1. Observasi
Observasi yang digunakan untuk mengetahui data aktivitas siswa dan guru serta keterampilan guru dalam pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini.
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docxFLORENCIACAROLINEAUR
ABSTRAK
Guru berperan penting dalam meningkatkan kemampuan belajar peserta didik agar memiliki kualitas belajar yang tinggi. Dalam pelaksanaanya kemampuan yang dimiliki peserta didik sangat berpengaruh terhadap hasil belajar sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar yang maksimal. Akan tetapi, proses belajar mengajar yang terjadi antar siswa dan guru di sekolah tidak selalu berjalan dengan lancar. Terkadang siswa mengalami kesulitan konsentrasi belajar dalam menerima pesan yang disampaikan. Peran guru di sekolah yang menjadi panutan serta orangtua kedua bagi siswa harus bisa memahami dan mengatur bagaimana pola mengajar yang asik dan nyaman agar siswa mudah untuk bergaul, bersikap toleransi dan menciptakan suasana kelas yang positif. Mengenai hal tersebut, penting bagi guru untuk memahami konsep belajar yang baik sesuai dengan pengalaman nyata dan penyelesaian masalah pembelajaran dilingkungan kegiatan pendidikan.
Kata kunci : guru, siswa, permasalahan, penyelesaian.
Kelompok 3 (tiga)
Nama Kelompok :
1. Florencia C.A.S.S. (218000144)
2. Nabila F.G.P. (218000091)
3. Alvina Y.E. (218000111)
4. Indah N.W. (218000036)
Universitas PGRI Adibuana Surabaya
PENGAMPU MATA KULIAH: Dr. Drs. Achmad Noor Fatirul, ST., M.Pd.
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Universitas Sriwijaya
Reformasi tahun 1998 di Indonesia dilakukan sebagai respons terhadap krisis ekonomi, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan otoriter dan korup, tuntutan demokratisasi, hak asasi manusia, serta tekanan dari lembaga keuangan internasional. Tujuannya adalah memperbaiki kondisi ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memperkuat fondasi demokrasi dan tata kelola pemerintahan. Reformasi ini mencakup bidang politik, ekonomi, hukum, birokrasi, sosial, budaya, keamanan, dan otonomi daerah. Meskipun masih menghadapi tantangan seperti korupsi dan ketidaksetaraan sosial, reformasi berhasil meningkatkan demokratisasi, investasi, penurunan kemiskinan, efisiensi pelayanan publik, dan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah. Tetap berpegang pada ideologi bangsa dan berkontribusi dalam pembangunan negara sangat penting untuk masa depan Indonesia.
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Universitas Sriwijaya
Selama periode 2014-2021, Kementerian Pertanian Indonesia mencapai beberapa keberhasilan, termasuk penurunan jumlah penduduk miskin dari 11,5% menjadi 9,78%. Ketahanan pangan Indonesia juga meningkat, dengan peringkat ke-13 di Asia Pasifik pada tahun 2021. Berdasarkan Global Food Security Index, Indonesia naik dari peringkat 68 pada tahun 2021 ke peringkat 63 pada tahun 2022. Meskipun ada 81 kabupaten dan 7 kota yang rentan pangan pada tahun 2018, volume ekspor pertanian meningkat menjadi 41,26 juta ton dengan nilai USD 33,05 miliar pada tahun 2017. Walaupun pertumbuhan ekonomi menurun 2,07% pada tahun 2020, ini membuka peluang untuk reformasi dan restrukturisasi di berbagai sektor.
Implementasi transformasi pemberdayaan aparatur negara di Indonesia telah difokuskan pada tiga aspek utama: penyederhanaan birokrasi, transformasi digital, dan pengembangan kompetensi ASN. Penyederhanaan birokrasi bertujuan untuk membuat ASN lebih lincah dan inovatif dalam pelayanan publik melalui struktur yang lebih sederhana dan mekanisme kerja baru yang relevan di era digital. Transformasi digital memerlukan perubahan mendasar dan menyeluruh dalam sistem kerja di instansi pemerintah, yang meliputi penyempurnaan mekanisme kerja dan proses bisnis birokrasi untuk mempercepat pengambilan keputusan dan meningkatkan pelayanan publik. Selain itu, pengembangan kompetensi ASN mencakup penyesuaian sistem kerja yang lebih lincah dan dinamis, didukung oleh pengelolaan kinerja yang optimal serta pengembangan sistem kerja berbasis digital, termasuk penyederhanaan eselonisasi.
