadakan oleh
BAZNAS atau BAZDA.
2. UPZ Masjid membangun administrasi pemungutan dan penyaluran serta
pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah.
3. Unit Pelayanan Zakat Masjid dapat membangun data base muzaki dan
mustahiq dengan mengeluarkan kartu anggota: Nomor Pokok Wajib Zakat
(NPWZ) untuk muzaki. Bentuk dan penomoran mengikuti system yang telah
dibangun BAZNAS
4. Kartu Mustahiq atau Kartu Dhuafa. Kartu Dhuafa diberikan kepada
masyarakat sekitar masjid yang benar-benar termasuk dhuafa baik yang
muslim maupun non muslim. Jika Mustahiq merasa sudah tidak pantas menjadi
dhuafa, kartunya dikembalikan kepada UPZ Masjid dan beralih menjadi
muzaki dengan meminta kartu NPWZ. Untuk pengumpulan dan penyaluran
Memakmurkan masjid 41
dana maka UPZ perlu membuka rekening pengumpulan di Bank Syariah
dengan pengaturan sebagai berikut: Rekening dengan nomor terakhir 555
untuk menampung penerimaan zakat Rekening dengan nomor terakhir 777
untuk menampung penerimaan infaq, shadaqah dan wakaf. UPZ Masjid harus
selalu mengingatkan jamaah untuk membayarkan shadaqah, infaq dan zakat.
5. UPZ Masjid mencatat semua kegiatannya termasuk pengumpulan dan
penyaluran serta pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah dan melaporkan
kepada jamaah Jum’at sebelum sholat Jum’at dimulai. Laporan tertulis bisa di
tempelkan di papan pengumuman masjid. Setiap tahun laporan UPZ Masjid
harus diaudit oleh akuntan publik dan hasilnya dilaporkan ke
BAZNAS/BAZDA.
6. Pengurus Masjid harus menseleksi pengelola UPZ agar memenuhi kriteria
sebagai amil yaitu jujur, amanah dan siap melayani umat.
 Pengelola UPZ (Amil) mendapatkan pelatihan khusus tentang manajemen
zakat.
 BAZNAS memberikan sertifikasi kepada Amil UPZ yang telah memenuhi
persyaratan tertentu.
 UPZ yang telah disertifikasi akan diprioritaskan menjadi mitra program
BAZNAS di daerah tersebut.
e. Masjid tempat mencari solusi umat.
Masjid sebagai Rumah Allah harusnya menjadikan tempat mencari solusi bagi
jamaahnya. Maka menjadi kewajiban Pengurus Masjid untuk dapat memberikan
solusi dari setiap persoalan jamaahnya. Untuk itu berbagai fasilitas masjid yang
tercantum dalam Pedoman Manajemen Masjid (hal 28-29) perlu diwujudkan untuk
sebesar-besar kesejahteraan jamaah.
Jika posisi pendanaan UPZ cukup kuat, Pengurus Masjid dan Pengurus UPZ
dapat mulai dengan mengumumkan kepada jamaah yang memerlukan bantuan,
setelah shalat Jum’at selesai. Pengurus masjid dan UPZ harus menyelesaikan
permasalahan dan beban jamaah masjid dengan memberikan solusi. Jangan dibiarkan
jamaah menghadapi persoalan yang melilitnya tanpa diberikan solusi oleh Pengurus
dan Masjid dan UPZ.
Memakmurkan masjid 42
Pengurus Masjid dan Pengurus UPZ Masjid harus mempunyai kesadaran dan
keikhlasan yang tinggi bahwa Masjid sebagai Rumah Allah adalah tempat mencari
solusi umat Islam; bukan tempat menampung permasalahan jamaah tanpa solusi.
Pada saatnya jika GMM telah terwujud secara sempurna sehingga dapat
meningkatkan dan memperkuat kemandirian masjid, dilakukan program Pengentasan
kemiskinan umat secara menyeluruh. Melalui program ‚sweeping‛ di jalan-jalan
secara serempak oleh komunitas masjid dilakukan kegiatan menjaring pengemis atau
dhuafa untuk mengetahui keadaan mereka dan menanyakan mengenai agama
mereka. Jika mereka beragama Islam perlu ditanyakan tempat tinggal dan keadaan
ekonominya.
Para dhuafa dan pengemis diminta menghubungi masjid tempat mereka tinggal
atau diantarkan menemui Pengurus Masjid tempat mereka tinggal untuk dijadikan
anggota jamaah masjidnya. Pengurus masjid yang terkait dengan dhuafa dan
pengemis ini wajib menyelesaikan persoalannya dan mencari solusi terhadap
persoalan yang dihadapinya. Manfaatkan shadaqah, infaq dan zakat yang terhimpun
sesuai yang ditetapkan Al Qur’an dan As Sunnah untuk kepentingan jamaah baik
muzaki maupun mustahiq. Jika Pengurus masjid dan UPZ tidak dapat memberikan
solusi dan mengatasi permasalahan jamaah agar berkonsultasi dengan BAZNAS dan
BAZDA serta GMM..
3. Aspek Kegiatan.
Aspek kegiatan suatu masjid tercermin pada kegiatan dan optimalisasi pungsi
masjid dengan melakukan aktifitas dakwah agama maupun dakwah keduniaan yang
dapat membawa kemaslahan umat menjadi rahmatallilalamin. Untuk
mengoptimalkan aspek kegiatan masjid tersebut perlu sistem yang transparan,
kredibl, dan akuntabel. Pengorganisasi dan manajemen masjid dengan menggunakan
teknologi informais dan komunikasi moderen yang dapat mempermudah pengelolaan
kegintan-kegiatan baik bernuansa agama maupun kegiatan kegiatan keduniaan.
4. Pusat Informasi dan Publikasi Islam.
Keberadaan dibangunnya masjid salah satu prinsipnya adalah sebagai pusat
informasi dan komunikasi serta publikasi umat Islam dalam mencerdaskan umat
menajdi lebih baik sesuai dengan panduan Alquran dan sunnah. Pondasi masjid
Memakmurkan masjid 43
sebagai pusat infromasi Islam adalah dengan adanya perintah shalat jumat sebagai
isyarat bertmunya umat islam setiap hari jumat, sehingga ada pertemuan untuk
saling tukar informasi antara umat yang satu dengan umat lain.
Dalam konteks ini, teknologi komputer sebagai menunjang dengan melakukan
pemetaan Dai, Jamaah, maping, database dai, muzakki, pakir-miskin, dan sistem
publikasi Islam.23
Di masjidlah data-data tentang solusi kehidupan dunia dan akhirat
dibahas untuk dijadikan informasi berguna bagi kelangsungan hidup manusia didunia
dan diakhirat. Teknik mengolah data-data Islam menjadikan satu inforamasi adalah
sebagai berikut:
a) Paktor pengimbang: Lewat masjid diharapkan umat mendapatkan informasi
dan solusi hidup yang seimbang antara dunia dan akhirat. Jika benar-benar
masjid berfungsi sebagai tempat informasi.
b) Faktor Penyaring: di Masjid dengan adanya para pakar keislaman yang dapat
dikelolah oleh pengurus masjid dengan menampung informasi dan
komunikasi dan memberikan publikasi yang telah melalui proses sistem
infroamasi yang telah dibentuk dan maksimalkan sebagai satu sistem
informasi islam, sehingga sistem tersebut berfungsi sebagai informan yang
dapat memberikan kemaslahatan umat islam bukan sebaliknya.
c) Faktor pengarah: masjid juga dapat dijadikan sebagai tempat cuhat (tempat
mengeluh seluk-beluk tentang persoalan hidup di dunia dan akhirat).
Dalam konteks tersebut, Nana Rukmana memberikan maid set dalam
memfungsikan masjid sebagai berikut:
a) Selain sebagai pembinaan umat masjid juga berfungsi sebagai sugesti untuk
mendorong sugesti untuk mencari rezki dan mendorong etos dan kinerja
dalam menjadi hidup dimana saja berada.
b) Berfungsi sebagai tempat pemberdayaan sumber daya manusia sesuai dengan
keahlian yang ada.
c) Sebagai wadah pemersatu umat Islam serta pusat untuk memperkokoh tali
persaudaraan antara yang umat satu dengan yang lain.
23
Marwah Daud, Teknologi Emansipasi dan Transendensi (Cet. I; Bandung: Mizan, 1994), h.
35.
Memakmurkan masjid 44
Untuk mendapatkan fungsi masjid tersebut diperlukan sistem informasi yang
profesional dalam mengelolah dan membangun sistem informasi sehingga banyak
umat tertarik dalam memanfaatkan masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam dan
manusia pada umumnya.
Upaya-upaya pemebrdayan masjid:
a) Pembianaan peribadatan yang berkaitan dengan imam, muazzin, khatif yang
telah didesain untuk kemaslahatan umat.
b) Pembinaan majelis ta’lim dengan metode islam sehingga orang tidak bosan
dengan sistem yang dan kegiatannya berpusat dimasjid.
c) Pembinaan remaja masjid juga sudah harus sesuai dengan tuntutan zaman
dan karakter remaja yang penuh dengan gejolak keremajaannya.
d) Pembinaan perpustakaan masjid dengan penyediaan buku-buku yang
berkaitan dengan kebutuhan umat islam.
e) Pembinaan TPA dan TK dengan melakukan pembiasaan anak-masjid dengan
usia dini sebagai tekni yag dilakukan oleh pengurus dan orang tua dalam
memakmurkan masjid.
f) pembinaan ibadah sosial dengan pengelolaan zakat dengan melakukan
database untuk mengontrol fakir miskin yang ada di sekitar masjid.
g) Pembinaan hari-hari besar Islam dengan menyuguhkan kegiatan-kegiatan
yang dapat menarik perhatian umat islam untuk meramaikan suasana
masjid.24
Dari pandangan para ahli tersebut tentang berapa fungsi masjid telah
memberikan petunujuk bahwa masjid memiliki peran strategis dalam mencerahkan
umat dalam berbagai aspek baik lahir maupun batin. Masjid sebagai pusat peradaban
umat yang perlu dikembalikan akibat terjadinya perubahan sosial yang semakin
maju. Perubahan ini membutuhkan pemberdayaan masjid untuk mendapatkan strtegi
manajemen masjid yang dapat memudahkan umat mengolah masjid sesuai kondisi
dan kesanggupan yang ditetapkan bersama.
24
Departemen agama RI, Pola pembinaan umat (Jakarta: t.t ), 17.-38.
Memakmurkan masjid 45
PROGRAM KERJA MANAJEMENT SISTEM
INFORMASI DAKWAH MASJID
A. PROGRAM KERJA INTERNAL
No Program Kerja Tujuan Indikator Pencapaian
1 Merumuskan Masalah
Dakwah
Mendapatkan metode
dakwah yang sesuai
kebutuhan umat
Imam dan Khatib telah
memiliki pemahaman
yang komprehensip
tentang tujuan dakwah
yang sesuai kebutuhan
umat.
2 Menentukan Struktur
Organisasi
Untuk memudahkan
garis komando dan job
deskription dalam
menata dan
memakmurkan masjid.
Ta’mir masjid mampu
menggunakan
organisasi masjid dalam
mencapai tujuan.
3 Membuat Target
Pencapaian
Untuk mengetahui
arah yang dituju dalam
memakmurkan masjid
apakah rencana
strategis telah tercapai
atau tidak.
Imam dan khatib
mengetahui ta’mir
masjid yang sesuai
dengan standar masjid
modern.
4 Membuat Strategi
Mencapai Tujuan
Mengetahui langkah-
langkah metode
mencapai ta’mir masjid
telah ditetapkan
bersama.
Adanya outline silabi
aplikasi sebagai rujukan
mencapau tujuan
5 Mengumpulkan Materi
khutbah Jumat
Untuk membuat buku
khutbah yang
dikumpulkan dari
Mubalig
Adanya buku khutbah
yang dijilid setiap enam
bulan atau setiap tahun.
6 Membuat Database
Mubalig &Jamaah
Memudahkan ta;mir
masjid menghubungi
mubalig jika
dibutuhkan umat
Adanya aplikasi
database masjid sebagai
program pendataan
jamaah tetap dan tidak
tetap
7 Memilih Standar Imam
dan Khatib
Untuk memberikan
kenyamanan bagi
Adanya syarat-syarat
khatib dan Imam yang
Memakmurkan masjid 46
jamaah sesuai dengan standar
kecamatan, kabupaten
dan provinsi.
8 Kebersihan dan
Keharuman Masjid
Agar jamaah betah di
masjid
Di masjid ada
pengharum ruangan
9 Sound System yang
memanjakan telinga
Untuk memudahkan
jamaah apa yang
diceramakan oleh
mubalig
Adanya sound system
yang jelas jika
melakukan khutbah
jumat.
10 Membuat pelatihan
manajemen
Untuk mengetahui
aktivitas ta’mir masjid
selama 1 tahun
Adanya perencaan
masjid selama 1 tahun
11 Membuat pelatihan
teknologi informasi
dakwah
Untuk mendapatkan
kader-kader Dai dan
Da’iya
Adanya dai dan da’iyah
baru dalam masjid yang
siap dipakai dan
didistribusikan kepada
masjid lain yang
mebutuhkan.
B. PROGRAM KERJA EKSTERNAL
No Program Kerja Tujuan Indikator Pencapaian
1 Menjalin silaturrahmi
dengan Imam dan
khatib masjid yang
telah memiliki program
manajemen masjid
modern dan pengelolaan
masjid yang sehat
secara financial.
Untuk mendapatkan
wawasan baru dalam
mendesain manajemen
masjid yang lebih
strategis
Adanya kerjasama
dalam bentuk MOu
dalam perbaikan
manajemen sistem
infomasi dakwah.
2 Adanya silaturrahim
dengan para imam
nasional, dan
internasional
Untuk mempererat
organisasi seluruh
Imam dan Khatib di
Daerah, Nasional dan
Internasional
Adanya hubungan
yang erat dengan para
Imam dan khatib
secara nasional dan
internasional melalui
wadah organisasi.
3 Menjalin hubungan
dengan pemerintah
setempat dalam hal
pembangunan mental
Untuk menggerakkan
pembangunan mental
spiritual yang lebih
baik dari sebelumnya.
Adanya respon positif
dari jamaah atas
pengelolaan masjid
secara professional
Memakmurkan masjid 47
spiritual
4 Melakukan perencaan
human relation dengan
stakeholder
Untuk meningkatkan
mutu pengelolaan
masjid, Imam, dan
khatib.
Telah memiliki Imam
dan khatib yang siap
berdakwah secara baik
dan benar.
C. PROGRAM KERJA INTERNAL
N
o
Program Kerja Tujuan Indikator Pencapaian
1 Merumuskan Masalah
Dakwah
Mendapatkan metode
dakwah yang sesuai
kebutuhan umat
Imam dan Khatib telah
memiliki pemahaman
yang komprehensip
tentang tujuan dakwah
yang sesuai kebutuhan
umat.
2 Menentukan Struktur
Organisasi
Untuk memudahkan
garis komando dan job
deskription dalam
menata dan
memakmurkan masjid.
Ta’mir masjid mampu
menggunakan
organisasi masjid
dalam mencapai
tujuan.
3 Membuat Target
Pencapaian
Untuk mengetahui
arah yang dituju dalam
memakmurkan masjid
apakah rencana
strategis telah tercapai
atau tidak.
Imam dan khatib
mengetahui ta’mir
masjid yang sesuai
dengan standar masjid
modern.
4 Membuat Strategi
Mencapai Tujuan
Mengetahui langkah-
langkah metode
mencapai ta’mir masjid
telah ditetapkan
bersama.
Adanya outline silabi
aplikasi sebagai
rujukan mencapau
tujuan
5 Mengumpulkan Materi
khutbah Jumat
Untuk membuat buku
khutbah yang
dikumpulkan dari
Mubalig
Adanya buku khutbah
yang dijilid setiap
enam bulan atau setiap
tahun.
6 Membuat Database
Mubalig &Jamaah
Memudahkan ta;mir
masjid menghubungi
mubalig jika
dibutuhkan umat
Adanya aplikasi
database masjid
sebagai program
pendataan jamaah
tetap dan tidak tetap
Memakmurkan masjid 48
7 Memilih Standar Imam
dan Khatib
Untuk memberikan
kenyamanan bagi
jamaah
Adanya syarat-syarat
khatib dan Imam yang
sesuai dengan standar
kecamatan, kabupaten
dan provinsi.
8 Kebersihan dan
Keharuman Masjid
Agar jamaah betah di
masjid
Di masjid ada
pengharum ruangan
9 Sound System yang
memanjakan telinga
Untuk memudahkan
jamaah apa yang
diceramakan oleh
mubalig
Adanya sound system
yang jelas jika
melakukan khutbah
jumat.
10 Membuat pelatihan
manajemen
Untuk mengetahui
aktivitas ta’mir masjid
selama 1 tahun
Adanya perencaan
masjid selama 1 tahun
11 Membuat pelatihan
teknologi informasi
dakwah
Untuk mendapatkan
kader-kader Dai dan
Da’iya
Adanya dai dan
da’iyah baru dalam
masjid yang siap
dipakai dan
didistribusikan kepada
masjid lain yang
mebutuhkan.
D. PROGRAM KERJA EKSTERNAL
N
o
Program Kerja Tujuan Indikator Pencapaian
1 Menjalin silaturrahmi
dengan Imam dan
khatib masjid yang
telah memiliki program
manajemen masjid
modern dan pengelolaan
masjid yang sehat
secara financial.
Untuk mendapatkan
wawasan baru dalam
mendesain manajemen
masjid yang lebih
strategis
Adanya kerjasama
dalam bentuk MOu
dalam perbaikan
manajemen sistem
infomasi dakwah.
2 Adanya silaturrahim
dengan para imam
nasional, dan
internasional
Untuk mempererat
organisasi seluruh
Imam dan Khatib di
Daerah, Nasional dan
Internasional
Adanya hubungan
yang erat dengan para
Imam dan khatib
secara nasional dan
internasional melalui
wadah organisasi.
3 Menjalin hubungan
dengan pemerintah
Untuk menggerakkan
pembangunan mental
Adanya respon positif
dari jamaah atas
Memakmurkan masjid 49
setempat dalam hal
pembangunan mental
spiritual
spiritual yang lebih
baik dari sebelumnya.
pengelolaan masjid
secara professional
4 Melakukan perencaan
human relation dengan
stakeholder
Untuk meningkatkan
mutu pengelolaan
masjid, Imam, dan
khatib.
Telah memiliki Imam
dan khatib yang siap
berdakwah secara baik
dan benar.

