Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
teologi islam muncul pada masa nabi muhammad saw wafat sehingga menimbulkan banyak masalah pada umat islam kala itu sahabat-sahabt rasullullah yaitu pada masa sahabat umar bin khatab berakhir sehingga terjadi kekosongan kepemimpinan muncul dua kelompok besar yang dipimpin oleh sahabat nabi yaitu usman bin afwan dan ali bin abi thalib kedua kelompok besar ini melakukan musyawarah yang akhirnya usman bin affan lah yang mendapat suara terbanyak untuk menjadi pemegang kekuasaan namun, dilain pihak kelompok ali sangat tidak terima dengan hasil musyawarah akhirnya terjadilah perang antara mereka itulah awal mula munculnya teologi islam.
Pengertian arsip adalah penempatan kertas-kertas dalam tempat penyimpanan yang baik menurut aturan yang telah ditentukan terlebi dahulu sedemikian rupa sehingga setiap kertas apabila diperlukan dapat ditemukan kembali dengan mudah dan cepat. (Sularso Mulyono)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
teologi islam muncul pada masa nabi muhammad saw wafat sehingga menimbulkan banyak masalah pada umat islam kala itu sahabat-sahabt rasullullah yaitu pada masa sahabat umar bin khatab berakhir sehingga terjadi kekosongan kepemimpinan muncul dua kelompok besar yang dipimpin oleh sahabat nabi yaitu usman bin afwan dan ali bin abi thalib kedua kelompok besar ini melakukan musyawarah yang akhirnya usman bin affan lah yang mendapat suara terbanyak untuk menjadi pemegang kekuasaan namun, dilain pihak kelompok ali sangat tidak terima dengan hasil musyawarah akhirnya terjadilah perang antara mereka itulah awal mula munculnya teologi islam.
Pengertian arsip adalah penempatan kertas-kertas dalam tempat penyimpanan yang baik menurut aturan yang telah ditentukan terlebi dahulu sedemikian rupa sehingga setiap kertas apabila diperlukan dapat ditemukan kembali dengan mudah dan cepat. (Sularso Mulyono)
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUMAlfirdausDaus
file ini berisi pertanyaan-pertanyaan tentang Penemuan Hukum sangat berguna bagi Mahasiswa/i yang mempelajari Penemuan Hukum, serta mendalami pengetahuan apa itu hukum secara khususnya.
Sejak dahulu, agama sebagai objek penelitian sudah lama di perdebatkan. Harun Nasution menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa agama, kerena merupakan wahyu tidak dapat menjadi sasaran penelitian ilmu soial dan kalaupun dapat di lakukan harus menggunakan metode khusus yang berbeda,dengan metode ilmu sosial. Disinilah kita perlu memahami tentang penelitian agama dan keagamaan, kedudukan penelitian agama diantara penelitian lain, konstruksi teori penelitian agama dan model penelitian agama.
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUMAlfirdausDaus
file ini berisi pertanyaan-pertanyaan tentang Penemuan Hukum sangat berguna bagi Mahasiswa/i yang mempelajari Penemuan Hukum, serta mendalami pengetahuan apa itu hukum secara khususnya.
Sejak dahulu, agama sebagai objek penelitian sudah lama di perdebatkan. Harun Nasution menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa agama, kerena merupakan wahyu tidak dapat menjadi sasaran penelitian ilmu soial dan kalaupun dapat di lakukan harus menggunakan metode khusus yang berbeda,dengan metode ilmu sosial. Disinilah kita perlu memahami tentang penelitian agama dan keagamaan, kedudukan penelitian agama diantara penelitian lain, konstruksi teori penelitian agama dan model penelitian agama.
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...regiandira739
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara studi pustaka dan pemungutan angket. Sasaran penelitiannya adalah siswa-siswi SMA yang sekolahnya menerapkan kurikulum 2013, salah satunya adalah SMAN 1 Majalengka.
1. PENINGKATKAN KEDISIPLINAN MELALUI BUKU
SAKU TATA TERTIB PADA SISWA SDN ORO ORO
OMBO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
PROPOSAL
Oleh:
DYNA AYU SANJAYA
09. 141. 057
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2012
2. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirabbil „alamin hamdan yuwafini amahu wayukafi
umazidah, ya rabbna lakal hamdu kamalijala liwajhikal wa‟adhimisulthan
Puji syukur kehadhirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya penulis berada dalam keadaan sehat wal‟afiat sehingga telah dapat
menyelesaikan proposal tindakan sekolah. Laporan ini penulis buat berdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara di SD Negeri Oro Oro Ombo Kota Madiun.
