RDS adalah sindroma pada bayi prematur yang disebabkan oleh imaturitas struktur paru dan produksi surfaktan yang kurang. Gejala awalnya adalah kesulitan bernafas yang menetap atau memburuk dalam 48-96 jam pertama. Diagnosa didukung dengan temuan retikulogranular pada rontgen dan penurunan PaO2. Penatalaksanaan meliputi oksigen, ventilasi mekanik jika berat, dan pemberian surfaktan dalam 24 jam pertama.
LATAR BELAKANG
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista bartolini, kista bartolini adalah salah satu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses.
Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartolini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti Gonore adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar bartolini yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi bakteri lainnya juga dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi pada kelenjar ini.
ANATOMI
Kelenjar bartholini merupakan salah satu organ genetalia eksterna, kelenjar bartholini atau glandula vestibularis mayor, kelenjar ini biasanya berukuran sebesar kacang dan ukurannya jarang melebihi satu cm. Kelenjar ini tidak teraba kecuali pada keadaan penyakit atau infeksi. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi himen. Glandula ini homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan vagina (Mast, 2010).
Kelenjar bartholini terletak posterolateral dari vestibulum arah jam 4 & 8, mukosa kelenjar dilapisi oleh sel-sel epitel kubus, panjang saluran pembuangannya sekitar 2,5 cm dan dilapisi oleh sel-sel epitel transisional. Saluran pembuangan ini berakhir diantara labia minor dan hymen dan dilapisi sel epitel skuamus (Amiruddin, 2004).
Gambar 1. Anatomi Kista Bartholini (Setyadeng, 2011).
FISIOLOGI
Pada introitus vagina terdapat kelenjar bartholini yang berfungsi untuk membasahi mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumas vagina saat melakukan hubungan seksual, kira-kira sepertiga dari introitus vagina kanan dan kiri yang terletak posterolateral. Dalam keadaan normal kelenjar ini tidak teraba pada palpasi (Manuba, 2008)
LATAR BELAKANG
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista bartolini, kista bartolini adalah salah satu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses.
Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartolini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti Gonore adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar bartolini yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi bakteri lainnya juga dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi pada kelenjar ini.
ANATOMI
Kelenjar bartholini merupakan salah satu organ genetalia eksterna, kelenjar bartholini atau glandula vestibularis mayor, kelenjar ini biasanya berukuran sebesar kacang dan ukurannya jarang melebihi satu cm. Kelenjar ini tidak teraba kecuali pada keadaan penyakit atau infeksi. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi himen. Glandula ini homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan vagina (Mast, 2010).
Kelenjar bartholini terletak posterolateral dari vestibulum arah jam 4 & 8, mukosa kelenjar dilapisi oleh sel-sel epitel kubus, panjang saluran pembuangannya sekitar 2,5 cm dan dilapisi oleh sel-sel epitel transisional. Saluran pembuangan ini berakhir diantara labia minor dan hymen dan dilapisi sel epitel skuamus (Amiruddin, 2004).
Gambar 1. Anatomi Kista Bartholini (Setyadeng, 2011).
FISIOLOGI
Pada introitus vagina terdapat kelenjar bartholini yang berfungsi untuk membasahi mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumas vagina saat melakukan hubungan seksual, kira-kira sepertiga dari introitus vagina kanan dan kiri yang terletak posterolateral. Dalam keadaan normal kelenjar ini tidak teraba pada palpasi (Manuba, 2008)
Sindroma gagal nafas (respiratory distress syndrom, RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru (Suriadi dan Yuliani, 2001). Gangguan ini biasanya dikenal dengan nama hyaline membran desease (HMD) atau penyakit membran hialin karena pada penyakit ini selalu ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
2. Terminologi lainnya
• Penyakit Membran Hialin (PMH)
• Hyaline Membrane Disease (HMD)
• Respiratory Distress Syndrome (RDS)
3. Definisi
• Suatu sindroma yang terjadi pada bayi prematur
karena imaturitas struktur paru dan insufisiensi
produksi surfaktan.
