1. METODOLOGI PENELITIAN
“PROSES PENELITIAN”
KELOMPOK 8
VERA SUSIANI 1006205001
A A WISNU YOGESWARA PUTRA 1006205062
I KOMANG AGUS HARI CHANDRA 1006205103
A A RIZA SELVIA A 1006205135
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
2. IDENTIFIKASI, PEMILIHAN, DAN PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
1. Sumber-sumber Masalah Penelitian
Masalah dapat diketahui apabila:
a) Terdapat penyimpanan antara pengalaman dengan kenyataan
b) Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan
c) Ada pengaduan
d) Ada kompetisi
Masalah juga dapat bersumber dari hal-hal sebagai berikut:
a) Bacaan terutama bacaan yang yang melaporkan hasil penelitian
b) Seminar, diskusi dan lain-lain pertemuan ilmiah
c) Pernyataan pemegang otoritas
d) Pengamatan sepintas
e) Pengalaman pribadi
f) Perasaan intuitif
2. Kriteria Pemilihan Masalah penelitian
Proses pemilihan terhadap masalah yang penting untuk diteliti disebut dengan
proses pelingupan atau scoping. Mukayat (1994) menyebutkan beberapa
pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melihat apakah suatu masalah layak atau
penting untuk diteliti, sebagai berikut:
a) Apakah benar suatu masalah yang ditentukan tersebut belum pernah dicari
jawabannya (orisinalitas penelitian)?
b) Apakah masalah yang ditentukan itu benar-benar penting untuk dipecahkan
pada waktu penelitian dikerjakan (aktualitas penelitian)?
c) Apakah masalah yang ditentukan itu memenuhi 5 W yaitu what (apa), where
(dimana), why (mengapa), when (bilamana), dan how (bagaimana)
d) Apakah masalah yang dipilih itu memiliki relevansi dengan gerak
pembangunan (memiliki kemanfaatan praktis)
e) Apakah dana yang tersedia cukup memadai untuk mencari jawaban masalah
yang ditentukan sehingga dapat menghasilkan suatu pengatahuan yang bulat
3. 3. Pedoman Merumuskan Masalah penelitian
Fraenkel dan Wallen (1990,dalam Sugiono, 2000) mengemukakan bahwa masalah
penelitian yang baik memenuhi hal-hal barikut:
a) Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicari
jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banya menghabiskan dana,
tenaga dan waktu
b) Masalah harus jelas, dalam arti semua orang memberikan persepsi yang sama
terhadap masalah tersebut
c) Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah tersebut harus
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah
dalam kehidupan praktis
d) Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan denagn hal-hal yang bersifat etika,
moral, nilai-nilai keyakinan, dan agama.
Tidak ada aturan umum dalam perumusan masalah. Sumadi (1989) senada
denagan Tuckman (dalam Sugiono, 2000) menyarankan perumusan masalah sebagai
berikut:
a) Masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat tanya ?
b) Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas
c) Menautkan hubungan antara dua atau lebih variabel
d) Rumusan masalah hendaknya memberikan petunjuk tentang kemungkinan
pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Dalam perumusan masalah perlu memperhatikan bentuk-bentuk masalah. Sugiono
(2000) menyebutkan adatiga bentuk masalah yaitu masalah deskriptif, komparatif,
dan masalah asosiatif.
a) Masalah deskriptif
Masalah deskriptif yaitu masalah yang berkenaan dengan pernyataan terhadap
keberadaan variabel mandiri.
4. b) Masalah komparatif
Masalah komparitif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat
membandingkan krberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda
c) Masalah asosiatif
Masalah asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat hubungan
antara dua variabel atau lebih. Hubungan tersebut bisa simetris, kausal,
maupun hubungan timbal balik.
• Hubungan simetris adalah hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersamaan. Jadi bukan hubungan kausal
ataupun interaktif.
• Hubungan kausal yaitu hubunagn yanga bersifat sebab akibat. Dalam
hal ini ada variabel independen dan variabel dependen. Variabel
independen mempengaruhi variabel dependen.
• Hubungan timbal balik atau interaktif adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel dependen dan
variabel independen.
