Herniasi otak terjadi ketika terdapat peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan pergeseran jaringan otak ke area dengan tekanan lebih rendah. Diagnosis dapat ditentukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang seperti CT-Scan dan MRI. Penatalaksanaan bertujuan menurunkan tekanan intrakranial dan memperbaiki keadaan umum pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang post dural puncture headache (PDPH) atau nyeri kepala pasca blok lumbal. PDPH terjadi akibat kebocoran cairan serebrospinal melalui lubang di duramater setelah penusukan jarum anestesi. PDPH disebabkan oleh berkurangnya tekanan cairan serebrospinal yang menyebabkan vasodilatasi untuk mengkompensasi. Insiden PDPH berkisar antara 30-50% dan dipeng
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami selaku kelompok I dapat menyelesaikan tanggung jawab kami yaitu menyusun makalah yang membahas tentang “ STROK “
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari lembah yang gelap gulita menuju lembah yang terang benderang.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Sistem Persarafan yang telah membimbing kami dalam pelajaran ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, olehnya itu tegur sapa yang halus dari pembaca selalu kami harapkan untuk kesempurnaan lebih lanjut.
Makassar, 12 November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II KONSEP MEDIS
A. Definisi 3
B. Klasifikasi 3
C. Etiologi 4
D. Patofisiologi 5
E. Tanda dan gejala 6
F. Penatalaksanaan medic 6
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian 8
B. Diagnosa 10
C. Intervensi 11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 200.000 diantaranya dengan serangan berulang. Menurut WHO, ada 15 juta populasi terserang stroke setiap tahun di seluruh dunia dan terbanyak adalah usia tua dengan kematian rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85 tahun. (Goldstein,dkk 2006; Kollen,dkk 2006; Lyoyd-Jones dkk,2009).
Di Indonesia sendiri walaupun data studi epidemiologi stroke secara komprehensif dan akurat belum ada, dengan meningkatnya harapan hidup tendensi peningkatan kasus stroke akan meningkat di masa yang akan datang. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama yang harus ditangani dengan segera, tepat dan cermat (Kelompok Studi Serebrovaskular dan Neurogeriatri Perdossi,1999)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud strok ?
2. Ada berapa klasifikasi strok ?
3. Apa penyebab strok ?
4. Bagaimana patofisiologi strok ?
5. Bagaimana tanda dan gejala strok ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medic dari strok ?
7. Pengkajian apa yang dilakukan pada pasien strok ?
8. Diagnosa keperawatan apa yang biasanya muncul pada pasien strok ?
9. Intervensi apa yang biasanya diberikan pada pasien strok ?
C. TUJUAN
1. Memahami yang dimaksud dengan strok
2. Mengetahui klasifikasi strok
3. Mengetahui penyebab strok
4. Mampu menjelaskan patofisiologi strok
5. Mengetahui tanda dan gejala strok
6. Mengetahui penatalaksanaan medic dari strok
7. Mengetahui hal-hal yang harus dikaji pada klien st
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan keperawatan untuk anak yang mengalami demam kejang. Demam kejang adalah kelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak berumur 6 bulan hingga 4 tahun dan disebabkan oleh proses ekstrakranium seperti infeksi. Gejalanya berupa serangan kejang yang berlangsung singkat ketika suhu tubuh meningkat."
Dokumen tersebut membahas tentang migrain, yang merupakan nyeri kepala berdenyut unilateral yang disertai mual dan fotofobia. Patofisiologinya melibatkan vasokontriksi pembuluh darah intrakranial yang menyebabkan penurunan aliran darah otak dan pelepasan neurotransmitter seperti CGRP yang menyebabkan vasodilatasi."
Herniasi otak terjadi ketika terdapat peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan pergeseran jaringan otak ke area dengan tekanan lebih rendah. Diagnosis dapat ditentukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang seperti CT-Scan dan MRI. Penatalaksanaan bertujuan menurunkan tekanan intrakranial dan memperbaiki keadaan umum pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang post dural puncture headache (PDPH) atau nyeri kepala pasca blok lumbal. PDPH terjadi akibat kebocoran cairan serebrospinal melalui lubang di duramater setelah penusukan jarum anestesi. PDPH disebabkan oleh berkurangnya tekanan cairan serebrospinal yang menyebabkan vasodilatasi untuk mengkompensasi. Insiden PDPH berkisar antara 30-50% dan dipeng
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami selaku kelompok I dapat menyelesaikan tanggung jawab kami yaitu menyusun makalah yang membahas tentang “ STROK “
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari lembah yang gelap gulita menuju lembah yang terang benderang.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Sistem Persarafan yang telah membimbing kami dalam pelajaran ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, olehnya itu tegur sapa yang halus dari pembaca selalu kami harapkan untuk kesempurnaan lebih lanjut.
