SlideShare a Scribd company logo
Etika Menulis Laporan Keberlanjutan


                                                           Air berkata kepada yang kotor: “Kemarilah!”
                                                 Maka yang kotor itu akan berkata: “Aku sungguh malu”.
                                  Air berkata: “Bagaimana malumu akan dapat dibersihkan tanpa aku?”
                                                                                    —Jalaluddin Rumi


                 Bukan Materi Iklan



                 B
                            elakangan, marak terjadi kesadaran akan pentingnya membuat laporan
                            laporan keberlanjutan (sustainability report)—selanjutnya disebut SR.
                            berbagai argumen dikemukakan mengenai pentingnya SR bagi perusahaan.
                            Salah satunya yang paling populer adalah menyatukan inisiatif membuat SR
                            sebagai bagian integral dari manajemen reputasi. Karenanya tidak sedikit SR
                 yang dipublikasikan hanya berupa “pamer” tentang kemajuan ekonomi, pelaksanaan
                 inisiatif program sosial dan kontribusi pada upaya pelestarian lingkungan. Pendekatan
                 dan pilihan konsultannya pun sebagian besar mengambil fokus pada strategi public
                 relation, mengedepankan pencitraan dan secara tidak langsung meminta pujian.

                 Satu hal yang nyaris kurang disadari adalah bahwa SR sebenarnya didisain dengan
                 sebuah kesadaran penting tentang progress continual improvement , dengan tentunya
                 melaporkan secara terbuka mengenai inisitaif perbaikan terhadap dampak sosial dan
                 lingkungan negatif dan tak diharapkan. Hal lainnya adalah kelemahan si pembuat SR
Laporan          mengenai kepada stakeholder mana setiap segmen SR itu disajikan.
mengenai
penanganan
dampak negatif   Sebagai contoh, khusus untuk aspek ekonomi, umumnya hanya disajikan kepada
lingkungan,      shareholder, dengan bahasa dan cara yang meyakinkan bahwa mereka telah
masih            menanggok untung yang besar. Tidak disebutkan dengan saksama tentang bagaimana
berangkat dari   keuntungan itu diraih dan di sisi mana dampak keuntungan itu telah “memakan
upaya minimum
untuk            korban”, khususnya ketika menerapkan logika efektivitas dan efisiensi penggunaan
memenuhi         modal.
ketentuan
regulasi.        Sedangkan untuk aspek sosial dan lingkungan, sebagian besar masih berupa pamer
                 mengenai jumlah uang yang digelontorkan, lalu ditambah dengan testimoni sejumlah
                 pihak yang memang telah meraih manfaat besar dari kedermawanan si pembuat SR.
                 Amat jarang terlihat deskripsi dan analisis yang menunjukkan bahwa pilihan program
                 sosial itu memang didisain dari hasil needs assessment. Pun dengan inisiatif program


                                                           1
lingkungan. Laporan mengenai penanganan dampak negatif lingkungan, masih
berangkat dari upaya minimum untuk memenuhi ketentuan regulasi. Dengan tentunya
menutupi ketidaklengkapan itu dengan pilihan foto tentang keramahan lingkungan.
Sisi dan konteks sustainability-nya rata-rata hilang dari deskripsi dan analisis SR.

Satu hal saja yang menonjol: Kata pengantar berupa CEO statement yang rata-rata
mengedepankan corporate value. Rata-rata tampilannya bagus. Hanya saja, sedikit saja
SR yang menunjukkan keberhasilan untuk konsisten dalam menurunkan corporate
social value dalam kebijakan, target program, pemantauan dan evaluasi, serta
menunjukkan komitmen penuh untuk berlaku benar, baik dan dengan metode yang
memadai. Kecuali laporan ekonomi yang memang datanya biasanya sangat lengkap,
sementara sisi sosial dan lingkungan tampak hanya berupa comotan dan cuplikan
laporan kegiatan.

Itu semua merupakan hasil dari sebuah proses yang tidak tuntas. Bahkan mungkin
lebih parah dari itu: Inisiatif baik untuk membuat SR tidak dibarengi dengan
pemahaman dan keterampilan yang memadai mengenai standar pelaporan. Atau
mungkin disebabkan oleh kegagalan dalam menuliskan laporan. Sebab bagaimana pun
tidak sedikit dijumpai perusahaan yang sudah memiliki inisiatif program
keberlanjutan sosial dan lingkungan, namun lemah dalam dokumentasi. Sehingga
ketika pengerjaan SR diserahkan kepada konsultan, tidak dibarengi dengan
ketersediaan dan akses data yang memadai. Pun dengan ketidaktersediaan peta
stakeholder. Maka jadilah semua deskripsi SR menggunakan intonasi, gaya deskripsi
dan analisis, serta pilihan gambar yang hanya dipahami oleh kelompok tertentu.
Padahal ketika menuliskan laporan, tentunya selain berkenaan dengan kelengkapan
dan akurasi data, namun hal yang penting juga diperhatikan adalah apakah laporan itu
bisa dipahami. Si penulis SR haruslah sadar kepada siapa SR itu pada akhirnya akan
dipersembahkan; Kepada siapa laporan itu akan dipertanggungjawabkan!

