SlideShare a Scribd company logo
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2020
Yang dibina oleh Bapak Dr. Indrabakti Sangalang , ST, MT dan Ibu Yunitha, ST, MT
PEMANFAATAN RUANG RUMAH
TINGGAL MASYARAKAT
BERPENGHASILAN RENDAH DALAM
PERSPEKTIF GENDER
DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
“SEMINAR”
KELOMPOK:
YOHANA IMELDA (DBB 117 003)
AUGUSTIN WULAN D. (DBB 117 047)
PEMANFAATAN RUANG RUMAH TINGGAL BERPENGHASILAN
RENDAH DALAM PERSPEKTIF GENDER
Abstrak
Peranan gender dalam kajian ini difokuskan kepada peranan laki-laki maupun
perempuan dalam pengembangan pola penataan ruang rumah masyarakat
berpenghasilan rendah . Melalui kajian ini ditemukan bahwa peranan gender
tidak mempengaruhi fungsi penataan ruangnya, melainkan aktivitas dari
penghunilah yang mempengaruhinya . Dalam artian laki-laki maupun
perempuan boleh menggunakan ruangan manapun , dan perbedaan
pemanfaatan ruangnya tergantung dari penggunaan, maupun kegiatan .
Kata Kunci : Pemanfaatan Ruang, Rmah Tinggal Masyarakat Berpenghasilan Rendah,
Persfekif Gender
Abstract
The role of gender in this study is focused on the roles of men and women in
developing spatial planning patterns for low-income communities. Through this
study, it is found that gender roles do not affect the spatial planning function, but
rather the activities of the occupants that influence it. In the sense that both men
and women can use any room, and differences in the use of space depend on
use and activity.
Keywords: Utilization of Space, Home Living for Low-Income
Communities, Gender Perspective
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan sasaran
1.4 Teknik pengumpulan data
1.5 Sistematika Penulisan
1.6 Studi Banding
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Tinjauan Umum
1.1.1 Rumah Tinggal
1.1.2 Fungsi dan Tipe Rumah Tinggal
1.1.3 Tipe Rumah Tinggal
1.1.4 Teori Mengenai Perubahan pada Rumah Tinggal
1.1.5 Perubahan pada Rumah Tinggal
1.1.6 Persepsi Ruang
1.1.7 Teori Mengenai Rumah Tinggal
2.2 Tinjauan Umum Arsitektur Gender
2.2.1 Definisi
2.2.2 Kriteria
2.2.3 Undang - Undang tentang Pembangunan Rumah Tinggal Masyarakat
Berpenghasilan Rendah
2.3 Pengaruh Persfektif Gender Terhadap Ruang
2.3.1 Ruang
2.3.2 Ruang dan Gender
2.3.3 Elemen Pembentuk Kualitas Ruang
2.3.4 Ruang dan Jarak Antar Manusia (Gender)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Lokasi Penelitian
3.3 Variabel Penelitian
3.4 Cara Memperoleh Data
3.5 Tahap-Tahap Analisa Penelitian
3.6 Data dan Jenis Data
3.7 Hipotesis
BAB IV GAMBARAN WILAYAH
4.1 Lokasi Penelitian
4.2 Kondisi Kawasan
4.3 Potensi Rencana Kawasan Perumahan Baru
BAB V ANALISA
5.1 Pemanfaatan Ruang Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah
5.1.1 Karakteristik Masyrakat Berpenghasilan Rendah
5.1.2 Perilaku Masyrakat Berpenghasilan Rendah
5.1.3 Pola Tata Ruang Masyrakat Berpenghasilan Rendah
5.2 Aktivitas dan Perspektif Gender dalam Pemanfaatan Ruang Rumah Masyarakat
Berpenghasilan Rendah di Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai
5.2.1 Aktivitas Penghuni
5.2.2 Gender dan Ruang
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ilustrasi indikasi terjadinya perubahan fisik pada sebuah lingkungan/site
Tabel 2.3 Batasan Penghasilan MBR dan Batas Maksimum
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Tabel 5.1 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 01
Tabel 5.2 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 26
Tabel 5.3 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 29
Tabel 5.4 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 82
Tabel 5.5 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 81
Tabel 5.6 Hasil Analisis Keseluruhan Aktivitas Teras
Tabel 5.7 Hasil Analisis Keseluruhan Aktivitas Kamar Tidur
Tabel 5.8 Hasil Analisis Keseluruhan Aktivitas Ruang Tamu
Tabel 5.9 Hasil Analisis Keseluruhan Aktivitas Kamar Mandi
Tabel 5.10 Hasil Analisis Keseluruhan Aktivitas Ruang Dapur
Tabel 5.11 Perubahan Ruang dan Fungsi pada Survey Lapamgan
Tabel 5.12 Kesimpulan Hasil Analisis Pemanfaatan Ruang Rumah
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pikiran
Gambar 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan
