SlideShare a Scribd company logo
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 1
Guru Belajar
10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran BelajarEdisi 1 Tahun I ¦ GuruBelajar.org
RUANG BELAJAR
RAKSASA
Ruang kelas Bu Hesti sangat
besar. Begitu besarnya, kelas
di Soroako itu mampu
menampung danau dan hutan
di dalamnya. Seperti apa?
MENEMUKAN
PANGGILAN JIWA
Masih ingat pengalaman
pertama memutuskan untuk
menjadi guru? Pasti seru,
seseru dengan kisah dari Pak
Rizqy dari Pekalongan
BELAJAR DARI TEMAN
SENDIRI
Belajar kok dari teman sendiri,
dari seorang ahli dong. Tapi
Bu Lany Rh di Timika justru
mematahkan keyakinan itu.
Bagaimana ceritanya?
20 MENIT YANG
MEMUKAU
Berapa lama harusnya
orangtua mendampingi anak?
Cukup 20 menit/hari kata Pak
Ivan dari Lampung. Kok bisa?
Ketika Guru Bercerita
Surat kabar ini berisi kisah yang diceritakan para guru. Kisah
memang kalah mewah dibandingkan teori dalam dunia pendidikan
formal. Tapi sejak jaman batu, kisah yang merawat nilai dan tradisi
dari generasi ke generasi. Karena kisah membawa pelajaran hidup
dalam bentuk yang mudah dan renyah.
Setiap guru itu istimewa. Setiap guru menghadapi pelajar dan tantangan yang
beragam serta menyelesaikannya dengan berbagai cara. Guru merasa puas ketika
ia berhasil membantu pelajar menjadi yang lebih baik. Lika-liku pengalaman guru
dalam mengajar dan mendidik, yang kami sebut Praktik Cerdas, yang disajikan
dalam surat kabar Guru Belajar.
Pemuatan kisah-kisah para guru yang penuh spirit belajar merupakan bagian dari
misi surat kabar ini, Menularkan Kegemaran Belajar, dari guru ke guru yang lain.
Karena kami percaya, kegemaran belajar tidak bisa diajarkan. Kegemaran belajar
hanya bisa ditularkan dari mereka yang mengidap virus kegemaran belajar pada
orang-orang lain. Dan hanya guru yang gemar belajar yang bisa menularkan
kegemaran belajar pada pelajar :)
Pada akhirnya, selamat membaca, selamat berpetualang ke berbagai penjuru
nusantara, ke berbagai gagasan baik. Bila memang baik, silahkan sebarkan :)
KampusGuru@cikal.co.id
Facebook: KapusGuruCikal
Twitter: @KampusGuruCikal
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 2
Ruang Belajar Raksasa
Ketika banyak yang mengeluhkan kondisi ruang kelas yang buruk, Bu Hesti justru mengajak
pelajar-pelajarnya meninggalkan ruang kelas yang nyaman untuk belajar di ruang belajar
raksasa, alam semesta.
Saya dan murid-murid saya berdiri di tepian Pantai Ide,
sisi selatan Danau Matano, memandang jauh ke
seberang. Saya mengajukan pertanyaan pada anak-anak
usia 5-6 tahun itu, bagaimana caranya supaya kita bisa
sampai ke seberang sana? Beragam
jawaban pun terucap, ada yang
mengatakan naik perahu, naik kapal,
naik raft, naik katinting, berenang, dan
lain sebagainya. Saya pun mengajak
mereka untuk merasakan naik
katinting, perahu tradisional lokal yang
sudah jarang dikendarai masyarakat.
Riuh rendah suasana di atas katinting
yang panjang namun padat terisi oleh anak-anak. Ada
yang sangat gembira, ada yang masih takut-takut, ada
yang bergerak ingin merasakan berada di setiap sudut
katinting, hingga kemudian saya pun meminta
pengemudi katinting menyalakan mesinnya. Berisik
sekali memang tetapi senyum gembira terukir lama di
wajah anak-anak itu apalagi melihat gelombang air yang
terbentuk di bagian belakang katinting akibat putaran
kecil baling-baling di air.
Setelah puas merasakan berada di atas katinting
(meskipun tidak berjalan), anak-anak kembali berjalan
kembali ke sekolah, berdiskusi
mengenai katinting: Mengapa bentuk
katinting seperti itu? Mengapa
katinting menggunakan mesin?
Mengapa ada dayung di katinting
padahal sudah ada mesin? Mengapa
bagian tengah katinting ada atapnya?
Bagaimana rasanya naik katinting?
Diskusi kami mengalir bagaikan anak-anak ini sudah
membaca buku mengenai katinting.
Cerita di atas salah satu gambaran suasana belajar kami.
Kami tinggal di Sorowako, sebuah kota kecil di tepi
Danau Matano di ujung utara Propinsi Sulawesi Selatan.
Letaknya kurang lebih 600 km dari kota Makassar yang
biasa ditempuh sekitar 12-13 jam perjalanan darat atau
sekitar 50 menit menggunakan pesawat yang memuat
Belajar di Mana Saja
Bu Hesti mengajak anak ke taman yang
ditumbuhi pohon yang menjulang tinggi.
Mereka pun tenggelam dalam keasyikan
bercerita. Belajar tak pernah dibatasi oleh
ruang maupun waktu. Terlebih di Indonesia
raya yang dianugerahi ruang belajar
raksasa, yang kaya dengan beragam media
belajar.
Diskusi kami mengalir
bagaikan anak-anak
ini sudah membaca
buku mengenai
katinting.
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 3
hanya 40-an penumpang. Walaupun
letaknya di tengah hutan
pegunungan Verbeck, Sorowako
merupakan melting pot perpaduan
beragam suku bangsa dari seluruh
nusantara bersama dengan warga
dunia lainnya yang berkarya di
perusahaan tambang nikkel
terbesar di Indonesia, PT. Vale
Indonesia (Sebelumnya PT
Inco, Tbk).
Tiga tahun terakhir ini saya
diberi kepercayaan menjadi
guru di Taman Kanak-Kanak
setelah sebelumnya selama
tujuh tahun menjadi guru di
Sekolah Dasar di Yayasan
Pendidikan Sorowako (YPS).
Sekolah tempat saya mengajar,
TK YPS Lawewu, merupakan
representasi dari kota kecil
kami. Peserta didiknya yang
beragam namun berbaur
menjadi satu warga sekolah.
Menghadapi keragaman
sebenarnya sudah menjadi hal
yang biasa dalam keseharian tetapi
selalu saja ada tantangan yang
menarik untuk diatasi, terutama
ketika bersama anak-anak kecil usia
5-6 tahun. Saya pun mulai menjalani
tanggung jawab untuk memfasilitasi
anak-anak senang untuk belajar,
menumbuhkan kebiasaan baik,
mandiri, dan siap untuk masuk ke
Sekolah Dasar.
Seperti lazimnya di kelas lain, setiap
anak di kelas saya mempunyai
keunikan masing-masing. Saya tidak
ingin menghilangkan keunikan
mereka, sepertinya kehadiran
mereka saling melengkapi satu sama
lain untuk menyemarakkan kelas.
Tantangan lain yang biasa muncul
berasal dari waktu pembelajaran dan
konsentrasi anak untuk belajar
menyimak. Bagaimana ya mengemas
semuanya menjadi paket yang
menarik? Bagi saya, kunci
pembelajaran menjadi
menyenangkan di TK adalah
bermain serta berlimpahnya media
dan sumber belajar.
Sebelum saya menjadi seorang guru,
saya melalui masa belajar saya di
bangku kuliah mempelajari psikologi
di Universitas Islam Indonesia (UII)
Yogyakarta. Teori perkembangan
Piaget yang beraliran konstruktivis
kognitif yang saya ketahui
menekankan bahwa anak-anak akan
belajar dengan lebih baik jika
mereka aktif dan mencari solusi
sendiri. Implikasinya pada setiap
kelas, murid-murid akan lebih baik
diajak untuk membuat penemuan,
memikirkannya, dan
mendiskusikannya. Saya sebagai
guru sebatas memfasilitasi murid-
murid untuk belajar dengan
mendengar, mengamati, dan
mengajukan pertanyaan yang
relevan untuk mereka berpikir
hingga mendapatkan
pemahaman yang baik.
Pembelajaran anak harus
berjalan secara alamiah,
mereka tidak datang ke sekolah
dengan kepala kosong, mereka
punya banyak gagasan dan ide
yang biasanya berbeda dengan
orang dewasa. Dan saya
sebagai guru pun harus
menghargai setiap ide yang
tercetus.
Keyakinan saya mengenai cara
anak-anak menemukan
pengetahuannya sendiri ini di
kelas melalui proses belajar
yang panjang. Awalnya saya
berada di tengah-tengah
pendapat umum di kalangan
guru dan orangtua bahwa
idealnya sebelum anak masuk SD
mereka sudah dapat membaca dan
menulis. Saya sering mendengarkan
curahan hati orang tua mengenai
anak mereka yang belum dapat
membaca, yang menuliskan nama
sendiri masih banyak huruf yang
lepas. Padahal saya sendiri tidak
fokus agar mereka bisa membaca.
Apakah tidak pandainya saya
mengajari murid-murid saya
membaca membuat saya guru yang
tidak becus?
Saya tidak menentang anggapan
bahwa membaca merupakan salah
satu gerbang mendapatkan
pengetahuan. Tujuan saya berbeda,
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 4
bukan untuk membuat murid-murid
kecil saya pandai membaca tetapi
gemar membaca dahulu. Saya lebih
senang ketika saya membacakan
anak-anak cerita dari buku dimana
ada proses interaksi saya dengan
mereka, menebak ceritanya tentang
apa dari ilustrasi, menebak
bagaimana kelanjutan cerita,
mengulang cerita dengan gaya
bahasa mereka sendiri. Saya
juga lebih merasa
bermanfaat sebagai guru
ketika saya mengajak
anak-anak melakukan
pengamatan langsung
terhadap apapun yang
mereka lihat, berusaha
mendorong mereka
mengamati bukan
sekedar melihat sambil
lalu. Karena saya tidak
ingin menjadi sumber
informasi tunggal bagi
murid-murid saya. Saya
sadar pengetahuan yang
saya miliki terbatas, tetapi
tidak menyurutkan saya untuk
menjadi guru yang baik. Saya
sangat terbantu dengan tersedianya
media dan sumber belajar yang
bertaburan di sekitar kami. Bagi
saya, melakukan pengamatan
membuat kita kaya dengan
informasi.
Dengan tema yang berbeda, saya
kembali mengajak murid-murid saya
ke Pantai Ide, ruang belajar mereka
juga selama di TK. Kali ini kami akan
membahas mengenai pohon Dengen.
Jarak yang jauh dari kota di mana
banyak klaim lebih baiknya sekolah
di kota karena ketersediaan media
dan sumber belajar yang lebih
lengkap daripada sekolah yang jauh
di tengah hutan seperti sekolah kami
ini membuat saya dan rekan-rekan
guru selalu berusaha untuk lebih
berinovasi. Kami berusaha memilih
tema yang sederhana, dekat dengan
murid-murid kami, dan mengangkat
kekhasan lokal.
Kali
ini kami duduk di depan sebuah
pohon dengen. Saya memberikan
tantangan pada anak-anak, siapakah
yang ingin bercerita mengenai pohon
ini? Anak-anak mengacungkan
tangan bersemangat. Kesepakatan
kami di kelas, bila ingin
menyampaikan pendapat harus
mengangkat tangan dulu, berbicara
ketika dipersilakan dan belajar
mendengar guru, teman, atau
siapapun yang sedang berbicara.
Bergantian anak-anak maju
menceritakan mengenai pohon di
depan mereka berdasarkan apa yang
mereka lihat. Kalau mendengarkan
guru bercerita mengenai sebuah
pohon itu sudah biasa,
mendengarkan teman-teman sendiri
bercerita mengenai pohon itu tidak
biasa. Bagi anak-anak yang tidak
biasa malah menarik. Saat itu pohon
dengen masih satu dua yang
berbuah, sehingga untuk pohon di
depan kami ini diceritakan sebagai
pohon yang besar tetapi belum
berbuah oleh seorang anak.
Ada juga yang mengatakan
akarnya besar, batang
pohonnya besar, daunnya
banyak berwarna hijau
dan yang jatuh ke tanah
berwarna coklat.
Menariknya ketika
seorang murid saya
yang berkebutuhan
khusus juga ikut
berpartisipasi, dia tiba-
tiba maju ke depan dan
malah memilih
menceritakan buah dengen
yang saya pegang untuk
diceritakannya. Dia menghitung
banyak kelopak buah dengen
(selubung atau kulit buah dengen
memang menyerupai kelopak
bunga). Tadinya saya berencana
untuk menunjukkan buah dengen
kepada anak-anak dan
menceritakannya tetapi keduluan
olehnya. Saya semakin senang
karena setiap anak terlibat dalam
pembelajaran.
Saya lalu meminta murid-murid
untuk menemukan buah dengen
yang jatuh di tanah. Kami pun
belajar berhitung dengan buah
dengen tersebut, belajar
membandingkan lebih banyak, lebih
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 5
Bersama-sama kami menemukan
ternyata banyak kelopak buah
dengen
semuanya
sama yaitu
sebanyak
lima
kelopak.
Bukan
hanya itu,
kami juga
menemukan
ternyata
banyak
irisan
dengen
yang seperti
jeruk itu
berbeda-
beda, dari
rentang 16
hingga 19. Selain itu kami juga
melihat siaran langsung beberapa
ekor lebah yang masuk ke dalam
kelopak bunga dengen di pohon
yang lain, melihat buah dengen yang
masih muda terbungkus rapat oleh
kelopaknya yang hijau hingga nyaris
tidak terlihat di antara dedaunan,
mengamati bentuk daun pohon
dengen yang menyirip dan berbeda
dengan daun pohon kelapa di
dekatnya. Kami juga bermain
mengadopsi permainan Simon Says ,
permainan dimana anak-anak
bergerak melakukan apa kata ibu
guru, seperti, Pegang daun berwarna
hijau. Pegang batang pohon .
Anak-anak berlarian sambil tertawa
merasakan keseruan permainan.
Ketika kami kembali ke kelas, kami
mencicipi buah dengen yang sempat
terkumpul. Anak-anak menemukan
kalau rasa buah dengen itu masam,
dan karena saya meminta mereka
mengamati juga wajah temannya
saat sedang
mencicipi buah
dengen, mereka
menemukan ekpresi
wajah yang berbeda
dengan mata
menyipit. Murid-
murid seakan-akan
telah menuntaskan
membaca buku
mengenai dengen
melalui pengamatan
langsung mereka.
Setiap anak dengan
gaya belajar berbeda
terfasilitasi melalui
pembelajaran ini.
Anak yang biasanya
di kelas tidak betah duduk, sangat
bersemangat berlari ke sana kemari
untuk menemukan buah dengen,
bersemangat untuk menghitung
irisan buah dengen miliknya dan
membandingkan dengan milik
temannya, ada anak yang bersama-
sama menghitungnya perlahan, ada
yang cepat. Semuanya berjalan
secara alamiah dihibur hembusan
angin di antara pepohonan.
Informasi yang didapatkan memang
sangat banyak, biasanya masing-
masing hanya akan menyimpan yang
mereka sukai dan butuhkan saja.
Saya mengetahuinya ketika kami
melakukan refleksi dengan
pertanyaan apa saja yang kita telah
lakukan hari ini. Target saya
terpenuhi, mereka bisa belajar
bersabar menunggu giliran bercerita,
berkomunikasi secara lisan,
menambah kosa kata, dan berhitung
1 hingga 20. Hal seperti ini yang
selalu saya sampaikan ke orangtua
mereka untuk meyakinkan bahwa
anak-anak mereka baik-baik saja.
Dengan pengalaman langsung ini,
anak-anak menemukan sendiri
pengetahuan dan membangun
pemahaman sesuai dengan gaya
mereka. Kami mempunyai ruang
belajar raksasa yang menyediakan
sumber dan media belajar luar biasa
lengkap. Sumber dan media belajar
yang sangat murah, mudah, dan
mengakomodasi kebutuhan setiap
anak. Terbukti dengan tema yang
berbeda, anak-anak dapat
bersenang-senang memperkaya diri
dengan informasi dari pengalaman
langsung mereka. Letak sekolah
tidak menentukan seberapa menarik
murid belajar, tetapi aplikasi strategi
yang tepat dan pemanfaatan sumber
dan media belajar yang sesuai lebih
berperan.
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Kami mempunyai
ruang belajar raksasa
yang menyediakan
sumber dan media
belajar luar biasa
lengkap. Sumber dan
media belajar yang
sangat murah,
mudah, dan
mengakomodasi
kebutuhan setiap
anak.
Hesti Wulandari Andi Djiwa
Guru TK YPS, Penggerak
Komunitas Guru Belajar
Soroako.
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 6
#CeritaGuru
Menemukan
Panggilan Jiwa
Setiap guru mempunyai kisah mengapa
dirinya memilih untuk menjadi guru. Rizqy
Rahmat Hani, guru SMA Negeri di
Pekalongan, menceritakan 4 kisah menarik.
Awal Petualangan
Aku tersenyum-senyum sendiri di dalam bus Nusantara
ungu yang melaju dengan kencang. Membayangkan
apa yang akan terjadi nanti jika aku mendapatkan
pekerjaan ini.
Ah, nanti kalau aku menjadi pegawai bank gajiku
lumayan banyak.
Ehm... bakal seperti teman-
temanku yang sudah memiliki
mobil
Gajinya pasti lebih dari empat
juta
Bayang-bayang gaji banyak dan
m e m i l i k i b a n y a k m a t e r i
membuatku tersenyum sendiri
dalam perjalanan tes menjadi
sebagai pegawai salah satu bank
swasta. Seperti teman-temanku
lainnya, walaupun memiliki
ijazah pendidikan namun lebih
memilih menjadi pegawai bank
k a r e n a g a j i y a n g m e r e k a
tawarkan.
Akhirnya sampailah aku di sebuah gedung yang amat
tinggi di bilangan Simpang Lima Semarang. Para calon
pegawai bank berjalan cepat memasuki gedung
tersebut. Memakai pakaian keren dengan kemeja
ekslusif, dasi, sepatu yang necis dan enak dipandang
membuatku tak sabar menjadi pegawai bank.
Tes demi tes aku lewati, dan saatnya tes terakhir, yaitu
tes wawancara sekaligus tanda tangan kontrak.
Ada sesuatu yang membuat hatiku goyah, ada sesuatu
yang membuatku tiba-tiba terdiam.
Diam.
Waktu seakan berhenti.
Semua terlihat berbeda.
Kalau aku menjadi pegawai bank memang akan
memiliki gaji banyak, tapi....
Apakah aku bisa menerapkan ilmuku yang aku
dapatkan sewaktu kuliah
Apa hanya uang yang dicari?
Apa aku akan bahagia jika menjadi pegawai bank
Perasaan-perasaan itu menghantui sepanjang
menunggu waktu interview. Entah apa yang
menggerakkan hatiku menjadi goyah dan kuambil
telepon di sakuku lalu kutelepon bapakku.
Pak, kalau aku tak mengambil pekerjaan ini
bagaimana? tanyaku
Apapun pekerjaan mas Kiki,
kalau itu membuat mas Kiki
bahagia, ambillah, nikmatilah
Mendengar jawaban bapak,
memantapkan keputusanku.
Bissmilah.
L a l u k u p u t u s k a n u n t u k
mengangkat tas dan meninggalkan
ruangan wawancara begitu saja.
Terlihat para calon pegawai bank
melihatku dengan aneh.
Mungkin ini keputusan berat,
namun aku lebih memilih menjadi
GURU.
Aku pun pulang dengan perasaan
yang lega, tanpa beban.
Jika aku menjadi pegawai bank,
tak akan banyak waktu untuk membuat film, jika aku
menjadi pegawai bank tak akan bisa membuat
pementasan drama, antologi puisi, berinteraksi dengan
anak-anak, bernyanyi di sawah sambil menikmati
semilir angin. Jika aku menjadi pegawai bank akan
sibuk dengan rekening, giro, yang entah aku tak tahu
apa itu artinya .
Mungkin ini adalah panggilan jiwa. Panggilan jiwa
untuk menjadi GURU.
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Rizqy Rahmat Hani
Guru SMK Negeri di Pekalongan.
Penggerak Komunitas Guru Belajar
Pekalongan.
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 7
Menjadi Guru itu Sulit
Aku tetapkan pilihanku untuk menjadi guru, guru SMA 1
Sragi Pekalongan. Masih teringat benar kapan pertama
kalinya aku memasuki ruang kelas, yaitu hari Senin 11
Juli 2010. Kubuka kelas dengan salam
Assalamualaikum , namun hanya beberapa gelintir
siswa yang jawab. Kebanyakan sibuk dengan
kesibukannya sendiri, yang belakang bermain telepon
genggam, tertawa, yang depan memperhatikanku sambil
kadang mengobrol dengan teman sebangkunya. Kelasku
menjadi riuh. Aku tak dihargai.
Bagaimana ini mengatasinya?
Keringatku bercucuran, pulpen yang aku pegang
jatuh, aku ambil, terlihat tanganku
bergetar hebat.
Aku harus bagaimana?
Bayang-bayang
menjadi guru yang
bisa bernyanyi,
menari sirna
sudah
Kesanku
terhadap guru
dihancurkan
oleh siswa-siswa
yang tak
menganggapku ada
di depan kelas
Sepulang mengajar aku
benar-benar frustasi. Ternyata
sulit menjadi guru. Mengondisikan siswa
saja aku tak bisa.
Hari-hari penuh derita pun aku jalani saja.
Masuk kelas ‒ menyampaikan materi ‒ dicuekin siswa ‒
memberikan tugas ‒ pulang.
Begitu seterusnya, tiap hari, tiap bulan.
Sampai akhirnya ada seorang muridku yang nyletuk
Bisa ngajar nggak Pak! .
Kata-katanya walau terdiri atas beberapa kata saja,
menukik dan menancap dalam hatiku. Ia membuatku
tertusuk.
Aku tak boleh seperti ini, aku harus berubah.
Kubaca-baca lagi buku-buku pengajaran, kutonton
beberapa film tentang pendidikan Tarre Zame Pyar,
Dead Poet Society, Dragon Zakura, Great Teacher
Onizuka, Freedom Writing. Aku mulai menerapkan pola
berbeda.
Memasuki kelas kupasang wajah ceria, dengan
membawa cerita-cerita inspiratif. Sebelum mengajar aku
bercerita.
AJAIB!
Cerita ternyata mampu membawa
kesan berbeda di kelas,
siswa-siswaku menjadi
antusias, jadi
memperhatikanku.
Sedikit ada
perubahan,
walau setelah
mamasuki
materi siswa-
siswa kembali
bercanda,
kembali bermain
telepon genggam,
kembali sibuk dengan
keasyikannya sendiri.
Tidak apa-apa yang terpenting
aku sudah bisa mengambil perhatian
siswa yaitu dengan cerita. Tugasku sekarang
adalah membuat penyampaian materiku menjadi
mengasyikkan. Menjadi kelasku menjadi menyenangkan,
seperti taman.
Maka kuikuti forum-forum diskusi pendidik di twitter,
facebook, dan sebagainya.
Banyak ilmu yang aku dapatkan setelah mengikuti forum
diskusi tersebut.
Dan perubahan itu pun dimulai ...
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 8
Duplikasi program televisi
Satu tahun sudah aku menjadi guru, tanpa apa yang aku
dapat. Di akhir pembelajaran aku meminta siswa-siswaku
menulis refleksi terhadapku.
Kritiklah, nilailah pak guru Nak!
Tulisan-tulisan sungguh jujur, dan dalam setelah aku
baca. Banyak sekali kritikan terhadapku.
Kalau mengajar jangan cepat-cepat dong Pak!
Plis deh Pak jangan
marah-marah kalau
ngajar
Tulisan di papan tulis
kalau bisa diperbesar
Pak, tidak terlihat di
belakang
Kritikan-kritikan
tersebut aku selami, aku
pelajari. Layaknya
cermin, refleksi tersebut
aku gunakan untuk
bercermin dan mencari
obat mencari solusi agar
aku menjadi guru yang
lebih baik lagi.
Tahun pelajaran baru
pun bergulir, aku
mencoba metode lain
yaitu menerapkan
program televisi Reportase di pembelajaran menulis
paragraf ekposisi. Siswa aku minta untuk membuat
liputan mengenai apa saja yang bisa memberikan
informasi. Siswa nampak antusias, telepon genggam yang
mereka gunakan dalam kelas yang biasanya hanya untuk
main-main, kali ini berguna sebagai kamera dan perekam
suara.
Satu kelompok terdiri atas beberapa anggota yang dibagi
sebagai kameramen, penulis skenario, reporter,
presenter, perekam suara dan editor. Kelas nampak
hidup, penulis skenario bekerja di dalam kelas. Reporter
dan kameramen mencari berita di luar kelas. Setelah
informasi didapat dari tim reporter dan kameramen. Tim
penulis skenario membuat narasi untuk reportasenya,
hasil reportase direkam menggunakan handphone lalu
semua data diedit bersama di kelas. Kelas menjadi hidup,
aku bukan hanya mengambil perhatian mereka, juga
mengambil hati mereka, mereka mulai menyukai
pembelajaranku.
Tidak hanya dalam pembelajaran menulis paragraf
ekposisi, di komptensi dasar lain aku mencoba
menerapkan metode tersebut. Pembelajaran pantun
menjadi PANTUN IDOL, pembelajaran karya ilmiah
menjadi INOVATION
AWARD, pembelajaran
menulis biografi
menjadi JIKA AKU
MENJADI,
pembelajaran drama
menjadi FESTIVAL
FILM PENDEK, paragraf
argumentasi/ekposisi
menjadi ON THE SPOT,
pembelajaran hikayat
menjadi KUIS HIKAYAT.
Tahunku menjadi guru
menjadi menyenangkan,
siswa-siswa mulai
menyukaiku, menyukai
cara mengajarku.
Duplikasi program
televisi berhasil
mengambil hati mereka.
Ide dari Keterbatasan
Setiap perjuangan ada pengorbanan
Di tahun ketiga menjadi guru ternyata banyak masalah
yang aku hadapi. Waktu itu di kelas XI IPA 3 aku dan
muridku sedang berdendang dalam pembelajaran
PANTUN IDOL. Gendang bersaut dengan bunyi desiran
pasir dalam botol air mineral bersamaan petikan gitar
dan suara lembut siswaku.
Jalan-jalan ke Pekalongan,
Membeli batik di Pasar Setono
....
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 9
Menjadi guru adalah Panggilan Jiwa
Sebenarnya di pertengahan mengajar aku ingin sekali
mengundurkan diri menjadi guru. Semua teman-temanku
telah mapan. Aku belum apa-apa. Malah calon istriku
meninggalkanku karena aku belum memiliki apa-apa.
Hampir saja aku mengambil pekerjaan menjadi
programer di televisi lokal, hampir saja aku mengambil
pekerjaan di Kalimantan yang bergaji lebih tinggi. Namun
lagi-lagi di detik-detik terakhir, hatiku selalu bergetar, tak
rela rasanya keluar menjadi guru demi materi.
Kalau aku menjadi programer televisi apakah aku bisa
lagi bercerita di depan kelas, kalau aku bekerja di
Kalimantan apakah aku bisa bersendau gurau dengan
muridku. Aih rasanya berat sekali meninggalkan profesi
guru
Di tengah siswa lah aku menemukan jati diriku, di tengah
siswalah aku mampu berkembang menjadi lebih baik.
Karena menjadi guru adalah panggilan jiwa.
Belum selesai siswa-siswaku berdendang, tiba-tiba di
balik pintu muncul guru.
Pak tolong jangan berisik!
Menganggu kelas sebelah!¦
Ada seorang guru yang menasehatiku, tak boleh terlalu
berisik. Lalu kusuruh siswa-siswaku memelankan suara
saat tampil di depan.
Namun lagi-lagi guru itu datang. Menasehati lagi.
Awalnya aku ingin marah dengan guru tersebut, karena
membatasi kreativitas siswa. Tapi aku pikir untuk apa
aku marah, toh tak akan menyelesaikan masalah.
Akhirnya aku berpikir, bagaimana agar pembelajaran
tak menganggu kelas lain namun bisa tetap
menyenangkan.
Kalau di dalam kelas menganggu kelas lain
Kalau di luar nanti kepanasan
Tiba-tiba ide muncul.
Akhirnya keesokan harinya aku meminta siswaku untuk
membawa payung, karena setiap kelas ada 40 anak,
maka semua siswa aku suruh bawa. Payung-payung itu
aku sambung menggunakan tali dan aku gantungkan di
atas. Indah. Siswa-siswaku tambah antusias. Tidak
kepanasan juga.
Aku mendapatkan ide dari keterbatasan.
10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran BelajarGuru Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 10
Belajar dari Teman Sendiri
Apakah guru belajar harus belajar dari ahli pendidikan? Apakah bisa guru belajar dari teman
sendiri? Apa bisa ya?
Saya mengajar di sebuah sekolah
yang ketika saya sebutkan lokasinya,
biasanya membuat banyak orang
bereaksi, Wah, jauh sekali! atau
Wah, hebat ya mau di tempat
seperti itu . Iya, Papua masih
menjadi salah satu lokasi yang di
pikiran kebanyakan orang Indonesia
(baca: dekat ibukota) adalah wilayah
yang sulit digambarkan dalam
benak. Tapi saya rasa, ini hanya
karena banyak sekali orang
Indonesia yang masih Jawa-
sentris , berpikir bahwa
segalanya berpusat di Jawa.
Sementara, dari pengamatan
saya, sekolah saya dapat
disejajarkan dengan beberapa
sekolah terbaik lain di pusat
negara ini dalam hal materi dan
pengembangan diri staf
pengajarnya. Namun demikian,
saya tidak menutup mata bahwa
saat saya memulai berkarya di
tempat ini, beberapa rekan kerja
saya berpikir sama seperti
kebanyakan orang lain, yang melihat
pada betapa terbatasnya kami.
Beberapa tahun yang lalu, sekolah
saya bermaksud meningkatkan
kemampuan berbahasa Inggris para
pengajar, untuk membuka
kesempatan kami mengembangkan
wawasan dan meningkatkan
penggunaan Bahasa Inggris dalam
kelas. Sekolah menyediakan kursus
Bahasa Inggris yang diisi oleh
sebuah lembaga pengembangan
bahasa. Program yang ditawarkan
sangat bagus, namun belum
menunjukkan peningkatan
penggunaan Bahasa Inggris dalam
keseharian di sekolah secara nyata.
Sementara saya sendiri cukup
beruntung bisa terpilih mendapatkan
kesempatan magang di sekolah
internasional di lingkungan kami.
Melihat hal ini, saya berinisiatif
membuat sebuah kelompok belajar
pada unit TK tempat saya berkarya,
sekembalinya saya dari periode
magang untuk mendukung rekan-
rekan saya. Saya membicarakan ide
ini pada pimpinan dan rekan-rekan
guru. Semua menyambut dengan
antusias. Saya tahu, dalam benak
mereka saya yang akan mengajar .
Saat saya tegaskan bahwa bukan
saya yang akan mengajar, mereka
malah berpikir saya akan
mendatangkan guru tamu dari
sekolah internasional tersebut.
Reaksi-reaksi tersebut muncul karena
dalam pemikiran mereka, belajar itu
ketika mereka menjadi murid & ada
pengajar yang bertanggung jawab
pada proses pembelajaran.
Pertemuan awal saya gunakan untuk
membuat kesepakatan dengan
semua rekan kerja, termasuk kepala
sekolah saya saat itu yang menjadi
peserta . Saya kemukakan
bahwa kelas ini adalah
kelompok belajar, bukan kelas
seperti yang mereka bayangkan
ada guru yang mengajar di
depan. Dalam kelompok belajar,
setiap peserta diharapkan aktif,
tidak hanya mengikuti kegiatan,
namun juga menentukan bentuk
kegiatan dan cara belajar yang
diinginkan, serta target
pencapaian masing-masing.
Saya hadir sebagai fasilitator,
membantu mewujudkan ide
mereka, termasuk jika ada
materi yang perlu disiapkan. Setiap
orang boleh mengikuti kegiatan,
namun tidak perlu meminta ijin jika
ternyata tidak hadir dengan alasan
apapun. Tidak ada kewajiban untuk
mengikuti program ini, dan oleh
karenanya saya tidak bersedia
menjadikan kegiatan ini sebagai
program resmi dari sekolah. Saya
tidak bermaksud untuk melepaskan
diri dari institusi tempat saya
bekerja, saya hanya lebih memilih
untuk menumbuhkan inisiatif pribadi
dalam mengembangkan diri.
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Saat semua orang sudah
sepaham, satu per satu mulai
mendapat kesempatan
melontarkan ide. Setelah
beberapa stimulasi, ternyata ide
yang muncul sangat beragam,
mulai dari membaca cerita
(yang ini pasti sering dilakukan
di sekolah ya), menganalisa
artikel pendidikan, belajar teks
lagu, karaoke, sampai
ke.....rujakan....Iya, rujakan!
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 11
Saat semua orang sudah sepaham, satu per satu mulai
mendapat kesempatan melontarkan ide. Setelah
beberapa stimulasi, ternyata ide yang muncul sangat
beragam, mulai dari membaca cerita (yang ini pasti
sering dilakukan di sekolah ya), menganalisa artikel
pendidikan, belajar teks lagu, karaoke, sampai
ke.....rujakan....Iya, rujakan!
Di unit TK kebanyakan guru memiliki hobi memasak dan
makan. Jadilah salah satu kegiatan kami yang paling
repot namun paling
menyenangkan adalah
membuat rujak uleg.
Bumbunya harus dihaluskan
dengan cobek batu besar,
dengan isi lengkap. Di sini
kami mulai belajar
menggunakan kata-kata
spesifik sampai kalimat
sederhana, yang penting mau
bicara. Kegiatan berlangsung
sangat ramai. Kami saling
melempar kata-kata bahasa
Inggris, yang sering terlihat
lucu ketika harus
diterjemahkan dari kosakata
bahasa Indonesia atau
bahasa daerah. Sementara itu
dalam kegiatan menyanyi,
meskipun lagunya panjang,
ada teks yang mengalir lewat.
Jadi masing-masing dari kami
sempat belajar pronunciation yang lebih baik, tanpa
harus tertekan.
Saat itu sekolah saya baru saja mempunyai 2 orang
warga negara asing yang berperan sebagai konsultan
pendidikan. Saya informasikan mengenai kegiatan ini
kepada mereka. Saya ajak mereka berdiskusi, namun
tidak selalu saya undang secara khusus dalam setiap
kegiatan. Salah satu hambatan belajar bahasa asing
adalah ketika berhadapan betul-betul dengan penutur
asli, rekan-rekan saya cenderung bersikap pasif. Mereka
lebih memilih belajar dari mendengarkan, dan kurang
mencoba berbicara. Saya berusaha meminimalkan
benturan ini. Namun saya tetap melibatkan beliau dalam
beberapa aktifitas yang kami pertimbangkan perlu ada
penutur asli. Inipun harus merupakan respon dari usulan
kegiatan rekan-rekan saya.
Program ini berlangsung sepanjang satu tahun,
bersamaan dengan kelas pelatihan Bahasa Inggris resmi
yang diselenggarakan sekolah. Dari pernyataan rekan-
rekan, mereka merasa lebih rileks belajar ketika
bentuknya santai, apalagi saat mereka sendiri yang
menentukan cara belajarnya. Hasilnya, kami lebih berani
menggunakan Bahasa Inggris dalam aktifitas sehari-hari.
Salah satu bentuknya adalah saat pertemuan pagi,
masing-masing dari kami yang bertugas piket
menyampaikan hasil observasi
dalam Bahasa Inggris.
Awalnya dengan menyebut
beberapa kata yang spesifik,
berikutnya mulai berani
menggunakan kalimat
lengkap. Pertemuan yang
tadinya selalu berlangsung
sangat resmi menjadi lebih
mengalir dan nyaman karena
kadang kami saling
mentertawakan kesalahan
dan memperbaiki tanpa ada
yang tersinggung. Kami
tertawa bukan untuk
merendahkan, tapi lebih
terasa senang telah berhasil
menemukan sesuatu untuk
diperbaiki. Kami sadar
sepenuhnya, seperti inilah cara
kami belajar bersama.
Dalam kelas, lebih banyak
rekan yang berani membacakan buku berbahasa Inggris
untuk anak. Tampilan-tampilan kelas mulai
menggunakan 2 bahasa dengan lebih baik, Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris. Puncaknya, rekan-rekan
saya berinisiatif merancang doa pembukaan dan penutup
kelas dalam Bahasa Inggris yang bisa berlaku untuk
pemeluk agama berbeda. Sampai saat ini doa buatan
kami di unit TK akhirnya digunakan juga di unit SD.
Saya pindah ke unit SD pada tahun berikutnya. Meskipun
program yang saya inisiasi tidak langsung dilanjutkan,
rekan-rekan saya setidaknya sudah berbekal kepercayaan
diri untuk menggunakan Bahasa Inggris. Sehingga ketika
pada tahun-tahun berikutnya salah satu konsultan asing
kami ditempatkan di unit TK, perbedaan bahasa tidak
lagi menjadi penghalang yang berarti.
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Lany Rh
Guru SD Yayasan Pendidikan Jayawijaya
Kuala Kencana. Penggerak Komunitas
Guru Belajar Timika.
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 12
Menerbangkan Tisya
Buat apa belajar Bahasa Inggris kalau anda tinggal di kota kecil? Pertanyaan itu yang ada di
benak para pelajar. Hingga Pak Riyadi menunjukkan manfaatnya.
Pak Riyadi, terima kasih
mengajarkan Tisya Bahasa Inggris.
Kemampuan berbahasa Inggris dari
bapak adalah ilmu pertama yang
bisa Tisya tunjukkan di setiap tes
dan wawancara, entah ketika
melamar kuliah atau kerja, keduanya
menuntut Bahasa Inggris. Di tempat
kerja Tisya sekarang ini, Bahasa
Inggris digunakan setiap hari,
bertemu dengan orang-orang
berbeda negara
Teks tersebut di atas adalah
pesan dari Alumni yang baru
saja saya terima di Messenger,
beberapa menit setelah saya
menulis status di sosial media
facebook seperti ini: Hai
alumni, Adakah kalian terbantu
dengan apa yang kita kerjakan
bersama selama di sekolah?
Tisya adalah anak desa dari
kecamatan pelosok Jember
bernama Kalisat, yang saat ini
bekerja sebagai Vice Manager Spa
Therapy di Maldive. Setelah lulus
SMK jurusan UPW (Usaha Perjalanan
Wisata), dua tahun lalu, ia mengikuti
kegiatan pelatihan beasiswa
hospitality industry di Bali selama 4
bulan (tidak jadi kuliah di STP Bali).
Setelah pelatihan itu, ia terbang ke
Maldive menjemput mimpi yang
pernah ia ceritakan kepada saya:
bisa naik pesawat terbang dan
berkarir di tempat yang melibatkan
orang-orang dari berbagai negara.
Sebelumnya, Tisya berada dalam
cerita pembelajaran Bahasa Inggris
berikut ini:
Usaha Perjalanan Wisata (UPW)
adalah program keahlian (jurusan)
yang kurang diminati di sekolah
tempat saya mengabdi, di SMK
Negeri 1 Jember. Setiap PPDB
(Penerimaan Peserta Didik Baru),
paket keahlian ini selalu mendapat
jumlah pendaftar yang sangat
kurang. Pagu (jumlah kuota) yang
disediakan 40 biasanya hanya terisi
8 sampai 12 pendaftar yang benar-
benar memilih paket keahlian ini.
Salah satu alasannya adalah para
pendaftar takut atau juga sering
meyebut tidak suka Bahasa Inggris
karena pariwisata menurut mereka
identik dengan bahasa Inggris.
Kekurangan pagu ini biasanya diisi
oleh pendaftar yang tidak diterima di
program keahlian lain sepert
Akuntansi, Mutimedia, Administrasi
Perkantoran, Penjualan dan
Broadcasting dengan alasan daripada
tidak bersekolah. Keadaan seperti ini
berlangsung terus-menerus yang
kemudian menciptakan rendahnya
motivasi peserta didik untuk
mengikuti mata pelajaran dalam
program keahlian ini, termasuk mata
pelajaran yang saya ampu, Bahasa
Inggris.
Anak-anak didik saya umumnya
memiliki motivasi yang sangat
rendah untuk mengikuti Mata
Pelajaran Bahasa Inggris. Peran
serta mereka didalam aktivitas
belajar di dalam kelas sangat
rendah. Mata pelajaran Bahasa
Inggris hampir tidak bisa
berjalan sama sekali kecuali
kegiatan mengerjakan lembar-
lembar kerja yang diisi
sekenanya dan atau latihan-
latihan soal menghadapi ujian.
Sesi speaking, writing, oral
presentation, comprehension
sangat sulit menarik keterlibatan
aktif peserta didik. Mereka memilih
diam, pasif, sehingga kegiatan
belajar mengajar Bahasa Inggris
semakin kehilangan gairahnya dan
kemudian menimbulkan sebuah
kesan besar bagi anak-anak bahwa
belajar Bahasa Inggris itu sulit dan
sama sekali tidak ada gunanya.
Dalam kondisi yang seperti itu,
sebagai guru saya berusaha terus
mencari tahu tentang alasan-alasan
mereka tidak menyukai belajar
Bahasa Inggris. Saya memberikan
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Kami benar-benar
merevolusi kegiatan
pembelajaran yang
selama ini berbasis
ceramah rumus-rumus
bahasa menjadi kegiatan
belajar berbasis proyek
dan melayani keperluan
masyarakat Jember.
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 13
beberapa pertanyaan tertulis seputar
minat mereka terhadap Mata
Pelajaran Bahasa Inggris. Sayajuga
melakukan kunjungan ke rumah-
rumah anak untuk mengetahui
kebiasaan-kebiasaan otentik belajar
mereka dan latar belakang keluarga
dan masyarakat sekitarnya. Dalam
serangkaian kegiatan tersebut, saya
bertemu dengan jawaban yang
sangat mengejutkan bahwa
tidak satupun dari anak-
anak itu yang menjawab
atau menganggap tidak
perlu atau tidak butuh
belajar Bahasa Inggris.
Hampir semuanya
mengatakan bahwa mereka
akan senang bila bisa atau
menguasai Bahasa Inggris
walaupun hampir semuanya
juga menjawab tidak tahu
apa gunanya, apa
manfaatnya bila bisa Bahasa
Inggris.
Hal ini mengejutkan karena
asumsi dasar saya ataupun
guru-guru Bahasa Inggris
lainnya di sekolah ini bahwa
anak-anak tidak berminat
belajar Bahasa Inggris oleh
karena Bahasa Inggris
dipandang oleh anak-anak
sebagai mata pelajaran sulit
dan sama sekali tidak ada
gunanya kecuali hanya untuk lulus
ujian nasional. Kami, guru-guru
Bahasa Inggris melihat kesan bahwa
anak-anak tidak memiliki harapan
bahwa penguasaan Bahasa Inggris
akan dapat membantu hidup mereka
kelak setelah lulus dari sekolah ini.
Mereka tidak akan melanjutkan
kuliah dan tidak akan bekerja pada
bidang-bidang yang memerlukan
penguasaan Bahasa Inggris.
Sampai saya dan guru-guru Bahasa
Inggris lainnya, menemukan tanda-
tanda yang lebih nyata bahwa
kesunyian Mata Pelajaran Bahasa
Inggris ini sesungguhnya disebabkan
oleh kegiatan pembelajaran di dalam
kelas yang tidak mampu terhubung
dengan makna atau nilai-nilai yang
bisa diperjuangkan oleh anak untuk
hidupnya kelak. Anak-anak juga
tidak bisa menemukan relevansinya
dengan kehidupan sekitar,
pengalaman nyata, atau manfaat
penguasaan Bahasa Inggris di
lingkungan kerja untuk kota sekecil
Jember ini. 



