Spesifikasi teknis mencakup ketentuan umum pelaksanaan proyek, ketentuan K3, dan organisasi K3. Ketentuan umum mencakup pedoman pelaksanaan, pengawasan, dan tanggung jawab atas lingkungan dan kerusakan. Ketentuan K3 meliputi administrasi, organisasi, laporan kecelakaan, pertolongan pertama, dan biaya. Organisasi K3 membahas petugas K3, panitia K3, dan kerja sama antar penyedia jasa.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
RKS-Buku-III-Spesifikasi-Teknis.docx
1. 1
BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS
VI.1. UMUM
VI.1.1. KETENTUAN UMUM
(1) Tata cara penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana
dan sarana secara umum harus mengacu syarat-syarat dalam RKS maupun
perubahan-perubahan dan atau tambahan-tambahannya dalam Berita Acara
Aanwijzing serta Gambar Kerja dan atau gambar-gambar perubahan dan
tambahan yang telah disetujui Direksi pekerjaan/ Pejabat Pembuat
Komitmen.
(2) Di samping itu ketentuan lain mengenai tambahan atau pengurangan yang
timbul dalam pelaksanaan akan diatur dan dilaksanakan sesuai petunjuk
Direksi Proyek atau Pengawas baik sebelum maupun selama pekerjaan
berlangsung
(3) Bila karena satu dan lain hal terdapat kekurangan, perbedaan
ketidakjelasan, ketidak sesuaian baik ukuran maupun item-item pekerjaan
lainnya yaitu :
Pada Gambar Kerja dengan detail gambarnya, maka yang mengikat
adalah gambar yang skalanya lebih kecil
Antara Gambar Kerja dengan RKS, maka yang berlaku adalah RKS
Bila pada Gambar Kerja tertulis, sedang dalam RKS tidak disebutkan,
maka Gambar Kerja yang mengikat
Bila dalam RKS disebutkan, sedang dalam Gambar Kerja tidak dituliskan,
maka yang mengikat adalah RKS
Penentuan bagian yang mengikat/ berlaku diatas harus mendapatkan
persetujuan Pengawas/ Direksi Proyek sebelum dilaksanakan
(4) Selama berlangsungnya pekerjaan, Rekanan/ Penyedia jasa dapat menjaga
lingkungan agar tidak terganggu oleh jalannya pekerjaan.
(5) Kerusakan jalan masuk menuju lokasi dan tempat-tempat pekerjaan atau
lahan sekitar yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan menjadi
tanggung jawab Rekanan/ Penyedia Jasa. Untuk itu sebelum pelaksanaan
pekerjaan Rekanan/ Penyedia Jasa bisa minta ijin kepada pemilik yang
bersangkutan untuk mendapatkan dispensasi pemakaian jalan menuju
lokasi ataupun lahan sekitar yang diperlukan
(6) Tempat pekerjaan akan diserahkan kepada Rekanan/ Penyedia Jasa dalam
keadaan seperti pada saat penjelasan (aanwijzing) di lapangan atau
peninjauan lapangan
(7) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja,
peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa
sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.
(8) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau
alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan
peraturan keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus
dapat dipergunakan secara aman.
2. 2
(9) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja,
agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan
selamat dan sehat
(10) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka
penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa
(11) Sebelum dan selama melaksanakan pekerjaan, Rekanan/ Penyedia Jasa
harus berkonsultasi dengan Pengawas atau Direksi Proyek.
VI.1.2. KETENTUAN PELAKSANAAN K3
VI.1.2.1. Ketentuan administrasi
a. Kewajiban umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan
Penyedia Jasa Konstruksi, yaitu :
1) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja,
peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa
sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.
2) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan
atau alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan
peraturan keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut
harus dapat dipergunakan secara aman.
3) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja,
agar tenaga
kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan
sehat.
4) Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena
jabatannya di dalam organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab
mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan
resiko bahaya kecelakaan.
5) Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja
sesuai dengan keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi
fisik/kesehatannya.
6) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua
tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya
masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa
dapat memasang papan-papan pengumuman, papan-papan peringatan
serta sarana-sarana pencegahan kecelakaan yang dipandang perlu.
7) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala
terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan
kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang
aman.
8) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka
penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa.
3. 3
b. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja
Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan
tenaga K3 untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut
harus masuk dalam struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap
proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh
(full-time) untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan
kesehatan kerja.
2) Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan
mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi
dari sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit
pembina K3.
3) Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini
merupakan unit struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola
oleh pengurus atau penyedia jasa.
4) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama
dengan panitia pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya,
dibawah koordinasi pengurus atau Penyedia Jasa, serta bertanggung
jawab kepada pemimpin proyek.
5) Penyedia jasa harus mekukan hal-hal sebagai berikut :
a) Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja
fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.
b) Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan
kerja dalam segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam proyek.
c) Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada
rekomendasi dari panitia pembina keselamatan dan kesehatan
kerja.
6) Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek
mereka harus bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan
dan kesehatan kerja.
c. Laporan kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian
yang terkait dengan K3, dimana :
1) Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus
dilaporkan kepada Instansi yang terkait.
2) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-
hal sebagai berikut :
a) Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja
masing-masing dan
b) Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.
d. Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan
4. 4
Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada
kecelakaan harus dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi
seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan
peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur transportasi,
dimana :
1) Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya :
a) Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama
kali.
b) Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan
tersebut.
2) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan
disimpan untuk referensi.
3) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-
tiba, harus dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang
terdidik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).
4) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan
di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban
udara dan lain-lain.
5) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit
dengan obat untuk kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan
perlengkapan gigitan ular.
6) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda
lain selain alat-alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
7) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah
dimengerti.
8) Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur
dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
9) Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu).
10) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan
mengangkut dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit
atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat
lainnya.
11) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan
strategis yang memberitahukan antara lain :
a) Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK,
ruang PPPK, ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat
dimana dapat dicari petugas K3.
b) Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans,
nomor telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
c) Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat
penolong yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat.
e. Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja
Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah
diantisipasi sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan
pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu pekerjaan konstruksi.
5. 5
Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang
perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang.
Selanjutnya Penyedia Jasa harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan
kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana,
sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan
biaya yang wajar, oleh karena itu baik Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa
perlu memahami prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini agar
dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.
VI.1.2.2. Ketentuan Teknis
a. Aspek lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan
aspek lingkungan, Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan dari
direksi pekerjaan.
b. Tempat kerja dan peralatan
Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek
terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
1) Pintu masuk dan keluar
a) Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat
kerja.
b) Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
2) Lampu / penerangan
a) Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-
alat penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di
seluruh tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
b) Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c) Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu
mencegah bahaya apabila lampu mati/pecah.
3) Ventilasi
a) Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai
untuk mendapat udara segar.
b) Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas
yang berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri
untuk mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.
4) Kebersihan
a) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus
dipindahkan ke tempat yang aman.
b) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
c) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan
bertumpuk di tempat kerja.
d) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau
sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau
sejenisnya.
6. 6
e) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.
c. Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran
Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau
proyek dapat
dilakukan pencegahan sebagai berikut :
1) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus
tersedia:
a) Alat-alat pemadam kebakaran.
b) Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
2) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk
menggunakan alat pemadam kebakaran.
3) Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu
tertentu oleh orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana
mestinya.
4) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam
kebakaran yang dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke
tempat pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.
5) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah
dilihat dan dicapai.
6) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di
tempat-tempat sebagai berikut :
a) di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar
disimpan.
b) di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
8) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus
disediakan :
a) di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang
mudah terbakar.
b) di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas
yang menggunakan api.
c) di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
9) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-
kerusakan teknis.
11) Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di
suatu gedung, pipa tersebut harus :
a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
b) dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
c) mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam
Kebakaran
d. Perlengkapan keselamatan kerja
Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam
melaksanakan
tugasnya antara lain sebagai berikut :
1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda
keras selama mengoperasikan atau memelihara AMP.
7. 7
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena
licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata
pada lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material
keras lainnya.
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator
telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.
6) Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising,
misalnya pemadatan tanah dengan stamper dan sebagainya.
Gambar Perlengkapan keselamatan kerja
VI.1.2.3. Pedoman untuk pelaku utama konstruksi
a. Pedoman untuk manajemen puncak
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk
mengurangi biaya
karena kecelakaan kerja, antara lain :
1) Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer
lapangan. Informasi ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap
program keselamatan kerja yang telah diterapkan.
2) Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan
kerja dengan cara yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan
monitoring dan pengendalian mengenai biaya dan rencana penjadualan
pekerjaan.
3) Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan
mengalokasikan biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
4) Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat
memberikan jaminan bahwa peralatan atau material yang digunakan
untuk melaksanakan pekerjaan dalam kondisi aman.
