SlideShare a Scribd company logo
SEKSUALITAS
SEKSUALITAS
• SEKSUALITAS  tidak hanya dipahami sbg aktifitas fisik
(aspek biologis/dorongan seksual) dan psikologis individu
(pikiran, perasaan serta pengalaman-pengalaman
“individual”)  perlu pemahaman komprehensif, krn
fenomena sosial.
• Perilaku seksual mengikuti pola-pola yg tergenderkan
dimana berakar dari definisi maskulinitas dan
feminitas dalam budaya.
• Definisi budaya apakah seksualitas berbeda antara
laki-laki dan perempuan. Laki-laki diharapkan
mempunyai dorongan sex yang lebih kuat daripada
perempuan, masih distereotipekan overactive
dibanding perempuan.
• Orientasi Seksualitas  Heterosexsual, Homosexual,
Bisexual (Homo + Hetero)
• Seksualitas bisa direkonstruksi dan
didekonstruksi.
• Seksualitas jarang sekali didiskusikan secara
terbuka. Seksualitas selalu dilekatkan dengan hal-hal
yang bermuatan negatif, kotor, dosa dan tidak
bermoral. Sehingga seksualitas begitu ketatnya
diatur oleh lembaga-lembaga sosial, agama
sampai negara. Dampaknya : manusia menjadi jauh
dari seksualitasnya sendiri.
Studi ilmiah ttg sex :
FREUDIAN PSYCHOANALYSIS, Judul Tulisan Freud
“Transformation of Puberty”, subjudulnya :
“The Differentiation between Men and Women”
Teori “PENIS ENVY”,
Seks adalah bagian dari naluri manusia yang paling dasar
dan primitif. Sensasi seks pertama adalah dalam hubungan
dengan payudara ibu saat menyusui. Dalam tingkat
tertentu dalam kehidupannya, muncul kesadaran bahwa
ada perbedaan dalam bagian-bagian vitalnya. Seorang anak
laki-laki akan menyadari bahwa saudara perempuannya
tidak punya penis dan dirasa mempunyai kekurangan,
karena “penis” sebagai versi “superior” dari clitoris 
kecemburuan penis  perasaan marah pada ibu yang tidak
memberi penis sebagai salah satu organ yang penting 
dasar penyebutan Freud pada perempuan sebagai “THE
DARK CONTINENT” (DARATAN YANG GELAP)
SEKS, GENDER, DAN ORIENTASI SEKSUAL SBG
KEBERLANJUTAN DAN SBG VARIABEL YG SALING
BERARTIKULASI
SEKS betina/female hermaphrodite jantan/male
(Biologis) 0……………………………………………………………0
GENDER feminin androgin maskulin
0……………………………………………………………..0
SEKSUALITAS biseks heteroseks homoseks selibat
(orientasi 0……………………………………………………………0
Seksual)
Seks adalah kategori biologis, Gender dan seksualitas adalah kategori sosial maupun
psikologis. Seksualitas berkaitan dengan genitalia dan organ seks sekunder.
Jantan = male Betina = female
Maskulin = kelaki-lakian Feminin = Kewanitaan
SEKSUALITAS, KONSTRUKSI ALAMIAH ATAU SOSIAL ?
Penentu Biologis Konstruksi Sosial
Identitas Seksual Ditentukan pada saat lahir dan
tidak dapat diubah
Muncul melalui pengalaman
individu.
Relasi-Relasi
Seksual
Ekspresi alamiah pada
Kecenderungan biologis
Menyediakan dasar bagi
pembentukan identitas-identitas
sosial
Institusi-Institusi
Sosial
Didasarkan pada seksualitas
”alamiah” /keteraturan sosial
Kelompok dominan mendukung
identitas-identitas seksual
Perubahan Sosial Keteraturan sosial secara
relatif tetap dengan variasi
individu
Perubahan mendatangkan seperti
orang memobilisasikan gerakan-
gerakan sosial untuk menetapkan
hak-hak bagi kelompok-kelompok
minoritas
Sumber : Andersen, 2000;183
• Esensialisme Seksual yaitu paham yang menganggap seksualitas
given, hukum Tuhan, tidak berubah, asosial, dan transhistoris, serta
menganggap heteroseksualitas adalah bentuk yang sah dan lain
adalah penyimpangan (abnormal), dan tidak dipertanyakan.
• Contoh faham esensialisme ; pandangan pada transeksual,
“Orang yang melakukan transeksual adalah laki-laki yang menyimpang”.
Pernyataan ini mungkin sangat menyakitkan bagi kaum
transeksual, tapi bagi kaum perempuan “asli” keberadaan
mereka jelas merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk
diterima. Perempuan-perempuan feminis bahkan banyak yang
menganggap orang-orang transeksual ini tak lebih dari
“surgically castrated males”.
• Nancy Jean Burkholder seorang transeksual dari New Hampshire,
ditolak saat akan menonton festival musik di Michigan oleh satpam
perempuan dengan mengatakan : “Transsexuals are not
welcome”
ESENSIALISME SEKSUAL
KONSTRUKSI SOSIAL SEKSUALITAS
• Rubin, Foucault, dan Butler (Alimi, 2005),
seksualitas merupakan sebuah konstruk
sosial, bukan fakta kromosomik-biologis 
menggugat esensialisme seksual.
• Seksualitas sangat terikat dengan sejarah dan
perubahan sosial.
Gayle Rubin: Logosentrisme dan
Heteronormativitas
• Tulisan Gayle Rubin ada dalam tulisan Carole Vance yang berjudul
Pleasure And Danger. Tulisannya: Exploring Female Sexuality, yaitu
membahas soal Teori Radikal Dalam Politik Seksualitas (Thinking Sex :
Notes for a Radical Theory of the Politics of Sexuality) hal 267-284.
• Teori ini akan membuka wacana atau menjawab mengapa seksualitas
begitu tabu dan terperangkap pada hal yang baik dan buruk saja?
Gayle Rubin dalam teori radikal itu menawarkan beberapa konsep
dasar untuk membuka wacana seksualitas dari pandangan feminis.