Moderasi agama memegang peranan vital dalam mempertahankan kerukunan antar umat beragama, menjaga stabilitas sosial, dan mempromosikan nilai-nilai toleransi serta kerjasama lintas agama. Dalam konteks Indonesia, negara dengan beragam kepercayaan dan keyakinan, moderasi agama menjadi fondasi utama bagi keberlangsungan kehidupan beragama yang damai dan harmonis. Moderasi agama merupakan konsep yang mengajarkan pendekatan yang seimbang dalam praktik keagamaan, dengan menekankan toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta penolakan terhadap ekstremisme dan intoleransi. Di Indonesia, moderasi agama tidak hanya menjadi prinsip panduan dalam praktik keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas nasional yang memperkuat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Kehadiran Islam di Indonesia telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk karakter moderasi agama. Sejak masuknya Islam pada abad ke-13, agama ini telah meresap ke dalam budaya dan masyarakat Indonesia dengan pendekatan yang toleran dan inklusif. Selain itu, keberadaan agama-agama lain seperti Hindu, Buddha, dan Kristen juga turut membentuk lanskap keberagaman agama di Indonesia. Moderasi agama membantu masyarakat Indonesia untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari. Melalui dialog antar agama, kegiatan lintas agama, dan kerjasama sosial, moderasi agama memfasilitasi pertukaran budaya dan pemahaman yang lebih dalam antar penganut agama. Hal ini mengurangi potensi konflik antar kelompok agama dan mendorong terbentuknya hubungan yang harmonis di antara mereka. Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam mempromosikan moderasi agama melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung kerukunan antar umat beragama. Salah satu contohnya adalah Pancasila, yang menekankan pada prinsip-prinsip seperti keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan Indonesia dalam keberagaman. Selain itu, pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Dewan Gereja Indonesia (DGI) merupakan upaya konkret untuk mendorong dialog antaragama dan pencegahan ekstremisme agama. Meskipun moderasi agama memiliki dampak positif yang besar dalam masyarakat Indonesia, tetapi masih ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam mewujudkannya sepenuhnya. Salah satunya adalah adanya kelompok-kelompok radikal yang mempromosikan ideologi ekstremisme agama. Kelompok-kelompok ini seringkali menimbulkan konflik dan ketegangan antar umat beragama, serta mengancam stabilitas sosial dan keamanan nasional. Selain itu, ketidaksetaraan dalam perlakuan terhadap umat beragama juga menjadi masalah serius dalam konteks moderasi agama. Diskriminasi dan intoleransi terhadap minoritas agama masih terjadi di beberapa daerah, memperumit upaya untuk mencapai kerukunan antar umat beragama secara menyeluruh. Untuk mengatasi tantangan tersebut, penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya moderasi agama melalui pendidikan agama yang inklusif dan holistik.
Disusun oleh :
Kelas 6D-MKP
Hera Aprilia (11012100601)
Ade Muhita (11012100614)
Nurhalifah (11012100012)
Meutiah Rizkiah. F (11012100313)
Wananda PM (11012100324)
Teori ini kami kerjakan untuk memenuhi tugas
Matakuliah : KEPEMIMPINAN
Dosen : Dr. Angrian Permana, S.Pd.,MM.
UNIVERSITAS BINA BANGSA
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Revisi isi
1. 1
I. Judul : Kolerasi Minat Belajar Siswa dan Keterampilan Guru Mengajar
dengan Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Negeri 1 Gunung Meriah
Kabupaten Aceh Singkil
II. Latar Belakang
Pendidikan merupakan tempat setiap manusia yang ingin memperbaiki diri
dari setiap keadaan hidupnya. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap warga
negaranya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai tujuan utama
dalam sebuah pembangunan dalam negara.
Geografi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala
alam disekitar kehidupan sehari-hari. Dalam dunia pendidikan ilmu geografi sangat
dibutuhkan, karena manfaatnya sangat banyak untuk manusia. Mata pelajaran IPS
adalah salah satu mata pelajaran mencakup beberapa pembahasan. Salah satunya
adalah mata pelajaran Geografi.
Seiring berjalannya waktu, pendidik yang memiliki skill yang baik akan
membawah perubahan. Dalam proses pembelajaran, guru harus menyiapkan bahan
ajarnya dengan baik sehingga peserta didik tidak akan merasa jenuh dan bosan. Oleh
karena itu, guru menyiapkan bahan ajar dan memadukan dengan media-media
pendukung lainnya agar peserta didik tertarik dan menyukai materi yang akan
diajarkan. Ketertarikan ini merupakan salah satu indikator dari minat belajar. Secara
sederhana, minat berarti kecenderungan dan ketagihan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu hal. Sebagai contoh, yang timbul dari luar diri individu
adalah siswa yang gemar berpetualangan ia akan mengikuti ekstrakulikuler pramuka
atau yang berhubungan dengan alam, sedangkan yang timbul dari dalam diri siswa
2. 2
adalah menyukai ilmu alam dan sosial. Maka itu, guru yang berperan sebagai
fasilitator dan membangkitkan minat belajar siswa sehingga minat belajar siswa
dapat meningkatkan hasil belajar.
Menurut Slameto (2003:121), “Minat Belajar adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.
Ketika seseorang memiliki minat terhadap sesuatu maka ia akan menunjukkan rasa
tertarik yang tinggi dengan memperhatikan secara terus-menerus dan disertai dengan
perasaan senang. Syaiful Bahri Djamarah (2002:132) mengatakan “Seseorang yang
memiliki minat terhadap suatu aktivitas, akan memperhatikan aktivitas itu secara
konsisten disertai rasa senang. Hasil belajar akan optimal, kalau ada minat”. Semakin
tepat minat yang diberikan, semakin berhasil pula siswa dalam memahami pelajaran
tersebut. Dapat dikatakan menjadi seorang guru memiliki kemampuan untuk
menguasai bahan secara baik, sehingga peserta didik tidak bosan.
Menurut Rusyadi dalam Yanto (2005:25) Keterampilan adalah “ kemampuan
seseorang terhadap suatu hal yang meliputi semua tugas-tugas kecakapan, sikap, nilai
dan mengerti yang semuanya dipertimbangkan sebagai sesuatu yang penting untuk
menunjang keberhasilannya di dalam penyelesaian tugas.