8. 8
5) Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan
kerja dan memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing
masing divisi (bagian) untuk program keselamatan kerja.
b. Pedoman untuk manajer dan pengawas
Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk
mengurangi
kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang
konstruksi :
1) Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
pekerja konstruksi sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar
untuk meningkatkan K3, juga harus mendorong personil untuk
memperbaiki sikap dan kesadaran terhadap K3 melalui komunikasi yang
baik, organisasi yang baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja
untuk tindakan-tindakan aman, serta menetapkan target yang realistis
untuk K3.
2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan
seperti dengan memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian
dari perencanaan pekerjaan dan memberikan dukungan yang positif.
3) Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan
hubungan yang erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya
untuk menghindari terjadi kecelakaan dan permasalahan dalam proyek
konstruksi. Manajer dapat melakukannya dengan cara
a) Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan
mengusahakan agar mereka berkenalan akrab dengan personil dari
pekerjaan lainnya dan hendaknya memberikan perhatian yang
khusus terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-harinya
yang pertama.
b) Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor,
karena dengan mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami
mengenai titik sudut pandang pari pekerja. Cara ini bukanlah
mempunyai maksud untuk merusak (“merongrong”) kewibawaan
pihak mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa
pihak pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).
c) Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para
mandor tetapi juga harus mengakui suatu fakta bahwa pihak
mandor itu pun (sebagai manusia) dapat membuat kesalahan. Hal
ini dapat dilaksanakan dengan cara mengizinkan para mandor
untuk memilih para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan
kekuasaan yang tunggal untuk memberhentikan pekerja).
c. Pedoman untuk mandor
Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam
pelaksanaan
pekerjaan bidang konstruksi dengan :
1) Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya
dengan tidak membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara
langsung atau tidak menempatkannya bersama-sama dengan pekerja
yang lama dan kemudian membiarkannya begitu saja.
9. 9
2) Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak
memberikan target produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan
keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk
mengurangi kecelakaan kerja dengan cara berikut ini :
1) Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari
keselamatan kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun
yang formal dengan para mandor di lapangan.
2) Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada
tataran perusahaan.
d. Pedoman untuk pekerja
Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan
gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara
lain adalah :
1) Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.
2) Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
3) Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
4) Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
5) Memahami lingkup kerja yang diberikan.
VI.2. PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Pembersihan Lokasi
Sebelum pekerjaan dimulai terlebih dahulu masing – masing areal pekerjaan
harus dipersiapkan dan dibersihkan dari kotoran, humus tanah, bahan organik
dan akar-akar pepohonan, semak semak serta semua sisa material bekas dari
pekerjaan sebelumnya. Bekas semak / rumput yang telah dibersihkan di beri
obat untuk mematikan rumput sehingga setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan tidak ada lagi rumput / semak yang tumbuh.
b. Pengukuran dan Pemasangan Bouplank
Rekanan/ Kontraktor bertanggung jawab atas kebenaran pematokan di
lapangan yang disetujui oleh Pengawas
Rekanan/ Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan semua
peralatan, perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pematokan tersebut
Pengukuran ketinggian permukaan dilakukan menggunakan alat ukur
(theodolit) dan dilaksanakan oleh rekanan /kontraktor dengan mendapat
petunjuk dari pengawas.
Pemasangan patok untuk pekerjaan saluran di pasang pada kanan kiri
saluran sesuai lebar saluran rencana setiap 25 m panjang.
Pemasangan bouplank untuk pekerjaan saluran dan pekerjaan talud di
pasang menggunakan balok kayu dan papan kayu sesuai dengan dimensi
pada gambar kerja, pemasangan bouplank ini harus kuat dan tidak mudah
berubah kedudukannya serta tidak boleh hilang atau rusak.
10. 10
Jika pada suatu waktu selama pelaksanaan pekerjaan beralangsung timbul
kesalahan-kesalahan pada letak, ukuran dan ketinggian permukaan suatu
pekerjaan, maka Rekanan/ Kontraktor dengan biaya sendiri harus
memperbaiki kesalahan sesuai dokumen kontrak,
Pencocokan pematokan di lapangan oleh Pengawas bagaimanapun juga
tidak melepaskan Rekanan/ Penyedia jasa dari tanggung jawab atas
ketepatan pematokan tersebut dan Rekanan/ Penyedia Jasar harus
melindungi dan menjaga dengan hati-hati semua patok tetap patok
sementara dan benda-benda lain yang dipergunakan dalam pematokan.
c. Mobiisasi
Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah penandatanganan kontrak,
Penyedia Jasa melaksanakan Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction
Meeting/PCM) yang dihadiri Pemilik, Direksi
Pekerjaan, Direksi Teknis dan Penyedia Jasa untuk membahas semua
hal baik teknis maupun non teknis dalam proyek ini
Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah PCM, Penyedia Jasa
menyerahkan program mobilisasi (termasuk program perkuatan
jembatan, bila ada) dan jadwal pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.
Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan
mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh Dinas Lalu Lintas
Angkutan Jalan Raya (DLLAJR), Kepolisian dan instansi terkait lainnya.
Menyediakan lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan
pekerjaan di sekitar lokasi proyek, digunakan untuk kantor proyek,
gudang dan sebagainya yang telah disebutkan dalam kontrak.
Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan
yang tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke lokasi
pekerjaan yang akan menggunakan peralatan tersebut sesuai kontrak.
Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak akan
digunakan lagi, maka alat berat tersebut segera dikembalikan.
Untuk pengangkutan alat-alat berat, maka jembatan diperkuat.
Penyedia Jasa melaksanakan operasional dan pemeliharaan
kendaraan/peralatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pabrik
pembuatnya dan tidak mencemari tanah dan air.
Menyediakan fasilitas kuari yang diusahakan dekat dengan lokasi
proyek dan sudah mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah dan instansi terkait.
Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi pelaksanaan
fisik.
Pengajuan izin menggunakan kuari kepada Pemerintah Daerah.
Material yang akan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan terlebih
dahulu diambil contohnya untuk diuji keandalannya di laboratorium,
apabila tidak memenuhi syarat, segera diperintahkan untuk diangkut
ke luar lokasi proyek dalam waktu 3 x 24 jam.
d. Pengaturan Lalulintas
Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan jalan sedemikian rupa
sehingga terlindungi dari kerusakan akibat lalu lintas umum maupun
proyek.
11. 11
Pengendalian dan pengalihan lalu lintas harus dilaksanakan
sebagaimana diperlukan untuk melindungi pekerjaan jalan.
Pengendalian lalu lintas harus mendapat perhatian khusus, pada saat
kondisi cuaca yang buruk, lalu lintas padat, dan selama periode
pekerjaan yang sedang dilaksanakan sangat peka terhadap
kerusakan.
Penyedia Jasa harus menyediakan, memelihara, dan membongkar
semua pekerjaan jalan atau jembatan sementara yang diperlukan
untuk menghubungkan dengan jalan umum.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan
yang terjadi atau yang disebabkan oleh jalan atau jembatan
sementara ini.
Sebelum membuat jalan atau jembatan sementara, Penyedia Jasa
harus melakukan semua pengaturan yang diperlukan, bila diperlukan
termasuk pembayaran kepada pemilik tanah yang bersangkutan atas
pemakaian tanah itu dan harus memperoleh persetujuan dari
pejabat yang berwenang dan Direksi Pekerjaan.
Setelah pekerjaan selesai, Penyedia Jasa harus membersihkan dan
mengembalikan kondisi tanah itu ke kondisi semula sampai diterima
oleh Direksi Pekerjaan dan pemilik tanah yang bersangkutan.
Penyedia Jasa harus melakukan semua pengaturan agar pekerjaan
yang sudah dilaksanakan dapat dilewati dengan aman oleh peralatan
konstruksi, bahan dan karyawan Penyedia Jasa lain yang
melaksanakan pekerjaan di dekat proyek. Untuk keperluan ini,
Penyedia Jasa dan Penyedia Jasa lain yang melaksanakan pekerjaan
di dekat proyek, harus menyerahkan suatu jadwal transportasi
kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuannya, paling
sedikit 15 (lima belas) hari sebelumnya.
Jalan alih sementara (detour) harus dibangun sebagaimana yang
diperlukan untuk kondisi lalu lintas yang ada, dengan memperhatikan
ketentuan keselamatan dan kekuatan struktur, sesuai dengan kelas
jalan. Semua jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk lalu
lintas umum sampai alinyemen, pelaksanaan, drainase dan
pemasangan rambu lalu lintas sementara telah disetujui Direksi
Pekerjaan. Selama digunakan untuk lalu lintas umum
Penyedia Jasa harus memelihara pekerjaan yang telah dilaksanakan,
drainase dan rambu lalu lintas sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa harus membangun dan memelihara jembatan dan jalan
samping sementara untuk jalan masuk umum dari dan ke jalan raya
pada semua tempat, apabila jalan masuk tersebut sudah ada sebelum
pekerjaan dimulai, dan pada tempat lainnya yang diperlukan, atau
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Pembangunan jalan dan jembatan sementara harus sesuai dengan
gambar rencana.