• Seksualitas, dikonstruk melalui prosedur logosentris.
• Dalam logosentrisme, heterosexualitas bukan hanya
dibedakan tetapi juga dianggap lebih tinggi derajatnya atas
praktek non-hetero. Tidak cukup dengan privelese itu,
bentuk seksualitas yang lain diberi sebutan negatif,
direndahkan, melalui strategi patologisasi,
abnormalisasi dan kriminalisasi.
Gayle Rubin
•
Gayle Rubin mendemonstrasikan bagaimana prosedur
itu bekerja dalam ranah seksualitas. Dalam bukunya
berjudul Thinking About Sex (1984), bagaimana
heteroseksualitas dinaturalisasi dan praktek seksual
lainnya diabnormalisasi.
• Heteroseksualitas dianggap sebagai the good, the
normal, the natural dan the blessed sexuality,
sedangkan yang lain adalah the bad, the abnormal, the
unnatural, dan the damned sexuality.
• Praktek-praktek sex seperti ini menempatkan yang satu
lebih berkuasa dengan lainnya (ada subjek dan objek).
Sama sekali tidak ada ruang demokrasi yang seimbang
antara yang satu dengan lainnya. Sehingga Rubin
menjelaskan bagaimana membongkar praktek-praktek
dominasi hubungan seks seperti ini.
SEXUALITY DARI MICHEL FOUCAULT
• Buku-bukunya : Herculine Barbine; Being The Recently
Discovered Memoirs of a Nineteenth-Century French
Hermaphrodite (1979), dan trilogi sejarah seksualitasnya
yang sangat terkenal; yaitu The History of Sexuality I; The
Will to Know (1983), The History of Sexuality I; The Use
of Pleasure (1985), dan The History of Sexuality III; The
Care of the Self (1986).
• Dalam bukunya : femininitas, maskulinitas dan seksualitas
adalah “akibat praktek disiplin”, “the effect of discourse”
atau buah “power–knowledge relations.” Foucault
membongkar dan menembus kebekuan fondasi rezim
heteroseksualitas yang univokal, yang dalam wacana-
wacana yang dominan dianggap sebagai the norm, the
logos.
• Buku Michel Foucault : “The History of Sexuality.” Penekanan :
genealogi kekuasaan. Sejarah Pewacanaan Seks sebagai
sejarah Kekuasaan.
• Seksualitas” menurutnya “adalah nama yang terbentuk secara
historis; bukan realitas alamiah yang susah dipahami, melainkan
adalah sebuah jaringan besar yang didalamnya terdapat stimulasi
tubuh, intensifikasi kenikmatan, perubahan ke diskursus, formasi
pengetahuan tertentu, penguatan kontrol dan resistensi, yang saling
berkaitan satu sama lain” (Foucault, 1998: 105-6).
• Jaman Ratu Victoria (Victorianisme), seks sangat tertutup,
menabukan seks dan membatasinya dalam rumah, perkawinan
keluarga, dan kebungkaman. Victorianisme melakukan represi
seksualitas secara umum dan diskursus seksual secara khusus. Ada
usaha menaklukkan seks pada tingkat bahasa, untuk
menghilangkan pemahaman masyarakat ttg seks.
• Abad XVII, yang menandai seksualitas : pewacanaan sistematis
(dorongan untuk berwacana. Seks menjadi sesuatu yang harus
dikatakan. Institusi pendorongnya : Gereja Katolik (pengakuan
dosa), kedokteran dan psikiatri (pathologi). Bahasa : orang
memurnikan supaya seks tidak dikatakan secara langsung, tetapi
diurusi dan diburu oleh wacana.
• Abad XVIII, dorongan politik, ekonomi, dan teknik untuk
bicara tentang seks dalam bentuk studi analitik, pencatatan,
klasifikasi, spesifikasi, kuantifikasi dan kausalisasi. Tidak
hanyaaspek moral, tetapi juga rasionalitas. Seks urusan polisi
terkait kekuasaan publik  pengaturan seks melalui wacana yang
bermanfaat dan publik. Seks dikaitkan dengan penduduk,
natalitas, dsb.
• Abad XIX , masyarakat mengembangkan mekanisme kontrol
perilaku individu. Sekolah menjadi tempat permainan kekuasaan
pengetahuan. Seksualitas orang gila, anak-anak, dan kriminal
dijaga (dicegah dan dilarang).
• Kesimpulan : Foucault menggunakan konsep wacana lebih
sebagai aturan-aturan.
• Empat unitas strategis (strategic unities) untuk mereproduksi
dan melipatgandakan diskursus tentang seksualitas:
1. the psychiatrisation of perverse pleasure,
Strategi ini bekerja dengan mempatologikan semua bentuk penyimpangan dari prinsip-
prinsip “seksualitas prokreatif yang normal”. Karena itulah sex for pleasures dikutuk.
Onani, masturbasi, dan homoseksualitas yang sering menjadi sumber kesenangan erotis
dianggap abnormal, menyimpang, dan perlu mendapat perawatan. Alasannya adalah
karena praktek-praktek seksual nonprokreatif ini memperlemah tubuh dan menjadikannya
rawan terhadap berbagai macam penyakit. Inilah bedanya seksualitas Barat modern dan
Yunani kuno, dimana homoseksualisme, onanisme dan masturbasi tidak ditolak berdasar
kategori “normal” atau “abnormal” (Foucault, 1986a: 45) melainkan berdasar
kuantitasnya, yaitu tidak boleh kalau berlebihan.
2. the socialisation of procreative behaviour,
Berlawanan dengan diskursus seksualitas Yunani dan Roma kuno, seksualitas
Barat modern abad XIX, lebih diorientasikan pada tujuan-tujuan prokreatif,
bukan kesenangan (pleasure)  disebut scientia sexualis, sedangkan
seksualitas Roma kuno berorientasi pada pleasure atau aphrodisia disebut ars