Dua Langkah Dasar
Menulis SR bagaimana pun haruslah terlebih dahulu menyadari bahwa SR merupakan
alat akuntabilitas manajemen. Secara internal, SR merupakan inisiatif dan praktik
mengenai practice good corporate citizenship. Sebuah kesadaran yang menempatkan
dinamika dan keberlanjutan bisnis dalam kerangka hak dan kewajiban sebagai warga
negara. Ia merupakan hasil dari sebuah internalisasi nilai-nilai dan tradisi korporat
dikaitkan dengan berbagai inisiatif dalam mengoptimalkan peran dan fungsi sebagai
warga negara yang baik.

Tidak hanya berkenaan dengan ketaatan kepada berbagai regulasi, namun juga
berhubungan dengan kesadaran untuk berkontribusi pada nilai-nilai universal
peradaban, bagi masa depan kemakuran dan kehidupan semesta. Kurang lebih
adagium bahwa kehadiran perusahaan dimaksudkan sebagai upaya untuk menjadikan
kehidupan yang lebih baik, semuanya ditunjukkan dalam SR dengan batasan, wilayah,
peran, fungsi dan rasa tanggung jawab penuh, sesuai dengan core business masing-
masing. Dalam perspektif mutakhir, kontribusi itu dihubungkan dan selalu terkait
dengan cita-cita sustainable development (SD). Sebuah proses perubahan yang
disengaja dengan menjunjung tinggi kearifan sosial dan ekologis, dengan keyakinan
bahwa upaya pemenuhan kebutuhan hari ini seharusnya tidak membuat sulit bagi
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.


                                         2
Karenanya ada beberapa isu kunci yang selayaknya hadir dalam SR: (1) Mengikatkan
                   nilai-nilai SD ke dalam shareholder value; (2) Kelengkapan material dan pelaporan
                   secara terbuka mengenai keterbatasan cakupan; (3) Mengaitkan aktivitas pelaporan
                   sebagai bagian dari agenda stakeholder engagement and involvement;               (4)
                   Menunjukkan pendekatan dan praktik sustainable government and management; (5)
                   Mengintegrasikan semua komitmen, pendekatan dan aktivitas pada SD dalam pesan
                   pelaporan; (6) Menujukkan metode verifikasi dan perolehan assurance dari pihak lain;
                   (7) Menggunakan strategi komunikasi yang memadai; (8) Menjelaskan secara detail
                   progres improvement di setiap ranah dan indikator keberlanjutan ekonomi, sosial dan
                   lingkungan.

                   Untuk itu, dalam menulis SR hal pertama dan utama yang perlu diperhatikan adalah
                   kesadaran mengenai berbagai dampak apa saja yang dihasilkan dari operasi
                   perusahaan. Baik berupa dampak negatif maupun positif; Baik berupa dampak yang
                   intended maupun unintended, untuk selanjutnya melaporkan mengenai maksimalisasi
                   upaya peningkatan dampak positif dan minimalisasi dampak negatif atas aktivitas
                   bisnis, baik di ranah ekonomi, sosial maupun lingkungan secara seimbang. Dan sudah
                   barang tentu, self assessment ini seyogyanya terlebih dahulu melirik kepada kinerja
                   internal untuk kemudian secara setahap demi setahap melangkah keluar kepada isu
                   eksternal.

                   Ketika hendak melakukan hal ini, tentunya si pembuat SR penting terlebih dahulu
                   melakukan benchmarking dengan berbagai standar dan prinsip praktik bisnis yang
                   bertanggung jawab. Prinsip dan wilayah cakupan mengenai tanggung jawab sosial
                   sebuah institusi seperti dirumuskan oleh draft ISO 26000 bisa dijadikan rujukan awal.
                   Dalam draft itu dinyatakan bahwa inisiatif untuk berupaya menjadikan diri sebagai
                   lembaga yang bertanggung jawab sosial haruslah berangkat dari prinsip-prinsip: (1)
                   Akuntabilitas (Accountability); (2) Transparansi (Transparency); (3) Menunjukkan
                   perilaku etis (Ethical behaviour); (4) Menghormati kepentingan stakeholder (Respect
                   for stakeholder interests); (5) Menghormati aturan hukum (Respect for the rule of law);
                   (6) Menghormati berbagai standar internasional tentang norma-norma perilaku
                   internasional (Respect for international norms of behaviour); (7) Menghormati hak
Intinya,           asasi manusia (Respect for human rights).
stakeholder itu
adalah individu,   Sedangkan wilayah cakupan tanggung jawab sosial yang nantinya akan menjadi bagian
kelompok atau      penting dalam dalam berbagai sub bab SR, menurut komite draft ISO 26000,
lembaga yang
                   mencakup: (1) Tata kelola organisasi (Organizational governance); (2) Hak asasi
memiliki
kekuatan untuk     manusia (Human rights); (3) Isu mengenai buruh (Labour practices); (4) Masalah
memengaruhi        lingkungan (the environment); (5) Praktik operasi yang fair (Fair operating practices);
kinerja atau       (6) Isu-isu yang berhubungan dengan konsumen (Consumer issues); (7) Hal-hal yang
sebaliknya:        berhubungan dengan keterlibatan dan pengembangan masyarakat (Community
dipengaruhi.
                   involvement and development).

