SlideShare a Scribd company logo
UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KBM
LEMPAR LEMBING DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA MODIFIKASI BOLA BEREKOR
( PTK di Kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan )
Penelitian ini disusun untuk memenuhi bahan kebutuhan penelitian sekolah.
disusun oleh :
MUHAMAD YUSUF NURUDIN, S.Pd.
NIP
19891223 202221 1 005
DINAS PENDIDIKAN PEMERINTAH KABUPATEN
CIREBON
SMP NEGERI 3 PALIMANAN
TAHUN AJARAN 2022 - 2023
LEMBAR PENGESAHAN
UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KBM
LEMPAR LEMBING DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA MODIFIKASI BOLA BEREKOR ( PTK di Kelas
VII SMP Negeri 3 Palimanan )
Diajukan untuk pengembangan Media Pembelajaran
Oleh :
MUHAMAD YUSUF NURUDIN, S.Pd.
NIP 19891223 202221 1 005
DISETUJUI OLEH
Tanggal : 06 Juni 2023
ABIDIN, S.Pd
NIP .19670511 199003 1 004
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah , puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang
telah memberi berbagai kenikmatan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan
Karya Tulis, berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, tepat sesuai dengan
target.
Permasalahan yang timbul dalam keseharian ketika penulis mengajar,
memberikan inspirasi bagi terlaksananya Penelitian Tindakan Kelas ini.
Dengan segala keterbatasan dan wawasan yang penulis miliki, penulis sangat
sadar sekali bahwa Karya Tulis sederhana ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis berharap adanya masukan berupa kritik dan saran yang
konstruktif dari berbagai pihak bagi perbaikan penulisan sejenis kedepannya.
Dan kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian
ini penulis ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya, terutama kepada
keluarga tercinta, istri dan anak tercinta, yang terus menerus menjadi motivator
dan inspirator kebaikan dan kemuliaan. Semoga mereka menjadi hamba-hamba
Allah SWT yang istiqamah, dan kepada sahabat-sahabat semoga kebaikan sahabat
di balas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Amin.
Terakhir, penulis berharap bahwa karya tulis sederhana ini bisa memberi
inspirasi kepada semua pihak terutama sahabat-sahabat saya, guru penjas orkes di
manapun, yang kebetulan membaca karya tulis ini. Aamiin.
Cirebon, Juni 2023
Hormat
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Pemecahan Masalah .................................................................................... 2
D. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 3
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
F. Manfaat ........................................................................................................ 3
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 5
A. Kajian Teoritis............................................................................................. 5
1. Hakikat Pendidikan Jasmani ....................................................................... 5
2. Pengertian Pendidikan Jasmani ................................................................... 6
3. Tujuan Pendidikan Jasmani di SMP ........................................................... 7
4. Manfaat Pendidikan Jasmani di SMP ......................................................... 8
5. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani di SMP .............................................. 9
B. Lempar Lembing ........................................................................................ 10
C. Media Belajar .............................................................................................. 12
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat, Waktu dan Jumlah Siswa .............................................................. 13
B. Indikator Efektivitas belajar ........................................................................ 13
C. Gambaran Umum Penelitian ...................................................................... 15
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 18
B. Pembahasan................................................................................................. 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................................. 25
B. Saran............................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarana prasarana merupakan salah satu bagian yang strategis dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, lengkap dan tidak
lengkapnya sarana prasarana pembelajaran turut mempengaruhi maksimal
dan tidak maksimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Sarana yang
lengkap bisa memudahkan guru untuk mengejar target-target tertentu yang
menjadi tujuan pembelajaranya. Begitu sebaliknya, sarana yang tidak lengkap
akan menyulitkan bagi guru dalam mencapai target-target tujuan
pembelajaranya.
Ini pula yang terjadi pada pembelajaran Lempar Lembing di SMP
Negeri 3 Palimanan, Kondisi nyata di sekolah, media Lembing hanya tersedia
6 Lembing. Sementara rata-rata siswa di SMP Negeri 3 Palimanan berjumlah
30 – 32 orang, jadi komparasi antara jumlah Lembing dan jumlah siswa
adalah 1 : 16 putra/putri. Jelas dari gambaran tersebut bahwa proses
pembelajaran Lempar Lembing menjadi tidak efektif, dan akibatnya bahwa
target kurikulum menjadi sangat rendah.
Situasi dan kondisi ini sudah berjalan cukup lama dan sekolah sampai
detik ini belum bisa memenuhi sarana Lembing tersebut sampai batas yang
cukup memadai atau kondisi ideal, misalnya dengan perbandingan 1 : 2 ( 1
Lembing untuk 2 orang ). Hal ini bisa dimengerti, karena sekolah mempunyai
kebutuhan yang sangat banyak dan hampir semuanya mempunyai tingkat
urgensitas yang tinggi untuk di penuhi oleh sekolah. Sehingga menuntut
sekolah untuk menyediakan Lembing sesuai dengan kondisi ideal, merupakan
suatu yang tidak realistis dan lebih jauhnya bisa menimbulkan gejolak dan
iklim yang tidak kondusif di sekolah.
Oleh karena itu perlu sebuah pemecahan masalah yang sederhana dan
bisa dilakukan oleh guru. Melihat permasalahan di atas, maka satu pemikiran
yang muncul adalah bahwa perlu adanya sebuah media alternatif modifikatif
untuk mengganti Lembing yang memang cukup mahal. Media alternatif
1
modifikatif tersebut harus bersifat bisa mewakili karakteristik Lembing,
murah, banyak tersedia atau mudah di dapat.
Dari beberapa kriteria media alternatif modifikatif untuk mengganti
Lembing tersebut nampaknya bola berekor bisa dijadikan media alternatif
modifikatif untuk mengganti Lembing. Dari segi bentuk, jelas ada kemiripan
dengan bentuk Lembing, dari segi ketersediaan dan harga, maka bola berekor
sangat mudah sekali di bikin dan harga nya cukup terjangkau.
Dari permasalahan tersebut di atas maka penulis menentukan judul
Penelitian Tindakan Kelas ini “Upaya Meningkatkan Efektivitas KBM
Lempar Lembing dengan Media Modifikasi Bola berekor, Penelitian
Tindakan Kelas di Kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan”
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Penelitian
Dari latar belakang tersebut di atas, maka Rumusan Penelitian yang
diajukan adalah :
Apakah media modifikasi bola berekor bisa meningkatkan efektivitas
KBM Lempar Lembing di kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan?
2. Pertanyaan Penelitian
1. Sejauhmana aktivitas siswa kelas VII dalam belajar lempar Lembing ?
2. Sejauhmana aktivitas guru dalam mengajar lempar Lembing ?
3. Sejauh mana hasil belajar lempar Lembing yang dilakukan siswa
dengan media modifikasi bola berekor ?
4. Sejauh mana respon siswa terhadap pembelajaran lempar Lembing
dengan media modifikasi bola berekor ?
C. Pemecahan Masalah
Dari permasalahan tersebut di atas, sesungguhnya ada beberapa alternatif
tindakan agar proses pembelajaran Lempar Lembing di kelas VII bisa
menjadi efektif , diantaranya :
a. Media modifikasi bola berekor
b. Dengan bentuk formasi pembelajaran yang variatif
c. Penyediaan Lembing yang memadai dari sekolah
2
Maka dari beberapa alternatif pemecahan masalah belajar lempar Lembing
tersebut, prioritas pemecahan masalah yang diharapkan mampu mengatasi
permasalahan ketidak efektifan belajar lempar Lembing di kelas VII, dengan
cepat dan mudah adalah dengan menggunakan media modifikasi bola berekor
dalam proses pembelajaran Lempar Lembing di kelas VII SMP Negeri 3
Palimanan.
D. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas VII , yaitu mulai tanggal
4 s.d 25 Maret 2023
E. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana media modifikasi bola berekor bisa meningkatkan efektivitas
KBM Lempar Lembing di kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan.
b. Tujuan Khusus
Sementara tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dalam belajar Lempar
Lembing
2. Untuk mengetahui sejauh mana aktivitas guru dalam mengajar
Lempar Lembing
3. Untuk mengetahui sejauh mana respon siswa terhadap pembelajaran
Lempar Lembing dengan media bola berekor
4. Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar Lempar Lembing yang
dilakukan siswa dengan media modifikasi bola berekor
F. Manfaat
- Bagi siswa, siswa lebih partisipatif dalam proses pembelajaran Lempar
Lembing
- Bagi guru, selain menambah pengalaman dalam penggunaan media belajar
yang di modifikasi juga membuat pengajaran Lempar Lembing menjadi
lebih efektif
- Bagi Guru Penjas Orkes, bisa mencoba media modifikasi bola berekor
dalam pembelajaran Lempar Lembing apabila Lembing tidak tersedia
3
dalam jumlah yang memadai, dan bisa menjadi inspirasi pengetahuan
untuk menemukan media modifikasi yang lainya dalam cabang penjas
lainnya.
- Bagi sekolah, adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran
yang berakibat terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru, sehingga
pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas sekolah secara
keseluruhan.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang
sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih
khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak
manusia dan wilayah pendidikan lainnya, hubungan dari perkembangan tubuh-
fisik dengan pikiran an jiwanya. Tugas utama dalam pembelajaran pendidikan
jasmani adalah membantu siswa untuk menjalani proses pertumbuhan, baik yang
berkenaan dengan keterampilan fisik maupun dalam aspek sikap dan
pengetahuannya. Cara terbaik untuk memahami perubahan tersebut, yaitu
dengan menyimak dan mengamati perubahan yang terjadi. Menurut KTSP
(2004: 2) bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara
menyeluruh.
Menurut Mahendra (2008: 3) pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah
proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional.
Pembelajaran adalah perilaku profesional yang ditampilkan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya. Pekerjaan itu mencakup beberapa aspek penting, mulai
dari menyusun perencanaan, menjelaskan, mendemonstrasikan, mengajukan
pertanyaan, mengelola proses, hingga memberikan umpan balik kepada siswa.
Kesemua bagian dari tugas itu tertuju pada suatu tujuan, yaitu tujuan pengajaran
yang disadari benar maknanya dan kemungkinan pencapaiannya.
Menurut Lutan (2001: 7) bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai
hasil dari pengalaman, bukan karena pengaruh faktor keturunan atau