Menerapkan Pembelajaran
Kontekstual dan Bermakna
Bersama dengan guru-guru Bahasa
Inggris lainnya di sekolah ini, kami
berkolaborasi mendesain ulang
pembelajaran Bahasa Inggris kami
dengan menggunakan pendekatan
kontekstual dan pembelajaran
bermakna. Pendekatan kontekstual
yang kami pahami dari Johnson
(2007), bahwa pembelajaan
seharusnya sejalan dengan
prinsip cara kerja alam yang
universal yakni, diferensiasi,
kesalingbergantungan dan
pengaturan diri sendiri.
Pembelajaran kontekstual
juga dapat dipahami sebagai
pengajaran yang
menghubungkan subyek-
subyek yang dipelajari
peserta didik dengan
kehidupan kesehariannya.
Dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual
ini, sumber-sumber
pembelajaran Bahasa Inggris
sekarang ini tidak lagi hanya
seputar tentang benar-salah
tata bahasa atau sesuatu
yang harus dihafalkan,
tetapi telah berubah dengan
menggunakan semakin
banyak sumber-sumber belajar
di mana penggunaan Bahasa
Inggris ditemukan di kota ini. Kami
benar-benar merevolusi kegiatan
pembelajaran yang selama ini
berbasis ceramah rumus-rumus
bahasa menjadi kegiatan belajar
berbasis proyek dan melayani
keperluan masyarakat Jember.
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Riyadi Ariyanto
Guru SMK Negeri 1 Jember. Penggerak
Komunitas Guru Belajar Jember
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 14
Anak-anak sekarang mengumpulkan
apapun yang berbahasa Inggris, yang
bisa mereka temukan sehari-hari
dalam kehidupan mereka sendiri.
Struk belanja, brosur/leaflet hotel
atau restoran, buku-buku manual,
tiket, majalah/koran, jadwal
penerbangan/kereta dll. Kemudian,
kegiatan belajar Bahasa Inggris
sering berlangsung di luar kelas, di
bandara, di stasiun, di bank dan juga
bisa di supermarket. Anak-anak
sesuai dengan minatnya
menggunakan Bahasa Inggris dengan
mendesain brosur restoran/hotel/biro
perjalanan, memahami buku manual
barang, berita/pengumuman,
menulis teks-teks iklan di kota kami
yang biasanya menggunakan Bahasa
Inggris atau menu-menu restoran
dan yang lainnya, sebagai proyek
kelompok atau individu.
Kegiatan yang tak kalah menariknya
adalah juga keterlibatan siswa kami
sekarang sebagai volunteer, belajar
menggunakan Bahasa Inggris mereka
di dua event internasional tahunan
di kota kami, JFC (Jember Fashion
Carnaval) dan JOMCC (Jember Open
Marching Competition). Anak-anak
bekerja sebagaian relawan, menulis
berita dalam Bahasa Inggris, menjadi
liasson officer, membuat
pengumuman-pengumuman
berbahasa Inggris di area event dan
conference, juga menjadi pemandu
bagi pengunjung yang datang dari
berbagai negara dan yang lainnya.
Hasilnya, kegiatan belajar Bahasa
Inggris di sekolah saya telah benar-
benar berubah menjadi sesuatu yang
sangat menyenangkan dan ditunggu
oleh peserta didik. Kegiatan
pembelajaran Bahasa Inggris yang
awalnya menjadi suatu yang sangat
tidak disukai sekarang menjadi
kegiatan yang sangat diharapkan.
Terlebih setelah beberapa tahun ini,
beberapa alumni berbagi
pengalaman internasionalnya di
sekolah atau alumni yang bercerita
atau mengabarkan pentingnya
Bahasa Inggris di dunia kerja
mereka.
Saya dan guru-guru Bahasa Inggris di
sekolah kami belajar bahwa desain
kegiatan belajar yang melibatkan
minat peserta didik sejak awal akan
mendatangkan ketertarikan yang
solid selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Ketika menyadari
tujuan belajarnya, peserta didik jadi
gemar belajar dan tangguh
menghadapi kesulitan-kesulitan
belajar. Pendekatan kontekstual juga
memungkinkan peserta didik bisa
belajar sesuai dengan keunikannya
masing-masing. Kami terus
memperbaiki beberapa
kelemahannya yang kami temui
terkait soal manajemen waktu,
pengelompokan dan koordinasi antar
mata pelajaran.