                   Langkah penting kedua dan ini umumnya jarang dilakukan oleh si pembuat SR adalah
                   menyadari kepada siapa SR ditujukan. Di sini berhubungan dengan ketersediaan
                   dokumen mutakhir mengenai peta stakeholder. Tanpa adanya dukungan peta
                   stakeholder, deskripsi dan analisis dalam SR hanyalah akan menjadi sebuah bahan
                   bacaan umum. Sangat boleh jadi, metode penulisannya hanyalah mencontek dan


                                                             3
meneruskan tradisi annual report yang umumnya hanya ditujukan kepada
shareholders. Stakeholder sendiri kini menjadi konsep yang cukup luas, tidak hanya
menyangkut kedudukan shareholder, employee, dan mata rantai pasokan aktivitas
bisnis, namun juga berhubungan erat dengan proses community involvement and
development serta terkait serius dengan upaya-upaya protect and improve
environment.

Intinya, stakeholder itu adalah individu, kelompok atau lembaga yang memiliki
kekuatan untuk memengaruhi kinerja atau sebaliknya: dipengaruhi. Tentunya baik
secara internal maupun eksternal. Selain itu harus juga dianalisis mengenai derajat
power, legitimacy, urgency dan proximity masing-masing stakeholder, sehingga untuk
beberapa isu tertentu SR memang ditujukan kepada stakeholder terpenting di bidang
isu itu. Hal terpenting yang disadari adalah bahwa dokumen peta stakeholder
merupakan dokumen dinamis. Artinya harus dipantau dan diperbaiki setiap saat.
Pilihan waktu pemantauannya bisa disesuaikan dengan tingkat kestrategisan isu.

Guidance GRI
Dari dua langkah dasar di atas, si penulis SR bisa melangkah dengan memperhatikan
guidance dari Global Reporting Initiative (GRI). Menurut GRI prinsip dasar penulisan
sebuah SR seharusnya memperhatikan sisi (1) Balance: mencerminkan aspek-aspek
yang positif maupun negatif; (2) Comparability: isu dan informasi dipilih dan
dilaporkan dengan konsisten hingga dapat dibandingkan antarwaktu; (3) Accuracy:
informasi harus cukup detail agar bisa dinilai oleh pemangku kepentingan dengan
presisi; (4) Timeliness: dilaporkan secara regular, tersedia tepat waktu kepada
pemangku kepentingan; (5) Clarity: informasi harus tersedia dalam bentuk yang
mudah dipahami dan bisa diakses oleh stakeholder; (6) Reliability: informasi harus
dikumpulkan, direkam, dianalisa dan disajikan berdasarkan cara yang dapat
dipertanggungjawabkan secara kualitas dan materialitas.

Selain itu, GRI juga memberikan catatan biasanya SR yang dihasilkan rata-rata
memiliki masalah pada empat hal: (1) Materiality; (2) Stakeholder Inclusiveness; (3)
Sustainability Context; (4) Completeness. Yang pertama berhubungan dengan proses
pengumpulan dan analisis data. Yang kedua berkenaan dengan kemampuan
menyadari kepada siapa SR ditujukan; Yang ketiga berhubungan dengan kesadaran
bahwa proses bisnis merupakan bagian integral proses keberlanjutan, bukan hanya
keberlanjutan bisnis itu sendiri, namun dalam konteks sustainability development.
Karenanya menunjukkan proses perbaikan dan pengakuan mengenai kisaran dan
besaran dampak negatif yang dihasilkan merupakan hal penting dalam hal ini. Dan
yang terakhir adalah kemampuan melakukan check and recheck, mengenai
kelengkapan. Sehingga kesemuanya berhasil menunjukkan diri sebagai lembaga yang
bertanggung jawab dalam hal pengelolaan nilai ekonomi, sosial dan lingkungan.

Penting diperhatikan bahwa posisi GRI hingga kini masih merupakan lembaga yang
mendorong agar lembaga apa pun berinisiatif membuat SR. Selain memberikan
guidance umum plus dengan indicator protocol tentang kinerja ekonomi, sosial dan
lingkungan, GRI juga menyarankan bahwa untuk aktivitas bisnis tertentu sebaiknya
merujuk pada sector supplement. Tentunya dengan mendorong inisiatif untuk
melakukan pengelolaan mengenai dampak, khususnya dampak negatif atas operasi
dan eksistensi bisnis.