More Related Content

What's hot

Ad art bkprmi
Ad art bkprmiAd art bkprmi
Ad art bkprmiAdy Tomo
 
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 5
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 5Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 5
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 5sitisarahrahmania
 
Kontroversi Pemahaman Ahmadiyah
Kontroversi Pemahaman AhmadiyahKontroversi Pemahaman Ahmadiyah
Kontroversi Pemahaman AhmadiyahAhmadi Muslim
 
08 isi fiqih manajerial
08 isi fiqih manajerial08 isi fiqih manajerial
08 isi fiqih manajerialErta Erta
 
Makalah kedudukan dan fungsi ibadah
Makalah kedudukan dan fungsi ibadahMakalah kedudukan dan fungsi ibadah
Makalah kedudukan dan fungsi ibadahAzyan L F
 
Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW Periode MadinahPerjuangan Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW Periode MadinahNur Chasanah
 
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 8
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 8Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 8
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 8sitisarahrahmania
 
Al qur'an dan al-hadits sebagai pedoman hidup 3
Al qur'an dan al-hadits sebagai pedoman hidup 3 Al qur'an dan al-hadits sebagai pedoman hidup 3
Al qur'an dan al-hadits sebagai pedoman hidup 3 Alvie Messi
 
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8NavenAbsurd
 
Makalah tugas bab ibadah devi novitasari
Makalah tugas bab ibadah devi novitasariMakalah tugas bab ibadah devi novitasari
Makalah tugas bab ibadah devi novitasariPuspita Ningtiyas
 
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinahPresentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinahRafi Hidayat
 
Imam asy-syathibi-al-itisham
Imam asy-syathibi-al-itishamImam asy-syathibi-al-itisham
Imam asy-syathibi-al-itishamIwan Ridwan
 
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
 MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAHLidia Winarti
 
Substansi dan strategi dakwah rasul di madinah
Substansi dan strategi dakwah rasul di madinahSubstansi dan strategi dakwah rasul di madinah
Substansi dan strategi dakwah rasul di madinahMIA
 
Seni arsitektur bangunan masjid
Seni arsitektur bangunan masjidSeni arsitektur bangunan masjid
Seni arsitektur bangunan masjidMut Mu3tiah
 

What's hot (19)

Ad art bkprmi
Ad art bkprmiAd art bkprmi
Ad art bkprmi
 
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 5
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 5Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 5
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 5
 
Kontroversi Pemahaman Ahmadiyah
Kontroversi Pemahaman AhmadiyahKontroversi Pemahaman Ahmadiyah
Kontroversi Pemahaman Ahmadiyah
 
Husayn Habsyi
Husayn HabsyiHusayn Habsyi
Husayn Habsyi
 
CBR PAI_KEL 3 (1).docx
CBR PAI_KEL 3 (1).docxCBR PAI_KEL 3 (1).docx
CBR PAI_KEL 3 (1).docx
 
08 isi fiqih manajerial
08 isi fiqih manajerial08 isi fiqih manajerial
08 isi fiqih manajerial
 
Makalah kedudukan dan fungsi ibadah
Makalah kedudukan dan fungsi ibadahMakalah kedudukan dan fungsi ibadah
Makalah kedudukan dan fungsi ibadah
 
Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW Periode MadinahPerjuangan Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
 
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 8
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 8Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 8
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 8
 
Al qur'an dan al-hadits sebagai pedoman hidup 3
Al qur'an dan al-hadits sebagai pedoman hidup 3 Al qur'an dan al-hadits sebagai pedoman hidup 3
Al qur'an dan al-hadits sebagai pedoman hidup 3
 
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
 
Makalah tugas bab ibadah devi novitasari
Makalah tugas bab ibadah devi novitasariMakalah tugas bab ibadah devi novitasari
Makalah tugas bab ibadah devi novitasari
 
Adven 2014
Adven 2014Adven 2014
Adven 2014
 
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinahPresentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
 
Imam asy-syathibi-al-itisham
Imam asy-syathibi-al-itishamImam asy-syathibi-al-itisham
Imam asy-syathibi-al-itisham
 
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
 MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
 
Substansi dan strategi dakwah rasul di madinah
Substansi dan strategi dakwah rasul di madinahSubstansi dan strategi dakwah rasul di madinah
Substansi dan strategi dakwah rasul di madinah
 
Konsili Vatikan II
Konsili Vatikan IIKonsili Vatikan II
Konsili Vatikan II
 
Seni arsitektur bangunan masjid
Seni arsitektur bangunan masjidSeni arsitektur bangunan masjid
Seni arsitektur bangunan masjid
 

Similar to Syarifudin, ta'mir masjid 2013

Tugas fauziyah tik[1]
Tugas fauziyah tik[1]Tugas fauziyah tik[1]
Tugas fauziyah tik[1]nurfauziyah31
 
Fungsi masjid di kampus
Fungsi masjid di kampusFungsi masjid di kampus
Fungsi masjid di kampusyunitasal
 
KEALAZARAN-DIKWAS-2-MARET-2018.ppt
KEALAZARAN-DIKWAS-2-MARET-2018.pptKEALAZARAN-DIKWAS-2-MARET-2018.ppt
KEALAZARAN-DIKWAS-2-MARET-2018.pptDirektoratDiktiRenba
 
MASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHA
MASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHAMASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHA
MASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHADiesty Paramitha
 
Amalan Terbaik dalam Pembangunan Sosial ( A161572)
  Amalan Terbaik dalam Pembangunan Sosial ( A161572)  Amalan Terbaik dalam Pembangunan Sosial ( A161572)
Amalan Terbaik dalam Pembangunan Sosial ( A161572)ifahmastal
 
PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM (PEBANGUNAN SOSIAL) - MASJID
PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM (PEBANGUNAN SOSIAL) - MASJIDPEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM (PEBANGUNAN SOSIAL) - MASJID
PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM (PEBANGUNAN SOSIAL) - MASJIDSakinah Yusri
 
MAKALAH_Ke_NU_an_Makalah_ini_disusun_unt.doc
MAKALAH_Ke_NU_an_Makalah_ini_disusun_unt.docMAKALAH_Ke_NU_an_Makalah_ini_disusun_unt.doc
MAKALAH_Ke_NU_an_Makalah_ini_disusun_unt.docAhza10
 
Makalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat JumatMakalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat Jumatmujibzunari
 
Sejarah, Organisasi & Fungsi Masjid 2023.pdf
Sejarah, Organisasi & Fungsi Masjid 2023.pdfSejarah, Organisasi & Fungsi Masjid 2023.pdf
Sejarah, Organisasi & Fungsi Masjid 2023.pdfMushoddik Indisav
 
Kebudayaan islam di masa rasulullah
Kebudayaan islam di masa rasulullahKebudayaan islam di masa rasulullah
Kebudayaan islam di masa rasulullahMembangun city
 
Lmcp 1552 PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM
Lmcp 1552 PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAMLmcp 1552 PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM
Lmcp 1552 PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAMKhairunnisa Mustaffa
 
PPT YUNI AGAMA TTG MESJID.pptx
PPT YUNI AGAMA TTG MESJID.pptxPPT YUNI AGAMA TTG MESJID.pptx
PPT YUNI AGAMA TTG MESJID.pptxYuniListianingrum
 
Perkembangan arsitektur masjid
Perkembangan arsitektur masjidPerkembangan arsitektur masjid
Perkembangan arsitektur masjidKansa Amirah Ulfah
 
Nahdlatul ulma dan politik
Nahdlatul ulma dan politikNahdlatul ulma dan politik
Nahdlatul ulma dan politikMoh Imron Aja
 
Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
Sejarah Berdirinya MuhammadiyahSejarah Berdirinya Muhammadiyah
Sejarah Berdirinya MuhammadiyahYusuf Darismah
 

Similar to Syarifudin, ta'mir masjid 2013 (20)

Tugas fauziyah tik[1]
Tugas fauziyah tik[1]Tugas fauziyah tik[1]
Tugas fauziyah tik[1]
 
Fungsi masjid di kampus
Fungsi masjid di kampusFungsi masjid di kampus
Fungsi masjid di kampus
 
Tugas makalah
Tugas makalah Tugas makalah
Tugas makalah
 
KEALAZARAN-DIKWAS-2-MARET-2018.ppt
KEALAZARAN-DIKWAS-2-MARET-2018.pptKEALAZARAN-DIKWAS-2-MARET-2018.ppt
KEALAZARAN-DIKWAS-2-MARET-2018.ppt
 
Ke – nu an
Ke – nu   anKe – nu   an
Ke – nu an
 
MASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHA
MASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHAMASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHA
MASJID AL-WUSTHO MANGKUNEGARAN BY DIESTY PARAMITHA
 
Amalan Terbaik dalam Pembangunan Sosial ( A161572)
  Amalan Terbaik dalam Pembangunan Sosial ( A161572)  Amalan Terbaik dalam Pembangunan Sosial ( A161572)
Amalan Terbaik dalam Pembangunan Sosial ( A161572)
 
PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM (PEBANGUNAN SOSIAL) - MASJID
PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM (PEBANGUNAN SOSIAL) - MASJIDPEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM (PEBANGUNAN SOSIAL) - MASJID
PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM (PEBANGUNAN SOSIAL) - MASJID
 
FISIKA BANGUNAN BAB 2
FISIKA BANGUNAN BAB 2FISIKA BANGUNAN BAB 2
FISIKA BANGUNAN BAB 2
 
MAKALAH_Ke_NU_an_Makalah_ini_disusun_unt.doc
MAKALAH_Ke_NU_an_Makalah_ini_disusun_unt.docMAKALAH_Ke_NU_an_Makalah_ini_disusun_unt.doc
MAKALAH_Ke_NU_an_Makalah_ini_disusun_unt.doc
 
Makalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat JumatMakalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat Jumat
 
Sejarah, Organisasi & Fungsi Masjid 2023.pdf
Sejarah, Organisasi & Fungsi Masjid 2023.pdfSejarah, Organisasi & Fungsi Masjid 2023.pdf
Sejarah, Organisasi & Fungsi Masjid 2023.pdf
 
Rasionalisasi islam
Rasionalisasi islamRasionalisasi islam
Rasionalisasi islam
 
Kebudayaan islam di masa rasulullah
Kebudayaan islam di masa rasulullahKebudayaan islam di masa rasulullah
Kebudayaan islam di masa rasulullah
 
Lmcp 1552 PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM
Lmcp 1552 PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAMLmcp 1552 PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM
Lmcp 1552 PEMBANGUNAN MAPAN DALAM ISLAM
 
PPT YUNI AGAMA TTG MESJID.pptx
PPT YUNI AGAMA TTG MESJID.pptxPPT YUNI AGAMA TTG MESJID.pptx
PPT YUNI AGAMA TTG MESJID.pptx
 
Perkembangan arsitektur masjid
Perkembangan arsitektur masjidPerkembangan arsitektur masjid
Perkembangan arsitektur masjid
 
Nahdlatul ulma dan politik
Nahdlatul ulma dan politikNahdlatul ulma dan politik
Nahdlatul ulma dan politik
 
Revisi pid klmpk 1
Revisi pid klmpk 1Revisi pid klmpk 1
Revisi pid klmpk 1
 
Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
Sejarah Berdirinya MuhammadiyahSejarah Berdirinya Muhammadiyah
Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
 

More from Syarifudin Amq

Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin Amq
 
Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin Amq
 
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin Amq
 
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin Amq
 
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin Amq
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin Amq
 
Syarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin Amq
 
Syarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin Amq
 
Syarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin Amq
 
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin Amq
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin Amq
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin Amq
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin Amq
 

More from Syarifudin Amq (20)

Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasi
 
Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.
 
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013
 
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
 
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
 
Syarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain cover
 
Syarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwah
 
Syarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan media
 
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
 
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
 
Syarifudin,zakat
Syarifudin,zakatSyarifudin,zakat
Syarifudin,zakat
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
 