Gambar 4.1 Peta Lokasi Kelurahan Kereng Bangkirai
Gambar 4.2 Peta Lokasi Jalan Mendawai Kelurahan Palangka
Gambar 4.3 Peta Lokasi Jalan Dr. Murjani Kelurahan Pahandu
Gambar 4.4 Lokasi Perumahan Baru
Gambar 4.5 Lokasi Perumahan baru
Gambar 4.6 Lokasi Perumahan Baru
Gambar 5.1 Survey lapangan
Gambar 5.2. Survey lapangan
Gambar 5.3 Survey Lapangan
Gambar 5.4 Survey Lapangan
Gambar 5.5 Survey Lapangan
Gambar 5.6 Survey Lapangan
DAFTAR FOTO
Foto rumah 01
Foto rumah 02
Foto rumah 03
Foto rumah 04
Foto rumah 05
Foto rumah 06
Foto rumah 07
Foto rumah 08
Foto rumah 09
Foto rumah 10
Foto rumah 11
Foto rumah 12
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Persepsi manusia terhadap lingkungannya
Diagram 5.1 Hasil Analisi Keseluruhan Aktivitas
Diagrama 5.2 Hasil Analisis Keseluruhan Aktivitas Ruang Dapur
Diagram 5.3 Analisa Aktivitas, Gender , Dan Ruang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Permukiman masyarakat berpenghasilan rendah merupakan kampung, umumnya
dihuni oleh pendatang dari daerah pedesaan (rural) yang mempunyai harapan
memperoleh kesempatan kerja dan penghasilan tinggi. Mereka bekerja pada sektor
informal, dengan tingkat ketrampilan ekonomi dan pendidikan yang rendah serta
keahlian dan ketrampilan yang terbatas. Permukiman umumnya terletak di sekitar pusat
kota, mempunyai kepadatan tinggi tanpa halaman yang cukup, serta prasarana fisik
lingkungan yang kurang memadai.
Dalam arti umum, rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal
selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun
hewan, namun untuk istilah tempat tinggal yang khusus bagi hewan adalah sangkar,
sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep social
kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga,
hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain. Sebagai bangunan, rumah berbentuk
ruangan yang dibatasi oleh dinding dan atap.
Rumah dalam kaitan ini merupakan suatu konsep dalam mengaktualisasi diri baik
pribadi maupun sosial. Ruang-ruang tersebut menampung struktur sosial yang berkaitan
dengan peran para penghuninya, meliputi suami, istri, anak-anak serta anggota keluarga
lainnya dalam lingkup keluarga. Segala aktivitas dan interaksi pada rumah tinggal
tertuang dalam ruang-ruang. Penelitian ini bertujuan menganalisis kegiatan penghuni
terhadap susunan ruang yang tercermin dalam perilaku keseharian dengan
mengekspresikan pemahaman terhadap rumah melalui penyusunan objek maupun
penempatan pola dalam ruang pemanfaatan ruang sesuai gender yang membuat
pengaruh di dalamnya, yang dijadikan dasar dalam mewujudkan arsitektur dan interior
rumah tinggalnya. Dan juga dari hasil penelitian ini nantinya dapat diperoleh
kesimpulan bagaimana desain rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah menurut
perspektif gendernya.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana pemanfaatan ruang rumah masyarakat berpenghasilan rendah dilihat dari
aktivitas dan perspektif gendernya ?
1.3.Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh dari aktivitas gender dalam pemanfaatan ruang rumah masyarakat
berpenghasilan rendah .
1.4.Sasaran
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas, maka sasaran penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisis pemanfaatan ruang rumah masyarakat berpenghasilan rendah
2. Menganalisis pengaruh aktivitas penghuni dalam pemanfaatan ruang secara
perspektif gender
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat mendatangkan manfaat antara lain sebagi berikut:
1. Memberikan informasi atau gambaran tentang pemanfaatan ruang rumah di
kalangan masyarakat berpenghasilan rendah berdasarkan perspektif gender dan
aktivitasnya
2. Memberikan acuan dalam mendesain rumah untuk masyarakat berpenghasilan
rendah
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan dari tujuan dan sasaran penelitian, maka pembahasan substansi
akan difokuskan pada substansi Pengaruh dari aktivitas dan perspektif gender
dalam pemanfaatan ruang rumah masyarakat berpenghasilan rendah. Aktivitas yang
dimaksud adalah Aktivitas penghuni rumah. Sedangkan perspektif gender yang
dimaksud adalah dilihat dari sudut perbedaan kelamin dan kategori usia .
