Modul ini membahas tentang Intensive Care Unit (ICU) dan beberapa topik terkait seperti gagal napas, ventilasi mekanik, sepsis, dan mati otak. Topik-topik tersebut dijelaskan dengan rinci meliputi definisi, klasifikasi, penilaian, dan pengaturan parameter ventilator.
VENTILASI MEKANIS
RSUD Asy Syifa’
2023
Kebutuhan Ventilasi Mekanik
Tujuan Ventilasi Mekanik
FISIOLOGIS
Support manipulasi pertukaran gas
Meningkatkan volume paru
Menurunkan upaya napas (WoB)
KLINIS
Mengatasi gagal napas & distres pernapasan
Mengatasi hipoksemia
Mengatasi Atelectasis
Mengatasi kelelahan otot pernapasan
Memungkinkan sedasi atau paralisis
Menurunkan konsumsi O2
Penilaian awal Respiratory Distress
Gagal Napas Akut
Ketidakmampuan untuk mempertahankan kadar PaO2, PaCO2, dan pH normal
PaO2 di bawah kisaran normal < 70 mmHg .
PaCO2 > 50 mmHg
pH ≤ 7.25 mmHg
Hipoventilasi dan Gagal Napas
Common Cause of Hypoxemic Respiratory Failure:
Pneumonia
Cardiogenic pulmonary edema
ARDS
Aspiration of gastric contents
Multiple trauma
Immunocompromised host with pulmonary infiltrates
Pulmonary embolism
Gagal Napas Akut dan Indikasi Ventilasi Mekanik
Kriteria Standar Memulai Ventilasi Mekanik
Kriteria Standar Memulai Ventilasi Mekanik
Keberhasilan Intervensi
Postoperative Respiratory Failure.
the need for intubation and mechanical ventilation in the 48 hours after surgery.
SHOCK
DEFINE AS: a state which a profound and widespread reduction of effective tissue perfusion leads to reversible and if prolonged, irreversible cellular injury.
Classified into:
Cardiogenic
Hypovolemic
Obstructive
Distributive
Clinical presentation of shock
Sesak Napas
Takipnea dan takikardia ( alkalosis respiratorik atau asidosis metabolik) Menurunnya produksi urin.
Penurunan kesadaran (gangguan elektrolit, hipoksemia dan hiperkapnia)
Penurunan kesadaran merupakan indikasi dilakukan intubasi dan ventilasi mekanik.
Physiologic effect of shock
Minute Ventilasi (VE) akan meningkat untuk mencapai kondisi normokapnia.
VE yang meningkat memicu aliran balik vena dan vasokonstriksi Membantu sistem kardiovaskular mengatasi kondisi hipovolemia.
Physiologic effect of shock
Cellular dysfunction & injury Respiratory muscle dysfunction.
Mekanisme :
Failure of neuromuscular transmission
The cytotoxic effect of nitric oxide and its metabolites
Free radicals
Ubiquitin-proteasome proteolysis
Decrease in nicotinic acetylcoholine receptors.
Physiologic effect of shock
Shock Patient Respiratory failure because INABILITY of the RESPIRATORY MUSCLES TO MAINTAIN ADEQUATE VENTILATION.
Kontoyannis et al studies:
In 28 cardiogenic shock patients.
Ventilated patiens were weaned from IABP more often, and their survival was greater.
During Shock, PVR increases.
Goals of Mechanical Ventilationin Shock
In Hemodynamically unstable patients, tissue perfussion, including CNS compromised.
2 main goals :
establish an adequate airway
reduce VO2.
By resting the respiratory muscles and allowing for sedation, MV can reduce VO2 and decrease sympathetic tone. These effects may improve tissue perfusion.
It is important to achieve patient-ventilator synchronization, otherwise, WoB increase diverts blood to the respiratory muscles & away from other vulnerable tissue beds.