kematangan. Perubahan yang diharapkan bersifat melekat atu permanen. Proses
belajar itu sendiri tidak dapat diamati secara langsung. Namun, kejadiannya
hanya dapat ditafsirkan berdasarkan perilaku nyata yang teramati. Definisi
pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun
esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas menurut Mahendra
5
(2008: 3) bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk
pengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui
fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan
penekanan yang cukup dalam.
2. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan.
Penjas bukan merupakan dekorasi atau ornament yang ditempel pada program
sekolah alat untuk membuat anak sibuk, tetapi penjas adalah bagian penting
dari pendidikan. Melalui penjas yang di arahkan dengan baik, anak akan
mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang,
terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat,
berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan
mentalnya.
Namun pengertian pendidikan jasmani menurut KTSP (Depdiknas, 2006: 6)
bahwa :
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani yangdirencanakan secara sistematik diarahkan untuk mengembangkan
dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual,
kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional”.
Batasan pendidikan jasmani sering didefinisikan dalam redaksi yang
beragam, jika rohani dan jasmani dipandang sebagai dua bagian yang terpisah,
maka pendidikan jasmani adalah pendidikan untuk jasmani. Jasmani
menunjukan kapada hal-hal yang mengenai jasad yang berhubungan dengan
tubuh atau badan manusia sebagai rohani yang menunjukan kepada segala
sesuatu yang mengenai roh. Pandangan ini menganggap bahwa pendidikan
jasmani keterkaitan dengan perasaan, hubungan pribadi, tingkah laku
kelompok, perkembangan mental dan sosial intelektual serta estetika. Menurut
Lutan (2001:1) mengemukakan bahwa pendidikanjasmani adalah proses
pendidikan melalui aktifitas jasmani untuk mencapai tujuan
pendidikan.Dengan kata lain pendidikan jasamani berusaha mendidik manusia
melalui sarana jasmani, dengan aktivitas-aktivitas jasmani atau aktivitas-
aktivitas fisik, tetap berkepentingan dengan tujuan- tujuan pendidikan yang
tidak semuanya jasmani atau fisik.
Pendidikan jasmani merupakan suatu bentuk pendidikan yang terintegrasi
dengan jenis- jenis pendidikan lainnya yang bertujuan member kontribusi yang
sangat berharga dan member inspirasi bagi kesejahteraan hidup manusia.
Namun banyak peneliti yang mengartikan pendidikan jasmani sependapat
dengan pengertian menurut Lutan, seperti halnya Mahendra (2008: 15) bahwa
pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani,
permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa pendidikan jasmani pada dasarnya
merupakan media untuk meraih tujuan pendidikan sekaligus juga untuk
mendapatkan tujuan yang bersipat internal ke dalam aktivitas fisiknya
sendiri.Dengan demikian para guru pendidikan jasmani dituntut mampu
6
memanfaatkan aktifitas fisik dalam mencapai tujuan pendidikan secara
keseluruhan.
3. Tujuan Pendidikan Jasmani di SMP
Banyak pendapat tentang tujuan pendidikan jasmani, ada yang
berpendapat untuk meningkatkan keterampila siswa dalam berolahraga,
adapula yang berpendapat meningkatkan taraf kesehatan anak yang baik dan
tidak bisa disangkal pasti ada yang mengatakan untuk meningkatkan kebugaran
jasmani. Semua jawaban tersebut benar, hanya saja barangkali bisa dikatan
kurang lengkap, sebat yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya
bersifat menyeluruh. Tujuan pendidikan jasmani di sekolah dasar terfokus pada
perkembangan aspek nilai-nilai dalam pertumbuhan, perkembangan dan
perilaku anak didik. Setiap pengajaran berawal dari perumusan tujuan. Tujuan
berfungsi untuk mengarahkan dan memusatkan pelaksanaan proses
pembelajaran. Menurut KTSP (2006: 8) tujuan pembelajaran pendidikan
jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain
kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. Baik guru maupun
siswa, harus mengetahui tujuan pengajaran pendidikan jasmani sehingga dapat
dijamin terlaksananya pengajaran yangefektif.
Menurut Lutan (2001: 18) mengemukakan tentang tujuan pendidikan jasmani
bahwa :
Secara sederhana pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa
untuk :
a. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
aktivitas jasmani,perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
b. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai
keterampilan gerak dasar yang akan mendororng partisipasinya dalam
aneka jasmani.
c. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang
optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan
terkendali.
d. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melaui partisipasi dalam aktivitas
jasmani baik secarakelompok maupun perorangan.
Dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan
jasmani itu harus mancakup tujuan dalam domain psikomotor, domain
kognitif dan domain afektif. Tujuan ini merupakan pedoman bagi guru
penjas dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai
7
melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang.
Mahendra (2008: 16) mengemukakan tentang tujuan pendidikan jasmani, bahwa
:
Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan yaitu
memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan
yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek
fisik, mental, sosial, emosiaonal dan moral.
Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi
setiap anak setinggi-tingginya. Sasaran pendidikan jasmani pada dasarnya
adalah tujuan yang akan dicapai dalam program pendidikan jasmani itu
sendiri.
Pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik anak. Para ahli
sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan “alat” untuk membina anak
muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang
aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat disepanjang
hayatnya. Tujuan ini akandicapai melalui penyediaan pengalaman langsung
dan nyata berupa aktivitas jasmani.
4. Manfaat Pendidikan Jasmani di SMP
Terdapat dalam KTSP (2004: 5) menerangkan tentang manfaat pendidikan
jasmani baik untuk guru maupun siswa yaitu, Guru yang efektik akan
mempertahankan fokus pembelajaran secara ketat tetapi dalam konteks yang
menyenangkat dan penuh rasa persahabatan. Dalam kata mutiara tersebut
terdapat makna yang sangat baik bagi manfaat pendidikan jasmani. Guru yang
tau akan situasi dalam pembelajaran akan selalu pintar dalam mengkondisikan
siwanya. Manfaatnya akan terasa bagi siswa maupun bagi guru itu sendiri.
Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasana anak untuk
menekan bergerak. Kebutuhan merekan akan gerak tidak bisa terpenuhi karena
keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah tidak menyediakan
wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Penyelenggara pendidikan di sekolah
yang lebih mengutamakan prestasi akademis, memberikan anak tugas-tugas
yang menumpuk.
Kehidupan sekolah yang demikian berkombinasi pula dengan kehidupan di
8
rumah dan lingkungan luar sekolah.Jika di sekolah anak kurang bergerak, di
rumah keadaannya juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat
ini, mengungkung anak dalam lingkungan kurang gerak. Anak semakin asyik
dengan kesenangannya seperti menonton TV atau bermain Video Game. Tidak
mengherankan bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak semakin menurun.
Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala
penyakit hipokinetik (kurang gerak).
Pendidikan jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga
kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan dengan
baik, anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya.
Pendidikan jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi
lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga
kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah
anak menemuka saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali
keceriannya, sambil terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.
Menurut Mahendra (2008: 11), manfaat pendidikan jasmani di sekolah dasar
mencakupsebagai berikut :
1) Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
2) Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
3) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
4) Menyalurkan energi yang berlebihan
5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental
maupun emosional.
Peranan pendidikan jasmani di sekolah dasar cukup unik, karena turut
mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk
menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut
para ahli, pola pertumbuhan anak usia sekolah menjelangakil balig atau remaja
disebut pola pertumbuhan lambat. Pola ini merupakan kebalikan dari pola
pertumbuhan cepat yang dialami anak ketika mereka baru lahir hingga usia lima
tahunan. Mahendra (2008: 12) menerangkan bahwa ketika memasuki masa
pertumbuhan cepat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan
baru berjalan lambat. Sebaliknya, dalam masa pertumbuhan yang lambat,
kemampuan untuk mempelajari keterampilan meningkat.
9
5. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani di SMP
Penjas di sekolah diberikan pada setiap semester mulai dari kelas satu semester
satusampai kelas enam semester dua. Pembelajarannya lebih ditekankan pada
usaha untuk memacu dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani,
mental, emosional dan sosial. Materi pokok yang mengacu pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006: 61) meliputi :
1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani dan
olahraga yang terpilih
2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik
3) Meningkatkan kemampuan keterampilan gerak dasar
4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi
nilai-nilai yangterkandung di dalam Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan.
Dari point-point di atas dapat diketahui bahwa di dalam
pendidikan jasmani tidak hanya untuk meningkatkan pertumbuhan
fisik saja melainkan dapat mengembangkan tentang fsikis, moral
ataupun kejiwaan manusia. Beberapa macam ruang lingkup materi
penjas yang diberikan di sekolah dasar meliputi kegiatan pokok yang
mengacu pada KTSP (Depdiknas, 2006:12) meliputi :
a. Permainan dan Olahraga
Berisikan tentang kegiatan berbagai jenis olahraga dan permainan,
baik terstruktur maupun tak terstruktur yang dilakukan secara
perorangan maupun beregu. Dalam aktivitas ini termasuk juga
pengembangan system nilai seperti : kerjasama, sportivitas, juga
berfikir kritis dan patuh pada peraturan yang berlaku.
b. Aktivitas Pengembangan
Berisikan tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang
ideal dan pengembangan kebugaran jasmani serta nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya, seperti kekuatan, daya tahan, kelenturan, keseimbangan dan lain-
lain.
c. Uji Diri / Senam
Berisikan tentang kegiatan yang berhubungan dengan ketangkasan seperti :
senam lantai, senam alat dan aktivitas fisik lainnya, yang bertujuan untuk
melatih keberanian dan kapasitas diri.
d. Aktivitas ritmik
Berisikan tentang kegiatan seni gerak berirama. Dalam proses pembelajaran