Agar dapat melindungi pekerjaan, dan menjaga keselamatan umum
dan kelancaran arus lalu lintas yang melalui atau di sekitar pekerjaan,
dalam hal ini jika kegiatan pelaksanaan akan mengganggu lalu lintas
umum, Penyedia Jasa harus memasang dan memelihara rambu lalu
lintas, penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap
12. 12
tempat. Semua rambu lalu
lintas dan penghalang harus diberi garis-garis (strips) yang reflektif
dan atau terlihat dengan jelas pada malam hari.
Penyedia Jasa harus menyediakan dan menempatkan petugas bendera
di semua tempat kegiatan pelaksanaan yang mengganggu arus lalu
lintas, terutama pada pengaturan lalu lintas satu arah.
Tugas utama dari petugas bendera adalah mengarahkan dan
mengatur arus lalu lintas yang melewati lokasi pekerjaan tersebut.
e. Papan Nama Proyek
Rekanan /Kontraktor diwajibkan membuat dan memasang Papan Nama
Proyek dan ditempatkan pada tempat yang dianggap tepat dan dapat
dilihat dari jalan yang dapat dikonsultasikan dengan Pengawas/Direksi
Proyek. Dimensi, warna, bentuk, tulisan dan ketentuan-ketentuan yang lain
dapat dilihat pada lampiran dan atau Gambar Kerja
Membuat dan memasang rambu-rambu pengaman yang memadai sesuai
kebutuhan untuk keselamatan pemakai jalan dan pekerja proyek di setiap
lokasi pekerjaan yang dianggap perlu. Setiap terjadi kecelakaan yang
ditimbulkan oleh kelalaian Rekanan/Kontraktor baik karena menyangkut
rambu-rambu dan peringatan maupun peletakan alat-alat dan bahan
bangunan yang tidak teratur menjadi tanggung jawab Rekanan/ Kontraktor.
VII.3. KOMPONEN PEKERJAAN
Komponen-komponen pekerjaan yang termasuk dalam paket pekerjaan ini adalah
:
Pekerjaan Tanah
Pekerjaan Lapisan Berbutir
Pekerjaan Lapisan Beraspal
Pekerjaan Beton
Pekerjaan Drainase
VI.3.1. PEKERJAAN TANAH
a. Pekerjaan Galian :
Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi
yang ditentukan dalam gambar yang disetujui oleh Direksi Teknis dan
harus mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun
yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan
batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk
pekerjaan permanen.
Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan seminimal
mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.
Apabila bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar
atau fondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut
pendapat Direksi Teknis tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut
harus dibuang seluruhnya atau sebagian, dan diganti dengan bahan
timbunan
Apabila pada garis formasi dijumpai batu, lapisan keras atau bahan
13. 13
yang sukar dibongkar untuk selokan, pada tanah dasar untuk
perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau
fondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam
dari permukaan rencana. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada
permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan
batu yang diameternya lebih besar dari 5 cm harus dibuang. Profil
galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun
kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Teknis dan dipadatkan.
Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan,
jika menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak praktis menggunakan
alat bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku
tunggal. Direksi Pekerjaan dapat melarang peledakan dan
memerintahkan untuk menggali batu dengan cara lain, jika peledakan
tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau
apabila kurang cermat dalam pelaksanaannya.
Apabila diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus
menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting)
untuk melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian.
Jika dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya sebagai yang
ditetapkan oleh Direksi Teknis.
Penggalian batu harus dilakukan sedemikian rupa, apakah dengan
peledakan atau cara lainnya, sehingga permukaan galian harus
dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang
lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan
bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang atau diperkuat
dengan angker, baik pada pemotongan batu yang baru maupun yang
lama.
Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan
lain untuk mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan
pemeriksaan acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar
acuan
Cofferdam atau penyokong atau pengaku yang tergeser selama
pekerjaan galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan
diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan
selama pelaksanaan.
Cofferdam, penyokong dan pengaku yang dibuat untuk fondasi
jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing
atau bantaran sungai.
b. Pekerjaan Timbunan
Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan
yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan
Penyedia Jasa harus memasang patok batas dasar timbunan 3 (tiga)
hari sebelum pekerjaan dimulai.
Dasar fondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan
dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) setebal 20 cm
dan harus memenuhi kepadatan sebagai disyaratkan.
14. 14
Apabila timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau
ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka
lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup
sehingga memungkinkan peralatan berat dapat beroperasi.
Sebelum timbunan dihampar dasar timbunan harus digaru dan
dipadatkan sehingga mencapai kepadatan 95% kepadatan kering
maksimum sesuai SNI 03-1742-1989.
VI.3.2. LAPISAN PERKERASAN BERBUTIR
Lapis fondasi agregat adalah suatu lapisan pada struktur perkerasan
jalan yang terletak diantara lapis permukaan dan lapis tanah dasar
yang telah disiapkan. Lapis fondasi agregat terdiri dari 3 (tiga) kelas
yang berbeda yaitu kelas A, kelas B dan kelas C. Agregat kelas A
atau agregat kelas B digunakan untuk lapis fondasi, sedangkan
agregat kelas C digunakan untuk lapis fondasi bawah, bahu jalan
dan perkerasan tanpa penutup aspal.
Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini mencakup pengadaan,
pemasokan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan
pemadatan agregat bergradasi di atas permukaan yang telah
disiapkan dan telah diterima sesuai persyaratan dan detail yang
ditunjukkan dalam gambar rencana atau sesuai dengan perintah
Direksi Pekerjaan, dan memelihara lapis fondasi agregat yang telah
selesai sesuai yang disyaratkan.
Pengadaan, mencakup pemecahan, pemisahan, pencampuran dan
operasi lainnya yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang
memenuhi ketentuan pada seksi ini. Lapis fondasi agregat pada seksi
ini mencakup lapis fondasi bawah dan lapis fondasi.
1. Elevasi Permukaan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Tinggi Permukaan
Agregat kelas C digunakan sebagai
lapis pondasi bawah
+ 1,5 cm
-1,5 cm
Agregat kelas B atau kelas A digunakan
untuk lapis pondasi jalan yang akan di
tutup dengan lapis resap ikat atau
pelaburan
+ 1 cm
-1 cm
2. Ketebalan Lapis Pondasi Agregat
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Ketebalan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis
pondasi bawah
+ 1cm
-1cm
Agregat kelas B atau kelas A digunakan
untuk lapis pondasi jalan yang akan di tutup
dengan lapis resap ikat atau pelaburan
+ 1 cm
0 cm
Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas C atau kelas B dan
kelas C tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan.
3. Kerataan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Kerataan
15. 15
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis
pondasi bawah
-1cm
Agregat kelas B atau kelas A digunakan
untuk lapis pondasi jalan yang akan di tutup
dengan lapis resap ikat atau pelaburan
+ 1 cm
Pengukuran kerataan permukaan dengan mistar perata panjang 3 m yang
diletakkan sejajar dan melintang sumbu jalan, dilakukan setelah semua bahan
yang dilepas di bersihkan.
Bahan lapis fondasi agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui
Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 1.2.7 tentang logistik, dari
spesifikasi ini.
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan 50 kg
contoh agregat yang akan digunakan untuk dijadikan rujukan selama
pelaksanaan pekerjaan.
Fraksi Agregat Kasar
Agregat kasar (tertahan pada saringan 4,75 mm) harus terdiri atas
partikel yang keras dan awet.
Agregat kasar kelas A yang berasal dari batu kali harus 100%
mempunyai paling sedikit dua bidang pecah, bila diuji sesuai
Angularitas agregat kasar sesuai.
Agregat kasar kelas B yang berasal dari batu kali harus 65%
mempunyai paling sedikit satu bidang pecah, bila diuji sesuai
Angularitas agregat kasar sesuai prosedur.
Agregat kasar kelas C berasal dari kerikil.
Fraksi Agregat Halus ,Agregat halus (lolos saringan 4,75 mm) harus
terdiri atas partikel pasir atau batu pecah halus dengan atau tanpa
clay.
Agregat untuk lapis fondasi harus bebas dari bahan organik dan
gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki,
harus memenuhi ketentuan gradasi yang diberikan.
Pencampuran Bahan untuk Lapis Fondasi Agregat
Untuk memperoleh homogenitas campuran dan memenuhi
ketentuan yang disyaratkan bahan lapis fondadi harus langsung dari
instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui oleh Direksi
Teknis, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah
dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-
komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan
apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan
dengan grader, loader atau backhoe kecuali dengan alat khusus
pulvimixer.
Peralatan
Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan pada spesifikasi ini harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan dirawat agar supaya selalu dalam keadaan baik.
Peralatan yang digunakan oleh sub-Penyedia Jasa atau pemasok
untuk kepentingan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis sebelum pekerjaan dimulai.