1.7 Sistematika Pembahasan
Laporan penelitian di susun dalam 6 (enam) bab, terdiri dari bab pendahuluan,
tinjauan pustaka, metode penelitian, gambaran wilayah penelitian,hasil analisis,
kesimpulan dan saran dengan isi dari masing-masing bab sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, pada bab ini mengemukakan latar belakang permasalahan,
rumusan permasalahan, tujuan ,sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup
penelitian , sistematika pembahasan, dan kerangka pikir penelitian.
BAB. II Tinjauan pustaka, pada bab ini akan di bahas tentang tinjauan pustaka yang
terkait dengan tema penelitian yaitu tentang pemanfaatan ruang
berdasarkan gender yang didekatkan kepada bentuk-bentuk perilaku
aktivitas warga sehari-hari di tempat bermukimnya .
BAB III Metode penelitian, pada bab ini berisikan tentang jenis penelitian, lokasi
penelitian, variabel penelitian, cara memperoleh data, tahap-tahap analisa
penelitian, jenis data, dan hipotesis.
BAB IV Gambaran Wilayah, Bab ini berisikan tentang adalah gambaran yang
menerangkan tentang keberadaan situasi dan kondisi atau keadaan dari
obyek penelitian yang berlokasi di 3 tempat yaitu daerah Murjani,
Mendawai, dan Kereng Bangkirai .
Bab V Hasil Analisis dalam pembahasan Bab ini berisikan pembahasan tentang
pengaruh dari perspektif gender terhadap pemanfaatan ruang pada rumah
masyarakat berpenghasilan rendah.
Bab VI Kesimpulan dan Saran dalam pembahasan Bab ini berisikan keseluruhan
hasil analisis, pembahasan, dan penelitian yang sudah dilakukan .
1.8. Kerangka Pikir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Rumah Tinggal
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga (Undang-Undang No.4 Tahun 1992). Dalam
pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan (struktural),
melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang
layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat (Frick dan Muliani,
2006). Berdasarkan pengertian tersebut rumah tinggal dapat diartikan sebagai
tempat tinggal yang memiliki berbagai fungsi untuk tempat hidup manusia yang
layak.
2.1.2. Fungsi dan Tipe Rumah Tinggal
Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal
yang layak dan sehat bagi setiap manusia, yaitu:
 Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia.
 Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia.
 Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit.
 Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar.
2.1.3. Tipe Rumah Tinggal
Menurut Suparno (2006), dalam perumahan, jenis rumah diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Rumah Sederhana
Rumah sederhana merupakan rumah bertipe kecil, yang mempunyai
keterbatasan dalam perencanaan ruangnya. Rumah tipe ini sangat cocok
untuk keluarga kecil dan masyarakat yang berdaya beli rendah. Rumah
sederhana merupakan bagian dari program subsidi rumah dari pemerintah
untuk menyediakan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat
berpenghasilan atau berdaya beli rendah. Pada umumnya, rumah sederhana
mempunyai luas rumah 22 m² s/d 36 m², dengan luas tanah 60 m² s/d 75 m².
b. Rumah Menengah
Rumah menengah merupakan rumah bertipe sedang. Pada tipe ini, cukup
banyak kebutuhan ruang yang dapat direncanakan dan perencanaan ruangnya
lebih leluasa dibandingkan pada rumah sederhana. Pada umumnya, rumah
menengah ini mempunyai luas rumah 45 m² s/d 120 m², dengan luas tanah 80
m² s/d 200 m².
c. Rumah Mewah
Rumah mewah merupakan rumah bertipe besar, biasanya dimiliki oleh
masyarakat berpenghasilan dan berdaya beli tinggi. Perencanaan ruang pada
rumah tipe ini lebih kompleks karena kebutuhan ruang yang dapat
direncanakan dalam rumah ini banyak dan disesuaikan dengan kebutuhan
pemiliknya. Rumah tipe besar ini umumnya tidak hanya sekedar digunakan
untuk tempat tinggal tetapi juga sebagai simbol status, simbol kepribadian
dan karakter pemilik rumah, ataupun simbol prestise (kebanggaan). Pada
umumnya, rumah mewah ini biasanya mempunyai luas rumah lebih dari 120
m² dengan luasan tanah lebih dari 200 m².