erotica. Tujuan scientia sexualis ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan,
efisiensi, ekonomi tubuh, hubungan konjugal perkawinan dan heteroseksualitas.
Heteroseksualitas  bentuk paling sah, dibingkai dalam heteronormativitas.
Pasangan dibebani tanggungjawab sosial dan medis; yaitu melindungi keluarga
dari penyakit-penyakit patogenik seksualitas. Setiap kegagalan dalam upaya ini
dapat berakibat pada kehancuran tubuh sosial (social body), yaitu komunitas.
3. the pedagogisation of children’s sex
praktek seksualitas anak yang “potensial bahaya” (hal 104)
diatur sedemikian rupa karena dikhawatirkan dapat
mendatangkan “kerusakan fisik dan moral, individu dan
kolektif” (hal 30).
4. the hysterisation of women’s body.
tubuh feminin “dianalisa”, “diintegrasikan ke wilayah praktek
medis karena penyakit yang melekat padanya”, dan akhirnya
ditempatkan dalam “komunikasi organik dengan tubuh sosial.”
seksualitas perempuan dikonstitusikan sebagai sentral identitas
mereka, mereka adalah biologi mereka dan seksualitas adalah
inti dari biologi mereka itu. Dalam konteks ini, definisi tentang
seksualitas diperluas. Bukan sekedar “having sex” melainkan
juga meliputi pengalaman-pengalaman masturbasi, kehamilan,
kelahiran dan menopause. Histerisasi ini menuntut
diregulasinya perempuan, menjadikan mereka sebagai objek sah
dari intervensi dan kontrol psikologis dan medis.
Herculine Barbin, mrt Foucault
adalah satu strategi yang lain yang dikembangkan yaitu diseminasi gagasan
tentang keharusan manusia untuk hanya mempunyai satu identitas gender dan
kelamin yang sejati-jelas (true mono-sexed human being). of the body) dan
keamanan spesies sosial (social species), yaitu penduduk.
Melalui ilmu kedokteran, hukum dan pengadilan. Herculine Barbin, seorang
hermaprodit Perancis pada abad XIX. Pada catatan hariannya, Barbin menulis
bahwa pada kelahirannya ia diidentifikasi sebagai perempuan. Kendati
demikian, setelah serangkaian pengakuan pada dokter dan pendeta, Barbin
secara hukum diharuskan untuk merubah seksnya ke “laki-laki” karena
karakter maskulin yang dimilikinya. Tertekan karena seksualitas dan jenis
kelamin yang disyaratkan, akhirnya Barbin bunuh diri. Hal ini disebabkan
Tidak boleh ada identitas in-between. Bagi Foucault ini mengejutkan
hermaprodit diharuskan mempunyai a sex, a single, true sex, karena selama
berabad-abad, menurutnya, “telah ada kesepakatan bahwa yang namanya
hermaprodit itu punya dua” (ibid, vii).
Lima teknik ini berasal dari kebutuhan kelas bojuis pada abad XIX untuk
meningkatkan produktifitas tubuh (productivity of the body) dan keamanan
spesies sosial (social species), yaitu penduduk.
• Praktek diskursif lain yang penting dalam institusionalisasi
heteroseksualitas yang diidentifikasi Foucault adalah “konfesi”.
“Konfesi”  praktek pengakuan dosa seorang jamaah kepada
pendeta yang biasa dipraktekkan di gereja. Konfesi dianggap
sebagai basis pembentukan dan pengaturan seksualitas,
digunakan untuk membongkar kesenangan-kesenangan
tersembunyi (the hidden pleasures), ekses-ekses tubuh yang
berbahaya (dangerous excesses of the body, secret fantasies);
hakekat personal manuasia (the very personal essence of human
being), inti identitas personal (the core of personal identity) dan
kebenaran tentang diri (the truth of self).
Melalui strategi diskursif inilah heteroseksualitas, bentuk
seksualitas yang berorientasi prokreasi, diinternalisasi,
dinaturalisasi, sedangkan bentuk lain dipatologikan dan
diabnormalkan. Seolah-olah heteronormativitas adalah satu-
satunya formasi seksual yang mengatur kehidupan manusia,
kapanpun dan dimanapun  menyembunyikan realitas dan
relativitas kompleks dibalik seksualitas.
• Foucault tetap pada orientasi politik mikronya, yang
menekankan pentingnya tubuh dan kenikmatan
• Buku Foucault : The Use of pleasure dan The Care of The
Self, fokus substantif (dari barat modern ke budaya Yunani
Roma) dan orientasi teoritis bergeser (dari genealogi
kekuasaan ke genealogi kesadaran diri, kontrol diri, praktik
diri  dipahami sebagai “genealogi manusia yang berhasrat”.
Seksualitas bukan hanya masalah kekuasaan dan pelarangan,
tetapi masalah moral.
• Arkeologi adalah “kondisi” historis yang ada, Genealogi lebih
mempermasalahkan tentang proses historis. Genealogi
menawarkan pada kita sebuah hubungan proses tentang
jaringan diskursus, sebaliknya arkeologi memberikan pada kita
sebuah jepretan, dan irisan melalui mata rantai diskursif.
FLUID IDENTITIES
• Bukan teori tentang homoseksualitas, meskipun juga
berbicara tentangnya.
• Pendekatan untuk memahami Seksualitas, dan identitas
yang dikembangkan dari ide-ide Foucault.
• Dikembangkan Judith Butler dalam bukunya : Gender
Trouble: Feminism and the subversion of Identity (1990).
Meski ia tidak memberi label bukunya sebagai “Teori
Queer”, tetapi secara definitif mulai dari buku ini.
Kinsey’s Sexual Orientation Continuum