menfokuskan pada kesesuaian dan keterpaduan antara gerak dan irama.
e. Akuatik (Aktivitas air)
Berisikan tentang kegiatan di air seperti ; permainan air, renang dan
keselamatan di air serta estetika di kolam renang.
f. Pendidikan luar sekolah (Out Door Education).
Berisikan tentang kegiatan di luar kelas atau sekolah dan di alam bebas lainnya
seperti : Bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian atau
nelayan,berkemah dan kegiatan yang bersifat kepetualangan (mendaki gunung,
9
10
menelusuri sungai dan lain-lain) serta unsur prilaku yang berkaitan dengan
alam bebas.
Pada kenyataannya pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang
sungguh luas dengan titik perhatian pada peningkatan gerak manusia. Seperti
pendapat Mahendra(2003 : 3) bahwa :
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas
individu, baik dalam hal fisik, mentalserta emosional. Pendidikan jasmani
memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total daripada
hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya.
Program pendidikan jasmani disesuaikan dengan tahap perkembangan
keterampilan gerak anak. Perkembangan keterampilan gerak merupakan inti
dari program pendidikan jasmani di SD, yang diartikan sebagai
perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar yang
berkaitan dengan olahraga. Keterampilan gerak ini dikembang dan
dihaluskan sehingga tahap tertentu untuk memungkinkan siswa mampu
melakukan dengan tenaga yang hemat dan sesuai dengan keadaan
lingkungan. Kemampuan gerak dasar yang berkembang dapat diterapkan
dalam aneka permainan, olahraga dan aktivitas jasmani yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari.
A. Lempar Lembing
Lempar lembing (javelin throw) merupakan salah satu nomor dalam
cabang olahraga atletik yang begitu mengesankan. Cara kerjanya mirip
seperti nomor lempar yang lain. Tujuan lempar lembing adalah untuk
memperoleh jarak lemparan sejauh-jauhnya. Lembing yang digunakan dalam
hal ini mirip seperti tombak berujung runcing.
Seorang atlet lempar lembing mengandalkan kekuatan otot tangan, kaki
hingga pinggul. Atlet lempar lembing juga membutuhkan kecepatan, gaya
khusus dan teknik yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
11
Lempar lembing merupakan salah satu olahraga yang diperlombakan
dalam Olimpiade. Di Indonesia, lempar lembing cukup populer. Terutama
bagi mereka yang menggeluti dunia atletik. Indonesia juga memperlombakan
lempar lembing dalam kejuaraan tingkat nasional. Misalnya Pekan Olahraga
Nasional (PON).
B. Media Belajar
Media berasal dari bahasa Latin merupakan bentuk jamak dari medium
yang secara harfiah berarti, perantara atau pengantar, yaitu perantara atau
pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli yang dikutip
Sudrajat memberikan definisi tentang media pembelajaran diantaranya, schram
(1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Sementara, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah
sarana fisik untuk menyampaikan isi/ materi pembelajaran seperti : buku, film,
video dan sebagainya. Sedangkan National Education Association (1969)
mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam
bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurka pesan, dapat
merangsang pikiran, perasaan, dam kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dalam kaitanya
dengan efektivitas belajar Brown (1973) yang juga dikutip Sudrajat
mengengkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dapat mempengaruhi tehadap efektivitas pembelajaran.
Lebih lanjut Sudrajat (2007) menuliskan tentang beberapa fungsi media
diantaranya : (1). Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.
Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh
peserta didik tentang suatu objek, disebabkan : (a). objek terlalu besar; (b).
objek terlalu kecil; (c). objek yang bergerak terlalu lambat; (d). objek yang
bergerak terlalu cepat; (e). objek yang terlalu komplek; (f). objek yang
bunyinya terlalu halus; (g). objek mangandung bajaya dan resiko tinggi.
12
12
Melalui penggunaan nedia yang tepat, maka semua objek dapat disajikan
kepada peserta didik. (2). Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi
langsung antara peserta didik dengan lingkungannya; (3). Media
membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar; (4). Media
memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai
dengan yang bastrak.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat, Waktu Penelitian dan Jumlah Siswa
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “ Upaya Meningkatkan Efektivitas KBM
Lempar Lembing dengan Media Modifikasi Bola berekor “ ini dilaksanakan di
kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari mulai 4 s.d 25 Maret 2023
3. Jumlah Siswa
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan dengan
jumlah siswa putri 14 orang dan putra 18 orang, jadi jumlah total 32 orang siswa.
C. Indikator Efektivitas Belajar
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengukur sejauh mana efektivitas
KBM Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor,
indikator dari efektivitas belajar adalah meningkatnya hasil belajar siswa (Rivai: ),
dengan kata lain bahwa untuk melihat efektif tidaknya sebuah proses
pembelajaran bisa dilihat dari pencapaian hasil pembelajarannya. Berikut ini
Tabel 1 Indikator Hasil Belajar Siswa.
Tabel 1
Indikator Hasil Belajar Siswa
No Aspek Ketuntasan Kriteria
1 Awalan 80 - 100%
60 – 79%
40 – 59%
20 – 39%
0 – 19%
Sangat Efektif
Efektif
Cukup efektif
Kurang efektif
Tidak efektif
2 Cara Melempar 80 - 100%
60 – 79%
40 – 59%
Sangat Efektif
Efektif
Cukup efektif
14
20 – 39%
0 – 19%
Kurang efektif
Tidak efektif
3 Sikap Akhir 80 - 100%
60 – 79%
40 – 59%
20 – 39%
0 – 19%
Sangat Efektif
Efektif
Cukup efektif
Kurang efektif
Tidak efektif
Tabel 2
Indikator Keaktifan Siswa
No Aspek Keaktifan Siswa Kriteria
1 Aktivitas siswa
dalam belajar
Lempar Lembing
80 - 100%
60 – 79%
40 – 59%
20 – 39%
0 – 19%
Sangat Aktif
Aktif
Cukup Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
Tabel 3
Indikator Aktivitas Guru
No Aspek Keaktifan Guru Kriteria
1 Aktivitas guru
dalam mengajar
Lempar Lembing
80 - 100%
60 – 79%
40 – 59%
20 – 39%
0 – 19%
Sangat Aktif
Aktif
Cukup Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
15
Tabel 4
Indikator Respon (Tingkat Kepuasan Belajar) Siswa
No Aspek
Tingkat Kepuasaan
Belajar Siswa
Kriteria
1 Respon siswa
terhadap proses
Belajar Lempar
Lembing
80 - 100%
60 – 79%
40 – 59%
20 – 39%
0 – 19%
Sangat Puas
Puas
Cukup Puas
Kurang Puas
Tidak Puas
4. Gambaran Umum Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur atau
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam
kegiatan yang berbentuk siklus penelitian. Setiap siklus penelitian terdiri dari
empat kegiatan pokok yaitu, perencanaan, tindakan pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.
i. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data penelitian, dilakukan dengan cara menentukan sumber
data terlebih dahulu, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan
instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat
pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 5
Teknik Pengumpulan Data
No Sumber Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Instrumen
1 Siswa Aktivitas siswa
dalam belajar
Lempar Lembing
Observasi Pedoman
Observasi
2 Guru Aktivitas guru
dalam mengajar
Lempar Lembing
Observasi Pedoman
Observasi
16
3 Siswa Hasil Belajar
siswa
Tes Siswa
melakukan awalan,
cara melempar,
sikap akhir
4 Siswa Respon siswa
(tingkat
Kepuasan
Belajar) terhadap
proses Belajar
Lempar Lembing
Penyebaran angket
Angket kepuasan
belajar siswa
b. Rencana Penelitian
Rencana yang disusun untuk penelitian ini , diawali dengan kegiatan studi
awal, refleksi awal, pelaksanaan siklus penelitian, dan penarikan kesimpulan.
17
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah melakukan dan menyelesaikan 2 siklus penelitian , peneliti bersama
rekan guru yang bertindak sebagai kolaborator yang melakukan pengamatan,
melakukan diskusi dan refleksi, maka di dapat hasil seperti terlihat pada Tabel 6
Tabel 6
Hasil Tiap Aspek pada Tindakan 1
No Aspek Penelitian Siklus
Penelitian
Tindakan
1 Aktivitas siswa dalam
belajar Lempar Lembing
70 % Perlu ditingkatkan dengan
berbagai formasi dan
permainan
2 Aktivitas guru dalam
mengajar Lempar
Lembing
95 % Perlu ditingkatkan dengan
melihat kembali RPP
3 Hasil Belajar siswa
Awalan Pa
Cara Melempar Pi
Cara Melempar Pa
Sikap Akhir Pa
Sikap Akhir Pi
95%
70%
80%
80%
60%
Perlu ditingkatkan kembali
terutama putri yang harus
mendapat perhatian lebih,
terutama pada aspek cara
melempar dan sikap akhir :
porsi mengulang di tambah
untuk putri
Hasil Tiap Aspek pada Tindakan :
1. Aktivitas siswa dalam belajar Lempar Lembing 80 % Cukup
2. Aktivitas guru dalam mengajar Lempar Lembing 100% Cukup
3. Hasil Belajar siswa Awalan Pa 100% Ada peningkatan, bagi yang belum bisa
menuntaskan belajar, di Remedial
4. Respon siswa terhadap proses Belajar Lempar Lembing 85% Cukup
Tabel 7
Hasil Tiap Aspek Selama 2 Siklus
No Aspek Hasil tiap aspek
selama 2 siklus
Siklus
Peningkatan
1. Aktivitas siswa dalam belajar
Lempar Lembing
70 % 80 % 10%
2. Aktivitas guru dalam mengajar
Lempar Lembing
95% 100 % 5%
3. Hasil Belajar siswa Awalan Pa
Hasil Belajar siswa Awalan Pi
95% 100%
70% 80%
5%
10%
4. Respon siswa terhadap proses
belajar Lempar Lembing
85% 85%
18
B. Pembahasan
1. Aktivitas Siswa dalam Belajar Lempar Lembing
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa pada siklus penelitian dengan 2
siklus penelitian pada proses pembelajaran Lempar Lembing menunjukan
adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus pertama sampai siklus kedua
seperti terlihat pada Tabel 7
Tabel 8
Aktivitas Siswa
Nomor Siklus Penelitian Tindakan Aktifitas
1 Pertama 70%
2 Kedua 80%
Rata-rata 75%
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada dua siklus penelitian pada
pembelajaran Lempar Lembing dengan bola berekor menunjukan adanya
peningkatan aktivitas siswa dari siklus pertama sampai siklus kedua seperti
terlihat pada Tabel 8 .
Dari Tabel 8 di atas, terlihat bahwa siklus pertama aktivitas siswa mencapai
70%, kemudian pada siklus kedua mencapai 85% ini berarti ada
peningkatan 15% setelah ada treathment atau perbaikan pada siklus kedua,
sehingga rata-rata keaktifan siswa selama dua siklus adalah 75%. Mengacu
pada Indikator Keaktifan Siswa pada Tabel 2, kisaran angka 75% memiliki
kriteria Aktif. Dengan kata lain, siswa selama mengikuti pembelajaran
Lempar Lembing dengan media modifikasi bola berekor bergerak aktif baik
saat mendapat tugas dari guru atau pun inisiatif sendiri.
19
1. Aktivitas Guru Dalam Mengajar Lempar Lembing
Tabel 9
Aktivitas Guru
Nomor Siklus Penelitian Tindakan Aktifitas
1 Pertama 95%
2 Kedua 100%
Rata-rata 97,5%
Berdasarkan hasil pengamatan oleh rekan guru aktivitas guru dalam mengajar
Lempar Lembing dengan media modifikasi bola berekor mengalami kenaikan
aktivitas.
Pada Tabel 9 nampak bahwa aktivitas mengajar guru pada siklus pertama
mencapai tingkat pencapaian 95%, sedangkan pada siklus kedua setelah
melakukan treatment pada proses pembelajaran, aktivitas guru mencapai 100%.
Ini berarti ada kenaikan aktivitas guru sebesar 5%, sehingga rata-rata aktivitas