2.1.4 Teori Mengenai Perubahan pada Rumah Tinggal
Istilah perubahan menurut Papageorgiou, A. (1971) dalam Hartiningsih
(2008) halaman 2 adalah kejadian dalam suatu konteks baik yang disengaja
maupun tidak, menjadi berbeda dari keadaan awal, karena pengaruh atau
tindakan dari luar atau dari dirinya sendiri. Silas, J. et al (2000) menyebutkan
bahwa perubahan penggunaan ruang atau fungsi pada rumah tinggal dikarenakan
adanya interaksi penghuni dengan rumahnya. Lebih jauh mengenai perubahan,
respon manusia terhadap lingkungannya bergantung pada bagaimana individu
itu mempersepsi lingkungannya (Triatmodjo, S. 2008). Dalam tinjauan pustaka
mengenai perubahan ini akan dikaji teori-teori mengenai perubahan dalam
rumah tinggal dan teori mengenai persepsi.
2.1.5 Perubahan pada Rumah Tinggal
Dalam kaitannya dengan elemen pembentuk ruang dalam suatu site, ada tiga
dasar yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur indikasi suatu perubahan pada
fisik lingkungan menurut Habraken, N. J. (1982) dalam Lutfiah (2010) halaman
39, yaitu :
 Penambahan (addition) Merupakan penambahan suatu elemen dalam suatu
site sehingga terjadi perubahan. Misalnya menambahakan partisi pada suatu
ruang sehingga ruang yang tercipta bertambah.
 Pengurangan/membuang (elimination) Merupakan pengurangan suatu elemen
salam suatu site sehingga terjadi perubahan. Misalnya membongkar salah satu
bidang dinding ruangan dengan maksud memperluas ruang atau menyatukan
dua ruangan menjadi satu.
 Pergerakan/perpindahan (movement) Merupakan perpindahan atau
pergeseran suatu elemen pembentuk ruang dalam suatu site sehingga terjadi
perubahan. Misalnya memindahkan atau menggeser satu bidang dinding pada
suatu ruang ke tempat lain atau ke sisi lain.
JENIS
PERUBAHAN
KONDISI
MULA-MULA
PERUBAHAN KONDISI AKHIR
Addition
Elimination
Movement
Tabel 2.1 Ilustrasi indikasi terjadinya perubahan fisik pada sebuah lingkungan/site.
Sumber : Analisa penulis,2015.
Perubahan dan perkembangan pada tiap bangunan rumah tinggal dapat
berbeda tergantung pada tingkat kebutuhan penghuninya dan faktor dari luar
yang mempengaruhi penghuninya. Pembangunan rumah tinggal dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang tetap sama sejak dahulu dan ada yang berubah sesuai
waktu dan selera manusia setempat diantaranya iklim, bahan bangunan,
gambaran rumah tradisional, topografi, kebutuhan keamanan, lingkungan hidup,
ketersediaan lahan, status sosial dan kekayaan (Frick, H. dan Widmer, P. 2006).
Gambar 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan
Sumber : Membangun, Membentuk, Menghuni, Heinz Frick dan Petra Widmer
Selanjutnya faktor-faktor yang menjadi dasar bagi penghuni untuk merubah
rumah tempat tinggalnya adalah sebagai berikut (Budihardjo, E. 1998) :
 Perubahan anggota keluarga - Teknologi baru - Kebutuhan identitas diri
Proses integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin
lama makin menjadi dewasa disebut proses pembentukan identitas diri
(Sarwono 2013). Pengalaman, baik pengalaman umum yang dialami
individu dalam kebudayaan tertentu maupun pengalam khusus yang terjadi
pada diri individu itu sendiri memberi pengaruh yang berbeda-beda pada
masingmasiing individu.
 Perubahan gaya hidup Menurut Turner (1972) dalam Tafikurrahman et al
(2010) halaman 5 rumah sebagai bagian yang utuh dari pemukiman
bukanlah hasil fisik sekali jadi melainkan merupakan suatu proses yang
terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya
dalam waktu tertentu. Tiga hal yang melandasi rumah sebagai suatu proses :
 Nilai Rumah Faktor yg dapat dipakai untuk mengukur nilai rumah yaitu
faktor moneter (pedapatan rumah tangga meliputi biaya operasional
kelangsungan rumah, biaya-biaya seperti tanah, bangunan dan fasilitas lain,
serta modal yang dimiliki penguni dari kepemilikan rumah dan faktor non
moneter (pencapaian terhadap penghasilan maupun sosial, keamanan
bertempat tinggal atau kebebasan untuk mendiami dan menjual rumah, serta
standar fisik bangunan dan lingkungannya)
 Fungsi ekonomi rumah Usaha untuk menghasilkan rumah yang ekonomis
dan lebih menitikberatkan pada pemanfaatan sumber daya yang tersedia
atau suatu cara penggunaan yang efisien dari sumber daya yang tersedia.