Adequate preoxygenation
Pendahuluan:
Tissue disoxia merupakan problema utama dari pasien2 baik pascabedah maupun pasien sakit kritis di ICU
Tissue disoxia dapat disebabkan oleh rendahnya DO2, gangguan mikrosirkulasi dan peningkatan kebutuhan metabolisme sistim selular
Berlanjut menjadi cytopathic hypoxia yang disebabkan oleh disfungsi mitokhondria
VENTILASI MEKANIS
RSUD Asy Syifa’
2023
Kebutuhan Ventilasi Mekanik
Tujuan Ventilasi Mekanik
FISIOLOGIS
Support manipulasi pertukaran gas
Meningkatkan volume paru
Menurunkan upaya napas (WoB)
KLINIS
Mengatasi gagal napas & distres pernapasan
Mengatasi hipoksemia
Mengatasi Atelectasis
Mengatasi kelelahan otot pernapasan
Memungkinkan sedasi atau paralisis
Menurunkan konsumsi O2
Penilaian awal Respiratory Distress
Gagal Napas Akut
Ketidakmampuan untuk mempertahankan kadar PaO2, PaCO2, dan pH normal
PaO2 di bawah kisaran normal < 70 mmHg .
PaCO2 > 50 mmHg
pH ≤ 7.25 mmHg
Hipoventilasi dan Gagal Napas
Common Cause of Hypoxemic Respiratory Failure:
Pneumonia
Cardiogenic pulmonary edema
ARDS
Aspiration of gastric contents
Multiple trauma
Immunocompromised host with pulmonary infiltrates
Pulmonary embolism
Gagal Napas Akut dan Indikasi Ventilasi Mekanik
Kriteria Standar Memulai Ventilasi Mekanik
Kriteria Standar Memulai Ventilasi Mekanik
Keberhasilan Intervensi
Postoperative Respiratory Failure.
the need for intubation and mechanical ventilation in the 48 hours after surgery.
SHOCK
DEFINE AS: a state which a profound and widespread reduction of effective tissue perfusion leads to reversible and if prolonged, irreversible cellular injury.
Classified into:
Cardiogenic
Hypovolemic
Obstructive
Distributive
Clinical presentation of shock
Sesak Napas
Takipnea dan takikardia ( alkalosis respiratorik atau asidosis metabolik) Menurunnya produksi urin.
Penurunan kesadaran (gangguan elektrolit, hipoksemia dan hiperkapnia)
Penurunan kesadaran merupakan indikasi dilakukan intubasi dan ventilasi mekanik.
Physiologic effect of shock
Minute Ventilasi (VE) akan meningkat untuk mencapai kondisi normokapnia.
VE yang meningkat memicu aliran balik vena dan vasokonstriksi Membantu sistem kardiovaskular mengatasi kondisi hipovolemia.
Physiologic effect of shock
Cellular dysfunction & injury Respiratory muscle dysfunction.
Mekanisme :
Failure of neuromuscular transmission
The cytotoxic effect of nitric oxide and its metabolites
Free radicals
Ubiquitin-proteasome proteolysis
Decrease in nicotinic acetylcoholine receptors.
Physiologic effect of shock
Shock Patient Respiratory failure because INABILITY of the RESPIRATORY MUSCLES TO MAINTAIN ADEQUATE VENTILATION.
Kontoyannis et al studies:
In 28 cardiogenic shock patients.
Ventilated patiens were weaned from IABP more often, and their survival was greater.
During Shock, PVR increases.
Goals of Mechanical Ventilationin Shock
In Hemodynamically unstable patients, tissue perfussion, including CNS compromised.
2 main goals :
establish an adequate airway
reduce VO2.
By resting the respiratory muscles and allowing for sedation, MV can reduce VO2 and decrease sympathetic tone. These effects may improve tissue perfusion.
It is important to achieve patient-ventilator synchronization, otherwise, WoB increase diverts blood to the respiratory muscles & away from other vulnerable tissue beds.