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir mata
kuliah PTK bagi setiap mahasiswa FIP prodi S1 PGSD (Pendididkan Guru
Sekolah Dasar) untuk menyelesaikan studinya sehingga kelak dari pengalaman
ini dapat menambah pengalaman dan wawasan yang lebih luas serta dapat
menciptakan nuansa yang lebih baru
Penyusunan proposal ini merupakan kajian singkat tentang upaya
peningkatan kedisiplinan melalui buku saku peraturan pada siswa SDN Oro Oro
Ombo Kota Madiun. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini
tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak baik itu secara individu maupun secara umum terutama bimbingan dan
pengarahan yang tulus dan ikhlas dari pembimbing. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Pardji, M. Pd. , Rektor IKIP PGRI Madiun
2. Bapak Dr. Teguh Suharto, M. Pd. , Kepala UPK IKIP PGRI Madiun
3. Bapak Elly‟s Mersina Mursidik, S.Pd., M.Pd , Sekretaris UPK IKIP PGRI
Madiun
4. Bapak Drs. Hagus Muryanto, M.Kes, Dosen Pembimbing Microteaching dan
Dosen Pembimbing Pelaksanaan Pengalaman Lapangan (PPL)
3. 5. Ibu Iswarijah, S.Ag.,M.Si., Kepala SDN Oro Oro Ombo Kota Madiun
6. Bapak, Ibu guru pamong serta staf dan karyawan SDN Oro Oro Ombo Kota
Madiun
7. Siswa - siswi SDN Oro Oro Ombo Kota Madiun
8. Rekan-rekan mahasiswa PPL IKIP PGRI MADIUN di SDN Oro Oro Ombo
Kota Madiun
Serta kepada semua pihak yang telah membantu, kami tidak bisa
membalas jasa yang telah diberikan kepada kami, hanya kepada Tuhan jualah,
kami berserah diri semoga semua apa yang telah diberikan itu mendapat imbalan
yang setimpal.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya, untuk itu penulis sangat
mengharapkan adanya kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini.
Madiun, 3 Desember 2012
Penyusun
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sekolah sebagai tempat penyelenggara proses kegiatan pendidikan
yang dilaksanakan secara tertib dan terencana yang berfungsi mendidik,
mengembangkan, dan bertanggung jawab untuk mempersiapkan peserta didik
yang terampil dan berkualitas untuk generasi yang akan datang.
Di dalam kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi
pelaksanaan kebiasaan-kebiasaan dan pengulangan kegiatan secara rutin dari
hari ke hari. Kebiasaan tersebut akan menghasilkan suatu peraturan/ norma-
norma. Norma-norma terhimpun menjadi aturan yang harus dipatuhi karena
setiap pelanggaran akan menimbulkan keresahan, keburukan dan kehidupan
pun berlangsung tidak efektif atau bahkan tidak efisien. Dengan demikian
berarti manusia dituntut untuk mampu mematuhi berbagai ketentuan atau
harus hidup secara berdisiplin sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di
lingkungannya.
Anak didik sebagai generasi penerus bangsa, sejak dini harus
dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang
berguna bagi dirinya masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan
efisien. Norma-norma itu sebagai ketentuan tata tertib hidup harus dipatuhi
atau ditaatinya. Melanggar tata tertib akan merugikan dirinya dan bahkan
dapat ditindak dengan mendapat sanksi atau hukuman.
Kedisiplinan pada anak usia sekolah khususnya anak sekolah dasar
sangat penting untuk diperhatikan, adanya peraturan-peraturan yang jelas dan
terarah sangat mempengaruhi anak pada masa dewasanya nanti. Kedisiplinan
pada anak harus dilakukan, salah satunya adalah kedisiplinan harus masuk
akal dan adanya konsekuensi jika kedisiplinan dilanggar.
Dalam hal kedisiplinan pada anak usia sekolah, orang tua atau guru
harus bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya. Penerapan
peraturan yang konsisten dan hukuman ringan jauh lebih bermanfaat bagi
5. anak daripada peraturan yang tidak konsisten dan hukuman yang berat.
Konsisten atau disebut disiplin merupakan cara orang tua atau guru untuk
menunjukkan kepada anak bahwa orang tua atau guru sebenarnya
memperhatikan perilaku anaknya, maka orang tua / guru tersebut akan lebih
terdorong untuk bersikap sesuai dengan harapan.
Setiap sekolah selalu menerapkan suatu peraturan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sekolah terkait, terlebih lagi bagi siswa yang
bersangkutan. Namun tidak sedikit peraturan sekolah tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, hanya merupakan sebagai suatu formalitas dari sekolah.