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
 

Syarifudin, ta'mir masjid 2013

  • 1. Memakmurkan masjid 0 HASIL SIMPOSIUM SILATURRAHIM IMAM MASJID MENYONGSONG BULAN SUCI RAMADHAN
  • 2. Memakmurkan masjid 1 BAB I MANAJEMENT SISTEM INFORMASI DAKWAH MASJID A. Latar Belakang. Pentingnya masjid bagi umat Islam bagaikan jantung bagi manusia, karena dari masjidlah Rasulullah membangun peradaban Islam dan karakter umat Islam yang sebagai khalifah di muka bumi. Seiring dengan perkembangan zaman dan derasnya aliran "sekularisasi, Hedonisme, dan pandangan hidup "materalisme", tanpa disadari peranan masjid dalam kehidupan umat Islam semakin menyempit dan bahkan terpinggirkan. Besarnya gelombang sekularisasi yang mempengaruhi pandangan orang terhadap agama, telah menjadikan agama dan lembaga-lembaga agama sebagai pelengkap dalam kehidupan. Hal ini dilihat dari semakin kecilnya pengunjung gereja di negara-negara barat. Dalam pandangan orang barat, gereja hanya sebagai tempat ibadah, bahkan lebih ironis lagi mereka melihat gereja sebagai "lembaga sosial" yang meminta sumbangan kepada jamaahnya. Mereka melihat gereja tidak memberikan keuntungan materi dan hanya membuang waktu saja. Akhirnya banyak gereja yang kosong karena ditinggalkan umatnya. Bagaimana dengan nasib masjid kita di Maluku apakah nasib masjid kita seperti gereja yang hilang jamaahnya? Ini menjadi tantangan kita semua. Coba kita lihat fakta sejarah bagaimana Rasulullah mencetak peradaban Madinah dan Mekah melalui masjid. Berdasarkan fakta sejarah, bahwa agama Islam lahir di Mekah karena disitulah Rasulullah diutus, mulai membangun masjid pertama yakni masjid Quba. Masjid Quba ini terletak di sebelah barat Yasrib yang kemudian berganti nama menjadi madinatur Rasul di Desa ini Nabi menginap empat hari kemudian digunakan kesempatan membangun Masjid sederhana yang disebut masjid Quba dan disinilah pertama Rasulullah saw. Melaksanakan shalat jumat. Tradisi membangun tempat ibadah adalah selain tempat ibadah juga sebagai tempat pertemuan sosial kemasyarakatan sebagai pusat sistem informasi umat Islam dalam melakukan publikasi Islam ke jezirah Arab dan luar Arab.1 A. Hasyim mengatakan bahwa shalat jumat pertama Rasulullah dilaksanakan dari Quba ke Yatsrib bersama para sahabatnya yaitu perkampungan bani Salim. Setelah mendapat perintah untuk melaksanakan untuk shalat jumat pada tanggal 16 rabiul Awal 1 Hijria, sebagai isyarat berdirinya daulah Islamiyah. Dalam khutbahnya Rasulullah saw. Memproklamirkan berdiriya negara Islam dan menetapkan bahwa negara 1 Moh. Ayub, op. cit., h. 4.
  • 3. Memakmurkan masjid 2 berdasarkan ketaqwaan kepada Allah dan Rasulnya serta politik negara berdasarkan prikemanusiaan, persatuan Islam, persaudaraan Islam, dan sistem al- Syura demokrasi.2 Prinsip dasar sistem informasi yang bangun Rasulullah saw. Dalam melaksanakan dakwah diawali di Masjid, karena masjidalah infrastruktur aktifitas pembelajaran Islam sekaligus menjadi pusat kajian sistem informasi dan komunikasi spiritual dan sosial kemasyarakatan. Dimasjidlah umat Islam berkomunikasi dengan Allah dan dimasjidlah orang bertemu serta bertukar informasi dan problematika sosial, dan masjidlah tempat solusi semua rintangan kehidupan diselesaikan secara arif dan bijaksana. Masjid sebagai berfungsi pusat sistem informasi dakwah yang dibentuk oleh Rasulullah saw. Sebagai satu sistem dan pertukran informasi antara sesama umat Islam. BAB II MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN A. Pengertian masjid. Kata masjid berasal dari bahasa arab yaitu: sajada, yasjudu, sujudan yang berarti sujud3 atau tunduk. Masjid juga terambil dari kata sajada yang berarti patuh, taat serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.4 Dari fi’il (kata kerja) sajada mendapat tambahan huruf min, sehingga menjadi isim makan (kata benda yang menunjukkan tempat) yang menyebabkan terjadinya perubahan dari bentuk kata kerja (sajada) berarti masjidu.5 Dalam kamus bahasa Indonesia dikatakan bahwa masjid berarti rumah tempat sembahyan (salat) bagi umat islam.6 Dalam kamus istilah agama dikakatan masjid adalah tempat sujud umat Islam menunaikan ibadah shalat zikir kepada Allah swt.7 Masjid dapat pula diartikan meletakkah dahi, kedua tangan, lutu dan kaki ke bumi yang kemudia dinamai sujud. Oleh karena itu syariat adalah bentuk syariah lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. Itulah 2 A. Hasjmy, Sejarah kebudaan Islam (Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h. 66. lihat juga di Tesis Tajuddin Hajma dengan Judul: Pemberdayaan Masjid Sebagai Media Komunikasi Islam. h. 21. 3 Louis ma’luf (Beirut: Al-Matba’ah al-Qanun al-hakikiyah, 1952), h. 329. 4 M.Quraish Shihab, Wawasan Al-quran (Cet. VIII; Bandung: Mizan 1998. 5 Sidi Gazalba, Masjid sebagai pusat ibadah dan kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Husna, 1994), h. 188. 6 WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 1987), 649. 7 Shadiq dan Salahuddin Chaeri, Kamus Istilah Agama (Jakarta: CV. Sientarama, 1983), h. 213.
  • 4. Memakmurkan masjid 3 sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamai masjid yang artinya tempat sujud.8 Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum muslimin, yang mengandung makna tunduk dan patuh. Hakekat masjid adalah tempat melakukan segala aktifitas yang menagandung kepatuhan kepada Allah semata.9 Masjid adalah lembaga risalah tempat mencetak umat yang beriman, beribadah, menghubungkan jiwa dengan sang khalik, umat yang beramal shaleh dalam kehidupan masyarakat, umat yang berwatak dan berakhlaq teguh.10 Dengan demikian masjid sebagai pusat informasi dan komunikasi umat islam baik secara hablum minanllah maupun hablum minannas. Payung hukum dan landasan dalam pemberdayaan ini merujuk pada firman Allah swt Artinya : ‚Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang- orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk‛. (QS 9:18, At Taubah).   Terjemahnya: 18. hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. B. Fungsi Masjid. Rasulullah saw.menjadikan Masjid sebagai pusat informasi Islam yang berkaitan dengan kehiudpan dunia dan akhirat, serta pembentukan opnini serta publikasi Islam di Madinah dan Mekah untuk hidup rukun dan menjaga terjadinya pertikaian baik secara internal umat Islam maupun Ekternal Islam sesuai Alquran 8 M. Quraish Shihab, op. cit. h. 460. 9 Sofyan Syafri Harahap, Manajen Masjid: Suatu pendekatan Teoriritis dan Organisatoris (Cet. II; Yogyakarta: Dana Bhakti prima Yasa, 1993), h.4. lihat juga di Tesis Tajuddin Hajma dengan Judul: Pemberdayaan Masjid Sebagai Media Komunikasi Islam. h.17. 10 Yusuf Qardawi, AL-Dawabit al-Syariyah li binai al-Masajid, di terjemahkan oleh: Abdul Hayyie al- Kattani (Cet. I; jakarta: gema Insani Press, 2000), h. h. 7.
  • 5. Memakmurkan masjid 4 dan sunnah. Dalam literatur sejarah juga disebutkan bahwa Rasulullah saw. Lebih mengutamakan pembangunan masjid sebagai pusat pembinaan mental dan pengembangan jaringan (networking) Islam. Masjid tidak saja dipakai sebagai tempat Ibadah tetapi juga sebagai sarana mediasi dan tempat penyelesaian masalah yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan. Dalam kontes ini, fungsi masjid menurut para ahli selain tempat ibadah, menurut Farid Ma’ruf mengatakan bahwa masjid juga sebagai tempat pembinaan umat, musyawara, manhaj (strategi), dan pelaksanaan jihad.11 Menurut Quraish ada 10 bentuk fungsi masjid di antaranya adalah: 1. Tempat ibadah (shalat,zikir). 2. Tempat konsultasi dan komunikasi yang berkaitan dengan kehidupan sosial kemasyrakatan. 3. Tempat pendidikan. 4. Tempat santunan sosial. 5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya. 6. Tempat pengobatan para korban perang. 7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa. 8. Tempat menerimah Tamu dan Aula. 9. Tempat menawang tahanan. 10. Pusat publikasi, penerangan dan pembelaan Agama.12 Sedangkan menurut Hoh. Ayyub mengemukakan sembilan fungsi masjid diantaranya adalah: 1. Masjid merupakan tempat ibadah umat islam. 2. Tempat pembersian diri dari segala noda dan dosa. 3. Tempat bermusyawarah dan pemecahan problematika sosial. 4. Tempat mengadu dan berkonsultasi umat islam. 5. Tempat membina dan perakat persaudaraan sesama umat Islam. 6. Tempat membina keutuhan dan kekuatan umat Islam. 7. Tempat pengkajian ilmu dan pengembangan kader-kader umat Islam. 8. Tempat mengumpulkan dana dan distribusi kepada yang berhak untuk dibantu. 9. Tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.13 11 Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlaq Dakwah (Surabaya: Bina Ilmu, 1981), h. 90. 12 M. Qurash Shihab, op. cit., h. 462. 13 Moh. Ayyub, et.al., op. cit., h. 7-8
  • 6. Memakmurkan masjid 5 Fungsi Masjid Menurut Kausar Niazi mengatakan bahwa fungsi masjid adalah fungsi sosial sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Sebagai berikut: 1. Sebagai pusat pendidikan dan pengajaran. 2. sebagai tempat mengadakan pertemuan-pertemuan resmi dari utusan-utusan dari negara lain. 3. Sebagai tempat i’tikaf, terutama pada bulan ramadan. 4. Sebagai tempat membangikan harta rampasan perang. 5. Sebagai tempat mengumumkan keputusan Negara. 6. senagai tempat mengadakan konsultasi dan mengatur strategi perang. 7. senagai temapt menghimpung khazanah ilmu. 8. sebagai tempat peradilan. 9. Sebagai tempat pertemuan sahabat dalam membela Rasulullah saw. Dengan membacakan sajak deklamasi di masjid. Dari uraian di atas tentang fungsi masjid tersebut, dilihat fungsi masjid sebagai satu sistem informasi dakwah yang terdiri dari: umat Islam, tempat pembinaan, pertemuan umat Islam, tempat publikasi Islam, pengarsipan atau manajemen masjid, dan strategi pengolahan pesan-pesan agama untuk kemas menjadi informasi bagi berbagai macam strata umat mulai dari kalangan awam dan kalangan akademisi. Penulis lebih cenderung istilakan sebagai bentuk Sistem Informasi Dakwah (SID) yang memiliki keterkaitan yang membutuhkan profesionalisme dalam mengolah (mengkaji), mengatur, mengontrol serta menginformasikan pesan-pesan agama yang sesuai dengan strata kemampuan umat untuk mencegah terjadinya salah presepsi terhadap informasi yang disampaikan. Hal ini berarti sebagai seorang Dai dalam penyampaian dakwah perlu ada kerjasama dengan stekholder untuk mendapatkan apa tema yang layak untuk disampaikan dalam masjid tersebut sebelum berdakwah, sehingga benar-benar informasi yang disampaikan dapat bermanfaat bagi umat. Sebagai contoh dakwah di bidang ekonomi, filsafat, teknologi, politik, ilmu perbintangan, ilmu kesenian, dan ilmu sosial kemasyarakatan. Dari keterangan tersebut dapat difahami bahwa sejak zaman Nabi Masjid telah menjadi pusat kegiatan umat manusia yang telah dibangun oleh Rasulullah sejak dibangunnya Masjid Quba sebagai masjid pertama yang bangun Rasulullah saw sebagai tempat sistem informasi. Dalam konteks perkembangan teknologi informasi dewasa ini, sistem informasi dakwah dengan mengefektifkan seluruh infrastruktur kemasjidan seperti: Imamnya, Muazzinnya, Tenaga Kearsipan Masjid, Clenning Services, Sucuryti, Dan tenaga sistem informasi dakwah.
  • 7. Memakmurkan masjid 6 Membuat renstra dakwah dimasjid: mulai dari Perencanaan dakwah, pengorganisasi, pelaksanaan, pengarsipan dan controling.14 1. Peranan Masjid. Peradaban moderen ini kecendrungan umat dalam memanfaatkan masjid telah mengikuti perkembangan zaman dengan menyesuaikan dengan konteks moderen khsusnya menggunakan teknologi informasi sebagai alat penunjang dalam melakukan aktifitas dakwah. Seperti contoh dalam mendesain sebuah masjid yang kokoh dipanggil tenaga arsitek komputer grafis dan penggunan radio, TV, Internet dan media informasi dan komunikasi lainnya dalam pelayanan umat. Dari kemajuan tersebut peran masjid sebagai wadah aktifitas ibadah dan publikasi Islam sebagaimana peran Rasulullah saw di Madinah dalam membangun sistem informasi Masjid dapat dilihat sebagai berikut: 1. Masjid dijadikan sebagai tempat menjaga diri dari serangan musuh. 2. Kalender Islam dimulai pada tanggal 12 Rabiul Awal permulaan tahun hijria pada tanggal 1 muharam. 3. Masjid juga dijadikan sebagai syiar perkembangan agama Islam di mekah dan madinah. 4. Masjid dijadikan sebagai satu sistem ikatan kekeluargaan antara kaum anshor dan muhajirin dengan satu prinsip yakni keimanan kepada Allah swt. 5. Masjid dijadikan sebagai pusat gotong royong umat islam demi kemaslahatan bersama.15 Memperhatikan peran Masjid pada awal hijrah di Madina Rasulullah saw. Memberikan satu prinsip kepada umat islam untuk menjadikan masjid sebagai sistem informasi dakwah di bidang spiritual dan duniawi. Perkembangan ini juga terus dilakukan dengan adnanya desain-desain bangunan masjid yang terus menyesuaikan dengan kontes moderen. Prinsip bangunan masjid islam secara umum dan khususnya bangunan Masjid adalah unsur etika dan estetika yang dapat menarik naluri serta perhatian jamaah untuk masuk dalam masjid tersebut.16 Nuansa keindahan dengan sentuhan warna 14 Ahmad Yani, Menuju umat terbaik: Kumpulan Buletin Artikel Dakwah Khaeru Ummah (Jakarta: Khaeru Ummah, 1996), h. 157-159. 15 Moh. E. Ayub. Op. cit. h. 10. 16 Yusuf Qardawi, op. cit. h. 43.
  • 8. Memakmurkan masjid 7 dan rekstur pigura-pigura kaligrafi juga dapat mempengaruhi otak kanan (sebagai sugesti pada nilai-nilai spiritual) manusia dalam memilih melaksanakan shalat di masjid tersebut. Dengan demikian peran masjid sebagai sistem informasi Islam perlu diperhatikan semua aspek untuk menujang kenyamanan Jamaah dalam melakukan ibadah dan aktifitas lainnya. 2. Aspek tujuan. Tujuan membangun masjid pada zaman Rasulullah saw. Adalah tujuan taqwa dan tujuan kemudaratan (QS Attaubah (9): 107-108. dalam mendirinkan masjid harus diperhatikan prinsip-prinsip dan esensi yang telah contohkan oleh Rasulullah saw. Bukan untuk sebaliknya dengan adanya masjid menjadi pusat kemudaratan umat dengan tidak sinergitasnya pengurus yang satu dengan pengurur yang lain. Dewasa ini sering terjadi umat Islam cendrung membangun masjid hanya untuk golongan tertentu, ini adalah kekeliruan dan tidak sesuai dengan tujuan atau prinsip- prinsip uatama dalam membangun masjid. 3. Aspek Kegiatan. Aspek kegiatan suatu masjid tercermin pada kegiatan dan optimalisasi pungsi masjid dengan melakukan aktifitas dakwah agama maupun dakwah keduniaan yang dapat membawa kemaslahan umat menjadi rahmatallilalamin. Untuk mengoptimalkan aspek kegiatan masjid tersebut perlu sistem yang transparan, kredibl, dan akuntabel. Pengorganisasi dan manajemen masjid dengan menggunakan teknologi informais dan komunikasi moderen yang dapat mempermudah pengelolaan kegintan-kegiatan baik bernuansa agama maupun kegiatan kegiatan keduniaan. 4. Pusat Publikasi Islam. Keberadaan dibangunnya masjid salah satu prinsipnya adalah sebagai pusat informasi dan komunikasi serta publikasi umat Islam dalam mencerdaskan umat menajdi lebih baik sesuai dengan panduan Alquran dan sunnah. Pondasi masjid sebagai pusat infromasi Islam adalah dengan adanya perintah shalat jumat sebagai isyarat bertmunya umat islam setiap hari jumat, sehingga ada pertemuan untuk saling tukar informasi antara umat yang satu dengan umat lain. Dalam konteks ini, teknologi komputer sebagai menunjang dengan melakukan pemetaan Dai, Jamaah, maping, database dai, muzakki, pakir-miskin, dan sistem publikasi Islam.17 Di masjidlah data-data tentang solusi kehidupan dunia dan akhirat 17 Marwah Daud, Teknologi Emansipasi dan Transendensi (Cet. I; Bandung: Mizan, 1994), h. 35.