Menurut Kusnadi (2008:45), “Keterampilan memgajar adalah kemampuan
yang dimiliki seorang guru dalam melakukan pengajaran kepada siswanya sehingga
siswa dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan. Mengajar itu sendiri
merupakan cara mentransfer ilmu. Mengajar adalah salah satu tridarma mengajar
seorang guru. Jadi, dapat dikatakan keterampilan mengajar merupakan gaya atau
tingkah laku guru dalam menyampaikan bahan ajarnya kepada peserta didik yang
3. 3
bertujuan untuk menambah pengetahuan, dapat diaplikasikan dan diterapkan dalam
kehidupan.
Peserta didik dan guru tidak dapat dipisahkan, karena kunci keberhasilan
seorang peserta didik adalah guru yang terampil. Keinginan seorang peserta didik
dapat timbul dari diri mereka sendiri dan setiap peserta didik mempunyai cita-cita.
Cita-cita adalah suatu ketertarikan dan keminatan serta target peserta didik untuk
mendapatkan sesuatu yang ingin dicapai. Kemudian seorang guru harus memiliki
skill dalam mengajar agar dapat menguasai karakter siswanya. Kelas merupakan
ruangan untuk melaksanakan proses belajar dan mengajar bagi dunia pendidikan.
Guru merupakan Key Person atau sosok pemegang kunci keberhasilan
pendidikan dan menempati posisi sangat menentu. Proses mengajar pada dasarnya
adalah mengusahakan terciptanya suatu situasi yang memungkinkan berlangsungnya
proses belajar. Sebagai guru harus terampil pada saat proses pembelajaran di dalam
kelas sehingga peserta didik tidak merasa jenuh dan bosan. Keterampilan dalam
mengajar menjadi syarat yang mutlak untuk efektifnya sebuah proses dan mengajar.
Keterampilan dalam mengajar meliputi tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut apakah terdapat korelasi antara
minat belajar siswa dan ketarampilan guru mengajar dengan hasil belajar. Dengan
demikian judul penelitian ini adalah “Korelasi Minat Belajar dan Keterampilan
Guru Mengajar dengan Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Negeri 1 Gunung
Meriah Kabupaten Aceh Singkil”.
4. 4
III. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumusan masalah penelitian ini
adalah apakah terdapat korelasi minat belajar siswa dan ketarampilan guru mengajar
dengan hasil belajar Geografi siswa SMA Negeri 1 Gunung Meriah Kabupaten Aceh
Singkil?
IV. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui korelasi minat belajar siswa dan ketarampilan guru mengajar
dengan hasil belajar Geografi siswa SMA Negeri 1 Gunung Meriah Kabupaten Aceh
Singkil.
V. Manfaat Penelitian
5.1 Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkanya kualitas proses
pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih baik sehingga terdapat suasana yang
menarik antara peserta didik dengan guru saat proses berlangsung dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat menyumbangkan pemikiran mengenai
hubungan antara minat belajar siswa dengan keterampilan guru mengajar terhadap
hasil belajar siswa.
5.2 Manfaat Praktis
Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
mereka. Bagi orang tua, agar dapat mengetahui dan memperhatikan kebutuhan-
5. 5
kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh mereka dalam proses pembelajaran baik di
rumah maupun di sekolah, sedangkan bagi guru di sekolah agar dapat lebih
memahami karakter-karakter siswa-siswinya dalam proses pembelajaran sehingga
jika mereka mengalami kesulitan menerima ilmu, guru tersebut mendekapnya
dengan motivasi-motivasi dan bagi peneliti, sebagai wawasan ilmu dan pemahaman
mengenai kriteria-kriteria yang dimiliki para peserta didik di kelas maupun diluar.
VI. Kerangka Pemikiran
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun
kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran merupakan
penjelasan sementara terhadap gelaja yang menjadi objek permasalahan (Sugiyono,
2015:92).
Untuk menguji hubungan minat belajar siswa dan keterampilan guru
mengajar dengan hasil belajar siswa, maka peneliti merumuskan minat belajar siswa
sebagai variabel bebas pertama (X), keterampilan guru mengajar sebagai variabel
bebas kedua (𝑋2) dan hasil belajar variabel terikat (Y). Maka dapat disusun kerangka
pemikiran sebagai berikut:
6. 6
Gambar 6.1 Bagan Kerangka Pemikiran
VII. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat berarti dugaan yang masih bersifat sementara atau jawaban
sementara terhadap pertanyaan penelitian. Berkaitan dengan ini, Siregar (2014:38)
mengemukakan “Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap hubungan antara dua
variabel atau lebih atau dugaan yang harus diuji kebenarannya”. Hipotesis dalam
Faktor Internal Siswa
Keterampilan guru mengajar:
1. Keterampilan bertanya
2. Keterampilan memberikan
penguatan
3. Keterampilan bervariasi dalam
pembelajaran
4. Keterampilan dalam membuka
dan menutup pembelajaran
5. Keterampilan dalam mengolah
kelas
Minat Belajar:
1. Perasaan senang
2. Ketertarikan peserta didik
3. Perhatian peserta didik
4. Keterlibatan peserta didik
dalam belajar
Hasil Belajar
Hubungan Minat Belajar Siswa dan Keterampilan Guru Mengajar dengan Hasil
Belajar Geografi Siswa SMA Negeri 1 Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil
7. 7
penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikansi minat belajar siswa dan
keterampilan guru mengajar dengan hasil belajar Geografi siswa SMA Negeri 1
Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.