More Related Content

Similar to sexualitas.ppt

Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
Menginteraksikan   gender dan kesehatan reproduksi di.pptMenginteraksikan   gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
IntructuresTIK
 
Feminisme
Feminisme Feminisme
Feminisme
Siti Oyim
 
Gender & Kesetaraan.ppsx
Gender & Kesetaraan.ppsxGender & Kesetaraan.ppsx
Gender & Kesetaraan.ppsx
Kazekun2
 
Pluralisme dan gender
Pluralisme dan genderPluralisme dan gender
Pluralisme dan gender
Abdan Matin Ahmad
 
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar PernikahanPermasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
ajengseptiana
 
Psikologi-Perilaku-Seksual-Pertemuan1.ppt
Psikologi-Perilaku-Seksual-Pertemuan1.pptPsikologi-Perilaku-Seksual-Pertemuan1.ppt
Psikologi-Perilaku-Seksual-Pertemuan1.ppt
FasamiYuwi
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitasKANDA IZUL
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitasKANDA IZUL
 
11897580.ppt
11897580.ppt11897580.ppt
11897580.ppt
agus war
 
5. psiko analisis dan ekofeminisme
5. psiko analisis dan ekofeminisme5. psiko analisis dan ekofeminisme
5. psiko analisis dan ekofeminismeevinurleni
 
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidananCara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Aprillia Indah Fajarwati
 
Konsep seksualitas.pptx
Konsep  seksualitas.pptxKonsep  seksualitas.pptx
Konsep seksualitas.pptx
EndahSari28
 
Kel.5 Teori Feminisme dan Gender.pptx
Kel.5 Teori Feminisme dan Gender.pptxKel.5 Teori Feminisme dan Gender.pptx
Kel.5 Teori Feminisme dan Gender.pptx
MahesaRifqi
 
Aspek seksualitas dalam_keperawatan
Aspek seksualitas dalam_keperawatanAspek seksualitas dalam_keperawatan
Aspek seksualitas dalam_keperawatan
rsd kol abundjani
 
Modul 9 kb 3
Modul 9 kb 3Modul 9 kb 3
Modul 9 kb 3
kasmuddin nanang
 
Kebutuhan seksualitas
Kebutuhan seksualitasKebutuhan seksualitas
Kebutuhan seksualitas
Cahya
 

Similar to sexualitas.ppt (20)

Gender
GenderGender
Gender
 
Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
Menginteraksikan   gender dan kesehatan reproduksi di.pptMenginteraksikan   gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
 