Adequate preoxygenation
Pendahuluan:
Tissue disoxia merupakan problema utama dari pasien2 baik pascabedah maupun pasien sakit kritis di ICU
Tissue disoxia dapat disebabkan oleh rendahnya DO2, gangguan mikrosirkulasi dan peningkatan kebutuhan metabolisme sistim selular
Berlanjut menjadi cytopathic hypoxia yang disebabkan oleh disfungsi mitokhondria
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
1. INTENSIVE CARE I
Modul
Pembimbing:
Dr. dr. Andy Nugroho, Sp.An, M.Kes
Dipresentasikan Oleh
Adiptya Cahya Mahendra (CY)
Ageng Sunjoyo (EG)
Asaduddien Faras (UD)
Dimas Yuliar Sevanto (SV)
Enrico Jonathan hartono (RJ)
Rizki Dunniroh Kaukaba (KK)
Taufiqurrochman Nur Amin (TX)
Tito Ramadhani (OI)
3. DEFINISI OPERASIONAL
An intensive care unit (ICU) is an area of a hospital that
provides aggressive therapy using state-of-the-art technology
and both invasive and noninvasive monitoring for critically ill
and high-risk patients.
7. Gagal nafas
Ketidakmampuan system respirasi dalam mengantarkan O2 dan
mengeliminasi CO2 secara efektif.
Gagal nafas berdasarkan parameter pertukaran gas:
- Hypoxemic respiratory failure: PaO2 < 55 mmHg
- Hypercapnic respiratory failure: PaCO2 > 45 mmHg
8. Akut atau Kronis?
Akut Kronis
Gejala Signs of distress -
Hiperkapnia
PCO2: pH
10: 0.08 10: 0.03
Hipoksemia - polisitemia
Acute on Chronic?
16. Indikasi utama memulai ventilasi
mekanik
1. Untuk membantu oksigenasi memperbaiki hantaran oksigen dan
mengurangi konsumsi oksigen
2. Membantu bersihan CO2
3. Mengurangi kerja pernapasan membantu atau mengistirahatkan
otot pernapasan
17. Indikasi utama memulai
ventilasi mekanik
Gagal napas yang nyata atau mengancam
Oksigenasi yang tidak adekwat
Ventilasi yang tidak adekwat
Tanda-Tanda Klinis
Rr > 30
VT < 4 ml/Kg PBW
PaO2 < 60
pH < 7.25
Respiratory Distress
18. Membantu oksigenasi
Memerlukan penilaian keseimbangan antara hantaran O2 dan
Konsumsi O2
Hantaran O2 dapat dihitung:
DO2 = CO x SaO2 x 1.34 x Hb
Hb, SaO2, CO denyut Nadi dan kecukupan volume Nadi
perkiraan kasar
Menilai Konsumsi O2 secara kasar: aktivitas otot (menggigil, gelisah,
baik), demam, kerja pernapasan (nasal flaring, dinding dada gerak
paradoks, variasi gelombang CVP yg besar) peningkatan demand
O2
19. O2 Supply - Demand
Peningkatan kadar serum laktat hantaran O2 tidak mencukupi
permintaan Jaringan thd O2 (metabolisme anaerob)
Rendahnya ScvO2 ScvO2 yang normal atau tinggi tidak
menggambarkan suplai O2 yang kurang, pada kondisi seperti sepsis
20. Balancing O2 Demand-Supply
Mengurangi demand O2: mendinginkan pasien yg panas,
mengurangi kerja pernapasan (nebulasi pd pasien asma, sedasi,
paralisis ataupun analgesia)
Meningkatkan hantaran O2: suplemental O2, PEEP, manuver
recruitment, meningkatkan Hb, meningkatkan CO (cairan/ inotropik)
21. Empat Elemen Utama MV
Sumber gas bertekanan (O2 dan Air)
Katup inspiratorik, katup ekspiratorik dan sirkuit ventilator
Sistem kontrol, termasuk panel kontrol, monitoring dan alarm
Sistem untuk merasakan ketika pasien mencoba bernapas
22. Setting Preorder MV
Pilih parameter yang akan digunakan
1. Mode
2. VolumE Tidal
3. Rate
4. FiO2
5. PEEP
Kontrol
Ventilasi
Kontrol Oksigenasi
30. Pressure assist/ control (A/C) mode
Pengaturan:
a) Inspiratory pressure (pressure control)
b) Rate
c) Ti (or I:E)
d) Patient trigger type and sensitivity
e) PEEP
f) FiO2
g) Rise time (possibly).