  • 9. Memakmurkan masjid 8 dibahas untuk dijadikan informasi berguna bagi kelangsungan hidup manusia didunia dan diakhirat. Teknik mengolah data-data Islam menjadikan satu inforamasi adalah sebagai berikut: a) Paktor pengimbang: Lewat masjid diharapkan umat mendapatkan informasi dan solusi hidup yang seimbang antara dunia dan akhirat. Jika benar-benar masjid berfungsi sebagai tempat informasi. b) Faktor Penyaring: di Masjid dengan adanya para pakar keislaman yang dapat dikelolah oleh pengurus masjid dengan menampung informasi dan komunikasi dan memberikan publikasi yang telah melalui proses sistem infroamasi yang telah dibentuk dan maksimalkan sebagai satu sistem informasi islam, sehingga sistem tersebut berfungsi sebagai informan yang dapat memberikan kemaslahatan umat islam bukan sebaliknya. c) Faktor pengarah: masjid juga dapat dijadikan sebagai tempat cuhat (tempat mengeluh seluk-beluk tentang persoalan hidup di dunia dan akhirat). Dalam konteks tersebut, Nana Rukmana memberikan maid set dalam memfungsikan masjid sebagai berikut: a) Selain sebagai pembinaan umat masjid juga berfungsi sebagai sugesti untuk mendorong sugesti untuk mencari rezki dan mendorong etos dan kinerja dalam menjadi hidup dimana saja berada. b) Berfungsi sebagai tempat pemberdayaan sumber daya manusia sesuai dengan keahlian yang ada. c) Sebagai wadah pemersatu umat Islam serta pusat untuk memperkokoh tali persaudaraan antara yang umat satu dengan yang lain. Untuk mendapatkan fungsi masjid tersebut diperlukan sistem informasi yang handal dan profesional dalam mengelolah dan membangun sistem informasi sehingga banyak umat tertarik dalam memanfaatkan masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam dan manusia pada umumnya. Upaya-upaya pemebrdayan masjid: a) Pembianaan peribadatan yang berkaitan dengan imam, muazzin, khatif yang telah didesain untuk kemaslahatan umat. b) Pembinaan majelis ta’lim dengan metode islam sehingga orang tidak bosan dengan sistem yang dan kegiatannya berpusat dimasjid. c) Pembinaan remaja masjid juga sudah harus sesuai dengan tuntutan zaman dan karakter remaja yang penuh dengan gejolak keremajaannya. d) Pembinaan perpustakaan masjid dengan penyediaan buku-buku yang berkaitan dengan kebutuhan umat islam.
  • 10. Memakmurkan masjid 9 e) Pembinaan TPA dan TK dengan melakukan pembiasaan anak-masjid dengan usia dini sebagai tekni yag dilakukan oleh pengurus dan orang tua dalam memakmurkan masjid. f) pembinaan ibadah sosial dengan pengelolaan zakat dengan melakukan database untuk mengontrol fakir miskin yang ada di sekitar masjid. g) Pembinaan hari-hari besar Islam dengan menyuguhkan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik perhatian umat islam untuk meramaikan suasana masjid.18 Dari pandangan para ahli tersebut tentang berapa fungsi masjid telah memberikan petunujuk bahwa masjid memiliki peran strategis dalam mencerahkan umat dalam berbagai aspek baik lahir maupun batin. Masjid sebagai pusat peradaban umat yang perlu dikembalikan akibat terjadinya perubahan sosial yang semakin maju. Perubahan ini membutuhkan pemberdayaan masjid untuk mendapatkan strtegi manajemen masjid yang dapat memudahkan umat mengolah masjid sesuai kondisi dan kesanggupan yang ditetapkan bersama. BAB III MANAJEMEN MEMAKMURKAN MASJID A. Pengertian Manajemen berasal dari bahasa Inggris, dari kata manaje yang artinya mengurus, membimbing dan mengawasi. Kata itu sendiri berasal dari bahasa Italy, yakni mannegio yang berarti pelaksanaan atau pengurusan sesuatu, atau lebih tepat lagi ‚penggunaan‛ sesuatu. Dalam bahasa Arab manajemen disebut dengan al- Idarah. Adapun pengertian manajemen adalah usaha mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Perkembangan zaman yang semakin menuntut untuk maju, sehingga penting mempelajari manajemen moderen dalam membuat satu keputusan. Seseorang melakukan tindakan atau pengambilan keputusan yang sesuai dengan kondisi masjid yang ada. Dalam masjid kemasjidan, seseorang atau pemimpin tidak terlepas dari suatu masalah atau konflik, karenanya dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada, perlu adanya dukungan informasi dalam pengambilan keputusan yang tepat dengan melihat kondisi masalah yang hendak diselesaikan. Dalam Alquran inspirasi 18 Departemen agama RI, Pola pembinaan umat (Jakarta: t.t ), 17.-38.
  • 11. Memakmurkan masjid 10 landasan normatif manajemen Allah berfirman QS As-Shaaffat (37): 1,3  Terjemahnya: demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya.  Terjemahnya: dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran, Ayat ini merupakan ayat manajemen dakwah yang penulis fahami secara tekstual. Makna ‚demi (rombongan) yang ber shaf-shaf‛ dapat difahami bahwa pengurus masjid dalam mengelolah masjid tidak boleh betrokan pemikiran tetapi ide dan gagasan harus dikemas dengan rapi laksana bersaf-saf yang tertib lulus yang dilandasi oleh motivasi yang suci. Ayat ketiga dari dari segi tekstual terjemahan departemen agama bermakna ‚dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. Inspirasi yang dapat difahami dari ayat tersebut memberikan pelajaran kepada umat Islam regulasi informasi di Masjid itu terus digalakkan dengan cara profesional jangan hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Makna ‚membacakan pelajaran‛ dalam ayat tersebut penulis fahami memberikan informasi aktual kepada jamaah sehingga dapat memperbaiki pola pikir dan pola hidup yag lebih baik. Untuk mendapatkan proses dakwah yang profesional ini perlu manajemen dalam mengelolah masjid khususnya perlu ilmu dan keterampilan dalam mengambil keputusan yang baik. Keputusan adalah suatu tindakan pemilihan di mana pimpinan /manajer menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan dalam situasi tertentu. Keputusan ini dinyatakan dalam suatu bentuk kata- kata yang dirumuskan dalam suatu peraturan, perintah, instruksi, kebijakan dan dalam bentuk apa saja yang dikehendaki pimpinan. Keputusan ini tidak hanya dilakukan oleh manajer paling tinggi (top manager) yaitu keputusan strategis mutlak, tetapi juga para anggota lainnya seperti middle manager dan lower manager (keputusan taktis dan operasional). Dalam pengambilan keputusan strategis, manajer yang paling tinggi (top manage) membutuhkan informasi ekstern lebih besar dari informasi intern dan ini termasuk pengambilan keputusan jangka panjang.
  • 12. Memakmurkan masjid 11 B. Arsitektur Masjid di Indonesia Keragaman bentuk arsitektur masjid menunjukkan Islam sangat menghargai keragaman suku, etnis, nilai etika dan estetika. Ketika Islam mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa, estetika arsitektur Islam diperkenalkan oleh para ‘’wali'’, sebagai orang yang dianggap dekat dengan Tuhan dan diyakini memiliki berbagai kelebihan. Para wali bertugas mengajarkan agama Islam dan sangat menghormati kebudayaan yang berkembang sebelum masuknya agama islam di Indonesia. Karena itulah para wali sangat dihormati dan disegani, sehingga karya- karya arsitektur Islam saat itu masih memperlihatkan perpaduan budaya lama dan budaya baru dalam arsitektur Islam. Tetapi memasuki dekade 1960-an, mulai muncul gaya-gaya baru dalam arsitektur masjid di Indonesia. Gaya-gaya arsitektur yang baru tersebut banyak muncul dari kalangan intelektual Islam yang telah mengenyam pendidikan seni rupa dan arsitektur di ITB Bandung yang saat ini pernah dididik oleh guru-guru gambar dan arsitek-arsitek Belanda. Arsitektur masjid dengan gaya baru di Indonesia, mulai muncul saat pembangunan Masjid Istiqlal di Jakarta.19 Meskipun masjid merupakan karya arsitektur Islam, tetapi ternyata Masjid Istiqlal di Jakarta adalah karya arsitek ternama Indonesia non Muslim. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederick Silaban, seorang umat Nasrani yang menempuh pendidikan arsitekturnya di ITB Bandung. Meskipun arsitek ini bukan seorang Muslim, namun dapat menghayati fungsi masjid sebagai perwujudan penting umat Islam. Wujud arsitektur Masjid Istiqal merupakan hasil dari suatu proses sayembara, di masa pemerintahan Presiden Soekarno pada dekade 1960-an. Hasrat membangun kebudayaan bangsa yang telah merdeka, menjadi faktor kuat dalam pembangunan masjid baru. Saat itu Presiden Soekarno menginginkan Indonesia memiliki Masjid Agung dengan arsitektur yang memiliki gaya abadi, penuh kemegahan dan kebesaran, serta memancarkan cahaya kebesaran Tuhan. Masjid Istiqlal diharapkan dapat menampung umat l.k. 20.000 orang, dengan luas bangunan 5000 m2. Kemegahan dan kebesaran arsitektur masjid ini diwujudkan dalam skala dan struktur bangunan di lingkungan Taman Wijen Kesuma, di atas bekas tanah benteng 19 Diaksespada website www.arsitektur .com_masjid dunia pada tanggal 29 Oktober 2009.
  • 13. Memakmurkan masjid 12 pendam di zaman penjajahan Belanda, yang ada di jantung Kota Jakarta. Arsitektur Masjid Istiqlal menyiratkan prinsip-prinsip arsitektur modern, tidak lagi bertitik- tolak dari bentuk-bentuk masjid yang telah ada sebelumnya di Indonesia, maupun yang ada di negara-negara Islam lainnya. Struktur masjid Istiqlal menggunakan konstruksi baja dan beton. Bentuk denah masjid persegi dengan struktur yang kokoh, disusun oleh deretan kolom-kolom persegi, sehingga menimbulkan dimensi yang besar, yang mampu menopang kubah raksasa setengah bola. Semua bagian dan ruang berskala besar dan diberi warna putih keabu-abuan. Masjid Istiqlal adalah tonggak sejarah perkembangan arsitektur Islam modern di Indonesia. Masjid karya arsitek F. Silaban ini kini telah menjadi monumen nasional, dengan nilai-nilai sejarah kebudayaan Indonesia. Arsitektur Masjid Istiqlal memperlihatkan kesatuan struktur yang menyeratkan kesatuan ide bangunan sebagai tempat manusia bersujud kepada Tuhan, serta menyeratkan citra keabadian kebenaran dalam Islam. Sejak tahun enam puluhan rupanya telah terbentang kemungkinan mendirikan masjid-masjid baru, dengan dasar perencanaan arsitektur modern yang telah masuk ke Indonesia. Masjid Istiqlal yang dibangun sejak tahun enam puluhan, menampilkan kesatuan gaya yang kompak dan bersih. Kubahnya yang besar dan merupakan bentuk setengah bola murni, mempunyai daya dominasi terhadap totalitas bangun arsitekturnya. Wujud arsitekturnya bersih (clean dengan design), tidak menonjolkan detail- detail unsur dekoratif, maupun elemen-elemen hias lainnya pada bangunan. Hal ini pun terlihat pada desain anterior bangunannya yang bersih dari gaya ornamental, sehingga tidak mengganggu kekhidmatan suasana religi di ruang utamanya. Eksterior-nya juga menampilkan pola struktur yang jelas dan kolam-kolam air yang besar. Sedangkan menaranya ditempatkan agak jauh dari bangunan induk, dengan bentuk menara beton yang tinggi. Masjid Istiqlal telah berfungsi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifat nasional, sehingga masjid ini telah condong menjadi tanda sebagai simbol kenegaraan. Wujud arsitektural Masjid Istiqlal yang dirancang oleh arsitek non-Muslim, tidak menyalahi kaidah. Hal ini malah menunjukkan adanya kerukunan umat beragama di Indonesia, yang saling memberi dan menerima. Apalagi
  • 14. Memakmurkan masjid 13 sang arsitek pada hakikatnya telah menghayati fungsi masjid sebagai perwujudan penting umat Islam. Ketika masjid pertama kalinya dibangun oleh Nabi Muhammad SAW, justru mewujudnya sangat sederhana sekali. Prototipe masjid beliau adalah ‘’masjid lapangan,'’ sebab unsur utamanya adalah lapangan di bagian tengah denah, kemudian di kelilingi oleh tembok pembahas. Konsep ini juga merupakan kebiasaan adat lama Arab, yang memanfaatkan bentuk lapangan terbuka di antara dinding-dinding pembatas, untuk menampung aktivitas pertemuan dan berbagai aktivitas lainnya di dalam masjid. Jadi pada awalnya, bentuk arsitektur masjid bukanlah merupakan bangunan yang megah, penuh keindahan, tetapi justru sangat sederhana, tetapi fungsional. Dalam perkembangannya kemudian, arsitektur masjid menunjukkan berbagai bentuk gaya yang berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Masjid Istiqlal merupakan salah satu masjid yang arsitekturnya diharapkan bisa menunjukkan identitas nasional dari bangsa Indonesia dan mendokumentasikan kerukunan umat beragama. Berikut ini model-model arsitektur bangunan masjid yang dapat di jadikan inspirasi dalam mendesain sebuah masjid yang menyenangkan pelayanan jemaah. Model ini dapat juga anda download diwebsite www.arsitektur@masjid_dunia.com. B. Pengertian Informasi. Sebelum memberikan pengertian informasi perlu dijelaskan lebih awal apa itu informasi yang dibutukan di masjid. Informasi yang dibutuhkan dimasjid adalah informasi dari Al-Quran dan Sunnah sebagai alat untuk mencerahkan manusia. Dengan menguasai informasi dalam Al-Quran dan Sunnah semakin canggih pola hidup kita di dunia dan akhirat. Informasi adalah sebuah istilah yang tidak tepat dalam pemakaiannya secara umum. Informasi dapat mengenai data mentah, data tersusun, kapasitas sebuah saluran komunikas, dan lain sebagainya. Informasi ibarat darah yang mengalir dalam tubuh suatu masjid sehingga informasi ini sangat penting di dalami suatu masjid. Suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi luruh, kerdil, dan akhirnya mati. sistem informasi manajemen berhubungan dengan informasi agama
  • 15. Memakmurkan masjid 14 sebagai pesan yang mencerahkan masyarakat. Apakah informasi itu? Informasi agama adalah data-data yang telah di-klasifikasi atau diolah atau di interpretasi para ulama besar untuk digunakan oleh umat Islam dalam proses pengambilan keputusan dalam menentukan tujuan hidup jangka pendek di dunia dan jangka panjang di akhirat. Fungsi utama informasi adalah menambah pengetahuan umat manusia. Informasi yang disampaikan kepada umat berupa solusi-solusi hidup di dunia dan akhirat. Ia merupakan hasil data dari Alquran dan Sunnah yang dijelaskan oleh para Mubalig dan Dai dalam mengambil keputusan umat Islam dalam menata hidupnya lebih baik dan berberkah belimpah. Suatu informasi agama harus memenuhi persyaratan rahmatallil’alamin (memberikan kenyamanan pada semua pihak) karena Al-Quran dan Sunnah itu adalah pusat kebagian dan kesejahteraan sehingga keputusan-keputusan perlu disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masalah umat manusia. Sebagai pengurus masjid dibutuhkan oleh seorang Imam dalam pengambilan keputusan yang harus segera dilakukan. Berdasarkan persyaratan informasi agama untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, sosial, dan entrepreneurship masyarakat. oleh sebab itu informasi agama perlu memiliki criteria sebagai berikut: 1. Informasi agama yang tepat waktu sebuah informasi yang tiba pada sat manajer sebelum keputusan diambil. 2. Informasi agama yang relevan sebuah informasi yang disampaikan oleh Imam kepada umat harus relevan dengan kebutuhan umat, yakni ada kaitannya dengan keputusan pihak penerima (umat) sehingga informasi agama tersebut akan mendapat perhatian dalam menyelesaikan persoalan hidupnya. 3. Informasi agama harus bernilai, maksudnya berharga dalam pengambilan keputusan umat Islam disekitar masjid. 4. Informasi yang dapat dipercaya suatu informasi yang harus dapat dipercaya (realible) dalam manajemen karena hal ini sangat penting menyangkut citra masjid manajemen masjid digiatkan dalam kegiatan memakmurkan masjid. Setiap tahapan manajemen memerlukan informasi agama. 5. Perencanaan ta’mir masjid perlu memiliki manajemen modern dengan mendesain sebuah sistem pengolahan masjid yang berimplikasi pada pelayanan