Peralatan processing harus direncanakan, dipasang, dioperasikan
16. 16
dan dengan kapasitas sedemikian sehingga dapat mencampur
agregat, air secara merata sehingga menghasilkan campuran
yang homogen. Apabila instalasi pencampur digunakan maka
instalasi pencampur tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu
untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-
komponen campuran dengan proporsi yang benar.
Alat Penghampar
Alat penghampar agregat harus menggunakan peralatan mekanis
yang mampu menyebarkan bahan lapis fondasi agregat dengan
lebar dan toleransi permukaan yang diinginkan serta tidak
menimbulkan segregasi
Alat Pemadat
Alat pemadat roda besi dengan penggetar, pemadat roda besi
tanpa penggetar atau pemadat roda karet, dapat digunakan
untuk pemadatan fondasi agregat.
Alat Pengangkut
Dump truck yang akan digunakan, bak penampungnya tidak
boleh bocor dan dilengkapi terpal yang digunakan pada saat
pengangkutan bahan ke lokasi pekerjaan dan menjamin tidak
banyak terjadinya penguapan air sepanjang perjala nan.
Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau
bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau
bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu.
Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan
perkerasan lama atau tanah dasar baru, maka lapisan ini harus
diselesaikan sepenuhnya
Sebelum pekerjaan lapisan fondasi agregat akan dilaksanakan, maka
lapisan dasar yang akan dilapisi harus telah disiapkan memenuhi
persyaratan dan telah ditangani dan mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari Direksi Teknis dengan panjang paling sedikit 60
m secara menerus. Untuk penyiapan tempat-tempat yang kurang dari
60 m karena tidak cukup ruang, seluruh daerah itu harus disiapkan
dan disetujui sebelum lapis fondasi agregat dihampar.
Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar langsung di atas
permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi
Teknis dalam kondisi tidak rusak, maka harus dilakukan penggaruan
atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama dengan
greder agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
Material lapis fondasi agregat setelah ditempatkan harus segera
dihampar dan dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air.
Bahan lapis fondasi agregat harus diangkut ke badan jalan dan harus
segera dihampar dan dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar
air sehingga kadar air pemadatan yang merata dalam rentang yang
disyaratkan.
Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar
menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang
disyaratkan. Apabila diperlukan penghamparan lebih dari satu lapis,
maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
17. 17
Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua
kali ukuran terbesar agregat lapis fondasi. Tebal padat maksimum
tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
Teknis.
Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, setiap lapis
harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan
memadai dan disetujui oleh Direksi Teknis, hingga kepadatan akhir
mencapai paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum
modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-
1989, Metode D.
Direksi Teknis dapat memerintahkan agar digunakan mesin
pemadat beroda karet untuk pemadatan lanjutan untuk
menghasilkan ikatan butiran yang lebih baik dan stabil. Alat
pemadat roda besi berpenggetar hanya digunakan untuk
pemadatan awal.
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada
dalam rentang 2% di bawah kadar air optimum sampai 2% di atas
kadar air optimum, kadar air optimum adalah seperti yang
ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified)
seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.
Pelaksanaan pemadatan memanjang harus dimulai dari sisi
terendah dan bergerak ke sisi tertinggi bergeser dalam arah
melintang demikian juga di daerah super-elevasi.
Pemadatan harus dilakukan dengan tumpang tindih satu lajur
dengan lajur lainnya selebar tebal lapisan.
Pemadatan yang berbatasan dengan kerb, tembok, dan tempat-
tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan
timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui Direksi
Teknis.
VI.3.2. PEKERJAAN LAPISAN BERASPAL
a. Lapis Perekat ( Track Coat ) dan Lapis Resap Ikat ( Prime Coat )
Bahan Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat ;
Aspal untuk lapis resap ikat haruslah salah satu dari berikut ini:
Aspal emulsi yang digunakan dapat salah satu dari aspal emulsi
pengikatan sedang (CMS) yang memenuhi SNI 03-4798-1998 atau
aspal emulsi pengikatan lambat (CSS) yang memenuhi SNI 03-4798-
1998.
Aspal cair yang digunakan dapat salah satu dari aspal cair
penguapan sedang sesuai SNI 03-4799-1998 atau aspal cair
penguapan cepat sesuai SNI 03-4800-1998.
Kedua aspal cair tersebut harus dibuat dari aspal keras Pen 60 atau
Pen 80, yang memenuhi RSNI S-01-2003, diencerkan dengan minyak
tanah (kerosen) atau bensin (premium). Tipe aspal cair yang digunakan
harus sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Apabila lalu lintas diizinkan lewat diatas lapis resap ikat maka harus
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil penyaringan
kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau
18. 18
lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98%
harus lolos saringan 3/8” (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2% yang
lolos saringan No.8 (2,36 mm).
Aspal untuk lapis Perekat haruslah salah satu dari berikut ini:
Aspal emulsi kationik jenis penguapan cepat (CRS-1 atau CRS-2)
harus memenuhi ketentuan SNI 03-4798-1998.
Aspal cair penguapan cepat (RC 250) harus memenuhi ketentuan
SNI 03-4800-1998. Aspal cair tersebut dibuat dari aspal keras Pen 60
atau Pen 80 yang memenuhi ketentuan RSNI S-01-2003, diencerkan
dengan bensin (premium).
Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan yang terdiri dari penyapu
mekanis dan atau kompresor, alat aspal distributor, peralatan untuk
memanaskan aspal dan peralatan yang sesuai untuk meratakan kelebihan
aspal.
Tabel Takaran Pemakaian Lapis Resap Ikat
Tabel Takaran
Pemakaian Lapis Perekat
Temperatur penyemprotan yaitu untuk Aspal cair penguapan cepat (RC–
250) temperatur 80° - 90° Sedangkan untuk Aspal Keras 145° – 165°
Apabila pekerjaan lapis resap ikat dan lapis perekat akan dilaksanakan pada
perkerasan jalanbaru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus
telah selesai dikerjakan sepenuhnya dan memenuhi ketentuan dalam
spesifikasi ini.
Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan
dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya.
Apabila peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-
benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat
yang kaku. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi
bidang yang akan disemprot
Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus
disingkirkan dari permukaan dengan memakai blencong atau dengan cara
lainnya yang telah disetujui Direksi Teknis dan bagian yang telah diperbaiki
tersebut harus disemprot air dan disapu
Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan
yang telah disiapkan dapat diterima oleh Direksi Teknis Batas permukaan
Jenis Aspal Takaran (liter per meter persegi) pada
Lapis Fondasi Agregat Lapis Fondasi
Bersemen
Aspal Cair 0,4 – 1,3 0,2 – 1,0
Aspal Emulsi
Takaran (liter per meter persegi) pada
Perkerasan Beraspal Perkerasan Kaku
Permukaan
Baru atau
Aspal Lama
yang licin
Permukan
Porous dan
Terekspos
cuaca
Permukaan
Baru
Permukaan
Aus atau
licin
Aspal Cair 0,10 - 0,15 0,15 - 0,35 0,15 – 0,20 0,15 - 0,25
Aspal Emulsi 0,15 - 0,20 0,20 - 0,50 0,20 – 0,25 0,20 - 0,35
19. 19
yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan
ditandai, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai (seperti dengan
kapur tulis, cat atau benang).
Agar aspal dapat merata pada setiap titik maka aspal harus disemprotkan
dengan batang penyemprot dalam jumlah aspal yang diperintahkan.
pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer).
lebar penyemprotan harus lebih besar dari pada lebar rencana pekerjaan
lapisan beraspal yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan
yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti
permukaan yang lain.
Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10%
darikapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk
angin) dalam system penyemprotan. Jumlah pemakaian aspal pada setiap
kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam
tangki dengan meteran tongkat celup.
Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus
melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak
dengan lalu lintas.
Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada
ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi.
Setelah pelaksanaan penyemprotan, aspal yang berlebihan dan tergenang
di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan
menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari
karet.
Lalu lintas tidak diizinkan lewat sampai penghamparan lapis beraspal di
atasnya selesai dikerjakan.
b. Lapis Perkerasan Bawah / Telford :
Sebelum pekerjaan pengerasan dimulai badan jalan diratakan terlebih
dahulu dan diberi alas pasir sebagai lapis pondasi bawah setebal 5 cm
padat.
Pengerasan jalan dengan batu belah 15/20 dan dikunci dengan batu pecah
5/7 kemudian digilas dengan mesin gilas 8 – 1 ton hingga rata. Setelah rata
pada bagian atas di beri batu pecah 2/3 sebagai pengisi bagian yang masih
lubang dan diberi pasir urug kemudian digilas lagi hingga rata dan padat
hingga mencapai kepadatan 15 cm.
c. Lapis Penetrasi makadam tebal 5 cm
Pada permukaan Telford yang sudah dibersihkan diberi lapis resap pengikat
(prime coat) berupa aspal panas cair 0,8 kg / m2.