Kenyataan itu bisa dilihat di SDN Oro Oro Ombo khususnya, tata
tertib untuk melatih kedisiplinan siswa SDN Oro-Oro Ombo sebenarnya
sudah diterapkan tetapi tidak ada sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Jadi
masih ditemukan siswa yang kurang berdisiplin seperti siswa yang terlambat
masuk kelas pada saat jam pelajaran, tidak berseragam lengkap, tidak
membawa buku pelajaran, tidak masuk tanpa surat keterangan, membuang
sampah tidak pada tempatnya, dll. Hal itu menunjukkan tingkat
kedisiplinannya masih kurang dan perlu dibenahi agar tidak menjadi budaya
yang tidak baik pada lembaga pendidikan yang bersangkutan. Untuk itu perlu
adanya tindakan agar kedisiplinan anak dapat berjalan sesuai yang
diharapkan.
Maka dari itu langkah-langkah yang dapat diambil bisa dilakukan
oleh guru atau siswa dengan tindakan yang konkrit dan tegas sehingga akan
tercipta kedisiplinan. Tindakan tersebut dapat berupa hukuman atau sanksi
yang tegas terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan siswa. Dengan adanya
peraturan dan pemberian sanksi diharapkan dapat merubah perilaku siswa ke
arah yang lebih baik sehingga dapat lebih disiplin dalam mematuhi peraturan
sekolah. Maka dari itu penulis mangambil judul “ Upaya Peningkatan
Kedisiplinan Melalui Buku Saku Tata Tertib Pada Siswa SDN Oro Oro
Ombo tahun Pelajaran 2012/2013.
6. B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana peningkatan kedisiplinan melalui buku saku tata tertib pada siswa
SDN Oro Oro Ombo tahun pelajaran 2012/2013?
C. Tujuan
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas,
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Memberikan peningkatan kedisiplinan siswa SDN Oro Oro Ombo melalui
buku saku tata tertib tahun pelajaran 2012/2013?
D. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atas masalah penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002), hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan masalah dan tujuan
penelitian yang telah dirumuskan di atas, hipotesis tindakan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Siswa SDN Oro Oro Ombo tahun pelajaran 2012/2013 dalam mentaati
peraturan sekolah akan meningkat dengan menggunakan buku saku Tata
Tertib.
E. Manfaat
1. Bagi Guru
PTS tersebut akan memperkaya wawasan dan pengalaman untuk
mengatasi masalah kedisiplinan siswa dalam mentaati peraturan sekolah.
2. Bagi Siswa
Hasil PTS tersebut akan melatih siswa membiasakan diri bersikap
disiplin, mentaati peraturan yang berlaku, dan melaksanakan tanggung
jawab setiap harinya. Selain itu mendorong siswa untuk memiliki
7. kesadaran mentaati peraturan yang berlaku di sekolah. Sehingga siswa
akan menjadi anak yang percaya diri, disiplin, bertanggung jawab, dan
memiliki budi perketi yang luhur dalam melaksanakan tugas yang
dihadapinya.
3. Bagi Orang Tua
Hasil PTS tersebut akan memberikan masukan yang berharga tentang
kedisiplinan anaknya sehingga orang tua siswa akan dapat memberikan
pembinaan kepada anaknya untuk tetap menjaga dan meningkatkan
kedisipliannya di lingkungannya.
4. Bagi Pihak Penentu Kebijakan
Hasil PTS tersebut akan memberikan masukan yang berharga, terutama
dalam kedisiplinan siswa .
8. BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari kata “discipline” yang secara etimologis artinya
penganut atau pengikut. Konsep kedisiplinan berkaitan erat dengan norma,
tata tertib, peraturan dalam kehidupan bersama. Menurut bahasa, disiplin
adalah tata tertib (di sekolah, kemiliteran dan sebagainya); ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya.
Bohar Suharto (Tulus, 2004 : 35) mengemukakan pengertian
disiplin yaitu :
1. Disiplin diartikan sebagai latihan untuk menuruti kemauan seseorang.
Jika seseorang memberi perintah maka orang lain akan menuruti perintah
tersebut.
2. Disiplin diartikan sebagai hukuman. Maksud dari hukuman adalah
sebagai upaya mengeluarkan perilaku/sifat yang jelek dari dalam diri
orang tersebut hingga menjadi baik.
3. Disiplin diartikan sebagai alat untuk mendidik individu agar belajar
tentang nilai-nilai yang ada di lingkungannya.