Makassar, 12 November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II KONSEP MEDIS
A. Definisi 3
B. Klasifikasi 3
C. Etiologi 4
D. Patofisiologi 5
E. Tanda dan gejala 6
F. Penatalaksanaan medic 6
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian 8
B. Diagnosa 10
C. Intervensi 11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 200.000 diantaranya dengan serangan berulang. Menurut WHO, ada 15 juta populasi terserang stroke setiap tahun di seluruh dunia dan terbanyak adalah usia tua dengan kematian rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85 tahun. (Goldstein,dkk 2006; Kollen,dkk 2006; Lyoyd-Jones dkk,2009).
Di Indonesia sendiri walaupun data studi epidemiologi stroke secara komprehensif dan akurat belum ada, dengan meningkatnya harapan hidup tendensi peningkatan kasus stroke akan meningkat di masa yang akan datang. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama yang harus ditangani dengan segera, tepat dan cermat (Kelompok Studi Serebrovaskular dan Neurogeriatri Perdossi,1999)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud strok ?
2. Ada berapa klasifikasi strok ?
3. Apa penyebab strok ?
4. Bagaimana patofisiologi strok ?
5. Bagaimana tanda dan gejala strok ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medic dari strok ?
7. Pengkajian apa yang dilakukan pada pasien strok ?
8. Diagnosa keperawatan apa yang biasanya muncul pada pasien strok ?
9. Intervensi apa yang biasanya diberikan pada pasien strok ?
C. TUJUAN
1. Memahami yang dimaksud dengan strok
2. Mengetahui klasifikasi strok
3. Mengetahui penyebab strok
4. Mampu menjelaskan patofisiologi strok
5. Mengetahui tanda dan gejala strok
6. Mengetahui penatalaksanaan medic dari strok
7. Mengetahui hal-hal yang harus dikaji pada klien st
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan keperawatan untuk anak yang mengalami demam kejang. Demam kejang adalah kelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak berumur 6 bulan hingga 4 tahun dan disebabkan oleh proses ekstrakranium seperti infeksi. Gejalanya berupa serangan kejang yang berlangsung singkat ketika suhu tubuh meningkat."
Dokumen tersebut membahas tentang migrain, yang merupakan nyeri kepala berdenyut unilateral yang disertai mual dan fotofobia. Patofisiologinya melibatkan vasokontriksi pembuluh darah intrakranial yang menyebabkan penurunan aliran darah otak dan pelepasan neurotransmitter seperti CGRP yang menyebabkan vasodilatasi."
Laporan pendahuluan ini membahas intracerebral hematoma (ICH) yang merupakan penyebab ketiga dari cerebrovaskular accident. ICH dapat terjadi akibat trauma kepala dan lebih dari 50% kasus disertai hematoma epidural atau subdural. Laporan ini menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan ICH serta diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan rencan
Dokumen tersebut membahas tentang pengaturan pernapasan, yang terkontrol oleh pusat pernapasan di medula oblongata dan pons. Pusat pernapasan mengatur kerja neuron dorsal dan ventral untuk mengendalikan pola inspirasi dan ekspirasi. Pengaturan pernapasan dipengaruhi oleh kontrol kimiawi oleh ion hidrogen dan karbon dioksida, tekanan oksigen, serta impuls dari reseptor perifer dan korteks otak.
Trauma kepala dapat menyebabkan berbagai cedera seperti luka kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, perdarahan intrakranial, dan cedera otak. Diagnosis didasarkan pada mekanisme kecelakaan, gejala klinis, dan hasil pemeriksaan seperti CT scan. Penanganannya meliputi tindakan darurat, pemantauan neurologis, dan operasi jika diperlukan seperti pada hematoma epidural besar atau subdural lu
Perempuan berusia 50 tahun masuk rumah sakit dengan kesadaran menurun selama 2 jam. Pasien mengalami mendengkur, tidak dapat membuka mata, dan hanya bereaksi fleksi saat dirangsang. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan riwayat hipertensi.