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Kajian Pustaka
Dalam penelitian kuantitatif, pencarian dan pengadaan literatur atau kepustakaan
merupakan suatu hal yang penting. Kepustakaan merupakan jembatan bagi peneliti untuk
mendapatkan landasan konstruksi teoritik sebagai pedoman atau pegangan, tolok ukur,
sumber hipotesis.
Kajian pustaka / teori mempunyai peranan penting dalam hal melakukan penelitian
kuantitatif. Dengan kajian pustaka, peneliti dapat menjustifikasi adanya masalah penelitian
dan mengidentifikasikan arah penelitian. Justifikasi masalah penelitian berarti peneliti
menggunakan kepustakaan untuk menunjukkan pentingnya permasalahan penelitian untuk
diteliti. Sedangkan mengidentifikasi arah penelitian berarti peneliti menelaah atau mengkaji
kepustakaan dan mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang layak dan berhubungan serta
memiliki kecenderungan potensial yang perlu diuji dalam penelitian.
5. Manfaat yang diperoleh dari kajian literatur adalah: (Iskandar: 2008)
1) Mengenali teori-teori dasar dan konsep yang telah dikemukakan oleh para ahli
terdahulu tentang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti.
2) Mengikuti perkembangan dalam penelitian dalam bidang yang akan diteliti.
3) Memanfaatkan data sekunder
4) Menghindarkan duplikasi.
5) Penelusuran dan penelaahan literatur yang relevan dengan masalah penelitian
untuk mengungkapkan buah pikiran secara sistematis, kritis dan analitis.
Adapun fungsi kajian literatur menurut Iskandar (2008: 51) adalah sebagai berikut:
1) Literatur meningkatkan pemahaman peneliti tentang teori-teori yang relevan
terhadap masalah yang diteliti.
2) Kajian literatur tentang teori berfungsi untuk menjelaskan, membedakan,
meramal dan mengendalikan suatu fenomena-fenomena atau suatu gejala-
gejala yang berhubungan dengan masalah penelitian.
3) Kajian literatur dapat menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti.
4) Kajian literatur menguraikan teori-teori, temuan-temuan peneliti terdahulu dan
bahan penelitian lainnya yang diperoleh dari acuan, yang dijadikan landasan
untuk melakukan penelitian yang diusulkan.
5) Kajian literatur membantu peneliti untuk menjelaskan latar belakang masalah
yang diteliti.
6) Kajian literatur meningkatkan keyakinan dan motivasi bagi peneliti.
Penguasaan teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, dapat
mendukung keyakinan akan pengetahuan peneliti untuk termotivasi
melakukan penelitian sampai menemukan hasil penelitian.
6. 7) Kajian literatur dapat meningkatkan kemampuan pemahaman peneliti secara
mendalam dalam disiplin ilmu yang diteliti.
8) Kajian literatur dapat peneliti gunakan untuk menyusun kerangka konseptual
yang digunakan dalam penelitian.
9) Kajian literatur mengacu kepada daftar pustaka.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis diturunkan melalui teori. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya
secara empiris. (Iskandar, 2008 : 56). Menurut Singarimbun dalam Iskandar (2008 : 56),
hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, karena ia
merupakan instrumen kerja dari teori.
Hipotesis merupakan gabungan dari kata ”hipo” yang artinya dibawah, dan ”tesis”
yang artinya kebenaran. Secara keseluruhan hipotesis berarti dibawah kebenaran (belum tentu
benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai dengan
bukti-bukti. (Suharsimi Arikunto, 2000 : 57). Dengan demikian, menurut Suharsimi,
Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang
diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya
sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.
Dengan kedudukannya itu, menurut Suharsimi hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran,
akan tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.
Tujuan peneliti mengajukan hipotesis adalah agar dalam kegiatan penelitiannya,
perhatian peneliti tersebut terfokus hanya pada informasi atau data yang diperlukan bagi
pengujian hipotesis. Agar pemilihan alternatif dapat tepat, peneliti dituntut untuk hati-hati
dan cermat.
Menurut Borg dan Gall dalam Suharsimi (2000 : 64) ada empat persyaratan bagi
hipotesis yang baik, yaitu:
7. 1) Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan dua atau lebih variabel.
2) Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritik
dan hasil penemuan terdahulu.
3) Hipotesis harus dapat diuji
4) Rumusan hipotesis hendaknya yang singkat dan padat.