Feminisme
Feminisme Feminisme
Feminisme
 
Gender & Kesetaraan.ppsx
Gender & Kesetaraan.ppsxGender & Kesetaraan.ppsx
Gender & Kesetaraan.ppsx
 
Pluralisme dan gender
Pluralisme dan genderPluralisme dan gender
Pluralisme dan gender
 
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar PernikahanPermasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
 
Psikologi-Perilaku-Seksual-Pertemuan1.ppt
Psikologi-Perilaku-Seksual-Pertemuan1.pptPsikologi-Perilaku-Seksual-Pertemuan1.ppt
Psikologi-Perilaku-Seksual-Pertemuan1.ppt
 
Aspek seksualitas AKPER PEMKAB MUNA
Aspek seksualitas AKPER PEMKAB MUNAAspek seksualitas AKPER PEMKAB MUNA
Aspek seksualitas AKPER PEMKAB MUNA
 
Modul gangguan seksualitas
Modul gangguan seksualitasModul gangguan seksualitas
Modul gangguan seksualitas
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitas
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitas
 
11897580.ppt
11897580.ppt11897580.ppt
11897580.ppt
 
5. psiko analisis dan ekofeminisme
5. psiko analisis dan ekofeminisme5. psiko analisis dan ekofeminisme
5. psiko analisis dan ekofeminisme
 
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidananCara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
 
Konsep seksualitas.pptx
Konsep  seksualitas.pptxKonsep  seksualitas.pptx
Konsep seksualitas.pptx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Kel.5 Teori Feminisme dan Gender.pptx
Kel.5 Teori Feminisme dan Gender.pptxKel.5 Teori Feminisme dan Gender.pptx
Kel.5 Teori Feminisme dan Gender.pptx
 
Aspek seksualitas dalam_keperawatan
Aspek seksualitas dalam_keperawatanAspek seksualitas dalam_keperawatan
Aspek seksualitas dalam_keperawatan
 
Modul 9 kb 3
Modul 9 kb 3Modul 9 kb 3
Modul 9 kb 3
 
Kebutuhan seksualitas
Kebutuhan seksualitasKebutuhan seksualitas
Kebutuhan seksualitas
 

Recently uploaded

ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptxALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
rusinaharva1
 
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptxRESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
ABDULRASIDSANGADJI1
 
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptxAKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AdeRinaMuliawati1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptxPERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
TeukuEriSyahputra
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Modul ajar logaritma matematika kelas X SMK
Modul ajar logaritma matematika kelas X SMKModul ajar logaritma matematika kelas X SMK
Modul ajar logaritma matematika kelas X SMK
WinaldiSatria
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Eldi Mardiansyah
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 

Recently uploaded (20)

ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptxALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
 
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptxRESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
 
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptxAKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptxPERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Modul ajar logaritma matematika kelas X SMK
Modul ajar logaritma matematika kelas X SMKModul ajar logaritma matematika kelas X SMK
Modul ajar logaritma matematika kelas X SMK
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 