Korban laki-laki berusia 58 tahun mengalami penurunan kesadaran setelah terjatuh dari lantai 3. Pemeriksaan menunjukkan penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal, tekanan darah tinggi, dan cedera kepala serta tangan dan kaki. Dilakukan tindakan ABCDE dan rujukan ke spesialis untuk operasi.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang neuromuscular disease dan neuropati. Secara singkat, dokumen menjelaskan definisi neuromuscular disease dan neuropati, jenis-jenisnya seperti polineuropati dan mononeuropati, klasifikasi, gejala, penyebab, dan penatalaksanaannya. Dokumen juga membahas sindrom Guillain Barre dan miastenia gravis secara spesifik.
Kelenjar parotis adalah kelenjar liur mayor terbesar yang berkembang dari ektoderm oral selama enam minggu kehamilan. Kelenjar ini terletak di fosa retromandibular dan dibatasi oleh tulang temporal, mastoid, dan mandibula. Nervus fasialis dan Ductus Stensen's merupakan struktur penting yang berada di sekitar kelenjar parotis.
1. Dokumen tersebut membahas anatomi, fisiologi, pemeriksaan, dan kelainan hidung.
2. Struktur utama hidung luar dan dalam dijelaskan beserta fungsinya. Fungsi pernapasan, penghiduan, dan lainnya diuraikan.
3. Metode pemeriksaan hidung meliputi anamnesa, inspeksi, palpasi, dan berbagai jenis skopi hidung dijelaskan.
Skenario menjelaskan tentang seorang perempuan 65 tahun yang mengeluh lemah separuh badan sebelah kanan dan disartria sejak satu hari sebelumnya. Perempuan tersebut menderita diabetes melitus dan hipertensi selama lima tahun terakhir.
Laporan pendahuluan ini membahas intracerebral hematoma (ICH) yang merupakan penyebab ketiga dari cerebrovaskular accident. ICH dapat terjadi akibat trauma kepala dan lebih dari 50% kasus disertai hematoma epidural atau subdural. Laporan ini menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan ICH serta diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan rencan
Dokumen tersebut membahas tentang pengaturan pernapasan, yang terkontrol oleh pusat pernapasan di medula oblongata dan pons. Pusat pernapasan mengatur kerja neuron dorsal dan ventral untuk mengendalikan pola inspirasi dan ekspirasi. Pengaturan pernapasan dipengaruhi oleh kontrol kimiawi oleh ion hidrogen dan karbon dioksida, tekanan oksigen, serta impuls dari reseptor perifer dan korteks otak.
Trauma kepala dapat menyebabkan berbagai cedera seperti luka kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, perdarahan intrakranial, dan cedera otak. Diagnosis didasarkan pada mekanisme kecelakaan, gejala klinis, dan hasil pemeriksaan seperti CT scan. Penanganannya meliputi tindakan darurat, pemantauan neurologis, dan operasi jika diperlukan seperti pada hematoma epidural besar atau subdural lu
Perempuan berusia 50 tahun masuk rumah sakit dengan kesadaran menurun selama 2 jam. Pasien mengalami mendengkur, tidak dapat membuka mata, dan hanya bereaksi fleksi saat dirangsang. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan riwayat hipertensi.
Korban laki-laki berusia 58 tahun mengalami penurunan kesadaran setelah terjatuh dari lantai 3. Pemeriksaan menunjukkan penurunan kesadaran, nafas cepat dan dangkal, tekanan darah tinggi, dan cedera kepala serta tangan dan kaki. Dilakukan tindakan ABCDE dan rujukan ke spesialis untuk operasi.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang neuromuscular disease dan neuropati. Secara singkat, dokumen menjelaskan definisi neuromuscular disease dan neuropati, jenis-jenisnya seperti polineuropati dan mononeuropati, klasifikasi, gejala, penyebab, dan penatalaksanaannya. Dokumen juga membahas sindrom Guillain Barre dan miastenia gravis secara spesifik.
Kelenjar parotis adalah kelenjar liur mayor terbesar yang berkembang dari ektoderm oral selama enam minggu kehamilan. Kelenjar ini terletak di fosa retromandibular dan dibatasi oleh tulang temporal, mastoid, dan mandibula. Nervus fasialis dan Ductus Stensen's merupakan struktur penting yang berada di sekitar kelenjar parotis.