VIII. Definisi Operasional
Untuk memudahkan para pembaca dalam memahami beberapa istilah yang
ada di dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan istilah sebagai berikut:
1. Korelasi merupakan suatu hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya (Irianto, 2004:133).
2. Minat adalah rasa atau keinginan yang timbul dengan sendirinya dari diri
individu. Minat belajar menurut Slameto (2007:121) adalah “Suatu rasa
lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh”. Ketika seseorang memiliki minat terhadap sesuatu maka
ia akan menunjukkan rasa tertarik yang tinggi dengan memperhatikan
secara terus-menerus dan disertai dengan perasaan senang.
3. Keterampilan mengajar adalah kecakapan atau kemampuan yang dimiliki
seorang guru dalam melakukan pengajaran kepada peserta didiknya
sehingga mereka dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan dan
dapat mencapai tujuan pembelajaran serta terjadi perubahan pada peserta
didik baik dari segi pengetahuan, tingkah laku, dan tindakan mereka,
sedangkan keterampilan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang yang diperoleh dari berbagai latihan dan pembelajaran.
8. 8
4. Menurut Djamarah (2015: 280), “Guru adalah seseorang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik atau tenaga profesional
yang dapat menjadikan murid-muridnya untuk merencanakan,
menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi.” Dapat
dikatakan, guru merupakan pemegang kunci keberhasilan para peserta
didiknya untuk menuju masa depan yang diinginkan oleh setiap siswanya.
5. Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai
umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Sudjana
(2009:3) mendefinisikan “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
IX. Landasan Teori
9.1 Pengertian Minat Belajar
Muhibbin Syah (2010: 152) mengatakan “Minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu”.
Menurut Slameto (2007: 57) mengatakan “Minat merupakan kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Kegiatan yang
diminati seseorang akan diperhatikan secara terus-menerus dan disertai dengan
perasaan senang. Dimana perasaan senang yang ada, bermuara pada kepuasan.
Syaiful Bahri Djamarah (2002: 132), menyatakan “Seseorang yang memiliki
minat terhadap suatu aktivitas, akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten
karena adanya rasa tertarik dan senang”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
9. 9
akan suatu hubungan antar diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin
kuat dan dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat timbul pada diri
seseorang bukan bawaan sejak lahir melainkan hasil belajar yang cenderung
mendukung aktivitas belajar selanjutnya.
Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas dapat dikatakan minat
belajar merupakan suatu hal yang dapat di rasakan dan timbul dari diri individu
dalam proses belajar. Peserta didik yang memiliki cita-cita yang tinggi akan terus
termotivasi dan semangat dalam menjalani proses belajar yang disampaikan oleh
guru di kelas.
9.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Belajar
Minat seseorang tidak timbul secara tiba-tiba. Minat tersebut ada karena
pengaruh dari dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua minat tersebut
sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat, yang berasal
dari dalam diri sendiri. Faktor internal tersebut antara lain pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan (Syah, 2011: 152).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat yang
datangnya dari luar diri, seperti: dorongan dari orang tua, dorongan dari guru,
pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas, dan keadaan lingkungan.
10. 10
9.1.2 Fungsi Minat Belajar
Minat adalah salah satu faktor yang mempengaruhi usaha yang dilakukan
seseorang dengan minat yang kuat akan menimbulkan hasil yang gigih, serius dan
tidak putus asa dalam menghadapi tantangan.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (2005: 109-110) fungsi minat bagi kehidupan
anak sebagai berikut:
1. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh, anak
yang berminat pada olahraga maka cita-citanya adalah menjadi
olahragawan yang berprestasi.
2. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai
pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat
temannya meskipun suasana sedang hujan.
3. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat seseorang
meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran yang sama,
antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang
berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap mereka dan daya
serap ini dipengaruhi oleh intensitas mereka.
4. Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa
seumur hidup karena minat membawa kepuasan.
5. Minat menjadi guru yang telah terbentuk sejak kecil sebagai misal akan
terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan. Apabila ini terwujud
maka semua suka duka menjadi guru tidak akan dirasa karena semua tugas
dikerjakan dengan penuh sukarela. Dan apabila minat ini tidak terwujud
maka bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati.
9.1.3 Indikator Minat Belajar
Indikator minat belajar terbagi menjadi empat antara lain:
1. Perasaan senang, peserta didik yang merasa senang dalam proses belajar
akan mudah menguasai pelajaran dan tidak ada merasa terpaksa untuk
belajar.
2. Ketertarikan peserta didik, peserta didik yang menyukai suatu aktivitas
maka ia mulai menggemari hal tersbut sehingga ia akan merasa nyaman
dengan keadaan sekitar dan fokus dengan tujuan yang akan ia capai.
11. 11
Ketertarikan ini berhubungan dengan benda, orang, atau kegiatan yang
dapat merangsang pengalaman afektif oleh kegiatan itu sendiri.
3. Perhatian peserta didik, perhatian merupakan hasil dari pengamatan yang
dilakukan oleh peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat maka ia
akan memperhatikan suatu objek dengan serius. Misalnya, mendengarkan
arahan guru di kelas.
4. Keterlibatan peserta didik, peserta didik merasa tertarik dan senang untuk
melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut. Misal, aktif
dalam diskusi, aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru
(Slameto, 2010:180).
9.2 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru
Keterampilan (skill) merupakan kemampuan untuk mengendalikan suatu
pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar.
Keterampilan mengajar guru merupakan kecakapan atau kemampuan seorang guru
dalam menyajikan materi pelajaran dan dapat dipahami oleh peserta didik dengan
mudah serta penguasaan materi pelajaran dan memilih metode yang tepat.
Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan
perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Mengajar sebenarnya bukan hanya proses
mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik namun juga proses
dimana guru sebagai sosok yang dapat membuat perubahan dalam diri peserta didik
baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.
12. 12
9.3 Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Menurut Wina Sanjaya (2006:33) Keterampilan dasar merupakan syarat
mutlak agar guru dapat mengimplementasikan dalam kelas. Keterampilan guru
mengajar akan baik dan tidak membosankan dapat dilengkapi dengan pemilihan
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. Beberapa keterampilan
dasar mengajar guru adalah memiliki keterampilan bertanya, keterampilan
memberikan penguatan (reinforcement), keterampilan dengan menggunkan metode
pembelajaran yang variasi, dan dapat mengolah kelas dengan baik. Secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
9.3.1 Memiliki keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya harus dimiliki oleh setiap guru agar kelas tidak
monoton. Guru yang kreatif akan membuat suasana kelas menjadi hidup dengan
menimbulkan suasana yang dapat menarik, seperti memberikan pertanyaan yang
menginggung pelajaran agar tidak bosan. Pertanyaan tersebut harus berbobot dan
dapat dengan mudah dipahami oleh peserta didik.
9.3.2 Keterampilan memberikan penguatan (reinforcement)
Keterampilan memberikan penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah
laku peserta didik, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik
bagi peserta didik atas perbuatan yang diberikan sebagai suatu dorongan. Dalam hal
ini memberikan panguatan seperti halnya berupa kata-kata pujian, penghargaan dan
berupa bahasa isyarat seperti anggukan kepala.
13. 13
9.3.3 Keterampilan dengan menggunkan metode pembelajaran yang variasi
Variasi adalah keterampilan guru untuk menjaga agar suasana pembelajaran
tetap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga peserta didik menunjukkan
sikap antusias dan ketekunan dan partisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan
pembelajaran. Misal dalam membuka pelajaran dan menutup pelajaran. Membuka
pelajaran dengan menimbulkan pertanyaan yang menarik peserta didik untuk
menjawab serta menutup pembelajaran dengan membuat kesan dan pesan seperti
motivasi.
9.3.4 Dapat mengolah kelas dengan baik
Pengolahan kelas sangat diperhatikan untuk memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikan suasana-suasana yang dapat mengganggu peserta didik.
Guru harus inovatif dalam mengolah kelas agar peserta didik tidak merasa jenuh
dengan materi yang akan disampaikan.
9.4 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan buah dari hasil belajar mengajar. Hasil belajar
seringkali digunakan untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan
yang sudah diajarkan. Sudjana (2009:3) mengatakan, “Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang berorientasi pada proses belajar mengajar
yang dialami siswa”. Kemudian dalam hal ini Ahmadi (2005:50) menyatakan:
Hasil belajar adalah kemampuan-kemapuan yang dimiliki sebagai akibat
perbuatan dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Hasil belajar dapat
14. 14
dibedakan atas empat macam yaitu pengetahuan, keterampilan, intelaktual,
keterampilan motorik dan sikap. Penilaian dapat dibedakan setiap saat selama
kegiatan berlangsung, juga dapat diadakan setelah siswa menyelesaikan suatu
program pembelajaran dalam waktu tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar sehingga
memperoleh suatu perubahan perilaku yang relatif menetap. Hasil belajar tersebut
merupakan gambaran tingkat penguasaan materi terhadap sasaran belajar pada topik
bahasan yang dipelajari, kemudian diukur dengan berdasarkan skor jawaban benar
pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Jadi, hasil belajar merupakan
hasil dari proses perubahan yang telah dilakukan.
9.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran
tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Slameto
(2010:54) mengatakan, “Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor internal, dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang ada di luar diri individu”.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor
inetrnal terdiri dari dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmani),
misalnya kondisi fisik dan aspek psikologis (yang bersifat rohani), misalnya
kecerdasan, bakat, minat, motivasi, dan emosi.
15. 15
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor
keluarga, faktor sekolah, dan masyarakat. Faktor keluarga yang mempengaruhi hasil
belajar siswa seperti, perhatian dan cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan latar belakang kebudayaan.
Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, media pembelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas
rumah. Selanjutnya, faktor masyarakat yang mempengarui hasil belajar meliputi
kegiatan dalam masyarakat, teman bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat.
9.4 Hubungan Minat Belajar dengan Keterampilan Guru Mengajar
Minat belajar yang tinggi akan mempermudahkan guru dalam proses
pembelajaran. Karena minat tersebut dapat berupa ketertarikan akan suatu aktivitas
yang digemari oleh peserta didik serta diiringi rasa senang, sehingga peserta didik
bersemangat untuk memperoleh aktivitas yang disukai. Sebagai guru harus terampil
dalam proses pembelajaran agar peserta didik tidak mengalami kesulitan belajar
dengan menampilkan berbagai metode dalam pembelajaran, menjadi seorang guru
dengan memiliki keterampilan dalam mengajar itu sangat diutamakan. Karena
keterampilan guru mengajar dapat membuat peserta didik dapat meningkatkan
ketertarikan peserta didik dalam mengajar dan hasil belajar semakin meningkat
seiring minat mereka dalam belajar.
16. 16
9.6 Hubungan Minat Belajar dengan Hasil Belajar
Minat belajar dapat timbul dari diri sendiri dan dari luar diri peserta didik,
sebagai guru harus melibatkan diri untuk tetap mendukung siswanya untuk tetap
belajar dan terus belajar. Dalam ranah afektif tampak pada siswa yaitu tingkah laku
yang ada dalam diri siswa. Perhatian guru dalam lingkungan sekolah sangat
dibutuhkan agar siswa termotivasi dalam proses belajar. Siswa yang senang dalam
kelas, berarati siswa tersebut menyukai proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Demikian, rasa senang dan ketertarikan siswa dapat membuat hasil
belajar menjadi lebih baik dan memuaskan.