                                         4
Penutup
Penting           ‘Ala kulli hal, menulis SR memanglah bukan perkara sederhana. Jika menggunakan
diperhatikan      pendekatan utilitarianisme, SR jelas berhubungan erat dengan bangunan reputasi.
bahwa posisi
                  Tentunya yang diharapkan adalah reputasi yang tell the truth, bukan sekadar mengadu
GRI hingga kini
masih             logika dan kepantasan menurut gelombang politik opini publik. Sudah pasti
merupakan         kecenderungan yang lebih mendekati kepada tindakan dusta ini sudah disadari akan
lembaga yang      dihindari sejak dini. Sudah tidak zaman lagi sebuah publikasi keberlanjutan bisnis
mendorong         didisain dengan cara main “kucing-kucingan” dengan stakeholder. Tidak hanya bakal
agar lembaga
apa pun           menaruh bara dalam sekam, namun juga dipastikan menjadi langkah bunuh diri jika
berinisiatif      hal ini masih ada. Karenanya secara etis, hal yang perlu dipastikan terlebih dahulu
membuat SR.       adalah kesadaran bahwa berbagai norma, standar dan nilai-nilai mengenai
                  pengelolaan bisnis yang bertanggung jawab sudah mengalami internalisasi terlebih
                  dahulu. Sebab bagaimana pun membuat SR pada hakikatnya adalah mempublikasikan
                  berbagai inisiatif voluntary tanggung jawab ekonomi, sosial dan lingkungan. Tentunya
                  ini semua dilakukan dengan kesadaran pemenuhan berbagai ketentuan regulasi
                  terkait dengan kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Dan kesadaran itu bukanlah
                  sebuah kesadaran minimal, namun beyond compliance.


                  Bogor, 25 November 2009




                  Taufik Rahman, Lingkar Studi CSR


                                      Lingkar Studi CSR
                                      Jln. Danau Sentani Blok C VII No.9 Kompleks Duta Pakuan
                                      Bogor 16144 Indonesia
                                      Telp. (0251) 336349, Fax. (0251) 336349
                                      www.csrindonesia.com, e-mail:office@csrindonesia.co



                           Tulisan ini dibuat dengan tujuan utama menyebarluaskan pengetahuan
                      mengenai CSR kepada seluruh pemangku kepentingan. Silakan mengutip dan
                      menyebarluaskan tulisan ini apabila Anda mempunyai tujuan yang sama. Kami
                      berharap agar sumber tulisan bisa diberitahukan sejelas mungkin kepada pihak
                        lain yang menerima kutipan sebagian atau seluruh isi tulisan. Terima kasih.




                                                                5

More Related Content

Similar to Rahman etika menulis sustainabilty report

10, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate social ...
10, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate social ...10, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate social ...
10, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate social ...
ciciliaeritawanti
 
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, business...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, business...1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, business...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, business...
triwahyunugroho3
 
Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi
Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasiMakalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi
Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi
Sri Apriyanti Husain
 
Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi(1)
Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi(1)Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi(1)
Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi(1)
Sri Apriyanti Husain
 
Silabus Training "Implementasi CSR dan SUSTAINABILITY COMMUNITY DEVELOPMEN (b...
Silabus Training "Implementasi CSR dan SUSTAINABILITY COMMUNITY DEVELOPMEN (b...Silabus Training "Implementasi CSR dan SUSTAINABILITY COMMUNITY DEVELOPMEN (b...
Silabus Training "Implementasi CSR dan SUSTAINABILITY COMMUNITY DEVELOPMEN (b...
Kanaidi ken
 
BE GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...
BE  GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...BE  GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...
BE GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...
Tubagus Angga Dheviests
 
Program CSR : Areas, Skills and Principles of Sustainable Community Developme...
Program CSR : Areas, Skills and Principles of Sustainable Community Developme...Program CSR : Areas, Skills and Principles of Sustainable Community Developme...
Program CSR : Areas, Skills and Principles of Sustainable Community Developme...
Kanaidi ken
 
Introduction to CSR Disclosure & Sustainability Reporting _ _ Materi "SUSTAIN...
Introduction to CSR Disclosure & Sustainability Reporting _ _ Materi "SUSTAIN...Introduction to CSR Disclosure & Sustainability Reporting _ _ Materi "SUSTAIN...
Introduction to CSR Disclosure & Sustainability Reporting _ _ Materi "SUSTAIN...
Kanaidi ken
 
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Ethics and Business : Prinsip-Prinsip CSR, ...
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Ethics and Business : Prinsip-Prinsip CSR, ...BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Ethics and Business : Prinsip-Prinsip CSR, ...
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Ethics and Business : Prinsip-Prinsip CSR, ...
Intan Wachyuni
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
Rachmad Hidayat
 
CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY ( CSR ) DAN KAITANNYA DENGAN ETHIC BUSINESS
CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY ( CSR ) DAN KAITANNYA DENGAN ETHIC BUSINESSCORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY ( CSR ) DAN KAITANNYA DENGAN ETHIC BUSINESS
CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY ( CSR ) DAN KAITANNYA DENGAN ETHIC BUSINESS
Asteria Dian Perdanawati
 
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...
Melania Bastian
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
Deep Walker
 
(2021) Silabus Pelatihan "SUSTAINABILITY REPORTING (How to Make your Writing ...
(2021) Silabus Pelatihan "SUSTAINABILITY REPORTING (How to Make your Writing ...(2021) Silabus Pelatihan "SUSTAINABILITY REPORTING (How to Make your Writing ...
(2021) Silabus Pelatihan "SUSTAINABILITY REPORTING (How to Make your Writing ...
Kanaidi ken
 
10. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, corporate social responsibilities (csr...
10. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, corporate social responsibilities (csr...10. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, corporate social responsibilities (csr...
10. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, corporate social responsibilities (csr...
ApriliaSafitri2
 
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corporate Socia...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corporate Socia...BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corporate Socia...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corporate Socia...
Rudy Harland
 
10, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, corporate social responsibili...
10, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, corporate social responsibili...10, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, corporate social responsibili...
10, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, corporate social responsibili...
TeguhBudiSantoso9
 
mini research
mini researchmini research
mini research
Endah Wulandari
 
9,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate social...
9,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate social...9,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate social...
9,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate social...
dyahruthw
 
BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Soc...
BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Soc...BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Soc...
BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Soc...
Cut Amanda Pravitadewi
 

Similar to Rahman etika menulis sustainabilty report (20)

10, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate social ...
10, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate social ...10, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate social ...
10, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate social ...
 
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, business...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, business...1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, business...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, business...
 
Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi
Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasiMakalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi
Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi
 
Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi(1)
Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi(1)Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi(1)
Makalah pelaporan keberlanjutan dan pelaporan terintegrasi(1)
 
Silabus Training "Implementasi CSR dan SUSTAINABILITY COMMUNITY DEVELOPMEN (b...
Silabus Training "Implementasi CSR dan SUSTAINABILITY COMMUNITY DEVELOPMEN (b...Silabus Training "Implementasi CSR dan SUSTAINABILITY COMMUNITY DEVELOPMEN (b...
Silabus Training "Implementasi CSR dan SUSTAINABILITY COMMUNITY DEVELOPMEN (b...
 
BE GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...
BE  GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...BE  GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...
BE GG, Tubagus Angga Dheviests, Prof Dr Ir Hapzi Ali MM CMA, IMPLEMENTASI CS...
 
Program CSR : Areas, Skills and Principles of Sustainable Community Developme...
Program CSR : Areas, Skills and Principles of Sustainable Community Developme...Program CSR : Areas, Skills and Principles of Sustainable Community Developme...
Program CSR : Areas, Skills and Principles of Sustainable Community Developme...
 
Introduction to CSR Disclosure & Sustainability Reporting _ _ Materi "SUSTAIN...
Introduction to CSR Disclosure & Sustainability Reporting _ _ Materi "SUSTAIN...Introduction to CSR Disclosure & Sustainability Reporting _ _ Materi "SUSTAIN...
Introduction to CSR Disclosure & Sustainability Reporting _ _ Materi "SUSTAIN...
 
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Ethics and Business : Prinsip-Prinsip CSR, ...
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Ethics and Business : Prinsip-Prinsip CSR, ...BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Ethics and Business : Prinsip-Prinsip CSR, ...
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Ethics and Business : Prinsip-Prinsip CSR, ...
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Corporate Social R...
 
CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY ( CSR ) DAN KAITANNYA DENGAN ETHIC BUSINESS
CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY ( CSR ) DAN KAITANNYA DENGAN ETHIC BUSINESSCORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY ( CSR ) DAN KAITANNYA DENGAN ETHIC BUSINESS
CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY ( CSR ) DAN KAITANNYA DENGAN ETHIC BUSINESS
 
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, CSR, Universitas ...
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
 
(2021) Silabus Pelatihan "SUSTAINABILITY REPORTING (How to Make your Writing ...
(2021) Silabus Pelatihan "SUSTAINABILITY REPORTING (How to Make your Writing ...(2021) Silabus Pelatihan "SUSTAINABILITY REPORTING (How to Make your Writing ...
(2021) Silabus Pelatihan "SUSTAINABILITY REPORTING (How to Make your Writing ...
 
10. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, corporate social responsibilities (csr...
10. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, corporate social responsibilities (csr...10. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, corporate social responsibilities (csr...
10. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, corporate social responsibilities (csr...
 
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corporate Socia...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corporate Socia...BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corporate Socia...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corporate Socia...
 
10, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, corporate social responsibili...
10, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, corporate social responsibili...10, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, corporate social responsibili...
10, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, corporate social responsibili...
 
mini research
mini researchmini research
mini research
 
9,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate social...
9,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate social...9,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate social...
9,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate social...
 
BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Soc...
BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Soc...BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Soc...
BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Soc...
 