guru pada dua siklus mencapai 97,5%.
Mengacu pada Indikator Aktivitas Guru pada Tabel 3, besaran angka 97,5%
termasuk kriteria Sangat Aktif. Ini artinya guru dalam mengajar betul-betul sesuai
dengan skenario pembelajaran atau RPP.
20
18
2. Hasil Belajar
Tabel 10
Hasil Belajar Siswa
No Siklus Penelitian Aspek
Jenis
Kelamin
Ketuntasan
Belajar
1 Pertama Awalan Pa
Pi
95%
70%
Cara Melempar Pa
Pi
80%
60%
Sikap Akhir Pa
Pi
80%
65%
2 Kedua Awalan Pa
Pi
100%
80%
Cara Melempar Pa
Pi
90%
80%
Sikap Akhir Pa
Pi
90%
80%
Berdasarkan hasil tes praktik yang dilakukan kepada siswa, dari mulai awalan,
cara melempar, dan sikap akhir Lempar Lembing, pada akhir siklus ternyata
mendapat kenaikan.
Dari Tabel 10 terlihat bahwa untuk siklus pertama hasil tes praktik Awalan
mencapai, putri 70%, dan putra 95%. Ini artinya, ada sebanyak 12 orang siswa
putri yang mampu menuntaskan pembelajaran dari 14 orang, dan ada 18 orang
siswa putra yang mampu menuntaskan pembelajaran dari 18 orang.
Masih pada siklus pertama, hasil tek praktik cara melempar mencapai, putri
60% dan putra 80%. Ini artinya, ada sebanyak 10 orang putri yang mampu
menuntaskan pembelajaran, dan 14 orang putra yang mampu menuntaskan
pembelajaran.
Dari siklus pertama, hasil tes praktik sikap akhir mencapai 65% putri, dan 80%
putra. Ini artinya ada 11 orang putri yang mampu menuntaskan pembelajaran, dan
ada 14 orang putra yang mampu menuntaskan pembelajaran.
21
Pada siklus kedua dari Tabel 10 terlihat ada peningkatan pada tes praktik tiap
aspek. Pada tes praktik awalan mencapai 100% putra, dan 80% putri. Ini berarti
bahwa ada 18 orang siswa yang mampu menuntaskan pembelajarannya, artinya
untuk putra semua siswa mampu menuntaskan pembelajarannya, dan untuk putri
ada 14 orang yang mampu menuntaskan pembelajarannya.
Pada tes praktik cara melempar terlihat mencapai 90% putra dan 80% putri. Ini
berarti ada sebanyak 16 orang putra yang mampu menuntaskan pembelajaran, dan
14 orang siswa putrid yang mampu menuntaskan pembelajaran.
Sementara pada tes praktik sikap akhir persentase mencapai 90% putra dan
80% untuk putrid. Ini artinya bahwa ada 16 orang putra yang mampu
menuntaskan pembelajaran , dan ada 14 orang putri yang mampu menuntaskan
pembelajaran.
Aspek Awalan pada siklus pertama mencapai 95% putra, dan 70% untuk putri,
sedangkan pada siklus kedua putra mencapai 100% dan putri 80%. Ada kenaikan
5% untuk putra dan ada lonjakan kenaikan 20% untuk putri, dan rata-rata
ketuntasan belajar untuk aspek Awalan mencapai 97,5% putra dan putri mencapai
75%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase
tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Awalan pada Lempar Lembing dengan
menggunakan media modifikasi bola berekor, berkategori Sangat Efektif untuk
putra dan efektif untuk putri.
Aspek Cara Melempar pada siklus pertama mencapai 80% putra, dan 60% untuk
putri, sedangkan pada siklus kedua putra mencapai 90% dan putri 80%. Ada
kenaikan 10% untuk putra dan ada lonjakan kenaikan 20% untuk putri, dan rata-
rata ketuntasan belajar untuk aspek Awalan mencapai 85% putra dan putri
mencapai 70%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1,
persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Cara Melempar pada
Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor,
berkategori Sangat Efektif untuk putra dan efektif untuk putri.
Aspek Sikap Akhir pada siklus pertama mencapai 80% putra, dan 65% untuk
putri, sedangkan pada siklus kedua putra mencapai 90% dan putri 80%. Ada
kenaikan 10% untuk putra dan ada lonjakan kenaikan 15% untuk putri, dan rata-
rata ketuntasan belajar untuk aspek Awalan mencapai 85% putra dan putri
22
mencapai 72,5%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1,
persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Sikap Akhir pada Lempar
Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor, berkategori
Sangat Efektif untuk putra dan efektif untuk putri.
3. Respon Siswa Terhadap Proses Pembelajaran
Berdasarkan angket respon, yang disebarkan kepada siswa setelah selesai
pelaksanaan pembelajaran siklus kedua, dapat dinyatakan bahwa pada umumnya
siswa kelas VII bersikap positif terhadap proses pembelajaran Lempar Lembing
dengan menggunakan media modifikasi bola berekor , seperti terlihat pada Tabel
10
Tabel 11
Respon (Tingkat Kepuasan Belajar ) Siswa
No Pertanyaan Jawaban
1. Selama mengikuti pembelajaran
Lempar Lembing dengan
menggunakan media modifikasi
bola berekor, bagaimana
perasaanmu ?
a. Senang = 85%
b. Biasa-biasa saja = 10%
c. Tidak senang = 5%
2. Apakah penggunaan bola berekor
sebagai pengganti Lembing,
tanggapanmu ?
a. Menyusahkan belajar = 5%
b. Biasa-biasa saja = 10%
c. Memudahkan belajar = 85%
3. Sampaikan pendapat atau
harapanmu tentang media bola
berekor sebagai pengganti
Lembing,…
a. Bisa diteruskan, dengan
alasan,… = 90 %
1). Memudahkan belajar = 80%
2). Selama belum ada Lembing
yang sesungguhnya = 10%
b. Jangan diteruskan, dengan
alasan…… = 10%
1). Menyusahkan belajar = 2%
2). Segera harus diganti = 8%
4. Bagaimana pendapatmu tentang
perintah atau tugas-tugas selama
a. Mudah = 80%
b. Biasa-biasa saja = 10%
23
proses pembelajaran berlangsung ? c. Susah = 10%
Dari Tabel 11 dapat dinyatakan bahwa siswa yang merasa senang dengan
pembelajaran Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola
berekor 85%, sedangkan yang menyatakan biasa-biasa saja 10%, dan merasa tidak
senang 5%. Kondisi ini berarti, bahwa sebagian besar siswa menikmati proses
pembelajaran Lempar Lembing dengan media modifikasi bola berekor. Dalam
kaitannya dengan fungsi bola berekor sebagai pengganti Lembing sesungguhnya
ditanggapi positif oleh siswa, dengan pernyataan bahwa sebanyak 85%
menyatakan bola berekor memudahkan dalam proses pembelajaran Lempar
Lembing, sebanyak 10% menyatakan biasa-biasa saja, dan hanya sebesar 5% yang
merasa disusahkan.
Ketika dimintai tanggapan tentang kelanjutan pembelajaran Lempar Lembing
dengan menggunakan media modifikasi bola berekor, sebagian besar siswa
menyatakan bisa dilanjutkan 90%, dengan alasan memudahkan belajar 80%, dan
selama Lembing belum ada 10%, sementara siswa yang menyatakan jangan
diteruskan sebanyak 10%, dengan alasan menyusahkan pembelajaran sebesar 2%,
dan sisanya 8% menyatakan harus segera diganti.
Lalu terkait dengan perintah atau tugas-tugas selama proses pembelajaran
berlangsung, tanggapanya juga sebagian besar positif, yaitu 80% menyatakan
mudah, 10% menyatakan biasa-biasa saja, dan yang menyatakan susah hanya
sebesar 10%.
Mengacu pada Indikator Respon (Tingkat Kepuasan Belajar) Siswa, maka rata-
rata tingkat respon siswa 85%, mempunyai kriteria Sangat Puas. Kriteria ini
menggambarkan bahwa siswa betul-betul merasa enjoy dan sangat menikmati
pembelajaranya.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil temuan, analisis data dan refleksi pada setiap siklus serta
pembahasan yang telah disajikan dalam bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan
kesimpulan dan saran, sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “ Upaya Meningkatkan Efektivitas
KBM Lempar Lembing dengan Menggunakan Media Modifikasi Bola berekor ,
PTK di Kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan Kab Cirebon “ menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut :
Pertama, aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran Lempar
Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor di kategorikan
aktif. Dan setelah dilakukan siklus kedua, aktivitas siswa mengalami peningkatan
keaktifan rata-rata sebesar 75% . Kalau mengacu pada Indikator Keaktifan Siswa
maka besaran keaktifan sebesar 75% termasuk kriteria Aktif.
Kedua, bahwa aktivitas mengajar guru pada siklus pertama mencapai
tingkat pencapaian 95%, sedangkan pada siklus kedua setelah melakukan
treatment pada proses pembelajaran, aktivitas guru mencapai 100%. Ini berarti
ada kenaikan aktivitas guru sebesar 5%, sehingga rata-rata aktivitas guru pada dua
siklus mencapai 97,5%. Mengacu pada Indikator Aktivitas Guru , besaran angka
97,5% termasuk kriteria Sangat Aktif.
Ketiga rata-rata Ketuntasan Belajar untuk aspek Awalan mencapai 97,5%
putra dan putri mencapai 75%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada
Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Awalan pada
Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor,
berkategori Sangat Efektif untuk putra dan efektif untuk putri.
Rata-rata ketuntasan belajar untuk aspek Cara Melempar mencapai 85%
putra dan putri mencapai 70%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada
Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Cara Melempar
pada Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor,
berkategori Sangat Efektif untuk putra dan Efektif untuk putri.
25
Rata-rata Ketuntasan Belajar untuk aspek Sikap Akhir mencapai 85% putra dan
putri mencapai 72,5%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1,
persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Sikap Akhir pada Lempar
Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor, berkategori
Sangat Efektif untuk putra dan Efektif untuk putri. Keempat, respon siswa
mengacu pada Indikator Respon Siswa, maka rata-rata tingkat respon siswa 85%,
mempunyai kriteria Sangat Puas.
B. Saran
a. Umum
1. Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian sederhana yang sangat
gampang dilakukan, karena berangkat dari pekerjaan kita sehari-hari, yaitu
mengajar !
2. Agar mampu melakukan PTK, laksanakan dengan rumus 3M : Memulai !
Memulai ! dan Memulai !
3. Milikilah segera kepribadian guru professional sebagai berikut :
- Gemar menambah wawasan dengan : membaca buku, ikut seminar, diskusi,
work shop atau temu ilmiah lainnya, surfing di internet untuk menemukan
jurnal-jurnal penelitian, Fokus pada pekerjaan !
- Menikmati dan mencintai pekerjaan dengan cara : menganggap sekolah
adalah rumah kita ! siswa adalah anak-anak kita ! rekan kerja sebagai
saudara-saudara kita ! kelas adalah ruangan belajar kita ! Materi pelajaran
anggap saja makanan yang renyah, seperti pop corn !
b. Khusus
1. Perencanaan dan persiapan penelitian harus dilakukan sedetail mungkin
2. Kolaborator sebagai pendamping pengamat sebaiknya yang sesuai dengan
mata pelajaran yang di-PTK-kan agar memahami permasalahan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2008: 3). Metode Prnelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Untuk Sekolah
Dasar. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Ditjen
Dikdasmen
Kamus Bahasa Indonesia
Kasbolah, Kasihani. (1999). Penelitian tindakan Kelas (PTK). Jakarta :
Depdikbud.
Remaja Rosda Karya Ateng, Abdulkadir. (1992). Asas dan landasan
pendidikan jasmani. Jakarta : Depdikbud : Dirjen
Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Rivai, H Veithzal ( ) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Belajar
Mahasiswa.
Sudrajat, Ahkmad (2007). Media Pembelajaran.
Artikel.http://ahkmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/media
pembelajaran/
Sukintaka. (2004: 55). Tujuan Pendidikan Jasmani, Jakarta : Depdikbud
Surya, Mohamad (2004). Psikologi Pembelajaran & Pengajaran. Bandung.
Pustaka Bani Quraisy.
Wiryaatmadja, Roschianti. (2008). Metode Prnelitian Tindakan Kelas.
Bandung : PT. RemajaRosda Karya.
27