Johnson, B. Elaine. (2007).
Contextual Teaching & Learning.
Jakarta: MLC
Tentang Surat Kabar Ini
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Guru Belajar adalah surat kabar dua bulanan yang
diterbitkan Komunitas Guru Belajar dengan misi Menularkan
Kegemaran Belajar. Surat Kabar ini menyajikan praktik
cerdas pengajaran (#PraktikCerdas), cerita hidup guru
(#CeritaGuru) dan foto hasil karya anak (#KaryaAnak)
Bila anda berminat, kirimkan tulisan tentang #PraktikCerdas,
#CeritaGuru atau #KaryaAnak. Kami akan menjadi teman
belajar anda dengan memberi masukan. Tulisan yang sudah
direvisi, akan diterbitkan di surat kabar Guru Belajar.
Info lebih jelas, email kami di KampusGuru@Cikal.co.id
Dewan Redaksi:
Najelaa Shihab
Bukik Setiawan
Editor Tamu:
Lany Rh & Ivan Bonang
GuruBelajar.org
Grup Facebook: Komunitas
Guru Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 15
Serunya Presentasi
Jangankan presentasi, bicara di depan kelas pun membuat banyak orang yang mulas perutnya,
keluar keringat dingin. Tapi Bu Dian membuat presentasi menjadi seru.
Sewaktu SD, saya termasuk orang
yang bisa mendadak sakit perut saat
gugup berbicara di depan orang
banyak. Saat itu kesempatan saya
tampil di depan kelas hanyalah saat
menyanyikan lagu wajib nasional.
Sayangnya menyanyi bukanlah hal
yang saya sukai pada waktu itu. Jadi,
pengalaman tampil di
depan kelas saat SD
adalah pengalaman
buruk bagi saya.
Pengalaman buruk saat
SD ternyata sangat
mempengaruhi
kepercayaan diri saya
berbicara di depan
banyak orang. Padahal di
tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, saya dituntut
untuk lebih banyak
melakukannya. Jadi
membiasakan berbicara
di depan banyak orang
dengan menyenangkan
memang perlu dilakukan.
Sekarang saya adalah guru SD. Tentu
saja, saya tak ingin menciptakan
pengamalaman buruk bagi murid
saya. Saya harap yang mereka ingat
tentang tampil di depan kelas adalah
keriangan. Berbicara di depan orang
banyak adalah keseruan.
Namun ternyata bukanlah hal
mudah untuk menemukan metode
yang tepat. Keluar dari zona nyaman
dan terus menggali ide adalah
sebuah kebutuhan. Kesulitan bukan
menjadi penyurut langkah. Darinya
lah diharapkan muncul kreativitas
pendukung langkah. Kreativitas tak
selalu muncul dari kemudahan.
Terkadang malah kesulitan yang
membuahkan ide segar.
Sebagai guru, menjumpai tema yang
mirip atau sama adalah pertanda
saatnya menyalakan tombol
kreativitas lebih kencang. Tahun lalu
saya menjumpai tema yang sama
dengan tahun sebelumnya. Tema
tersebut adalah hemat energi. Tahun
sebelumnya mereka berhasil
membuat poster ajakan menghemat
energi melalui pemakaian alat-alat
elektronika. Poster tentu saja bukan
pilihan yang tepat lagi.
Hasil dari memutar otak, saya ajak
mereka bermain peran. Siswa-siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok.
Tiap kelompok akan mewakili
sebuah perusahaan eletronika.
Mereka diperbolehkan membuat
nama untuk perusahaan mereka
masing-masing. Tugas dari tiap
kelompok adalah membuat petunjuk
penghematan dari tiap alat
elekronika yang
diproduksi. Alat-alat
elektronika yang
diproduksi tiap
perusahaan berbeda-
beda. Petunjuk dapat
digambar atau ditulis
dalam lembaran kertas
bekas. Tiap satu lembar
kertas akan berisi satu
alat alektronika berikut
cara menghemat energi
penggunaannya.
Setelah itu, mereka saya
minta
mempresentasikannya di
depan kelas. Hanya saja
kali ini agak berbeda. Saat mereka
menjelaskan tiap lembar yang
mereka buat, saya minta mereka
membayangkan mereka tengah
menggunakan LCD. Saya berdiri
dengan memampangkan lembar-
lembar kertas berpura-pura sebagai
layar. Tiap siswa yang menjelaskan
akan membawa pensil atau bolpoin
sebagai pointer. Saat ingin berganti
lembar kertas, mereka akan memberi
kode dengan mengatakan ceklik.
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 16
Model presentasi seperti itu saya pakai juga saat kami
belajar tentang kehidupan zaman praaksara. Saat review,
alih-alih saya minta menjawab soal-soal saya minta
mereka membuat lembar-lembar presentasi dengan tema
yang berbeda tiap kelompok.
Ada tiga kelompok pada saat itu, yaitu kelompok
pemimpin, pedagang dan pendidik. Sebelum sampai
pada pembagian kelompok, saya minta mereka
membayangkan sedang hidup di zaman pra aksara. Tiap
kelompok saya minta menggambarkan kira-kira jika
mereka menjadi pemimpin, pedagang dan pendidik apa
sih yang akan mereka lakukan? Apa yang perlu
pemimpin zaman praaksara lakukan? Apa yang kira-kira
pedagang pada zaman pra aksara jual? Bagaimana cara
masyarakat zaman pra aksara berjual beli? Apa yang
guru-guru ajarkan jika pada zaman pra aksara sudah ada
sekolah? Mereka juga diminta memberi nama untuk
desa, pasar atau sekolah yang mereka buat.
Nah, kali ini yang menjadi layar adalah teman
sekelompok mereka. Hal itu malah membuat mereka
makin bersemangat. Presentasi pun berlangsung makin
riang gembira. Saat teman yang memegang pointer
sudah bilang ceklik, terkadang teman yang menjadi
layar tidak segera mengganti lembar kertasnya. Jadi
perlu diulang kadang menjadi dua kali, ceklik ceklik.
Bahkan mungkin tiga kali, ceklik ceklik ceklik. Diiringi
tawa panjang dan lepas mereka.
Dari kedua presentasi tersebut, kesungguhan mereka
dalam berperan patut diacungi jempol. Ketika menjadi
pemilik perusahaan eletronika, dengan tenang dan
percaya diri mereka mempresentasikan produk-produk
mereka. Meski kadang tertawa saat mendengar kata
ceklik. Saat menjadi pemimpin, penjual atau pendidik
pada zaman pra aksara pun mereka cukup yakin
mempresentasikan hasil diskusinya.
Sebenarnya bisa saja saya memakai pointer dan layar
LCD yang nyata. Namun saya rasa keseruannya akan
berbeda. Tak akan ada imajinasi yang memperkaya
presentasi tersebut. Imajinasi yang mampu mengubah
kertas menjadi slide-slide presentasi. Imajinasi yang
menyulap bolpoin/pensil menjadi pointer. Imajinasi yang
mengajak mereka melompat dari satu waktu ke waktu
yang lain dengan ringan. Imajinasi yang menuntun
mereka pada kegembiraan khas anak-anak. Imajinasi
yang merobohkan tembok bertuliskan SULIT . Imajinasi
yang memunculkan kepercayaan diri. Imajinasi yang
meniadakan beban yang terasa berat. Imajinasi yang
menuntun pada keseruan-keseruan penuh makna.
Jika perlu memberi nilai pada presentasi mereka, jelas
mereka mendapat A plus plus. A untuk lembar-lembar
presentasi yang mereka buat. Plus plus untuk semangat,
kreativitas, keceriaan dan keseriusan mereka saat
berdiskusi dengan teman-teman mereka. Plus plus untuk
kesediaan mereka mengajarkan pada saya bahwa
kewajiban manusia untuk belajar tak seharusnya
dijadikan beban. Proses yang kadang nampak berat
sebenarnya bisa tetap dilalui dengan penuh keriangan.
Kerut kening dapat diganti dengan deretan gigi-gigi putih
pada wajah yang ceria.
Jogja, 26 November 2015
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Dian Nofitasari
Guru Yogya Green School.
Penggerak Komunitas Guru Belajar
Yogyakarta.
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 17
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Petualangan belajar murid-murid SD Negeri 1 Cisarua, Tegalwaru, Purwakarta dibawah
asuhan Pak Dian Misastra. Beliau yang juga menjadi Penggerak Guru Belajar Purwakarta
mempunyai impian anak-anak kembali mencintai bumi mereka, bumi pertanian.
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 18
Ketika Siswa Belajar Bertanya
Tugas murid adalah menjawab pertanyaan. Eits tunggu dulu, Pak Rudi justru mengubahnya,
tugas murid justru bertanya. Bagaimana kisahnya?
Pengalaman ini terjadi sekitar 5
tahun yang lalu, dimana saya mulai
menjadi seorang guru mata pelajaran
TIK di salah satu SMA Negeri di
Kabupaten Pekalongan.
Saya sempat terkejut dan kaget
ternyata kondisi siswa pada saat
KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
tidak lah sesuai dengan
bayangan atau gambaran
saya sebelumnya..dimana
suasana kelas sangat hidup,
terjadi interaksi antara guru
dengan siswa maupun siswa
dengan siswa yang lainnya.
Apa yang saya lihat justru
sebaliknya, suasana kelas
terasa mati, sunyi dan
sangat pasif yang artinya
hanya terjadi komunikasi
searah saja yaitu dari guru
ke siswa saja. Dan itu tidak
hanya terjadi di kelas saya
juga, ternyata terjadi hampir
di semua kelas.
Sekitar sebulanan lebih saya
menghadapi kondisi kelas seperti itu,
dan akhirnya saya mulai berfikir, ini
pasti ada yang salah dengan minat
dan keingintahuan siswa . Akhirnya
saya coba melakukan tes sederhana,
bisa disebut testing the water pada
saat KBM di semua kelas, saya selalu
sedikit melempar pertanyaan
pengetahuan yang sangat umum,
misal :
• Apa portal berita yang sering
kalian baca?
• Nama situs yang sering kalian
buka?
• Apa itu Google?
• Siapa nama Menteri pendidikan
saat itu?
Dan hasilnya sangat mengherankan,
hampir 90% pertanyaan yang
sifatnya umum tadi sulit mereka
jawab.
Dari kejadian tersebut, saya sedikit
bisa mengetahui seperti apa siswa
yang saya hadapi, rata-rata siswa di
sekolah saya sangat kurang sekali
berminat untuk mencari informasi,
apapun itu, apalagi yang
menyangkut mata pelajaran.
Untuk bisa menghidupkan suasana
kelas dengan kondisi siswa seperti
itu memang sangat sulit. Kondisi
yang memaksa saya untuk memutar
otak mencari metode/cara mengajar
yang tepat dalam KBM. Untuk
mengawali langkah, saya sedikit
melakukan survey dengan
melibatkan semua siswa yang saya
ajar. Saya meminta para siswa
menuliskan apa tujuan mereka
bersekolah. Dan hasilnya
adalah...
90% keatas tujuan mereka
untuk LULUS UJIAN
NASIONAL, dan sisanya butuh
ijasah SMA untuk Bekerja.
Setelah melihat hasil survey
saya kesimpulan awal bahwa
kebanyakan siswa mau
membaca/belajar hanya
menjelang ada ulangan dan
saya beranggapan hal inilah
yang menyebabkan suasana
KBM sehari-hari menjadi tidak
hidup.
Oleh sebab itu, saya coba
menggunakan cara yang mungkin
kurang lazim digunakan dan cara ini
juga sempat dicibir oleh guru lain
karena untuk penilaian katanya
metodenya serampangan tidak
akurat dsb, walaupun demikian tetap
saya lakukan, karena tujuan prioritas
saya adalah untuk menumbuhkan
hasrat para siswa untuk menggali
informasi.
Saya berusaha menggunakan metode
terbalik dari kebiasaan umum di
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Pak…..jam istirahatnya lanjut
aja,, gak usah istirahat… -__-“
*lemes.
“Pak, besok bapak masuk kan?
besok kan ada kelas saya”
“Pak Rudy, semalem aku baca
artikel tentang bab ini… tapi kok
saya belum begitu paham
tentang istilah ini”.
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 19
kelas. Biasanya agar siswa memperoleh skor/nilai siswa
harus bisa menjawab pertanyaan/soal yang guru ajukan,
yang saya lakukan ini adalah sebaliknya. Dimana kalau
ingin dapat nilai siswa tersebut haruslah mengajukan
pertanyaan pada saya selaku guru.
Ketika di kelas sebelum suatu pertemuan selesai, saya
memberitahukan kepada para siswa tentang materi yang
akan menjadi topik pertemuan yang akan datang. Saya
meminta para siswa untuk mencari informasi mengenai
topik tersebut di rumah, entah melalui buku maupun
internet. Kemudian saya meminta kalau ada hal-hal yang
kurang bisa dipahami bisa ditanyakan di pertemuan yang
akan datang.
Pada pertemuan berikutnya, bagi siswa yang bertanya
tadi akan mendapatkan skor/nilai dari saya, sesuai
dengan bobot/kualitas pertanyaan tadi. Kemudian saya
tidak akan menjawab pertanyaan yang diajukan tadi
secara langsung, saya lemparkan pertanyaan tadi ke
siswa yang lain dikelas. Apabila ada siswa yang bias
menjawab, maka kedua anak tersebut (yang bertanya
dan menjawab) akan memperoleh skor/nilai dari saya.
Apabilka tidak ada yang menjawab terpaksa saya yang
akan menjawab sekaligus menerangkan hal yang
ditanyakan tadi.
Terkadang pernah terjadi tidak ada siswa yang bertanya
maupun menjawab pertanyaan, untuk menghindari
suasana kelas yang mati, akhirnya saya membentuk
kelompok belajar kecil (terdiri 2-3 siswa) kelompok kecil
tersebut saya suruh diskusi dan mencari hal-hal yang
harus ditanyakan kepada saya, dan seperti sebelumnya,
pertanyaan tersebut tidak akan saya jawab langsung
tetapi saya lempar ke kelompok lain. Dan walaupun cara
ini tidak bisa berhasil 100% akan tetapi hampir semua
semua kelas bisa hidup dan aktif pada saat KBM.
Untuk itulah sampai saat ini saya masih terus mencari
dan mengembangkan metode belajar yang sesuai dengan
kondisi dan karakter siswa yang beraneka ragam, agar
suasana kelas bisa menjadi hidup dan siswa mau belajar
hanya pada saat akan ada tes atau ujian saja.
Hasil atau tujuan yang ingin saya capai dengan
menggunakan cara ini adalah bukan untuk menuntut
siswa biar bisa dapat nilai atau skor tinggi pada saat ujian
akan tetapi untuk merangsang dan menumbuhkan hasrat
siswa pada rasa keingintahuan pada hal apapun
termasuk ke materi pelajaran.
Apa yang bisa membuat saya puas dan bangga adalah
bukan karena siswa saya memperoleh skor tinggi pada
ulangan, akan tetapi respon positif siswa terhadap
suasana KBM yang coba saya kembangkan. Seperti rasa
antusias siswa pada saat kegiatan belajar mengajar
seperti Pak…..jam istirahatnya lanjut aja,, gak usah
istirahat… -__- *lemes. Respon siswa pun positif jauh-
jauh hari, yang terlihat ketika siswa bertanya tema yang
akan dibahas minggu depan atau memastikan ada jam
pelajaran dengan pertanyaan seperti Pak, besok bapak
masuk kan.. besok kan ada kelas saya . Siswa pun
bangga menunjukkan kesiapan belajarnya yang terlihat
dari pertanyaan Pak Rudy, semalem aku baca artikel
tentang bab ini… tapi kok saya belum begitu paham
tentang istilah ini .
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Rudi Permana
Guru SMK Negeri di Pekalongan. Penggerak
Komunitas Guru Belajar Pekalongan.
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 20
Belajar Mencintai Pertanian
Ketika orang muda satu per satu meninggalkan desa membuatnya gundah. Pak Dian Misastra
pun tergugah, mengajar anak-anak untuk mencintai kembali pertanian.
Peran seorang guru sangat vital
sekali dalam proses pembelajaran.
Suatu proses pembelajaran akan
berhasil jika guru dapat merubah
kemampuan siswa baik pengetahuan
maupun sikap kearah
yang lebih baik. Strategi
pembelajaran
merupakan hal yang
harus diterapkan dalam
proses belajar, seperti
kita ketahui bahwa
setiap individu siswa
berbeda, baik cara
berpikir, bakat, keluarga
dan lingkungan bahkan
cara belajarnya pun
berbeda. Penerapan
strategi pembelajaran
setiap sekolah akan
berbeda disesuaikan
dengan situasi dan kondisi
sekolah.
Sekolah tempat saya mengajar
berada di Desa Cisarua Kecamatan
Tegalwaru Kabupaten Purwakarta,
sekolah yang berada di
perkampungan tepatnya di kaki
Gunung Bongkok. Desa saya
berjarak sekitar 30 Km dari kota
Kabupaten, kontur tanah yang
berbukit naik turun menyebabkan
jarang ada lahan atau lapangan luas,
hampir persawahan berbentuk
sengkedan agar tidak terjadi longsor.
Rute jalanpun di buat berkelok dan
melingkar untuk meminimalisir
tanjakan tajam.
Suhu di daerah saya lebih dingin di
bandingkan dengan daerah sekitar
karena persis dibawah gunung.
Sebagian besar penduduk desa
bermata pencaharian sebagai petani
khususnya mengolah sawah. Dewasa
ini jumlah warga desa yang turun ke
sawah jauh berkurang. Kecakapan
bertani pada generasi muda sudah
hampir hilang bahkan untuk mencari
jasa mencangkul juga susah.
Sekarang ini untuk mendapatkan kuli
cangkul harus menunggu giliran,
akhirnya proses menanam padi tidak
bersamaan sehingga lebih rentan
terkena hama dan gagal panen.
Berkurangnya minat untuk bertani
(mengolah sawah) disebabkan
minimnya regenerasi dari orang tua
terhadap anak-anaknya. Banyak dari
anak-anak muda di daerah saya
pergi ke kota bahkan hingga bekerja
keluar pulau jawa (Padang, Jambi
atau Kalimantan). Mereka
kebanyakan bekerja
sebagai kuli bangunan
agar mendapatkan
penghasilan yang lebih
besar. Mereka tahu jika
mengandalkan hasil dari
bertani tidak akan
meningkatkan
penghidupan mereka,
karena modal untuk
bertani hampir
berimbang dengan hasil
yang diperoleh.
Berkaca dari hal diatas,
saya merasa tertantang
untuk memperbaiki
kondisi yang ada yaitu
bagaimana supaya
pengetahuan sesuai kurikulum
dapat saya sampaikan dan misi
mencintai lingkungan dapat
dirasakan bahkan dipraktikan oleh
siswa. Tantangan yang saya hadapi,
kurikulum tidak menyebut secara
jelas mengenai potensi daerah
khususnya pertanian sebagaimana
yang ada di lingkungan saya.
Tantangan lain adalah
menggabungkan ilmu pengetahuan
dengan pertanian. Tantangan ini
cukup sulit karena materi yang
disampaikan sesuai kurikulum sudah
terprogam. Jika saya tambah dengan
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Dian Misastra
Guru SD Negeri 1 Tegalwaru. Penggerak
Komunitas Guru Belajar Purwakarta.
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 21
bidang pertanian maka akan mengurangi waktu untuk
menuntaskan program sesuai kurikulum, secara otomatis
untuk meningkatkan misi pertanian jadi tidak maksimal.
Dalam proses pembelajaran, sebagian besar saya lakukan
di luar ruangan. Siswa saya ajak untuk lebih mengenal
lingkungan persawahan. Apalagi pada musim tanam
seperti ini merupakan kesempatan yang sangat baik
sekali karena siswa secara langsung bisa menyaksikan
proses membajak, menyemai, menanam, merawat hingga
memanen padi. Selain itu, saya jelaskan pula manfaat
yang bisa diambil dari setiap inchi lahan pertanian,
contoh kecil adalah bahan makanan yang bisa diperoleh
dari sawah dari mulai jamur, lalapan, ikan, belut bahkan
hingga jenis belalang.
Agar proses belajar
ini berjalan baik saya
awali dengan
persiapan
perencanaan
pembelajaran,
kemudian metode
saya gunakan
metode discovery
learning. Untuk satu
mata pelajaran
(misalnya IPA) ciri
khusus pada hewan
saya ajak siswa untuk
mengidentifikasi
hewan yang ada di sawah, siswa diarahkan untuk
menangkap jenis hewan yang mereka temui dari mulai
macam-macam belalang, ikan, serangga hingga katak.
Setelah mendapatkan hewan yang ditemui, mereka
mendiskusikan nama, ciri fisik, makanan dan cara
berkembang biak. Mereka antusias sekali mengikutinya.
Bahkan dua jam pelajaran sangat kurang. Setelah selesai
saya kaitkan apa yang mereka lakukan pada saat itu
dengan materi yang sedang di dalami, tanpa disadari
mereka telah mendapatkan satu bahkan lebih
pengetahuan tentang IPA.
Selain mengidentifikasi hewan yang berhubungan
dengan materi, siswa diarahkan juga untuk
berkomunikasi dengan petani yang sedang melakukan
aktivitas mengolah lahan, mulai bertanya nama, alamat,
dan manfaat membajak menggunakan sapi atau kerbau.
Kebetulan saat itu ada petani yang sedang membajak
sawah. Siswa dengan seksama memperhatikan petani
yang sedang membajak bahkan ada siswa yang ikut
menaiki bajak hingga badannya berbalut lumpur. Mereka
mengetahui bagaimana cara untuk mengatur tanah agar
merata. Kebiasaan ngahaleuang eok (seni suara khusus
dalam membajak sawah di daerah saya) menjadi salah
satu daya tarik bagi anak-anak. Petani merasa senang
karena merasa terhibur juga dengan adanya anak-anak,
mereka juga dapat bercengkrama ketika mereka
beristirahat.
Pada akhir proses pembelajaran, saya lakukan refleksi
bersama siswa tentang pembelajaran hari itu mulai dari
awal hingga akhir
pembelajaran.
Kami meluruskan
pemahaman yang
berhubungan
dengan materi ajar
salah satunya
siswa belum
faham tentang
daur hidup pada
belalang yaitu
metamorfosis.
Banyak
pertanyaan yang
muncul dari siswa
salah satunya ada pertanyaan pa dupi simeut aya
manfaatna teu? Pan sok ngarusak pare! (Apa belalang itu
ada manfaatnya? Kan suka merusak padi!) meski diluar
materi namun harus dijawab. Salah satu jawabannya
adalah belalang bisa dijadikan teman nasi karena
mengandung protein yang dibutuhkan oleh tubuh kita.
Selain itu belalang juga bisa dijadikan makanan hewan
peliharaan baik burung ataupun ayam.
Penerapan cara belajar seperti ini khususnya di daerah
sangat cocok sekali, meskipun setiap hari mereka melihat
namun jika diaktifkan dengan proses belajar akan terjadi
pemahaman yang lebih, karena mereka akan tahu bukan
hanya dari segi fisik saja tentang lingkungan namun akan
lebih memahami makna lebih dalam lagi hingga dalam
diri mereka timbul cinta dan rasa memiliki akan
lingkungan mereka sendiri.
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 22
20 Menit yang Memukau
Berapa lama harusnya orangtua mendampingi anak? Menurut Pak Ivan, Pendongeng dari
Lampung, "Cukup 20 menit/hari". Kok bisa? Inilah kisahnya penemuannya.
Pada awalnya komunitas Dakocan
yang didirikan pada tahun 2002
dimaksudkan hanya untuk
menghibur anak-anak di Bandar
Lampung dan menjadi sumber
penghasilan bagi beberapa penggiat
sastra dan teater yang
lebih fleksibel secara
waktu. Setelah berjalan
beberapa lama muncul
kecintaan kami kepada
dunia anak-anak, kami
sangat senang melihat
anak-anak tertawa
mendengar lelucon di
sela dongeng, kami
senang melihat anak-
anak bahagia bernyanyi
dan mendengar lagu
anak-anak. Pengalaman
berharga yang
mengubah secara
menyeluruh tujuan
komunitas kami.
Menyelami dunia anak-
anak bagi kami seperti
berada di sebuah
tempat yang kaya
dengan oksigen,
membuat kami menjadi
jauh lebih hidup dan menemukan
kebermaknaan.
Kami belajar lebih mengerti tentang
dongeng, mengingat kami tidak
memiliki latar belakang sebagai
pendidik secara akademik. Kami
membaca banyak referensi yang
terkait dengan manfaat dan cara-
cara efektif melakukan dongeng.
Kami menemukan banyak sekali
manfaatnya untuk anak-anak dan
menjadi semakin yakin untuk terus
melakukannya kepada sebanyak
mungkin anak.
Di lain sisi, kami memahami bahwa
kami tidak akan pernah dapat
mendongeng untuk anak-anak setiap
hari dan juga tidak dapat
mendongeng untuk setiap anak yang
ada. Kami mencari cara agar semua
anak dapat mendengarkan dongeng
sesering mungkin. Kami menemukan
dua peluang, yang pertama di
sekolah, melalui gurunya. Kedua, di
rumah, melalui orangtuanya.
Lalu persoalan lainnya muncul, yaitu
bagaimana cara melakukannya,
maka kami mencari tahu tentang
metode pelatihan
bercerita, baik
dengan membaca
buku maupun
bertanya kepada
beberapa orang yang
memiliki kompetensi
untuk itu. Hasilnya
kurang memuaskan,
tidak ada yang
mengetahui dan
mungkin memang
belum pernah dibuat.
Kami memutuskan
untuk membuatnya
sendiri. Kami
melakukan riset skala
kecil tentang
dongeng di Bandar
Lampung dengan
guru dan orang tua
sebagai sasarannya.
Dari riset itu, kami
mengetahui apa yang
dibutuhkan.
Pada tahun 2007, kami mulai
memberanikan diri melakukan
pelatihan mendongeng untuk guru-
guru PAUD/TK. Pelatihan tersebut
terus kami lakukan sampai sekarang
baik secara mandiri, bekerjasama
dengan donatur/sponsor,
pemerintah daerah baik provinsi
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 23
maupun kabupaten/kota, serta lembaga profesi seperti
IGTKI, GOPTKI, Forum PAUD, dan HIMPAUDI. Sampai
saat ini kami telah melatih sekitar 8.000 guru di
Lampung dan Sumatera Selatan.
Kami sangat senang melihat para guru yang mengikuti
kegiatan ini dengan sungguh-sungguh. Kami sangat
bahagia bisa berbagi dengan para guru yang ingin maju
dan mengambangkan dirinya dalam keterampilan
bercerita/mendongeng sehingga dapat melayani siswanya
dengan lebih menyenangkan.
Untuk materi yang dibawakan di kelas pelatihan,
workshop, atau hanya
sharing, kami
sempurnakan dari waktu
ke waktu dengan harapan
guru-guru dapat lebih
mudah mencerna, lebih
lengkap, dan mudah
diaplikasikan di kelasnya.
Kami menyadari bahwa
semakin sederhana
materinya, maka peluang
untuk dipraktekkan di
kelas menjadi lebih baik.
Proses
penyempurnaannya juga
tidak mudah, butuh
banyak referensi baik
secara tekstual maupun pengalaman. Kami menerapkan
cara trial by error atau learning by doing karena kami
tidak menemukan pilihan lain untuk melakukannya.
Terus mencoba dan memperbaiki metode dari
keberhasilan dan kesalahan yang kami buat. Akhirnya
dengan kesungguhan yang sangat, kami berhasil
menyusun sebuah standar modul pelatihan bercerita
versi kami yang terbaik untuk saat ini.
Setelah 13 tahun, akhirnya kami memiliki sebuah standar
materi pelatihan bercerita, yaitu sebagai berikut:
1. Teori Pemahaman Dasar-dasar Tumbuh Kembang
Anak
2. Teori Teknik Dasar Mendongeng
3. Praktek menulis cerita
4. Praktek menganalisis kesesuaian teks dongeng
dengan usia anak
5. Praktek membuat alat bantu dongeng dan musik
ilustrasi
6. Praktek memproduksi mimik emosi tertentu
7. Praktek memproduksi suara sesuai karakter tokoh
dalam dongeng
8. Praktek menirukan gesture karakter tertentu dalam
dongeng
9. Praktek mengintegrasikan keseluruhan elemen secara
menarik.
Setelah pelatihan mendongeng untuk guru berjalan
dengan cukup baik, pekerjaan rumah kami selanjutnya
adalah mengajak para orang
tua untuk mendongeng di
rumahnya. Ini pekerjaan yang
jauh lebih sulit. Asumsi
kesulitan itu dilandasi oleh
pemikiran bahwa pengetahuan
orangtua pada ilmu pengasuhan
sangat minim dan sepanjang
pengetahuan kami, lebih
banyak orang tua yang
menganggap bahwa kalau
anaknya sudah sekolah maka
pendidikan adalah tanggung
jawab sekolah sepenuhnya. Ini
masalah lainnya.
Ada banyak referensi
pengasuhan anak di rumah.
Kondisi yang membuat kami senang, tapi kami tertarik
pada tiga referensi, yaitu Ki Hajar Dewantara dengan
pola Asah, Asih, Asuh -nya, Teksuko Kuroyanagi
dengan buku Gadis Cilik Di Jendela -nya, dan Laura
Numeroff seorang penulis buku anak-anak dengan Teori
Mendongeng 20 menit -nya.
Kami mempelajari ketiga karya itu dan berhasil
meramunya dalam sebuah cara yang sederhana, yaitu
20 Menit Yang Memukau . Metode ini sebenarnya
secara intuitif sudah dilakukan oleh para orangtua jaman
dahulu di Indonesia, yaitu dongeng sebelum tidur.
Hanya saja, kami ingin menghidupkan tradisi Indonesia
untuk menguatkan peran orangtua dalam mengasuh
anak.
Kami menganalisisnya dan memperluas dengan beberapa
aktivitas untuk mendukung dan melengkapinya. Secara
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Kadang kami merasa sangat lelah
dan kesepian, merasa diabaikan,
dan tak memiliki banyak
peluang......Tapi....kami
memutuskan, apapun yang
terjadi kami akan tetap
melakukannya dan terus belajar
dengan dengan sungguh-
sungguh untuk menjadi lebih
baik demi anak-anak Indonesia.
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 24
sederhana 20 Menit Yang Memukau dilakukan pada
malam hari ketika anak menjelang tidur. Kegiatan yang
dilakukan adalah mendongeng, saling bercerita,
bercanda, permainan tebak-tebakan, pujian, usapan,
bernyanyi, dan lainnya. Dua puluh menit adalah waktu
minimal, lebih lama lebih baik. Pada saat melakukannya,
orangtua harus mau fokus ke anak dan tidak diganggu
oleh hal lain seperti gadget, komputer, televisi, dan
lainnya. Metode ini mudah dan murah, yang
membuatnya menjadi sangat sulit pada metode ini
adalah komitmen orangtua untuk melakukannya setiap
malam atau sesering mungkin, bergantian antara ayah
dan ibu.
Sebagai langkah awal ujicoba,
kami berdikusi dengan
beberapa teman tentang 20
Menit, dan melakukan
percobaan bersama di rumah
masing-masing. Setelah
beberapa waktu kami bertemu
dan mendiskusikannya. Dari
uji coba tersebut ada beberapa
temuan. Hasil yang selalu
mirip adalah reaksi anak.
Anak menjadi lebih suka
ditemani menjelang tidur oleh
orang tuanya, terjadi
perubahan perilaku dalam
keseharian, misalnya ada
seorang anak yang selalu
meletakkan sepatunya
sembarangan setelah sekolah,
setelah diterapkan 20 Menit
beberapa malam, mulai menaruh sepatunya di rak sepatu
di rumahnya. Selain sikap, anak juga memperoleh
banyak pengetahuan, langsung dari orang yang paling
dekat dengannya.
Percobaan yang kami lakukan di rumah selama sekitar 3
tahun membuat anak-anak kami menjadi lebih bisa
mendengar , dan secara emosi menjadi lebih dekat. Bila
ada persoalan di sekolah atau lingkungan, anak-anak
tidak ragu untuk bercerita lalu mendengar tanggapan,
berdiskusi, dan belajar menerima saran.
Melihat hal ini berakibat sangat baik untuk anak-anak
dan keluarga, maka kami memberanikan diri untuk
mempresentasikannya di hadapan Dirjen Tumbuh
Kembang Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak dan PKK DKI Jakarta pada tanggal 20
Mei 2011. Pemilihan tanggal 20 Mei itu kami sepakati
dengan harapan semangat Kebangkitan Nasional
menular menjadi Kebangkitan Keluarga. Meskipun
sampai saat ini belum ada tanggapan yang kami
harapkan.
Metode 20 Menit Yang Memukau menurut kami sangat
baik untuk diterapkan di keluarga di Indonesia. Metode
ini bisa diintegrasikan dengan pembelajaran di sekolah
sehingga terjadi simultansi antara
pendidikan di sekolah dengan di
rumah. Sehingga anak-anak akan
mendapat pendidikan secara lebih
komprehensif di dua lingkungan
utamanya, rumah dan sekolah.
Kami sadar bahwa kami bukanlah
ahli dalam bidang ini, kami hanya
praktisi. Kami tahu bahwa ide-ide
ini belumlah sempurna dan perlu
bantuan banyak pihak untuk
memperbaikinya. Kami juga tahu
bahwa selama 13 tahun kami
melakukan ini seperti berteriak
ditengah padang pasir, tidak banyak
yang mendengar, meskipun kami
telah menyebarkan praktek baik ini
melalui berbagai media.
Kadang kami merasa sangat lelah dan
kesepian, merasa diabaikan, dan tak
memiliki banyak peluang. Tapi kalau kami teringat
senyum dan tawa anak-anak ketika kami mendongeng,
kalau kami teringat betapa para guru sangat senang
berlatih bersama kami dan menerapkannya di sekolah,
kalau kami teringat orang tua yang merasa bahagia
karena anak-anak selalu menunggu di rumah pada
malam hari; kami memutuskan, apapun yang terjadi
kami akan tetap melakukannya dan terus belajar dengan
dengan sungguh-sungguh untuk menjadi lebih baik demi
anak-anak Indonesia.
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Ivan Sumantri Bonang
Koordinator Komunitas Dongeng
Dakocan. Penggerak Komunitas
Guru Belajar Lampung
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 25
Kurikulum dari waktu ke waktu perlu
disempurnakan, berbagai usaha
sudah diupayakan, harapan terbesar
terletak pada pembenahan
kurikulum 2013, dan dalam masa
Mentri Pendidikan yang
memperjuangkan "Joyfull Learning
baik bagi guru dan siswa, dengan
sendirinya berdampak pada relasi
orang tua dan sekolah". Kita harus
mendukung penuh semangat dan visi
misi yang dalam dari perjuangan
Bapak Anis Baswedan.
Kurikulum tanpa "Roh" akan
kehilangan makna dan arah, karena
suasana pembelajaran baik sekolah
maupun rumah akan
kehilangan makna.
Pembelajaran Usia
Dini, sangat
menentukan masa
depan anak saat
mereka meraih jenjang
S2, S3, sedangkan bagi
anak yang kurang
beruntung,
Pembelajaran usia dini
akan memberikan
kemampuan untuk
keluar dari
keterbatasan mereka,
walau jenjang
pendidikan yang
mereka raih hanya
tamat SMP sekalipun,
sudah memiliki
kemampuan segitiga
dialogis.
Salah satu Roh yang
mampu
mengoptimalkan
kekuatan dan kekayaan kurikulum
kita, adalah "Membangun Mesjid
dihati anak/remaja". Sangat penting
saat anak mengamati/membaca
segala sesuatu, baik alam sekitar,
beragam buku, maupun kehidupan
nyata sekitar mereka( iqro dalam arti
luas ), anak dibiasakan menuangkan
gagasan melalui "Media Menggambar
Ekspresif". Bagi anak usia dini
"Menggambar Ekspresif adalah
Menulis" dari sini kemampuan
BAHASA UTUH (baca, tulis,
bicara,dengar, konsep Whole
langguage) secara tepat asas akan
tumbuh karena termotivasi dari diri
dalam anak sendiri.
Intinya anak dengan kemampuan
Bahasa Utuh atau sebagai Pengarang
Cilik akan mampu untuk
Menuangkan Gagasan, bukan
mampu baca tulis untuk Siap SD.
dari sisi Membangun Mesjid di hati
anak, dimaknakan anak mampu
Menggambar Ekspresif menjadi
Pengarang Cilik dengan PEKA
HIDAYAH. kemampuan Bahasa Utuh
tidak akan utuh, jika tidak di perkaya
dipertajam dengan kemampuan
"Kreator dan Ilmuwan Cilik". Karya
anak terlampir baik TK maupun SD
awal baik dari Anak Beruntung dan
Kurang Beruntung jika disimak
dalam memiliki keunikan yang khas,
ada karya yang menunjukan
kekuatan otak kanannya,
ada karya yang menunjukan
kekuatan otak kirinya, ada
karya yang menunjukan
kepekaan dan kemampuan
Transendental yang luar
biasa (karya iqro membaca
segala seuatu.., karya
Subanalloh saya
melihat..dan karya setelah
tersentuh gambar buruh
tani yang lagi duduk)
Karya ilmiah dari seorang
anak yang datang diantar
naik sepeda, tentang cicak
dan suplir adalah anak
masa depan yang akan
mampu keluar dari
kemiskinan. Target
calistung tidak tepat asas,
HARUS SECARA TEGAS
DIHENTIKAN, dengan
membiasakan anak menjadi
"Kreator cilik, Ilmuwan,
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Kurikulum Jembatan Hati
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 26
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 27
Pengarang, Musisi, Seniman Cilik". Bahkan di SD awal
wajib ada jam "Bermain Bermakna/Merancang dan
Proses kreatif". Kurikulum 2013 masih terfokus pada
pendekatan ilmiah yang belum utuh.
Kemampuan Memecahkan Masalah sangat penting,
merancang dengan balok, lego atau barang bekas sangat
penting untuk anak bahkan sampai kelas 6 SD, pelajaran
prakarya sudah tidak tepat karena karyanya menjadi
kaku sekdar keterampilan meniru, proses menggali daya
imajinasi dan daya analisa yang dalam ,serta ketekunan
menuntaskan sebuah gagasan sangat penting dialami
anak dari usia PG samapai kelas 6 SD. Jika
keseimbangan segitiga dialogis terjadi, barulah kita
memiliki anak anak SMP dan SMA yang SIAP UTUH,
SMP adalah "Saat Mewujudkan Prestasi (tetap i berhati)",
SMA adalah "Saat Mewujudkan Aktualisasi diri".
Tema Inspiratif Imajinatif juga sangat penting
dikembangkan, yang bisa membawa anak bersama guru
dan juga orang tua kedalam "Petualangan Pembelajaran"
sambil menggali Segi Tiga Dialogis Prestasi, konsep
Kuntum Mekar (dasar dasar Ki Hajar Dewantoro
mengakar sangat mendalam dalam konsep tersebut
diperkaya dengan konsep konsep lain dari negara maju).
Konsep tersebut digambarkan secara sedehana agar saat
mengajak anak mengalami Joyfull Learning, guru
menghargai KEUTUHAN ANAK SESUAI KEHENDAK
NYA, jika guru tumbuh menjadi peka karya anak, guru
akan mengalami proses karitatif untuk kembali memiliki
kemampuan segitiga dialogis, yang dahulu dirampas oleh
target sekedar NEM.
LPA Kuntum Mekar sudah selama 18 tahun
memperjuangkan "Mengembalikan Apa yang Menjadi
Haknya Allah kepada Allah dan Apa yang Menjadi
Haknya Pemerintah kepada Pemerintah, anak anak harus
Antusias dalam berkarya meraih Prestasi dengan
lambang hati pengganti titik diatas i. Dari waktu ke waktu
lembaga kami memiliki keyakinan kuat...bahwa dengan
penngambungan konsep diatas..anak anak Indonesia
akan membawa "Keindahan Islam Mendunia" kelak
mereka bukan dilindas Era Globalisasi tetapi
MENGINSPIRASI, MEWARNAI, MEMBERI ROH ARAH
ERA GLOBALISASI.
Makna keindahan agama apapun akan tersemai dalam
setiap nafas pembelajaran bidang apapun, sesuai dengan
keimanan masing masing anak, bukan sekedar
terperangkap dalam pelajaran agama.
Jika anak TK maupun SD Mampu berkarya dengan "Peka
Hidayah", Allah akan membuka jalanNYA seUTUH NYA
untuk mereka kelak untuk bukan saja menginspirasi
NYATA Indonesia Baru, tetapi wajah Dunia yang lebih
adil dan berhati. Jembatan terdekat yang perlu segera
dibangun adalah "Jembatan Sekolah Kaya dan Sekolah
Desa serta Berbagai Komunitas Pembelajaran Alternatif"
Anak sekolah kaya sering terperangkap kurikulum asing,
dan tumbuh terkurung, anak kurang beruntung
terperangkap untuk tidak berani memiliki mimpi...yang
kaya memiliki peluang untuk meraih S3 dimanapun..,
anak kaya harus menjadi Raksasa baik hati, anak
sederhana mampu menjadi "Petani yang Smart, atau
karena kecerdasan dan daya juangnya akan juga mampu
meraih S3 yang RINDU PULANG KAMPUNG.
Jembatannya adalah raksasa baik ketemu Kancil Smart
mewujudkan "Indonesia Inspiratif Nyata". Harus dimulai
sekarang "Pertukaran Karya antar sekolah" adalah
langkah yang sangat mungkin diwujudkan.
Perlu adanya "Akreditasi Alternatif" mendampingi
Akreditasi yang sekarang, tetapi pertanyannya yang
ALTERNATIF ADALAH YANG SEHARUSNYA TERJADI,
sedangkan banyak sekolah tanpa disadari
MENCIPTAKAN ALTERNATIF PENDERITAAN, yang
sayangnya masih dikejar kejar orang tua. Sekolah dan
orangtua harus bersama menciptakan suasana UNTUK
MENEMUKAN KEINDAHAN ANAK, DAN RENCANA
ALLAH UNTUK MASA DEPAN MEREKA. Sudah
waktunya peran PENGAWAS diganti INSPIRATOR
SEKOLAH, ya sama sama belajar memperkaya dan
belajar, dengan tetap memberi "Pengawasan Yang
Menumbuhkan"
Salam Kuntum Mekar...Kuingin Tumbuh Mewujudkan
Karyaku, untuk Tuhan, sesama dan Indonesia..
Agus Moelijono. Penggagas Kuntum Mekar. Penggerak
Komunitas Guru Belajar Bandung
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 28
Menjadi seorang guru punya
tuntutan jaman yang tidak
terelakkan. Bukan hanya pengajaran
tetapi pendidikan budi pekerti
sangatlah penting. Kami adalah
sekolah swasta baru di kota Cirebon,
bahasa pengantar kami adalah
bahasa Inggris. Untuk pengajaran
kami seringkali mencoba berbagai
macam metode. Tetapi yang paling
sulit bagi kami dan tetap dirasa
sangat penting adalah pembentukan
karakter.
Siswa kami terbiasa dengan
pembantu atau nanny yang siap 24
jam, orangtua yang sibuk dan sopir
yang selalu mengantarkan mereka.
Kadang mereka tidak tahu harus
bagaimana apaila tidak ada
pembantu? Seringkali bingung dan
tidak bisa melakukan hal untuk
dirinya sendiri misalnya buku
pelajaran yang harus mereka bawa,
seragam yang harus dikenakan
mereka terbiasa disiapkan, project di
sekolah seringkali tidak diselesaikan
jika tidak ada bantuan pembantu.
Kami berpikir bagaimana caranya
supaya peserta didik sadar terhadap
bahwa mereka adalah individu yang
mandiri, yang pada akhirnya harus
berdiri sendiri dan menggerjakan
segala sesuatu sendiri bahkan
memilih dan memutuskan sesuatu
pun harus sendiri. Kesadaran akan
hal tersebut dirasa sulit karena selalu
ada orang yang siap mebantu
padahal mereka sudah kelas 6 SD.
Di Kurikulum 2013 disebutkan
bahwa PRAMUKA menjadi ekstra
kurikuler wajib di tingkat SD.
Dengan permasalahan diatas kami
merasa bahwa kegiatan ini akan
menjadi salah satu cara kami suatu
program sekolah yang
menyenangkan yang dapat
membantu membangun dan
membentuk pribadi siswa menjadi
lebih mandiri, lebih tough, lebih
bertanggungjawab berhadap dirinya
sendiri dan masa depannya.
Melalui Pendidikan Kepramukaan,
kami adakan kegiatan bermain, baris
berbaris, disiplin memakai seragam
pramuka dan semua atributnya,
mereka belajar mandiri dan bermain
dalam kelompok. Awal ada beberapa
orangtua yang keberatan kenapa
harus ada pramuka, kan ga ngaruh
ke nilai, malah buat anak-anak jadi
cape? . Kami merasa bahwa peserta
didik perlu proses belajar mandiri
yang progresif untuk
mengembangkan diri mereka
seutuhnya.
Awal di kegiatan Pramuka, kami
hanya mengenalkan kegiatan yang
menyenangkan seperti games-games,
dll.. Karena siswa kami semua masih
anggota Pramuka Siaga, maka basic
pendidikan adalah : hormat dan taat
terhadap Pramuka itu sendiri dengan
cara menghormati misalnya seragam
pramuka dan semua atributnya tidak
boleh ada yang terlupa dipakai
ketika ada kegiatan. Apabila ada
siswa yang tidak lengkap atributnya
kami juga tidak menerapkan
hukuman, mereka tetap bisa
mengikuti kegiatan paling untuk
games mereka akan kebagian
terakhir. Mereka suka sekali bermain
games, panas-panasam diluar
ruangan kelas. Berulang kali kami
terapkan bahwa untuk menyiapkan
baju pramuka sebaiknya disiapkan
sendiri sehingga tidak ada yang
tertinggal. Saking sukanya kegiatan
pramuka, mereka bilang sendiri
sama orangtuanya bahwa mereka
harus menyiapkan baju pramuka
harus sendiri dan mereka
melakukannya dirumah masing-
masing. Pelan-pelan unsur do it by
my self ini merambah ke hal lain
termasuk menggerjakan PR/tugas
sekolah, membereskan buku,
menyiapkan bekal dll. Jadi kegiatan
Pramuka sangat bermanfaat
membantu membentuk karakter
siswa yaitu mandiri. Kegiatan yang
sederhana dan bermakna.
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Pramuka, Pendidikan Karakter
Intani Prajaswari. TK - SD
Kinderfield Cirebon. Penggerak
Komunitas Guru Belajar Cirebon
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 29
Matematika dalam Hidup Kita
Siapa yang tidak pusing belajar matematika? Pengalaman pusing di masa kecil jadi pelecut buat
Pak Hasto untuk mengubah pelajaran matematika menjadi menyenangkan.
Pada hari pertama saya mengajar, 14
tahun yang lalu, di sebuah SMA di
ujung Barat Surabaya, saya
dikejutkan oleh sebuah pertanyaan
seorang siswa yang terus terngiang
sampai sekarang dan menjadi
pacuan buat saya untuk terus belajar
… Pak, buat apa saya harus belajar
Matematika yang rumit &
membingungkan ? Apa gunanya
rumus matematika untuk hidup
saya? Pertanyaan ini membawa
saya kembali ke masa lalu ketika
seusia mereka dan sama-sama
mengalami kegalauan tingkat dewa,
kenapa saya merasa bahwa pelajaran
Matematika diciptakan untuk
membuat hidup siswa menderita dan
membuat guru menjadi sosok paling
ditakuti di sekolah.
Perasaan galau matematika berubah
ketika saya bertemu dengan Pak
Agus, guru yang membuat saya
menjadi jatuh cinta kepada
Matematika. Beliau mengajarkan
matematika dengan bahasa yang
lebih sederhana. Jika saya masih
bingung, beliau selalu menunjukkan
penggunaan rumus tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga saya
dapat memikirkannya dengan lebih
mudah dan utuh. Dari proses belajar
bersama beliau, saya mengerti
bahwa belajar Matematika tidaklah
sesulit yang saya bayangkan ketika
saya mendapatkan strategi yang
tepat untuk mempelajarinya.
Suatu hari saya pernah menghitung
jumlah rumus matematika yang
harus diajarkan dalam kurikulum
nasional, di level SMA adalah sekitar
150 rumus dan SMP 50 rumus
(termasuk berbagai atributnya),
sungguh merupakan jumlah yang
sangat banyak dibandingkan dengan
berbagai kurikulum sejenis diluar
negeri. Hal inilah yang menjadi
pemicu saya secara pribadi untuk
membuat proses belajar matematika
menjadi lebih menyenangkan.
Karena jika hanya terpaku pada
acuan kurikulum, maka pelajaran
matematika akan selalu menjadi
penghalang buat siswa untuk
menyenangi sekolah dan belajar.
Dan kemungkinan akan muncul
kembali pertanyaan diatas Apa
gunanya rumus matematika untuk
hidup saya?
Ketika mengajar, saya mengawalinya
dengan bercerita dan diskusi tentang
penggunaan rumus yang akan saya
ajarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini memberi banyak ruang bagi
saya dalam mengetahui pengetahuan
awal siswa serta membuat suasana
kelas menjadi lebih ramah terhadap
rumus matematika. Siswa akan
mendapatkan pemahaman terbaik
ketika mereka melihat demontrasi
langsung, berdikusi tentang isinya
dan disediakan ruang untuk
mendapatkan pengalaman (How
Learning Profiles Can Strengthen
Your Teaching." Edutopia, 2015)
Tujuan lainnya adalah saya ingin
mendapatkan informasi mengenai
gaya belajar mereka. Sebagai guru
saya perlu mengakomodasi berbagai
gaya belajar mereka. Gaya belajar
adalah cara yang konsisten yang
dilakukan oleh seorang murid dalam
menangkap stimulus atau informasi,
cara mengingat, berfikir dan
memecahkan soal (Prof. DR
Nasution, 2006). Selain itu, gaya
belajar adalah cara yang lebih kita
sukai dalam melakukan kegiatan
berfikir, memproses dan mengerti
suatu informasi (Gunawan, Adi W.,
2004).
Ketika setiap siswa mempunyai
pendekatan yang berbeda dalam
proses belajar, maka menjadi penting
untuk memberikan variasi tugas yang
memungkinkan setiap siswa
menunjukkan performa terbaiknya,
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Hasto Pidekso, Guru Sekolah
Cikal, Penggerak Komunitas
Guru Belajar Surabaya
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 30
serta memberikan berbagai
pengalaman belajar, sehingga siswa
mampu beradaptasi dengan berbagai
situasi belajar, tidak terpaku pada
suatu gaya belajar tertentu.
Dari berbagai cerita dan diskusi
dengan siswa, saya mendapatkan
jawaban bahwa pendekatan belajar
melalui proyek menjadi
pilihan utama dalam
mengerjakan suatu
permasalahan. Menurut siswa,
dengan mengetahui berbagai
aspek dan aplikasi suatu
rumus akan lebih
memudahkan mereka dalam
belajar. Dengan pendekatan
belajar melalui proyek, siswa
akan diajak untuk
memecahkan masalah dengan
metode yang runtut dan
sistematis, dimulai dengan
membuat perencanaan waktu
(timeline), investigasi masalah,
perencanaan solusi, pemilihan solusi
yang paling tepat dan diakhiri
dengan evaluasi dan refleksi. Belajar
matematika tidak hanya belajar
menyelesaikan soal melalui rumus-
rumus yang ada, namun belajar
menyelesaikan masalah yang nyata
melalui serangkaian rumus yang
sudah dipelajari.
Berdasar diskusi dengan siswa dan
guru di sekolah kami, rata-rata
penggunaan gawai selama 2-4 jam
sehari (akumulasi), sebuah angka
yang cukup lama untuk sebuah
aktifitas yang dilakukan dalam
sehari. Ketika ditanyakan apa yang
diakses, ternyata banyak sekali
jawaban yang diperoleh ; main
games, melihat video artis, membaca
buku-e, ngobrol bersama teman di
sosial media, serta sekedar membaca
berita terkini. Untuk siswa,
melakukan kegiatan bersamaan
(multi-tasking) seperti mengerjakan
tugas dan akses internet merupakan
kegiatan yang jamak dilakukan.
Berdasarkan kebiasaan siswa
menggunakan gawai, saya ingin
memadukan pelajaran matematika
dengan teknologi informasi. Dalam
proses belajar di kelas, kami
menggunakan software berbasis web,
yaitu aplikasi Google (docs/sheet/
slide dan Edmodo
(www.edmodo.com). Sebagai guru,
saya terbantu dengan aplikasi itu,
karena dapat langsung
menginformasikan berbagai
informasi ke siswa.
Diskusi mengenai penerapan
matematika dalam kehidupan
menjadi topik sehari-hari yang selalu
seru dan membuat kami
bersemangat. Untuk tugas maupun
informasi pelajaran, saya selalu
posting di kedua media tersebut,
sehingga siswa dapat berinteraksi
dengan saya dan teman-temannya
dalam kelas tersebut. Jadwal
penilaian maupun project juga saya
posting, sehingga siswa maupun
orangtua dapat memantau kegiatan
sekolah dengan baik.
Saat ini saya mengajar matematika di
kelas 9 dengan topik barisan dan
deret (sequence & series), fungsi
kuadrat (quadratic equation)
dan geometri koordinat
(coordinate geometry). Materi
diatas diajarkan dalam waktu
sekitar 10 minggu, termasuk
didalamnya proses penilaian
kecil (formative) dan penilaian
akhir (summative).
Ada dua hal yang paling asyik
menurut mereka :
1.Pengalaman mereka saat
melakukan kunjungan belajar
(field trip) ke Jogjakarta
selama 4 hari dan melakukan
berbagai kegiatan di Puncak
Merapi, Gumuk Pasir, Gua
Pindul dan Keraton Jogja.
Melakukan kegiatan bersama
teman-teman dan guru dan
mencoba petualangan baru,
selalu menjadi bahan obrolan
yang tak pernah habis.
2. Bercerita tentang film James
Bond terbaru berjudul Spectre .
Sebuah film bergenre action
yang mampu memberikan
gambaran jelas tentang dunia
spionase. Menurut mereka
banyak hal yang belum pernah
terfikirkan sebelumnya tentang
dunia yang penuh kamuflase,
namun setelah menonton film
ini, membuat imajinasi mereka
semakin tinggi.
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Siswa tidak hanya diajarkan
menghafal rumus, namun juga
belajar bagaimana
menggunakannya dalam
menyelesaikan persoalan
sehari-hari. Matematika itu ada
dalam hidup kita, dan hidup
kita pun merupakan
serangkaian persamaan
matematika yang selalu ingin
dicari pola kebenarannya.
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 31
Dari kedua pengalaman menarik ini,
saya mencoba merangkai sebuah
tugas untuk diselesaikan dan
digunakan
untuk kelas 9.
Di level ini,
kegiatan
penilaian
berupa
pencarian
koordinat
berdasarkan
petunjuk
tertentu. Jadi
saya memberi
ilustrasi
seperti proses
pencarian
harta karun
berdasarkan
petunjuk gambar. Mereka harus
menyelesaikan petunjuk dengan
menggunakan rumus barisan dan
deret untuk menunjukkan koordinat
tertentu di suatu tempat. Sebagai titik
awal saya menggunakan koordinat
kota Jogjakarta (-70,1100) sebagai
koordinat pusat (0,0). Setelah
mendapatkan titik harta karun, siswa
menggunakan aplikasi google earth
dan mengkonversinya dalam
koordinat bujur dan lintang,
sehingga diketahui letaknya diatas
bumi.
Kegiatan ini menarik dan seru,
karena siswa seperti diajak dalam
petualangan sesungguhnya. Mereka
seolah-olah menjadi James Bond
yang harus menemukan musuhnya
dengan mendapatkan petunjuk dari
berbagai tempat. Semua petunjuk
mengacu kearah nama tempat
dimana mereka mengunjunginya
saat di kota Jogja, sehingga mampu
memberi gambaran yang lebih
konkrit.Sebagai bagian dari tugas,
mereka juga diwajibkan menuliskan
laporan yang berisi runtutan
penyelesaian dan pencarian harta
karun yang diharapkan. Mereka juga
menuliskan evaluasi mengenai
keseluruhan proses yang dilakukan,
kesulitan yang dihadapi serta
bagaimana mendapatkan solusi atas
petunjuk-petunjuk yang diberikan.
Semua aplikasi yang dipakai dalam
kedua tugas diatas dapat digunakan
juga di gawai Android. Siswa dapat
mengerjakan tugasnya dimana dan
kapan saja. Proses pengiriman
laporan juga dapat dikirimkan secara
daring (online) dan langsung. Saya
dapat memantau proses
pengerjaannya dan memberi umpan
balik secara langsung di mana pun
saya berada. Sungguh merupakan
loncatan teknologi yang luar biasa
jika dibandingkan dengan kelas saya
10 tahun yang lalu.
Siswa tidak hanya diajarkan
menghafal rumus, namun juga
belajar bagaimana menggunakannya
dalam menyelesaikan persoalan
sehari-hari. Matematika itu ada
dalam hidup kita, dan hidup kita pun
merupakan serangkaian persamaan
matematika
yang selalu
ingin dicari
pola
kebenarannya.
Menggunakan
gawai dan
media internet
mampu
menjadikan
belajar rumus
matematika
menjadi lebih
ramah untuk
siswa, karena
mereka sudah
terbiasa
menggunakannya secara berkala.
Tantangan menjadi guru adalah
terus belajar dan membuat materi
pelajaran menjadi lebih membumi.
Kebiasaan membaca, menonton film
maupun mendengarkan musik yang
disukai siswa jaman sekarang adalah
salah satu cara buat saya untuk
mengenal generasi ini, yang tentunya
sangat jauh berbeda dengan generasi
saya. Seorang guru harus mampu
menjembatani celah antar generasi
melalui kegiatan-kegiatan kelas yang
lebih menarik, sehingga siswa
menyenangi untuk belajar, dan
harapannya mereka akan memahami
kenapa harus mempelajari
matematika.
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 32
Asessmen adalah salah satu kegiatan
utama yang secara rutin dilakukan
dalam peran guru. Kita tahu betapa
pentingnya proses ini, bukan hanya
untuk pembelajaran pelajar terhadap
materi, namun juga pembelajaran
guru terhadap siswanya. Bentuk
asesment perlu beragam, namun
dalam kenyataannya lebih banyak
yang seragam. Fungsi assesmen
perlu menyeluruh, dari diagnosa
sampai refleksi, namun seringkali
untuk evaluasi melulu. Assesment
yang otentik menjadi operasionalisasi
dari tujuan belajar-mengajar,
mendorong perencanaan dan aksi di
kelas yang baik. Di edisi surat kabar
guru belajar berikutnya, akan Anda
dapatkan upaya guru belajar
merangkai potret-potret
pembelajaran, BERSAMA pelajar
membuat album utuh yang
menggambarkan belajar bermakna
dan menyenangkan.
Anda punya pengalaman atau
#PraktikCerdas melakukan asesmen
otentik? Simak caranya:
1. Unduh panduan Penulisan
#PraktikCerdas di http://bit.ly/
MenulisKGB
2. Tuliskan sesuai panduan dan
simpan dalam file dengan nama
#PraktikCerdas "Nama Penulis"
3. Emailkan file beserta foto diri
dan foto aktivitas dengan subyek
email #PraktikCerdas "Nama
Penulis" ke
KampusGuru@Cikal.co.id
Bila mempunyai foto #KaryaAnak
Asesmen Otentik, anda jugsa bisa
mengirimkan foto tersebut ke email
KampusGuru@Cikal.co.id dengan
subyek email #KaryaAnak "nama
pengirim".
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Undangan Menulis: Asesmen Otentik
Komunitas Guru Belajar
Guru Belajar adalah komunitas pendidik yang diinisiasi
oleh Kampus Guru Cikal untuk berdiskusi dan berbagi
praktik cerdas pengajaran dan pendidikan melalui
Facebook dan Temu Pendidik. Praktik cerdas yang
sudah dikurasi akan dipublikasikan di situs
GuruBelajar.org, dalam bentuk surat kabar, buku atau
media pembelajaran.
Prinsip Nilai Kami
1. Mewujudkan pelajar sepanjang hayat. Kami bercita-
cita menumbuhkan pemahaman, pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang positif agar setiap
insan terus mau dan mampu belajar.
2. Memberdayakan semua pelaku dan peran. Kami
sadar bahwa perubahan hanya akan terjadi pada
mereka yang merdeka, yang berada dalam
lingkungan yang mendukung setiap insan untuk
menjadi penggerak.
3. Menghargai keragaman. Kami yakin keunikan adalah
kekuatan, yang harus didorong dan dimaknai,
dihormati dan dirayakan.
4. Berkolaborasi dengan terbuka. Kami sadar bahwa
kami bagian kecil dari jaringan perjuangan, yang
akan berdampak optimal hanya bila berbagi
tanggungjawab dengan semua yang peduli.
5. Mempraktekkan standar terbaik. Kami bekerja keras
untuk menjadi teladan dalam setiap aksi, selalu
menggunakan ilmu dan bukti dengan sepenuh hati.
Komunitas Guru Belajar mempunyai kegiatan berkala
tiap 2 bulan yang disebut Temu Pendidik dan Temu
Pendidik Nusantara yang diadakan tiap tahun. Dalam
Temu Pendidik, guru berbagi praktik cerdas pengajaran
dan pendidikan melalui presentasi bercerita.
Apa kelebihan Temu Pendidik?
1. Singkat