X. Metode Penelitian
10.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang
analisisnya lebih fokus pada data numerikal (angka) yang diolah dengan
menggunakan metode statistika. Menurut Sugiyono (2017:23) “Data kuantitatif
adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring)”.
Metode kuantitatif menjelaskan dan meringkaskan berbagai kondisi variabel yang
digunakan dengan menggunakan analisis statistik. Sedangkan, jenis penelitian yang
digunakan adalah korelasi, yaitu penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh mana
variasi suatu variabel berkaitan dengan variasi satu atau lebih variabel lain
berdasarkan koefisien korelasi.
17. 17
10.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gunung Meriah, yang terletak
di Jln Suka Makmur, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019 mulai
tanggal 1 Maret 2019 sampai dengan 31 Maret 2019.
10.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian yang menjadi objek.
Menurut Sugiyono (2015:61) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Berdasarkan uraian
tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta
didik kelas X SMA Negeri 1 Gunung Meriah yang terdiri dari 4 kelas yaitu X-1, X-2,
X-3, dan X-4 dengan jumlah keseluruhan adalah 125 peserta didik. Dalam penelitian
ini dapat dilihat dari Tabel 1.1
Tabel 1.1 Jumlah Populasi Penelitian di SMA Negeri 1 Gunung Meriah
No Kelas Jumlah Peserta Didik
1 X-1 30
2 X-2 32
3 X-3 32
4 X-4 31
Jumlah 125
Sumber: SMA Negeri 1 Gunung Meriah, 2018
Menurut Riduwan (2012:56) “Sampel adalah bagian dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”. Berdasarkan pendapat
di atas dapat dikatakan bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi yang dapat
18. 18
mewakili keseluruhan subjek yang dijadikan sebagai sumber data di dalam
penelitian. Jumlah populasi dari penelitian ini sangat besar, maka tidak semua
populasi yang ada dapat dijadikan sampel. Sampel diambil dengan menggunakan
rumus Taro Yamane yang dikutip oleh Riduwan (2012:65) sebagai berikut:
n =
𝑁
𝑁.𝑑²+1
(Riduwan 2012:65)
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
𝑑2
= Presisi yang ditetapkan
Berdasarkan rumus di atas jumlah sampel dihitung dengan cara sebagai
berikut:
n =
𝑁
𝑁.𝑑²+1
=
125
125.0,1²+1
=
125
125 (0,01)+1
=
125
2,25
= 55,55= 55
Berdasarkan hasil dari perhitungan di atas maka jumlah sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah 55 siswa.
10.4 Teknik Pengumpulan Data
10.4.1 Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Bentuk penelitian ini menggunakan jenis angket tertutup. Menurut Siregar
(2014:22) “Angket tertutup adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada
responden sudah dalam bentuk pilihan ganda”. Responden hanya memberikan tanda
silang (X) atau cheklist (√) Angket ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai
19. 19
minat belajar dan keterampilan guru mengajar dengan hasil belajar geografi siswa
SMA Negeri 1 Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil.
10.4.2 Dokumentasi
Pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan pengumpulan data yang
identik dengan sumber-sumber tertulis yang diarsipkan. Menurut Margono
(2007:187) mengatakan, “Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data
melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan buku-buku pendapat, teori atau
hukum yang berhubungan dengan masalah penelitian”. Teknik dokumentasi dalam
penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar mata pelajaran
Geografi di kelas X SMA Negeri 1 Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil.
10.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dalam bentuk
Skala Likert. Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau foneman tertentu (Siregar,
2013:25). Skala likert memiliki dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan positif dan
negatif. Pernyataan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1; sedangkan pernyataan negatif
diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Menurut Riduwan (2012:87) skor pernyataan positif
dapat dilihat pada tabel berikut:
20. 20
Tabel 1.2 Skala Likert
Variabel Minat Belajar
Variabel keterampilan guru
mengajar
Kategori Nilai Kategori Nilai
Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4 Setuju (S) 4
Netral (N) 3 Netral (N) 3
Kurang Setuju (KS) 2 Kurang Setuju (KS) 2
Tidak setuju (TS) 1 Tidak setuju (TS) 1
(Sumber: Riduwan, 2012:87)
Penyusunan instrumen pada penelitian ini didasarkan pada kerangka teori
yang telah disusun kemuadian dikembangkan dalam indikator-indikator yang
selanjutnya dijabarkan ke dalam butir-butir pertanyaan maupun pernyataan kisi-kisi
sebagai acuan. Kisi-kisi penyusun instrumen penelitian minat belajar Geografi dapat
dilihat pada Tabel 1.3 berikut:
Tabel 1.3 Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar Siswa
Variabel Indikator
Minat belajar siswa 1. Perasaan senang
2. Ketertarikan peserta didik
3. Perhatian peserta didik
4. Keterlibatan peserta didik
(Sumber: Slameto, 2010:180)
Kisi-kisi selanjutnya mengenai instrumen keterampilan guru mengajar dapat
dilihat pada Tabel 1.4 berikut:
Tabel 1.4 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Guru Mengajar
Variabel Indikator
Keterampilan guru mengajar 1. Keterampilan saat memberikan
pertanyaan
2. Keterampilan saat memberikan
penguatan pada peserta didik
3. Keterampilan membuat variasi
dalam pembelajaran
4. Keterampilan dalam membuka
dan menutup pembelajaran
5. Keterampilan dalam mengolah
kelas
(Sumber: Sanjaya, 2006:34)
21. 21
10.6 Teknik Pengolahan Data
Suatu penelitian yang baik hendaknya bebas dari kekeliruan. Hasil
pengukuran yang sempurna bergantung pada ketelitian instrumen atau alat ukur yang
digunakan. Oleh karena itu, instrumen penelitian tersebut perlu diuji beberapa uji
validitas dan reliabilitas.