More Related Content

Similar to PTK Lempar lembing PENJAS 2023 kelas 7.pdf

Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core danis ag...
Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core   danis ag...Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core   danis ag...
Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core danis ag...
Danis Firsha-Qie
 
Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core danis ag...
Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core   danis ag...Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core   danis ag...
Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core danis ag...
Danis Firsha-Qie
 
Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Maryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
Pengayaan IPA SMP.pdf
Pengayaan IPA SMP.pdfPengayaan IPA SMP.pdf
Pengayaan IPA SMP.pdf
HermaWati44
 
Kelistrikan Mesin
Kelistrikan MesinKelistrikan Mesin
Kelistrikan Mesin
lombkTBK
 
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdfMAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
PUTERAEHSAN
 
Makalah kelompok4 mbs smester 1 (1)
Makalah kelompok4 mbs smester 1 (1)Makalah kelompok4 mbs smester 1 (1)
Makalah kelompok4 mbs smester 1 (1)
ArfanFadiah
 
Makalah kelompok4 mbs smester 1
Makalah kelompok4 mbs smester 1Makalah kelompok4 mbs smester 1
Makalah kelompok4 mbs smester 1
ArfanFadiah
 
LAPORAN MAGANG I di SMA Negeri 1 Doro
LAPORAN MAGANG I di SMA Negeri 1 DoroLAPORAN MAGANG I di SMA Negeri 1 Doro
LAPORAN MAGANG I di SMA Negeri 1 Doro
Yoollan MW
 
LAPORAN PTK -PPL 1.pdf
LAPORAN PTK -PPL 1.pdfLAPORAN PTK -PPL 1.pdf
LAPORAN PTK -PPL 1.pdf
NhenuAkmal
 
Laporan Penerapan Metode Pembelajaran di TK
Laporan Penerapan Metode Pembelajaran di TKLaporan Penerapan Metode Pembelajaran di TK
Laporan Penerapan Metode Pembelajaran di TK
Relly Meiwati
 
Laporan best practice andi patria 201903013
Laporan best practice andi patria 201903013Laporan best practice andi patria 201903013
Laporan best practice andi patria 201903013
Andi Patria
 
Mekanika Teknik
Mekanika TeknikMekanika Teknik
Mekanika Teknik
lombkTBK
 
Mekanika teknik
Mekanika teknikMekanika teknik
Mekanika teknik
Endang Hastutiningsih
 
Mekanika Teknik
Mekanika TeknikMekanika Teknik
Mekanika Teknik
lombkTBK
 
Kelas 3 sma_fisika_sri_handayani
Kelas 3 sma_fisika_sri_handayaniKelas 3 sma_fisika_sri_handayani
Kelas 3 sma_fisika_sri_handayaniNurul Kusuma
 
10 laju reaksi
10 laju reaksi10 laju reaksi
10 laju reaksi
Eko Supriyadi
 

Similar to PTK Lempar lembing PENJAS 2023 kelas 7.pdf (20)

Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core danis ag...
Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core   danis ag...Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core   danis ag...
Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core danis ag...
 
Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core danis ag...
Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core   danis ag...Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core   danis ag...
Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core danis ag...
 
Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
 
Warnwt
WarnwtWarnwt
Warnwt
 
Pengayaan IPA SMP.pdf
Pengayaan IPA SMP.pdfPengayaan IPA SMP.pdf
Pengayaan IPA SMP.pdf
 
Kelistrikan Mesin
Kelistrikan MesinKelistrikan Mesin
Kelistrikan Mesin
 
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdfMAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
 
Makalah kelompok4 mbs smester 1 (1)
Makalah kelompok4 mbs smester 1 (1)Makalah kelompok4 mbs smester 1 (1)
Makalah kelompok4 mbs smester 1 (1)
 
Makalah kelompok4 mbs smester 1
Makalah kelompok4 mbs smester 1Makalah kelompok4 mbs smester 1
Makalah kelompok4 mbs smester 1
 
LAPORAN MAGANG I di SMA Negeri 1 Doro
LAPORAN MAGANG I di SMA Negeri 1 DoroLAPORAN MAGANG I di SMA Negeri 1 Doro
LAPORAN MAGANG I di SMA Negeri 1 Doro
 
LAPORAN PTK -PPL 1.pdf
LAPORAN PTK -PPL 1.pdfLAPORAN PTK -PPL 1.pdf
LAPORAN PTK -PPL 1.pdf
 
Laporan Penerapan Metode Pembelajaran di TK
Laporan Penerapan Metode Pembelajaran di TKLaporan Penerapan Metode Pembelajaran di TK
Laporan Penerapan Metode Pembelajaran di TK
 
Cover bapak
Cover bapakCover bapak
Cover bapak
 
Laporan best practice andi patria 201903013
Laporan best practice andi patria 201903013Laporan best practice andi patria 201903013
Laporan best practice andi patria 201903013
 
Mekanika Teknik
Mekanika TeknikMekanika Teknik
Mekanika Teknik
 
Mekanika teknik
Mekanika teknikMekanika teknik
Mekanika teknik
 
Mekanika Teknik
Mekanika TeknikMekanika Teknik
Mekanika Teknik
 
Kelas 3 sma_fisika_sri_handayani
Kelas 3 sma_fisika_sri_handayaniKelas 3 sma_fisika_sri_handayani
Kelas 3 sma_fisika_sri_handayani
 