Sedangkan menurut Mahsun, (Iskandar, 2008 : 57) hipotesis penelitian hendaklah
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1) Hipotesis dibuat dalam bentuk kalimat deklaratif (pernyataan)
2) Hipotesis harus dapat teruji.
3) Hipotesis harus rasional, artinya mengemukakan penjelasan yang masuk akal.
Hubungan antara variabel-variabel harus jelas sehingga variabel dapat diukur.
Ditinjau dari operasi rumusannya, ada dua jenis hipotesis, (Suharsimi Arikunto,
2000 : 60) yaitu:
1) Hipotesis nol, yakni hipotesis yang menyatakan ketidakadanya hubungan
antara variabel. Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan ”Ho”
2) Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, yakni hipotesis yang menyatakan
adanya hubungan antar variabel. Dalam notasi, hipotesis iuni ditulis dengan
”Ha”. Hipotesis alternatif ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu hipotesis
terarah dan hipotesis tidak terarah. Bedanya adalah: dalam hipotesis terarah
peneliti sudah berani dengan tegas menyatakan bahwa variabel bebas memang
berpengaruh terhadap variabel tergantung. Sedangkan dalam hipotesis tidak
terarah, peneliti merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani secara tegas
menyatakan pengaruh tersebut. Ia baru berani menyatakan bahwa ada
pengaruh.
Ditinjau dari lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan menjadi: (Suharsimi Arikunto,
2000 : 62)
8. 1) Hipotesis mayor adalah hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan
seluruh subjek penelitian.
2) Hipotesis minor adalah hipotesis mengenai kaitan sebagian dari variabel,
dengan kata lain pecahan dari hipotesis mayor.
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya
akan diduga. Populasi dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Populasi sampling, contoh apabila kita mengambil rumah tangga sebagai
sampel, sedangkan yang diteliti adalah anggota rumah tangga yang bekerja
sebagai PNS, maka seluruh rumah tangga adalah populasi sampling
2) Populasi sasaran, sesuai dengan contoh di atas, maka seluruh PNS adalah
populasi sasaran
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi
dalam penelitian. Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar
dari semua unsur sampling dalam populasi sampling, dengan syarat:
1) Harus meliputi seluruh unsur sampel
2) Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali
3) Harus up to date
4) Batas-batasnya harus jelas
5) Harus dapat dilacak dilapangan
Menurut Teken (dalam Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi) Ciri-ciri sample yang
ideal adalah:
1) Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang
diteliti
2) Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian dengan menentukan
penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh
3) Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan
4) Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang rendah.
9. Ada empat faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan besar kecilnya sampel,
antara lain:
1) Degree of homogenity dari populasi, makin homogin populasi makin sedikit
jumlah sampel yang diambil
2) Pressisi yang dikehendaki, makin tinggi tingkat pressisi yang dikehendaki
makin banyak jumlah sampel yang diambil
3) Rencana analisa
4) Tenaga biaya dan waktu
METODE PENGUMPULAN DATA
Berdasarkan sumber datanya pengumpulan data dibedakan menjadi 2 yaitu primer dan
sekunder, sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan sumber data
kepada pengumpul data,. Misalnya dari biro jasa statistik, dan dokumen lainnya,. Sedangkan
data primer adalah data yang langsung memberikan pada pengumpul datanya,. Yang
termasuk cara pengumpulan data primer diantaranya yaitu :
Angket (Kuesionare)
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali
data sesuai dengan permasalahan penelitian. Menurut Masri Singarimbum, pada penelitian
survai, penggunaan angket merupakan hal yang paling pokok untuk pengumpulan data di
lapangan. Hasil kuesioner inilah yang akan diangkakan (kuantifikasi), disusun tabel-tabel dan
dianalisa secara statistik untuk menarik kesimpulan penelitian.
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah (a) untuk memperoleh informasi yang
relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, dan (b) untuk memperoleh informasi dengan
reliabel dan validitas yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun
kuesioner, pertanyaan-pertanyaan yang disusun harus sesuai dengan hipotesa dan tujuan
penelitian.
TES
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.
10. Ditinjau dari sasaran atau obyek yang akan dievaluasi, ada beberapa macam tes dan
alat ukur.