• Terjadi segera atau beberapa saat setelah lahir,
ditandai adanya kesukaran bernafas yang menetap
atau menjadi progresif dalam 48-96 jam pertama.
4. Etiologi
• Struktur paru yang imatur menyebabkan kurangnya surfaktan
Surfaktan berfungsi untuk
melawan surface tension dari
paru sehingga tidak kolaps.
6. Fisiologi Surfaktan
• Pada alveolus terdapat pneumosit tipe 1 dan pneumosit tipe 2.
• Pneumosit tipe 2 merupakan pembentuk surfaktan.
• Surfaktan mulai ada di usia 20 minggu kehamilan dan matang setelah
35 minggu kehamilan.
7. Paru-paru memiliki surface tension
berfungsi untuk menurunkan area
permukaan alveolus dan menyebabkan
paru untuk cendrung kolaps.
8. Surfaktan berfungsi untuk mengurangi
surface tension tersebut sehingga paru
tidak kolaps ketika melakukan ekspirasi.
9. Patofisiologi RDS 1. Faktor risiko menyebabkan
penurunan surfaktan.
2. Terjadi atelectasis.
3. Terjadi hipoventilasi karena proses
atelectasis.
4. Terjadi gangguan perfusi.
5. Menyebabkan penurunan pO2
dan PH.
6. Terjadi kenaikan pCO2.
7. Hipoventilasi menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi
pulmonal.
8. Menyebabkan gangguan perfusi
alveol sehingga sel tidak bisa
metabolisme.
9. Surfaktan tidak bisa terbentuk
10. Manifestasi Klinis
Bayi kurang bulan disertai adanya :
o Takipneu (>60x/menit)
o Retraksi intercostae dan subcostae
o Pernafasan cuping hidung
o Sianosis yang menetap atau progresif setelah 48-72 jam pertama
kehidupan
Gejala mulai terjadi biasanya dalam 24 jam pertama kehidupan.
13. Pemeriksaan Radiologis
• X-ray AP dan Lateral
Gambaran ground glass appearance + air bronchogram
4 Stadium
Stage I Gambaran reticulogranular
Stage II Stage I disertai air bronchogram di luar
bayangan jantung
Stage III Stage II disertai kesukaran menentukan
batas jantung - paru
Stage IV Stage III disertai gambaran white lung
14. Gambaran Ground Glass Appearance
dengan corakan air bronchogram
(panah)
Sugestif RDS
15.
16. Pemeriksaan Laboratorium
• Darah lengkap dan Kultur darah mencari ada tidaknya infeksi.
• Analisa Gas Darah
- PaCO2 > 50 mmhg
- PaO2 < 60 mmHg
- SaO2 < 90%
• Rasio Lesitin / Sfingomielin pada cairan paru < 2 : 1
• Tes Kocok (Shake Test)
17. Aspirat lambung diambil melalui nasogastric tube pada neonatus lalu ditambahkan alcohol 96%
dicampur di dalam tabung 4 ml kemudian dikocok selama 15 detik didiamkan selama 15 menit
Pembacaan :
o Positif bila terlihat gelembung udara yang membentuk cincin di atas permukaan cairan dalam
tabung reaksi.
o Negatif bila tidak terlihat gelembung artinya; tidak terdapat surfaktan didalam cairan dan
kemungkinan bayi untuk menderita HMD lebih besar.