Temu Pendidik berdurasi maksimal 2 jam agar
mudah diselenggarakan dan diikuti semua guru.
2. Praktis

Temu Pendidik memfasilitasi guru berbagi
pengalaman praktis dalam mengatasi tantangan di
kelas/sekolah.
3. Konkret

Temu Pendidik memfasilitasi guru untuk
membicarakan rencana konkret untuk dilakukan di
kelasnya.
Tertarik bergabung?
Daftarkan email anda di
GuruBelajar.org
Bergabung di
Grup FB Komunitas Guru Belajar
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 33
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Diferensiasi
Memahami Pelajar untuk Belajar
Bermakna dan Menyenangkan
Penerbit: Literati & Kampus Guru Cikal
Penulis: Najelaa Shihab & Komunitas Guru
Belajar
Editor: Bukik Setiawan dan Siti Nur Andini
ISBN: 978-602-8740-52-4
Tebal: VI + 252 halaman
Dimensi: 14 x 21 cm
Anda seorang guru?
Anda kebingungan mendesain pembelajaran yang
bermakna dan menyenangkan?
Anda belum tahu merancang pembelajaran untuk
beragam anak di kelas anda?
Atau, anda ingin memperkaya strategi mengajar
anda agar lebih berdampak positif pada pelajar
anda?
Buku Diferensiasi ini adalah buku yang tepat
untuk menjawab kebutuhan anda.
Bagian pertama buku ini membahas mengenai
konsep diferensiasi sebagai cara pandang dalam
merancang pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna. Setelah itu dibahas keterkaitan
diferensiasi dengan berbagai konsep penting
pembelajaran seperti peran guru, disiplin positif,
keragaman anak, teori belajar, pembelajaran inkuiri
dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Tidak hanya berhenti di konsep, buku ini pun
menyajikan pengalaman para guru dalam
menerapkan diferensiasi di kelas mereka. Guru
yang berbagi pengalaman pun beragam, ada guru
TK, SD dan SMP; ada guru Matematika, IPA, Seni
hingga guru Agama. Dengan menceritakan beragam
pengalaman guru, buku ini membantu anda untuk
lebih mengenal dan memahami diferensiasi untuk
merancang pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan bagi pelajar anda.
Bagian paling akhir buku menceritakan pengakuan
orangtua mengenai dampak positif diferensiasi
terhadap anaknya dan pengakuan para pelajar
dalam mengikuti pembelajaran menggunakan
pendekatan diferensiasi. Karena apapun, pilihan
pendekatan dan metode pengajaran harus
berdampak pada pelajar sebagai subyek pendidikan.
Untuk sementara, buku belum tersedia di toko
buku. Bila ingin mendapatkannya, anda bisa
membeli di TokoBuku.com melalui tautan ini
http://bit.ly/BukuDiferensiasi
Stok terbatas!
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 34
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Kehebohan Kelompok Pendongeng Dakocan
ketika pentas mendongeng di depan anak-anak.
Setiap tempat adalah panggung
Kelompok Pendongeng Dakocan melatih guru
PAUD untuk terampil dan ekspresif mendongeng.
Bayangkan dampaknya di kelas-kelas PAUD
Anak-anak Sekolah di Timika sedang belajar langsung dari sumber pengetahuan alaminya. Belajar jadi
menyenangkan dan bermakna
Anak-anak TK YPS Soroako sedang belajar di ruang kelas raksasa mereka. Ruang kelas tak berdinding
dan beratapkan langit
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 35
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Menteri Anies Baswedan di dialog pembukaan
Temu Pendidik Nusantara yang dipandu oleh
anak-anak
Pengenalan Komunitas Guru Belajar di Temu
Pendidik Nusantara 2015
Diskusi panel yang menghadirkan narasumber dari beragam profesi sebagai bagian pengayaan
wawasan pada peserta di Temu Pendidik Nusantara 2015
Kelas lokakarya yang memberi kesempatan pada peserta Temu Pendidik Nusantara untuk memahami
dan melakukan praktik beragam strategi dan metode pengajaran dan pendidikan
SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 36
Kampus Guru Cikal adalah wahana seru bagi calon guru
dan guru untuk menjadi pelajar sepanjang hayat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kampus Guru Cikal
menyediakan solusi pendidikan berupa:
1. Pelatihan guru dan pengembangan kepemimpinan
sekolah
2. Pengembangan Komunitas Guru Belajar sebagai
ekosistem berbagi praktik cerdas
3. Penyediaan beasiswa bagi calon guru dan guru untuk
mengembangkan diri
4. Pengembangan sekolah dampingan dan pertukaran
guru
5. Penyediaan konten bermutu bagi guru dan pemimpin
sekolah di GuruBelajar.org
6. Perintis pembentukan kampus guru yang bermakna
dan seru untuk belajar 

Bagaimana cara terlibat dengan Kampus Guru Cikal?
Menjadi guru pembelajar
Kami mengundang rekan calon guru dan guru di seluruh
Indonesia untuk belajar bersama melalui berbagai
inisiatif maupun berbagai kanal media sosial Kampus
Guru Cikal.
Menjadi penggerak komunitas
Kami mengundang rekan guru dan pendidik menjadi
penggerak komunitas Guru Belajar yang
mengembangkan ekosistem berbagi praktik cerdas.
Menjadi donatur
Kami mengundang individu dan lembaga yang peduli
pendidikan Indonesia menjadi donatur beasiswa bagi
guru dari berbagai daerah di Indonesia.
Menjadi mitra program
Kami mengundang perusahaan, yayasan, dan lembaga
pemerintah untuk menjadi mitra program pendidikan
guru, baik program berkala kami maupun program yang
disesuaikan dengan kebutuhan organisasi Anda.
Bila tertarik, silahkan follow @KampusGuruCikal dan
Like Facebook: Kampus Guru Cikal
Guru Belajar 10 Desember 2015
Menularkan Kegemaran Belajar
Belajar Menjadi Guru Profesional

Kembangkan Keterampilan Mengajar 

Bermakna, Menyenangkan, Berkolaborasi

More Related Content

What's hot

Buku siswa kelas 1 tema 5
Buku siswa kelas 1 tema 5Buku siswa kelas 1 tema 5
Buku siswa kelas 1 tema 5
IAIN Pekalongan
 
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 2 kegemaranku
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 2 kegemarankuBuku pegangan siswa sd kelas 1 tema 2 kegemaranku
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 2 kegemarankuRifqi Maulana
 
Tema 3 tugasku sehari hari (buku siswa)
Tema 3 tugasku sehari hari (buku siswa)Tema 3 tugasku sehari hari (buku siswa)
Tema 3 tugasku sehari hari (buku siswa)sitianizulfiyah
 
Buku siswa kelas 1 tema 7
Buku siswa kelas 1 tema 7Buku siswa kelas 1 tema 7
Buku siswa kelas 1 tema 7
IAIN Pekalongan
 
Buku 1 tematik tema 1 Kelas 1
Buku 1 tematik tema 1 Kelas 1Buku 1 tematik tema 1 Kelas 1
Buku 1 tematik tema 1 Kelas 1
Ifik Firdaus
 
Kelas 1 tema 3 buku guru
Kelas 1 tema 3 buku guruKelas 1 tema 3 buku guru
Kelas 1 tema 3 buku guru
Heri Suryono
 
Tema 3, kegiatanku (kelas 1)
Tema 3, kegiatanku (kelas 1)Tema 3, kegiatanku (kelas 1)
Tema 3, kegiatanku (kelas 1)
Khoiruddin Ahmuatd
 
Buku siswa kelas 1 tema 8
Buku siswa kelas 1 tema 8Buku siswa kelas 1 tema 8
Buku siswa kelas 1 tema 8
IAIN Pekalongan
 
Buku Pegangan Siswa SD/MI Kelas 1 Tema 5 Pengamanku
Buku Pegangan Siswa SD/MI Kelas 1 Tema 5 PengamankuBuku Pegangan Siswa SD/MI Kelas 1 Tema 5 Pengamanku
Buku Pegangan Siswa SD/MI Kelas 1 Tema 5 PengamankuRifqi Maulana
 
Buku Siswa Tematik Kelas IV - Buku Tema 5
Buku Siswa Tematik Kelas IV - Buku Tema 5Buku Siswa Tematik Kelas IV - Buku Tema 5
Buku Siswa Tematik Kelas IV - Buku Tema 5
Falah Muttaqin
 
Buku guru kelas 2. tema 1. hidup rukun
Buku guru kelas 2. tema 1. hidup rukunBuku guru kelas 2. tema 1. hidup rukun
Buku guru kelas 2. tema 1. hidup rukun
asru khan
 
PKN
PKNPKN
Kelas i tema 6 bs revisi 2016
Kelas i tema 6 bs revisi 2016Kelas i tema 6 bs revisi 2016
Kelas i tema 6 bs revisi 2016
IAIN Pekalongan
 
Kelas 1 tema 4 buku guru
Kelas 1 tema 4 buku guruKelas 1 tema 4 buku guru
Kelas 1 tema 4 buku guru
Heri Suryono
 
Buku akidah akhlak Kurikulum 2013 untuk Guru
Buku akidah akhlak Kurikulum 2013 untuk GuruBuku akidah akhlak Kurikulum 2013 untuk Guru
Buku akidah akhlak Kurikulum 2013 untuk Guru
Tjoetnyak Izzatie
 
Kelas 02 sd_tematik_3_tugasku_sehari-hari_siswa
Kelas 02 sd_tematik_3_tugasku_sehari-hari_siswaKelas 02 sd_tematik_3_tugasku_sehari-hari_siswa
Kelas 02 sd_tematik_3_tugasku_sehari-hari_siswa
pentcr
 
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 3 kegiatanku
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 3 kegiatankuBuku pegangan siswa sd kelas 1 tema 3 kegiatanku
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 3 kegiatankuRifqi Maulana
 