 Wewenang atas rumah Bila penghuni mengendalikan proses pengambilan
keputusan utama dan bebas memberi masukan dalam perencanaan dan
perancangan pembangunan atau pengelolaannya, proses dan lingkungan
yang dihasilkan akan merangsang kesejahteraan dari perorangan maupun
masyarakat pada umumnya. Berdasarkan uraian mengenai teori-teori
tentang perubahan rumah tinggal di atas dapat disimpulkan beberapa
variabel yaitu :
 Perubahan dalam sebuah rumah tinggal dapat diukur adanya variabel berupa
penambahan, pengurangan, pergeseran/pemindahan elemen ruang
dalam.
 Pembangunan rumah dipengaruhi oleh variabel- variabel faktor iklim,
teknologi baru bahan bangunan, gambaran rumah tradisional, topografi,
perubahan jumlah anggota keluarga, kebutuhan keamanan, lingkungan
hidup, ketersediaan lahan, status sosial, kebutuhan identitas diri, perubahan
gaya hidup dan kekayaan (ekonomi). - Rumah sebagai suatu proses
(mengalami perubahan) terkait mobilitas ekonomi penghuninya meliputi
variabel nilai rumah, fungsi ekonomi rumah dan wewenang atas rumah.
2.1.6 Persepsi Ruang
Suatu studi oleh Laurens (2004) dikutip dari Kartikasari, R. (2012) halaman
15 menyebutkan persepsi merupakan proses memperoleh atau menerima
informasi dari lingkungan. Atkinson, R. L. (1983) dalam Kartikasari, R. (2012)
halaman 15 memberikan pengertian persepsi adalah proses dimana individu
menafsirkan stimulus lingkungannya .
Proses persepsi manusia terhadap lingkungannya tergambar dalam diagran
berikut ini :
Diagram 2.1 : Persepsi manusia terhadap lingkungannya
Sumber : Manusia dan Lingkungan, Sudharto P Hadi
Persepsi individu terhadap ruang akan terbentuk sesuai dengan stimulus
yang diperoleh melalui penginderaan. Lebih jauh Walgito (1980) dalam
Kartikasari, R.(2012) halaman 16 menguraikan persepsi terhadap ruang
terbentuk melalui indera penglihatan/mata, indera pendengaran/telinga, indera
penciuman/hidung dan indera peraba/kulit.
2.1.7 Teori Mengenai Rumah Tinggal
Rapoport, A. (1986) dalam Budihardjo, E. (2009) menyebutkan bahwa
rumah merupakan wujud struktural dimana bentuk dan organisasinya
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, serta erat kaitannya sengan tata nilai
kehidupan penghuninya. Lebih jauh Rapoport, A. (1986) dalam Budihardjo, E.
(2009) juga menyatakan bahwa perilaku manusia akan mempengaruhi dan
membentuk setting fisik lingkungannya. Sedangkan menurut Setiawan (1955)
dalam Kartikasari, R. (2012) menyebutkan bahwa perilaku manusia terhadap
ruang itu sendiri paling dipengaruhi oleh fungsi ruang.
2.2 Tinjauan Umum Arsitektur Gender
Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (John M.
echols dan Hassan Sadhily, 1983: 256). Secara umum,
pengertian Gender adalah konstruksi social dalam suatu Negara yang di
pengaruhi oleh kondisi social, politik, budaya, ekonomi, agama, maupun
lingkungan etnis. Gender bukan tentang jenis kelamin, namun gender dapat terjadi
pada laki-laki maupun perempuan.
Dari kondisi yang ada sekarang ini gender menimbulkan berbagai penafsiran
dan makna yang belum sesungguhnya memaknai gender itu sendiri.
Bila diamati masih terjadi kesalahpahaman mengenai pengertin gender dalam
keterkaitan dengan kaum perempuan. Di antara sebab musababnya tejadinya
ketidakjelasan serta kesalahpahaman tersebut adalah berbeda perspektif dalam
mendefinisikan gender, baik dalam masyarakat umum maupun dikalangan para
peneliti gender itu sendiri.
Gender sebagai salah satu isu dan sangat ramai dibahas tentang
perkembangan dan perubahan social kemasyarakatan. Gender merupakan
fenomena social yang masih bersifat relative dan kontekstual. Keberadaanya pun
sangat tergantung pada konstruksi social dari masyarakat tersebut.