1) Tes kepribadian atau personality test, yaitu tes yang digunakan untuk
mengungkap kepribadian seseorang, seperti self–concept, kreativitas, disiplin,
kemampuan khusus, dan sebagainya.
2) Tes bakat atau abtitude test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau
mengetahui bakat seseorang.
3) Tes intelegensi atau intellegence test, yaitu tes yang digunakan untuk
mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang
dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur
intelegensinya.
4) Tes sikap atau attitude test, yang sering disebut dengan istilah kala sikap, yaitu
alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap
seseorang.
5) Tes minat atau measures test yaitu tes yang digunakan untuk menggali minat
seseorang terhadap sesuatu.
6) Tes prestasi atau achievement test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
Wawancara
Wawancara merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses
penelitian. Dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu
menggali pemikiran atau pendapat secara detail. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
wawancara diperlukan ketrampilan dari seorang peneliti dalam berkomunikasi dengan
responden. Seorang peneliti harus memiliki ketrampilan dalam mewawancarai, motivasi yang
tinggi, dan rasa aman, artinya tidak ragu dan takut dalam menyampaikan wawancara.
Seorang peneliti juga harus bersikap netral, sehingga responden tidak merasa ada tekanan
psikis dalam memberikan jawaban kepada peneliti.
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara, yaitu:
1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya
memuat garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini perlu adanya
kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan pedoman wawancara model
ini sangat tergantung pada pewawancara.
11. 2) Pedoman pewawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun
secara terperinci sehingga menyerupai chek-list. Pewawancara hanya tinggal
memberi tanda v (check).
Dalam pelaksanaan penelitian dilapangan, wawancara biasanya wawancara
dilaksanakan dalam bentuk ”semi structured”. Dimana interviwer menanyakan serentetan
pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam menggali
keterangan lebih lanjut. Dengan model wawancara seperti ini, maka semua variabel yang
ingin digali dalam penelitian akan dapat diperoleh secara lengkap dan mendalam.
Observasi
Agar observasi yang dilakukan oleh peneliti memperoleh hasil yang maksimal, maka
perlu dilengkapi format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Dalam pelaksanaan
observasi, peneliti bukan hanya sekedar mencatat, tetapi juga harus mengadakan
pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.
Seorang peneliti harus melatih dirinya untuk melakukan pengamatan. Banyak yang
dapat kita amati di dunia sekitar kita dimanapun kita berada. Hasil pengamatan dari masing-
masing individu akan berbeda, disinilah diperlukan sikap kepekaan calon peneliti tentang
realitas diamati. Boleh jadi menurut orang lain realitas yang kita amati, tidak memiliki nilai
dalam kegiatan penelitian, akan tetapi munurut kita hal tersebut adalah masalah yang perlu
diteliti.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu observasi partisipasi dan non-
partisipan. Observasi partisipasi dilakukan apabila peneliti ikut terlibat secara langsung,
sehingga menjadi bagian dari kelompok yang diteliti. Sedangkan observasi non partisipan
adalah observasi yang dilakukan dimana peneliti tidak menyatu dengan yang diteliti, peneliti
hanya sekedar sebagai pengamat.
RENCANA ANALISIS DATA
Peneliti membuat suatu penelitian dengan satu tujuan pokok adalah menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk mengungkap fenomena sosial atau alam tertentu,
untuk mencapai tujuan tersebut peneliti merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
memproses data, membuat analisis dan interpretasi.
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
12. menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan.
Tahapan Pengolahan Data
1) Editing : kegiatan dalam editing adalah kegiatan memeriksa, data mentah yang
masuk, apakah terdapat kekeliruan dalam pengiriman, apakah tidak lengkap
pengisiannya,palsu dan sebagainya.
2) Coding : merupakan pemberian tanda/symbol/kode bagi tiap-tiap data yang termasuk
dalam katagori yang sama. Tanda dapat berupa angka/huruf. Tujuan daripada coding
adalah untuk mengklasifikasikan jawaban kedalam katagori-katagori yang penting.
3) Tabulasi : Data yang dikumpulkan setelah melewati proses editing dan coding,
langkah selanjutnya adalah disusun dalam bentuk table, pembentukan table
mempermudah bagi seseorang untuk mendapatkan informasi dari penelitian yang
telah dilakukan.