10.6.1 Pengujian Validitas Instrumen
Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang
digunakan dalam mengukur apa yang diukur. Menurut Sudarmanto (2005:77)
mengatakan “Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah
disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur secara tepat”. Uji
validitas butir pernyataan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Person
Product Moment sebagai berikut:
rhitung =
n(∑ XY) −(∑X) (∑ Y)
√{n ∑ X2
)−(∑X)2
}{n(∑ Y2
)−(∑ Y)2
}
(Siregar, 2014:77)
Keterangan:
rhitung = Koefisien korelasi antara X dan Y
n = Jumlah responden
x = Skor tiap item
y = skor total
∑ X = Jumlah skor tiap item
∑ Y = Jumlah skor total
Setelah mendapatkan rhitung, kemudian membuat keputusan dengan kriteria
jika rhitung > rtabel maka butir instrumen valid, dan jika rhitung ≤rtabel maka butir
22. 22
instrumen tidak valid dengan taraf signifikan (𝛼) = 0,05 dan derajat kebebasan dk =(
n-2).
10.6.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen
Sudarmanto (2005:89) menyatakan “Suatu alat dikatakan memiliki reliabilitas
yang tinggi atau dapat dipercaya, apabila alat ukur tersebut stabil sehingga dapat
diandalkan dan dapat digunakan untuk meramalkan”. Instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan
menghasilkan data yang sama. Pengolahan data uji validitas instrumen dalam
penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Menurut Siregar (2014:90)
langkah-langkah dalam menguji reliabilitas instrumen dengan metode Alpha yaitu:
1. Menentukan nilai varian tiap butir pertanyaan
σi
2
=
∑ Xi
2
−
(∑ Xi )2
n
n
(Siregar, 2014:90)
Keterangan:
σi
2
= Varian butir
𝑋𝑖 = Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
∑ 𝑋 𝑖= Total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
n = Jumlah responden
2. Menentukan nilai varian total
σt
2
=
∑ xt
2
−
(∑ xt)2
n
n
Keterangan:
σ𝑡
2
= Varian total
∑ xt
2
= Jumlah kuadrat x total
23. 23
(∑ xt)2
= Jumlah total x yang dikuadratkan
𝑛 = Jumlah responden
3. Menentukan reliabilitas instrumen
r11 = [
k
k−1
] [1 −
(∑σi
2
)
σt
2 ]
Keterangan:
r11 = Koefisien realibilitas instrumen
k = Jumlah butir pertanyaan atau jumlah soal
∑ σi
2
= Jumlah varian butir
σt
2
= Varian total
Nilai r11 selanjutnya dibandingkan dengan rtabel dengan kaidah keputusan
jika r11> 0,6 dikatakan reliabel, sebaliknya jika r11 ≤ 0,6 maka instrumen tidak
reliabel (Siregar, 2014:90)
10.7 Uji Prasyarat Analisis Data
10.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji prasyarat yang harus dilakukan sebelum
analisis korelasi ganda. Pengujian normalitas ini dilakukan pada masing-masing
variabel yang bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam
penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan untuk
menyelidiki apakah data yang dikumpulkan mengikuti distribusi normal atau tidak.
Uji normalitas data pada penelitian ini adalah menggunakan metode Chi-Kuadrat
dengan rumus sebagai berikut:
24. 24
𝑋2
= ∑𝑖=1
𝑘 (𝑓𝑜−𝑓ℎ)²
𝑓ℎ
(Sugiyono, 2017:107)
Keterangan:
𝜒2
= Chi-kuadrat yang dicari
f0 = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang diharapkans
Nilai 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
2
selanjutnya dibandingkan dengan nilai 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2
untuk taraf
signifikan (𝛼) = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1 dengan kriteria pengujian jika
𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
2
≤ 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2
maka berdistribusi normal, sebaliknya jika 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
2
> 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2
maka
distribusi data tidak normal.
10.7.2 Uji Linieritas
Uji linieritas adalah keadaan dimana hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat mempunyai hubungan dalam bentuk garis lurus. Pengujian linieritas
pada penelitian ini dilakukan secara manual menggunakan Analisis Varian (Anava)
variabel X dan Y uji linieritas yang disingkat dalam Tabel 1.5 sebagai berikut:
Tabel 1.5 Ringkasan Anava Variabel X dan Y untuk Uji Linieritas
Sumber
Variansi (SV)
Derajat
Kebebasan
(dk)
Jumlah
Kuadrat (JK)
Rata-rata
Jumlah
Kuadrat (RJK)
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Total N ∑𝑌2
- Linier Linier
Regresi (a)
Regresi (b a)
Residu
1
1
n-2
𝐽𝐾 𝑅𝑒𝑔 (a)
𝐽𝐾 𝑅𝑒𝑔 (b a)
𝐽𝐾 𝑅𝑒𝑠
𝑅𝐽𝐾 𝑅𝑒𝑔 (a)
𝑅𝐽𝐾 𝑅𝑒𝑔 ( b a)
𝑅𝐽𝐾 𝑅𝑒𝑠
Keterangan:
Tuna Cocok
Kesalahan
(eror)
k-2
n-k
𝐽𝐾 𝑇𝐶
𝐽𝐾𝐸
𝑅𝐽𝐾 𝑇𝐶
𝑅𝐽𝐾𝐸
(Sumber: Riduwan, 2015:128)
25. 25
Kriteria pengujian dengan taraf signifikansi 0,05 jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
artinya data berpola linier, sebaliknya jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya data berpola
tidak linier.