2.2.1 Definisi
A. Pengertian Gender
Menurut World Health Organization (WHO), gender adalah sifat perempuan dan
laki-laki, seperti norma, peran, dan hubungan antara kelompok pria dan wanita,
yang dikonstruksi secara sosial. Gender dapat berbeda antara satu kelompok
masyarakat dengan masyarakat lainnya, serta dapat berubah sering waktu.
Istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller, dan orang yang
sangat berjasa dalam mengembangkan istilah dan pengertian gender adalah Ann
Oakley. Menurutnya, gender merupakan behavioral differences (perbedaan
perilaku) antara perilaku laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial ,
yaitu perbedaan yang bukan dari ketentuan Tuhan (bukan kodrat) melalui proses
sosial dan kultural yang panjang. Pendefinisian gender lebih bersifat pada sosial
budaya yaitu melalui proses kultural dan sosial, bukan pendefinisian yang berasal
dari ciri–ciri fisik biologis seorang individu. Dengan demikian, gender senantiasa
dapat berubah dari waktu – ke waktu, dari tempat –ke tempat, bahkan dari kelas- ke
kelas
Hal ini dikemukakan oleh Rogers (1980). Gender tidak bersifat universal, namun
bervariasi dari suatu masyarakat kemasyarakat yang lainnya, serta dari suatu waktu
ke waktu. Gender tidak identik dengan jenis kelamin serta gender merupakan dasar
dari pembagian kerja di seluruh masyarakat. Dari beberapa istilah yang telah
dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gender adalah suatu
konstruksi atau bentuk sosial yang sebenarnya bukan bawaan dari lahir sehingga
dapat dibentuk atau diubah sesuai dengan tempat, waktu atau zaman, suku, ras,
budaya, status sosial, pemahaman agama, negara, ideologi, politik, hukum, serta
ekonomi. Oleh karena itu, gender bukanlah kodrat dari Tuhan, melainkan buatan
dari manusia yang dapat diubah maupun dipertukarkan serta memiliki sifat relatif.
Hal ini terdapat pada lakilaki dan perempuan.
B. Pengertian Gender dari Aspek Ruang
Peran gender adalah berkaitan dengan tugas, kegiatan pekerjaan yang dianggap
sesuai dengan masing-masing jenis kelamin dalam masyarakat. (Rahardjo, 2001).
Gender dipengaruhi oleh budaya, norma, agama / kepercayaan, gaya hidup dan
kemajuan teknologi (Gerson (1985), Agarwal (1997), Shrestha (2000), Bartley
(2005), Currie Maret (2010)). Gender adalah hal sentral dalam diskusi, dan
masukan penting dalam setiap desain kebijakan/ program, khususnya yang terkait
dengan program pengentasan kemiskinan (Unterhalter, 2009).
Membicarakan ruang tidak bisa lepas dengan segi arsitekturalnya, dalam hal ini
memahami rumah sama dengan memahami kehidupan suatu kelompok
kebudayaan. Suatu kebudayaan sering memancarkan suatu watak khas tertentu
yang tampak dari luar. Rumah dalam kaitan ini merupakan suatu konsep dalam
mengaktualisasikan diri, baik pribadi maupun sosial.
Lebih dari struktur bangunan fisik semata, rumah adalah satuan simbolis, sosial
dan praktis. Selama ini para peneliti memahami realitas sosial, ekonomi, politik,
budaya dan sebagainya yang diteliti seolah-olah berjalan secara netral. Dalam
kenyataan, realitas sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat sangat dipengaruhi
oleh konstruksi sosial masyarakat terhadap realitas yang ingin didefinisikannya.
Salah satu instrumennya yang dipakai untuk mengkonstruksi realitas sosial
tersebut adalah gender. Dalam pemanfaatan ruang rumah tinggal, keseimbangan
antara hak dan kewajiban selalu berlangsung di dalam ruang, waktu, makna dan
pesan. Kebudayaan dalam rumah tinggal memiliki sistem kekerabatan yang unik,
yang memperlihatkan kedudukan dan peran seseorang di dalam kehidupan
bermasyarakat dan berkeluarga, termasuk di dalamnya memperlihatkan sistem
kekerabatan antara pria dan wanita, dimana dalam penelitian ini disebut sebagai
relasi gender.
Secara historis, relasi gender dalam masyarakat tersebut juga direpresentasikan
melalui ruang arsitektur, dalam hal ini diperlihatkan dalam konsep tata ruang yang
mengarah kepada akitivitas yang dipengaruhi oleh gender. Arsitektur sebagai salah
satu produk budaya manusia yang mengimplementasi dari kondisi kultural sosial
dan psikologis masyarakat, demikian pula halnya pembagian gender yang terbentuk
dari lingkungan sosial dan psikologis masyarakat.