Rahman etika menulis sustainabilty report

  • 1. Etika Menulis Laporan Keberlanjutan Air berkata kepada yang kotor: “Kemarilah!” Maka yang kotor itu akan berkata: “Aku sungguh malu”. Air berkata: “Bagaimana malumu akan dapat dibersihkan tanpa aku?” —Jalaluddin Rumi Bukan Materi Iklan B elakangan, marak terjadi kesadaran akan pentingnya membuat laporan laporan keberlanjutan (sustainability report)—selanjutnya disebut SR. berbagai argumen dikemukakan mengenai pentingnya SR bagi perusahaan. Salah satunya yang paling populer adalah menyatukan inisiatif membuat SR sebagai bagian integral dari manajemen reputasi. Karenanya tidak sedikit SR yang dipublikasikan hanya berupa “pamer” tentang kemajuan ekonomi, pelaksanaan inisiatif program sosial dan kontribusi pada upaya pelestarian lingkungan. Pendekatan dan pilihan konsultannya pun sebagian besar mengambil fokus pada strategi public relation, mengedepankan pencitraan dan secara tidak langsung meminta pujian. Satu hal yang nyaris kurang disadari adalah bahwa SR sebenarnya didisain dengan sebuah kesadaran penting tentang progress continual improvement , dengan tentunya melaporkan secara terbuka mengenai inisitaif perbaikan terhadap dampak sosial dan lingkungan negatif dan tak diharapkan. Hal lainnya adalah kelemahan si pembuat SR Laporan mengenai kepada stakeholder mana setiap segmen SR itu disajikan. mengenai penanganan dampak negatif Sebagai contoh, khusus untuk aspek ekonomi, umumnya hanya disajikan kepada lingkungan, shareholder, dengan bahasa dan cara yang meyakinkan bahwa mereka telah masih menanggok untung yang besar. Tidak disebutkan dengan saksama tentang bagaimana berangkat dari keuntungan itu diraih dan di sisi mana dampak keuntungan itu telah “memakan upaya minimum untuk korban”, khususnya ketika menerapkan logika efektivitas dan efisiensi penggunaan memenuhi modal. ketentuan regulasi. Sedangkan untuk aspek sosial dan lingkungan, sebagian besar masih berupa pamer mengenai jumlah uang yang digelontorkan, lalu ditambah dengan testimoni sejumlah pihak yang memang telah meraih manfaat besar dari kedermawanan si pembuat SR. Amat jarang terlihat deskripsi dan analisis yang menunjukkan bahwa pilihan program sosial itu memang didisain dari hasil needs assessment. Pun dengan inisiatif program 1
  • 2. lingkungan. Laporan mengenai penanganan dampak negatif lingkungan, masih berangkat dari upaya minimum untuk memenuhi ketentuan regulasi. Dengan tentunya menutupi ketidaklengkapan itu dengan pilihan foto tentang keramahan lingkungan. Sisi dan konteks sustainability-nya rata-rata hilang dari deskripsi dan analisis SR. Satu hal saja yang menonjol: Kata pengantar berupa CEO statement yang rata-rata mengedepankan corporate value. Rata-rata tampilannya bagus. Hanya saja, sedikit saja SR yang menunjukkan keberhasilan untuk konsisten dalam menurunkan corporate social value dalam kebijakan, target program, pemantauan dan evaluasi, serta menunjukkan komitmen penuh untuk berlaku benar, baik dan dengan metode yang memadai. Kecuali laporan ekonomi yang memang datanya biasanya sangat lengkap, sementara sisi sosial dan lingkungan tampak hanya berupa comotan dan cuplikan laporan kegiatan. Itu semua merupakan hasil dari sebuah proses yang tidak tuntas. Bahkan mungkin lebih parah dari itu: Inisiatif baik untuk membuat SR tidak dibarengi dengan pemahaman dan keterampilan yang memadai mengenai standar pelaporan. Atau mungkin disebabkan oleh kegagalan dalam menuliskan laporan. Sebab bagaimana pun tidak sedikit dijumpai perusahaan yang sudah memiliki inisiatif program keberlanjutan sosial dan lingkungan, namun lemah dalam dokumentasi. Sehingga ketika pengerjaan SR diserahkan kepada konsultan, tidak dibarengi dengan ketersediaan dan akses data yang memadai. Pun dengan ketidaktersediaan peta stakeholder. Maka jadilah semua deskripsi SR menggunakan intonasi, gaya deskripsi dan analisis, serta pilihan gambar yang hanya dipahami oleh kelompok tertentu. Padahal ketika menuliskan laporan, tentunya selain berkenaan dengan kelengkapan dan akurasi data, namun hal yang penting juga diperhatikan adalah apakah laporan itu bisa dipahami. Si penulis SR haruslah sadar kepada siapa SR itu pada akhirnya akan dipersembahkan; Kepada siapa laporan itu akan dipertanggungjawabkan! Dua Langkah Dasar Menulis SR bagaimana pun haruslah terlebih dahulu menyadari bahwa SR merupakan alat akuntabilitas manajemen. Secara internal, SR merupakan inisiatif dan praktik mengenai practice good corporate citizenship. Sebuah kesadaran yang menempatkan dinamika dan keberlanjutan bisnis dalam kerangka hak dan kewajiban sebagai warga negara. Ia merupakan hasil dari sebuah internalisasi nilai-nilai dan tradisi korporat dikaitkan dengan berbagai inisiatif dalam mengoptimalkan peran dan fungsi sebagai warga negara yang baik. Tidak hanya berkenaan dengan ketaatan