10 laju reaksi
10 laju reaksi10 laju reaksi
10 laju reaksi
 
Laju reaksi
Laju reaksiLaju reaksi
Laju reaksi
 

PTK Lempar lembing PENJAS 2023 kelas 7.pdf

  • 1. UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KBM LEMPAR LEMBING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODIFIKASI BOLA BEREKOR ( PTK di Kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan ) Penelitian ini disusun untuk memenuhi bahan kebutuhan penelitian sekolah. disusun oleh : MUHAMAD YUSUF NURUDIN, S.Pd. NIP 19891223 202221 1 005 DINAS PENDIDIKAN PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON SMP NEGERI 3 PALIMANAN TAHUN AJARAN 2022 - 2023
  • 2. LEMBAR PENGESAHAN UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KBM LEMPAR LEMBING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODIFIKASI BOLA BEREKOR ( PTK di Kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan ) Diajukan untuk pengembangan Media Pembelajaran Oleh : MUHAMAD YUSUF NURUDIN, S.Pd. NIP 19891223 202221 1 005 DISETUJUI OLEH Tanggal : 06 Juni 2023 ABIDIN, S.Pd NIP .19670511 199003 1 004
  • 3. KATA PENGANTAR Alhamdulillah , puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi berbagai kenikmatan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan Karya Tulis, berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, tepat sesuai dengan target. Permasalahan yang timbul dalam keseharian ketika penulis mengajar, memberikan inspirasi bagi terlaksananya Penelitian Tindakan Kelas ini. Dengan segala keterbatasan dan wawasan yang penulis miliki, penulis sangat sadar sekali bahwa Karya Tulis sederhana ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis berharap adanya masukan berupa kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak bagi perbaikan penulisan sejenis kedepannya. Dan kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini penulis ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya, terutama kepada keluarga tercinta, istri dan anak tercinta, yang terus menerus menjadi motivator dan inspirator kebaikan dan kemuliaan. Semoga mereka menjadi hamba-hamba Allah SWT yang istiqamah, dan kepada sahabat-sahabat semoga kebaikan sahabat di balas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Amin. Terakhir, penulis berharap bahwa karya tulis sederhana ini bisa memberi inspirasi kepada semua pihak terutama sahabat-sahabat saya, guru penjas orkes di manapun, yang kebetulan membaca karya tulis ini. Aamiin. Cirebon, Juni 2023 Hormat Penulis i
  • 4. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2 C. Pemecahan Masalah .................................................................................... 2 D. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 3 E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3 F. Manfaat ........................................................................................................ 3 BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 5 A. Kajian Teoritis............................................................................................. 5 1. Hakikat Pendidikan Jasmani ....................................................................... 5 2. Pengertian Pendidikan Jasmani ................................................................... 6 3. Tujuan Pendidikan Jasmani di SMP ........................................................... 7 4. Manfaat Pendidikan Jasmani di SMP ......................................................... 8 5. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani di SMP .............................................. 9 B. Lempar Lembing ........................................................................................ 10 C. Media Belajar .............................................................................................. 12 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Waktu dan Jumlah Siswa .............................................................. 13 B. Indikator Efektivitas belajar ........................................................................ 13 C. Gambaran Umum Penelitian ...................................................................... 15 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 18 B. Pembahasan................................................................................................. 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.................................................................................................. 25 B. Saran............................................................................................................ 26 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27 ii
  • 5. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana prasarana merupakan salah satu bagian yang strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, lengkap dan tidak lengkapnya sarana prasarana pembelajaran turut mempengaruhi maksimal dan tidak maksimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Sarana yang lengkap bisa memudahkan guru untuk mengejar target-target tertentu yang menjadi tujuan pembelajaranya. Begitu sebaliknya, sarana yang tidak lengkap akan menyulitkan bagi guru dalam mencapai target-target tujuan pembelajaranya. Ini pula yang terjadi pada pembelajaran Lempar Lembing di SMP Negeri 3 Palimanan, Kondisi nyata di sekolah, media Lembing hanya tersedia 6 Lembing. Sementara rata-rata siswa di SMP Negeri 3 Palimanan berjumlah 30 – 32 orang, jadi komparasi antara jumlah Lembing dan jumlah siswa adalah 1 : 16 putra/putri. Jelas dari gambaran tersebut bahwa proses pembelajaran Lempar Lembing menjadi tidak efektif, dan akibatnya bahwa target kurikulum menjadi sangat rendah. Situasi dan kondisi ini sudah berjalan cukup lama dan sekolah sampai detik ini belum bisa memenuhi sarana Lembing tersebut sampai batas yang cukup memadai atau kondisi ideal, misalnya dengan perbandingan 1 : 2 ( 1 Lembing untuk 2 orang ). Hal ini bisa dimengerti, karena sekolah mempunyai kebutuhan yang sangat banyak dan hampir semuanya mempunyai tingkat urgensitas yang tinggi untuk di penuhi oleh sekolah. Sehingga menuntut sekolah untuk menyediakan Lembing sesuai dengan kondisi ideal, merupakan suatu yang tidak realistis dan lebih jauhnya bisa menimbulkan gejolak dan iklim yang tidak kondusif di sekolah. Oleh karena itu perlu sebuah pemecahan masalah yang sederhana dan bisa dilakukan oleh guru. Melihat permasalahan di atas, maka satu pemikiran yang muncul adalah bahwa perlu adanya sebuah media alternatif modifikatif untuk mengganti Lembing yang memang cukup mahal. Media alternatif 1
  • 6. modifikatif tersebut harus bersifat bisa mewakili karakteristik Lembing, murah, banyak tersedia atau mudah di dapat. Dari beberapa kriteria media alternatif modifikatif untuk mengganti Lembing tersebut nampaknya bola berekor bisa dijadikan media alternatif modifikatif untuk mengganti Lembing. Dari segi bentuk, jelas ada kemiripan dengan bentuk Lembing, dari segi ketersediaan dan harga, maka bola berekor sangat mudah sekali di bikin dan harga nya cukup terjangkau. Dari permasalahan tersebut di atas maka penulis menentukan judul Penelitian Tindakan Kelas ini “Upaya Meningkatkan Efektivitas KBM Lempar Lembing dengan Media Modifikasi Bola berekor, Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan” B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Penelitian Dari latar belakang tersebut di atas, maka Rumusan Penelitian yang diajukan adalah : Apakah media modifikasi bola berekor bisa meningkatkan efektivitas KBM Lempar Lembing di kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan? 2. Pertanyaan Penelitian 1. Sejauhmana aktivitas siswa kelas VII dalam belajar lempar Lembing ? 2. Sejauhmana aktivitas guru dalam mengajar lempar Lembing ? 3. Sejauh mana hasil belajar lempar Lembing yang dilakukan siswa dengan media modifikasi bola berekor ? 4. Sejauh mana respon siswa terhadap pembelajaran lempar Lembing dengan media modifikasi bola berekor ? C. Pemecahan Masalah Dari permasalahan tersebut di atas, sesungguhnya ada beberapa alternatif tindakan agar proses pembelajaran Lempar Lembing di kelas VII bisa menjadi efektif , diantaranya : a. Media modifikasi bola berekor b. Dengan bentuk formasi pembelajaran yang variatif c. Penyediaan Lembing yang memadai dari sekolah 2
  • 7. Maka dari beberapa alternatif pemecahan masalah belajar lempar Lembing tersebut, prioritas pemecahan masalah yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan ketidak efektifan belajar lempar Lembing di kelas VII, dengan cepat dan mudah adalah dengan menggunakan media modifikasi bola berekor dalam proses pembelajaran Lempar Lembing di kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan. D. Pelaksanaan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas VII , yaitu mulai tanggal 4 s.d 25 Maret 2023 E. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Tujuan umum dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui sejauh mana media modifikasi bola berekor bisa meningkatkan efektivitas KBM Lempar Lembing di kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan. b. Tujuan Khusus Sementara tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dalam belajar Lempar Lembing 2. Untuk mengetahui sejauh mana aktivitas guru dalam mengajar Lempar Lembing 3. Untuk mengetahui sejauh mana respon siswa terhadap pembelajaran Lempar Lembing dengan media bola berekor 4. Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar Lempar Lembing yang dilakukan siswa dengan media modifikasi bola berekor F. Manfaat - Bagi siswa, siswa lebih partisipatif dalam proses pembelajaran Lempar Lembing - Bagi guru, selain menambah pengalaman dalam penggunaan media belajar yang di modifikasi juga membuat pengajaran Lempar Lembing menjadi lebih efektif - Bagi Guru Penjas Orkes, bisa mencoba media modifikasi bola berekor dalam pembelajaran Lempar Lembing apabila Lembing tidak tersedia 3
  • 8. dalam jumlah yang memadai, dan bisa menjadi inspirasi pengetahuan untuk menemukan media modifikasi yang lainya dalam cabang penjas lainnya. - Bagi sekolah, adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru, sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas sekolah secara keseluruhan. 4
  • 9. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritis 1. Hakikat Pendidikan Jasmani Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya, hubungan dari perkembangan tubuh- fisik dengan pikiran an jiwanya. Tugas utama dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah membantu siswa untuk menjalani proses pertumbuhan, baik yang berkenaan dengan keterampilan fisik maupun dalam aspek sikap dan pengetahuannya. Cara terbaik untuk memahami perubahan tersebut, yaitu dengan menyimak dan mengamati perubahan yang terjadi. Menurut KTSP (2004: 2) bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh. Menurut Mahendra (2008: 3) pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pembelajaran adalah perilaku profesional yang ditampilkan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Pekerjaan itu mencakup beberapa aspek penting, mulai dari menyusun perencanaan, menjelaskan, mendemonstrasikan, mengajukan pertanyaan, mengelola proses, hingga memberikan umpan balik kepada siswa. Kesemua bagian dari tugas itu tertuju pada suatu tujuan, yaitu tujuan pengajaran yang disadari benar maknanya dan kemungkinan pencapaiannya. Menurut Lutan (2001: 7) bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman, bukan karena pengaruh faktor keturunan atau kematangan. Perubahan yang diharapkan bersifat melekat atu permanen. Proses belajar itu sendiri tidak dapat diamati secara langsung. Namun, kejadiannya hanya dapat ditafsirkan berdasarkan perilaku nyata yang teramati. Definisi pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas menurut Mahendra 5
  • 10. (2008: 3) bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk pengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. 2. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Penjas bukan merupakan dekorasi atau ornament yang ditempel pada program sekolah alat untuk membuat anak sibuk, tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang di arahkan dengan baik, anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Namun pengertian pendidikan jasmani menurut KTSP (Depdiknas, 2006: 6) bahwa : Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yangdirencanakan secara sistematik diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional”. Batasan pendidikan jasmani sering didefinisikan dalam redaksi yang beragam, jika rohani dan jasmani dipandang sebagai dua bagian yang terpisah, maka pendidikan jasmani adalah pendidikan untuk jasmani. Jasmani menunjukan kapada hal-hal yang mengenai jasad yang berhubungan dengan tubuh atau badan manusia sebagai rohani yang menunjukan kepada segala sesuatu yang mengenai roh. Pandangan ini menganggap bahwa pendidikan jasmani keterkaitan dengan perasaan, hubungan pribadi, tingkah laku kelompok, perkembangan mental dan sosial intelektual serta estetika. Menurut Lutan (2001:1) mengemukakan bahwa pendidikanjasmani adalah proses pendidikan melalui aktifitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan.Dengan kata lain pendidikan jasamani berusaha mendidik manusia melalui sarana jasmani, dengan aktivitas-aktivitas jasmani atau aktivitas- aktivitas fisik, tetap berkepentingan dengan tujuan- tujuan pendidikan yang tidak semuanya jasmani atau fisik. Pendidikan jasmani merupakan suatu bentuk pendidikan yang terintegrasi dengan jenis- jenis pendidikan lainnya yang bertujuan member kontribusi yang sangat berharga dan member inspirasi bagi kesejahteraan hidup manusia. Namun banyak peneliti yang mengartikan pendidikan jasmani sependapat dengan pengertian menurut Lutan, seperti halnya Mahendra (2008: 15) bahwa pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan media untuk meraih tujuan pendidikan sekaligus juga untuk mendapatkan tujuan yang bersipat internal ke dalam aktivitas fisiknya sendiri.Dengan demikian para guru pendidikan jasmani dituntut mampu 6