sexualitas.ppt

  • 2. SEKSUALITAS • SEKSUALITAS  tidak hanya dipahami sbg aktifitas fisik (aspek biologis/dorongan seksual) dan psikologis individu (pikiran, perasaan serta pengalaman-pengalaman “individual”)  perlu pemahaman komprehensif, krn fenomena sosial. • Perilaku seksual mengikuti pola-pola yg tergenderkan dimana berakar dari definisi maskulinitas dan feminitas dalam budaya. • Definisi budaya apakah seksualitas berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki diharapkan mempunyai dorongan sex yang lebih kuat daripada perempuan, masih distereotipekan overactive dibanding perempuan. • Orientasi Seksualitas  Heterosexsual, Homosexual, Bisexual (Homo + Hetero)
  • 3. • Seksualitas bisa direkonstruksi dan didekonstruksi. • Seksualitas jarang sekali didiskusikan secara terbuka. Seksualitas selalu dilekatkan dengan hal-hal yang bermuatan negatif, kotor, dosa dan tidak bermoral. Sehingga seksualitas begitu ketatnya diatur oleh lembaga-lembaga sosial, agama sampai negara. Dampaknya : manusia menjadi jauh dari seksualitasnya sendiri.
  • 4. Studi ilmiah ttg sex : FREUDIAN PSYCHOANALYSIS, Judul Tulisan Freud “Transformation of Puberty”, subjudulnya : “The Differentiation between Men and Women” Teori “PENIS ENVY”, Seks adalah bagian dari naluri manusia yang paling dasar dan primitif. Sensasi seks pertama adalah dalam hubungan dengan payudara ibu saat menyusui. Dalam tingkat tertentu dalam kehidupannya, muncul kesadaran bahwa ada perbedaan dalam bagian-bagian vitalnya. Seorang anak laki-laki akan menyadari bahwa saudara perempuannya tidak punya penis dan dirasa mempunyai kekurangan, karena “penis” sebagai versi “superior” dari clitoris  kecemburuan penis  perasaan marah pada ibu yang tidak memberi penis sebagai salah satu organ yang penting  dasar penyebutan Freud pada perempuan sebagai “THE DARK CONTINENT” (DARATAN YANG GELAP)
  • 5. SEKS, GENDER, DAN ORIENTASI SEKSUAL SBG KEBERLANJUTAN DAN SBG VARIABEL YG SALING BERARTIKULASI SEKS betina/female hermaphrodite jantan/male (Biologis) 0……………………………………………………………0 GENDER feminin androgin maskulin 0……………………………………………………………..0 SEKSUALITAS biseks heteroseks homoseks selibat (orientasi 0……………………………………………………………0 Seksual) Seks adalah kategori biologis, Gender dan seksualitas adalah kategori sosial maupun psikologis. Seksualitas berkaitan dengan genitalia dan organ seks sekunder. Jantan = male Betina = female Maskulin = kelaki-lakian Feminin = Kewanitaan
  • 6. SEKSUALITAS, KONSTRUKSI ALAMIAH ATAU SOSIAL ? Penentu Biologis Konstruksi Sosial Identitas Seksual Ditentukan pada saat lahir dan tidak dapat diubah Muncul melalui pengalaman individu. Relasi-Relasi Seksual Ekspresi alamiah pada Kecenderungan biologis Menyediakan dasar bagi pembentukan identitas-identitas sosial Institusi-Institusi Sosial Didasarkan pada seksualitas ”alamiah” /keteraturan sosial Kelompok dominan mendukung identitas-identitas seksual Perubahan Sosial Keteraturan sosial secara relatif tetap dengan variasi individu Perubahan mendatangkan seperti orang memobilisasikan gerakan- gerakan sosial untuk menetapkan hak-hak bagi kelompok-kelompok minoritas Sumber : Andersen, 2000;183
  • 7. • Esensialisme Seksual yaitu paham yang menganggap seksualitas given, hukum Tuhan, tidak berubah, asosial, dan transhistoris, serta menganggap heteroseksualitas adalah bentuk yang sah dan lain adalah penyimpangan (abnormal), dan tidak dipertanyakan. • Contoh faham esensialisme ; pandangan pada transeksual, “Orang yang melakukan transeksual adalah laki-laki yang menyimpang”. Pernyataan ini mungkin sangat menyakitkan bagi kaum transeksual, tapi bagi kaum perempuan “asli” keberadaan mereka jelas merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk diterima. Perempuan-perempuan feminis bahkan banyak yang menganggap orang-orang transeksual ini tak lebih dari “surgically castrated males”. • Nancy Jean Burkholder seorang transeksual dari New Hampshire, ditolak saat akan menonton festival musik di Michigan oleh satpam perempuan dengan mengatakan : “Transsexuals are not welcome” ESENSIALISME SEKSUAL
  • 8. KONSTRUKSI SOSIAL SEKSUALITAS • Rubin, Foucault, dan Butler (Alimi, 2005), seksualitas merupakan sebuah konstruk sosial, bukan fakta kromosomik-biologis  menggugat esensialisme seksual. • Seksualitas sangat terikat dengan sejarah dan perubahan sosial.
  • 9. Gayle Rubin: Logosentrisme dan Heteronormativitas • Tulisan Gayle Rubin ada dalam tulisan Carole Vance yang berjudul Pleasure And Danger. Tulisannya: Exploring Female Sexuality, yaitu membahas soal Teori Radikal Dalam Politik Seksualitas (Thinking Sex : Notes for a Radical Theory of the Politics of Sexuality) hal 267-284. • Teori ini akan membuka wacana atau menjawab mengapa seksualitas begitu tabu dan terperangkap pada hal yang baik dan buruk saja? Gayle Rubin dalam teori radikal itu menawarkan beberapa konsep dasar untuk membuka wacana seksualitas dari pandangan feminis. • Seksualitas, dikonstruk melalui prosedur logosentris. • Dalam logosentrisme, heterosexualitas bukan hanya dibedakan tetapi juga dianggap lebih tinggi derajatnya atas praktek non-hetero. Tidak cukup dengan privelese itu, bentuk seksualitas yang lain diberi sebutan negatif, direndahkan, melalui strategi patologisasi, abnormalisasi dan kriminalisasi.