  • 16. Memakmurkan masjid 15 umat yang baik dengan membuat perencanaan kegiatan ta’mir masjid sebagai berikut: a) (Planning) (Informasi untuk perencanaan): Membuat perencaan tahunan, bulanan, dan harian. Perencanaan ini disesuaikan dengan standar operasional yang telah disepakati dalam rapat ta’mir masjid dengan prinsip pelayanan prima dalam pelayanan umat yang berkualitas. Tujuannya perencanaan ta’mir masjid adalah mencerahkan umat mencapai tujuan umat di dunia (jangka pendek) dan bahagian di akhirat (jangka panjang). b) Actuating (Informasi untuk penggerak): Memilih fasilitas penunjang seperti teknologi komputer dan catatan harian (Buku besar) dalam mencatat dan mengolah data masjid seperti: Membuat jadwal dakwah, Nama penceramah, Imam, Muazzim, penerima Zakat, Infaq, dan shadaqah sehingga dapat diaudit dengan mudah pengelolaan keuangan masjid. c) Controlling (Informasi untuk pengawasan); Membuat pengawasan yang cermat untuk mengetahui kesuksesan setiap kegiatan ta’mir masjid apakah sudah sesuai dengan standar operasional yang ditentukan atau tidak, selalu melakukan evaluasi yang dapat memudahkan ta’mir masjid, dan masyarakat mengonrol jalannya sistem informasi dakwah di masjid. C. Menata Masjid Yang Mencerahkan Umat. Penataan masjid yang yang mencerahkan umat sangat tergantung pada kesepakatan berdasarkan hasil studi kelayakan yang dibutuhkan umat disekitar masjid. Keputusan yang berkiblat pada kemaslahatan dan problematika sosial umat dapat memberikan kemakmuran masjid. Semakin banyak manfaat masjid pada umat semakin baik keputusan itu. Artinya keputusan yang baik jika keputusan itu dapat mencerahkan umat menuju kehidupan yang bahagian di dunia dan akhirat. Selain itu ada kepuasan dan kenyamanan umat terhadap keputusan yang disepakati oleh ta’mir masjid sebagai indicator keputusan yang baik. Langkah-langkah pokok dalam pengambilan keputusan, alangkah baiknya kita mengulag pengertian keputusan itu sendiri, yang mana keputusan adalah suatu
  • 17. Memakmurkan masjid 16 tindakan pemilihan dimana pimpinan menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan dalam situasi yang tertentu. Keputusan ini dinyatakan dalam suatu bentuk kata-kata yang dirumuskan dalam suatu peraturan, perintah, instruksi, kebijakan dan dalam bentuk apa saja yang dikehendaki pimpinan Imam sebagai pengendali program di masjid. a. Teknik Pengambilan Keputusan Pengurus masjid dalam mengambil sebuah keputusan perlu informasi agama yang cukup untuk menghindari ketidakpuasan para jama’ah. Pengambilan keputusan harus memiliki 2 kategori minimal yakni kategori praktis, dan tepat sasaran. Untuk memaksimalkan dalam pengambilan keputusan yang berberkah terinspirasi dari hadis Nabi adalah: Rasulullah bersabda: seharusnya setiap amal itu disertai dengan niat. Sesungguhnya bagi setiap orang akan memperoleh seperti apa yang telah menjadi niatnya. Maka barang siapa yang hijrah itu karena tujuan duniawi(materi) yang hendak diraihnya maka hijrah-nya itupun kepada sesuatu yang ditujunya (H.R. Bukhari dan Muslim). Hadis ini tersirat teknik pengambilan keputusan dalam sebuah masjid perlu dilandasi oleh motivasi dan niat yang suci untuk kemaslahan umat manusia sehingga masjid dapat menjadi pusat pencerah batin manusia yang sakit akibat salah memahami hidup di dunia dan akhirat. Pengambilan keputusan dalam sebuah masjid sangat tergantung pada target pencapaian yang disertai dengan niat. Jika niat karena materi semata maka yang akan didapat itu berupa materi. Tetapi jika diniatkan untuk mengabdi pada Allah maka mendapatkan dua yakni materi dan Ibadah. Dengan demikian dalam kepengursan masjid niat dan motivasi harus dilandasi dengan rasa keikhlasan yang tinggi serta niat yang suci untuk menghindari pertikaian psikologi sesama pengurus. Hal ini menunjukkan bahwa membangun kebersamaan sangat urgent laksana bangunan masjid itu sendiri saling mengokohkan antara satu dengan yang lain. Jika hal ini telah menjadi mind set bagi pengurus masjid maka langkah berikutnya menentukan fokus pengambilan keputusan. Menurut Syarifudin dalam pengambilan keputusan untuk memakmurkan majsid yang menyenangkan umat di Masjid terdiri dari empat pilar utama yaitu: 1. Keputusan berdasarkan matriks rangking. Maksudnya dalam memutuskan
  • 18. Memakmurkan masjid 17 program memakmurkan Masjid perlu mendesain perencanaan sesuai dengan problematika sosial yang dihadapi ditengah masyarakat tersebut. Hal ini ta’mir masjid melakukan identifikasi permasalahan di tengah masyarakat. Fokus pengambilan keputusan berdasarkan masalah faktual di tengah masyarakat. 2. Keputusan yang di ambil sesuai dengan hasil pengamatan berdasarkan matris rangking masalah fundamental yang cermat dari pengurus masjid di tengah masyarakat kemudian membuat indicator dan standar pelaksanaan kegiatan untuk menyelesaikan persoalan sosial tersebut di tengah masyarakat. 3. Merumuskan masalah yang paling menonjol dari hasil identifikasi masalah kemudian membuat rincian objeknya dan pemanfaatan waktu (time line) biaya, penyelesaiannya. 4. Membuat keputusan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan target pencapaian yang telah didesain secara cermat dengan langka-langkah yang pasti untuk menyelesaikan masalah sosial di tengah masyarakat. Setiap pengurus masjid dalam pengambilan keputusan yang baik, Rasulullah saw memberikan informasi sebagai pengendali kebijakan dalam mengambil suatu keputusan. Keteladanan ini ditradisikan dalam memotivasi ta’mir masjid sebagai seorang pemimpin masjid demi kenyamana umat, dalam menunaikan ibadah. Motivasi dan niat yang suci hanya mengabdi pada Allah adalah tujuan utama dalam memakmurkan masjid. Berikut ini contoh pengambilan keputusan bagi seorang Manager Masjid (pengendali kebijakan) biasanya didasarkan atas: 1. Keyakinan (niat dan motivasi yang suci karena Allah) 2. Intuisi (suara hati) 3. Fakta-fakta sosial di tengah masyarakat yang telah ada dihadapi umat. 4. Adanya laporan secara rutin tentang masalah yang dihadapi masayarakat. 5. Pengalaman (Informasi yang banyak) setelah mencermati keadaan masyarakat di sekitar masjid. b. Kriteria keputusan yang Baik. Keputusan yang baik ketika penentuan pelaksanaan dakwah bisa berjalan baik
  • 19. Memakmurkan masjid 18 dan dapat meminimalisasi permasalahan sosial negatif di tengah masyarakat. Kemudian meningkatkawan wawasan umat disekitar masjid untuk menata kehidupan yang sesuai dengan prinsip Al-Quran dan Sunnah. Semua kebaikan ini bisa terukur ketika keputusan yang diambil sesuai dengan target pencapaian yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan kriteria keputusan yang terukur adalah sebagai berikut: 1. Tanamkan niat dan motivasi yang suci untuk menyelesaikan permasalahan sosial di tengah masyarakat atas dasar keimanan pada Allah dan Rasul-Nya. 2. Menggali Ide dan gagasan secara kognitif (pikiran) prinsipnya dapat memperbaiki masyarakarat secara luas. Proses keputusan berdasarkan pengamatan yang mendalam tentang masalah sosial di tengah masyarakat. 3. Mendesain konsep melibatkan orang yang ahli dibidangnya untuk mendapatkan strategi yang tepat, mudah, dan bisa dijaankan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman ta’mir masjid dan masyarakat dalam menggerakan organisasi di masjid sesuai dengan semangat Al-Quran dan Sunnah. 4. Memperhitungkan estimasi anggaran akuntable, transparan, dan terukur dalam menyelesaikan persoalan tersebut sesuai waktu yang telah disepakati bersama. 5. Membuat standar operasional pelaksanaan ta’mir masjid dalam bentuk harian, minguan, bulanan, dan tahunan sesuai kondisi masalah yang dihadapi oleh masyarakat. 6. Evaluasi kegiatan untuk mengukur target penpaian apakah sudah berhasil dengan target pencapaian atau tidak. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki langkah-langkah selanjutnya dalam kegiatan yang serupa. c. Tipe-tipe keputusan Model keputusan dapat dipelajari diberbagai buku manajemen moderen. Tetapi buku yang ada dihadapan anda ini dapat memberikan referensi informasi tentang bentuk-bentuk keputusan yang baik dalam bukunnya Soewarno Handayaningrat mambagi tipe keputusan menjad tiga bagian, yaitu keputusan kelompok atau masjid ialah dimana seorang mempeunyai peranan sebagai anggota dari kelompok itu
  • 20. Memakmurkan masjid 19 sendiri, keputusan ini adalah keputusan resmi dari kelompok atau masjid dan pemimpin yang bertindak sebagai pejabat pelaksana. Keputusan pribadi ialah keputusan yang dipertanggung jawabkan kepada setiap individu, sekaligus sebagai anggota dari masjid. Keputusan dasar ialah keputusan masjid sangat penting, dan ini dianggap sebagai bentuk khusus dari pada keputusan pokok. Pengurus Masjid Sebagai Pengolah Informasi dapat berbagi dengan jamaah yang datang ke Masjid yang membutuhkan informasi dakwah. Informasi adalah data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dipublikasikan kepada seseorang yang akan menggunakannya untuk membuat keputusan. Oleh sebab itu, perlu dipahami bahwa pemakaian informasi jauh lebih penting karena informasi-lah yang akan dipakai untuk menunjang keputusan manajemen. Kendati pun informasi dapat diperoleh dengan mudah, namun sesungguhnya masih banyak manager yang kekurangan informasi kalau yang dimaksud adalah informasi yang berkualitas baik. Informasi yang memiliki kualitas tinggi akan menentukan efektifitas keputusan-keputusan manajer. Burch dan Grundnitski menyebutkan adanya tiga pilar utama yang menentukan kualitas informasi, yaitu: akurasi, ketepatan waktu, dan relevansi. Syarat-syarat tentang informasi yang baik yang lebih lengkap diuraikan pula oleh parker. Berikut syarat-syarat yang dimaksud : 1. Ketersediaan (availability): Syarat yang mendasar bagi suatu informasi adalah tersedianya informasi agama itu sendiri. Informasi harus dapat diperoleh bagi orang yang hemdak memanfaatkannya. 2. Mudah dipahami (comprehensibility): Informasi harus dapat sipahami oleh pembuat keputusan, baik itu informasi yang menyangkut pekerjaan rutin maupun keputusan yang bersifat strategis. Informasi yang berbelit-belit hanya akan membuat kurang efektifnya keputusan manajemen. 3. Relevan: Dalam konteks masjid, informasi yang diperlukan adalah yang benar-benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan masjid. Bermanfaat Sebagai konsekuensi dari syarat relevan, informasi juga harus bermanfaat bagi masjid. 4. Tepat waktu: Syarat ini terutama sangat penting pada saat masjid membutuhkan informasi ketika hendak membuat keputusan yang krusial.
  • 21. Memakmurkan masjid 20 5. Keandalan Informasi: harus diproleh dari sumber-sumber yang dapat diandalkan kebenarannya. 6. Akurat(tepat dengan sasaran): Syarat ini mengharuskan bahwa informasi bersih dari kesalahan dan kekeliruan. Ini juga berarti bahwa informasi harus jelas dan secara akurat mencerminkan makna yang terkandung dari data pendukungnya. 7. Konsisten: Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi didalm penyajiannya karena konsisten merupakan syarat penting bagi dasar pengambilan keputusan. 8. Tampak bahwa ada berbagai macam syarat yang dipenuhi bagi informasi untuk kepentingan manajemen. Pengolahan data atau penyadian informasi harus memperhitungkan segi-segi waktu penyajian, isi, format maupun segi- segi lain dari informasi tersebut. Ini dapt dipahami karena didalam masjid- masjid modern, kualitas informasi yang dipergunakan dalam manajemen itulah yang akan menentukan efisien dan efektifitas masjid . Efektifitas pengelolaan masjid sangat tergantung pada kedalam keilmuan pengurus tentang Ilmu manajemen masjid adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan yang memiliki dampak besar dalam memperbaiki umat untuk berpikir positif. Fungsi masjid yang harus dilakukan dengan menggunkan alat/komputer, tenaga orang, ide, dan secara lebih efisien. Masjid adalah rumah Allah SWT yang digunakan oleh kita sebagai tempat untuk beribadah kepadanya untuk mencapai ridho nya dan bertaqwa kepadanya. Masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturrahmi dikalangan kaum muslimin.dimasjid pula tempat terbaik untuk melangsungkan shalat jum’at. Masjid merupakan tempat mencetak ummat yang beriman, beribadah, menghubungkan jiwa dengan sangt kholiq. Umat yang beragama shaleh dalam kehidupan masyarakat menjadi ummt ynag berwatak teguh. Memiliki masjid atau memanajemen suatu masjid tidak hanya membaguskan dan melihat dari bangunannya saja, tetapi harus bisa juga berdampak perubahan besar terhadap pola pikir umat dari terbelakan menjadi maju.
  • 22. Memakmurkan masjid 21 Buku panduan memakmurkan masjid ini sebagai tambahan informasi teknik mendesain pengelolaan masjid yang moderen. Masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam perlu keterampikan dalam pelayanan umat dengan menyuguhkan Dai dan Muballigh yang berkualits. Drs. Moh. E. Ayyub dalam bukunya Manajemen Masjid mendefinisikan. Idarah masjid adalah usaha-usaha untuk untuk merealisasikan fungsi-fungsi masjid sebagai mana mestinya. Dari sisni kita bias merumuskan definisi lain idarah masjid atau manajemen masjid adalah suatu proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal, dilakukan oleh seorang pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya melalui berbagai aktivitas yang positif. Dengan demikian ketua pengurus masjid harus melibatkan seluruh kekuatan masjid untuk mewujudkan kemakmuran masjid. Sebagai mana yang sudah tertera sebelumnya bahwa memakmurkan masjid haruslah sudah tentu harus merealisasikan fungsi fungsi masjid sebagaimana mestinya dibawah ini adalah fungsi-fungsi manajemen masjid, yaitu : d. Perencanaan Dalam manajemen masjid perencanan adalah perumusan tentang apa yang akan dicapai dan tindakan apa yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan pemakmuran masjid, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dalam upaya memakmurkan masjid perencanaan memiliki arti yang sangat penting, yaitu : 1. Memungkinkan dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat sesuai dgn situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat upaya pemakmuran masjid dilaksanakan. 2. Aktivitas pemakmuran masjid bisa berjalan lebih terarah dan teratur. 3. Dapat dipersiapkan terlebih dahulu tenaga-tenaga pelaksana dalam pemakmuran masjid, begitu juga dengan dana dan saran. 4. Perencanaan akan memudahkan pimpinan pengurus masjid untuk melaksanakan pengawasan dan penilaian terhadap jalannya aktivitas pemakmuran masjid. Perencanan kegiatan masjid yang matang harus dilaksanakan dengan baik oleh pengurus masjid. Untuk itu, perlu pengmasjidan yang solid bagi pengurusnya. Pengmasjidan masjid adalah penyatuan, penelompokan, dan pengaturan pengurus