  • 11. memanfaatkan aktifitas fisik dalam mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. 3. Tujuan Pendidikan Jasmani di SMP Banyak pendapat tentang tujuan pendidikan jasmani, ada yang berpendapat untuk meningkatkan keterampila siswa dalam berolahraga, adapula yang berpendapat meningkatkan taraf kesehatan anak yang baik dan tidak bisa disangkal pasti ada yang mengatakan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Semua jawaban tersebut benar, hanya saja barangkali bisa dikatan kurang lengkap, sebat yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh. Tujuan pendidikan jasmani di sekolah dasar terfokus pada perkembangan aspek nilai-nilai dalam pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak didik. Setiap pengajaran berawal dari perumusan tujuan. Tujuan berfungsi untuk mengarahkan dan memusatkan pelaksanaan proses pembelajaran. Menurut KTSP (2006: 8) tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. Baik guru maupun siswa, harus mengetahui tujuan pengajaran pendidikan jasmani sehingga dapat dijamin terlaksananya pengajaran yangefektif. Menurut Lutan (2001: 18) mengemukakan tentang tujuan pendidikan jasmani bahwa : Secara sederhana pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk : a. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani,perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. b. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendororng partisipasinya dalam aneka jasmani. c. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. d. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melaui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secarakelompok maupun perorangan. Dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mancakup tujuan dalam domain psikomotor, domain kognitif dan domain afektif. Tujuan ini merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai 7
  • 12. melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang. Mahendra (2008: 16) mengemukakan tentang tujuan pendidikan jasmani, bahwa : Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosiaonal dan moral. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya. Sasaran pendidikan jasmani pada dasarnya adalah tujuan yang akan dicapai dalam program pendidikan jasmani itu sendiri. Pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik anak. Para ahli sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan “alat” untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat disepanjang hayatnya. Tujuan ini akandicapai melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani. 4. Manfaat Pendidikan Jasmani di SMP Terdapat dalam KTSP (2004: 5) menerangkan tentang manfaat pendidikan jasmani baik untuk guru maupun siswa yaitu, Guru yang efektik akan mempertahankan fokus pembelajaran secara ketat tetapi dalam konteks yang menyenangkat dan penuh rasa persahabatan. Dalam kata mutiara tersebut terdapat makna yang sangat baik bagi manfaat pendidikan jasmani. Guru yang tau akan situasi dalam pembelajaran akan selalu pintar dalam mengkondisikan siwanya. Manfaatnya akan terasa bagi siswa maupun bagi guru itu sendiri. Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasana anak untuk menekan bergerak. Kebutuhan merekan akan gerak tidak bisa terpenuhi karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Penyelenggara pendidikan di sekolah yang lebih mengutamakan prestasi akademis, memberikan anak tugas-tugas yang menumpuk. Kehidupan sekolah yang demikian berkombinasi pula dengan kehidupan di 8
  • 13. rumah dan lingkungan luar sekolah.Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah keadaannya juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini, mengungkung anak dalam lingkungan kurang gerak. Anak semakin asyik dengan kesenangannya seperti menonton TV atau bermain Video Game. Tidak mengherankan bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak semakin menurun. Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak). Pendidikan jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan dengan baik, anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak menemuka saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriannya, sambil terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh. Menurut Mahendra (2008: 11), manfaat pendidikan jasmani di sekolah dasar mencakupsebagai berikut : 1) Memenuhi kebutuhan anak akan gerak 2) Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya 3) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna 4) Menyalurkan energi yang berlebihan 5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional. Peranan pendidikan jasmani di sekolah dasar cukup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli, pola pertumbuhan anak usia sekolah menjelangakil balig atau remaja disebut pola pertumbuhan lambat. Pola ini merupakan kebalikan dari pola pertumbuhan cepat yang dialami anak ketika mereka baru lahir hingga usia lima tahunan. Mahendra (2008: 12) menerangkan bahwa ketika memasuki masa pertumbuhan cepat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan baru berjalan lambat. Sebaliknya, dalam masa pertumbuhan yang lambat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan meningkat. 9
  • 14. 5. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani di SMP Penjas di sekolah diberikan pada setiap semester mulai dari kelas satu semester satusampai kelas enam semester dua. Pembelajarannya lebih ditekankan pada usaha untuk memacu dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial. Materi pokok yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006: 61) meliputi : 1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani dan olahraga yang terpilih 2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik 3) Meningkatkan kemampuan keterampilan gerak dasar 4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yangterkandung di dalam Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Dari point-point di atas dapat diketahui bahwa di dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk meningkatkan pertumbuhan fisik saja melainkan dapat mengembangkan tentang fsikis, moral ataupun kejiwaan manusia. Beberapa macam ruang lingkup materi penjas yang diberikan di sekolah dasar meliputi kegiatan pokok yang mengacu pada KTSP (Depdiknas, 2006:12) meliputi : a. Permainan dan Olahraga Berisikan tentang kegiatan berbagai jenis olahraga dan permainan, baik terstruktur maupun tak terstruktur yang dilakukan secara perorangan maupun beregu. Dalam aktivitas ini termasuk juga pengembangan system nilai seperti : kerjasama, sportivitas, juga berfikir kritis dan patuh pada peraturan yang berlaku. b. Aktivitas Pengembangan Berisikan tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang ideal dan pengembangan kebugaran jasmani serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti kekuatan, daya tahan, kelenturan, keseimbangan dan lain- lain. c. Uji Diri / Senam Berisikan tentang kegiatan yang berhubungan dengan ketangkasan seperti : senam lantai, senam alat dan aktivitas fisik lainnya, yang bertujuan untuk melatih keberanian dan kapasitas diri. d. Aktivitas ritmik Berisikan tentang kegiatan seni gerak berirama. Dalam proses pembelajaran menfokuskan pada kesesuaian dan keterpaduan antara gerak dan irama. e. Akuatik (Aktivitas air) Berisikan tentang kegiatan di air seperti ; permainan air, renang dan keselamatan di air serta estetika di kolam renang. f. Pendidikan luar sekolah (Out Door Education). Berisikan tentang kegiatan di luar kelas atau sekolah dan di alam bebas lainnya seperti : Bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian atau nelayan,berkemah dan kegiatan yang bersifat kepetualangan (mendaki gunung, 9 10
  • 15. menelusuri sungai dan lain-lain) serta unsur prilaku yang berkaitan dengan alam bebas. Pada kenyataannya pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas dengan titik perhatian pada peningkatan gerak manusia. Seperti pendapat Mahendra(2003 : 3) bahwa : Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mentalserta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Program pendidikan jasmani disesuaikan dengan tahap perkembangan keterampilan gerak anak. Perkembangan keterampilan gerak merupakan inti dari program pendidikan jasmani di SD, yang diartikan sebagai perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar yang berkaitan dengan olahraga. Keterampilan gerak ini dikembang dan dihaluskan sehingga tahap tertentu untuk memungkinkan siswa mampu melakukan dengan tenaga yang hemat dan sesuai dengan keadaan lingkungan. Kemampuan gerak dasar yang berkembang dapat diterapkan dalam aneka permainan, olahraga dan aktivitas jasmani yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. A. Lempar Lembing Lempar lembing (javelin throw) merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik yang begitu mengesankan. Cara kerjanya mirip seperti nomor lempar yang lain. Tujuan lempar lembing adalah untuk memperoleh jarak lemparan sejauh-jauhnya. Lembing yang digunakan dalam hal ini mirip seperti tombak berujung runcing. Seorang atlet lempar lembing mengandalkan kekuatan otot tangan, kaki hingga pinggul. Atlet lempar lembing juga membutuhkan kecepatan, gaya khusus dan teknik yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 11
  • 16. Lempar lembing merupakan salah satu olahraga yang diperlombakan dalam Olimpiade. Di Indonesia, lempar lembing cukup populer. Terutama bagi mereka yang menggeluti dunia atletik. Indonesia juga memperlombakan lempar lembing dalam kejuaraan tingkat nasional. Misalnya Pekan Olahraga Nasional (PON). B. Media Belajar Media berasal dari bahasa Latin merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti, perantara atau pengantar, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli yang dikutip Sudrajat memberikan definisi tentang media pembelajaran diantaranya, schram (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/ materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan National Education Association (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurka pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dam kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dalam kaitanya dengan efektivitas belajar Brown (1973) yang juga dikutip Sudrajat mengengkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi tehadap efektivitas pembelajaran. Lebih lanjut Sudrajat (2007) menuliskan tentang beberapa fungsi media diantaranya : (1). Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh peserta didik tentang suatu objek, disebabkan : (a). objek terlalu besar; (b). objek terlalu kecil; (c). objek yang bergerak terlalu lambat; (d). objek yang bergerak terlalu cepat; (e). objek yang terlalu komplek; (f). objek yang bunyinya terlalu halus; (g). objek mangandung bajaya dan resiko tinggi. 12 12
  • 17. Melalui penggunaan nedia yang tepat, maka semua objek dapat disajikan kepada peserta didik. (2). Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya; (3). Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar; (4). Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan yang bastrak. 13
  • 18. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Waktu Penelitian dan Jumlah Siswa 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “ Upaya Meningkatkan Efektivitas KBM Lempar Lembing dengan Media Modifikasi Bola berekor “ ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari mulai 4 s.d 25 Maret 2023 3. Jumlah Siswa Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan dengan jumlah siswa putri 14 orang dan putra 18 orang, jadi jumlah total 32 orang siswa. C. Indikator Efektivitas Belajar Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengukur sejauh mana efektivitas KBM Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor, indikator dari efektivitas belajar adalah meningkatnya hasil belajar siswa (Rivai: ), dengan kata lain bahwa untuk melihat efektif tidaknya sebuah proses pembelajaran bisa dilihat dari pencapaian hasil pembelajarannya. Berikut ini Tabel 1 Indikator Hasil Belajar Siswa. Tabel 1 Indikator Hasil Belajar Siswa No Aspek Ketuntasan Kriteria 1 Awalan 80 - 100% 60 – 79% 40 – 59% 20 – 39% 0 – 19% Sangat Efektif Efektif Cukup efektif Kurang efektif Tidak efektif 2 Cara Melempar 80 - 100% 60 – 79% 40 – 59% Sangat Efektif Efektif Cukup efektif 14
  • 19. 20 – 39% 0 – 19% Kurang efektif Tidak efektif 3 Sikap Akhir 80 - 100% 60 – 79% 40 – 59% 20 – 39% 0 – 19% Sangat Efektif Efektif Cukup efektif Kurang efektif Tidak efektif Tabel 2 Indikator Keaktifan Siswa No Aspek Keaktifan Siswa Kriteria 1 Aktivitas siswa dalam belajar Lempar Lembing 80 - 100% 60 – 79% 40 – 59% 20 – 39% 0 – 19% Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif Tabel 3 Indikator Aktivitas Guru No Aspek Keaktifan Guru Kriteria 1 Aktivitas guru dalam mengajar Lempar Lembing 80 - 100% 60 – 79% 40 – 59% 20 – 39% 0 – 19% Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif 15
  • 20. Tabel 4 Indikator Respon (Tingkat Kepuasan Belajar) Siswa No Aspek Tingkat Kepuasaan Belajar Siswa Kriteria 1 Respon siswa terhadap proses Belajar Lempar Lembing 80 - 100% 60 – 79% 40 – 59% 20 – 39% 0 – 19% Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas 4. Gambaran Umum Penelitian Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan yang berbentuk siklus penelitian. Setiap siklus penelitian terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu, perencanaan, tindakan pelaksanaan, observasi, dan refleksi. i. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data penelitian, dilakukan dengan cara menentukan sumber data terlebih dahulu, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini : Tabel 5 Teknik Pengumpulan Data No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Instrumen 1 Siswa Aktivitas siswa dalam belajar Lempar Lembing Observasi Pedoman Observasi 2 Guru Aktivitas guru dalam mengajar Lempar Lembing Observasi Pedoman Observasi 16
  • 21. 3 Siswa Hasil Belajar siswa Tes Siswa melakukan awalan, cara melempar, sikap akhir 4 Siswa Respon siswa (tingkat Kepuasan Belajar) terhadap proses Belajar Lempar Lembing Penyebaran angket Angket kepuasan belajar siswa b. Rencana Penelitian Rencana yang disusun untuk penelitian ini , diawali dengan kegiatan studi awal, refleksi awal, pelaksanaan siklus penelitian, dan penarikan kesimpulan. 17