Kemudian diatasnya dihampar dengan batu pecah 3/5 +2/3+1/2, kemudian
digilas dengan mesin gilas 8 – 10 ton hingga ketebalan mencapai 3 cm, lalu
disiram aspal cair panas 2,5 kg /m2 hingga rata diseluruh permukaan.
Kemudian diatas lapisan 3 cm di hampar lagi batu 2/3 +1/2+chipping dan
dipadatkan hingga mencapai ketebalan 2cm dengan mesin gilas 8 – 10 ton.
Kemudian diatasnya di siram dengan aspal cair panas 1,5 kg /m2 hingga
rata diseluruh permukaan.
Ketebalan lapis penetrasi makadam ini adalah 5 cm.
20. 20
d. Lapis Beraspal
Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus
dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang
tepat agar memenuhi formula campuran kerja. Proporsi takaran ini harus
ditentukan dengan mencari gradasi dengan cara penyaringan basah dari
contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) sebelum produksi
campuran dimulai dan pada waktu-waktu tertentu, sebagaimana ditetapkan
oleh Direksi Teknis, untuk menjamin pengendalian penakaran. Aspal harus
ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan
jumlah yang ditetapkan sesuai formula campuran kerja. Apabila digunakan
instalasi pencampur system penakaran, seluruh agregat kering harus
dicampur terlebih dahulu, kemudian baru sejumlah aspal yang tepat
ditambahkan ke dalam agregat tersebut dan diaduk dengan waktu
sesingkat mungkin yang ditentukan dengan “pengujian derajat
penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan
prosedur SNI 03-2439-1991 (biasanya sekitar 45 detik), untuk
menghasilkan campuran yang homogen dan semua butiranagregat
terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus
ditetapkan oleh Direksi Teknis dan diatur dengan perangkat pengendali
waktu yang handal. Untuk instalasi pencampuran sistem menerus, waktu
pencampuran yang dibutuhkan harus ditentukan dengan “pengujian derajat
penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan
prosedur SNI 03-2439-1991 dengan waktu pencampuran, paling lama 60
detik yang ditentukan dengan menyetel bukanan pintu sekat dalam alat
pencampur
Temperatur campuran beraspal pada saat tiba di lokasi harus dalam
rentang antara 130° – 150° C Tidak ada campuran beraspal yang diterima
dalam pekerjaan apabila temperatur melampaui atu kurang dari temperatur
yang disyaratkan.
Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan setiap
muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat netto.
Penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih terang
terkecuali tersedia penerangan minimal 100 lux yang dapat diterima oleh
Direksi Teknis.
Semua permukaan yang akan dilapisi atau akan diberi lapis perata harus
disiapkan sedemikian rupa sehingga didapat kondisi yang baik. Permukaan
yang dalam kondisi rusak, harus dibongkar dan diperbaiki sampai diperoleh
permukaan yang keras dengan bahan yang disetujui oleh Direksi Teknis
yang setelah diperbaiki memenuhi toleransi yang disyaratkan.
Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus
dibersihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan
compressor dan atau sapu mekanis (power broom) yang dibantu dengan
cara manual bila diperlukan.
Lapis Perekat (tack coat) harus diterapkan secara perata sesuai sesifikasi
teknis ini.
Acuan tepi yang tersedia pada finisher harus digunakan, bila diperlukan
dapat pula digunakan balok kayu lurus atau acuan lain yang disetujui dan
harus dipasang sesuai dengan garis serta ketinggian sesuai rencana
ketebalan hamparan.
21. 21
Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) harus bersih, licin, tidak
cacad, tidak ada butiran batuan atau sisa campuran yang terselip pada
sambungan (dibawah crown control) dan harus dipanaskan dengan alat
pemanas yang terdapat pada Alat Penghampar. Campuran beraspal harus
dihampar sesuai dengan ketebalan yang direncanakan dan diratakan sesuai
dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang
disyaratkan.
Pengendalian tebal rencana dapat dilakukan secara manual atau dengan
pengendalian tebal mekanis berupa taut string (wire), short skies, dan long
skies.
Crawler atau roda finisher harus duduk di atas lapisan dasar, tidak boleh
menginjak ceceran-ceceran campuran.
Penghamparan harus dimulai dari lajur yang rendah terlebih dahulu apabila
pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
Peralatan pra-pemadat vibrasi pada alat perata harus dijalankan dan
berfungsi dengan baik selama penghamparan dan pembentukan.
Bila digunakan alat penumbuk untuk pemadatan awal maka alat penumbuk
tidak boleh telah aus sedemikian rupa sehingga tidak berfungsi memberikan
kepadatan awal.
Temperatur sisa campuran beraspal yang belum terhampar di bawah alat
perata harus dipertahankan sesuai temperatur atau viskositas yang
disyaratkan .
Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang konstan
dan tidak menyebabkan terjadinya segregasi, terseret, retak permukaan,
ketidakseragaman atau bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan.
Kecepatan penghamparan harus disesuaikan dengan kapasitas produksi
UPA dan ketebalan hamparan sebagai yang disetujui oleh Direksi Teknis
dan harus ditaati.
Apabila terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki
Penaburan tidak boleh dilakukan di atas permukaan hamparan yang telah
rapih, butiran kasar sisa penaburan di daerah yang tidak rapih tidak boleh
dikembalikan untuk dihampar.
Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan
tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus
diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan
gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang
temperatur sesuai viskositas aspal yang ditunjukkan dan dilakukan dari sisi
rendah bergeser ke sisi yang lebih tinggi.
Penggilasan campuran beraspal harus terdiri dari 3 (tiga) tahap yang
terpisah berikut ini:
a) Pemadatan awal (breakdown rolling).
b) Pemadatan utama (intermediate rolling).
c) Pemadatan akhir (finish rolling).
Penggilasan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja. Penggilasan awal harus dioperasikan dengan roda
penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus
menerima minimum 2 (dua) lintasan penggilasan awal. Pemadatan utama
22. 22
harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di
belakang pemadatan awal dan dilakukan sebanyak mungkin lintasan dalam
rentang temperatur yang disyaratkan
Pemadatan akhir harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa
penggetar sampai jejak bekas pemadatan roda karet hilang.
Pelaksanaan pemadatan pada sambungan melintang harus dilakukan
dengan terlebih dahulu memasang dua buah balok kayu diluar lajur sejajar
sambungan melintang untuk dudukan roda pemadat saat berada di luar
lajur dengan ketebalan sesuai dengan tebal padat lapisan.
Bila sambungan memanjang dibuat untuk menyambung dengan lajur yang
dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus memadatkan sambungan
sebanyak 2 (dua) lintasan dan selanjutnya dilakukan pemadatan
memanjang sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Pemadatan selanjutnya dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan
dari sisi terendah menuju ke sisi tinggi lintasan yang berurutan harus saling
tumpang tindih (overlap.
Apabila menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan
awal harus terlebih dahulu menggilas sambungan lajur dengan lajur yang
telah dihampar sebelumnya sehingga + ¾ dari lebar roda pemadat yang
menggilas sisi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan
lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat
pemadat bertumpang tindih minimal selebar 15 cm.
Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan
10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga pada kecepatan
konstan sehingga tidak mengakibatkan bergesernya campuran panas
tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah secara
tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorong, terbentuknya
bekas gilasan campuran beraspal. Alat pemadat tidak boleh (berhenti) di
atas hamparan yang sedang dipadatkan.
Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam
kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan
ketidakrataan dapat dihilangkan.
Roda alat pemadat harus dibasahi secara mengkabut terus menerus untuk
mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air
yang berlebihan tidak diperkenankan. Untuk menghindari lengketnya
butiran-butiran halus campuran beraspal pada roda karet, roda dapat
dibasahi dengan air yang dicampur sedikit deterjen.
Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
Bahan bakar, pelumasan dan gemuk yang tumpah atau tercecer dari
kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di atas
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya
pembongkaran dan perbaikan oleh Penyedia Jasa atas perkerasan yang
terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini menjadi
beban Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus mencegah agar tidak terjadi
ceceran aspal di atas permukaan perkerasan.
Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan elevasi,
lereng melintang, kelandaian, dan berada dalam batas lereng melintang dan
23. 23
kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran
beraspal padat yang lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau
rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran
panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi
sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran beraspal terhampar
dengan luas minimal 0,1 m2 (tunggal) yang menunjukkan kelebihan atau
kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan
setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi
permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa
harus memotong dengan gergaji tepi perkerasan agar bergaris rapih. Setiap
hamparan yang berlebihan, dan sambungan memanjang dan melintang
yang akan disambung dengan lajur baru harus dipotong tegak lurus setelah
penggilasan akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar daerah milik jalan
yang lokasinya disetujui oleh Direksi Teknis.
Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan
harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak
segaris dengan sambungan lapis dibawahnya. Sambungan memanjang
harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan teratas harus
berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.
Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal
yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali apabila tepinya telah dibentuk
tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan aspal sebagai lapis
perekat untuk melekatkan permukaan lama dan baru harus diberikan
sebelum campuran beraspal dihampar di sebelah campuran beraspal yang
telah digilas sebelumnya. Sapuan aspal lapis perekat tidak boleh mengenai
permukaan lapis sebelumnya.
VI.3.4. PEKERJAAN DRAINASE
Perbedaan elevasi galian dasar selokan yang telah selesai dikerjakan
tidak boleh lebih dari 1 cm dari yang ditentukan atau disetujui pada
setiap titik, dan harus mempunyai permukaan yang cukup halus dan
rata, dan menjamin aliran yang bebas serta tanpa genangan jika
alirannya kecil.
Alinyemen selokan dan profil penampang melintang yang telah selesai
dikerjakan tidak boleh bergeser lebih dari 5 cm dari yang ditentukan atau
telah disetujui pada setiap titik.
Contoh bahan yang akan digunakan untuk saluran yang dilapisi harus
diserahkan Kepada Direksi Pekerjaan atau Pengawas Lapangan.
Apabila pekerjaan pembentukan penampang selokan telah selesai,
Penyedia Jasa harus meminta persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum
bahan pelapis selokan dipasang.
Drainase yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa harus selalu lancar
tanpa terjadinya genangan air dan berfungsi dengan baik sebelum
pekerjaan timbunan dan struktur perkerasan dimulai.
Pada tahap awal selokan harus digali sedikit lebih kecil dari penampang
melintang yang disetujui, sedangkan pemangkasan tahap akhir
termasuk perbaikan dari setiap kerusakan yang terjadi selama
24. 24
pelaksanaan pekerjaan, harus dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan
yang berdekatan atau bersebelahan selesai.
Lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian yang ditentukan untuk
semua selokan yang akan dibentuk lagi atau digali atau yang dilapisi,
serta lokasi semua lubang penampung (catch pits) dan selokan
pembuang yang berhubungan, harus diberi tanda dengan cermat oleh
pelaksana sesuai dengan gambar rencana atau detail pelaksanaan yang
diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan.
Penggalian, penimbunan dan pemangkasan harus dilakukan
sebagaimana yang diperlukan untuk membentuk selokan baru atau
lama, sehingga memenuhi kelandaian yang ditunjukkan pada gambar
rencana yang disetujui, dan memenuhi profil jenis selokan yang
ditunjukkan dalam gambar rencana atau diperintahkan lain oleh Direksi
Pekerjaan.
Setelah formasi selokan yang telah disiapkan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, pelapisan selokan dengan pasangan batu dengan mortar
harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan dalam Seksi 2.2 dari
spesifikasi ini.
Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia
Jasa sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan
yang mungkin terjadi di lokasi yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.
Sungai atau kanal alam yang bersebelahan dengan pekerjaan dalam
kontrak ini, tidak boleh diganggu tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
Apabila penggalian atau pengerukan dasar sungai tidak dapat dihindari,
maka setelah pekerjaan ini selesai, Penyedia Jasa harus menimbun
kembali seluruh galian sampai permukaan tanah asli atau dasar sungai
dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan.
Bahan yang tertinggal di daerah aliran sungai akibat pembuatan fondasi
atau akibat galian lainnya, atau akibat penempatan cofferdam harus
dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai.
Apabila terdapat pekerjaan stabilisasi timbunan atau pekerjaan
permanen lainnya dalam kontrak ini yang tidak dapat dihindari dan akan
menghalangi sebagian atau seluruh saluran air yang ada, maka saluran
air tersebut harus direlokasi agar tidak mengganggu aliran air pada
ketinggian air banjir normal yang melalui pekerjaan tersebut. Relokasi
yang demikian harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Relokasi saluran air tersebut harus dilakukan dengan mempertahankan
kelandaian dasar saluran lama dan harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan baik pada
pekerjaan tersebut maupun pada bangunan di sekitarnya.
VI.3.5. PEKERJAAN BETON
a. Beton
Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti
dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat
memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru.
Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan .
25. 25
Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali fondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam gambar kerja atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru
tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga
dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika
diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin
dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan
aman.
Seluruh dasar fondasi, fondasi dan galian untuk pekerjaan beton
harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas
tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton
akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan
peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar
sumuran atau cofferdam dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan
benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau
selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak
bergeser pada saat pengecoran.
Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka
bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar segera
sebelum penghamparan bahan lain di atasnya.
Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan
untuk fondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja
tulangan atau pengecoran beton. Penyedia Jasa dapat diminta
untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah keras,
pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan
cukup tidaknya daya dukung tanah di bawah fondasi.
Apabila dijumpai kondisi tanah dasar fondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk
mengubah dimensi atau kedalaman fondasi dan/atau menggali dan
mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah
fondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya.
Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran sebelum tenda
terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan
lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka
air tanah dengan penanganan seperlunya.
Apabila disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah
harus dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya
harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan.
Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
Acuan dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap
dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama
pengecoran, pemadatan dan perawatan.
26. 26
Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos dapat
digunakan kayu yang tidak diserut permukaannya. Sedangkan
untuk permukaan akhir yang terekspos harus digunakan kayu
yang mempunyai permukaan yang rata. Seluruh sudut-sudut
tajam acuan harus ditumpulkan.
Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar
tanpa merusak permukaan beton dengan memberikan pelumas
(oil form).
Pelaksanaan Pengecoran
(a) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara
tertulis paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam sebelum memulai
pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton apabila
pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 (enam) jam (final
setting). Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan,
mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi
Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa perancah, acuan, tulangan dan
mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
(b) Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah
diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan apabila
Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan
operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
(c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi
dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya agar didapat
kemudahan pembukaan acuan tanpa menimbulkan kerusakan
pada permukaan beton.
(d) Pengecoran beton ke dalam acuan harus selesai sebelum terjadinya
pengikatan awal beton seperti ditunjukkan dalam hasil pengujian
beton dari laboratorium, atau dalam waktu yang lebih pendek
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting
time) semen yang digunakan, kecuali digunakan bahan tambahan
untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan.
(e) Pengecoran beton harus berkesinambungan tanpa berhenti sampai
dengan lokasi sambungan pelaksanaan (construction joint) yang
telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
(f) Pengecoran beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi segregasi antara agregat kasar dan agregat halus dari
campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin
dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton.
(g) Pengecoran beton ke dalam acuan struktur yang berbentuk rumit
dan penulangan yang rapat harus dilaksanakan secara lapis demi
lapis dengan tebal yang tidak melampaui 150 mm. Untuk dinding
beton, tebal lapis pengecoran dapat sampai 300 mm menerus
sepanjang seluruh keliling struktur.
27. 27
(h) Tinggi jatuh bebas beton ke dalam cetakan tidak boleh lebih dari
1,5 m. Beton tidak boleh dicor langsung ke dalam air. Apabila
beton dicor di dalam air dan tidak dapat dilakukan pemompaan
dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam setelah pengecoran,
maka beton harus dicor dengan metode tremi atau metode Drop-
Bottom-Bucket, dimana pengggunaan bentuk dan jenis yang
khusus untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan. Dalam hal pengecoran dibawah air dengan
menggunakan beton tremi maka campuran beton tremi tersebut
harus dijaga sedemikian rupa agar campuran tersebut mempunyai
slump tertentu, kelecakan yang baik dan pengecoran secara
keseluruhan dari bagian dasar sampai atas tiang pancang selesai
dalam masa setting time beton. Untuk itu harus dilakukan
campuran percobaan dengan menggunakan bahan tambahan
(retarder) untuk memperlambat pengikatan awal beton, yang
lamanya tergantung dari lokasi pengecoran beton, pemasangan
dan penghentian pipa tremi serta volume beton yang dicor. Pipa
tremi dan sambungannya harus kedap air dan mempunyai ukuran
yang cukup sehingga memungkinkan beton mengalir dengan baik.
Tremi harus selalu terisi penuh selama pengecoran. Apabila aliran
beton terhambat maka tremi harus ditarik sedikit keatas dan diisi
penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik tremi
atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di
bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya.
(i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga
campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat
menyatu dengan campuran beton yang baru.
(j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton baru
yang akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari
bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan dilapisi dengan bonding
agent yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(k) Dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran
permukaan pekerjaan beton, tidak boleh ada air yang mengalir di
atasnya. Untuk perawatan dengan pemberian air di atas
permukaan, dapat dilakukan sebelum 24 (dua puluh empat) jam
setelah pengecoran dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
(l) Apabila dilakukan pengecoran beton yang menggunakan pompa
beton dari alat Ready Mix, maka perlu diperhatikan kapasitas, daya
pemompaan, kelecakan beton untuk mendapatkan hasil
pengecoran yang sesuai dengan ketentuan.