  • 23. Memakmurkan masjid 22 masjid untuk untuk digerakkan dalm satu kestuan kerja sebagaimana yang telah direncanakan. Dalam manajemen masjid pengmasjidan memiliki arti yang sangat penting, yaitu : 1. Penugasan staf pengurus lebih mudah, karena sudah jelas seksi apa atau siapa yang harus melaksanakan suatu bidang kegiatan 2. Memudahkan dipilih tenaga pelaksana tang tepat, karena dalam pengmasjidan bukan hanya menyusun struktur kepengurusan dan menempatkan orangnya, tapi juga menguraikan tugas dan tanggung jawb sehingga bisa dipilih, siapa yng tepat menempati posisi suatu kepengurusan. 3. Pengmasjidan juga membuat terpadunya berbagai potensi pengurus dalam suatu kerangka kerja sama pemakmuran masjid. 4. Memudahkan bagi pemimpin pengurus masjid untuk mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan suatu kegiatan. BAB IV IMPLEMENTASI MEMAKMURKAN MASJID A. Pelaksanaan dan Pengawasan Pelaksanaan dalam manajemen masjid merupakan upaya membimbing dan mengarahkan potensi pengurus untuk beraktivitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Pimpinan hrus memberikan rangsangan atau motivasi kepada pengurus untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu. Pengawasan atau control baik dari pimpinan kepada staf maupun dari staf kepada pimpinan dan sesama staf kepengurusan masjid. Merupakan sesuatu yang perlu. Terlaksananya fungsi ini akan membuat pengurus tahu dengan adanya kesalahan kekurangan, kelemahan rintangan, tantangan dan kegagalan dalam mencapai tujuan pemakmuran masjid. 1. Struktur Masjid Struktur masjid masjid adalah susunan unit-unit kerja yang saling berhubungan satu sama lainnya. Masing-masing unit mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi dihubungkan dengan garis koordinasi. Adanya koordinasi inilah yang menyebabkan
  • 24. Memakmurkan masjid 23 antar unit kerja menjadi satu kesatuan. Setiap masjid harus dijalankan secara professional dengan menerapkan ilmu manajemen. Dalam ilmu manajemen dikenal adanya struktur masjid. Struktur masjid adalah suatu bagan yang bertujuan membagi tugas dalam berbagai pusat kegiatan atau melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dalam masjid. Struktur masjid akan menggambarkan fungsi masing-masing bagian batas wewenang yang dimilikinya, luas tanggung jawab yang harus dipikulnya, hubungannya dengan bagian lain, atasannya dan bawahannya. Struktur masjid masjid dapat disederhanakan atau dikembangakan sesuai dengan program dan tujuan dari sebuah masjid yang mungkin berbeda antara masjid yang satu dengan masjid yang lainnya. Tergantung juga karena mekanisme kerja masjid masjid tersebut. 2. Metode Pembagian Tugas di Masjid Pembagian tugas di Masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam membutuhkan pengaturan sumber daya sesuai sumber daya yang dimiliki. Dalam mencapai cita- cita besar sebuah masjid perlu memaksimalkan tenaga yang dimiliki sesuai keahlian masing-masing pengurus masjid. Mendesain program kerja secara optimal meliputi, Perencanaan (planning) dakwah, penataan administrasi masjid (organizing), Pemilihan orang (staffing) sesuai keahaliannya, Pengarahan (directing), Pengawasan (controlling), Komunikasi (communication) dengan stakeholder harus baik untuk mencitrakan amsjid sebagai pusat perbaikan mental umat manusia. Semua tugas masjid ini terdiri dari empat pilar utama yaitu: a. Imam masjid (Dewan Syariah) b. Manajer c. Tata Usaha (Sekertaris, Bendahara) d. Operasional (Pendidikan, Sosial, Usaha) Jika diperincikan lagi tugas takmir masjid sesuai dengan fungsinya adalah melakukan pelayanan prima pada umat. Untuk lebih tampak dapat dilihat dalam struktur berikut ini:
  • 25. Memakmurkan masjid 24 3. Komposisi Pengurus Masjid Komposisi pengurus masjid adalah struktur ta’mir masjid yang menggerakkan semua pelayanan ibadah, dakwah, dan muamalah. Komposisi kepengurusan masjid terdiri ketua yayasan, Imam, wakil Imam, dan ta’mir. Dalam sebuah masjid kenabian seorang ketua adalah orang yang lebih baik akhlak dan kecerdasasnya dibanding dengan bawahannya BAB IV IMAM MASJID Peran Imam masjid memiliki fungsi di tegah masyarakat sangat strategis karena ia adalah pimpinan umat dalam melakukan ibadah. Begitupula dalam memakmurkan masjid imam memiliki peran dalam aktivtas ibadah. Hal ini menunjukkan bahwa secara yuridis menajdi bagian dari sistem kepengurusan masjid dan menentukan kebijakan masjid. Karena ini sangat menentukan pergerakan masjid sehinga tidak bisa dipandang remeh. Ketika imam memiliki peran sosial ditengah masyarakat berarti perlu memiliki keilmuan yang cukup dalam aspek aqidah, syari’ah dan akhlaq. Eksistensi imam dalam masyarakat sudah saatnya perlu dihargai sebagaimana para sahabat menghargai Nabi Muhammad saw dalam memimpin ibadah dan pemimpin sosial kemasyarakat. Dengan demikian imam dituntut memiliki profesionalisme kenabian sehingga ia perlu memiliki sifat siddieqy, amanah, tablig, dan fathanah. Rumusan ini sebagai standar seorang imam untuk menjalankan fungsi dan tujuan masjid dapat dicapai dan diraih dengan maksimal. Dalam mendapat imam yang dapat meningkatkan aktivitas masjid perlu perekrutan imam desa, kecamatan, kabupaten, dan imam provinsi. A. Pengertian Imam Pengertian imam secara bahasa Imam pemimpin (ikutan) pada waktu salat berjamaah; dapat juga dimaknai sebagai pemimpin;kepala (negeri dsb). Selain itu
  • 26. Memakmurkan masjid 25 sering juga digunakan sebagai gelar yang berarti, pemimpin, khalifah, dan penghulu. B. Peran Imam dan Kriteria Imam Terminologi Imam dalam kamus besar Bahasa Indonesia imam adalah; pemimpin, kata Imam di Indonesia lebih banyak dikonotasikan pemimpin dalam ibadah ritual. Imam juga dapat diartikan sebagai kepala Negara atau pemimpin negara. Imam juga sering diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan ilmu yang tinggi. Seperti Imam Bonjol, Imam Hanafi, Imam dan Syafi’I. Imam juga dapat diartikan orang yang memimpin upacara-upacara agama di gereja. C. Tugas dan Fungsi Imam D. Cara Pengangkatan Imam Dewasa ini imam masjid dianggap sebagai sebuah profesi yang dituntut memiliki kapasitas dan profesionalisme dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai pimpinan dalam beribadah. Karena imam memiliki peran strategis maka sistem perektrutan imam, pemberhentian imam, sertifikasi imam, merumuskan fungsi imam, khatib, dan hak kewajiban dari imam untuk meningkatkan peran dan fungsi masjid sebagai pusat pencerahan dan pembinaan ummat. a. Memimpin dan mengmasjidkan kegiatan masjid dalam melaksanakan tugasnya. b. Mewakili masjid dengan baik kedalam atau keluar. c. Mengawasi pelaksanaan program kerja. d. Menandatangani surat-surat penting. e. Memimpin evaluasi atas pelaksanaan program kerja. f. Membuat laporan pertanggung jawaban (LPJ) dari program-program kerja yang telah dilakukan diakhir pengurusan.
  • 27. Memakmurkan masjid 26 2. Wakil Ketua 1. Mewakili ketua apabila berhalangan. 2. Membantu ketua dalam menjalankan program kerja. 3. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas-tugasnya pada ketua. 3. Sekretaris 1. Mewakili ketua dan wakil ketua apabila berhalangan. 2. Bertanggung jawab terhadap segala bentuk administrasi masjid 3. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas-tugasnya pada ketua. 4. Departemen Keuangan Bidang keuangan adalah faktor penting dalam sebuah ta'mir masjid karena bidang ini merupakan alat vital yang menggerakkan aktifitas pelaksanaan ibadah. Kemampuan mengatur finansial masjid adalah satu keterampilan pengurus untuk mencukupi pelayanan masjid kemasjidan merupakan satu hal yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan keuangan masjid. Karena dana umat yang dikelolah dimasjid tidak seperti di bank tetapi semata-mata digunakan untuk kebutuhan pelalaksanaan ibadah. Adapun riancian pembiayaan adalah sebagai berikut: 1. Mengelola keuangan masjid. 2. Merencanakan sumber dana masjid 3. Menerima, menyimpan, dan membukukan keuangan. 4. Mengeluarkan uang sesuai kebutuhan Rentra (rencana strategis). 5. Menyimpan tanda bukti penerima dan pengeluaran 6. Membuat laporan rutin.
  • 30. Memakmurkan masjid 29 BAB V KURIKULUM DAN SILABI DAKWAH A. Kurikulum Dakwah Format kurikulum dakwah lahir dari riset yang dilakukan oleh ilmuan dakwah terhadap realitas problematika masyarakat. Dari kurikulum ini lahirlah silabi dakwah sebagai rujukan mubalig dalam mengkomunikasikan dan membahasakan agama sesuai dengan persoalan yang dihadapi umat. Ketika pesan-pesan agama tidak disesuaikan dengan kondisi persoalan umat maka materi dakwah dan khutbah kurang memiliki dampak pencerahan di tengah masyarakat. Semakin canggih pengurus masjid memberikan dakwah sesuai persoalan yang dihadapi umat semakin tinggi kebutuhan masyarakat terhadap masjid sebagai pusat pencerahan spiritual, intelektual, sosial, dan entrepreneurship. Pengurus masjid dalam mendesain proyek dakwah harus disesuaikan dengan kondisi permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Silabi khutbah jumah, ceramah, dan pidato lainnya difokuskan pada Rencana Strategis Dakwah (RENSTADAK). Ketika pengurus masjid mampu mendesain sibali dakwah sesuai dengan kebutuhan umat maka masjid sebagai pusat spiritual umat memiliki peran yang cukup signifikan dalam mencerahkan umat dalam menata struktur masyarakat yang sehat secara fisik dan sehat secara spiritual. Menciptakan kondisi masjid yang nyaman membutuhkan silabi dan kurikulum dakwah yang sesuai kebutuhan dan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Ekosistem informasi dakwah perlu membaca buku bagaimana cara pelaksanaan dakwah yang dapat memberikan pencerahan pada jamaanya. Minta masukan dari jamaah topik aktual dan buat silabi dakwah untuk satu tahun atau enam bulan. Hal ini tergantung kesepakatan pengurus dan jamaanya. Menurut syarifudin Ambon bahwa untuk mendesain sebuah silabi dakwah ada 3 hal sub sistem yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu:
  • 31. Memakmurkan masjid 30 1. Jamaah: Informasi tentang kondisi sosiologis jamaah, hal ini penting dilakukan karena untuk menjadi bahan renungan bagi Dai dan Muballigh yang akan memberikan materi cerama. 2. Pengurus: Pengurus perlu memberitahukan lebih dahulu kepada Dai dan Muballigh tentang topik yang akan dibawakan sesuai informasi yang telah disepakati oleh jamaah dan pengurus. Pengurus juga harus menginformasika kepada Dai dan Muballigh untuk membuat resume ceramah untuk diperbanyak oleh pengurus yang akan dibagikan oleh jamaah materi yang dibawakan oleh Dai dan Muballigh. 3. Alat sound system (pengeras suara): Bidang teknik sistem teknologi informasi juga perlu uji kelayakan sebelum acara dimulai. Semua alat pengeras suara dicoba untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan pada saat acara berlangsung. 4. Naskah Dakwah Para Dai dan Muballigh: Pengurus harus intens mengumpulkan resume naskah dakwah pada Dai dan Muballigh kemudian dicatat untuk dijadikan buletin dakwah. Jika proses ini dimaksimalkan maka akan melahirkan buku dakwah setiap masjid. Jika pengurus aktif mengumpulkan resume setiap dai dan muballigh yang ceramah selama satu tahun pengurus masjid dapat membukukan judul-judul khutbah. Inilah pentingnya adanya kerjasama dengan Dai dan Muballigh untuk membuat resume setiap ingin memberikan ceramah. Naskah dakwah adalah merupakan faktor yang sangat penting dalam membangun peradaban dakwah di Indonesia, dengan adanya naskah dakwah maka rekaman peristiwa proses dakwah pada saat ini akan menjadi artifak sejarah bagi generasi selanjutnya. Banyaknya para ulama klasik yang memiliki gagasan pemikiran dakwah yang imajinatif tetapi tidak ada naskah dakwahnya sehingga tidak dikenang oleh generasi selanjutnya.
  • 32. Memakmurkan masjid 31 B. Pandangan Dakwah Universal Natsir dalam pandangan dakwahnya Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad ini kaya akan solusi dan jawaban bagi permasalahan kehidupan manusia. Al-Qur’an dan Sunnah dalam hal ini adalah dua sumber utamanya. Lebih lanjut, manusia dengan kemampuan akalnya mampu untuk mengambil kesimpulan guna menghadapi dan menjawab berbagai persoalan. Inilah kemudian yang ia sebut dengan ijtihad. Berdasarkan hal ini, selanjutnya Natsir seakan tidak menemui hambatan dalam merumuskan posisi Islam vis a vis Barat dengan demokrasi dan sekularismenya, atau pun atheisme. Sifat Islam yang rahmatan lil‘alamin dan bertujuan untuk mengantarkan manusia pada kesejahteraan dan kebaikan dunia-akherat meniscayakan agama yang lahir di Makkah ini untuk disebarkan. Bagi Natsir ini adalah upaya dakwah Islam. Pandangannya tentang hal ini adalah derivasi dari pandangannya tentang manusia sebagai khalifah Allah yang mesti mengabdi pada-Nya. Dalam pandangan Natsir, pengabdian ini meliputi dakwah Islam. Dakwah dalam pandangan Natsir bermakna amar ma’ruf nahi munkar, di dalamnya mengandung tiga unsur utama, yaitu amal perbuatan lisan, aktualisasi ajaran Islam dengan karya nyata, dan kepribadian terpuji sebagai sokogurunya. Ini adalah syarat mutlak bagi tercapainya tujuan Islam di atas. Selain itu, ia berargumen bahwa ini juga merupakan kewajiban fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Dalam hal metode penyampaiannya, Natsir menganalogikan seorang muballig dengan seorang petani. Seorang petani haruslah mengetahui cara bercocok tanam, tahu akan keadaan tanah, tahu jenis benih dan sifat benih yang akan ditaburkan, tahu musim dan iklim yang kondusif, tahu akan hama yang mungkin akan menggangu tanamannya dan bagaimana menyikapinya, dimana pengetahuan tentang hal ini semua berguna untuk mendapatkan panen yang bagus. Seorang muballig pun juga demikian, ia harus mengetahui berbagai hal yang dirasa perlu agar pesan yang disampaikannya diterima dengan mudah oleh masyarakat. Beberapa hal yang mesti diketahui dan dikuasai oleh muballig diantarannya adalah; mengetahui obyek sasaran dakwah, memahami kebutuhan obyek dakwah, penyampaian yang arif dan berakhlak mulia, dan yang terpenting adalah penguasaan dan pemahaman ilmu yang mendalam.