  • 10. Gayle Rubin • Gayle Rubin mendemonstrasikan bagaimana prosedur itu bekerja dalam ranah seksualitas. Dalam bukunya berjudul Thinking About Sex (1984), bagaimana heteroseksualitas dinaturalisasi dan praktek seksual lainnya diabnormalisasi. • Heteroseksualitas dianggap sebagai the good, the normal, the natural dan the blessed sexuality, sedangkan yang lain adalah the bad, the abnormal, the unnatural, dan the damned sexuality. • Praktek-praktek sex seperti ini menempatkan yang satu lebih berkuasa dengan lainnya (ada subjek dan objek). Sama sekali tidak ada ruang demokrasi yang seimbang antara yang satu dengan lainnya. Sehingga Rubin menjelaskan bagaimana membongkar praktek-praktek dominasi hubungan seks seperti ini.
  • 11. SEXUALITY DARI MICHEL FOUCAULT • Buku-bukunya : Herculine Barbine; Being The Recently Discovered Memoirs of a Nineteenth-Century French Hermaphrodite (1979), dan trilogi sejarah seksualitasnya yang sangat terkenal; yaitu The History of Sexuality I; The Will to Know (1983), The History of Sexuality I; The Use of Pleasure (1985), dan The History of Sexuality III; The Care of the Self (1986). • Dalam bukunya : femininitas, maskulinitas dan seksualitas adalah “akibat praktek disiplin”, “the effect of discourse” atau buah “power–knowledge relations.” Foucault membongkar dan menembus kebekuan fondasi rezim heteroseksualitas yang univokal, yang dalam wacana- wacana yang dominan dianggap sebagai the norm, the logos.
  • 12. • Buku Michel Foucault : “The History of Sexuality.” Penekanan : genealogi kekuasaan. Sejarah Pewacanaan Seks sebagai sejarah Kekuasaan. • Seksualitas” menurutnya “adalah nama yang terbentuk secara historis; bukan realitas alamiah yang susah dipahami, melainkan adalah sebuah jaringan besar yang didalamnya terdapat stimulasi tubuh, intensifikasi kenikmatan, perubahan ke diskursus, formasi pengetahuan tertentu, penguatan kontrol dan resistensi, yang saling berkaitan satu sama lain” (Foucault, 1998: 105-6). • Jaman Ratu Victoria (Victorianisme), seks sangat tertutup, menabukan seks dan membatasinya dalam rumah, perkawinan keluarga, dan kebungkaman. Victorianisme melakukan represi seksualitas secara umum dan diskursus seksual secara khusus. Ada usaha menaklukkan seks pada tingkat bahasa, untuk menghilangkan pemahaman masyarakat ttg seks.
  • 13. • Abad XVII, yang menandai seksualitas : pewacanaan sistematis (dorongan untuk berwacana. Seks menjadi sesuatu yang harus dikatakan. Institusi pendorongnya : Gereja Katolik (pengakuan dosa), kedokteran dan psikiatri (pathologi). Bahasa : orang memurnikan supaya seks tidak dikatakan secara langsung, tetapi diurusi dan diburu oleh wacana. • Abad XVIII, dorongan politik, ekonomi, dan teknik untuk bicara tentang seks dalam bentuk studi analitik, pencatatan, klasifikasi, spesifikasi, kuantifikasi dan kausalisasi. Tidak hanyaaspek moral, tetapi juga rasionalitas. Seks urusan polisi terkait kekuasaan publik  pengaturan seks melalui wacana yang bermanfaat dan publik. Seks dikaitkan dengan penduduk, natalitas, dsb. • Abad XIX , masyarakat mengembangkan mekanisme kontrol perilaku individu. Sekolah menjadi tempat permainan kekuasaan pengetahuan. Seksualitas orang gila, anak-anak, dan kriminal dijaga (dicegah dan dilarang). • Kesimpulan : Foucault menggunakan konsep wacana lebih sebagai aturan-aturan.
  • 14. • Empat unitas strategis (strategic unities) untuk mereproduksi dan melipatgandakan diskursus tentang seksualitas: 1. the psychiatrisation of perverse pleasure, Strategi ini bekerja dengan mempatologikan semua bentuk penyimpangan dari prinsip- prinsip “seksualitas prokreatif yang normal”. Karena itulah sex for pleasures dikutuk. Onani, masturbasi, dan homoseksualitas yang sering menjadi sumber kesenangan erotis dianggap abnormal, menyimpang, dan perlu mendapat perawatan. Alasannya adalah karena praktek-praktek seksual nonprokreatif ini memperlemah tubuh dan menjadikannya rawan terhadap berbagai macam penyakit. Inilah bedanya seksualitas Barat modern dan Yunani kuno, dimana homoseksualisme, onanisme dan masturbasi tidak ditolak berdasar kategori “normal” atau “abnormal” (Foucault, 1986a: 45) melainkan berdasar kuantitasnya, yaitu tidak boleh kalau berlebihan. 2. the socialisation of procreative behaviour, Berlawanan dengan diskursus seksualitas Yunani dan Roma kuno, seksualitas Barat modern abad XIX, lebih diorientasikan pada tujuan-tujuan prokreatif, bukan kesenangan (pleasure)  disebut scientia sexualis, sedangkan seksualitas Roma kuno berorientasi pada pleasure atau aphrodisia disebut ars erotica. Tujuan scientia sexualis ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan, efisiensi, ekonomi tubuh, hubungan konjugal perkawinan dan heteroseksualitas. Heteroseksualitas  bentuk paling sah, dibingkai dalam heteronormativitas. Pasangan dibebani tanggungjawab sosial dan medis; yaitu melindungi keluarga dari penyakit-penyakit patogenik seksualitas. Setiap kegagalan dalam upaya ini dapat berakibat pada kehancuran tubuh sosial (social body), yaitu komunitas.