31. Pressure support ventilation (PSV) mode
Pengaturan:
a) Inspiratory pressure (also known as
pressure support)
b) Patient trigger type and sensitivity
c) PEEP
d) FiO2
e) Flow cycling criteria
f) Rise time (possibly).
1. Hanya untuk pasien napas aktif
2. Harus mengaktifkan apnoue
(back-up) ventilation
32. Setting awal ventilator
Pada umumnya frekuensi pernafasan diset 10-12 kali permenit dan
volume tidal 8-10 mL/kg.
VT lebih rendah (6-8 mL/kg) mungkin dibutuhkan untuk menghindari
plateau pressure berlebih (> 35-40 cmH20), barotrauma dan volume
trauma
Pasien dengan nafas spontan SIMV harus bisa mengatasi resistensi
tambahan karena adanya ETT, demand valve, dan sirkuit nafas.
Pada orang dewasa, ukuran ETT kecil (diameter internal < 7 mm)
sebaiknya mungkin dihindari. Penggunaan pressure support 5-15 cmH2O
selama SIMV dapat mengkompensasi resistensi dari ETT dan sirkuit.
Penambahan PEEP 5-8 cmH2O selama ventilasi tekanan positif dapat
mempertahankan FRC dan pertukaran gas.
44. Algoritma PN
Muhammad Husni Thamrin 44
Apakah jalur Usus berfungsi?
Jalur usus tidak bisa digunakan
(produksi NGT> 500mg, syok
septik sudah teratasi dengan
source control dan AB
Apakah pasien Malnutrisi?
Yes (BMI < 18kg/m2), Nutric
Score = 6 (High risk)
Indikasi Kuat untuk memulai PN
dalam 24-48 jam
45. Nutrisi enteral
Pemberian nutrisi enteral adalah cara pemberian nutrisi
melalui selang menuju saluran cerna., yaitu nasogastric tube,
orogastric tube, naso-duodenal tube, gastrostomi, jejunostami,
dan ileostomi.
Keuntungan cara ini adalah integritas dan morfologi mukosa
usus tetap terjaga, mengurangi resiko translokasi bakteri,
murah dan mudah.
Pemberian nutrisi enteral intermitten, artinya nutrisi diberikan
bertahap beberapa kali perhari. Biasanya satu kali pemberian
dilakukan dalam 20-30 menit menggunakan syringe pump
atau feeding bag.
Masalah yang sering timbul dengan nutrisi enteral adalah
diare, retensi lambung dan residu gaster,aspirasi.
46. Nutrisi Parenteral
Cara pemberian nutrisi parenteral adalah pemberian nutrisi langsung ke
pembuluh vena. Pemberian nutrisi ini dibagi dalam 2 bagian, yaitu nutrisi
parenteral perifer dan nutrisi perenteral total (TPN).
Syarat pemberian nutrisi parenteral adalah hemodinamik pasien dalam
kondisi stabil. Pada pemberian TPN sebaiknya melalui CVC karena
osmolaritas sediaan biasanya cukup tinggi.
Indikasi TPN adalah apabila saluran cerna mengalami obstruksi, atau
saluran cerna tidak berfungsi.
Pemberian TPN memerlukan perhitungan komposisi yang lebih sulit
karena harus menyesuaikan antara volume cairan dan kandungan nutrisi
didalamnya.
47. Nutrisi Parenteral
Komplikasi yang terjadi disebabkan oleh faktor CVC atau komposisi
nutrien. Komplikasi yang berkaitan dengan komposisi yang tidak
adekuat adalah hiperglikemi, hipoglikemi, hipertrigliserid, asidosis
metabolik, dan gangguan elektrolit.
Monitoring pemberian nutrisi penting untuk meminimalkan
komplikasi yang timbul. Hiperglikemi dapat timbul karena tetesan
infus terlalu cepat, dapat diatasi dengan mengurangi kecepatan
tetesan. Apabila pasien mengalami sepsis, bisa diberikan insulin drip
dan mengatasi sepsisnya.