  • 33. Memakmurkan masjid 32 Sejatinya Natsir bisa dianggap sebagai muballig dalam pengertian di atas. Menjadi seorang politikus maupun negarawan bukan berarti tidak bisa menjadi seorang muballig. Natsir justru menggunakan politik untuk menyebarkan agama Islam. Dalam kaca mata Natsir, politik adalah sarana yang tepat guna menyebarkan Islam dengan cepat.20 Di sisi lain, menjadi seorang politikus dan negarawan juga tidak mencegahnya untuk berkarya. Tercatat beberapa karya ilmiah meliputi berbagai masalah sosial, ekonomi, sosial, politik, pendidikan, dan dakwah telah ia lahirkan. Dan satu garis besar yang dapat diambil dari sekian banyak karyanya itu adalah menampilkan Islam sebagai basis dan penyokong utamanya. Perjuangan M. Natsir yang tak kenal dalam dakwah Islam melalui politik dan kritik yang ia lancarkan pada pemerintahan membawanya pada posisi yang wariskan pemerintahan orde lama maupun orde baru. Diasingkan dan dipenjara mungkin adalah resiko yang harus dibayar oleh Natsir dalam perjuangan dakwah Islamnya.21 Kendati demikian, dalam menyikapi keadaan ini, Natsir kemudian mengalihkan dakwah politiknya dengan dakwah via pendidikan, karya ilmiah, dan orasi serta ceramah. M. Natsir membuka dengan mengutip firman Allah swt QS Fushilat (41) : 33  Terjemahnya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"   Terjemahnya: Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.  20 Thohir Luth, M. Natsir Dakwah Dan Pemikirannya, (Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 26 21 Thohir Luth, M. Natsir Dakwah Dan Pemikirannya, ibid... h. 85.
  • 34. Memakmurkan masjid 33 Terjemahnya: sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar.  Terjemahnya: dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Firman Allah yang dikutip M. Natsir tersebut banyak memberikan inspirasi dalam penyebaran informasi dakwah ada kewajiban Dai dan Muballigh dalam menyampaikan pesan-pesan agama yakni: ‚Kewajiban pada Dai, Muballigh dan Ulama tidak sekedar memberikan fatwa atau member vonis bahwa komunis itu haram. Tidak usah kita yang mengatakan, orang awam pun komunis itu jahat kewajiban umat adalah mengemukakan alternative dalam menghadapi system komunis itu, mengemukakan alternative yang baik untuk menghadapi yang buruk.22 Kearifan materi dakwah M. Natsir di atas hemat penulis tidak harus menghukumi orang dengan label haram, halal, kafir, munafik, dan sejenisnya tetapi dengan perkataan simpatik yang empaty serta menarik. Menawarkan pilihan kebenaran yang menyejukkan bukan mengejutkan. Tugas Dai dan Muballigh memberikan informasi yang dapat melebutkan budi pekerti umat. Setelah pesan dakwah itu disampaikan seorang Dai dan Muballigh memberikan keteladanan, karena keteladanan sebagai media komunikasi ampuh yang dapat disaksikan langsung oleh umat dalam bentuk implementasi dari ucapan yang telah dipublikasikan dipraktekkan dalam bentuk prilaku yang dapat menyejukkan dalam berinteraksi dan bermasyarakat. 22 M. Natsir Kalimat Hak itu Lebih Tajam dari Pedang dalam majalah Suara Masjid No. 11 Tahun III h. 6-7 Yayasan Al-Hilal Ikatan Masjid Indonesia (IKMI), Rajab 1395 H/1975 M 24 Ramadan 1408 H/20 Mei 1988 h. 24.
  • 35. Memakmurkan masjid 34 Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan bidang pendidikan dan bidang dakwah, meliputi: rencana strategis bidang pendidikan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Semua perencaan ini dibuat estimasi anggarannya sesuai target pencapaian yang dinginkan berdasarkan kesepakatan antara pengurus masjid dan donatur masjid. A. Bidang Pendidikan. 1. Membuat jadwal TPA dan kajian kajian keagamaan. 2. Mengumumkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan dan dakwah 3. Mengkoordinir shalat jumat 4. Daftar pengurus, jamaah B. Bidang Dakwah. 1. Membuat jadwal pengembangan dan pengkajian dakwah alam satu tahun berjalan yang dibagi menjadi beberapa substansi materi dakwah sesuai keputusan bersama antara jamaah dan pengurus masjid kemudian dikomunikasikan dengan Dai dan Muballigh yang telah dipilih menjadi pemateri. 2. Membuat workshop pemberdayaan masjid: materi-nya ini juga hasil kesepakatan dengan jemaah. Sebagai contoh materi pemberdayaan adalah pemberdayaan masyarakat Islam dari segi ekonomi, kepemimpinan, komunikasi dan manajemen memakmurkan masjid. 3. Membuat jadwal imam, khatib, muazzin dan bilal salat jumat 4. Mengkoordinir kegiatan remaja masjid, ibu-ibu dan anak-anak 5. Mengelola situs Internet mendistribusi surat elektronik (email) yang masuk sesuai dengan departemen
  • 36. Memakmurkan masjid 35 C. Departemen pembangunan dan pemeliharaan Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemeliharaan masjid yang meliputi: 1. Membuat program rehabilitasi dan pembangunan masjid 2. Membuat rencana anggaran jangka panjang dan jangka pendek 3. Melaksanakan program pembangunan dan mengatur kebersihan, keindahan dan kenyamanan masjid 4. Mendata segala kerusakan sarana dan pra sarana masjid D. Departemen sosial dan kemasyarakatan Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan yang meliputi : 1. Menyantuni fakir miskin, yatim piatu, janda, dan lain-lain 2. Melakukan khitan massal Bakti sosial terhadap korban bencana alam. 3. Melakukan koordinasi dengan pengurus RT/RW setempat dalam melaksanakan tugasnya. 4. Melakukan kerja sama antar masjid-masjid E. Program Memakmurkan Masjid Pada hakekatnya ada dua jenis masjid yaitu:1). Masjid dibangun dengan dasar niat yang suci karena Allah, 2). Masjid dibangun karena dasar ingin dianggap hebat, ingin dipuji, dan karena riya atau dibangun bukan karena Allah. Ketika masjid dibangun atas dasar riya atau karena maksud tertentu maka akan melahirkan konflik yang tidak pernah berkesudahan dalam sebuah pengurus masjid. Karena Allah tidak inginkan ini terjadi maka motiasi dalam membangun masjid perlu diluruskan untuk mencegah terjadinya sifat negatif yang membonceng dibelakangnya. Mengingat adanya 2 jenis masjid ini maka diperlukan kewaspadaan yang tinggi agar dapat memberikan jaminan dan perlindungan bagi umat Islam untuk melakukan ibadahnya di tempat yang benar yaitu di masjid Allah dan mencegah umat Islam untuk tidak beribadah di tempat yang salah. Maka sudah sepantasnya
  • 37. Memakmurkan masjid 36 masjid-masjid di Indonesia yang merupakan masjid Allah diberikan nomor registrasi masjid untuk membedakan dengan masjid riya. Menghindari masjid dari motivasi riya Allah swt berfirman dalam Al-Quran surah Al- Jin/72:18  Terjemahnya: dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. Informasi yang dapat dimaknai dari penjelasan ayat tersebut agar umat Islam dalam membangun dan memakmurkan masjid tidak didasari oleh motivasi yang lain karena akan merusak manajemen sistem informasi masjid yang telah disepakati bersama. Telah tampak sebagian masjid di dunia dan disekitar kita kadang dibangun atas dasar lain sehingga ia laksana bangunan yang berfungsi ganda yakni berfungsi sebagai pusat masalah dan berfungsi sebagai tempat ibadah. Atas dasar inilah sehingga membutuhkan manajemen transparansi keuangan yang telah diamanatkan oleh umat di sekitar masjid perlu dimanfaatkan sebaik mungkin demi meningkatkan pelayanan prima umat di masjid dengan membuat registrasi jama’ah. Registrasi masjid seyogyanya dibangun dengan sistem yang terintegrasi secara nasional dilakukan oleh Dewan Masjid Indonesia atau badan yang merupakan asosiasi dari masjid-masjid setempat. Registrasi ini diperlukan untuk menetapkan Nomor Pokok Masjid (NPM). Setiap masjid mestinya terdaftar dan diberikan Nomor Registrasi yaitu Nomor Pokok Masjid. NPM diperlukan karena terkait dengan pembentukan Kartu Jamaah Masjid (lihat Juklak Registrasi Masjid). a. Database jama’ah masjid. Masjid yang sehat ketika ia memiliki data jamaah yang turut memakmurkan masjid. Pendataan jama’ah merupakan yang mendiami rumah 40 kedepan, 40 belakang, 40 kesamping kanan dan 40 kesamping kiri masjid. ‛ Tetangga itu ada tiga golongan, ada tetangga yang hanya mempunyai satu macam hak dan ada tetangga yang mempunyai dua macam hak dan ada tetangga yang mempunyai tiga macam hak. Ketika semua jama’ah ini terregistrasi dengan baik maka tingkat kriminal disekitar masjid dapat diminimalisasi dengan baik.
  • 38. Memakmurkan masjid 37 Adapun tetangga yang mempunyai tiga macam hak yaitu tetangga yang muslim, lagipula masih termasuk lingkungan keluarga. Maka ia mempunyai hak- haknya sebagai tetangga, hak-haknya sebagai seorang muslim dan hak-haknya sebagai keluarga. Tetangga yang mempunyai dua macam hak ialah tetangga yang muslim. Ia mempunyai hak-haknya sebagai tetangga dan hak-haknya sebagai seorang muslim. Tetangga yang hanya mempunyai satu macam hak ialah tetangga yang musyrik‛ (HR Abu Naim dan Ibnu Adiy) ‛ Empatpuluh rumah tetap bernama tetangga‛. a. Registrasi Jama’ah Data dari setiap rumah yang diperlukan adalah jumlah orang yang tinggal di rumah tersebut, keadaan keluarganya, kehidupan keagamaan dan ekonomi serta sosialnya: nama, KTP, NPWP, NPWZ, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, menikah/tidak menikah, agama, nama istri, anak, tanggungan keluarga, alamat, nomor telepon rumah, pekerjaan dan penghasilan keadaan ekonomi dan sosialnya. b. Perlu dibuatkan softwarenya. Ta’mir masjid perlu menggunakan teknologi komputer sebagai fasilitas untuk mengolah data masjid sebagai pusat daya umat Islam. Masjid harus menjadi pusat kekuatan umat dalam merancang kondisi sosial yang sehat secara spiritual dan sehat secara sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan inventarisasi data: mana yang muslim dan mana yang non muslim. Bagi mereka yang muslim merekalah yang termasuk dalam jamaah tetap masjid. Masing-masing diberikan Kartu Jamaah Masjid sebagai anggota. Data tetangga masjid (DTM) setiap 6 bulan–12 bulan harus senantiasa di cek kembali dan diupdate karena kemungkinan terjadinya perubahan penghunian rumah. ‚Sebaik-baik teman disisi Allah ialah yang paling baik kepada temannya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah ialah tetangga yang paling baik kepada tetangganya‛. Ketika program ini dapat dilakukan oleh ta’mir masjid maka ta’mir masjid telah ikut menjadi pusat pencerahan umat dan telah ikut berpartisipasi menjaga ketertiban lingkungan masyarakat dari berbagai macam kriminal dan premanisme.
  • 39. Memakmurkan masjid 38 Setiap warga 40 disekitar masjid harus memiliki peran dan tanggung jawab menjaga ketertiban sosial di tengah masyarakat. karena jika hal ini tidak dihiraukan bersama maka dapat melahirkan kondisi masyarakat yang tidak sehat, misalnya pencurian merajalela, prilaku main hakin sendiri, premanisme, dan prilaku sadisme lainnya. Keadaan ini tidak menggambarkan masyarakat Islami yang didalamnya ada nilai kekelaurgaan yang dijungjung tinggi dan dijaga bersama lewat program yang dilakukan di masjid. Dalam hadis Rasulullah disebutkan bahwa: ‚Beribadahlah kepada Allah dan janganlah mempersekutukannya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba-hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri‛ (HR al Bukhari, at Tirmidzi dan Ahmad). Memelihara kekerabatan antar warga masyarakat adalah cara mencegah radikalisme di sekitar masjid. Masjid sebagai pusat pencerahan spiritual umat Islam harus terus dimakmurkan program pencerahan masyarakat karena masyrakat Indonesia saat ini diperhadapkan oleh penjajahan imprealisme budaya gloal yang belum tentu cocok dengan kondisi sosial masyarakarat Indonesia. Melalui masjid kekerabatan perlu dijaga ukhuah Islamiyyah agar semua gerak sosial yang mengarah pada prilaku radikalisme, brutalisme, premanisme, dan pencurian dapat dicegah dengan memakmurkan masjid sebagai pusat peradaban umat, pusat pencerahan umat, dan pusat memberikan solusi terhadap problematika yang dihadapi umat Islam di sekitar masjid. Gagasn ini juga berlandaskan dalam Al-Quran surah An-Nisa sebagai berikut:    (QSAn Nisa:4:36) Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman
  • 40. Memakmurkan masjid 39 sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. ‚Tidak dikatakan seorang mukmin, seorang yang kenyang, sedangkan tetangga di sampingnya kelaparan‛ (HR al Bukhari, al Hakim, At Thabrani, al Baihaqi dari Ibnu Abbas) c. Data Jamaah Masjid. Bangun database jamaah masjid tetap (DJM) yang digolongkan menjadi 2 yaitu yang muzaki dan yang mustahiq. Inventarisasi data jamaah minimal 40 rumah dari kanan dan 40 dari kiri dan 40 dari depan dan 40 dari belakang, lingkungan masjid dengan kategori ring 1, ring 2 dan ring 3. ‚Tiap empat puluh rumah adalah tetangga-tetangga, yang didepan, di belakang, disebelah kanan dan disebelah kiri‛. (HR Aththahawi) Membangun Jamaah Tetap masjid dengan memberikan Kartu Jamaah Masjid (KJM) bagi setiap jamaah dapat bekerjasama dengan Bank Syariah (lihat Juklak pembuatan Kartu Jamaah Masjid). Jika ada beberapa rumah misal Rumah X dan rumah Y, yang termasuk dalam lingkungan 2 masjid misal masjid A dan masjid B maka masing-masing pengurus masjid tidak dibenarkan memaksa keluarga tersebut menjadi jamaah salah satu masjid. Tetapi menyerahkan kepada masing-masing Kepala Rumah Tangga (KRT) untuk memilih menjadi jamaah masjid A atau jamaah masjid B. Bisa saja terjadi KRT X memilih masjid A, sedangkan KRT Y memilih masjid B. Setelah dipilih maka berlaku selamanya. Data Jamaah Masjid (DJM) juga harus diupdate setiap waktu secara berkala minimal sebulan sekali. Masjid merupakan pusat kegiatan kaum muslimin. Dari sanalah seharusnya kaum muslimin merancang masa depannya, baik dari lini din ( agama), ekonomi, politik, sosial dan seluruh sendi kehidupan, sebagaimana para pendahulunya memfungsikan secara maksimal. Tapi sayang, hari ini peran masjid mulai bergeser. Ia mengalami mutilasi fungsi dan distorsi wilayah kerja. Masjid hanya identik dengan tempat shalat, tidak lebih dari itu. Kalau pun maksimal hanya event-event seremonial tahunan. Itupun
  • 41. Memakmurkan masjid 40 Alhamdulillah masih bisa berjalan, karena ada beberapa masjid yang bahkan sudah tidak digunakan shalat jamaah lagi. Terlebih shalat Zhuhur dan Ashar. Menyedihkan memang, tapi apa lacur, beginilah potret buram masjid di sekitar kita yang harus segera dibenahi. Memiliki dari fenomena inilah, Asadullah Al-Faruq menuliskan kegundahan hatinya dalam buku yang sekarang ada di hadapan pembaca. Penulis mencoba menyuguhkan potret masjid dengan sangat detail. Dalam buku ini penulis menyajikan beberapa ‚resep manjur‛ mengelola masjid, di antaranya : 1. Manajemen takmir dan organisasi masjid yang efektif dan efisien 2. Manajemen sarana dan prasarana masjid, 3. Pengelolaan keuangan masjid, 4. Pengelolaan kegiatan ibadah, 5. dan Manajemen dakwah dan tarbiyah di masjid. d. Pendirian Unit Pelayanan Zakat (UPZ) 1. Dirikan UPZ (Unit Pelayanan Zakat). Kirim surat ke BAZNAS atau BAZDA dan meminta untuk pembentukan dan pengesahan UPZ masjid. Persetujuan BAZNAS atau BAZDA memberikan kewenangan UPZ masjid untuk beroperasi selama periode tertentu dan memperoleh pembinaan. Sebelumnya kirimkan 3-5 orang untuk mengikuti pelatihan zakat yang diadakan oleh BAZNAS atau BAZDA. 2. UPZ Masjid membangun administrasi pemungutan dan penyaluran serta pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah. 3. Unit Pelayanan Zakat Masjid dapat membangun data base muzaki dan mustahiq dengan mengeluarkan kartu anggota: Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) untuk muzaki. Bentuk dan penomoran mengikuti system yang telah dibangun BAZNAS 4. Kartu Mustahiq atau Kartu Dhuafa. Kartu Dhuafa diberikan kepada masyarakat sekitar masjid yang benar-benar termasuk dhuafa baik yang muslim maupun non muslim. Jika Mustahiq merasa sudah tidak pantas menjadi dhuafa, kartunya dikembalikan kepada UPZ Masjid dan beralih menjadi muzaki dengan meminta kartu NPWZ. Untuk pengumpulan dan penyaluran