Tema 2, kegemaranku (kelas 1)
Tema 2, kegemaranku (kelas 1)Tema 2, kegemaranku (kelas 1)
Tema 2, kegemaranku (kelas 1)
Khoiruddin Ahmuatd
 
Kelas Inspirasi 2012
Kelas Inspirasi 2012Kelas Inspirasi 2012
Kelas Inspirasi 2012Kiki Ahmadi
 

What's hot (20)

Buku siswa kelas 1 tema 5
Buku siswa kelas 1 tema 5Buku siswa kelas 1 tema 5
Buku siswa kelas 1 tema 5
 
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 2 kegemaranku
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 2 kegemarankuBuku pegangan siswa sd kelas 1 tema 2 kegemaranku
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 2 kegemaranku
 
Tema 3 tugasku sehari hari (buku siswa)
Tema 3 tugasku sehari hari (buku siswa)Tema 3 tugasku sehari hari (buku siswa)
Tema 3 tugasku sehari hari (buku siswa)
 
Buku siswa kelas 1 tema 7
Buku siswa kelas 1 tema 7Buku siswa kelas 1 tema 7
Buku siswa kelas 1 tema 7
 
Buku 1 tematik tema 1 Kelas 1
Buku 1 tematik tema 1 Kelas 1Buku 1 tematik tema 1 Kelas 1
Buku 1 tematik tema 1 Kelas 1
 
Kelas 1 tema 3 buku guru
Kelas 1 tema 3 buku guruKelas 1 tema 3 buku guru
Kelas 1 tema 3 buku guru
 
Tema 3, kegiatanku (kelas 1)
Tema 3, kegiatanku (kelas 1)Tema 3, kegiatanku (kelas 1)
Tema 3, kegiatanku (kelas 1)
 
Proposal lengkap
Proposal lengkapProposal lengkap
Proposal lengkap
 
Buku siswa kelas 1 tema 8
Buku siswa kelas 1 tema 8Buku siswa kelas 1 tema 8
Buku siswa kelas 1 tema 8
 
Buku Pegangan Siswa SD/MI Kelas 1 Tema 5 Pengamanku
Buku Pegangan Siswa SD/MI Kelas 1 Tema 5 PengamankuBuku Pegangan Siswa SD/MI Kelas 1 Tema 5 Pengamanku
Buku Pegangan Siswa SD/MI Kelas 1 Tema 5 Pengamanku
 
Buku Siswa Tematik Kelas IV - Buku Tema 5
Buku Siswa Tematik Kelas IV - Buku Tema 5Buku Siswa Tematik Kelas IV - Buku Tema 5
Buku Siswa Tematik Kelas IV - Buku Tema 5
 
Buku guru kelas 2. tema 1. hidup rukun
Buku guru kelas 2. tema 1. hidup rukunBuku guru kelas 2. tema 1. hidup rukun
Buku guru kelas 2. tema 1. hidup rukun
 
PKN
PKNPKN
PKN
 
Kelas i tema 6 bs revisi 2016
Kelas i tema 6 bs revisi 2016Kelas i tema 6 bs revisi 2016
Kelas i tema 6 bs revisi 2016
 
Kelas 1 tema 4 buku guru
Kelas 1 tema 4 buku guruKelas 1 tema 4 buku guru
Kelas 1 tema 4 buku guru
 
Buku akidah akhlak Kurikulum 2013 untuk Guru
Buku akidah akhlak Kurikulum 2013 untuk GuruBuku akidah akhlak Kurikulum 2013 untuk Guru
Buku akidah akhlak Kurikulum 2013 untuk Guru
 
Kelas 02 sd_tematik_3_tugasku_sehari-hari_siswa
Kelas 02 sd_tematik_3_tugasku_sehari-hari_siswaKelas 02 sd_tematik_3_tugasku_sehari-hari_siswa
Kelas 02 sd_tematik_3_tugasku_sehari-hari_siswa
 
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 3 kegiatanku
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 3 kegiatankuBuku pegangan siswa sd kelas 1 tema 3 kegiatanku
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 3 kegiatanku
 
Tema 2, kegemaranku (kelas 1)
Tema 2, kegemaranku (kelas 1)Tema 2, kegemaranku (kelas 1)
Tema 2, kegemaranku (kelas 1)
 
Kelas Inspirasi 2012
Kelas Inspirasi 2012Kelas Inspirasi 2012
Kelas Inspirasi 2012
 

Similar to Surat Kabar Guru Belajar Edisi 1 Tahun 1

Kontekstualisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Kontekstualisasi Pemikiran Ki Hadjar DewantaraKontekstualisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Kontekstualisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Andromeda Ken
 
Aksi Nyata Diseminasi Mengapa Kurikulum Perlu Berubah-Pujo Mulyono S.Pd. Guru...
Aksi Nyata Diseminasi Mengapa Kurikulum Perlu Berubah-Pujo Mulyono S.Pd. Guru...Aksi Nyata Diseminasi Mengapa Kurikulum Perlu Berubah-Pujo Mulyono S.Pd. Guru...
Aksi Nyata Diseminasi Mengapa Kurikulum Perlu Berubah-Pujo Mulyono S.Pd. Guru...
PUDJA ADJA
 
Proposal penelitian penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman...
Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman...Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman...
Proposal penelitian penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman...
Boedi Santosa,
 
Teks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasTeks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinas
stepen arman
 
Teks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasTeks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinas
stepen arman
 
Teks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasTeks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinas
stepen arman
 
Buku Cerdas Mengajar
Buku Cerdas MengajarBuku Cerdas Mengajar
Buku Cerdas Mengajar
Cerdas Mengajar
 
Buku KCPKLB.pdf
Buku KCPKLB.pdfBuku KCPKLB.pdf
Buku KCPKLB.pdf
BozanChannel
 
Tema 8 bs
Tema 8 bsTema 8 bs
Tema 8 bs
fitriani2909
 
Indahnya Persahabatan Buku Siswa Kelas 3 tema 6
Indahnya Persahabatan Buku Siswa Kelas 3 tema 6 Indahnya Persahabatan Buku Siswa Kelas 3 tema 6
Indahnya Persahabatan Buku Siswa Kelas 3 tema 6
Sisilia Herjanti
 
K2 bs tema 6 indahnya persahabatan fa
K2 bs tema 6 indahnya persahabatan faK2 bs tema 6 indahnya persahabatan fa
K2 bs tema 6 indahnya persahabatan fa
Fahmi Awaludin
 
Post test modul 1 pmm.docx
Post test modul 1 pmm.docxPost test modul 1 pmm.docx
Post test modul 1 pmm.docx
RINAWARASTUTI
 
koneksi antar materi.pptx
koneksi antar materi.pptxkoneksi antar materi.pptx
koneksi antar materi.pptx
AryWulandary1
 
laporan-program-kegiatan-literasi.fix.pdf
laporan-program-kegiatan-literasi.fix.pdflaporan-program-kegiatan-literasi.fix.pdf
laporan-program-kegiatan-literasi.fix.pdf
ernawatyg81
 
K1 t4-st3-p6 rpp tema 3 kelas 1 sub tema 1 (4)
K1 t4-st3-p6 rpp tema 3 kelas 1 sub tema 1 (4)K1 t4-st3-p6 rpp tema 3 kelas 1 sub tema 1 (4)
K1 t4-st3-p6 rpp tema 3 kelas 1 sub tema 1 (4)
eli priyatna laidan
 
Asyik Belajar Bahasa Indonesia
Asyik Belajar Bahasa IndonesiaAsyik Belajar Bahasa Indonesia
Asyik Belajar Bahasa Indonesia
Wisda Putri
 
Rifleksi bina insan guru 2
Rifleksi bina insan guru 2Rifleksi bina insan guru 2
Rifleksi bina insan guru 2haziqieyusry
 
DRK_Elaborasi Pemahaman_Modul 1.3 CGP A5.pdf
DRK_Elaborasi Pemahaman_Modul 1.3 CGP A5.pdfDRK_Elaborasi Pemahaman_Modul 1.3 CGP A5.pdf
DRK_Elaborasi Pemahaman_Modul 1.3 CGP A5.pdf
MochSofiAsrifin
 

Similar to Surat Kabar Guru Belajar Edisi 1 Tahun 1 (20)

Aku bangga menjadi guru
Aku bangga menjadi guruAku bangga menjadi guru
Aku bangga menjadi guru
 
Kontekstualisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Kontekstualisasi Pemikiran Ki Hadjar DewantaraKontekstualisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Kontekstualisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
 
Aksi Nyata Diseminasi Mengapa Kurikulum Perlu Berubah-Pujo Mulyono S.Pd. Guru...
Aksi Nyata Diseminasi Mengapa Kurikulum Perlu Berubah-Pujo Mulyono S.Pd. Guru...Aksi Nyata Diseminasi Mengapa Kurikulum Perlu Berubah-Pujo Mulyono S.Pd. Guru...
Aksi Nyata Diseminasi Mengapa Kurikulum Perlu Berubah-Pujo Mulyono S.Pd. Guru...
 
Proposal penelitian penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman...
Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman...Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman...
Proposal penelitian penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman...
 
Teks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasTeks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinas
 
Teks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasTeks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinas
 
Teks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasTeks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinas
 
Buku Cerdas Mengajar
Buku Cerdas MengajarBuku Cerdas Mengajar
Buku Cerdas Mengajar
 
Buku KCPKLB.pdf
Buku KCPKLB.pdfBuku KCPKLB.pdf
Buku KCPKLB.pdf
 
Sekolah ala makak
Sekolah ala makakSekolah ala makak
Sekolah ala makak
 
Tema 8 bs
Tema 8 bsTema 8 bs
Tema 8 bs
 
Indahnya Persahabatan Buku Siswa Kelas 3 tema 6
Indahnya Persahabatan Buku Siswa Kelas 3 tema 6 Indahnya Persahabatan Buku Siswa Kelas 3 tema 6
Indahnya Persahabatan Buku Siswa Kelas 3 tema 6
 
K2 bs tema 6 indahnya persahabatan fa
K2 bs tema 6 indahnya persahabatan faK2 bs tema 6 indahnya persahabatan fa
K2 bs tema 6 indahnya persahabatan fa
 
Post test modul 1 pmm.docx
Post test modul 1 pmm.docxPost test modul 1 pmm.docx
Post test modul 1 pmm.docx
 
koneksi antar materi.pptx
koneksi antar materi.pptxkoneksi antar materi.pptx
koneksi antar materi.pptx
 
laporan-program-kegiatan-literasi.fix.pdf
laporan-program-kegiatan-literasi.fix.pdflaporan-program-kegiatan-literasi.fix.pdf
laporan-program-kegiatan-literasi.fix.pdf
 
K1 t4-st3-p6 rpp tema 3 kelas 1 sub tema 1 (4)
K1 t4-st3-p6 rpp tema 3 kelas 1 sub tema 1 (4)K1 t4-st3-p6 rpp tema 3 kelas 1 sub tema 1 (4)
K1 t4-st3-p6 rpp tema 3 kelas 1 sub tema 1 (4)
 
Asyik Belajar Bahasa Indonesia
Asyik Belajar Bahasa IndonesiaAsyik Belajar Bahasa Indonesia
Asyik Belajar Bahasa Indonesia
 
Rifleksi bina insan guru 2
Rifleksi bina insan guru 2Rifleksi bina insan guru 2
Rifleksi bina insan guru 2
 
DRK_Elaborasi Pemahaman_Modul 1.3 CGP A5.pdf
DRK_Elaborasi Pemahaman_Modul 1.3 CGP A5.pdfDRK_Elaborasi Pemahaman_Modul 1.3 CGP A5.pdf
DRK_Elaborasi Pemahaman_Modul 1.3 CGP A5.pdf
 

Recently uploaded

SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
ppgpriyosetiawan43
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 

Recently uploaded (20)

SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 

Surat Kabar Guru Belajar Edisi 1 Tahun 1

  • 1. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 1 Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran BelajarEdisi 1 Tahun I ¦ GuruBelajar.org RUANG BELAJAR RAKSASA Ruang kelas Bu Hesti sangat besar. Begitu besarnya, kelas di Soroako itu mampu menampung danau dan hutan di dalamnya. Seperti apa? MENEMUKAN PANGGILAN JIWA Masih ingat pengalaman pertama memutuskan untuk menjadi guru? Pasti seru, seseru dengan kisah dari Pak Rizqy dari Pekalongan BELAJAR DARI TEMAN SENDIRI Belajar kok dari teman sendiri, dari seorang ahli dong. Tapi Bu Lany Rh di Timika justru mematahkan keyakinan itu. Bagaimana ceritanya? 20 MENIT YANG MEMUKAU Berapa lama harusnya orangtua mendampingi anak? Cukup 20 menit/hari kata Pak Ivan dari Lampung. Kok bisa? Ketika Guru Bercerita Surat kabar ini berisi kisah yang diceritakan para guru. Kisah memang kalah mewah dibandingkan teori dalam dunia pendidikan formal. Tapi sejak jaman batu, kisah yang merawat nilai dan tradisi dari generasi ke generasi. Karena kisah membawa pelajaran hidup dalam bentuk yang mudah dan renyah. Setiap guru itu istimewa. Setiap guru menghadapi pelajar dan tantangan yang beragam serta menyelesaikannya dengan berbagai cara. Guru merasa puas ketika ia berhasil membantu pelajar menjadi yang lebih baik. Lika-liku pengalaman guru dalam mengajar dan mendidik, yang kami sebut Praktik Cerdas, yang disajikan dalam surat kabar Guru Belajar. Pemuatan kisah-kisah para guru yang penuh spirit belajar merupakan bagian dari misi surat kabar ini, Menularkan Kegemaran Belajar, dari guru ke guru yang lain. Karena kami percaya, kegemaran belajar tidak bisa diajarkan. Kegemaran belajar hanya bisa ditularkan dari mereka yang mengidap virus kegemaran belajar pada orang-orang lain. Dan hanya guru yang gemar belajar yang bisa menularkan kegemaran belajar pada pelajar :) Pada akhirnya, selamat membaca, selamat berpetualang ke berbagai penjuru nusantara, ke berbagai gagasan baik. Bila memang baik, silahkan sebarkan :) KampusGuru@cikal.co.id Facebook: KapusGuruCikal Twitter: @KampusGuruCikal
  • 2. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 2 Ruang Belajar Raksasa Ketika banyak yang mengeluhkan kondisi ruang kelas yang buruk, Bu Hesti justru mengajak pelajar-pelajarnya meninggalkan ruang kelas yang nyaman untuk belajar di ruang belajar raksasa, alam semesta. Saya dan murid-murid saya berdiri di tepian Pantai Ide, sisi selatan Danau Matano, memandang jauh ke seberang. Saya mengajukan pertanyaan pada anak-anak usia 5-6 tahun itu, bagaimana caranya supaya kita bisa sampai ke seberang sana? Beragam jawaban pun terucap, ada yang mengatakan naik perahu, naik kapal, naik raft, naik katinting, berenang, dan lain sebagainya. Saya pun mengajak mereka untuk merasakan naik katinting, perahu tradisional lokal yang sudah jarang dikendarai masyarakat. Riuh rendah suasana di atas katinting yang panjang namun padat terisi oleh anak-anak. Ada yang sangat gembira, ada yang masih takut-takut, ada yang bergerak ingin merasakan berada di setiap sudut katinting, hingga kemudian saya pun meminta pengemudi katinting menyalakan mesinnya. Berisik sekali memang tetapi senyum gembira terukir lama di wajah anak-anak itu apalagi melihat gelombang air yang terbentuk di bagian belakang katinting akibat putaran kecil baling-baling di air. Setelah puas merasakan berada di atas katinting (meskipun tidak berjalan), anak-anak kembali berjalan kembali ke sekolah, berdiskusi mengenai katinting: Mengapa bentuk katinting seperti itu? Mengapa katinting menggunakan mesin? Mengapa ada dayung di katinting padahal sudah ada mesin? Mengapa bagian tengah katinting ada atapnya? Bagaimana rasanya naik katinting? Diskusi kami mengalir bagaikan anak-anak ini sudah membaca buku mengenai katinting. Cerita di atas salah satu gambaran suasana belajar kami. Kami tinggal di Sorowako, sebuah kota kecil di tepi Danau Matano di ujung utara Propinsi Sulawesi Selatan. Letaknya kurang lebih 600 km dari kota Makassar yang biasa ditempuh sekitar 12-13 jam perjalanan darat atau sekitar 50 menit menggunakan pesawat yang memuat Belajar di Mana Saja Bu Hesti mengajak anak ke taman yang ditumbuhi pohon yang menjulang tinggi. Mereka pun tenggelam dalam keasyikan bercerita. Belajar tak pernah dibatasi oleh ruang maupun waktu. Terlebih di Indonesia raya yang dianugerahi ruang belajar raksasa, yang kaya dengan beragam media belajar. Diskusi kami mengalir bagaikan anak-anak ini sudah membaca buku mengenai katinting. Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar
  • 3. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 3 hanya 40-an penumpang. Walaupun letaknya di tengah hutan pegunungan Verbeck, Sorowako merupakan melting pot perpaduan beragam suku bangsa dari seluruh nusantara bersama dengan warga dunia lainnya yang berkarya di perusahaan tambang nikkel terbesar di Indonesia, PT. Vale Indonesia (Sebelumnya PT Inco, Tbk). Tiga tahun terakhir ini saya diberi kepercayaan menjadi guru di Taman Kanak-Kanak setelah sebelumnya selama tujuh tahun menjadi guru di Sekolah Dasar di Yayasan Pendidikan Sorowako (YPS). Sekolah tempat saya mengajar, TK YPS Lawewu, merupakan representasi dari kota kecil kami. Peserta didiknya yang beragam namun berbaur menjadi satu warga sekolah. Menghadapi keragaman sebenarnya sudah menjadi hal yang biasa dalam keseharian tetapi selalu saja ada tantangan yang menarik untuk diatasi, terutama ketika bersama anak-anak kecil usia 5-6 tahun. Saya pun mulai menjalani tanggung jawab untuk memfasilitasi anak-anak senang untuk belajar, menumbuhkan kebiasaan baik, mandiri, dan siap untuk masuk ke Sekolah Dasar. Seperti lazimnya di kelas lain, setiap anak di kelas saya mempunyai keunikan masing-masing. Saya tidak ingin menghilangkan keunikan mereka, sepertinya kehadiran mereka saling melengkapi satu sama lain untuk menyemarakkan kelas. Tantangan lain yang biasa muncul berasal dari waktu pembelajaran dan konsentrasi anak untuk belajar menyimak. Bagaimana ya mengemas semuanya menjadi paket yang menarik? Bagi saya, kunci pembelajaran menjadi menyenangkan di TK adalah bermain serta berlimpahnya media dan sumber belajar. Sebelum saya menjadi seorang guru, saya melalui masa belajar saya di bangku kuliah mempelajari psikologi di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Teori perkembangan Piaget yang beraliran konstruktivis kognitif yang saya ketahui menekankan bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif dan mencari solusi sendiri. Implikasinya pada setiap kelas, murid-murid akan lebih baik diajak untuk membuat penemuan, memikirkannya, dan mendiskusikannya. Saya sebagai guru sebatas memfasilitasi murid- murid untuk belajar dengan mendengar, mengamati, dan mengajukan pertanyaan yang relevan untuk mereka berpikir hingga mendapatkan pemahaman yang baik. Pembelajaran anak harus berjalan secara alamiah, mereka tidak datang ke sekolah dengan kepala kosong, mereka punya banyak gagasan dan ide yang biasanya berbeda dengan orang dewasa. Dan saya sebagai guru pun harus menghargai setiap ide yang tercetus. Keyakinan saya mengenai cara anak-anak menemukan pengetahuannya sendiri ini di kelas melalui proses belajar yang panjang. Awalnya saya berada di tengah-tengah pendapat umum di kalangan guru dan orangtua bahwa idealnya sebelum anak masuk SD mereka sudah dapat membaca dan menulis. Saya sering mendengarkan curahan hati orang tua mengenai anak mereka yang belum dapat membaca, yang menuliskan nama sendiri masih banyak huruf yang lepas. Padahal saya sendiri tidak fokus agar mereka bisa membaca. Apakah tidak pandainya saya mengajari murid-murid saya membaca membuat saya guru yang tidak becus? Saya tidak menentang anggapan bahwa membaca merupakan salah satu gerbang mendapatkan pengetahuan. Tujuan saya berbeda, Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar
  • 4. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 4 bukan untuk membuat murid-murid kecil saya pandai membaca tetapi gemar membaca dahulu. Saya lebih senang ketika saya membacakan anak-anak cerita dari buku dimana ada proses interaksi saya dengan mereka, menebak ceritanya tentang apa dari ilustrasi, menebak bagaimana kelanjutan cerita, mengulang cerita dengan gaya bahasa mereka sendiri. Saya juga lebih merasa bermanfaat sebagai guru ketika saya mengajak anak-anak melakukan pengamatan langsung terhadap apapun yang mereka lihat, berusaha mendorong mereka mengamati bukan sekedar melihat sambil lalu. Karena saya tidak ingin menjadi sumber informasi tunggal bagi murid-murid saya. Saya sadar pengetahuan yang saya miliki terbatas, tetapi tidak menyurutkan saya untuk menjadi guru yang baik. Saya sangat terbantu dengan tersedianya media dan sumber belajar yang bertaburan di sekitar kami. Bagi saya, melakukan pengamatan membuat kita kaya dengan informasi. Dengan tema yang berbeda, saya kembali mengajak murid-murid saya ke Pantai Ide, ruang belajar mereka juga selama di TK. Kali ini kami akan membahas mengenai pohon Dengen. Jarak yang jauh dari kota di mana banyak klaim lebih baiknya sekolah di kota karena ketersediaan media dan sumber belajar yang lebih lengkap daripada sekolah yang jauh di tengah hutan seperti sekolah kami ini membuat saya dan rekan-rekan guru selalu berusaha untuk lebih berinovasi. Kami berusaha memilih tema yang sederhana, dekat dengan murid-murid kami, dan mengangkat kekhasan lokal. Kali ini kami duduk di depan sebuah pohon dengen. Saya memberikan tantangan pada anak-anak, siapakah yang ingin bercerita mengenai pohon ini? Anak-anak mengacungkan tangan bersemangat. Kesepakatan kami di kelas, bila ingin menyampaikan pendapat harus mengangkat tangan dulu, berbicara ketika dipersilakan dan belajar mendengar guru, teman, atau siapapun yang sedang berbicara. Bergantian anak-anak maju menceritakan mengenai pohon di depan mereka berdasarkan apa yang mereka lihat. Kalau mendengarkan guru bercerita mengenai sebuah pohon itu sudah biasa, mendengarkan teman-teman sendiri bercerita mengenai pohon itu tidak biasa. Bagi anak-anak yang tidak biasa malah menarik. Saat itu pohon dengen masih satu dua yang berbuah, sehingga untuk pohon di depan kami ini diceritakan sebagai pohon yang besar tetapi belum berbuah oleh seorang anak. Ada juga yang mengatakan akarnya besar, batang pohonnya besar, daunnya banyak berwarna hijau dan yang jatuh ke tanah berwarna coklat. Menariknya ketika seorang murid saya yang berkebutuhan khusus juga ikut berpartisipasi, dia tiba- tiba maju ke depan dan malah memilih menceritakan buah dengen yang saya pegang untuk diceritakannya. Dia menghitung banyak kelopak buah dengen (selubung atau kulit buah dengen memang menyerupai kelopak bunga). Tadinya saya berencana untuk menunjukkan buah dengen kepada anak-anak dan menceritakannya tetapi keduluan olehnya. Saya semakin senang karena setiap anak terlibat dalam pembelajaran. Saya lalu meminta murid-murid untuk menemukan buah dengen yang jatuh di tanah. Kami pun belajar berhitung dengan buah dengen tersebut, belajar membandingkan lebih banyak, lebih Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar
  • 5. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 5 Bersama-sama kami menemukan ternyata banyak kelopak buah dengen semuanya sama yaitu sebanyak lima kelopak. Bukan hanya itu, kami juga menemukan ternyata banyak irisan dengen yang seperti jeruk itu berbeda- beda, dari rentang 16 hingga 19. Selain itu kami juga melihat siaran langsung beberapa ekor lebah yang masuk ke dalam kelopak bunga dengen di pohon yang lain, melihat buah dengen yang masih muda terbungkus rapat oleh kelopaknya yang hijau hingga nyaris tidak terlihat di antara dedaunan, mengamati bentuk daun pohon dengen yang menyirip dan berbeda dengan daun pohon kelapa di dekatnya. Kami juga bermain mengadopsi permainan Simon Says , permainan dimana anak-anak bergerak melakukan apa kata ibu guru, seperti, Pegang daun berwarna hijau. Pegang batang pohon . Anak-anak berlarian sambil tertawa merasakan keseruan permainan. Ketika kami kembali ke kelas, kami mencicipi buah dengen yang sempat terkumpul. Anak-anak menemukan kalau rasa buah dengen itu masam, dan karena saya meminta mereka mengamati juga wajah temannya saat sedang mencicipi buah dengen, mereka menemukan ekpresi wajah yang berbeda dengan mata menyipit. Murid- murid seakan-akan telah menuntaskan membaca buku mengenai dengen melalui pengamatan langsung mereka. Setiap anak dengan gaya belajar berbeda terfasilitasi melalui pembelajaran ini. Anak yang biasanya di kelas tidak betah duduk, sangat bersemangat berlari ke sana kemari untuk menemukan buah dengen, bersemangat untuk menghitung irisan buah dengen miliknya dan membandingkan dengan milik temannya, ada anak yang bersama- sama menghitungnya perlahan, ada yang cepat. Semuanya berjalan secara alamiah dihibur hembusan angin di antara pepohonan. Informasi yang didapatkan memang sangat banyak, biasanya masing- masing hanya akan menyimpan yang mereka sukai dan butuhkan saja. Saya mengetahuinya ketika kami melakukan refleksi dengan pertanyaan apa saja yang kita telah lakukan hari ini. Target saya terpenuhi, mereka bisa belajar bersabar menunggu giliran bercerita, berkomunikasi secara lisan, menambah kosa kata, dan berhitung 1 hingga 20. Hal seperti ini yang selalu saya sampaikan ke orangtua mereka untuk meyakinkan bahwa anak-anak mereka baik-baik saja. Dengan pengalaman langsung ini, anak-anak menemukan sendiri pengetahuan dan membangun pemahaman sesuai dengan gaya mereka. Kami mempunyai ruang belajar raksasa yang menyediakan sumber dan media belajar luar biasa lengkap. Sumber dan media belajar yang sangat murah, mudah, dan mengakomodasi kebutuhan setiap anak. Terbukti dengan tema yang berbeda, anak-anak dapat bersenang-senang memperkaya diri dengan informasi dari pengalaman langsung mereka. Letak sekolah tidak menentukan seberapa menarik murid belajar, tetapi aplikasi strategi yang tepat dan pemanfaatan sumber dan media belajar yang sesuai lebih berperan. Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Kami mempunyai ruang belajar raksasa yang menyediakan sumber dan media belajar luar biasa lengkap. Sumber dan media belajar yang sangat murah, mudah, dan mengakomodasi kebutuhan setiap anak. Hesti Wulandari Andi Djiwa Guru TK YPS, Penggerak Komunitas Guru Belajar Soroako.
  • 6. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 6 #CeritaGuru Menemukan Panggilan Jiwa Setiap guru mempunyai kisah mengapa dirinya memilih untuk menjadi guru. Rizqy Rahmat Hani, guru SMA Negeri di Pekalongan, menceritakan 4 kisah menarik. Awal Petualangan Aku tersenyum-senyum sendiri di dalam bus Nusantara ungu yang melaju dengan kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti jika aku mendapatkan pekerjaan ini. Ah, nanti kalau aku menjadi pegawai bank gajiku lumayan banyak. Ehm... bakal seperti teman- temanku yang sudah memiliki mobil Gajinya pasti lebih dari empat juta Bayang-bayang gaji banyak dan m e m i l i k i b a n y a k m a t e r i membuatku tersenyum sendiri dalam perjalanan tes menjadi sebagai pegawai salah satu bank swasta. Seperti teman-temanku lainnya, walaupun memiliki ijazah pendidikan namun lebih memilih menjadi pegawai bank k a r e n a g a j i y a n g m e r e k a tawarkan. Akhirnya sampailah aku di sebuah gedung yang amat tinggi di bilangan Simpang Lima Semarang. Para calon pegawai bank berjalan cepat memasuki gedung tersebut. Memakai pakaian keren dengan kemeja ekslusif, dasi, sepatu yang necis dan enak dipandang membuatku tak sabar menjadi pegawai bank. Tes demi tes aku lewati, dan saatnya tes terakhir, yaitu tes wawancara sekaligus tanda tangan kontrak. Ada sesuatu yang membuat hatiku goyah, ada sesuatu yang membuatku tiba-tiba terdiam. Diam. Waktu seakan berhenti. Semua terlihat berbeda. Kalau aku menjadi pegawai bank memang akan memiliki gaji banyak, tapi.... Apakah aku bisa menerapkan ilmuku yang aku dapatkan sewaktu kuliah Apa hanya uang yang dicari? Apa aku akan bahagia jika menjadi pegawai bank Perasaan-perasaan itu menghantui sepanjang menunggu waktu interview. Entah apa yang menggerakkan hatiku menjadi goyah dan kuambil telepon di sakuku lalu kutelepon bapakku. Pak, kalau aku tak mengambil pekerjaan ini bagaimana? tanyaku Apapun pekerjaan mas Kiki, kalau itu membuat mas Kiki bahagia, ambillah, nikmatilah Mendengar jawaban bapak, memantapkan keputusanku. Bissmilah. L a l u k u p u t u s k a n u n t u k mengangkat tas dan meninggalkan ruangan wawancara begitu saja. Terlihat para calon pegawai bank melihatku dengan aneh. Mungkin ini keputusan berat, namun aku lebih memilih menjadi GURU. Aku pun pulang dengan perasaan yang lega, tanpa beban. Jika aku menjadi pegawai bank, tak akan banyak waktu untuk membuat film, jika aku menjadi pegawai bank tak akan bisa membuat pementasan drama, antologi puisi, berinteraksi dengan anak-anak, bernyanyi di sawah sambil menikmati semilir angin. Jika aku menjadi pegawai bank akan sibuk dengan rekening, giro, yang entah aku tak tahu apa itu artinya . Mungkin ini adalah panggilan jiwa. Panggilan jiwa untuk menjadi GURU. Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Rizqy Rahmat Hani Guru SMK Negeri di Pekalongan. Penggerak Komunitas Guru Belajar Pekalongan.
  • 7. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 7 Menjadi Guru itu Sulit Aku tetapkan pilihanku untuk menjadi guru, guru SMA 1 Sragi Pekalongan. Masih teringat benar kapan pertama kalinya aku memasuki ruang kelas, yaitu hari Senin 11 Juli 2010. Kubuka kelas dengan salam Assalamualaikum , namun hanya beberapa gelintir siswa yang jawab. Kebanyakan sibuk dengan kesibukannya sendiri, yang belakang bermain telepon genggam, tertawa, yang depan memperhatikanku sambil kadang mengobrol dengan teman sebangkunya. Kelasku menjadi riuh. Aku tak dihargai. Bagaimana ini mengatasinya? Keringatku bercucuran, pulpen yang aku pegang jatuh, aku ambil, terlihat tanganku bergetar hebat. Aku harus bagaimana? Bayang-bayang menjadi guru yang bisa bernyanyi, menari sirna sudah Kesanku terhadap guru dihancurkan oleh siswa-siswa yang tak menganggapku ada di depan kelas Sepulang mengajar aku benar-benar frustasi. Ternyata sulit menjadi guru. Mengondisikan siswa saja aku tak bisa. Hari-hari penuh derita pun aku jalani saja. Masuk kelas ‒ menyampaikan materi ‒ dicuekin siswa ‒ memberikan tugas ‒ pulang. Begitu seterusnya, tiap hari, tiap bulan. Sampai akhirnya ada seorang muridku yang nyletuk Bisa ngajar nggak Pak! . Kata-katanya walau terdiri atas beberapa kata saja, menukik dan menancap dalam hatiku. Ia membuatku tertusuk. Aku tak boleh seperti ini, aku harus berubah. Kubaca-baca lagi buku-buku pengajaran, kutonton beberapa film tentang pendidikan Tarre Zame Pyar, Dead Poet Society, Dragon Zakura, Great Teacher Onizuka, Freedom Writing. Aku mulai menerapkan pola berbeda. Memasuki kelas kupasang wajah ceria, dengan membawa cerita-cerita inspiratif. Sebelum mengajar aku bercerita. AJAIB! Cerita ternyata mampu membawa kesan berbeda di kelas, siswa-siswaku menjadi antusias, jadi memperhatikanku. Sedikit ada perubahan, walau setelah mamasuki materi siswa- siswa kembali bercanda, kembali bermain telepon genggam, kembali sibuk dengan keasyikannya sendiri. Tidak apa-apa yang terpenting aku sudah bisa mengambil perhatian siswa yaitu dengan cerita. Tugasku sekarang adalah membuat penyampaian materiku menjadi mengasyikkan. Menjadi kelasku menjadi menyenangkan, seperti taman. Maka kuikuti forum-forum diskusi pendidik di twitter, facebook, dan sebagainya. Banyak ilmu yang aku dapatkan setelah mengikuti forum diskusi tersebut. Dan perubahan itu pun dimulai ... Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar
  • 8. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 8 Duplikasi program televisi Satu tahun sudah aku menjadi guru, tanpa apa yang aku dapat. Di akhir pembelajaran aku meminta siswa-siswaku menulis refleksi terhadapku. Kritiklah, nilailah pak guru Nak! Tulisan-tulisan sungguh jujur, dan dalam setelah aku baca. Banyak sekali kritikan terhadapku. Kalau mengajar jangan cepat-cepat dong Pak! Plis deh Pak jangan marah-marah kalau ngajar Tulisan di papan tulis kalau bisa diperbesar Pak, tidak terlihat di belakang Kritikan-kritikan tersebut aku selami, aku pelajari. Layaknya cermin, refleksi tersebut aku gunakan untuk bercermin dan mencari obat mencari solusi agar aku menjadi guru yang lebih baik lagi. Tahun pelajaran baru pun bergulir, aku mencoba metode lain yaitu menerapkan program televisi Reportase di pembelajaran menulis paragraf ekposisi. Siswa aku minta untuk membuat liputan mengenai apa saja yang bisa memberikan informasi. Siswa nampak antusias, telepon genggam yang mereka gunakan dalam kelas yang biasanya hanya untuk main-main, kali ini berguna sebagai kamera dan perekam suara. Satu kelompok terdiri atas beberapa anggota yang dibagi sebagai kameramen, penulis skenario, reporter, presenter, perekam suara dan editor. Kelas nampak hidup, penulis skenario bekerja di dalam kelas. Reporter dan kameramen mencari berita di luar kelas. Setelah informasi didapat dari tim reporter dan kameramen. Tim penulis skenario membuat narasi untuk reportasenya, hasil reportase direkam menggunakan handphone lalu semua data diedit bersama di kelas. Kelas menjadi hidup, aku bukan hanya mengambil perhatian mereka, juga mengambil hati mereka, mereka mulai menyukai pembelajaranku. Tidak hanya dalam pembelajaran menulis paragraf ekposisi, di komptensi dasar lain aku mencoba menerapkan metode tersebut. Pembelajaran pantun menjadi PANTUN IDOL, pembelajaran karya ilmiah menjadi INOVATION AWARD, pembelajaran menulis biografi menjadi JIKA AKU MENJADI, pembelajaran drama menjadi FESTIVAL FILM PENDEK, paragraf argumentasi/ekposisi menjadi ON THE SPOT, pembelajaran hikayat menjadi KUIS HIKAYAT. Tahunku menjadi guru menjadi menyenangkan, siswa-siswa mulai menyukaiku, menyukai cara mengajarku. Duplikasi program televisi berhasil mengambil hati mereka. Ide dari Keterbatasan Setiap perjuangan ada pengorbanan Di tahun ketiga menjadi guru ternyata banyak masalah yang aku hadapi. Waktu itu di kelas XI IPA 3 aku dan muridku sedang berdendang dalam pembelajaran PANTUN IDOL. Gendang bersaut dengan bunyi desiran pasir dalam botol air mineral bersamaan petikan gitar dan suara lembut siswaku. Jalan-jalan ke Pekalongan, Membeli batik di Pasar Setono .... Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar
  • 9. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 9 Menjadi guru adalah Panggilan Jiwa Sebenarnya di pertengahan mengajar aku ingin sekali mengundurkan diri menjadi guru. Semua teman-temanku telah mapan. Aku belum apa-apa. Malah calon istriku meninggalkanku karena aku belum memiliki apa-apa. Hampir saja aku mengambil pekerjaan menjadi programer di televisi lokal, hampir saja aku mengambil pekerjaan di Kalimantan yang bergaji lebih tinggi. Namun lagi-lagi di detik-detik terakhir, hatiku selalu bergetar, tak rela rasanya keluar menjadi guru demi materi. Kalau aku menjadi programer televisi apakah aku bisa lagi bercerita di depan kelas, kalau aku bekerja di Kalimantan apakah aku bisa bersendau gurau dengan muridku. Aih rasanya berat sekali meninggalkan profesi guru Di tengah siswa lah aku menemukan jati diriku, di tengah siswalah aku mampu berkembang menjadi lebih baik. Karena menjadi guru adalah panggilan jiwa. Belum selesai siswa-siswaku berdendang, tiba-tiba di balik pintu muncul guru. Pak tolong jangan berisik! Menganggu kelas sebelah!¦ Ada seorang guru yang menasehatiku, tak boleh terlalu berisik. Lalu kusuruh siswa-siswaku memelankan suara saat tampil di depan. Namun lagi-lagi guru itu datang. Menasehati lagi. Awalnya aku ingin marah dengan guru tersebut, karena membatasi kreativitas siswa. Tapi aku pikir untuk apa aku marah, toh tak akan menyelesaikan masalah. Akhirnya aku berpikir, bagaimana agar pembelajaran tak menganggu kelas lain namun bisa tetap menyenangkan. Kalau di dalam kelas menganggu kelas lain Kalau di luar nanti kepanasan Tiba-tiba ide muncul. Akhirnya keesokan harinya aku meminta siswaku untuk membawa payung, karena setiap kelas ada 40 anak, maka semua siswa aku suruh bawa. Payung-payung itu aku sambung menggunakan tali dan aku gantungkan di atas. Indah. Siswa-siswaku tambah antusias. Tidak kepanasan juga. Aku mendapatkan ide dari keterbatasan. 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran BelajarGuru Belajar
  • 10. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 10 Belajar dari Teman Sendiri Apakah guru belajar harus belajar dari ahli pendidikan? Apakah bisa guru belajar dari teman sendiri? Apa bisa ya? Saya mengajar di sebuah sekolah yang ketika saya sebutkan lokasinya, biasanya membuat banyak orang bereaksi, Wah, jauh sekali! atau Wah, hebat ya mau di tempat seperti itu . Iya, Papua masih menjadi salah satu lokasi yang di pikiran kebanyakan orang Indonesia (baca: dekat ibukota) adalah wilayah yang sulit digambarkan dalam benak. Tapi saya rasa, ini hanya karena banyak sekali orang Indonesia yang masih Jawa- sentris , berpikir bahwa segalanya berpusat di Jawa. Sementara, dari pengamatan saya, sekolah saya dapat disejajarkan dengan beberapa sekolah terbaik lain di pusat negara ini dalam hal materi dan pengembangan diri staf pengajarnya. Namun demikian, saya tidak menutup mata bahwa saat saya memulai berkarya di tempat ini, beberapa rekan kerja saya berpikir sama seperti kebanyakan orang lain, yang melihat pada betapa terbatasnya kami. Beberapa tahun yang lalu, sekolah saya bermaksud meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris para pengajar, untuk membuka kesempatan kami mengembangkan wawasan dan meningkatkan penggunaan Bahasa Inggris dalam kelas. Sekolah menyediakan kursus Bahasa Inggris yang diisi oleh sebuah lembaga pengembangan bahasa. Program yang ditawarkan sangat bagus, namun belum menunjukkan peningkatan penggunaan Bahasa Inggris dalam keseharian di sekolah secara nyata. Sementara saya sendiri cukup beruntung bisa terpilih mendapatkan kesempatan magang di sekolah internasional di lingkungan kami. Melihat hal ini, saya berinisiatif membuat sebuah kelompok belajar pada unit TK tempat saya berkarya, sekembalinya saya dari periode magang untuk mendukung rekan- rekan saya. Saya membicarakan ide ini pada pimpinan dan rekan-rekan guru. Semua menyambut dengan antusias. Saya tahu, dalam benak mereka saya yang akan mengajar . Saat saya tegaskan bahwa bukan saya yang akan mengajar, mereka malah berpikir saya akan mendatangkan guru tamu dari sekolah internasional tersebut. Reaksi-reaksi tersebut muncul karena dalam pemikiran mereka, belajar itu ketika mereka menjadi murid & ada pengajar yang bertanggung jawab pada proses pembelajaran. Pertemuan awal saya gunakan untuk membuat kesepakatan dengan semua rekan kerja, termasuk kepala sekolah saya saat itu yang menjadi peserta . Saya kemukakan bahwa kelas ini adalah kelompok belajar, bukan kelas seperti yang mereka bayangkan ada guru yang mengajar di depan. Dalam kelompok belajar, setiap peserta diharapkan aktif, tidak hanya mengikuti kegiatan, namun juga menentukan bentuk kegiatan dan cara belajar yang diinginkan, serta target pencapaian masing-masing. Saya hadir sebagai fasilitator, membantu mewujudkan ide mereka, termasuk jika ada materi yang perlu disiapkan. Setiap orang boleh mengikuti kegiatan, namun tidak perlu meminta ijin jika ternyata tidak hadir dengan alasan apapun. Tidak ada kewajiban untuk mengikuti program ini, dan oleh karenanya saya tidak bersedia menjadikan kegiatan ini sebagai program resmi dari sekolah. Saya tidak bermaksud untuk melepaskan diri dari institusi tempat saya bekerja, saya hanya lebih memilih untuk menumbuhkan inisiatif pribadi dalam mengembangkan diri. Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Saat semua orang sudah sepaham, satu per satu mulai mendapat kesempatan melontarkan ide. Setelah beberapa stimulasi, ternyata ide yang muncul sangat beragam, mulai dari membaca cerita (yang ini pasti sering dilakukan di sekolah ya), menganalisa artikel pendidikan, belajar teks lagu, karaoke, sampai ke.....rujakan....Iya, rujakan!
  • 11. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 11 Saat semua orang sudah sepaham, satu per satu mulai mendapat kesempatan melontarkan ide. Setelah beberapa stimulasi, ternyata ide yang muncul sangat beragam, mulai dari membaca cerita (yang ini pasti sering dilakukan di sekolah ya), menganalisa artikel pendidikan, belajar teks lagu, karaoke, sampai ke.....rujakan....Iya, rujakan! Di unit TK kebanyakan guru memiliki hobi memasak dan makan. Jadilah salah satu kegiatan kami yang paling repot namun paling menyenangkan adalah membuat rujak uleg. Bumbunya harus dihaluskan dengan cobek batu besar, dengan isi lengkap. Di sini kami mulai belajar menggunakan kata-kata spesifik sampai kalimat sederhana, yang penting mau bicara. Kegiatan berlangsung sangat ramai. Kami saling melempar kata-kata bahasa Inggris, yang sering terlihat lucu ketika harus diterjemahkan dari kosakata bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Sementara itu dalam kegiatan menyanyi, meskipun lagunya panjang, ada teks yang mengalir lewat. Jadi masing-masing dari kami sempat belajar pronunciation yang lebih baik, tanpa harus tertekan. Saat itu sekolah saya baru saja mempunyai 2 orang warga negara asing yang berperan sebagai konsultan pendidikan. Saya informasikan mengenai kegiatan ini kepada mereka. Saya ajak mereka berdiskusi, namun tidak selalu saya undang secara khusus dalam setiap kegiatan. Salah satu hambatan belajar bahasa asing adalah ketika berhadapan betul-betul dengan penutur asli, rekan-rekan saya cenderung bersikap pasif. Mereka lebih memilih belajar dari mendengarkan, dan kurang mencoba berbicara. Saya berusaha meminimalkan benturan ini. Namun saya tetap melibatkan beliau dalam beberapa aktifitas yang kami pertimbangkan perlu ada penutur asli. Inipun harus merupakan respon dari usulan kegiatan rekan-rekan saya. Program ini berlangsung sepanjang satu tahun, bersamaan dengan kelas pelatihan Bahasa Inggris resmi yang diselenggarakan sekolah. Dari pernyataan rekan- rekan, mereka merasa lebih rileks belajar ketika bentuknya santai, apalagi saat mereka sendiri yang menentukan cara belajarnya. Hasilnya, kami lebih berani menggunakan Bahasa Inggris dalam aktifitas sehari-hari. Salah satu bentuknya adalah saat pertemuan pagi, masing-masing dari kami yang bertugas piket menyampaikan hasil observasi dalam Bahasa Inggris. Awalnya dengan menyebut beberapa kata yang spesifik, berikutnya mulai berani menggunakan kalimat lengkap. Pertemuan yang tadinya selalu berlangsung sangat resmi menjadi lebih mengalir dan nyaman karena kadang kami saling mentertawakan kesalahan dan memperbaiki tanpa ada yang tersinggung. Kami tertawa bukan untuk merendahkan, tapi lebih terasa senang telah berhasil menemukan sesuatu untuk diperbaiki. Kami sadar sepenuhnya, seperti inilah cara kami belajar bersama. Dalam kelas, lebih banyak rekan yang berani membacakan buku berbahasa Inggris untuk anak. Tampilan-tampilan kelas mulai menggunakan 2 bahasa dengan lebih baik, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Puncaknya, rekan-rekan saya berinisiatif merancang doa pembukaan dan penutup kelas dalam Bahasa Inggris yang bisa berlaku untuk pemeluk agama berbeda. Sampai saat ini doa buatan kami di unit TK akhirnya digunakan juga di unit SD. Saya pindah ke unit SD pada tahun berikutnya. Meskipun program yang saya inisiasi tidak langsung dilanjutkan, rekan-rekan saya setidaknya sudah berbekal kepercayaan diri untuk menggunakan Bahasa Inggris. Sehingga ketika pada tahun-tahun berikutnya salah satu konsultan asing kami ditempatkan di unit TK, perbedaan bahasa tidak lagi menjadi penghalang yang berarti. Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Lany Rh Guru SD Yayasan Pendidikan Jayawijaya Kuala Kencana. Penggerak Komunitas Guru Belajar Timika.
  • 12. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 12 Menerbangkan Tisya Buat apa belajar Bahasa Inggris kalau anda tinggal di kota kecil? Pertanyaan itu yang ada di benak para pelajar. Hingga Pak Riyadi menunjukkan manfaatnya. Pak Riyadi, terima kasih mengajarkan Tisya Bahasa Inggris. Kemampuan berbahasa Inggris dari bapak adalah ilmu pertama yang bisa Tisya tunjukkan di setiap tes dan wawancara, entah ketika melamar kuliah atau kerja, keduanya menuntut Bahasa Inggris. Di tempat kerja Tisya sekarang ini, Bahasa Inggris digunakan setiap hari, bertemu dengan orang-orang berbeda negara Teks tersebut di atas adalah pesan dari Alumni yang baru saja saya terima di Messenger, beberapa menit setelah saya menulis status di sosial media facebook seperti ini: Hai alumni, Adakah kalian terbantu dengan apa yang kita kerjakan bersama selama di sekolah? Tisya adalah anak desa dari kecamatan pelosok Jember bernama Kalisat, yang saat ini bekerja sebagai Vice Manager Spa Therapy di Maldive. Setelah lulus SMK jurusan UPW (Usaha Perjalanan Wisata), dua tahun lalu, ia mengikuti kegiatan pelatihan beasiswa hospitality industry di Bali selama 4 bulan (tidak jadi kuliah di STP Bali). Setelah pelatihan itu, ia terbang ke Maldive menjemput mimpi yang pernah ia ceritakan kepada saya: bisa naik pesawat terbang dan berkarir di tempat yang melibatkan orang-orang dari berbagai negara. Sebelumnya, Tisya berada dalam cerita pembelajaran Bahasa Inggris berikut ini: Usaha Perjalanan Wisata (UPW) adalah program keahlian (jurusan) yang kurang diminati di sekolah tempat saya mengabdi, di SMK Negeri 1 Jember. Setiap PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), paket keahlian ini selalu mendapat jumlah pendaftar yang sangat kurang. Pagu (jumlah kuota) yang disediakan 40 biasanya hanya terisi 8 sampai 12 pendaftar yang benar- benar memilih paket keahlian ini. Salah satu alasannya adalah para pendaftar takut atau juga sering meyebut tidak suka Bahasa Inggris karena pariwisata menurut mereka identik dengan bahasa Inggris. Kekurangan pagu ini biasanya diisi oleh pendaftar yang tidak diterima di program keahlian lain sepert Akuntansi, Mutimedia, Administrasi Perkantoran, Penjualan dan Broadcasting dengan alasan daripada tidak bersekolah. Keadaan seperti ini berlangsung terus-menerus yang kemudian menciptakan rendahnya motivasi peserta didik untuk mengikuti mata pelajaran dalam program keahlian ini, termasuk mata pelajaran yang saya ampu, Bahasa Inggris. Anak-anak didik saya umumnya memiliki motivasi yang sangat rendah untuk mengikuti Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Peran serta mereka didalam aktivitas belajar di dalam kelas sangat rendah. Mata pelajaran Bahasa Inggris hampir tidak bisa berjalan sama sekali kecuali kegiatan mengerjakan lembar- lembar kerja yang diisi sekenanya dan atau latihan- latihan soal menghadapi ujian. Sesi speaking, writing, oral presentation, comprehension sangat sulit menarik keterlibatan aktif peserta didik. Mereka memilih diam, pasif, sehingga kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris semakin kehilangan gairahnya dan kemudian menimbulkan sebuah kesan besar bagi anak-anak bahwa belajar Bahasa Inggris itu sulit dan sama sekali tidak ada gunanya. Dalam kondisi yang seperti itu, sebagai guru saya berusaha terus mencari tahu tentang alasan-alasan mereka tidak menyukai belajar Bahasa Inggris. Saya memberikan Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Kami benar-benar merevolusi kegiatan pembelajaran yang selama ini berbasis ceramah rumus-rumus bahasa menjadi kegiatan belajar berbasis proyek dan melayani keperluan masyarakat Jember.
  • 13. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 13 beberapa pertanyaan tertulis seputar minat mereka terhadap Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Sayajuga melakukan kunjungan ke rumah- rumah anak untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan otentik belajar mereka dan latar belakang keluarga dan masyarakat sekitarnya. Dalam serangkaian kegiatan tersebut, saya bertemu dengan jawaban yang sangat mengejutkan bahwa tidak satupun dari anak- anak itu yang menjawab atau menganggap tidak perlu atau tidak butuh belajar Bahasa Inggris. Hampir semuanya mengatakan bahwa mereka akan senang bila bisa atau menguasai Bahasa Inggris walaupun hampir semuanya juga menjawab tidak tahu apa gunanya, apa manfaatnya bila bisa Bahasa Inggris. Hal ini mengejutkan karena asumsi dasar saya ataupun guru-guru Bahasa Inggris lainnya di sekolah ini bahwa anak-anak tidak berminat belajar Bahasa Inggris oleh karena Bahasa Inggris dipandang oleh anak-anak sebagai mata pelajaran sulit dan sama sekali tidak ada gunanya kecuali hanya untuk lulus ujian nasional. Kami, guru-guru Bahasa Inggris melihat kesan bahwa anak-anak tidak memiliki harapan bahwa penguasaan Bahasa Inggris akan dapat membantu hidup mereka kelak setelah lulus dari sekolah ini. Mereka tidak akan melanjutkan kuliah dan tidak akan bekerja pada bidang-bidang yang memerlukan penguasaan Bahasa Inggris. Sampai saya dan guru-guru Bahasa Inggris lainnya, menemukan tanda- tanda yang lebih nyata bahwa kesunyian Mata Pelajaran Bahasa Inggris ini sesungguhnya disebabkan oleh kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang tidak mampu terhubung dengan makna atau nilai-nilai yang bisa diperjuangkan oleh anak untuk hidupnya kelak. Anak-anak juga tidak bisa menemukan relevansinya dengan kehidupan sekitar, pengalaman nyata, atau manfaat penguasaan Bahasa Inggris di lingkungan kerja untuk kota sekecil Jember ini. 
 