1. Dokumen tersebut membahas anatomi, fisiologi, pemeriksaan, dan kelainan hidung.
2. Struktur utama hidung luar dan dalam dijelaskan beserta fungsinya. Fungsi pernapasan, penghiduan, dan lainnya diuraikan.
3. Metode pemeriksaan hidung meliputi anamnesa, inspeksi, palpasi, dan berbagai jenis skopi hidung dijelaskan.
Skenario menjelaskan tentang seorang perempuan 65 tahun yang mengeluh lemah separuh badan sebelah kanan dan disartria sejak satu hari sebelumnya. Perempuan tersebut menderita diabetes melitus dan hipertensi selama lima tahun terakhir.
Similar to Referat mata sindrom horner jangan .pptx (20)
1. Horner
Sindrom
Stase Mata RSUD Tarakan
Pembimbing: dr. Bambang Herwindu Sp.M
Koas: Edward Anderson Nainggolan (112023066)
2. Sindrom Horner
serangkaian gejala yang
disebabkan oleh gangguan
di jalur saraf simpatis yang
mengatur fungsi otot dan
kelenjar pada satu sisi
wajah
kelopak mata yang
turun
(blepharoptosis)
pupil mengecil
(miosis)
anhidrosis
3. Sindrom Horner
Sindrom Horner memiliki
frekuensi 1 per 6.250
penduduk
Ini dapat terjadi pada semua
usia dan etnis apa pun
4. Horner sindrom
Neuron pertama (pusat):berasal dari hipotalamus
posterior dan turun ke batang otak hingga berakhir di
pusat ciliospinal Budge, antara C8 dan T2 di sumsum
tulang belakang.
Neuron kedua (preganglionik):berpindah dari pusat
ciliospinal ke ganglion serviks superior di leher, di
mana ia dapat rusak akibat penyakit paru apikal dan
lesi leher termasuk pembedahan.
Neuron ketiga (postganglionik):naik sepanjang
arteri karotis interna untuk memasuki sinus kavernosa
di mana ia bergabung dengan divisi oftalmikus saraf
trigeminal; Serabut simpatis mencapai badan siliaris
dan otot dilator pupillae melalui saraf nasosiliaris dan
saraf siliaris panjang.
5. Berawal dari hipotalamus posterolateral
Turun tanpa menyilang melalui
Midbrain dan pons
Berakhir di kolom sel sumsum tulang
Belakang pada tingkat C8-T2
( pusat ciliospinal budge)
1st order neuron
7. Keluar dari sumsum tualngbelakang
pada tingkat T1 dan masuk ke rantai
simpatis serviks
Berada di dekat puncak paru dan
arteri sub-clavia
Serabut tersebut naik melalui paraf
simpatis dan bersinaps di ganglion
Serviks superior pada tingkat
percabangan arteri karotis komunis
(C3-C4)
2nd order neuron
8. Lesi 2nd Neuron
• pancoat tumor (tumor pada
apex paru), cervical rib
(terbentuknya rusuk tambahan
costal pertama)
• aneurisma/lesi a.subclavia
• limfadenopati mediastinum
• trauma plexus brachialis
• abses dentis regio mandibula
• Trauma sebelumnya
Nyeri pada wajah, leher, aksila atau lengan
• Batuk
• Hemoptisis
• Riwayat Operasi dada atau leher
• Pembengkakan leher
9. Serabut pupillomotor postganglionic keluar
Dari ganglion serviks superior dan naik
Sepanjang arteri karotis interna
Setelah serabut postganlionik meninggalkan
Ganglion serviks superior, cabang vasomotor
bercabang
Lalu berjalan di sepanjang arteri karotis eksternal
Untuk mempersarafi pembuluh darah dan
Kelenjar keringat pada wajah
3rd order neuron
10. Naik sepanjang a. karotis interna memasuki
Sinus cavernosa
Serabut tersebut meninggalkan plexus karotis
Untuk bergabung dengan saraf abducens
Di sinus cavernosa
Memasuki orbita melalui fisura orbista sup
Bersama dengan cab. Oftalmikus saraf
trigeminal melalui saraf siliaris
3rd order neuron
Saraf siliaris Panjang kemudian mempersarafi
Dilator iris dan otot muller
11. Lesi 3rd Neuron
• Fistula carotis-cavernosus
• diseksi/ aneurisma a. carotis
• migren/cluster headache
• herpes zoster
• temporal arteritis, tumor
nasofaring
• Horner dengan Nyeri yang disebabkan
Oleh neoplasma yang menekan saraf
Trigeminal
• sakit kepala cluster
• Diplopia
12. Pemeriksaan
1. Apraklonidin (0,5% atau 1,0%) digunakan satu
tetes diteteskan ke kedua mata untuk
mengonfirmasi atau menyangkal kehadiran
sindrom Horner. Pupil harus diperiksa setelah 30
menit dan jika hasilnya negatif, diperiksa kembali
setelah 45 menit. Apraklonidin menembus sawar
darah otak, sehingga harus digunakan dengan
sangat hati-hati pada bayi di bawah satu tahun.