kepada berbagai regulasi, namun juga berhubungan dengan kesadaran untuk berkontribusi pada nilai-nilai universal peradaban, bagi masa depan kemakuran dan kehidupan semesta. Kurang lebih adagium bahwa kehadiran perusahaan dimaksudkan sebagai upaya untuk menjadikan kehidupan yang lebih baik, semuanya ditunjukkan dalam SR dengan batasan, wilayah, peran, fungsi dan rasa tanggung jawab penuh, sesuai dengan core business masing- masing. Dalam perspektif mutakhir, kontribusi itu dihubungkan dan selalu terkait dengan cita-cita sustainable development (SD). Sebuah proses perubahan yang disengaja dengan menjunjung tinggi kearifan sosial dan ekologis, dengan keyakinan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan hari ini seharusnya tidak membuat sulit bagi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. 2
  • 3. Karenanya ada beberapa isu kunci yang selayaknya hadir dalam SR: (1) Mengikatkan nilai-nilai SD ke dalam shareholder value; (2) Kelengkapan material dan pelaporan secara terbuka mengenai keterbatasan cakupan; (3) Mengaitkan aktivitas pelaporan sebagai bagian dari agenda stakeholder engagement and involvement; (4) Menunjukkan pendekatan dan praktik sustainable government and management; (5) Mengintegrasikan semua komitmen, pendekatan dan aktivitas pada SD dalam pesan pelaporan; (6) Menujukkan metode verifikasi dan perolehan assurance dari pihak lain; (7) Menggunakan strategi komunikasi yang memadai; (8) Menjelaskan secara detail progres improvement di setiap ranah dan indikator keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan. Untuk itu, dalam menulis SR hal pertama dan utama yang perlu diperhatikan adalah kesadaran mengenai berbagai dampak apa saja yang dihasilkan dari operasi perusahaan. Baik berupa dampak negatif maupun positif; Baik berupa dampak yang intended maupun unintended, untuk selanjutnya melaporkan mengenai maksimalisasi upaya peningkatan dampak positif dan minimalisasi dampak negatif atas aktivitas bisnis, baik di ranah ekonomi, sosial maupun lingkungan secara seimbang. Dan sudah barang tentu, self assessment ini seyogyanya terlebih dahulu melirik kepada kinerja internal untuk kemudian secara setahap demi setahap melangkah keluar kepada isu eksternal. Ketika hendak melakukan hal ini, tentunya si pembuat SR penting terlebih dahulu melakukan benchmarking dengan berbagai standar dan prinsip praktik bisnis yang bertanggung jawab. Prinsip dan wilayah cakupan mengenai tanggung jawab sosial sebuah institusi seperti dirumuskan oleh draft ISO 26000 bisa dijadikan rujukan awal. Dalam draft itu dinyatakan bahwa inisiatif untuk berupaya menjadikan diri sebagai lembaga yang bertanggung jawab sosial haruslah berangkat dari prinsip-prinsip: (1) Akuntabilitas (Accountability); (2) Transparansi (Transparency); (3) Menunjukkan perilaku etis (Ethical behaviour); (4) Menghormati kepentingan stakeholder (Respect for stakeholder interests); (5) Menghormati aturan hukum (Respect for the rule of law); (6) Menghormati berbagai standar internasional tentang norma-norma perilaku internasional (Respect for international norms of behaviour); (7) Menghormati hak Intinya, asasi manusia (Respect for human rights). stakeholder itu adalah individu, Sedangkan wilayah cakupan tanggung jawab sosial yang nantinya akan menjadi bagian kelompok atau penting dalam dalam berbagai sub bab SR, menurut komite draft ISO 26000, lembaga yang mencakup: (1) Tata kelola organisasi (Organizational governance); (2) Hak asasi memiliki kekuatan untuk manusia (Human rights); (3) Isu mengenai buruh (Labour practices); (4) Masalah memengaruhi lingkungan (the environment); (5) Praktik operasi yang fair (Fair operating practices); kinerja atau (6) Isu-isu yang berhubungan dengan konsumen (Consumer issues); (7) Hal-hal yang sebaliknya: berhubungan dengan keterlibatan dan pengembangan masyarakat (Community dipengaruhi. involvement and development). Langkah penting kedua dan ini umumnya jarang dilakukan oleh si pembuat SR adalah menyadari kepada siapa SR ditujukan. Di sini berhubungan dengan ketersediaan dokumen mutakhir mengenai peta stakeholder. Tanpa adanya dukungan peta stakeholder, deskripsi dan analisis dalam SR hanyalah akan menjadi sebuah bahan bacaan umum. Sangat boleh jadi, metode penulisannya hanyalah mencontek dan 3