Pemadatan
(a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau
dari luar acuan yang telah disetujui. Apabila diperlukan dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai
penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin
kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh
digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke
titik lain di dalam acuan.
(b) Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan
28. 28
semua sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi
tanpa menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung
udara terisi.
(c) Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada
hasil pemadatan yang diperlukan.
(d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif
0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat
menghasilkan getaran yang merata.
(e) Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan
beton di dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat
melakukan penetrasi sampai kedalaman 100 mm dari dasar beton
yang baru dicor sehingga menghasilkan kepadatan yang
menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut
akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat tersebut harus
ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi lain
dengan jarak tidak lebih dari 450 mm. Alat penggetar tidak boleh
berada pada suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton
sudah mengkilap. Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari
dalam diberikan dalam Tabel 7.1.3-1.
Tabel Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam
Kecepatan Pengecoran
Beton (m3 / jam)
Jumlah Alat
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
> 20 > 6
Apabila kecepatan pengecoran lebih besar atau sama dengan 20
m3/jam, maka harus digunakan alat penggetar yang mempunyai
dimensi lebih besar dari 75 mm.
Sambungan Pelaksanaan (CONSTRUCTION JOINT)
(1) Jadual pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap
jenis struktur yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan
seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana untuk disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan
pada pertemuan elemen-elemen struktur kecuali ditentukan
demikian.
(2) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diizinkan. Semua
sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu
memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan
gaya geser minimum.
(3) Apabila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus
melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur
tetap monolit.
(4) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan
29. 29
kedalaman paling sedikit 40 mm untuk dinding, pelat serta antara
dasar fondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan pengecoran pelat
yang terletak di atas permukaan dengan cara manual, sambungan
konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat
mempunyai luas maksimum 40 m2 .
(5) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan
tambahan apabila pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan
akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian
pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
(6) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat
digunakan untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara
pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
(7) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak
diperkenankan berada pada 750 mm di bawah muka air terendah
atau 750 mm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain
dalam gambar kerja.
Beton Siklop
- Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu
beton fc’=15 MPa dengan batu- batu pecah ukuran maksimum
250 mm. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak
boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan
secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk
acuan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan. Semua
batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan.
Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total
volume pekerjaan beton siklop. Untuk dinding penahan tanah
dan pilar yang lebih tebal dari 600 mm, tiap batu harus
dilindungi dengan adukan beton setebal 150 mm; jarak antar
batu pecah maksimum 300 mm dan jarak terhadap permukaan
minimum 150 mm. Permukaan bagian atas dilindungi dengan
beton penutup (caping) sesuai dengan Pd T-07-2005-B.
Pengerjaan Akhir
a. Pembongkaran Acuan
(1) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 (tiga puluh) jam
setelah pengecoran beton tanpa mengabaikan perawatan. Acuan
yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau
struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat tekan
beton menunjukkan paling sedikit 85% dari kekuatan rancangan
beton.
(2) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah
(parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar
dalam waktu paling sedikit 9 (sembilan) jam setelah pengecoran
dan tidak lebih dari 30 (tiga puluh) jam, tergantung pada keadaan
cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
30. 30
(1) Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelahpembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang
telah digunakan untukmemegang acuan, dan acuan yang melewati badan
beton, harus dibuang atau dipotongkembali paling sedikit 25 mm di bawah
permukaan beton. Tonjolan mortar danketidakrataan lainnya yang
disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
(2) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas
kekurang sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi struktur atau
fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian
lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
(3) Apabila Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk
permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus
dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus
dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan
adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian
pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekitar
30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan
jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).
c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut
ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan:
(1) Bagian atas pelat, kereb, permukaan trotoar, dan permukaan horizontal
lainnya sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru
dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang
diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara
manual sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang
dan melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai
mengeras.
(2) Perataan permukaan horizontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk
trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara
lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum
beton mulai mengeras.
(3) Permukaan yang tidak horizontal yang telah ditambal atau yang masih
belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium),
dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan
harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan
proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan
harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan,
tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang
rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal
di tempat.
d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
(a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga
agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk
31. 31
menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan
pengerasan beton.
(b) Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras
(sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan
yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus
dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 (tujuh) hari. Untuk beton yang
menggunakan fly ash perawatan minimal 10 (sepuluh) hari. Semua bahan
perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada
permukaan yang dirawat.
(c) Apabila acuan kayu tidak dibongkar sesuai dengan Butir 7.1.3.2) a), maka
acuan tersebut harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan
dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan
pengeringan beton.
(d) Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat
setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah)
dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 50 mm paling sedikit
selama 21 (dua puluh satu) hari.
(e) Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus
dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70% dari kekuatan rancangan
beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari.
(2) Perawatan dengan Uap
(a) Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang
tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas
persetujuan Direksi Pekerjaan.
(b) Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu
dimana beton telah mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 (dua puluh delapan) hari. Perawatan dengan uap untuk beton
harus mengikuti ketentuan berikut ini: Departemen Pekerjaan Umum –
Desember 2007 7 - 14
(i) Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi
tekanan luar.
(ii) Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi
38°C selama 2 (dua) jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian
temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai 65°C dengan
kenaikan temperatur maksimum 14°C/jam secara bertahap.
(iii) Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak boleh
melebihi 5,5°C.
(iv) Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara bertahap
dan tidak boleh lebih dari 11°C per jam.
(v) Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan
tidak boleh lebih dari 11°C dibanding udara luar.
(vi) Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap air.
(vii) Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus
dibasahi selama 4 (empat) hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
(c) Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik
dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan
ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.
(d) Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi
secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan
32. 32
menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.
(3) Perawatan dengan Cara Lain
(a) Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera sesudah
air meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah beton
dibuka cetakannya dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan turun
maka harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup kering, atau
seandainya lapisan membran rusak maka harus dilakukan pelapisan ulang
lagi.
(b) Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan
lembaran kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari
permukaan beton. Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini
dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak terbang/pindah tertiup
angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama
periode perawatan berlangsung
(c) Mempertahankan cetakan (Form-In-Place).
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan sebagai
dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam
masa perawatan sesuai dengan Pd T-07-2005-B.
Tabel Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Silinder
Kuat Tekan Minimum rata-rata
Jenis beton
Mutu Beton
Benda Uji Silinder (MPa) Diameter (150 –
300) mm
fc’
(MPa)
3 hari 7 hari
28 hari
Mutu 50 34 42 60
tinggi 45 31 39 55
35 25 31 44
Mutu 30 22 27 39
Sedang 25 17 25 34
20 13 20 27
Mutu
rendah
15
10
9
7
15
11
22
17
Tabel Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Kubus
Kuat Tekan Minimum rata-rata
Jenis beton
Mutu Beton
Benda Uji Kubus
(Kg/cm2)
150 x 150 x 150 mm3
σbk’
(Kg/cm2)
3 hari 7 hari
28 hari
33. 33
Mutu
tinggi
K600 392 490 670
K500 336 420 570
K400 272 340 470
Mutu
Sedang
K350 244 305 420
K300
K250
189 281 370
Mutu
rendah
K175 164 245 320
K125
103
78
167
131
245
195
(3) Sebelum dilakukan pengecoran, penyedia jasa harus melakukan percobaan
campuran (trial mix) di lapangan sesuai dengan rancangan campuran yang
dihasilkan oleh laboratorium. Apabila hasil kuat tekan beton yang didapat
pada umur 7 (tujuh) hari menghasilkan kuat tekan beton lebih kecil dari
85% nilai kuat tekan beton yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa harus
melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidak sesuaian
tersebut, dengan meminta saran tenaga ahli yang kompeten di bidang
beton untuk kemudian melakukan percobaan campuran kembali sampai
dihasilkan kuat tekan beton di lapangan yang sesuai dengan persyaratan.
(4) Apabila percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka Penyedia Jasa dapat melanjutkan pekerjaan pencampuran
beton sesuai dengan hasil percobaan campuran.
(5) Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan apabila hasil
pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang
dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh
dari rumus
b) Penyesuaian Campuran
(1) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Apabila sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang
sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan
agregat, dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula
dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan
berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak
dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak diizinkan. Bahan tambahan untuk
meningkatkan sifat kelecakan hanya diizinkan bila telah disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
(2) Penyesuaian Kekuatan
Apabila beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar
semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan
syarat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(3) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara
tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian
campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
34. 34
(4) Bahan Tambahan (Admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran bahan
tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan
kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Ketentuan
mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bila
akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus,
sebagian besar berupa mineral yang bersifat semen (cementious) seperti
abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag besi (iron
furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan
utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada Gambar
Rencana dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal penggunaan bahan
tambahan dalam campuran beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada
saat pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk
meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete).
Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:
(a) Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air.
(b) Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi
kelecakan.