Hasilnya: Pupil Horner akan melebar tetapi pupil
normal pada dasarnya tidak terpengaruh.
Penjelasan: Reseptor alpha-1 menjadi lebih aktif
dalam dilator pupil yang tidak mendapat serat
saraf.
2. Kokain (4%) diteteskan ke kedua mata; karena
kokain lebih sulit diperoleh daripada apraklonidin,
tes ini sekarang jarang dilakukan.
Hasilnya: Pupil normal akan melebar tetapi pupil
Horner tidak.
anisokoria sekecil 0,8 mm di ruangan yang redup
memiliki arti penting.
Penjelasan: Kokain menghambat pengambilan
kembali noradrenalin yang disekresikan di ujung
saraf postganglionik, yang mengakumulasi dan
menyebabkan dilatasi pupil normal. Pada sindrom
Horner, tidak ada noradrenalin yang disekresikan,
sehingga kokain tidak memiliki efek.
13. Pemeriksaan
3. Hydroxyamphetamine 1% digunakan dengan
meneteskan dua tetes ke setiap mata
Hasilnya: Pupil Horner normal atau
preganglionik akan melebar, tetapi murid
Horner post-ganglionik tidak akan melebar.
Penjelasan: Hidroksiamfetamin meningkatkan
pelepasan noradrenalin dari ujung saraf
postganglionik yang berfungsi. Pada lesi neuron
orde ketiga (postganglionik), tidak ada
pelepasan noradrenalin dari saraf yang tidak
berfungsi.
4. Phenylephrine 1% lebih mudah diperoleh
daripada hidroksiamfetamin dan adrenalin
dan kira-kira sama akuratnya, sehingga
dalam banyak hal telah menggantikan
keduanya dalam pengujian untuk
membedakan lesi pre dan postganglionik.
Biasanya, zat ini disiapkan dengan
melarutkan larutan 2,5% atau 10% yang
umum tersedia.
Hasilnya: Pada lesi postganglionik yang
sudah 10 hari, Pupil Horner akan melebar.
Pada pupil Horner sentral atau preganglionik
dan pupil normal tidak akan melebar atau
hanya akan melebar sedikit.
Penjelasan: Pada sindrom Horner
postganglionik, otot dilator pupil
mengembangkan hiperaktivitas denervasi
terhadap neurotransmitter adrenergik karena
disfungsi saraf motor lokalnya.
14.
15. Tatalaksana
• pengobatan yang tepat untuk sindrom Horner tergantung
pada penyebabnya yang mendasarinya. Tujuan dari
pengobatan adalah untuk menghilangkan proses penyakit
yang mendasari
• Intervensi bedah potensial meliputi perawatan bedah saraf
untuk sindrom Horner yang berkaitan dengan aneurisma dan
perawatan bedah vaskular untuk kondisi yang menyebabkan
seperti diseksi arteri karotis atau aneurisma.
17. Kesimpulan
• Sindrom Horner terjadi akibat lesi di sepanjang jalur
okulosimpatis. Etiologi berkisar dari jinak hingga serius dan
beberapa di antaranya mengancam jiwa. Tiga jenis horner
sindrome dibedakan berdasarkan lokasi lesi.
• Memahami gambaran klinis dari ketiga jenis HS dan
implikasinya akan membantu dalam melokalisasi penyebab
yang mendasarinya proses patologis. Diagnosis horner
sindrom memerlukan pendekatan metodologis berdasarkan
pemeriksaan fisik lengkap menggunakan pengujian
farmakologi tambahan.