Disiplin diperlukan untuk membentuk pribadi dan karakter anak
yang baik. Melalui kedisiplinan anak dikenalkan pada sesuatu yang layak atau
tidak layak dalam berperilaku. Mengenal hak dan kewajiban sebagai seorang
siswa. Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri
sesesorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Disiplin merupakan sikap mental
yang akan membiasakan anak mengendalikan diri dan hidup bersosialisasi
dengan peraturan-peraturan yang ada, maka anak akan mematuhi peraturan-
peraturan tersebut sehingga akan tercipta suasana yang kondusif.
Sedangkan menurut Tulus Tu‟u (2004 : 31) menyebutkan bahwa istilah
disiplin adalah sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya
kesadaran dan dorongan dalam diri orang itu.
9. Disiplin yang timbul dari kesadaran diri sendiri merupakan disiplin
yang paling baik, pada tingkatan ini kesadaran untuk mentaati tata tertib,
norma, peraturan yang berlaku di lingkungan sekolah khususnya bukan lagi
karena takut mendapatkan hukuman dari guru, melainkan adanya rasa
tanggung jawab sebagai siswa yang harus mentaati peraturan agar tercipta
suasana yang tertib dan teratur.
Dalam rangka meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab siswa
di sekolah, seorang guru harus menyatakan peraturan dan konsekuensinya
jika siswa melanggar. Konsekuensi ini dilakukan secara bertahap dimulai dari
peringatan, teguran, memberi tanda cek, disuruh menghadap kepala sekolah
dan atau dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yang
dilakukannya di sekolah “. (Ahmad Rohani, dkk, 1991 : 131)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan pengertian
disiplin adalah suatu sikap seseorang yang mencerminkan rasa ketaatan,
kepatuhan dan didukung oleh kesadaran dengan cara melatih dan
membiasakan untuk mentaati tata tertib yang telah ditetapkan dilingkungan
dimana mereka berada.
B. Pentingnya Disiplin
Menurut Soemamo (1997 : 8) Disiplin menjadi sarana dalam
pendidikan, karena disiplin berperan mempengaruhi, mendorong,
mengendalikan, mengubah, dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai
dengan nilai-nilai yang ditanamkan dan diajarkan serta diteladankan.
Pentingnya suatu kedisiplinan juga disebutkan oleh Ahmad Rohani
(134, 2004) Dengan disiplin, anak didik bersedia untuk tunduk dan
mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan
semacam ini harus dipelajari dan harus secara sadar diterima dalam rangka
memelihara kepentingan bersama atau memelihara tugas-tugas sekolah.
Menurut Winataputra (1998: 10) menjelaskan bahwa disiplin itu perlu
diajarkan kepada siswa dengan alasan, sebagai berikut: ( 1) disiplin perlu
diajarkan serta di pelajari dan di hayati oleh siswa agar siswa mampu
10. mendisiplinkan dirinya ·sendiri dan mampu mengendalikan diri sendiri tanpa
di control guru; (2) disiplin sebagai mana diakui olehmpakar sejak dahulu,
merupakan titik pusat dari tingkat ketercapainnya dalam menerapkan displin
yang sempuma; (3) tingkat ketaatan siswa yang tinggi terhadap aturan kelas
lebih-lebih jika ketaatan itu tumbuh dari diri sendiri, bukan dipaksa, akan
memungkinkan terciptanya ik1im belajar yang kondusip, yaitu iklim belajar
yang menyenangkan sehingga siswa terpaku untuk belajar; (4) kebiasaan
untuk mentaati aturan dalam kelas akan memberi dampak lebih lanjut bagi
kehidupan di dalam aturan yang ada dalam masyarakat.
Mencermati beberapa pendapat diatas, disiplin siswa dalam mentaati
tata tertib di sekolah sangatlah penting, karena dengan membiasakan disiplin
akan membentuk pribadi siswa menjadi baik.
Menurut Tulus (2004 : 34) mengemukakan bahwa disiplin diperlukan
oleh siapa pun dan dimana pun. Hal tersebut disebabkan karena dimana pun
orang berada disana pasti terdapat tata tertib. Tanpa tata tertib, manusia akan
menghadapi banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari. Karena dalam
masyarakat pasti terdapat tata tertib untuk mengatur kehidupan masyarakat
yang harus ditaati dan dilaksanakan.