(c) Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton.
(d) Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton.
(e) Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton.
(f) Mengurangi kecepatan terjadinya kehilangan slump (slump loss).
(g) Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume
beton (ekspansi).
(h) Mengurangi terjadinya bliding (bleeding).
(i) Mengurangi terjadinya segregasi.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan
tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan
sebagai berikut:
(a) Meningkatkan kekuatan beton (secara tidak langsung).
(b) Meningkatkan kekuatan pada beton muda.
(c) Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan
beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi.
(d) Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut.
(e) Meningkatkan keawetan jangka panjang beton.
(f) Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton).
(g) Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat.
(h) Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama;
(i) Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan.
(j) Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan.
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan bahan tambahan (admixture)
perlu dilakukan secara hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai
manual penggunaannya, serta dengan proses pengadukan yang baik, agar
pengaruh penambahannya pada kinerja beton bisa dicapai secara merata
pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa dosis yang
35. 35
berlebih akan dapat mengakibatkan menurunnya kinerja beton, atau dalam
hal yang lebih parah, dapat menimbulkan kerusakan pada beton.
c) Pelaksanaan Pencampuran
(1) Penakaran Agregat
(a) Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk
mutu beton fc’ < 20 MPa diizinkan ditakar menurut volume sesuai SNI
03-3976-1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas
penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan
adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak
semen. Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur;
(b) Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering
permukaan (JKP). Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka harus
dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan kondisi agregat di lapangan.
Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering permukaan
dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat dengan air
secara berkala paling sedikit 12 (dua belas) jam sebelum penakaran
untuk menjamin kondisi jenuh kering permukaan;
(c) Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih
berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk keperluan
penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan agregat pada
perangkat siap pakai (ready mix).
(2) Pencampuran
(a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
(b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur
yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.
(c) Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama
masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga mencapai
kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan seluruh semen yang
sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat secara merata. Terakhir
masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
(d) Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus sudah
dimasukkan sekitar seperempat waktu pencampuran tercapai. Waktu
pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang harus sekitar
1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik
untuk tiap penambahan 0,5 m3.
(e) Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat
menyetujui pencampuran beton dengan cara manual dan harus dilakukan
sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran
beton dengan cara manual harus dibatasi hanya pada beton non-struktural.
d) Pengujian Campuran
(1) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang
36. 36
dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya. Untuk nilai slump 80 mm,
maka toleransi terhadap nilai slump yang disyaratkan adalah - 20 mm , +
20 mm. Toleransi untuk perkerasan kaku adalah – 10 mm, + 10 mm.
(2) Pengujian Kuat Tekan
(a) Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per
set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan
untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur
yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
(b) Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda
uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan
dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di
laboratorium.
(c) Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran
atau komponen struktur yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah
terbanyak diantara keduanya.
(d) Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran
secara manual, setiap 10 m3 beton harus dibuat 1 (satu) set benda uji dan
untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah minimal diambil 3
(tiga) set benda uji (1 set = 3 buah benda uji).
(e) Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready
mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3
buah benda uji.
(f) Prediksi awal pada umur kurang dari 7 (tujuh) hari harus disesuaikan dengan
grafik perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu.
(g) Setiap set pengujian dilakukan untuk kuat tekan beton umur 28 (dua puluh
delapan) hari.
(h) Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan
nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji dalam set tersebut,
maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil
kuat tekan yang digunakan dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2
(dua) buah benda uji yang berdekatan nilainya.
(i) Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda
uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung
dengan rumus sebagai berikut: fc’= fcm – ( k.S).r , dimana S menyatakan
nilai deviasi standar dari hasil uji tekan, dan k adalah konstanta yang
tergantung pada jumlah benda uji (k=1,64 untuk jumlah benda uji lebih
besar atau sama dengan 30) dan r adalah angka koreksi deviasi untuk
jumlah benda uji kurang dari 30
(j) Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85 fc.
(k) Bila salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus
diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan
berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas
daya dukung dari struktur tidak membahayakan.
(l) Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas
daya dukung struktur berkurang, maka diperlukan suatu uji bor (core
drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang
37. 37
berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor
inti pada daerah yang tidak membahayakan struktur untuk setiap hasil uji
tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah seperti disebutkan
di atas.
(m) Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap
secara struktural cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga benda uji
bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc, dan tidak satupun dari benda uji
bor inti yang mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc. Dalam hal ini,
perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor inti
terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton
(yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan
dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
(3) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan
tersebut meliputi:
(a) Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan).
(b) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan.
(c) Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
(d) Lubang bekas uji inti (core) harus diisi kembali dengan bahan beton tidak
susut (non shrink).
(e) Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
e) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton yang Tidak Memenuhi Ketentuan
(1) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan dalam Butir 7.1.2.3), atau yang tidak memiliki permukaan akhir
yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran
yang disyaratkan , harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan antara lain:
(a) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan.
(b) Penanganan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal.
(c) Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh
pada bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.
(2) Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat
meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan seperti dijelaskan
dalam Butir 7.1.4.3) d) (3) yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu
pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil dengan
meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.
(3) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser . Penyedia Jasa
harus mengajukan detail rencana perbaikan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai pekerjaan.
b. Beton Pratekan
(1) Tempat Pencetakan
Lokasi setiap tempat pencetakan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(2) Acuan
38. 38
Pipa acuan untuk membentuk lubang melintang dalam pekerjaan akhir atau
perkakas cetak lainnya yang akan membatasi regangan memanjang dalam
elemen acuan harus dilepas sesegera mungkin setelah pengecoran beton
sedemikian rupa sehingga pergerakan akibat penyusutan atau perubahan
temperatur beton dapat dikendalikan. Apabila diperlukan rongga dalam
beton, maka pembentuk rongga beton harus terpasang kaku dengan cara
yang sedemikian hingga tidak terjadi pergeseran yang cukup besar dalam
segala arah selama pelaksanaan pengecoran.
Apabila pembentuk rongga beton diikat pada kabel prategang, maka
pencegahan harus dilakukan untuk menjamin bahwa pola untaian tidak
mengalami distorsi akibat gaya apung dari rongga tersebut. Harus dilakukan
pencegahan terhadap kerusakan pada semua acuan selama pengecoran.
(3) Perlengkapan Prategang
Perlengkapan penarik kabel harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum
digunakan dan harus dikalibrasi sebagai unit yang lengkap oleh suatu
laboratorium yang disetujui setiap 6 (enam) bulan (atau lebih sering jika
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan) agar korelasi antara gaya yang
diberikan pada kabel dan bacaan yang ditunjukkan oleh alat ukur tekanan
akurat. Dalam perlengkapan penarikan kabel harus disediakan paling sedikit
2 (dua) buah alat pengukur tekanan dengan permukaan diameter tidak
kurang dari 150 mm, satu untuk membaca lendutan akibat penegangan dan
yang satunya untuk membaca pembebanan selama pelaksanaan
penegangan akhir. Alat pengukur tekanan harus mempunyai akurasi sampai
ketelitian 1% kapasitas penuh. Sertifikat kalibrasi harus disimpan di kantor
kerja pada tempat pengecoran dan disediakan untuk Direksi Pekerjaan atas
permintaannya.
(4) Perakitan Kabel Prategang
Kabel prategang harus dirakit sesuai dengan petunjuk yang diikutsertakan
dalam sertifikat persetujuan pabrik. Sebelum perakitan, permukaan baja
prategang harus diperiksa terhadap korosi. Karat harus dibersihkan dengan
lap kain goni atau wol baja halus dan setiap jenis minyak harus dibersihkan
dengan menggunakan deterjen. Suatu lapisan karat yang tipis tidak
dianggap merusak asalkan baja tersebut tidak nampak keropos atau
terdapat karat titik yang sudah mulai masuk ke dalam material. Baja dengan
tingkat korosi berat atau baja yang keropos harus ditolak dan dikeluarkan
dari tempat kerja. Benda asing yang melekat pada baja harus dihilangkan
sebelum penempatan dalam selongsong dan setelah prategang. Apabila
baja prategang untuk pekerjaan penegangan sebelum pengecoran
(pretension) dipasang sebelum pengecoran pada unit tersebut, atau apabila
baja prategang untuk pekerjaan penegangan setelah pengecoran (post
tension) tidak disuntik dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak pemasangan,
maka baja tersebut harus dilindungi terhadap korosi dan harus ditolak jika
berkarat. Dalam hal ini, bahan penghambat korosi dapat digunakan dalam
selongsong setelah pemasangan kabel. Angkur harus dirakit dengan kabel
dengan cara sedemikian sehingga dapat mencegah setiap pergeseran
posisi, baik selama pemasangan maupun pengecoran.
(5) Selimut Beton
Jika tidak ditentukan lain, maka selimut beton tidak boleh kurang dari 30
mm. Selimut beton tersebut harus ditambah 15 mm untuk beton yang