“Memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah SWT dengan menyebut nama seorang Nabi atau Wali untuk memuliakan (ikram) keduanya.” (Al-Hafizh Al-‘Abdari, Al-Syarh Al-Qiyam, Hal.378)
أَدْرِكْنِيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ
(Tolonglah aku wahai Rasulullah [dengan didoakan kepada Allah])
Menurut mayoritas kaum Muslimin sejak generasi sahabat hingga kini, bacaan di atas adalah benar dan tidak syirik.
Sementara menurut Ibn Taimiyah (abad ke-8 H.), dan menurut Wahabi (abad ke-12 Hijriah), redaksi tersebut tidak benar, syirik akbar, murtad dan masuk neraka selama-lamanya.
“Memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah SWT dengan menyebut nama seorang Nabi atau Wali untuk memuliakan (ikram) keduanya.” (Al-Hafizh Al-‘Abdari, Al-Syarh Al-Qiyam, Hal.378)
أَدْرِكْنِيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ
(Tolonglah aku wahai Rasulullah [dengan didoakan kepada Allah])
Menurut mayoritas kaum Muslimin sejak generasi sahabat hingga kini, bacaan di atas adalah benar dan tidak syirik.
Sementara menurut Ibn Taimiyah (abad ke-8 H.), dan menurut Wahabi (abad ke-12 Hijriah), redaksi tersebut tidak benar, syirik akbar, murtad dan masuk neraka selama-lamanya.
Argumen amaliyah nahdhiyyah di bulan ramadhanaswajanu
Secara umum, kita dapat mengetahui dengan pasti dan yakin, bahwasanya peristiwa-peristiwa dan kasus-kasus dalam bidang ibadah atau muamalah, tidak terhitung dan tidak terbatas. Kita juga tahu secara pasti bahwa tidak semua kasus ada teksnya bahkan ini tak terpikirkan. Ketika teks-teks itu merupakan sesuatu yang terbatas, sementara fenomena sosial tidak terbatas, maka sesuatu yang tidak terbatas itu tidak bisa tercakup semua oleh yang terbatas. Tentu sudah menjadi keharusan untuk melakukan ijtihad dan qiyas. Sehingga dapat dipastikan akan ada ijtihad dalam setiap persoalan (dari para ahlinya). (Al-Milal wan Nihal, juz I hal 164)
Argumen amaliyah nahdhiyyah di bulan ramadhanaswajanu
Secara umum, kita dapat mengetahui dengan pasti dan yakin, bahwasanya peristiwa-peristiwa dan kasus-kasus dalam bidang ibadah atau muamalah, tidak terhitung dan tidak terbatas. Kita juga tahu secara pasti bahwa tidak semua kasus ada teksnya bahkan ini tak terpikirkan. Ketika teks-teks itu merupakan sesuatu yang terbatas, sementara fenomena sosial tidak terbatas, maka sesuatu yang tidak terbatas itu tidak bisa tercakup semua oleh yang terbatas. Tentu sudah menjadi keharusan untuk melakukan ijtihad dan qiyas. Sehingga dapat dipastikan akan ada ijtihad dalam setiap persoalan (dari para ahlinya). (Al-Milal wan Nihal, juz I hal 164)
Materi kuliah tentang hukum shalat. Cari lebih banyak lagi materi kuliah Semester 1 di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.htm
1. Solat Sunat Awwabin adalah satu jenis Solat Sunat. Awwabin sendiri berasal dari Bahasa Arabyang
bererti (orang yang sering bertaubat).Para ulama berbeza pendapat mengenai solat ini. Ada yang
berpendapat solat sunat awwabin dilakukan antara waktu Maghrib dan Isya'. Tetapi ada
juga ulama yang mengatakan solat awwabin adalah nama lain dari Solat Sunat Dhuha.Mengikut
fahaman Mazhab Shafie yang didomina di Malaysia membawa pengertian solat yang dilakukan
selepas Fardhu Maghrib menanti waktu Isya' [1] Solat sunat ini dilakukan sama ada sebanyak
2 rakaat, ataupun 4 rakaat atatpun enam rakaat, ataupun sebanyak 20 rakaat dengan diberikan satu
salam setiap dua rakaat.