Disiplin dapat diterapkan dimana dan kapan saja, baik di rumah, di
sekolah, maupun di lingkungan dimana orang itu berada. Di sekolah disiplin
juga sangatlah penting diterapkan, dengan diberlakukannya disiplin di
sekolah siswa akan terbiasa hidup disiplin dan beradaptasi dengan
lingkungan. Sehingga muncul keseimbangan apabila sedang berhubungan
dengan orang lain.
Dalam hal ini Maman Rachman (Tulus Tu‟u, 2004 : 35-36)
mengemukakan pentingnya disiplin untuk para siswa di sekolah, yaitu :
1. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang menyimpang.
2. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan dengan tuntutan
lingkungan.
3. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik
terhadap lingkungan.
11. 4. Mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan lainnya.
5. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
6. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
7. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik,
positif, dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
Dengan demikian perilaku disiplin perlu ditanamkan dan dimiliki
oleh siswa di sekolah dengan tujuan menolong siswa menjadi pribadi yang
matang. Secara umum, disiplin di sekolah bertujuan untuk melaksanakan
kurikulum secara baik, sehingga dapat menunjang peningkatan mutu
pendidikan.
C. Menanamkan Disiplin pada Anak
Menanamkan disiplin pada anak sangatlah penting, karena dengan
disiplin akan membentuk kepribadian dan karakter anak menjadi baik dan
anak akan dapat hidup di tengah-tengah masayarakat dengan berbagai macam
peraturan yang harus ia taati. Salah satu cara menanamkan disiplin kepada
anak adalah dengan pembiasaan. Seseorang dibiasakan mematuhi tata tertib
yang berlaku maka lama kelamaan akan muncul kesadaran dalam diri
seseorang untuk bersikap disiplin dalam kehidupan sehari-harinya.
Poejawiyatna (Tololiu, 2005 :15) menjelaskan bahwa pembiasaan
disiplin siswa, artinya setiap peserta didik di sekolah hendaknya selalu
membiasakan diri untuk disiplin dengan mengetahui semua peraturan yang
ada atas dasar putusan budi pekerti yang memberitahukan bahwa kita harus
berbuat baik dan menjauhkan yang jahat. Siswa perlu memiliki sikap disiplin
dengan cara latihan dan pembiasaan untuk memperkuat dirinya sendiri agar
selalu terbiasa patuh dan mengendalikan diri.
Sehubung dengan pembiasaan disiplin dalam diri siswa, Shoehib
(Tololiu, 2005 : 16) menjelaskan bahwa disiplin diri siswa merupakan proses
belajar.” Pada awal proses belajar perlu adanya upaya untuk mendidik yakni
(1) melatih, (2) membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
12. berdasarkan acuan moral, dan (3) perlu adanya kontrol diri untuk
mengembangkannya.
Selain itu penanaman displin pada anak juga bisa dilakukan dengan
pengawasan dan kontrol, kedisiplinan anak masih bersifat naik turun yang
biasanya dipengaruhi oleh situasi tertentu. Anak yang menyeleweng atau atau
tidak mematuhi peraturan maka perlu pengawasan agar bisa mengontrol
perilakunya.
Penanaman dan penerapan sikap disiplin di sekolah tidak di
maksudkan sebagai suatu tindakan pengekangan atau pembatasan kebebasan
siswa dalam melakukan perbuatan sekehendaknya, tetapi hal itu bertujuan
sebagai pengarah kepada sikap yang bertanggungjawab dan mempunyai cara
hidup yang teratur. Sehingga siswa tidak merasakan bahwa disiplin itu
merupakan beban yang sangat berat tetapi sebagai suatu kebutuhan dirinya
dalam hidup sehari-hari.
D. Pengertian buku saku Tata Tertib
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku adalah lembar kertas
yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan Buku Saku adalah buku
berukuran kecil yang berisi tulisan dan dapat dimasukkan ke dalam saku serta
mudah dibawa ke mana-mana dan kapan saja bisa dibaca.
Tata tertib berasal dari dua kata, yaitu kata “tata” yang artinya
susunan, peletakan, pemasangan, atau bisa disebut juga sebagai ilmu,
contohnya, tata boga, tata graham, dan lain sebagainya. Dan kata yang kedua
adalah kata “tertib” yang artinya teratur, tidak acak-acakan, rapih. Jadi
kosakata tata tertib artinya adalah sebuah aturan yang dibuat secara tersusun
dan teratur, serta saling berurutan, dengan tujuan semua orang yang
melaksanakan peraturan ini melakukannya sesuai dengan urutan-urutan yang
telah dibuat.
Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian buku saku
tata tertib adalah buku berukuran kecil yang dapat dimasukkan ke dalam saku
13. dan berisikan aturan-aturan yang tersusun dengan tujuan semua orang
mentaati dan melaksankannya.