PENULISAN LAPORAN
Langkah terakhir dari suatu kegiatan penelitian adalah menyusun laporan.
Bagaimanapun baiknya pelaksanaan suatu penelitian, bagaimanapun bermutunya model-
model yang sudah dibangun dari penelitian tersebut, belumlah dianggap benear-benar
berhasil jika laporan penelitian belum dibuat. Hasil kegiatan harus ditulis dan dilaporkan,
karena laporan memaparkan media komunikasi antara penyusun/lembaga pelaksana kegiatan
dengan badan-badan atau pihak lain yang berkepentingan dengan laporan tersebut.
Jenis – jenis laporan
1) Laporan ringkas ( Summary Report )
Laporan ringkas diarahkan pada temuan-temuan utama saja, tanpa memasukan
desain dan metode yang dipakai dalam melakukan penelitian. Laporan
penelityian ringkas biasanya dibuat sekitar lima halaman. Dimana pada bagian
awal terdapat pernyataan singkat tentang pentingnya penelitian, masalah yang
dipelajari dan luas serta kedalaman pembahasan. Kemudian ditulis kesimpulan
dan rekomendasi yang disusul oleh temuan yang mendukungnya
2) Laporan lengkap ( Monograf )
Laporan ini harus berisi proses kegiatan secara menyeluruh dengan
mengutarakan semua tehnik dan pengalaman yang diperoleh selama
melakukan penelitian, penulisan laporan harus sesuai dengan kelompok target
pembaca laporan, dalam laporan juga harus disampaikan kegagalan serta
keterbatasan yang dialami disamping sukses yang diperoleh, serta laporan
13. penelitian harus dibagi dalam bab-bab, sehingga pembaca dapat lebih mudah
memilih materi yang relevan baginya
3) Laporan untuk Manajemen atau Pembuat Keputusan
Laporan penelitian yang disampaikan kepada manajemen atau pengambil
kebijakan disebabkan penelitian yang disusun laporannya berkenaan dengan
implikasi yang diperlukan dalam pengambilan kebijakan. Atau dapat juga
penelitian yang dilakukan oleh badan-badan tertentu yang berkehendak untuk
mengadakan diagnose terhadap situasi ataupun dalam rangka mengadakan
evaluasi terhadap suatu program kerja kegiatan.
Laporan umunya terdiri dari tiga bagian besar yaitu :
1) Bagian awal
2) Bagian utama
3) Bagian akhir
Terkait dengan aturan penulisan, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penulisan laporan adalah sebagai berikut :
1) Fokus laporan
2) Alinea ( paragraph)
3) Rangka Laporan
PROPOSAL PENELITIAN
Proposal Penelitian ialah usulan yang berisi rencana kegiatan penelitian yang
disajikan secara tertulis untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwewenang. Pihak
yang berwewenang di sini dapat saja seperti lembaga/instansi yang akan mensponsori atau
membiayai penelitian tersebut, tempat atau sasaran penelitian, dan lembaga/instansi yang
meminta dilakukannya penelitian. Proposal penelitian mengemukakan dua hal pokok yaitu
masalah yang akan diteliti, dan metodologi penelitian.
1) Masalah Penelitian.
Masalah penelitian adalah sesuatu yang ingin diketahui atau dipecahkan/diatasi oleh peneliti
melalui prosedur ilmiah. Dengan demikian maka masalah penelitian perlu dirumuskan secara
jelas dan operasional. Agar menjadi jelas serta untuk memperlihatkan kedudukan dan
pentingnya diketahui atau dipecahkan, maka masalah itu perlu diberikan latar belakang
dengan memberikan informasi pendahuluan tentang situasi tempat dan waktu masalah itu
terjadi. Latar belakang ini juga hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
14. berbagai kesenjangan yang terjadi dan yang mungkin terjadi beserta akibatnya kalau masalah
itu tidak diekatahui dan diatasi. Oleh karena itu dalam mengawali suatu penelitian, yang
utama dan terutama dilakukan ialah mengidentifikasi masalah. Kejelasan masalah akan
membantu peneliti untuk memilih dan menentukan metodologi penelitian yang tepat.