  • 4. meneruskan tradisi annual report yang umumnya hanya ditujukan kepada shareholders. Stakeholder sendiri kini menjadi konsep yang cukup luas, tidak hanya menyangkut kedudukan shareholder, employee, dan mata rantai pasokan aktivitas bisnis, namun juga berhubungan erat dengan proses community involvement and development serta terkait serius dengan upaya-upaya protect and improve environment. Intinya, stakeholder itu adalah individu, kelompok atau lembaga yang memiliki kekuatan untuk memengaruhi kinerja atau sebaliknya: dipengaruhi. Tentunya baik secara internal maupun eksternal. Selain itu harus juga dianalisis mengenai derajat power, legitimacy, urgency dan proximity masing-masing stakeholder, sehingga untuk beberapa isu tertentu SR memang ditujukan kepada stakeholder terpenting di bidang isu itu. Hal terpenting yang disadari adalah bahwa dokumen peta stakeholder merupakan dokumen dinamis. Artinya harus dipantau dan diperbaiki setiap saat. Pilihan waktu pemantauannya bisa disesuaikan dengan tingkat kestrategisan isu. Guidance GRI Dari dua langkah dasar di atas, si penulis SR bisa melangkah dengan memperhatikan guidance dari Global Reporting Initiative (GRI). Menurut GRI prinsip dasar penulisan sebuah SR seharusnya memperhatikan sisi (1) Balance: mencerminkan aspek-aspek yang positif maupun negatif; (2) Comparability: isu dan informasi dipilih dan dilaporkan dengan konsisten hingga dapat dibandingkan antarwaktu; (3) Accuracy: informasi harus cukup detail agar bisa dinilai oleh pemangku kepentingan dengan presisi; (4) Timeliness: dilaporkan secara regular, tersedia tepat waktu kepada pemangku kepentingan; (5) Clarity: informasi harus tersedia dalam bentuk yang mudah dipahami dan bisa diakses oleh stakeholder; (6) Reliability: informasi harus dikumpulkan, direkam, dianalisa dan disajikan berdasarkan cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara kualitas dan materialitas. Selain itu, GRI juga memberikan catatan biasanya SR yang dihasilkan rata-rata memiliki masalah pada empat hal: (1) Materiality; (2) Stakeholder Inclusiveness; (3) Sustainability Context; (4) Completeness. Yang pertama berhubungan dengan proses pengumpulan dan analisis data. Yang kedua berkenaan dengan kemampuan menyadari kepada siapa SR ditujukan; Yang ketiga berhubungan dengan kesadaran bahwa proses bisnis merupakan bagian integral proses keberlanjutan, bukan hanya keberlanjutan bisnis itu sendiri, namun dalam konteks sustainability development. Karenanya menunjukkan proses perbaikan dan pengakuan mengenai kisaran dan besaran dampak negatif yang dihasilkan merupakan hal penting dalam hal ini. Dan yang terakhir adalah kemampuan melakukan check and recheck, mengenai kelengkapan. Sehingga kesemuanya berhasil menunjukkan diri sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaan nilai ekonomi, sosial dan lingkungan. Penting diperhatikan bahwa posisi GRI hingga kini masih merupakan lembaga yang mendorong agar lembaga apa pun berinisiatif membuat SR. Selain memberikan guidance umum plus dengan indicator protocol tentang kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan, GRI juga menyarankan bahwa untuk aktivitas bisnis tertentu sebaiknya merujuk pada sector supplement. Tentunya dengan mendorong inisiatif untuk melakukan pengelolaan mengenai dampak, khususnya dampak negatif atas operasi dan eksistensi bisnis. 4
  • 5. Penutup Penting ‘Ala kulli hal, menulis SR memanglah bukan perkara sederhana. Jika menggunakan diperhatikan pendekatan utilitarianisme, SR jelas berhubungan erat dengan bangunan reputasi. bahwa posisi Tentunya yang diharapkan adalah reputasi yang tell the truth, bukan sekadar mengadu GRI hingga kini masih logika dan kepantasan menurut gelombang politik opini publik. Sudah pasti merupakan kecenderungan yang lebih mendekati kepada tindakan dusta ini sudah disadari akan lembaga yang dihindari sejak dini. Sudah tidak zaman lagi sebuah publikasi keberlanjutan bisnis mendorong didisain dengan cara main “kucing-kucingan” dengan stakeholder. Tidak hanya bakal agar lembaga apa pun menaruh bara dalam sekam, namun juga dipastikan menjadi langkah bunuh diri jika berinisiatif hal ini masih ada. Karenanya secara etis, hal yang perlu dipastikan terlebih dahulu membuat SR. adalah kesadaran bahwa berbagai norma, standar dan nilai-nilai mengenai pengelolaan bisnis yang bertanggung jawab sudah mengalami internalisasi terlebih dahulu. Sebab bagaimana pun membuat SR pada hakikatnya adalah mempublikasikan berbagai inisiatif voluntary tanggung jawab ekonomi, sosial dan lingkungan. Tentunya ini semua dilakukan dengan kesadaran pemenuhan berbagai ketentuan regulasi terkait dengan kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Dan kesadaran itu bukanlah sebuah kesadaran minimal, namun beyond compliance. Bogor, 25 November 2009 Taufik Rahman, Lingkar Studi CSR Lingkar Studi CSR Jln. Danau Sentani Blok C VII No.9 Kompleks Duta Pakuan Bogor 16144 Indonesia Telp. (0251) 336349, Fax. (0251) 336349 www.csrindonesia.com, e-mail:office@csrindonesia.co Tulisan ini dibuat dengan tujuan utama menyebarluaskan pengetahuan mengenai CSR kepada seluruh pemangku kepentingan. Silakan mengutip dan menyebarluaskan tulisan ini apabila Anda mempunyai tujuan yang sama. Kami berharap agar sumber tulisan bisa diberitahukan sejelas mungkin kepada pihak lain yang menerima kutipan sebagian atau seluruh isi tulisan. Terima kasih. 5