E. Manfaat Buku Saku Tata Tertib
Buku saku tata tertib yang dipegang oleh setiap siswa digunakan
sebagai pedoman dalam mentaati tata tertib sekolah setiap harinya yaitu
berisikan peraturan-peraturan / tata tertib yang harus dipatuhi setiap siswa.
Dengan adanya tata tertib siswa akan mengetahui kewajibannya
sebagai siswa di sekolah serta melaksanakan peraturan dengan baik sehingga
kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancar.
Menurut Giri (2007 : 15) Tujuan diadakannya peraturan sekolah adalah :
1. Agar siswa mengetahui tugas, hak dan kewajibannya.
2. Agar siswa mengetahui hal-hal yang diperbolehkan dan kreatifitas
meningkat serta terhindar dari masalah-masalah yang dapat menyulitkan
dirinya
3. Agar siswa mengetahui dan melaksanakan dengan baik dan sungguh-
sungguh seluruh kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah baik
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Selain itu manfaat buku saku tata tertib ini, siswa akan selalu ingat
tentang tata tertib yang berlaku di sekolah. Karena buku saku tata tertib akan
dibawa siswa setiap harinya dan dimanapun ia berada selama masih dalam
lingkup sekolah. Sehingga siswa akan berpikir ulang apabila akan melakukan
pelanggaran tata tertib.
14. BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan sekolah, karena tindakan yang akan dilakukan diterapkan
pada sekolah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif karena
analisis data akan diuraikan secara verbal yang menggambarkan perencanaan,
pelaksanaan, dan hasil tindakan pada siklus I dan II yang bertujuan untuk
meningkatkan kedisiplinan pada siswa SDN Oro Oro Ombo. Tindakan
penelitian menggunakan siklus, yang terdiri atas tahap (1) Perencanaan
meliputi penyusunan buku saku tata tertib yang akan digunakan oleh siswa
dan jadwal piket guru dalam memantau siswa kesehariannya, (2) Pelaksanaan
tindakan meliputi melaksanakan peraturan dalam buku saku serta
memberikan point bagi yang melanggar dan akan ditindak lanjuti dengan
memberikan hukuman yang sesuai dengan jumlah point yang didapat oleh
pelanggarnya, (3)Pengamatan/observasi untuk mengetahui tingkat
kedisiplinan siswa pada saat menggunakan buku saku tata tertib , dan (4)
tahap refleksi (perenungan, pemikiran, dan evaluasi) pada siklus 1 untuk
mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan.
B. Lokasi, waktu penelitian, subyek penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN Oro Oro Ombo, Jl. Biduri No. 1
Kota Madiun. Tindakan penelitian ini dikenakan pada seluruh siswa kelas 1
sampai 6. Pelaksanaan tindakan sekolah dilaksanakan mulai pada tanggal 1
Januari sampai 26 Maret 2013. Dari jam pertama masuk kelas 07.00 sampai
jam 12.00.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:15), obyek penelitian adalah
variabel apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan subjek
penelitian merupakan tempat dimana variabel melekat. Subjek penelitian
15. adalah seluruh siswa kelas 1 sampai 6 SDN Oro Oro Ombo tahun pelajaran
2012/2013 dengan jumlah siswa 540 orang.
C. Perencanaan Tindakan
Tabel 1.1 Siklus I yang direncanakan
Penyusunan buku saku tata tertib, dan
jadwal piket guru dalam memantau
kegiatan siswa kesehariannya dan
Perencanaan
mencatat pelanggaran disiplin yang
dilakukan oeh siswa ( setiap hari ada 4
orang yang bertugas piket)
Penerapan buku saku tata tertib yang
setiap harinya dibawa oleh siswa dan
Pelaksanaan
Siklus 1 memberikan point kepada siswa yang
melanggarnya.
peneliti mengamati kedisiplinan siswa
kesehariannya ketika menggunakan
Observasi
buku saku tata tertib, serta melakukan
dokumentasi.
Peneliti melihat apakah hasil penelitian
Refleksi menunjukkan peningkatan kedisiplinan
siswa dalam mentaati tata tertib sekolah.
Tabel 1.2 Siklus II yang di rencanakan
Peneliti menambah guru piket dan poin
Perencanaan
tata tertib.
Penerapan buku saku tata tertib dengan
Siklus 1I
Pelaksanaan menambah jumlah poin pada setiap
pelanggaran.
Observasi peneliti mengamati kedisiplinan siswa
16. kesehariannya ketika menggunakan
buku saku tata tertib dan melakukan
dokumentasi.