C. Pengertian Gender dari Aspek Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
MBR didefinisikan sebagai masyarakat yang memiliki keterbatasan daya beli
sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. Hal ini
menunjukkan masih banyaknya MBR yang belum memiliki rumah maupun MBR
yang masih tinggal di rumah atau permukiman yang tidak layak huni.
2.2.2 Kriteria
Perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan peranan, kebutuhan-kebutuhan
dan persepsi terhadap pemanfaatan ruang. Upaya yang sadar untuk memahami
pandangan mereka akan mengarahkan pada desain yang lebih baik. Secara
spesifik, kriteria dalam MBR juga menjadi salah satu yang diperlukan karena
sesuai dengan penelitian bahwa keluarga/rumah tangga yang memiliki
penghasilan kurang dari Rp2,5 juta setiap bulannya merupakan masyarakat yang
secara persefektifnya masuk kedalam golongan gender tidak mampu. Jika melihat
ke belakang, sektor perumahan dan permukiman di Indonesia masih memiliki
banyak permasalahan dan tantangan yang perlu dihadapi, tentunya kriterialah
yang akan menentukan bagaimana desain pemanfaatan ruang rumah tinggal yang
nyaman sesuai golongan dan persfektifnya.
Dalam UU No. 4 Tahun 1992, telah dijelaskan mengenai hak bermukim,
yaitu setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/ atau menikmati
dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi,
dan teratur (Pasal 5). Ditambahkan juga, bahwa setiap warga negara mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan serta dalam pembangunan
perumahan dan permukiman. Terkait dengan tanggung jawab negara (melalui
pemerintah) dalam penyediaan rumah, pada batang tubuh UU ini hanya
disebutkan bahwa pemerintah mengendalikan harga sewa rumah yang dibangun
dengan memperoleh kemudahan dari pemerintah (Pasal 13).
Kelompok Sasaran Batasan Penghasilan
( Rp/Bulan)
Batas Maksimum
Harga Rumah (Rp)
I 1.700.000 ≤ Penghasilan ≤
2.500.000
49.000.000
II 1.000.000 ≤ Penghasilan ≤
1.700.000
37.000.000
III Penghasilan < 1.000.000 25.000.000
Tabel 2.2 Batasan Penghasilan MBR dan Batas Maksimum
Harga Rumah yang dapat Disubsidi
Dalam batasan ini, batasan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) lebih
condong mengikuti Undang-Undang tentang Pembangunan Rumah Tinggal
MBR.
2.2.3 Undang - Undang tentang Pembangunan Rumah Tinggal Masyarakat
Berpenghasilan Rendah
Dalam masyarakat setiap orang mempunyai kepentingan sendiri yang berbeda
antara manusia satu dengan yang lainnya untuk itu diperlukannya aturan hukum
untuk menata kepentingan itu.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 / PRT/ M/ 2019 tentang
Kriteria Masyarakat Berpenghasilan Rendah Dan Persyaratan Kemudahan
Perolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah salah satu pasal dan
ayatnya adalah sebagai berikut :
Pasal 4 Ayat 2
” Kriteria MBR meliputi:
a. batas penghasilan Rumah Tangga MBR; dan
b. penghasilan Rumah Tangga.”
Pasal 54
” Bentuk kemudahan atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah bagi
MBR oleh pemerintah antara lain dapat berupa
(a) subsidi perolehan rumah;
(b) stimulan rumah swadaya;
(c) insentif perpajakan;
(d) perizinan;
(e) asuransi dan penjaminan;
(f) penyediaan tanah;
(g) sertifikasi tanah; serta
(h) prasarana, sarana, dan utilitas umum. “
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan
Dan Kawasan Permukiman salah satu pasal dan ayatnya adalah sebagai berikut :
Pasal 3 (b)
“ Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran
penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan
kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan
kepentingan, terutama bagi MBR;”
2.3 Pengaruh Persfektif Gender Terhadap Ruang
Setiap ruang pada dasarnya memiliki tujuannya masing-masing yang sifatnya
unik dan tidak akan pernah berubah selama ruang itu masih terbentuk. Kualitas
yang membuatnya berbeda dan tidak dapat diungkapkan dengan kata- kata. Sebuah
kualitas dari suatu ruang yang kita diami tidak akan bisa dideskripsikan dengan
analisis maupun konsep ilmiah, karena kualitas ruang itu sendiri bersifat abstrak
dan sifatnya objektif (Norberg-Schulz, 1979).