  • 15. 3. the pedagogisation of children’s sex praktek seksualitas anak yang “potensial bahaya” (hal 104) diatur sedemikian rupa karena dikhawatirkan dapat mendatangkan “kerusakan fisik dan moral, individu dan kolektif” (hal 30). 4. the hysterisation of women’s body. tubuh feminin “dianalisa”, “diintegrasikan ke wilayah praktek medis karena penyakit yang melekat padanya”, dan akhirnya ditempatkan dalam “komunikasi organik dengan tubuh sosial.” seksualitas perempuan dikonstitusikan sebagai sentral identitas mereka, mereka adalah biologi mereka dan seksualitas adalah inti dari biologi mereka itu. Dalam konteks ini, definisi tentang seksualitas diperluas. Bukan sekedar “having sex” melainkan juga meliputi pengalaman-pengalaman masturbasi, kehamilan, kelahiran dan menopause. Histerisasi ini menuntut diregulasinya perempuan, menjadikan mereka sebagai objek sah dari intervensi dan kontrol psikologis dan medis.
  • 16. Herculine Barbin, mrt Foucault adalah satu strategi yang lain yang dikembangkan yaitu diseminasi gagasan tentang keharusan manusia untuk hanya mempunyai satu identitas gender dan kelamin yang sejati-jelas (true mono-sexed human being). of the body) dan keamanan spesies sosial (social species), yaitu penduduk. Melalui ilmu kedokteran, hukum dan pengadilan. Herculine Barbin, seorang hermaprodit Perancis pada abad XIX. Pada catatan hariannya, Barbin menulis bahwa pada kelahirannya ia diidentifikasi sebagai perempuan. Kendati demikian, setelah serangkaian pengakuan pada dokter dan pendeta, Barbin secara hukum diharuskan untuk merubah seksnya ke “laki-laki” karena karakter maskulin yang dimilikinya. Tertekan karena seksualitas dan jenis kelamin yang disyaratkan, akhirnya Barbin bunuh diri. Hal ini disebabkan Tidak boleh ada identitas in-between. Bagi Foucault ini mengejutkan hermaprodit diharuskan mempunyai a sex, a single, true sex, karena selama berabad-abad, menurutnya, “telah ada kesepakatan bahwa yang namanya hermaprodit itu punya dua” (ibid, vii). Lima teknik ini berasal dari kebutuhan kelas bojuis pada abad XIX untuk meningkatkan produktifitas tubuh (productivity of the body) dan keamanan spesies sosial (social species), yaitu penduduk.
  • 17. • Praktek diskursif lain yang penting dalam institusionalisasi heteroseksualitas yang diidentifikasi Foucault adalah “konfesi”. “Konfesi”  praktek pengakuan dosa seorang jamaah kepada pendeta yang biasa dipraktekkan di gereja. Konfesi dianggap sebagai basis pembentukan dan pengaturan seksualitas, digunakan untuk membongkar kesenangan-kesenangan tersembunyi (the hidden pleasures), ekses-ekses tubuh yang berbahaya (dangerous excesses of the body, secret fantasies); hakekat personal manuasia (the very personal essence of human being), inti identitas personal (the core of personal identity) dan kebenaran tentang diri (the truth of self). Melalui strategi diskursif inilah heteroseksualitas, bentuk seksualitas yang berorientasi prokreasi, diinternalisasi, dinaturalisasi, sedangkan bentuk lain dipatologikan dan diabnormalkan. Seolah-olah heteronormativitas adalah satu- satunya formasi seksual yang mengatur kehidupan manusia, kapanpun dan dimanapun  menyembunyikan realitas dan relativitas kompleks dibalik seksualitas.
  • 18. • Foucault tetap pada orientasi politik mikronya, yang menekankan pentingnya tubuh dan kenikmatan • Buku Foucault : The Use of pleasure dan The Care of The Self, fokus substantif (dari barat modern ke budaya Yunani Roma) dan orientasi teoritis bergeser (dari genealogi kekuasaan ke genealogi kesadaran diri, kontrol diri, praktik diri  dipahami sebagai “genealogi manusia yang berhasrat”. Seksualitas bukan hanya masalah kekuasaan dan pelarangan, tetapi masalah moral. • Arkeologi adalah “kondisi” historis yang ada, Genealogi lebih mempermasalahkan tentang proses historis. Genealogi menawarkan pada kita sebuah hubungan proses tentang jaringan diskursus, sebaliknya arkeologi memberikan pada kita sebuah jepretan, dan irisan melalui mata rantai diskursif.
  • 19. FLUID IDENTITIES • Bukan teori tentang homoseksualitas, meskipun juga berbicara tentangnya. • Pendekatan untuk memahami Seksualitas, dan identitas yang dikembangkan dari ide-ide Foucault. • Dikembangkan Judith Butler dalam bukunya : Gender Trouble: Feminism and the subversion of Identity (1990). Meski ia tidak memberi label bukunya sebagai “Teori Queer”, tetapi secara definitif mulai dari buku ini.