 Menerapkan Pembelajaran Kontekstual dan Bermakna Bersama dengan guru-guru Bahasa Inggris lainnya di sekolah ini, kami berkolaborasi mendesain ulang pembelajaran Bahasa Inggris kami dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan pembelajaran bermakna. Pendekatan kontekstual yang kami pahami dari Johnson (2007), bahwa pembelajaan seharusnya sejalan dengan prinsip cara kerja alam yang universal yakni, diferensiasi, kesalingbergantungan dan pengaturan diri sendiri. Pembelajaran kontekstual juga dapat dipahami sebagai pengajaran yang menghubungkan subyek- subyek yang dipelajari peserta didik dengan kehidupan kesehariannya. Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual ini, sumber-sumber pembelajaran Bahasa Inggris sekarang ini tidak lagi hanya seputar tentang benar-salah tata bahasa atau sesuatu yang harus dihafalkan, tetapi telah berubah dengan menggunakan semakin banyak sumber-sumber belajar di mana penggunaan Bahasa Inggris ditemukan di kota ini. Kami benar-benar merevolusi kegiatan pembelajaran yang selama ini berbasis ceramah rumus-rumus bahasa menjadi kegiatan belajar berbasis proyek dan melayani keperluan masyarakat Jember. Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Riyadi Ariyanto Guru SMK Negeri 1 Jember. Penggerak Komunitas Guru Belajar Jember
  • 14. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 14 Anak-anak sekarang mengumpulkan apapun yang berbahasa Inggris, yang bisa mereka temukan sehari-hari dalam kehidupan mereka sendiri. Struk belanja, brosur/leaflet hotel atau restoran, buku-buku manual, tiket, majalah/koran, jadwal penerbangan/kereta dll. Kemudian, kegiatan belajar Bahasa Inggris sering berlangsung di luar kelas, di bandara, di stasiun, di bank dan juga bisa di supermarket. Anak-anak sesuai dengan minatnya menggunakan Bahasa Inggris dengan mendesain brosur restoran/hotel/biro perjalanan, memahami buku manual barang, berita/pengumuman, menulis teks-teks iklan di kota kami yang biasanya menggunakan Bahasa Inggris atau menu-menu restoran dan yang lainnya, sebagai proyek kelompok atau individu. Kegiatan yang tak kalah menariknya adalah juga keterlibatan siswa kami sekarang sebagai volunteer, belajar menggunakan Bahasa Inggris mereka di dua event internasional tahunan di kota kami, JFC (Jember Fashion Carnaval) dan JOMCC (Jember Open Marching Competition). Anak-anak bekerja sebagaian relawan, menulis berita dalam Bahasa Inggris, menjadi liasson officer, membuat pengumuman-pengumuman berbahasa Inggris di area event dan conference, juga menjadi pemandu bagi pengunjung yang datang dari berbagai negara dan yang lainnya. Hasilnya, kegiatan belajar Bahasa Inggris di sekolah saya telah benar- benar berubah menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan dan ditunggu oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris yang awalnya menjadi suatu yang sangat tidak disukai sekarang menjadi kegiatan yang sangat diharapkan. Terlebih setelah beberapa tahun ini, beberapa alumni berbagi pengalaman internasionalnya di sekolah atau alumni yang bercerita atau mengabarkan pentingnya Bahasa Inggris di dunia kerja mereka. Saya dan guru-guru Bahasa Inggris di sekolah kami belajar bahwa desain kegiatan belajar yang melibatkan minat peserta didik sejak awal akan mendatangkan ketertarikan yang solid selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Ketika menyadari tujuan belajarnya, peserta didik jadi gemar belajar dan tangguh menghadapi kesulitan-kesulitan belajar. Pendekatan kontekstual juga memungkinkan peserta didik bisa belajar sesuai dengan keunikannya masing-masing. Kami terus memperbaiki beberapa kelemahannya yang kami temui terkait soal manajemen waktu, pengelompokan dan koordinasi antar mata pelajaran. 
 Johnson, B. Elaine. (2007). Contextual Teaching & Learning. Jakarta: MLC Tentang Surat Kabar Ini Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar adalah surat kabar dua bulanan yang diterbitkan Komunitas Guru Belajar dengan misi Menularkan Kegemaran Belajar. Surat Kabar ini menyajikan praktik cerdas pengajaran (#PraktikCerdas), cerita hidup guru (#CeritaGuru) dan foto hasil karya anak (#KaryaAnak) Bila anda berminat, kirimkan tulisan tentang #PraktikCerdas, #CeritaGuru atau #KaryaAnak. Kami akan menjadi teman belajar anda dengan memberi masukan. Tulisan yang sudah direvisi, akan diterbitkan di surat kabar Guru Belajar. Info lebih jelas, email kami di KampusGuru@Cikal.co.id Dewan Redaksi: Najelaa Shihab Bukik Setiawan Editor Tamu: Lany Rh & Ivan Bonang GuruBelajar.org Grup Facebook: Komunitas Guru Belajar
  • 15. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 15 Serunya Presentasi Jangankan presentasi, bicara di depan kelas pun membuat banyak orang yang mulas perutnya, keluar keringat dingin. Tapi Bu Dian membuat presentasi menjadi seru. Sewaktu SD, saya termasuk orang yang bisa mendadak sakit perut saat gugup berbicara di depan orang banyak. Saat itu kesempatan saya tampil di depan kelas hanyalah saat menyanyikan lagu wajib nasional. Sayangnya menyanyi bukanlah hal yang saya sukai pada waktu itu. Jadi, pengalaman tampil di depan kelas saat SD adalah pengalaman buruk bagi saya. Pengalaman buruk saat SD ternyata sangat mempengaruhi kepercayaan diri saya berbicara di depan banyak orang. Padahal di tingkat pendidikan yang lebih tinggi, saya dituntut untuk lebih banyak melakukannya. Jadi membiasakan berbicara di depan banyak orang dengan menyenangkan memang perlu dilakukan. Sekarang saya adalah guru SD. Tentu saja, saya tak ingin menciptakan pengamalaman buruk bagi murid saya. Saya harap yang mereka ingat tentang tampil di depan kelas adalah keriangan. Berbicara di depan orang banyak adalah keseruan. Namun ternyata bukanlah hal mudah untuk menemukan metode yang tepat. Keluar dari zona nyaman dan terus menggali ide adalah sebuah kebutuhan. Kesulitan bukan menjadi penyurut langkah. Darinya lah diharapkan muncul kreativitas pendukung langkah. Kreativitas tak selalu muncul dari kemudahan. Terkadang malah kesulitan yang membuahkan ide segar. Sebagai guru, menjumpai tema yang mirip atau sama adalah pertanda saatnya menyalakan tombol kreativitas lebih kencang. Tahun lalu saya menjumpai tema yang sama dengan tahun sebelumnya. Tema tersebut adalah hemat energi. Tahun sebelumnya mereka berhasil membuat poster ajakan menghemat energi melalui pemakaian alat-alat elektronika. Poster tentu saja bukan pilihan yang tepat lagi. Hasil dari memutar otak, saya ajak mereka bermain peran. Siswa-siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok akan mewakili sebuah perusahaan eletronika. Mereka diperbolehkan membuat nama untuk perusahaan mereka masing-masing. Tugas dari tiap kelompok adalah membuat petunjuk penghematan dari tiap alat elekronika yang diproduksi. Alat-alat elektronika yang diproduksi tiap perusahaan berbeda- beda. Petunjuk dapat digambar atau ditulis dalam lembaran kertas bekas. Tiap satu lembar kertas akan berisi satu alat alektronika berikut cara menghemat energi penggunaannya. Setelah itu, mereka saya minta mempresentasikannya di depan kelas. Hanya saja kali ini agak berbeda. Saat mereka menjelaskan tiap lembar yang mereka buat, saya minta mereka membayangkan mereka tengah menggunakan LCD. Saya berdiri dengan memampangkan lembar- lembar kertas berpura-pura sebagai layar. Tiap siswa yang menjelaskan akan membawa pensil atau bolpoin sebagai pointer. Saat ingin berganti lembar kertas, mereka akan memberi kode dengan mengatakan ceklik. Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar
  • 16. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 16 Model presentasi seperti itu saya pakai juga saat kami belajar tentang kehidupan zaman praaksara. Saat review, alih-alih saya minta menjawab soal-soal saya minta mereka membuat lembar-lembar presentasi dengan tema yang berbeda tiap kelompok. Ada tiga kelompok pada saat itu, yaitu kelompok pemimpin, pedagang dan pendidik. Sebelum sampai pada pembagian kelompok, saya minta mereka membayangkan sedang hidup di zaman pra aksara. Tiap kelompok saya minta menggambarkan kira-kira jika mereka menjadi pemimpin, pedagang dan pendidik apa sih yang akan mereka lakukan? Apa yang perlu pemimpin zaman praaksara lakukan? Apa yang kira-kira pedagang pada zaman pra aksara jual? Bagaimana cara masyarakat zaman pra aksara berjual beli? Apa yang guru-guru ajarkan jika pada zaman pra aksara sudah ada sekolah? Mereka juga diminta memberi nama untuk desa, pasar atau sekolah yang mereka buat. Nah, kali ini yang menjadi layar adalah teman sekelompok mereka. Hal itu malah membuat mereka makin bersemangat. Presentasi pun berlangsung makin riang gembira. Saat teman yang memegang pointer sudah bilang ceklik, terkadang teman yang menjadi layar tidak segera mengganti lembar kertasnya. Jadi perlu diulang kadang menjadi dua kali, ceklik ceklik. Bahkan mungkin tiga kali, ceklik ceklik ceklik. Diiringi tawa panjang dan lepas mereka. Dari kedua presentasi tersebut, kesungguhan mereka dalam berperan patut diacungi jempol. Ketika menjadi pemilik perusahaan eletronika, dengan tenang dan percaya diri mereka mempresentasikan produk-produk mereka. Meski kadang tertawa saat mendengar kata ceklik. Saat menjadi pemimpin, penjual atau pendidik pada zaman pra aksara pun mereka cukup yakin mempresentasikan hasil diskusinya. Sebenarnya bisa saja saya memakai pointer dan layar LCD yang nyata. Namun saya rasa keseruannya akan berbeda. Tak akan ada imajinasi yang memperkaya presentasi tersebut. Imajinasi yang mampu mengubah kertas menjadi slide-slide presentasi. Imajinasi yang menyulap bolpoin/pensil menjadi pointer. Imajinasi yang mengajak mereka melompat dari satu waktu ke waktu yang lain dengan ringan. Imajinasi yang menuntun mereka pada kegembiraan khas anak-anak. Imajinasi yang merobohkan tembok bertuliskan SULIT . Imajinasi yang memunculkan kepercayaan diri. Imajinasi yang meniadakan beban yang terasa berat. Imajinasi yang menuntun pada keseruan-keseruan penuh makna. Jika perlu memberi nilai pada presentasi mereka, jelas mereka mendapat A plus plus. A untuk lembar-lembar presentasi yang mereka buat. Plus plus untuk semangat, kreativitas, keceriaan dan keseriusan mereka saat berdiskusi dengan teman-teman mereka. Plus plus untuk kesediaan mereka mengajarkan pada saya bahwa kewajiban manusia untuk belajar tak seharusnya dijadikan beban. Proses yang kadang nampak berat sebenarnya bisa tetap dilalui dengan penuh keriangan. Kerut kening dapat diganti dengan deretan gigi-gigi putih pada wajah yang ceria. Jogja, 26 November 2015 Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Dian Nofitasari Guru Yogya Green School. Penggerak Komunitas Guru Belajar Yogyakarta.
  • 17. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 17 Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Petualangan belajar murid-murid SD Negeri 1 Cisarua, Tegalwaru, Purwakarta dibawah asuhan Pak Dian Misastra. Beliau yang juga menjadi Penggerak Guru Belajar Purwakarta mempunyai impian anak-anak kembali mencintai bumi mereka, bumi pertanian.
  • 18. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 18 Ketika Siswa Belajar Bertanya Tugas murid adalah menjawab pertanyaan. Eits tunggu dulu, Pak Rudi justru mengubahnya, tugas murid justru bertanya. Bagaimana kisahnya? Pengalaman ini terjadi sekitar 5 tahun yang lalu, dimana saya mulai menjadi seorang guru mata pelajaran TIK di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Pekalongan. Saya sempat terkejut dan kaget ternyata kondisi siswa pada saat KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) tidak lah sesuai dengan bayangan atau gambaran saya sebelumnya..dimana suasana kelas sangat hidup, terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa yang lainnya. Apa yang saya lihat justru sebaliknya, suasana kelas terasa mati, sunyi dan sangat pasif yang artinya hanya terjadi komunikasi searah saja yaitu dari guru ke siswa saja. Dan itu tidak hanya terjadi di kelas saya juga, ternyata terjadi hampir di semua kelas. Sekitar sebulanan lebih saya menghadapi kondisi kelas seperti itu, dan akhirnya saya mulai berfikir, ini pasti ada yang salah dengan minat dan keingintahuan siswa . Akhirnya saya coba melakukan tes sederhana, bisa disebut testing the water pada saat KBM di semua kelas, saya selalu sedikit melempar pertanyaan pengetahuan yang sangat umum, misal : • Apa portal berita yang sering kalian baca? • Nama situs yang sering kalian buka? • Apa itu Google? • Siapa nama Menteri pendidikan saat itu? Dan hasilnya sangat mengherankan, hampir 90% pertanyaan yang sifatnya umum tadi sulit mereka jawab. Dari kejadian tersebut, saya sedikit bisa mengetahui seperti apa siswa yang saya hadapi, rata-rata siswa di sekolah saya sangat kurang sekali berminat untuk mencari informasi, apapun itu, apalagi yang menyangkut mata pelajaran. Untuk bisa menghidupkan suasana kelas dengan kondisi siswa seperti itu memang sangat sulit. Kondisi yang memaksa saya untuk memutar otak mencari metode/cara mengajar yang tepat dalam KBM. Untuk mengawali langkah, saya sedikit melakukan survey dengan melibatkan semua siswa yang saya ajar. Saya meminta para siswa menuliskan apa tujuan mereka bersekolah. Dan hasilnya adalah... 90% keatas tujuan mereka untuk LULUS UJIAN NASIONAL, dan sisanya butuh ijasah SMA untuk Bekerja. Setelah melihat hasil survey saya kesimpulan awal bahwa kebanyakan siswa mau membaca/belajar hanya menjelang ada ulangan dan saya beranggapan hal inilah yang menyebabkan suasana KBM sehari-hari menjadi tidak hidup. Oleh sebab itu, saya coba menggunakan cara yang mungkin kurang lazim digunakan dan cara ini juga sempat dicibir oleh guru lain karena untuk penilaian katanya metodenya serampangan tidak akurat dsb, walaupun demikian tetap saya lakukan, karena tujuan prioritas saya adalah untuk menumbuhkan hasrat para siswa untuk menggali informasi. Saya berusaha menggunakan metode terbalik dari kebiasaan umum di Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Pak…..jam istirahatnya lanjut aja,, gak usah istirahat… -__-“ *lemes. “Pak, besok bapak masuk kan? besok kan ada kelas saya” “Pak Rudy, semalem aku baca artikel tentang bab ini… tapi kok saya belum begitu paham tentang istilah ini”.
  • 19. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 19 kelas. Biasanya agar siswa memperoleh skor/nilai siswa harus bisa menjawab pertanyaan/soal yang guru ajukan, yang saya lakukan ini adalah sebaliknya. Dimana kalau ingin dapat nilai siswa tersebut haruslah mengajukan pertanyaan pada saya selaku guru. Ketika di kelas sebelum suatu pertemuan selesai, saya memberitahukan kepada para siswa tentang materi yang akan menjadi topik pertemuan yang akan datang. Saya meminta para siswa untuk mencari informasi mengenai topik tersebut di rumah, entah melalui buku maupun internet. Kemudian saya meminta kalau ada hal-hal yang kurang bisa dipahami bisa ditanyakan di pertemuan yang akan datang. Pada pertemuan berikutnya, bagi siswa yang bertanya tadi akan mendapatkan skor/nilai dari saya, sesuai dengan bobot/kualitas pertanyaan tadi. Kemudian saya tidak akan menjawab pertanyaan yang diajukan tadi secara langsung, saya lemparkan pertanyaan tadi ke siswa yang lain dikelas. Apabila ada siswa yang bias menjawab, maka kedua anak tersebut (yang bertanya dan menjawab) akan memperoleh skor/nilai dari saya. Apabilka tidak ada yang menjawab terpaksa saya yang akan menjawab sekaligus menerangkan hal yang ditanyakan tadi. Terkadang pernah terjadi tidak ada siswa yang bertanya maupun menjawab pertanyaan, untuk menghindari suasana kelas yang mati, akhirnya saya membentuk kelompok belajar kecil (terdiri 2-3 siswa) kelompok kecil tersebut saya suruh diskusi dan mencari hal-hal yang harus ditanyakan kepada saya, dan seperti sebelumnya, pertanyaan tersebut tidak akan saya jawab langsung tetapi saya lempar ke kelompok lain. Dan walaupun cara ini tidak bisa berhasil 100% akan tetapi hampir semua semua kelas bisa hidup dan aktif pada saat KBM. Untuk itulah sampai saat ini saya masih terus mencari dan mengembangkan metode belajar yang sesuai dengan kondisi dan karakter siswa yang beraneka ragam, agar suasana kelas bisa menjadi hidup dan siswa mau belajar hanya pada saat akan ada tes atau ujian saja. Hasil atau tujuan yang ingin saya capai dengan menggunakan cara ini adalah bukan untuk menuntut siswa biar bisa dapat nilai atau skor tinggi pada saat ujian akan tetapi untuk merangsang dan menumbuhkan hasrat siswa pada rasa keingintahuan pada hal apapun termasuk ke materi pelajaran. Apa yang bisa membuat saya puas dan bangga adalah bukan karena siswa saya memperoleh skor tinggi pada ulangan, akan tetapi respon positif siswa terhadap suasana KBM yang coba saya kembangkan. Seperti rasa antusias siswa pada saat kegiatan belajar mengajar seperti Pak…..jam istirahatnya lanjut aja,, gak usah istirahat… -__- *lemes. Respon siswa pun positif jauh- jauh hari, yang terlihat ketika siswa bertanya tema yang akan dibahas minggu depan atau memastikan ada jam pelajaran dengan pertanyaan seperti Pak, besok bapak masuk kan.. besok kan ada kelas saya . Siswa pun bangga menunjukkan kesiapan belajarnya yang terlihat dari pertanyaan Pak Rudy, semalem aku baca artikel tentang bab ini… tapi kok saya belum begitu paham tentang istilah ini . Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Rudi Permana Guru SMK Negeri di Pekalongan. Penggerak Komunitas Guru Belajar Pekalongan.
  • 20. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 20 Belajar Mencintai Pertanian Ketika orang muda satu per satu meninggalkan desa membuatnya gundah. Pak Dian Misastra pun tergugah, mengajar anak-anak untuk mencintai kembali pertanian. Peran seorang guru sangat vital sekali dalam proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran akan berhasil jika guru dapat merubah kemampuan siswa baik pengetahuan maupun sikap kearah yang lebih baik. Strategi pembelajaran merupakan hal yang harus diterapkan dalam proses belajar, seperti kita ketahui bahwa setiap individu siswa berbeda, baik cara berpikir, bakat, keluarga dan lingkungan bahkan cara belajarnya pun berbeda. Penerapan strategi pembelajaran setiap sekolah akan berbeda disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. Sekolah tempat saya mengajar berada di Desa Cisarua Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta, sekolah yang berada di perkampungan tepatnya di kaki Gunung Bongkok. Desa saya berjarak sekitar 30 Km dari kota Kabupaten, kontur tanah yang berbukit naik turun menyebabkan jarang ada lahan atau lapangan luas, hampir persawahan berbentuk sengkedan agar tidak terjadi longsor. Rute jalanpun di buat berkelok dan melingkar untuk meminimalisir tanjakan tajam. Suhu di daerah saya lebih dingin di bandingkan dengan daerah sekitar karena persis dibawah gunung. Sebagian besar penduduk desa bermata pencaharian sebagai petani khususnya mengolah sawah. Dewasa ini jumlah warga desa yang turun ke sawah jauh berkurang. Kecakapan bertani pada generasi muda sudah hampir hilang bahkan untuk mencari jasa mencangkul juga susah. Sekarang ini untuk mendapatkan kuli cangkul harus menunggu giliran, akhirnya proses menanam padi tidak bersamaan sehingga lebih rentan terkena hama dan gagal panen. Berkurangnya minat untuk bertani (mengolah sawah) disebabkan minimnya regenerasi dari orang tua terhadap anak-anaknya. Banyak dari anak-anak muda di daerah saya pergi ke kota bahkan hingga bekerja keluar pulau jawa (Padang, Jambi atau Kalimantan). Mereka kebanyakan bekerja sebagai kuli bangunan agar mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Mereka tahu jika mengandalkan hasil dari bertani tidak akan meningkatkan penghidupan mereka, karena modal untuk bertani hampir berimbang dengan hasil yang diperoleh. Berkaca dari hal diatas, saya merasa tertantang untuk memperbaiki kondisi yang ada yaitu bagaimana supaya pengetahuan sesuai kurikulum dapat saya sampaikan dan misi mencintai lingkungan dapat dirasakan bahkan dipraktikan oleh siswa. Tantangan yang saya hadapi, kurikulum tidak menyebut secara jelas mengenai potensi daerah khususnya pertanian sebagaimana yang ada di lingkungan saya. Tantangan lain adalah menggabungkan ilmu pengetahuan dengan pertanian. Tantangan ini cukup sulit karena materi yang disampaikan sesuai kurikulum sudah terprogam. Jika saya tambah dengan Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Dian Misastra Guru SD Negeri 1 Tegalwaru. Penggerak Komunitas Guru Belajar Purwakarta.
  • 21. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 21 bidang pertanian maka akan mengurangi waktu untuk menuntaskan program sesuai kurikulum, secara otomatis untuk meningkatkan misi pertanian jadi tidak maksimal. Dalam proses pembelajaran, sebagian besar saya lakukan di luar ruangan. Siswa saya ajak untuk lebih mengenal lingkungan persawahan. Apalagi pada musim tanam seperti ini merupakan kesempatan yang sangat baik sekali karena siswa secara langsung bisa menyaksikan proses membajak, menyemai, menanam, merawat hingga memanen padi. Selain itu, saya jelaskan pula manfaat yang bisa diambil dari setiap inchi lahan pertanian, contoh kecil adalah bahan makanan yang bisa diperoleh dari sawah dari mulai jamur, lalapan, ikan, belut bahkan hingga jenis belalang. Agar proses belajar ini berjalan baik saya awali dengan persiapan perencanaan pembelajaran, kemudian metode saya gunakan metode discovery learning. Untuk satu mata pelajaran (misalnya IPA) ciri khusus pada hewan saya ajak siswa untuk mengidentifikasi hewan yang ada di sawah, siswa diarahkan untuk menangkap jenis hewan yang mereka temui dari mulai macam-macam belalang, ikan, serangga hingga katak. Setelah mendapatkan hewan yang ditemui, mereka mendiskusikan nama, ciri fisik, makanan dan cara berkembang biak. Mereka antusias sekali mengikutinya. Bahkan dua jam pelajaran sangat kurang. Setelah selesai saya kaitkan apa yang mereka lakukan pada saat itu dengan materi yang sedang di dalami, tanpa disadari mereka telah mendapatkan satu bahkan lebih pengetahuan tentang IPA. Selain mengidentifikasi hewan yang berhubungan dengan materi, siswa diarahkan juga untuk berkomunikasi dengan petani yang sedang melakukan aktivitas mengolah lahan, mulai bertanya nama, alamat, dan manfaat membajak menggunakan sapi atau kerbau. Kebetulan saat itu ada petani yang sedang membajak sawah. Siswa dengan seksama memperhatikan petani yang sedang membajak bahkan ada siswa yang ikut menaiki bajak hingga badannya berbalut lumpur. Mereka mengetahui bagaimana cara untuk mengatur tanah agar merata. Kebiasaan ngahaleuang eok (seni suara khusus dalam membajak sawah di daerah saya) menjadi salah satu daya tarik bagi anak-anak. Petani merasa senang karena merasa terhibur juga dengan adanya anak-anak, mereka juga dapat bercengkrama ketika mereka beristirahat. Pada akhir proses pembelajaran, saya lakukan refleksi bersama siswa tentang pembelajaran hari itu mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Kami meluruskan pemahaman yang berhubungan dengan materi ajar salah satunya siswa belum faham tentang daur hidup pada belalang yaitu metamorfosis. Banyak pertanyaan yang muncul dari siswa salah satunya ada pertanyaan pa dupi simeut aya manfaatna teu? Pan sok ngarusak pare! (Apa belalang itu ada manfaatnya? Kan suka merusak padi!) meski diluar materi namun harus dijawab. Salah satu jawabannya adalah belalang bisa dijadikan teman nasi karena mengandung protein yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain itu belalang juga bisa dijadikan makanan hewan peliharaan baik burung ataupun ayam. Penerapan cara belajar seperti ini khususnya di daerah sangat cocok sekali, meskipun setiap hari mereka melihat namun jika diaktifkan dengan proses belajar akan terjadi pemahaman yang lebih, karena mereka akan tahu bukan hanya dari segi fisik saja tentang lingkungan namun akan lebih memahami makna lebih dalam lagi hingga dalam diri mereka timbul cinta dan rasa memiliki akan lingkungan mereka sendiri. Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar
  • 22. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 22 20 Menit yang Memukau Berapa lama harusnya orangtua mendampingi anak? Menurut Pak Ivan, Pendongeng dari Lampung, "Cukup 20 menit/hari". Kok bisa? Inilah kisahnya penemuannya. Pada awalnya komunitas Dakocan yang didirikan pada tahun 2002 dimaksudkan hanya untuk menghibur anak-anak di Bandar Lampung dan menjadi sumber penghasilan bagi beberapa penggiat sastra dan teater yang lebih fleksibel secara waktu. Setelah berjalan beberapa lama muncul kecintaan kami kepada dunia anak-anak, kami sangat senang melihat anak-anak tertawa mendengar lelucon di sela dongeng, kami senang melihat anak- anak bahagia bernyanyi dan mendengar lagu anak-anak. Pengalaman berharga yang mengubah secara menyeluruh tujuan komunitas kami. Menyelami dunia anak- anak bagi kami seperti berada di sebuah tempat yang kaya dengan oksigen, membuat kami menjadi jauh lebih hidup dan menemukan kebermaknaan. Kami belajar lebih mengerti tentang dongeng, mengingat kami tidak memiliki latar belakang sebagai pendidik secara akademik. Kami membaca banyak referensi yang terkait dengan manfaat dan cara- cara efektif melakukan dongeng. Kami menemukan banyak sekali manfaatnya untuk anak-anak dan menjadi semakin yakin untuk terus melakukannya kepada sebanyak mungkin anak. Di lain sisi, kami memahami bahwa kami tidak akan pernah dapat mendongeng untuk anak-anak setiap hari dan juga tidak dapat mendongeng untuk setiap anak yang ada. Kami mencari cara agar semua anak dapat mendengarkan dongeng sesering mungkin. Kami menemukan dua peluang, yang pertama di sekolah, melalui gurunya. Kedua, di rumah, melalui orangtuanya. Lalu persoalan lainnya muncul, yaitu bagaimana cara melakukannya, maka kami mencari tahu tentang metode pelatihan bercerita, baik dengan membaca buku maupun bertanya kepada beberapa orang yang memiliki kompetensi untuk itu. Hasilnya kurang memuaskan, tidak ada yang mengetahui dan mungkin memang belum pernah dibuat. Kami memutuskan untuk membuatnya sendiri. Kami melakukan riset skala kecil tentang dongeng di Bandar Lampung dengan guru dan orang tua sebagai sasarannya. Dari riset itu, kami mengetahui apa yang dibutuhkan. Pada tahun 2007, kami mulai memberanikan diri melakukan pelatihan mendongeng untuk guru- guru PAUD/TK. Pelatihan tersebut terus kami lakukan sampai sekarang baik secara mandiri, bekerjasama dengan donatur/sponsor, pemerintah daerah baik provinsi Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar
  • 23. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 23 maupun kabupaten/kota, serta lembaga profesi seperti IGTKI, GOPTKI, Forum PAUD, dan HIMPAUDI. Sampai saat ini kami telah melatih sekitar 8.000 guru di Lampung dan Sumatera Selatan. Kami sangat senang melihat para guru yang mengikuti kegiatan ini dengan sungguh-sungguh. Kami sangat bahagia bisa berbagi dengan para guru yang ingin maju dan mengambangkan dirinya dalam keterampilan bercerita/mendongeng sehingga dapat melayani siswanya dengan lebih menyenangkan. Untuk materi yang dibawakan di kelas pelatihan, workshop, atau hanya sharing, kami sempurnakan dari waktu ke waktu dengan harapan guru-guru dapat lebih mudah mencerna, lebih lengkap, dan mudah diaplikasikan di kelasnya. Kami menyadari bahwa semakin sederhana materinya, maka peluang untuk dipraktekkan di kelas menjadi lebih baik. Proses penyempurnaannya juga tidak mudah, butuh banyak referensi baik secara tekstual maupun pengalaman. Kami menerapkan cara trial by error atau learning by doing karena kami tidak menemukan pilihan lain untuk melakukannya. Terus mencoba dan memperbaiki metode dari keberhasilan dan kesalahan yang kami buat. Akhirnya dengan kesungguhan yang sangat, kami berhasil menyusun sebuah standar modul pelatihan bercerita versi kami yang terbaik untuk saat ini. Setelah 13 tahun, akhirnya kami memiliki sebuah standar materi pelatihan bercerita, yaitu sebagai berikut: 1. Teori Pemahaman Dasar-dasar Tumbuh Kembang Anak 2. Teori Teknik Dasar Mendongeng 3. Praktek menulis cerita 4. Praktek menganalisis kesesuaian teks dongeng dengan usia anak 5. Praktek membuat alat bantu dongeng dan musik ilustrasi 6. Praktek memproduksi mimik emosi tertentu 7. Praktek memproduksi suara sesuai karakter tokoh dalam dongeng 8. Praktek menirukan gesture karakter tertentu dalam dongeng 9. Praktek mengintegrasikan keseluruhan elemen secara menarik. Setelah pelatihan mendongeng untuk guru berjalan dengan cukup baik, pekerjaan rumah kami selanjutnya adalah mengajak para orang tua untuk mendongeng di rumahnya. Ini pekerjaan yang jauh lebih sulit. Asumsi kesulitan itu dilandasi oleh pemikiran bahwa pengetahuan orangtua pada ilmu pengasuhan sangat minim dan sepanjang pengetahuan kami, lebih banyak orang tua yang menganggap bahwa kalau anaknya sudah sekolah maka pendidikan adalah tanggung jawab sekolah sepenuhnya. Ini masalah lainnya. Ada banyak referensi pengasuhan anak di rumah. Kondisi yang membuat kami senang, tapi kami tertarik pada tiga referensi, yaitu Ki Hajar Dewantara dengan pola Asah, Asih, Asuh -nya, Teksuko Kuroyanagi dengan buku Gadis Cilik Di Jendela -nya, dan Laura Numeroff seorang penulis buku anak-anak dengan Teori Mendongeng 20 menit -nya. Kami mempelajari ketiga karya itu dan berhasil meramunya dalam sebuah cara yang sederhana, yaitu 20 Menit Yang Memukau . Metode ini sebenarnya secara intuitif sudah dilakukan oleh para orangtua jaman dahulu di Indonesia, yaitu dongeng sebelum tidur. Hanya saja, kami ingin menghidupkan tradisi Indonesia untuk menguatkan peran orangtua dalam mengasuh anak. Kami menganalisisnya dan memperluas dengan beberapa aktivitas untuk mendukung dan melengkapinya. Secara Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Kadang kami merasa sangat lelah dan kesepian, merasa diabaikan, dan tak memiliki banyak peluang......Tapi....kami memutuskan, apapun yang terjadi kami akan tetap melakukannya dan terus belajar dengan dengan sungguh- sungguh untuk menjadi lebih baik demi anak-anak Indonesia.