Peneliti melihat kembali apakah hasil
penelitian menunjukkan adanya
Refleksi
peningkatan kedisiplinan siswa dalam
mentaati tata tertib sekolah.
D. Indikator Keberhasilan
Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Siklus I
Pencapaian
Aspek Cara mengukur
siklus I
Respon siswa ketika 20% Diamati pada kesehariannya
melaksanakan tata siswa mentaati tata tertib
tertib yang diterapkan. sekolah.
Melaksanakan buku 45% Diamati pada kegiatan siswa
saku tata tertib . setiap hari di sekolah dalam
menggunakan buku saku tata
tertib.
Kedisplinan siswa 65% Diamati ketika siswa
meningkat melalui melakukan mentaati tata tertib
buku saku tata tertib. di sekolah.
17. Tabel 2.2 Indikator Keberhasilan Siklus II
Pencapaian
Aspek Pencapaian Siklus I
siklus I
Respon siswa ketika 20% 30%
melaksanakan tata
tertib yang diterapkan.
Melaksanakan buku 45% 55%
saku tata tertib .
Kedisplinan siswa 65% 70%
meningkat melalui
buku saku tata tertib.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2005: 119), “Instrumen penelitian adalah suatu
alat penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data yang sesuai dengan
permasalahan penelitian”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi: buku saku tata tertib dan jadwal piket guru pemantau. Buku saku
tata tertib digunakan untuk siswa sebagai pedoman dalam menjalankan tata
tertib sekolah.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu proses penerapan metode
penelitian pada masalah yang sedang diteliti. Teknik pengumpulan data
menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 207) adalah “ mengamati variabel yang
akan diteliti dengan metode interview, tes, observasi, kuisioner dan
sebagainya.
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik
dokumentasi, observasi dan interview. Teknik dokumentasi dilakukan untuk
mengetahui tingkat kedisiplinan siswa dalam mentaati tata tertib sekolah
18. setiap harinya dengan mengambil foto kegiatan siswa sehari-hari. Teknik
observasi digunakan untuk merekam tingkat kedisiplinan siswa dengan
menggunakan buku saku tata tertib dan digunakan camera video. Interview,
mewawancarai setiap petugas piket mengenai kedisiplinan siswa.
G. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Data berupa catatan hasil observasi, buku saku tata tertib yang dikumpulkan
setiap minggu dan ditanda tangani oleh wali kelas kemudian dianalisa untuk
mendapatkan kesimpulan.
19. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Ahmad, Rohani, dkk. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta
D. Soemarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib
Sekolah. Jakarta: Skala Jamakarya
Giri, Harto 2007. Tata Tertib Sekolah sebagai Sarana Pendidikan Moral, Skripsi,
Fakultas Ilmu Sosial
Ibadullah dan Edy. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. IKIP PGRI MADIUN
Ibadullah, Malawi. 2011. Penelitian Pendidikan. IKIP PGRI MADIUN
Sugiyono. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta
Tololiu, Daike, 2005. Meningkatkan Disiplin Siswa Melalui Bimbingan
Individual. Skripsi, Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo
Tu'u, Tulus. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo
Winataputra, Udin. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud, proyek
Peningkatan Mutu Guru SD setara DII
20. Lampiran
BUKU SAKU
TATA TERTIB
FOTO
3X4
Identitas Siswa
Nama : ...................................
Kelas : ...................................
Alamat : ...................................
SDN ORO ORO OMBO
JL. BIDURI NO. 1 MADIUN
2013
21. KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Pembinaan kesiswaan adalah hal yang harus ada dalam suatu lembaga
kependidikan dan keberadaannya sangat memerlukan dukungan diantaranya dari
orang tua, masyarakat dan pemerintah.
Salah satu bidang garapan dari pembinaan kesiswaan adalah menerapkan
kedisiplinan siswa baik selama di dalam kelas maupun di luar kelas, slah satu
caranya adalah diterapkannya tata tertib siswa yang dilengkapi dengan point dan
sanksi yang harus dipatuhi oleh semua siswa SDN Oro Oro Ombo.