49. The sepsis 3 definition
A life threatening organ dysfunction caused by a deregulated host
response to infection
Incidence: in 2013, an estimated 1.6 million cases with more than
258000 death
50. Pathogenesis
Host – pathogen – environment
Initiation of acute inflammatory response
End organ damage
Associated microorganism:
- Gram positive (65%)
- Gram negative (25%)
- Fungi (9%)
Most common primary source of infection: Pneumonia
53. Highlights of SSC Guidelines
Initial Resuscitation
- Completed within 3 of identification
- Individualized resuscitation goals using combination of focused bedside
ultrasonography, lactate, base deficit while addressing the adequacy of
fluid resuscitation
Culture and Broad Spectrum Antibiotics
- Within 3 h (ideally within 1 h)
- Empiric therapy using a combination of antibiotics against all likely
pathogens in specific clinical situation
- Source control
54. Highlights of SSC Guidelines
Hemodynamic support
- Type of fluid:
- RL than NS
- No HES
- Keep Albumin level > 3 gm% in septic shock
- Vasopressor and inotropes
55. Highlights of SSC Guidelines
Adjuntive Therapy within the First 24 H
- Bicarbonate Therapy if the serum pH is < 7.15 in hypoperfusion –
induced lactic acidosis
- Blood Product Administration
- Targeted Hb 7 - 9 g/dL
- FFP if the patient is bleeding
- Glucose < 180 mg/dL
- MV of Sepsis Induced ALI or ARDS
- Steroids consider in refractory shock
- Consideration for Limitation of Support
57. Mati Batang Otak
Mati batang otak didefinisikan sebagai terhentinya seluruh fungsi
otak yang bersifat permanen (irreversible).
Fungsi medulla spinalis di bawah C1 mungkin masih ada.
Menegakkan diagnosis mati batang otak akan mengurangi beban
keluarga dan kecemasan akan harapan kesembuhan yang tidak tentu;
hal ini juga lebih menghemat sumber daya medis dan berpotensi
sebagai donor organ transplantasi.
(Butterworth 2022)
2. Rendahnya saturasi oksigen pada darah yang kembali ke paru akibat tingginya ekstraksi oksigen di jaringan. Darah ini seharusnya segera direoxygenated begitu mencapai paru, namun karena ganggugan Oksigenasi di paru, darah bisa saja kembali ke jaringan tidak teroksigenasi penuh.
Diatas C3 komplit paralisis diafragma dan intercostal
C3-C5 macem2 bentuknya
Dibawah C5 Paralise intercostal, tp diafragma ga papa
GBS, MG
Bagaimana ventilasi dihantarkan?: dengan preset pressure atau dengan volume pressure
Apakah Ventilasi dihantarkan dengan frekwensi tetap? (control mode), respon terhadap usaha pasien (spontan mode) atau kombinasi (assist control atau spontan-assist)
Which is Better
Controlled? Neither is better
During patient triggered ventilation:
volume ventilation lung protective, because tidal volume limitation, local overdistention, asynchrony
pressure-assisted better syncrony
Patient ventilator asynchrony upaya pasien dan bantuan mesin tidak singkron
Which is Better
Controlled? Neither is better
During patient triggered ventilation:
volume ventilation lung protective, because tidal volume limitation, local overdistention, asynchrony
pressure-assisted better syncrony
Penyapihan dilakukan dengan pengurangan secara gradual level PSV untuk mencapai target volume tidal dan frekuensi nafas. PSV diturunkan levelnya sampai terendah antara 5-8 cmH20, bila target pola nafas dan pertukaran gas dapat dipertahankan, maka ventilasi mekanik dapat dihentikan. (Bersten 2009)
Teknik ini dilakukan pada pasien yang memenuhi kriteria PaO2/FiO2 > 200 mmHg, PEEP < 5 cmH20, refleks jalan nafas baik dan tidak memerlukan support obat intotropik atau vasoaktif.
Ada berbagai metode perhitungan energi, namun pada pasien sakit kritis umumnya cukup diberikan 20-30 kcal/kg per hari dengan pertimbangan karena mengalami gangguan metabolisme sel; glukosa dan asam lemak tidak dapat dioksidasi secara sempurna. Kebutuhan energi tersebut dipenuhi dengan komposisi : karbohidrat 30-70%, protein 15-20% (1-2 gr/kg/hari), dan lemak 20-50%. (Szalados 2005)