  • 42. Memakmurkan masjid 41 dana maka UPZ perlu membuka rekening pengumpulan di Bank Syariah dengan pengaturan sebagai berikut: Rekening dengan nomor terakhir 555 untuk menampung penerimaan zakat Rekening dengan nomor terakhir 777 untuk menampung penerimaan infaq, shadaqah dan wakaf. UPZ Masjid harus selalu mengingatkan jamaah untuk membayarkan shadaqah, infaq dan zakat. 5. UPZ Masjid mencatat semua kegiatannya termasuk pengumpulan dan penyaluran serta pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah dan melaporkan kepada jamaah Jum’at sebelum sholat Jum’at dimulai. Laporan tertulis bisa di tempelkan di papan pengumuman masjid. Setiap tahun laporan UPZ Masjid harus diaudit oleh akuntan publik dan hasilnya dilaporkan ke BAZNAS/BAZDA. 6. Pengurus Masjid harus menseleksi pengelola UPZ agar memenuhi kriteria sebagai amil yaitu jujur, amanah dan siap melayani umat.  Pengelola UPZ (Amil) mendapatkan pelatihan khusus tentang manajemen zakat.  BAZNAS memberikan sertifikasi kepada Amil UPZ yang telah memenuhi persyaratan tertentu.  UPZ yang telah disertifikasi akan diprioritaskan menjadi mitra program BAZNAS di daerah tersebut. e. Masjid tempat mencari solusi umat. Masjid sebagai Rumah Allah harusnya menjadikan tempat mencari solusi bagi jamaahnya. Maka menjadi kewajiban Pengurus Masjid untuk dapat memberikan solusi dari setiap persoalan jamaahnya. Untuk itu berbagai fasilitas masjid yang tercantum dalam Pedoman Manajemen Masjid (hal 28-29) perlu diwujudkan untuk sebesar-besar kesejahteraan jamaah. Jika posisi pendanaan UPZ cukup kuat, Pengurus Masjid dan Pengurus UPZ dapat mulai dengan mengumumkan kepada jamaah yang memerlukan bantuan, setelah shalat Jum’at selesai. Pengurus masjid dan UPZ harus menyelesaikan permasalahan dan beban jamaah masjid dengan memberikan solusi. Jangan dibiarkan jamaah menghadapi persoalan yang melilitnya tanpa diberikan solusi oleh Pengurus dan Masjid dan UPZ.
  • 43. Memakmurkan masjid 42 Pengurus Masjid dan Pengurus UPZ Masjid harus mempunyai kesadaran dan keikhlasan yang tinggi bahwa Masjid sebagai Rumah Allah adalah tempat mencari solusi umat Islam; bukan tempat menampung permasalahan jamaah tanpa solusi. Pada saatnya jika GMM telah terwujud secara sempurna sehingga dapat meningkatkan dan memperkuat kemandirian masjid, dilakukan program Pengentasan kemiskinan umat secara menyeluruh. Melalui program ‚sweeping‛ di jalan-jalan secara serempak oleh komunitas masjid dilakukan kegiatan menjaring pengemis atau dhuafa untuk mengetahui keadaan mereka dan menanyakan mengenai agama mereka. Jika mereka beragama Islam perlu ditanyakan tempat tinggal dan keadaan ekonominya. Para dhuafa dan pengemis diminta menghubungi masjid tempat mereka tinggal atau diantarkan menemui Pengurus Masjid tempat mereka tinggal untuk dijadikan anggota jamaah masjidnya. Pengurus masjid yang terkait dengan dhuafa dan pengemis ini wajib menyelesaikan persoalannya dan mencari solusi terhadap persoalan yang dihadapinya. Manfaatkan shadaqah, infaq dan zakat yang terhimpun sesuai yang ditetapkan Al Qur’an dan As Sunnah untuk kepentingan jamaah baik muzaki maupun mustahiq. Jika Pengurus masjid dan UPZ tidak dapat memberikan solusi dan mengatasi permasalahan jamaah agar berkonsultasi dengan BAZNAS dan BAZDA serta GMM.. 3. Aspek Kegiatan. Aspek kegiatan suatu masjid tercermin pada kegiatan dan optimalisasi pungsi masjid dengan melakukan aktifitas dakwah agama maupun dakwah keduniaan yang dapat membawa kemaslahan umat menjadi rahmatallilalamin. Untuk mengoptimalkan aspek kegiatan masjid tersebut perlu sistem yang transparan, kredibl, dan akuntabel. Pengorganisasi dan manajemen masjid dengan menggunakan teknologi informais dan komunikasi moderen yang dapat mempermudah pengelolaan kegintan-kegiatan baik bernuansa agama maupun kegiatan kegiatan keduniaan. 4. Pusat Informasi dan Publikasi Islam. Keberadaan dibangunnya masjid salah satu prinsipnya adalah sebagai pusat informasi dan komunikasi serta publikasi umat Islam dalam mencerdaskan umat menajdi lebih baik sesuai dengan panduan Alquran dan sunnah. Pondasi masjid
  • 44. Memakmurkan masjid 43 sebagai pusat infromasi Islam adalah dengan adanya perintah shalat jumat sebagai isyarat bertmunya umat islam setiap hari jumat, sehingga ada pertemuan untuk saling tukar informasi antara umat yang satu dengan umat lain. Dalam konteks ini, teknologi komputer sebagai menunjang dengan melakukan pemetaan Dai, Jamaah, maping, database dai, muzakki, pakir-miskin, dan sistem publikasi Islam.23 Di masjidlah data-data tentang solusi kehidupan dunia dan akhirat dibahas untuk dijadikan informasi berguna bagi kelangsungan hidup manusia didunia dan diakhirat. Teknik mengolah data-data Islam menjadikan satu inforamasi adalah sebagai berikut: a) Paktor pengimbang: Lewat masjid diharapkan umat mendapatkan informasi dan solusi hidup yang seimbang antara dunia dan akhirat. Jika benar-benar masjid berfungsi sebagai tempat informasi. b) Faktor Penyaring: di Masjid dengan adanya para pakar keislaman yang dapat dikelolah oleh pengurus masjid dengan menampung informasi dan komunikasi dan memberikan publikasi yang telah melalui proses sistem infroamasi yang telah dibentuk dan maksimalkan sebagai satu sistem informasi islam, sehingga sistem tersebut berfungsi sebagai informan yang dapat memberikan kemaslahatan umat islam bukan sebaliknya. c) Faktor pengarah: masjid juga dapat dijadikan sebagai tempat cuhat (tempat mengeluh seluk-beluk tentang persoalan hidup di dunia dan akhirat). Dalam konteks tersebut, Nana Rukmana memberikan maid set dalam memfungsikan masjid sebagai berikut: a) Selain sebagai pembinaan umat masjid juga berfungsi sebagai sugesti untuk mendorong sugesti untuk mencari rezki dan mendorong etos dan kinerja dalam menjadi hidup dimana saja berada. b) Berfungsi sebagai tempat pemberdayaan sumber daya manusia sesuai dengan keahlian yang ada. c) Sebagai wadah pemersatu umat Islam serta pusat untuk memperkokoh tali persaudaraan antara yang umat satu dengan yang lain. 23 Marwah Daud, Teknologi Emansipasi dan Transendensi (Cet. I; Bandung: Mizan, 1994), h. 35.
  • 45. Memakmurkan masjid 44 Untuk mendapatkan fungsi masjid tersebut diperlukan sistem informasi yang profesional dalam mengelolah dan membangun sistem informasi sehingga banyak umat tertarik dalam memanfaatkan masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam dan manusia pada umumnya. Upaya-upaya pemebrdayan masjid: a) Pembianaan peribadatan yang berkaitan dengan imam, muazzin, khatif yang telah didesain untuk kemaslahatan umat. b) Pembinaan majelis ta’lim dengan metode islam sehingga orang tidak bosan dengan sistem yang dan kegiatannya berpusat dimasjid. c) Pembinaan remaja masjid juga sudah harus sesuai dengan tuntutan zaman dan karakter remaja yang penuh dengan gejolak keremajaannya. d) Pembinaan perpustakaan masjid dengan penyediaan buku-buku yang berkaitan dengan kebutuhan umat islam. e) Pembinaan TPA dan TK dengan melakukan pembiasaan anak-masjid dengan usia dini sebagai tekni yag dilakukan oleh pengurus dan orang tua dalam memakmurkan masjid. f) pembinaan ibadah sosial dengan pengelolaan zakat dengan melakukan database untuk mengontrol fakir miskin yang ada di sekitar masjid. g) Pembinaan hari-hari besar Islam dengan menyuguhkan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik perhatian umat islam untuk meramaikan suasana masjid.24 Dari pandangan para ahli tersebut tentang berapa fungsi masjid telah memberikan petunujuk bahwa masjid memiliki peran strategis dalam mencerahkan umat dalam berbagai aspek baik lahir maupun batin. Masjid sebagai pusat peradaban umat yang perlu dikembalikan akibat terjadinya perubahan sosial yang semakin maju. Perubahan ini membutuhkan pemberdayaan masjid untuk mendapatkan strtegi manajemen masjid yang dapat memudahkan umat mengolah masjid sesuai kondisi dan kesanggupan yang ditetapkan bersama. 24 Departemen agama RI, Pola pembinaan umat (Jakarta: t.t ), 17.-38.
  • 46. Memakmurkan masjid 45 PROGRAM KERJA MANAJEMENT SISTEM INFORMASI DAKWAH MASJID A. PROGRAM KERJA INTERNAL No Program Kerja Tujuan Indikator Pencapaian 1 Merumuskan Masalah Dakwah Mendapatkan metode dakwah yang sesuai kebutuhan umat Imam dan Khatib telah memiliki pemahaman yang komprehensip tentang tujuan dakwah yang sesuai kebutuhan umat. 2 Menentukan Struktur Organisasi Untuk memudahkan garis komando dan job deskription dalam menata dan memakmurkan masjid. Ta’mir masjid mampu menggunakan organisasi masjid dalam mencapai tujuan. 3 Membuat Target Pencapaian Untuk mengetahui arah yang dituju dalam memakmurkan masjid apakah rencana strategis telah tercapai atau tidak. Imam dan khatib mengetahui ta’mir masjid yang sesuai dengan standar masjid modern. 4 Membuat Strategi Mencapai Tujuan Mengetahui langkah- langkah metode mencapai ta’mir masjid telah ditetapkan bersama. Adanya outline silabi aplikasi sebagai rujukan mencapau tujuan 5 Mengumpulkan Materi khutbah Jumat Untuk membuat buku khutbah yang dikumpulkan dari Mubalig Adanya buku khutbah yang dijilid setiap enam bulan atau setiap tahun. 6 Membuat Database Mubalig &Jamaah Memudahkan ta;mir masjid menghubungi mubalig jika dibutuhkan umat Adanya aplikasi database masjid sebagai program pendataan jamaah tetap dan tidak tetap 7 Memilih Standar Imam dan Khatib Untuk memberikan kenyamanan bagi Adanya syarat-syarat khatib dan Imam yang
  • 47. Memakmurkan masjid 46 jamaah sesuai dengan standar kecamatan, kabupaten dan provinsi. 8 Kebersihan dan Keharuman Masjid Agar jamaah betah di masjid Di masjid ada pengharum ruangan 9 Sound System yang memanjakan telinga Untuk memudahkan jamaah apa yang diceramakan oleh mubalig Adanya sound system yang jelas jika melakukan khutbah jumat. 10 Membuat pelatihan manajemen Untuk mengetahui aktivitas ta’mir masjid selama 1 tahun Adanya perencaan masjid selama 1 tahun 11 Membuat pelatihan teknologi informasi dakwah Untuk mendapatkan kader-kader Dai dan Da’iya Adanya dai dan da’iyah baru dalam masjid yang siap dipakai dan didistribusikan kepada masjid lain yang mebutuhkan. B. PROGRAM KERJA EKSTERNAL No Program Kerja Tujuan Indikator Pencapaian 1 Menjalin silaturrahmi dengan Imam dan khatib masjid yang telah memiliki program manajemen masjid modern dan pengelolaan masjid yang sehat secara financial. Untuk mendapatkan wawasan baru dalam mendesain manajemen masjid yang lebih strategis Adanya kerjasama dalam bentuk MOu dalam perbaikan manajemen sistem infomasi dakwah. 2 Adanya silaturrahim dengan para imam nasional, dan internasional Untuk mempererat organisasi seluruh Imam dan Khatib di Daerah, Nasional dan Internasional Adanya hubungan yang erat dengan para Imam dan khatib secara nasional dan internasional melalui wadah organisasi. 3 Menjalin hubungan dengan pemerintah setempat dalam hal pembangunan mental Untuk menggerakkan pembangunan mental spiritual yang lebih baik dari sebelumnya. Adanya respon positif dari jamaah atas pengelolaan masjid secara professional
  • 48. Memakmurkan masjid 47 spiritual 4 Melakukan perencaan human relation dengan stakeholder Untuk meningkatkan mutu pengelolaan masjid, Imam, dan khatib. Telah memiliki Imam dan khatib yang siap berdakwah secara baik dan benar. C. PROGRAM KERJA INTERNAL N o Program Kerja Tujuan Indikator Pencapaian 1 Merumuskan Masalah Dakwah Mendapatkan metode dakwah yang sesuai kebutuhan umat Imam dan Khatib telah memiliki pemahaman yang komprehensip tentang tujuan dakwah yang sesuai kebutuhan umat. 2 Menentukan Struktur Organisasi Untuk memudahkan garis komando dan job deskription dalam menata dan memakmurkan masjid. Ta’mir masjid mampu menggunakan organisasi masjid dalam mencapai tujuan. 3 Membuat Target Pencapaian Untuk mengetahui arah yang dituju dalam memakmurkan masjid apakah rencana strategis telah tercapai atau tidak. Imam dan khatib mengetahui ta’mir masjid yang sesuai dengan standar masjid modern. 4 Membuat Strategi Mencapai Tujuan Mengetahui langkah- langkah metode mencapai ta’mir masjid telah ditetapkan bersama. Adanya outline silabi aplikasi sebagai rujukan mencapau tujuan 5 Mengumpulkan Materi khutbah Jumat Untuk membuat buku khutbah yang dikumpulkan dari Mubalig Adanya buku khutbah yang dijilid setiap enam bulan atau setiap tahun. 6 Membuat Database Mubalig &Jamaah Memudahkan ta;mir masjid menghubungi mubalig jika dibutuhkan umat Adanya aplikasi database masjid sebagai program pendataan jamaah tetap dan tidak tetap
  • 49. Memakmurkan masjid 48 7 Memilih Standar Imam dan Khatib Untuk memberikan kenyamanan bagi jamaah Adanya syarat-syarat khatib dan Imam yang sesuai dengan standar kecamatan, kabupaten dan provinsi. 8 Kebersihan dan Keharuman Masjid Agar jamaah betah di masjid Di masjid ada pengharum ruangan 9 Sound System yang memanjakan telinga Untuk memudahkan jamaah apa yang diceramakan oleh mubalig Adanya sound system yang jelas jika melakukan khutbah jumat. 10 Membuat pelatihan manajemen Untuk mengetahui aktivitas ta’mir masjid selama 1 tahun Adanya perencaan masjid selama 1 tahun 11 Membuat pelatihan teknologi informasi dakwah Untuk mendapatkan kader-kader Dai dan Da’iya Adanya dai dan da’iyah baru dalam masjid yang siap dipakai dan didistribusikan kepada masjid lain yang mebutuhkan. D. PROGRAM KERJA EKSTERNAL N o Program Kerja Tujuan Indikator Pencapaian 1 Menjalin silaturrahmi dengan Imam dan khatib masjid yang telah memiliki program manajemen masjid modern dan pengelolaan masjid yang sehat secara financial. Untuk mendapatkan wawasan baru dalam mendesain manajemen masjid yang lebih strategis Adanya kerjasama dalam bentuk MOu dalam perbaikan manajemen sistem infomasi dakwah. 2 Adanya silaturrahim dengan para imam nasional, dan internasional Untuk mempererat organisasi seluruh Imam dan Khatib di Daerah, Nasional dan Internasional Adanya hubungan yang erat dengan para Imam dan khatib secara nasional dan internasional melalui wadah organisasi. 3 Menjalin hubungan dengan pemerintah Untuk menggerakkan pembangunan mental Adanya respon positif dari jamaah atas
  • 50. Memakmurkan masjid 49 setempat dalam hal pembangunan mental spiritual spiritual yang lebih baik dari sebelumnya. pengelolaan masjid secara professional 4 Melakukan perencaan human relation dengan stakeholder Untuk meningkatkan mutu pengelolaan masjid, Imam, dan khatib. Telah memiliki Imam dan khatib yang siap berdakwah secara baik dan benar.