  • 22. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah melakukan dan menyelesaikan 2 siklus penelitian , peneliti bersama rekan guru yang bertindak sebagai kolaborator yang melakukan pengamatan, melakukan diskusi dan refleksi, maka di dapat hasil seperti terlihat pada Tabel 6 Tabel 6 Hasil Tiap Aspek pada Tindakan 1 No Aspek Penelitian Siklus Penelitian Tindakan 1 Aktivitas siswa dalam belajar Lempar Lembing 70 % Perlu ditingkatkan dengan berbagai formasi dan permainan 2 Aktivitas guru dalam mengajar Lempar Lembing 95 % Perlu ditingkatkan dengan melihat kembali RPP 3 Hasil Belajar siswa Awalan Pa Cara Melempar Pi Cara Melempar Pa Sikap Akhir Pa Sikap Akhir Pi 95% 70% 80% 80% 60% Perlu ditingkatkan kembali terutama putri yang harus mendapat perhatian lebih, terutama pada aspek cara melempar dan sikap akhir : porsi mengulang di tambah untuk putri Hasil Tiap Aspek pada Tindakan : 1. Aktivitas siswa dalam belajar Lempar Lembing 80 % Cukup 2. Aktivitas guru dalam mengajar Lempar Lembing 100% Cukup 3. Hasil Belajar siswa Awalan Pa 100% Ada peningkatan, bagi yang belum bisa menuntaskan belajar, di Remedial 4. Respon siswa terhadap proses Belajar Lempar Lembing 85% Cukup Tabel 7 Hasil Tiap Aspek Selama 2 Siklus No Aspek Hasil tiap aspek selama 2 siklus Siklus Peningkatan 1. Aktivitas siswa dalam belajar Lempar Lembing 70 % 80 % 10% 2. Aktivitas guru dalam mengajar Lempar Lembing 95% 100 % 5% 3. Hasil Belajar siswa Awalan Pa Hasil Belajar siswa Awalan Pi 95% 100% 70% 80% 5% 10% 4. Respon siswa terhadap proses belajar Lempar Lembing 85% 85% 18
  • 23. B. Pembahasan 1. Aktivitas Siswa dalam Belajar Lempar Lembing Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa pada siklus penelitian dengan 2 siklus penelitian pada proses pembelajaran Lempar Lembing menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus pertama sampai siklus kedua seperti terlihat pada Tabel 7 Tabel 8 Aktivitas Siswa Nomor Siklus Penelitian Tindakan Aktifitas 1 Pertama 70% 2 Kedua 80% Rata-rata 75% Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada dua siklus penelitian pada pembelajaran Lempar Lembing dengan bola berekor menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus pertama sampai siklus kedua seperti terlihat pada Tabel 8 . Dari Tabel 8 di atas, terlihat bahwa siklus pertama aktivitas siswa mencapai 70%, kemudian pada siklus kedua mencapai 85% ini berarti ada peningkatan 15% setelah ada treathment atau perbaikan pada siklus kedua, sehingga rata-rata keaktifan siswa selama dua siklus adalah 75%. Mengacu pada Indikator Keaktifan Siswa pada Tabel 2, kisaran angka 75% memiliki kriteria Aktif. Dengan kata lain, siswa selama mengikuti pembelajaran Lempar Lembing dengan media modifikasi bola berekor bergerak aktif baik saat mendapat tugas dari guru atau pun inisiatif sendiri. 19
  • 24. 1. Aktivitas Guru Dalam Mengajar Lempar Lembing Tabel 9 Aktivitas Guru Nomor Siklus Penelitian Tindakan Aktifitas 1 Pertama 95% 2 Kedua 100% Rata-rata 97,5% Berdasarkan hasil pengamatan oleh rekan guru aktivitas guru dalam mengajar Lempar Lembing dengan media modifikasi bola berekor mengalami kenaikan aktivitas. Pada Tabel 9 nampak bahwa aktivitas mengajar guru pada siklus pertama mencapai tingkat pencapaian 95%, sedangkan pada siklus kedua setelah melakukan treatment pada proses pembelajaran, aktivitas guru mencapai 100%. Ini berarti ada kenaikan aktivitas guru sebesar 5%, sehingga rata-rata aktivitas guru pada dua siklus mencapai 97,5%. Mengacu pada Indikator Aktivitas Guru pada Tabel 3, besaran angka 97,5% termasuk kriteria Sangat Aktif. Ini artinya guru dalam mengajar betul-betul sesuai dengan skenario pembelajaran atau RPP. 20 18
  • 25. 2. Hasil Belajar Tabel 10 Hasil Belajar Siswa No Siklus Penelitian Aspek Jenis Kelamin Ketuntasan Belajar 1 Pertama Awalan Pa Pi 95% 70% Cara Melempar Pa Pi 80% 60% Sikap Akhir Pa Pi 80% 65% 2 Kedua Awalan Pa Pi 100% 80% Cara Melempar Pa Pi 90% 80% Sikap Akhir Pa Pi 90% 80% Berdasarkan hasil tes praktik yang dilakukan kepada siswa, dari mulai awalan, cara melempar, dan sikap akhir Lempar Lembing, pada akhir siklus ternyata mendapat kenaikan. Dari Tabel 10 terlihat bahwa untuk siklus pertama hasil tes praktik Awalan mencapai, putri 70%, dan putra 95%. Ini artinya, ada sebanyak 12 orang siswa putri yang mampu menuntaskan pembelajaran dari 14 orang, dan ada 18 orang siswa putra yang mampu menuntaskan pembelajaran dari 18 orang. Masih pada siklus pertama, hasil tek praktik cara melempar mencapai, putri 60% dan putra 80%. Ini artinya, ada sebanyak 10 orang putri yang mampu menuntaskan pembelajaran, dan 14 orang putra yang mampu menuntaskan pembelajaran. Dari siklus pertama, hasil tes praktik sikap akhir mencapai 65% putri, dan 80% putra. Ini artinya ada 11 orang putri yang mampu menuntaskan pembelajaran, dan ada 14 orang putra yang mampu menuntaskan pembelajaran. 21
  • 26. Pada siklus kedua dari Tabel 10 terlihat ada peningkatan pada tes praktik tiap aspek. Pada tes praktik awalan mencapai 100% putra, dan 80% putri. Ini berarti bahwa ada 18 orang siswa yang mampu menuntaskan pembelajarannya, artinya untuk putra semua siswa mampu menuntaskan pembelajarannya, dan untuk putri ada 14 orang yang mampu menuntaskan pembelajarannya. Pada tes praktik cara melempar terlihat mencapai 90% putra dan 80% putri. Ini berarti ada sebanyak 16 orang putra yang mampu menuntaskan pembelajaran, dan 14 orang siswa putrid yang mampu menuntaskan pembelajaran. Sementara pada tes praktik sikap akhir persentase mencapai 90% putra dan 80% untuk putrid. Ini artinya bahwa ada 16 orang putra yang mampu menuntaskan pembelajaran , dan ada 14 orang putri yang mampu menuntaskan pembelajaran. Aspek Awalan pada siklus pertama mencapai 95% putra, dan 70% untuk putri, sedangkan pada siklus kedua putra mencapai 100% dan putri 80%. Ada kenaikan 5% untuk putra dan ada lonjakan kenaikan 20% untuk putri, dan rata-rata ketuntasan belajar untuk aspek Awalan mencapai 97,5% putra dan putri mencapai 75%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Awalan pada Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor, berkategori Sangat Efektif untuk putra dan efektif untuk putri. Aspek Cara Melempar pada siklus pertama mencapai 80% putra, dan 60% untuk putri, sedangkan pada siklus kedua putra mencapai 90% dan putri 80%. Ada kenaikan 10% untuk putra dan ada lonjakan kenaikan 20% untuk putri, dan rata- rata ketuntasan belajar untuk aspek Awalan mencapai 85% putra dan putri mencapai 70%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Cara Melempar pada Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor, berkategori Sangat Efektif untuk putra dan efektif untuk putri. Aspek Sikap Akhir pada siklus pertama mencapai 80% putra, dan 65% untuk putri, sedangkan pada siklus kedua putra mencapai 90% dan putri 80%. Ada kenaikan 10% untuk putra dan ada lonjakan kenaikan 15% untuk putri, dan rata- rata ketuntasan belajar untuk aspek Awalan mencapai 85% putra dan putri 22
  • 27. mencapai 72,5%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Sikap Akhir pada Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor, berkategori Sangat Efektif untuk putra dan efektif untuk putri. 3. Respon Siswa Terhadap Proses Pembelajaran Berdasarkan angket respon, yang disebarkan kepada siswa setelah selesai pelaksanaan pembelajaran siklus kedua, dapat dinyatakan bahwa pada umumnya siswa kelas VII bersikap positif terhadap proses pembelajaran Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor , seperti terlihat pada Tabel 10 Tabel 11 Respon (Tingkat Kepuasan Belajar ) Siswa No Pertanyaan Jawaban 1. Selama mengikuti pembelajaran Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor, bagaimana perasaanmu ? a. Senang = 85% b. Biasa-biasa saja = 10% c. Tidak senang = 5% 2. Apakah penggunaan bola berekor sebagai pengganti Lembing, tanggapanmu ? a. Menyusahkan belajar = 5% b. Biasa-biasa saja = 10% c. Memudahkan belajar = 85% 3. Sampaikan pendapat atau harapanmu tentang media bola berekor sebagai pengganti Lembing,… a. Bisa diteruskan, dengan alasan,… = 90 % 1). Memudahkan belajar = 80% 2). Selama belum ada Lembing yang sesungguhnya = 10% b. Jangan diteruskan, dengan alasan…… = 10% 1). Menyusahkan belajar = 2% 2). Segera harus diganti = 8% 4. Bagaimana pendapatmu tentang perintah atau tugas-tugas selama a. Mudah = 80% b. Biasa-biasa saja = 10% 23
  • 28. proses pembelajaran berlangsung ? c. Susah = 10% Dari Tabel 11 dapat dinyatakan bahwa siswa yang merasa senang dengan pembelajaran Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor 85%, sedangkan yang menyatakan biasa-biasa saja 10%, dan merasa tidak senang 5%. Kondisi ini berarti, bahwa sebagian besar siswa menikmati proses pembelajaran Lempar Lembing dengan media modifikasi bola berekor. Dalam kaitannya dengan fungsi bola berekor sebagai pengganti Lembing sesungguhnya ditanggapi positif oleh siswa, dengan pernyataan bahwa sebanyak 85% menyatakan bola berekor memudahkan dalam proses pembelajaran Lempar Lembing, sebanyak 10% menyatakan biasa-biasa saja, dan hanya sebesar 5% yang merasa disusahkan. Ketika dimintai tanggapan tentang kelanjutan pembelajaran Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor, sebagian besar siswa menyatakan bisa dilanjutkan 90%, dengan alasan memudahkan belajar 80%, dan selama Lembing belum ada 10%, sementara siswa yang menyatakan jangan diteruskan sebanyak 10%, dengan alasan menyusahkan pembelajaran sebesar 2%, dan sisanya 8% menyatakan harus segera diganti. Lalu terkait dengan perintah atau tugas-tugas selama proses pembelajaran berlangsung, tanggapanya juga sebagian besar positif, yaitu 80% menyatakan mudah, 10% menyatakan biasa-biasa saja, dan yang menyatakan susah hanya sebesar 10%. Mengacu pada Indikator Respon (Tingkat Kepuasan Belajar) Siswa, maka rata- rata tingkat respon siswa 85%, mempunyai kriteria Sangat Puas. Kriteria ini menggambarkan bahwa siswa betul-betul merasa enjoy dan sangat menikmati pembelajaranya. 24
  • 29. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil temuan, analisis data dan refleksi pada setiap siklus serta pembahasan yang telah disajikan dalam bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan kesimpulan dan saran, sebagai berikut : A. Kesimpulan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “ Upaya Meningkatkan Efektivitas KBM Lempar Lembing dengan Menggunakan Media Modifikasi Bola berekor , PTK di Kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan Kab Cirebon “ menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : Pertama, aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor di kategorikan aktif. Dan setelah dilakukan siklus kedua, aktivitas siswa mengalami peningkatan keaktifan rata-rata sebesar 75% . Kalau mengacu pada Indikator Keaktifan Siswa maka besaran keaktifan sebesar 75% termasuk kriteria Aktif. Kedua, bahwa aktivitas mengajar guru pada siklus pertama mencapai tingkat pencapaian 95%, sedangkan pada siklus kedua setelah melakukan treatment pada proses pembelajaran, aktivitas guru mencapai 100%. Ini berarti ada kenaikan aktivitas guru sebesar 5%, sehingga rata-rata aktivitas guru pada dua siklus mencapai 97,5%. Mengacu pada Indikator Aktivitas Guru , besaran angka 97,5% termasuk kriteria Sangat Aktif. Ketiga rata-rata Ketuntasan Belajar untuk aspek Awalan mencapai 97,5% putra dan putri mencapai 75%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Awalan pada Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor, berkategori Sangat Efektif untuk putra dan efektif untuk putri. Rata-rata ketuntasan belajar untuk aspek Cara Melempar mencapai 85% putra dan putri mencapai 70%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Cara Melempar pada Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor, berkategori Sangat Efektif untuk putra dan Efektif untuk putri. 25
  • 30. Rata-rata Ketuntasan Belajar untuk aspek Sikap Akhir mencapai 85% putra dan putri mencapai 72,5%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Sikap Akhir pada Lempar Lembing dengan menggunakan media modifikasi bola berekor, berkategori Sangat Efektif untuk putra dan Efektif untuk putri. Keempat, respon siswa mengacu pada Indikator Respon Siswa, maka rata-rata tingkat respon siswa 85%, mempunyai kriteria Sangat Puas. B. Saran a. Umum 1. Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian sederhana yang sangat gampang dilakukan, karena berangkat dari pekerjaan kita sehari-hari, yaitu mengajar ! 2. Agar mampu melakukan PTK, laksanakan dengan rumus 3M : Memulai ! Memulai ! dan Memulai ! 3. Milikilah segera kepribadian guru professional sebagai berikut : - Gemar menambah wawasan dengan : membaca buku, ikut seminar, diskusi, work shop atau temu ilmiah lainnya, surfing di internet untuk menemukan jurnal-jurnal penelitian, Fokus pada pekerjaan ! - Menikmati dan mencintai pekerjaan dengan cara : menganggap sekolah adalah rumah kita ! siswa adalah anak-anak kita ! rekan kerja sebagai saudara-saudara kita ! kelas adalah ruangan belajar kita ! Materi pelajaran anggap saja makanan yang renyah, seperti pop corn ! b. Khusus 1. Perencanaan dan persiapan penelitian harus dilakukan sedetail mungkin 2. Kolaborator sebagai pendamping pengamat sebaiknya yang sesuai dengan mata pelajaran yang di-PTK-kan agar memahami permasalahan. 26
  • 31. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. (2008: 3). Metode Prnelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Untuk Sekolah Dasar. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Ditjen Dikdasmen Kamus Bahasa Indonesia Kasbolah, Kasihani. (1999). Penelitian tindakan Kelas (PTK). Jakarta : Depdikbud. Remaja Rosda Karya Ateng, Abdulkadir. (1992). Asas dan landasan pendidikan jasmani. Jakarta : Depdikbud : Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Rivai, H Veithzal ( ) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Belajar Mahasiswa. Sudrajat, Ahkmad (2007). Media Pembelajaran. Artikel.http://ahkmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/media pembelajaran/ Sukintaka. (2004: 55). Tujuan Pendidikan Jasmani, Jakarta : Depdikbud Surya, Mohamad (2004). Psikologi Pembelajaran & Pengajaran. Bandung. Pustaka Bani Quraisy. Wiryaatmadja, Roschianti. (2008). Metode Prnelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. RemajaRosda Karya. 27