Keutamaan Solat
Keutamaan salat tersebut berdasarkan sabda Rasul Yang berbunyi, “Siapa yang shalat enam
rakaat tanpa disela dengan pembicaraan buruk, ia senilai ibadah selama dua belas tahun.” (HR at-
Tirmidzi. Hadis Gharib)
Cara Mengerjakan
Solat Sunat Awwabin dikerjakan seperti Solat Sunat yang lain. Niat untuk mengerjakan solat sunat
Awwabin adalah yang bermaksud "Sahaja aku
sembahyang sunat awwabin dua rakaat kerana Allah Ta'ala".Pada rakaat pertama dan rakaat kedua,
dibaca Surah Al-Ikhlas sebanyak enam kali dan SurahAn-Nas sebanyak satu kali selepas membaca
Surah Al-Fatihah. Selepas tamat dua rakaat, dirikan solat sebanyak dua rakaat lagi, dan sesudah Al-
Fatihah, dibaca apa-apa surah mengikut kemahuan. Selepas tamat dua rakaat tadi, berdiri dan
dirikan lagi dua rakaat Solat Sunat ini, dengan selepas Al Fatihah, dibaca surah Al-Kafirun dalam
rakaat pertama dan surah Al Ikhlassemasa rakaat kedua.Selepas cukup dikerjakan solat sunat
sebanyak 6 (ataupun sehingga 20 rakaat) tadi, elok dibacakan doa berikutyang bermaksud "Ya Allah!
Sesungguhnya Aku menyerahkan imanku kepada peliharaan Mu, maka imanku itu, semasa hidupku,
semasa matiku, dan selepas matiku. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. "
Hadis Berkaitan
Para [[ulama berbeza pendapat mengenai solat ini. Ada yang berpendapat solat awwabin
dilakukan antara waktu maghrib dan isya.Tirmidzi meriwayatkan hadist dari Abu Hurairah,
Rasulullah bersabda "Barang siapa solat 6 rakaat setelah maghrib, di sela-selanya tidak
berbicara kotor, maka ia mendapatkan pahala ibadah selama 12 tahun. Kemudian beliau juga
meriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah bersabda "Barangsiapa solat 20 rakaat setelah
maka Allah mambangun rumah di sorga untuknya", Tirmidzi berkata, hadis Abu Harairah "gharib"
(hanya diriwayatkan seorang rawi yang tidak kuat).Tabrani juga meriwayatkan dari Ammar bin
Yasir, Rasulullah bersabda "Barangsiapa melakukan shalat 6 rakaat setelah aghrib, maka
diampuni dosanya meskipun sebanyak ombak lautan". Ibnu Majah dan Ibnu Huzaimah juga
meriwayatkan serupa.
2. Tetapi ada juga ulama yang mengatakan solat awwabin adalah nama lain dari solat
dhuha.Daripada Abu Hurairah maksudnya :"Kekasihku Rasullullah telah
berwasiat kepadaku tiga perkara, aku tidak meninggalkannya, iaitu ; supaya aku
tidak tidur melainkan setelah mengerjakan witir, dan supaya aku tidak meninggalkan
dua rakaat sembahyang Dhuha kerana ia adalah sunat awwabin, dan berpuasa tiga
hari daripada tiap-tiap bulan"Sabda Nabi : "Salatnya orang-orang awwabin
(yang sering bertaubat kepada Allah) adalah ketika anak unta merasa kepanasan"
(HR. Muslim : 848)Demikian pula sabda nabi : "Tidak ada yang menjaga solat
Dhuha kecuali orang awwab (sering bertaubat). Rasulullah bersabda: "Itu
adalah shalatnya orang-orang yang sering bertaubat" (HR Ibnu Khuzaimah dalam
Shahihnya: 1224, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 1/313 Ath Thabarani dalam Al-
Ausath: 4322. Disahihkan Al Hakim dan disepakati Adz-Dzahabi. Dan dihasankan
Al-Albani dalam silsilah Ash-Shahihah no. 707).