  • 24. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 24 sederhana 20 Menit Yang Memukau dilakukan pada malam hari ketika anak menjelang tidur. Kegiatan yang dilakukan adalah mendongeng, saling bercerita, bercanda, permainan tebak-tebakan, pujian, usapan, bernyanyi, dan lainnya. Dua puluh menit adalah waktu minimal, lebih lama lebih baik. Pada saat melakukannya, orangtua harus mau fokus ke anak dan tidak diganggu oleh hal lain seperti gadget, komputer, televisi, dan lainnya. Metode ini mudah dan murah, yang membuatnya menjadi sangat sulit pada metode ini adalah komitmen orangtua untuk melakukannya setiap malam atau sesering mungkin, bergantian antara ayah dan ibu. Sebagai langkah awal ujicoba, kami berdikusi dengan beberapa teman tentang 20 Menit, dan melakukan percobaan bersama di rumah masing-masing. Setelah beberapa waktu kami bertemu dan mendiskusikannya. Dari uji coba tersebut ada beberapa temuan. Hasil yang selalu mirip adalah reaksi anak. Anak menjadi lebih suka ditemani menjelang tidur oleh orang tuanya, terjadi perubahan perilaku dalam keseharian, misalnya ada seorang anak yang selalu meletakkan sepatunya sembarangan setelah sekolah, setelah diterapkan 20 Menit beberapa malam, mulai menaruh sepatunya di rak sepatu di rumahnya. Selain sikap, anak juga memperoleh banyak pengetahuan, langsung dari orang yang paling dekat dengannya. Percobaan yang kami lakukan di rumah selama sekitar 3 tahun membuat anak-anak kami menjadi lebih bisa mendengar , dan secara emosi menjadi lebih dekat. Bila ada persoalan di sekolah atau lingkungan, anak-anak tidak ragu untuk bercerita lalu mendengar tanggapan, berdiskusi, dan belajar menerima saran. Melihat hal ini berakibat sangat baik untuk anak-anak dan keluarga, maka kami memberanikan diri untuk mempresentasikannya di hadapan Dirjen Tumbuh Kembang Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan PKK DKI Jakarta pada tanggal 20 Mei 2011. Pemilihan tanggal 20 Mei itu kami sepakati dengan harapan semangat Kebangkitan Nasional menular menjadi Kebangkitan Keluarga. Meskipun sampai saat ini belum ada tanggapan yang kami harapkan. Metode 20 Menit Yang Memukau menurut kami sangat baik untuk diterapkan di keluarga di Indonesia. Metode ini bisa diintegrasikan dengan pembelajaran di sekolah sehingga terjadi simultansi antara pendidikan di sekolah dengan di rumah. Sehingga anak-anak akan mendapat pendidikan secara lebih komprehensif di dua lingkungan utamanya, rumah dan sekolah. Kami sadar bahwa kami bukanlah ahli dalam bidang ini, kami hanya praktisi. Kami tahu bahwa ide-ide ini belumlah sempurna dan perlu bantuan banyak pihak untuk memperbaikinya. Kami juga tahu bahwa selama 13 tahun kami melakukan ini seperti berteriak ditengah padang pasir, tidak banyak yang mendengar, meskipun kami telah menyebarkan praktek baik ini melalui berbagai media. Kadang kami merasa sangat lelah dan kesepian, merasa diabaikan, dan tak memiliki banyak peluang. Tapi kalau kami teringat senyum dan tawa anak-anak ketika kami mendongeng, kalau kami teringat betapa para guru sangat senang berlatih bersama kami dan menerapkannya di sekolah, kalau kami teringat orang tua yang merasa bahagia karena anak-anak selalu menunggu di rumah pada malam hari; kami memutuskan, apapun yang terjadi kami akan tetap melakukannya dan terus belajar dengan dengan sungguh-sungguh untuk menjadi lebih baik demi anak-anak Indonesia. Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Ivan Sumantri Bonang Koordinator Komunitas Dongeng Dakocan. Penggerak Komunitas Guru Belajar Lampung
  • 25. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 25 Kurikulum dari waktu ke waktu perlu disempurnakan, berbagai usaha sudah diupayakan, harapan terbesar terletak pada pembenahan kurikulum 2013, dan dalam masa Mentri Pendidikan yang memperjuangkan "Joyfull Learning baik bagi guru dan siswa, dengan sendirinya berdampak pada relasi orang tua dan sekolah". Kita harus mendukung penuh semangat dan visi misi yang dalam dari perjuangan Bapak Anis Baswedan. Kurikulum tanpa "Roh" akan kehilangan makna dan arah, karena suasana pembelajaran baik sekolah maupun rumah akan kehilangan makna. Pembelajaran Usia Dini, sangat menentukan masa depan anak saat mereka meraih jenjang S2, S3, sedangkan bagi anak yang kurang beruntung, Pembelajaran usia dini akan memberikan kemampuan untuk keluar dari keterbatasan mereka, walau jenjang pendidikan yang mereka raih hanya tamat SMP sekalipun, sudah memiliki kemampuan segitiga dialogis. Salah satu Roh yang mampu mengoptimalkan kekuatan dan kekayaan kurikulum kita, adalah "Membangun Mesjid dihati anak/remaja". Sangat penting saat anak mengamati/membaca segala sesuatu, baik alam sekitar, beragam buku, maupun kehidupan nyata sekitar mereka( iqro dalam arti luas ), anak dibiasakan menuangkan gagasan melalui "Media Menggambar Ekspresif". Bagi anak usia dini "Menggambar Ekspresif adalah Menulis" dari sini kemampuan BAHASA UTUH (baca, tulis, bicara,dengar, konsep Whole langguage) secara tepat asas akan tumbuh karena termotivasi dari diri dalam anak sendiri. Intinya anak dengan kemampuan Bahasa Utuh atau sebagai Pengarang Cilik akan mampu untuk Menuangkan Gagasan, bukan mampu baca tulis untuk Siap SD. dari sisi Membangun Mesjid di hati anak, dimaknakan anak mampu Menggambar Ekspresif menjadi Pengarang Cilik dengan PEKA HIDAYAH. kemampuan Bahasa Utuh tidak akan utuh, jika tidak di perkaya dipertajam dengan kemampuan "Kreator dan Ilmuwan Cilik". Karya anak terlampir baik TK maupun SD awal baik dari Anak Beruntung dan Kurang Beruntung jika disimak dalam memiliki keunikan yang khas, ada karya yang menunjukan kekuatan otak kanannya, ada karya yang menunjukan kekuatan otak kirinya, ada karya yang menunjukan kepekaan dan kemampuan Transendental yang luar biasa (karya iqro membaca segala seuatu.., karya Subanalloh saya melihat..dan karya setelah tersentuh gambar buruh tani yang lagi duduk) Karya ilmiah dari seorang anak yang datang diantar naik sepeda, tentang cicak dan suplir adalah anak masa depan yang akan mampu keluar dari kemiskinan. Target calistung tidak tepat asas, HARUS SECARA TEGAS DIHENTIKAN, dengan membiasakan anak menjadi "Kreator cilik, Ilmuwan, Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Kurikulum Jembatan Hati
  • 26. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 26 Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar
  • 27. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 27 Pengarang, Musisi, Seniman Cilik". Bahkan di SD awal wajib ada jam "Bermain Bermakna/Merancang dan Proses kreatif". Kurikulum 2013 masih terfokus pada pendekatan ilmiah yang belum utuh. Kemampuan Memecahkan Masalah sangat penting, merancang dengan balok, lego atau barang bekas sangat penting untuk anak bahkan sampai kelas 6 SD, pelajaran prakarya sudah tidak tepat karena karyanya menjadi kaku sekdar keterampilan meniru, proses menggali daya imajinasi dan daya analisa yang dalam ,serta ketekunan menuntaskan sebuah gagasan sangat penting dialami anak dari usia PG samapai kelas 6 SD. Jika keseimbangan segitiga dialogis terjadi, barulah kita memiliki anak anak SMP dan SMA yang SIAP UTUH, SMP adalah "Saat Mewujudkan Prestasi (tetap i berhati)", SMA adalah "Saat Mewujudkan Aktualisasi diri". Tema Inspiratif Imajinatif juga sangat penting dikembangkan, yang bisa membawa anak bersama guru dan juga orang tua kedalam "Petualangan Pembelajaran" sambil menggali Segi Tiga Dialogis Prestasi, konsep Kuntum Mekar (dasar dasar Ki Hajar Dewantoro mengakar sangat mendalam dalam konsep tersebut diperkaya dengan konsep konsep lain dari negara maju). Konsep tersebut digambarkan secara sedehana agar saat mengajak anak mengalami Joyfull Learning, guru menghargai KEUTUHAN ANAK SESUAI KEHENDAK NYA, jika guru tumbuh menjadi peka karya anak, guru akan mengalami proses karitatif untuk kembali memiliki kemampuan segitiga dialogis, yang dahulu dirampas oleh target sekedar NEM. LPA Kuntum Mekar sudah selama 18 tahun memperjuangkan "Mengembalikan Apa yang Menjadi Haknya Allah kepada Allah dan Apa yang Menjadi Haknya Pemerintah kepada Pemerintah, anak anak harus Antusias dalam berkarya meraih Prestasi dengan lambang hati pengganti titik diatas i. Dari waktu ke waktu lembaga kami memiliki keyakinan kuat...bahwa dengan penngambungan konsep diatas..anak anak Indonesia akan membawa "Keindahan Islam Mendunia" kelak mereka bukan dilindas Era Globalisasi tetapi MENGINSPIRASI, MEWARNAI, MEMBERI ROH ARAH ERA GLOBALISASI. Makna keindahan agama apapun akan tersemai dalam setiap nafas pembelajaran bidang apapun, sesuai dengan keimanan masing masing anak, bukan sekedar terperangkap dalam pelajaran agama. Jika anak TK maupun SD Mampu berkarya dengan "Peka Hidayah", Allah akan membuka jalanNYA seUTUH NYA untuk mereka kelak untuk bukan saja menginspirasi NYATA Indonesia Baru, tetapi wajah Dunia yang lebih adil dan berhati. Jembatan terdekat yang perlu segera dibangun adalah "Jembatan Sekolah Kaya dan Sekolah Desa serta Berbagai Komunitas Pembelajaran Alternatif" Anak sekolah kaya sering terperangkap kurikulum asing, dan tumbuh terkurung, anak kurang beruntung terperangkap untuk tidak berani memiliki mimpi...yang kaya memiliki peluang untuk meraih S3 dimanapun.., anak kaya harus menjadi Raksasa baik hati, anak sederhana mampu menjadi "Petani yang Smart, atau karena kecerdasan dan daya juangnya akan juga mampu meraih S3 yang RINDU PULANG KAMPUNG. Jembatannya adalah raksasa baik ketemu Kancil Smart mewujudkan "Indonesia Inspiratif Nyata". Harus dimulai sekarang "Pertukaran Karya antar sekolah" adalah langkah yang sangat mungkin diwujudkan. Perlu adanya "Akreditasi Alternatif" mendampingi Akreditasi yang sekarang, tetapi pertanyannya yang ALTERNATIF ADALAH YANG SEHARUSNYA TERJADI, sedangkan banyak sekolah tanpa disadari MENCIPTAKAN ALTERNATIF PENDERITAAN, yang sayangnya masih dikejar kejar orang tua. Sekolah dan orangtua harus bersama menciptakan suasana UNTUK MENEMUKAN KEINDAHAN ANAK, DAN RENCANA ALLAH UNTUK MASA DEPAN MEREKA. Sudah waktunya peran PENGAWAS diganti INSPIRATOR SEKOLAH, ya sama sama belajar memperkaya dan belajar, dengan tetap memberi "Pengawasan Yang Menumbuhkan" Salam Kuntum Mekar...Kuingin Tumbuh Mewujudkan Karyaku, untuk Tuhan, sesama dan Indonesia.. Agus Moelijono. Penggagas Kuntum Mekar. Penggerak Komunitas Guru Belajar Bandung Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar
  • 28. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 28 Menjadi seorang guru punya tuntutan jaman yang tidak terelakkan. Bukan hanya pengajaran tetapi pendidikan budi pekerti sangatlah penting. Kami adalah sekolah swasta baru di kota Cirebon, bahasa pengantar kami adalah bahasa Inggris. Untuk pengajaran kami seringkali mencoba berbagai macam metode. Tetapi yang paling sulit bagi kami dan tetap dirasa sangat penting adalah pembentukan karakter. Siswa kami terbiasa dengan pembantu atau nanny yang siap 24 jam, orangtua yang sibuk dan sopir yang selalu mengantarkan mereka. Kadang mereka tidak tahu harus bagaimana apaila tidak ada pembantu? Seringkali bingung dan tidak bisa melakukan hal untuk dirinya sendiri misalnya buku pelajaran yang harus mereka bawa, seragam yang harus dikenakan mereka terbiasa disiapkan, project di sekolah seringkali tidak diselesaikan jika tidak ada bantuan pembantu. Kami berpikir bagaimana caranya supaya peserta didik sadar terhadap bahwa mereka adalah individu yang mandiri, yang pada akhirnya harus berdiri sendiri dan menggerjakan segala sesuatu sendiri bahkan memilih dan memutuskan sesuatu pun harus sendiri. Kesadaran akan hal tersebut dirasa sulit karena selalu ada orang yang siap mebantu padahal mereka sudah kelas 6 SD. Di Kurikulum 2013 disebutkan bahwa PRAMUKA menjadi ekstra kurikuler wajib di tingkat SD. Dengan permasalahan diatas kami merasa bahwa kegiatan ini akan menjadi salah satu cara kami suatu program sekolah yang menyenangkan yang dapat membantu membangun dan membentuk pribadi siswa menjadi lebih mandiri, lebih tough, lebih bertanggungjawab berhadap dirinya sendiri dan masa depannya. Melalui Pendidikan Kepramukaan, kami adakan kegiatan bermain, baris berbaris, disiplin memakai seragam pramuka dan semua atributnya, mereka belajar mandiri dan bermain dalam kelompok. Awal ada beberapa orangtua yang keberatan kenapa harus ada pramuka, kan ga ngaruh ke nilai, malah buat anak-anak jadi cape? . Kami merasa bahwa peserta didik perlu proses belajar mandiri yang progresif untuk mengembangkan diri mereka seutuhnya. Awal di kegiatan Pramuka, kami hanya mengenalkan kegiatan yang menyenangkan seperti games-games, dll.. Karena siswa kami semua masih anggota Pramuka Siaga, maka basic pendidikan adalah : hormat dan taat terhadap Pramuka itu sendiri dengan cara menghormati misalnya seragam pramuka dan semua atributnya tidak boleh ada yang terlupa dipakai ketika ada kegiatan. Apabila ada siswa yang tidak lengkap atributnya kami juga tidak menerapkan hukuman, mereka tetap bisa mengikuti kegiatan paling untuk games mereka akan kebagian terakhir. Mereka suka sekali bermain games, panas-panasam diluar ruangan kelas. Berulang kali kami terapkan bahwa untuk menyiapkan baju pramuka sebaiknya disiapkan sendiri sehingga tidak ada yang tertinggal. Saking sukanya kegiatan pramuka, mereka bilang sendiri sama orangtuanya bahwa mereka harus menyiapkan baju pramuka harus sendiri dan mereka melakukannya dirumah masing- masing. Pelan-pelan unsur do it by my self ini merambah ke hal lain termasuk menggerjakan PR/tugas sekolah, membereskan buku, menyiapkan bekal dll. Jadi kegiatan Pramuka sangat bermanfaat membantu membentuk karakter siswa yaitu mandiri. Kegiatan yang sederhana dan bermakna. Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Pramuka, Pendidikan Karakter Intani Prajaswari. TK - SD Kinderfield Cirebon. Penggerak Komunitas Guru Belajar Cirebon
  • 29. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 29 Matematika dalam Hidup Kita Siapa yang tidak pusing belajar matematika? Pengalaman pusing di masa kecil jadi pelecut buat Pak Hasto untuk mengubah pelajaran matematika menjadi menyenangkan. Pada hari pertama saya mengajar, 14 tahun yang lalu, di sebuah SMA di ujung Barat Surabaya, saya dikejutkan oleh sebuah pertanyaan seorang siswa yang terus terngiang sampai sekarang dan menjadi pacuan buat saya untuk terus belajar … Pak, buat apa saya harus belajar Matematika yang rumit & membingungkan ? Apa gunanya rumus matematika untuk hidup saya? Pertanyaan ini membawa saya kembali ke masa lalu ketika seusia mereka dan sama-sama mengalami kegalauan tingkat dewa, kenapa saya merasa bahwa pelajaran Matematika diciptakan untuk membuat hidup siswa menderita dan membuat guru menjadi sosok paling ditakuti di sekolah. Perasaan galau matematika berubah ketika saya bertemu dengan Pak Agus, guru yang membuat saya menjadi jatuh cinta kepada Matematika. Beliau mengajarkan matematika dengan bahasa yang lebih sederhana. Jika saya masih bingung, beliau selalu menunjukkan penggunaan rumus tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga saya dapat memikirkannya dengan lebih mudah dan utuh. Dari proses belajar bersama beliau, saya mengerti bahwa belajar Matematika tidaklah sesulit yang saya bayangkan ketika saya mendapatkan strategi yang tepat untuk mempelajarinya. Suatu hari saya pernah menghitung jumlah rumus matematika yang harus diajarkan dalam kurikulum nasional, di level SMA adalah sekitar 150 rumus dan SMP 50 rumus (termasuk berbagai atributnya), sungguh merupakan jumlah yang sangat banyak dibandingkan dengan berbagai kurikulum sejenis diluar negeri. Hal inilah yang menjadi pemicu saya secara pribadi untuk membuat proses belajar matematika menjadi lebih menyenangkan. Karena jika hanya terpaku pada acuan kurikulum, maka pelajaran matematika akan selalu menjadi penghalang buat siswa untuk menyenangi sekolah dan belajar. Dan kemungkinan akan muncul kembali pertanyaan diatas Apa gunanya rumus matematika untuk hidup saya? Ketika mengajar, saya mengawalinya dengan bercerita dan diskusi tentang penggunaan rumus yang akan saya ajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini memberi banyak ruang bagi saya dalam mengetahui pengetahuan awal siswa serta membuat suasana kelas menjadi lebih ramah terhadap rumus matematika. Siswa akan mendapatkan pemahaman terbaik ketika mereka melihat demontrasi langsung, berdikusi tentang isinya dan disediakan ruang untuk mendapatkan pengalaman (How Learning Profiles Can Strengthen Your Teaching." Edutopia, 2015) Tujuan lainnya adalah saya ingin mendapatkan informasi mengenai gaya belajar mereka. Sebagai guru saya perlu mengakomodasi berbagai gaya belajar mereka. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal (Prof. DR Nasution, 2006). Selain itu, gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi (Gunawan, Adi W., 2004). Ketika setiap siswa mempunyai pendekatan yang berbeda dalam proses belajar, maka menjadi penting untuk memberikan variasi tugas yang memungkinkan setiap siswa menunjukkan performa terbaiknya, Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Hasto Pidekso, Guru Sekolah Cikal, Penggerak Komunitas Guru Belajar Surabaya
  • 30. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 30 serta memberikan berbagai pengalaman belajar, sehingga siswa mampu beradaptasi dengan berbagai situasi belajar, tidak terpaku pada suatu gaya belajar tertentu. Dari berbagai cerita dan diskusi dengan siswa, saya mendapatkan jawaban bahwa pendekatan belajar melalui proyek menjadi pilihan utama dalam mengerjakan suatu permasalahan. Menurut siswa, dengan mengetahui berbagai aspek dan aplikasi suatu rumus akan lebih memudahkan mereka dalam belajar. Dengan pendekatan belajar melalui proyek, siswa akan diajak untuk memecahkan masalah dengan metode yang runtut dan sistematis, dimulai dengan membuat perencanaan waktu (timeline), investigasi masalah, perencanaan solusi, pemilihan solusi yang paling tepat dan diakhiri dengan evaluasi dan refleksi. Belajar matematika tidak hanya belajar menyelesaikan soal melalui rumus- rumus yang ada, namun belajar menyelesaikan masalah yang nyata melalui serangkaian rumus yang sudah dipelajari. Berdasar diskusi dengan siswa dan guru di sekolah kami, rata-rata penggunaan gawai selama 2-4 jam sehari (akumulasi), sebuah angka yang cukup lama untuk sebuah aktifitas yang dilakukan dalam sehari. Ketika ditanyakan apa yang diakses, ternyata banyak sekali jawaban yang diperoleh ; main games, melihat video artis, membaca buku-e, ngobrol bersama teman di sosial media, serta sekedar membaca berita terkini. Untuk siswa, melakukan kegiatan bersamaan (multi-tasking) seperti mengerjakan tugas dan akses internet merupakan kegiatan yang jamak dilakukan. Berdasarkan kebiasaan siswa menggunakan gawai, saya ingin memadukan pelajaran matematika dengan teknologi informasi. Dalam proses belajar di kelas, kami menggunakan software berbasis web, yaitu aplikasi Google (docs/sheet/ slide dan Edmodo (www.edmodo.com). Sebagai guru, saya terbantu dengan aplikasi itu, karena dapat langsung menginformasikan berbagai informasi ke siswa. Diskusi mengenai penerapan matematika dalam kehidupan menjadi topik sehari-hari yang selalu seru dan membuat kami bersemangat. Untuk tugas maupun informasi pelajaran, saya selalu posting di kedua media tersebut, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan saya dan teman-temannya dalam kelas tersebut. Jadwal penilaian maupun project juga saya posting, sehingga siswa maupun orangtua dapat memantau kegiatan sekolah dengan baik. Saat ini saya mengajar matematika di kelas 9 dengan topik barisan dan deret (sequence & series), fungsi kuadrat (quadratic equation) dan geometri koordinat (coordinate geometry). Materi diatas diajarkan dalam waktu sekitar 10 minggu, termasuk didalamnya proses penilaian kecil (formative) dan penilaian akhir (summative). Ada dua hal yang paling asyik menurut mereka : 1.Pengalaman mereka saat melakukan kunjungan belajar (field trip) ke Jogjakarta selama 4 hari dan melakukan berbagai kegiatan di Puncak Merapi, Gumuk Pasir, Gua Pindul dan Keraton Jogja. Melakukan kegiatan bersama teman-teman dan guru dan mencoba petualangan baru, selalu menjadi bahan obrolan yang tak pernah habis. 2. Bercerita tentang film James Bond terbaru berjudul Spectre . Sebuah film bergenre action yang mampu memberikan gambaran jelas tentang dunia spionase. Menurut mereka banyak hal yang belum pernah terfikirkan sebelumnya tentang dunia yang penuh kamuflase, namun setelah menonton film ini, membuat imajinasi mereka semakin tinggi. Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Siswa tidak hanya diajarkan menghafal rumus, namun juga belajar bagaimana menggunakannya dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari. Matematika itu ada dalam hidup kita, dan hidup kita pun merupakan serangkaian persamaan matematika yang selalu ingin dicari pola kebenarannya.
  • 31. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 31 Dari kedua pengalaman menarik ini, saya mencoba merangkai sebuah tugas untuk diselesaikan dan digunakan untuk kelas 9. Di level ini, kegiatan penilaian berupa pencarian koordinat berdasarkan petunjuk tertentu. Jadi saya memberi ilustrasi seperti proses pencarian harta karun berdasarkan petunjuk gambar. Mereka harus menyelesaikan petunjuk dengan menggunakan rumus barisan dan deret untuk menunjukkan koordinat tertentu di suatu tempat. Sebagai titik awal saya menggunakan koordinat kota Jogjakarta (-70,1100) sebagai koordinat pusat (0,0). Setelah mendapatkan titik harta karun, siswa menggunakan aplikasi google earth dan mengkonversinya dalam koordinat bujur dan lintang, sehingga diketahui letaknya diatas bumi. Kegiatan ini menarik dan seru, karena siswa seperti diajak dalam petualangan sesungguhnya. Mereka seolah-olah menjadi James Bond yang harus menemukan musuhnya dengan mendapatkan petunjuk dari berbagai tempat. Semua petunjuk mengacu kearah nama tempat dimana mereka mengunjunginya saat di kota Jogja, sehingga mampu memberi gambaran yang lebih konkrit.Sebagai bagian dari tugas, mereka juga diwajibkan menuliskan laporan yang berisi runtutan penyelesaian dan pencarian harta karun yang diharapkan. Mereka juga menuliskan evaluasi mengenai keseluruhan proses yang dilakukan, kesulitan yang dihadapi serta bagaimana mendapatkan solusi atas petunjuk-petunjuk yang diberikan. Semua aplikasi yang dipakai dalam kedua tugas diatas dapat digunakan juga di gawai Android. Siswa dapat mengerjakan tugasnya dimana dan kapan saja. Proses pengiriman laporan juga dapat dikirimkan secara daring (online) dan langsung. Saya dapat memantau proses pengerjaannya dan memberi umpan balik secara langsung di mana pun saya berada. Sungguh merupakan loncatan teknologi yang luar biasa jika dibandingkan dengan kelas saya 10 tahun yang lalu. Siswa tidak hanya diajarkan menghafal rumus, namun juga belajar bagaimana menggunakannya dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari. Matematika itu ada dalam hidup kita, dan hidup kita pun merupakan serangkaian persamaan matematika yang selalu ingin dicari pola kebenarannya. Menggunakan gawai dan media internet mampu menjadikan belajar rumus matematika menjadi lebih ramah untuk siswa, karena mereka sudah terbiasa menggunakannya secara berkala. Tantangan menjadi guru adalah terus belajar dan membuat materi pelajaran menjadi lebih membumi. Kebiasaan membaca, menonton film maupun mendengarkan musik yang disukai siswa jaman sekarang adalah salah satu cara buat saya untuk mengenal generasi ini, yang tentunya sangat jauh berbeda dengan generasi saya. Seorang guru harus mampu menjembatani celah antar generasi melalui kegiatan-kegiatan kelas yang lebih menarik, sehingga siswa menyenangi untuk belajar, dan harapannya mereka akan memahami kenapa harus mempelajari matematika. Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar
  • 32. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 32 Asessmen adalah salah satu kegiatan utama yang secara rutin dilakukan dalam peran guru. Kita tahu betapa pentingnya proses ini, bukan hanya untuk pembelajaran pelajar terhadap materi, namun juga pembelajaran guru terhadap siswanya. Bentuk asesment perlu beragam, namun dalam kenyataannya lebih banyak yang seragam. Fungsi assesmen perlu menyeluruh, dari diagnosa sampai refleksi, namun seringkali untuk evaluasi melulu. Assesment yang otentik menjadi operasionalisasi dari tujuan belajar-mengajar, mendorong perencanaan dan aksi di kelas yang baik. Di edisi surat kabar guru belajar berikutnya, akan Anda dapatkan upaya guru belajar merangkai potret-potret pembelajaran, BERSAMA pelajar membuat album utuh yang menggambarkan belajar bermakna dan menyenangkan. Anda punya pengalaman atau #PraktikCerdas melakukan asesmen otentik? Simak caranya: 1. Unduh panduan Penulisan #PraktikCerdas di http://bit.ly/ MenulisKGB 2. Tuliskan sesuai panduan dan simpan dalam file dengan nama #PraktikCerdas "Nama Penulis" 3. Emailkan file beserta foto diri dan foto aktivitas dengan subyek email #PraktikCerdas "Nama Penulis" ke KampusGuru@Cikal.co.id Bila mempunyai foto #KaryaAnak Asesmen Otentik, anda jugsa bisa mengirimkan foto tersebut ke email KampusGuru@Cikal.co.id dengan subyek email #KaryaAnak "nama pengirim". Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Undangan Menulis: Asesmen Otentik Komunitas Guru Belajar Guru Belajar adalah komunitas pendidik yang diinisiasi oleh Kampus Guru Cikal untuk berdiskusi dan berbagi praktik cerdas pengajaran dan pendidikan melalui Facebook dan Temu Pendidik. Praktik cerdas yang sudah dikurasi akan dipublikasikan di situs GuruBelajar.org, dalam bentuk surat kabar, buku atau media pembelajaran. Prinsip Nilai Kami 1. Mewujudkan pelajar sepanjang hayat. Kami bercita- cita menumbuhkan pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang positif agar setiap insan terus mau dan mampu belajar. 2. Memberdayakan semua pelaku dan peran. Kami sadar bahwa perubahan hanya akan terjadi pada mereka yang merdeka, yang berada dalam lingkungan yang mendukung setiap insan untuk menjadi penggerak. 3. Menghargai keragaman. Kami yakin keunikan adalah kekuatan, yang harus didorong dan dimaknai, dihormati dan dirayakan. 4. Berkolaborasi dengan terbuka. Kami sadar bahwa kami bagian kecil dari jaringan perjuangan, yang akan berdampak optimal hanya bila berbagi tanggungjawab dengan semua yang peduli. 5. Mempraktekkan standar terbaik. Kami bekerja keras untuk menjadi teladan dalam setiap aksi, selalu menggunakan ilmu dan bukti dengan sepenuh hati. Komunitas Guru Belajar mempunyai kegiatan berkala tiap 2 bulan yang disebut Temu Pendidik dan Temu Pendidik Nusantara yang diadakan tiap tahun. Dalam Temu Pendidik, guru berbagi praktik cerdas pengajaran dan pendidikan melalui presentasi bercerita. Apa kelebihan Temu Pendidik? 1. Singkat
 Temu Pendidik berdurasi maksimal 2 jam agar mudah diselenggarakan dan diikuti semua guru. 2. Praktis
 Temu Pendidik memfasilitasi guru berbagi pengalaman praktis dalam mengatasi tantangan di kelas/sekolah. 3. Konkret
 Temu Pendidik memfasilitasi guru untuk membicarakan rencana konkret untuk dilakukan di kelasnya. Tertarik bergabung? Daftarkan email anda di GuruBelajar.org Bergabung di Grup FB Komunitas Guru Belajar
  • 33. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 33 Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Diferensiasi Memahami Pelajar untuk Belajar Bermakna dan Menyenangkan Penerbit: Literati & Kampus Guru Cikal Penulis: Najelaa Shihab & Komunitas Guru Belajar Editor: Bukik Setiawan dan Siti Nur Andini ISBN: 978-602-8740-52-4 Tebal: VI + 252 halaman Dimensi: 14 x 21 cm Anda seorang guru? Anda kebingungan mendesain pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan? Anda belum tahu merancang pembelajaran untuk beragam anak di kelas anda? Atau, anda ingin memperkaya strategi mengajar anda agar lebih berdampak positif pada pelajar anda? Buku Diferensiasi ini adalah buku yang tepat untuk menjawab kebutuhan anda. Bagian pertama buku ini membahas mengenai konsep diferensiasi sebagai cara pandang dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Setelah itu dibahas keterkaitan diferensiasi dengan berbagai konsep penting pembelajaran seperti peran guru, disiplin positif, keragaman anak, teori belajar, pembelajaran inkuiri dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Tidak hanya berhenti di konsep, buku ini pun menyajikan pengalaman para guru dalam menerapkan diferensiasi di kelas mereka. Guru yang berbagi pengalaman pun beragam, ada guru TK, SD dan SMP; ada guru Matematika, IPA, Seni hingga guru Agama. Dengan menceritakan beragam pengalaman guru, buku ini membantu anda untuk lebih mengenal dan memahami diferensiasi untuk merancang pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi pelajar anda. Bagian paling akhir buku menceritakan pengakuan orangtua mengenai dampak positif diferensiasi terhadap anaknya dan pengakuan para pelajar dalam mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan diferensiasi. Karena apapun, pilihan pendekatan dan metode pengajaran harus berdampak pada pelajar sebagai subyek pendidikan. Untuk sementara, buku belum tersedia di toko buku. Bila ingin mendapatkannya, anda bisa membeli di TokoBuku.com melalui tautan ini http://bit.ly/BukuDiferensiasi Stok terbatas!
  • 34. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 34 Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Kehebohan Kelompok Pendongeng Dakocan ketika pentas mendongeng di depan anak-anak. Setiap tempat adalah panggung Kelompok Pendongeng Dakocan melatih guru PAUD untuk terampil dan ekspresif mendongeng. Bayangkan dampaknya di kelas-kelas PAUD Anak-anak Sekolah di Timika sedang belajar langsung dari sumber pengetahuan alaminya. Belajar jadi menyenangkan dan bermakna Anak-anak TK YPS Soroako sedang belajar di ruang kelas raksasa mereka. Ruang kelas tak berdinding dan beratapkan langit
  • 35. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 35 Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Menteri Anies Baswedan di dialog pembukaan Temu Pendidik Nusantara yang dipandu oleh anak-anak Pengenalan Komunitas Guru Belajar di Temu Pendidik Nusantara 2015 Diskusi panel yang menghadirkan narasumber dari beragam profesi sebagai bagian pengayaan wawasan pada peserta di Temu Pendidik Nusantara 2015 Kelas lokakarya yang memberi kesempatan pada peserta Temu Pendidik Nusantara untuk memahami dan melakukan praktik beragam strategi dan metode pengajaran dan pendidikan
  • 36. SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 36 Kampus Guru Cikal adalah wahana seru bagi calon guru dan guru untuk menjadi pelajar sepanjang hayat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kampus Guru Cikal menyediakan solusi pendidikan berupa: 1. Pelatihan guru dan pengembangan kepemimpinan sekolah 2. Pengembangan Komunitas Guru Belajar sebagai ekosistem berbagi praktik cerdas 3. Penyediaan beasiswa bagi calon guru dan guru untuk mengembangkan diri 4. Pengembangan sekolah dampingan dan pertukaran guru 5. Penyediaan konten bermutu bagi guru dan pemimpin sekolah di GuruBelajar.org 6. Perintis pembentukan kampus guru yang bermakna dan seru untuk belajar 
 Bagaimana cara terlibat dengan Kampus Guru Cikal? Menjadi guru pembelajar Kami mengundang rekan calon guru dan guru di seluruh Indonesia untuk belajar bersama melalui berbagai inisiatif maupun berbagai kanal media sosial Kampus Guru Cikal. Menjadi penggerak komunitas Kami mengundang rekan guru dan pendidik menjadi penggerak komunitas Guru Belajar yang mengembangkan ekosistem berbagi praktik cerdas. Menjadi donatur Kami mengundang individu dan lembaga yang peduli pendidikan Indonesia menjadi donatur beasiswa bagi guru dari berbagai daerah di Indonesia. Menjadi mitra program Kami mengundang perusahaan, yayasan, dan lembaga pemerintah untuk menjadi mitra program pendidikan guru, baik program berkala kami maupun program yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi Anda. Bila tertarik, silahkan follow @KampusGuruCikal dan Like Facebook: Kampus Guru Cikal Guru Belajar 10 Desember 2015 Menularkan Kegemaran Belajar Belajar Menjadi Guru Profesional Kembangkan Keterampilan Mengajar Bermakna, Menyenangkan, Berkolaborasi