o Ragu bila terdapat gelembung tetapi tidak terbentuk cincin artinya waspada terhadap
kemungkinan bayi HMD
Tes kocok (Shake Test)
18. Differensial Diagnosis
• TTN (Transient Tachypnea of The Newborn)
- Gangguan resorbsi cairan
- Gejala membaik dalam 24 jam
- Densitas perihilus naik, gambaran efusi
• Pneumothorax
- Lebih akut
- Gerakan asimetris
- Suaran nafas berkurang
- Radiologi hiperlusen avascular 1 sisi
19. • PJB Sianotik
- Hipoksik spell (sianosis ketika menangis)
- Mur-mur pada pemeriksaan fisik
- Tidak tampak gambaran ground glass opacity pada x-ray
- Boot shaped pada Tetralogy of Fallot
20. Tatalaksana
• Jaga airway bersih dan terbuka
• Terapi oksigen
- Pemberian nasal canul untuk pertahankan PaO2 50 – 70 mmHg
- Jika gagal dengan FiO2 60% CPAP dengan PEEP 5 – 10 cm H2O
21. Pemberian ventilator mekanik diberikan pada RDS berat dengan kriteria
pH darah arteri <7,2 gr/dl
PCO2 darah arteri 60 mmHg atau lebih
PO2 darah arteri 50 mmHg atau kurang pada konsentrasi oksigen 70-100%
dan tekanan CPAP 6-10 cmH2O
Apneu persisten
• Jaga kehangatan
• Cairan IV
• Terapi nutrisi
22. Terapi Surfaktan
• Surfaktan diberikan dalam 24 jam pertama jika bayi terbukti mengalami RDS.
• Syarat pemberian surfaktan:
Diberikan oleh dokter yang memiliki kualifikasi resusitasi neonatal dan tata laksana
respiratorik serta mampu memberi perawatan pada bayi hingga setelah satu jam pertama
stabilisasi.
Tersedia staf yang berpengalaman dalam tata laksana ventilasi bayi berat lahir rendah.
Peralatan pemantauan (radiologi, analisis gas darah, dan pulse oximetry) harus tersedia.
Terdapat protokol pemberian surfaktan yang disetujui oleh institusi bersangkutan.
23.
24. Tatalaksana Bedah
• Dilakukan jika timbul komplikasi yang bersifat fatal seperti
pneumotoraks, pneumomediastinum dan emfisema
subkutan.
26. Pencegahan
• Mencegah persalinan prematur.
• Pemberian kortikosteroid antenatal pada kehamilan berisiko.
• Pemberian tokolitik untuk mencegah preterm labour.
• Mengelola ibu dengan DM.
27. Prognosis
• Prognosis bayi yang ditangani dengan steroid antenatal, respiratory
support, dan terapi surfaktan eksogen adalah sangat baik. Kematian
kurang dari 10%.
• Bayi yang tidak menerima intervensi di negara-negara berpenghasilan
rendah, di mana tingkat kematian bayi prematur dengan RDS secara
signifikan lebih tinggi, kadang-kadang mendekati 100%.
28. Kesimpulan
• RDS adalah suatu sindroma yang terjadi pada bayi prematur karena imaturitas struktur
paru dan insufisiensi produksi surfaktan.
• Terjadi pada bayi prematur dan insidennya secara proporsional berlawanan dengan usia
gestasi dan berat lahir.
• Radiologi berupa pola retikulogranular yang disebut dengan ground glass appearance,
disertai dengan gambaran air bronchogram dapat ditemukan pada pasien RDS.
• Penatalaksaan pasien RDS berupa menjaga jalan nafas tetap bersih dan terbuka, terapi
oksigen sesuai dengan kondisi, jaga kehangatan, pemberian infus cairan intravena, dan
pemberian nutrisi.
• Pemberian surfaktan dilakukan bila memenuhi persyaratan dan diberikan dalam 24 jam
pertama jika bayi terbukti mengalami penyakit membran hialin.
• Prognosis bayi yang ditangani dengan steroid antenatal, respiratory support, dan terapi
surfaktan eksogen adalah sangat baik.
Editor's Notes
Nama lain RDS adalah HMD
Baca ajalalu kasi liat bahwa kalau RDS parunya kolaps kaya digambar
Intinya yang meningkatkan risiko terjadinya RDS ketika anakny lahir prematurejadi - korioamnionitis cito terminasi walaupun preter,
Gemeli premature
DM IBU BAYI BESAR JADI LAHIR PREMATUR
MALNUTRISI BAYI IUGR DAN LAHIR PREMATUR
DLL nanti liat di slide
Selain itu juga ada faktor yang nurunin risiko kejadian RDS itu bisa diliat di gambar