10.7.3 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek (tiga
sampel atau lebih) yang diteliti mempunyai varian sama (Siregar,2014:167). Uji
homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti bervariasi
sama atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji analisis
varian, adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Fhitung =
SB
2
Sk
2 (Siregar, 2014:169)
Keterangan:
SB
2
= Varian terbesar
Sk
2
= Varian terkecil
Selanjutnya menentukan besar varianFtabelmenggunakan taraf signifikansi
(α) = 5 % dengan dk = n-1 dan kriteria pengujian jika Fhitung ≤ Ftabelmaka data
homogen, sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka data tidak homogen.
10.8 Teknik Analisis Data
10.8.1 Analisis Regresi Ganda
Analisis regresi ganda digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh
perubahan nilai variabel dependen bila nilai indenpenden dinaik-turunkan.
Persamaan umum regresi ganda adalah sebagai berikut:
26. 26
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 (Sugiyono, 2017:275)
Keterangan:
Y = Variabel terikat (Hasil Belajar Geografi SMA)
A = Konstanta
b1,b2 = Koefisien regresi linear berganda
𝑋1 = Variabel bebas 1 ( Minat belajar)
𝑋2 = Variabel bebas 2 ( Keterampilan guru mengajar)
10.8.2 Koefisien Korelasi Ganda
Korelasi ganda ialah suatu teknik statistik yang digunakan untuk menguji ada
atau tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih. Korelasi
ganda merupakan korelasi yang terdiri dari dua variabel independen atau lebih
variabel bebas (𝑋1 , 𝑋2 ) serta satu variabel dependen atau variabel terikat (Y). Untuk
menghitung korelasi ganda dua variabel bebas dapat digunakan rumus:
R𝑦. 𝑥1 . 𝑥2 = √
𝑟 𝑦𝑥1²+𝑟 𝑦𝑥2²−2𝑟 𝑦𝑥1 𝑟 𝑦𝑥2 𝑟 𝑥1𝑥2
1−𝑟 𝑋1𝑋2²
(Sugiyono,2017:233 )
Keterangan:
R𝑦. 𝑥1 . 𝑥2 = Koeralsi antara variabel 𝑋1 dengan 𝑋2 secara bersama-sama
dengan variabel Y
𝑟𝑦𝑥1 = Korelasi Product Moment antara 𝑋1 dengan Y
𝑟𝑦𝑥2 = Korelasi Product Moment antara 𝑋2 dengan Y
𝑟𝑥1𝑦2 = Korelasi Product Moment antara 𝑋1 dengan 𝑋2
27. 27
Tingkat keeratan hubungan atau korelasi antara variabel dapat dilihat dari
angka koefisien korelasi yang dapat disajikan dalam korelasi bentuk tabel interpretasi
pada Tabel 1.6 berikut:
Tabel 1.6 Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80-1,000 Sangat Kuat
0,06-0,799 Kuat
0,40-0,599 Cukup Kuat
0,20-0,399 Rendah
0,00-0,199 Sangat Rendah
(Sumber: Riduwan, 2015:138)
10.8.2 Koefisien Determinasi Berganda
Menurut Siregar (2014:338) “Koefisien determiner adalah angka yang
menyatakan atau digunakan untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan yang
diberikan oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat).”
Jadi, koefisien determinasi adalah tingkat pengaruh variabel X terhadap variabel Y
yang dinyatakan dalam persentase (%). Untuk mengetahui koefisien determinasi
digunakan rumus sebagai berikut:
KD = (r)² x 100% (Siregar, 2014:338)
Keterangan:
KD = Koefisien determinasi antara Y dengan 𝑋1 dan 𝑋2
(r)² = Nilai koefisien korelasi
10.8.3 Uji Signifikansi
Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat dalam sebuah penelitian. Dengan
menggunakan uji signifikansi, maka koefisien korelasi ganda dapat diuji keberartian
korelasinya. Adapaun rumus yang digunakan untuk uji signifikansi sebagai berikut:
28. 28
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑅2
/𝑘
(1−𝑅2 )/(𝑛−𝑘−1)
(Sugiyono, 2015:235)
Keterangan:
R = Koefisien korelasi ganda
k= Jumlah variabel
n= Jumlah sampel
Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikansi (𝛼) 5 % maka 𝐻 𝑜 ditolak dan
𝐻 𝑎 diterima atau korelasi yang signifikan terhadap variabel hasil belajar, sebaliknya.
Artinya terdapat hubungan yang signifikan minat belajar dan keterampilan guru
mengajar dengan hasil belajar Geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Gunung
Meriah, Kabupaten Aceh Singkil. Sebaliknya jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 terima 𝐻 𝑂
artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara minat belajar dan
keterampilan guru mengajar dengan hasil belajar Geografi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil. Dengan taraf signifikan 𝛼 =
0,05.