Tata tertib ini disusun sebagai pegangan bagi siswa dan guru dalam
melakukan aktivitas kesehariannya
Madiun, 2013
Penyusun
22. VISI, MISI, DAN TUJUAN
SDN ORO ORO OMBO
2013
VISI SEKOLAH
“ Terwujudnya siswa yang berprestasi, berkarakter serta maju dalam Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi “
MISI SEKOLAH
1. Menumbuhkan semangat kompetisi di bidang akademis dan non akademis ;
2. Melaksanakan pembelajaran yang PAKEM ;
3. Membiasakan ibadah menumbuhkan insane beriman, bertaqwa dan
berakhlak mulia ;
4. Mewujudkan generasi yang sehat, berilmu, kreatif .
TUJUAN SEKOLAH
1. Berprestasi di berbagai lomba, baik akademik maupun non akademik ;
2. Mencetak lulusan yang berkarakter dan berakhlak mulia ;
3. Prestasi akademik dan non akademik Tahun Pelajaran 2011/2012 belum
maksimal dengan harapan Tahun Pelajaran 2012/2013 ada peningkatan dan
prestasi ;
4. Seluruh warga sekolah lebih tekun dalam menjalankan ibadah :
5. Menumbuhkan insane beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia :
6. Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah dan sehat ;
7. Menguasai teknologi dasar computer ;
8. Menjadikan warga sekolah yang berpengetahuan dalam tenologi.
9. Dalam penguasaan teknologi Tahun Pelajaran 2011/2012 masih taraf
rintisan, untuk Tahun Pelajaran 2012/2013 semua warga sekolah sudah
menerapkan teknologi secara maksimal.
23. TATA TERTIB SDN ORO ORO OMBO
2013
Jumlah
No. Jenis Pelanggaran
point
1 Siswa terlambat masuk sekolah 3
2 Siswa tidak membawa buku saku tata tertib 3
3 Siswa tidak masuk tanpa surat ijin 3
4 Siswa diwajibkan memakai seragam sekolah yang telah ditentukan 3
5 Berkata sopan kepada guru, karyawan maupun teman 3
6 Membeli makanan atau jajan di luar sekolah 5
7 Bagi siswa siswi dilarang memelihara kuku panjang dan cat kuku 5
8 Siswa dilarang meninggalkan sekolah tanpa ijin guru / Ka.SD 5
9 Bagi siswa Putra tidak diperbolehkan berambut panjang 5
10 Siswa bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapian kelas 5
masing-masing
11 Membuang sampah sembarangan 5
12 Mengaktifkan telepon seluler pada saat pelajaran 5
13 Tidak membawa buku pelajaran 5
14 Tidak mengerjakan PR atau tugas sekolah 5
15 Makan dan minum di kelas pada jam pelajaran 5
16 Keluar kelas pada saat pergantian jam pelajaran dengan alasan 5
tidak jelas
17 Memberi keterangan palsu / berbohong 10
18 Bermain bola di dalam kelas atau bukan pada waktu jam pelajaran 10
berolahraga
19 Melindungi teman yang berbuat salah 10
20 Siswa dilarang berkata jorok dan berkelakuan tidak sopan 10
21 Mengolok-olok dan mempermainkan nama orang tua / wali murid 20
/ kepala sekolah / guru / karyawan
22 Berkelahi sesama teman 20
23 Dilarang merokok dilingkungan sekolah 20
24 Membawa dan saling meminjamkan gambar, kartu, buku, majalah, 20
kaset, HP porno (kategori pornografi)
25 Mencuri/ melakukan tindak criminal 20
Madiun, 01 Januari 2013
Wali kelas Kepala Sekolah
NIP. NIP.
24. Catatan Pelanggaran Tata Tertib
Tgl Jenis pelanggaran Point Nama pengamat ttd
Jumlah Point
Madiun, 2012
Mengetahui,
Wali Kelas Wali Murid
Catatan Pelanggaran Tata Tertib
Tgl Jenis pelanggaran Point Nama pengamat ttd
Jumlah Point
Madiun, 2012
Mengetahui,
Wali Kelas Wali Murid
25. Sanksi Pelanggaran
1. Setiap hari sabtu buku saku tata tertib di kumpulkan kepada wali kelas
2. Wali kelas berhak memberikan sanksi terhadap anak yang melanggar tata tertib
sesuai dengan jumlah point.
3. Setelah buku saku dikumpulkan kepada wali kelas, buku saku dikembalikan
kepada siswa untuk di tanda tangani oleh wali murid.
4. Jika jumlah point yang diperoleh mencapai 100 maka wali kelas berhak
memanggil wali murid ke sekolah.
5. Bentuk – bentuk Hukuman
Point 2 – 25 : diperingatkan dan diberi hukuman ringan
Point 26 – 50 : diperingatkan dan diberi hukuman sedang
Point 50 – 75 : diperingatkan dan diberi hukuman berat
Point 75 – 100 : diperingatkan dan memangggil wali murid untuk ditindak
lanjuti