2) Metodologi penelitian
Metodologi penelitian ialah ilmu tentang metode-metode yang dipergunakan dalam
penelitian. Oleh karena metodologi penelitian menawarkan berbagai metode dalam
melakukan suatu penelitian, maka peneliti perlu memilih metode yang tepat dalam arti efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan penelitiannya. Dengan demikian acuan utama dalam
memilih metode penelitian ialah masalah pebelitian. Bukan menentukan metode penelitian
terlebih dahulu baru merumuskan masalah penelitian.
Ada berbagai maacam format Proposal Penelitian dilihat dari sistematika dan isi serta
kelengkapan proposal. Format Proposal Penelitian lazimnya ditentukan oleh:
1. Kesepakatan dalam lembaga/instansi/kelempok. Oleh karena itu format
Proposal Penelitian antar perguruan tinggi atau antar fakultas, bahkan antar
jurusan dapat saja berbeda. Akan tetapi setdak-tidaknya dalam satu jurusan
sebagai unit terkecil di satu perguruan tinggi hendaknya sama.
2. Tujuan Proposal Penelitian. Proposal penelitian untuk keperluan memperoleh
sponsor dan dana dapat berbeda dengan proposal penelitian untuk keperluan
penulisan skripsi, tesis, dan disertasi. Untuk Proposal Penelitian untuk
keperluan memenuhi persyaratan akademis biasanya tidak memuat rincian
dana yang diperlukan serta sumber dana untuk penelitian yang diusulkan.
3. Jenis penelitian. Proposal Penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif
dapat berbeda dengan yang menggunakan paradiga kualitatif. Demikian juga
format Proposal Penelitian untuk penelitian eksperimen dapat berbeda dengan
penelitian survei.
4. Organisasi profesi. Format Proposal Penelitian yang disepakati dan
dipergunakan antar organisasi profesi dapat juga berbeda satu sama lain
Misalnya, The Association for Educational; Communication and Technology
menyepakati format Proposal Penelitian (AECT, 1995), yang berbeda dengan
15. American Pscychological Association (APA), atau dengan . Modern
Language Association (MLA). Di Indonesia format penelitian yang
dipergunakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), berbeda dengan Ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia (ISEI), atau dengan Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
Format yang mana pun dipergunakan, suatu Proposal Penelitian pada hakikatnya
setidak-tidaknya mengandung dua unsur utama yang dikemukakan sebelumnya yaitu (1)
masalah dan (2) metodologi. Pengembangan kedua unsur tersebut dalam Proposal Penelitian
dapat berbeda. Kelayakan suatu Proposal Penelitian dapat dilihat sejauh mana kejelasan
kedua unsur tersebut diuraikan.
CARA SITASI YANG BENAR DAN LEGAL
sitasi adalah menunjukan asal-usul atau suatu kutipan menguntip pernyataan atau
menyalin/mengulang pernyataan seseorang dan mencantumkan kedalam suatu karya tulis
yang dibuat, namun tetap mengindikasikan bahwa kutipan tersebut itu adalah pernyataan
orang lain.
Isi sitasi :
1) Buku : pengarang, judul buku, penerbit dan tahun publikasi
2) Jurnal: pengarang, judul artikel, judul jurnal, volume, tahin publikasi dan
nomor halaman.
3) Karya di Internet: URL dan tanggal tersebut diakses.
Rujukan (Referensi, Acuan, atau References)
1) Biasanya terdapat pada akhir setiap bab dari suatu buku atau pada akhir suatu
artikel jurnal atau makalah
2) Entri disusun sesuai urutan kutipan di dalam teks atau secara alphabetis.
Daftar pustaka (Daftar Kepustakaan, Biografi, atau Bibliography)
1) Terdapat pada akhir suatu buku atau jenis monograf lainya.
2) Entri disusun secara alphabetis (A-Z) tanpa pengelompokan jenis sumber.
3) Jika pengarang yang sama dikutip beberapa kali dari karya yang berbeda, entri
didaftar secara kronologis berdasarkan tahun publikasi
16. 4) Jika pengarang dikutip untuk dua atau lebih karya yang dipublikasi pada tahun
yang sama, tambahkan huruf kecil a, b, c, ,dst setelah tahun terbit, contoh:
2005a, 2005b, 2005c.