Namun terdapat hal yang berlawanan dari teori Weber, bahwa makna tercipta
dari konsep individual yang berasal dari pengalaman masa lalu, Jadi pendapat
masing- masing individu belum tentu sama sehingga penilaiannya bersifat subjektif
Sehingga jika dikaitkan satu sama lain maka dari sudut pandang perancang maka
diharapkan kualitas ruang menjadi subjektif, tetapi pengalaman setiap orang yang
berbeda-beda sehingga penilaiannya menjadi subjektif.
Jika merasakan ruang dihubungkan dengan arsitektur, sebenarnya tidak cukup
hanya dengan melihat, namun kita harus merasakannya. Kita harus mendiami ruang
tersebut, merasakan betapa dekatnya ruang dengan kita, perhatikan bagaimana kita
secara alamiah menyatu satu sama lain, karena arsitektur dapat
mengkomunikasikan keindahannya tanpa harus diungkapkan secara verbal maupun
tulisan. Selain memiliki makna, ruang yang berada pada lingkungan manusia dapat
mempengaruhi emosi mereka. Perjalanannya mulai dari kualitas ruang menuju
perasaan manusia yaitu persepsi, kesan atau impresi, lalu yang terakhir menjadi
emosi.
2.3.1 Ruang
Pengertian ruang secara umum, ruang berasal dari bahasa Latin –psatium .
Ruang adalah suatu yang berarti rongga tak berbatas, tempat segala yang ada,
rongga yang tak terbatas atau terlingkung oleh bidang. Ruang juga didefinisikan
sebagai sebuah tiga dimensional, area menerus yang memanjang ke segala arah
dan mengandung segala sesuatu, secara bervariasi diketahui sebagai daerah yang
tidak berbatas dan limit – batasnya tidak ditentukan secara tegas.
Definisi ruang selalu menjadi perdebatan, mulai dari peneliti, arsitek, designer,
maupun ahli matematika. Hal ini disebabkan oleh cara pandang yang bermacam-
macam berdasarkan latar belakang ilmunya masing- masing. Selama ini yang
diperdebatkan adalah mengenai dua pemikiran atau sudut pandang mengenai
ruang, yaitu ruang sebagai „rongga‟ yang memiliki batas fisik, dan ruang sebagai
suatu yang tidak terbatas.
Dalam memandang dan memahami arsitektur, para praktisi dan kritikus arsitektur
seringkali mendasarkan diri pada analogi seperti yang dipaparkan oleh Wayne O
Attoe dalam artikelnya “Teori, Kritik dan Sejarah Arsitektur”. Analogi yang
dipakai dalam membahas arsitektur tersebut adalah sebagai seni mencipta ruang.
Analogi ini menyatakan jika manusia berbicara tentang arsitektur, maka tidak
dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai ruang. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Louis Khan pada tahun 1957, “Arsitektur berarti menciptakan ruang.
Pembaruan arsitektur yang berlangsung terus menerus sebenarnya berakar dari
perubahan konsep-konsep ruang.”
Ruang didefinisikan sebagai kesatuan kegiatan manusia dalam ruang
arsitektur. Ruang jauh lebih abstrak daripada tempat. Ruang sudah ada di depan
manusia itu berdiri, dan secara langsung memberikan nama pada depan-belakang-
kanan-kiri. Pada saat manusia berada dalam ruang dan berkegiatan, secara
otomatis dan tanpa manusia sadari pergerakannya itu mendefinisikan bagian-
bagian ruang. Ruang memberikan orientasi pada keberadaan manusia.
2.3.2 Ruang dan Gender
Ruang merepresentasikan gender berbagai macam cara. Antropologis
menyatakan bahwa ruang secara material dan kultural diproduksi, dan arsitektur
berperan sebagai produksi artefak. Sebagai material budaya, ruang itu tidak
lembut, lemah, atau dihitung dengan geometri, tapi sebagai kesatuan dengan
kehidupan sehari- hati, secara intim terhubung dengan sosial, dan proses ritual dan
aktivitas.
Antropologi adalah disiplin pertama yang membuktikan hubungan antara gender
dan ruang, dan didefinisikan melalui power atau kuasa. Tulisan oleh Daphne
Spain dalam menceritakan status sosial wanita mendefinisikan ruang kerja yang
mereka tempati. Pekerjaan wanita diklasifikasikan di dalam ruang terbuka,
sedangkan pria diklasifikasikan sebagai pekerjaan dengan ruang tertutup;
sehingga wanita kurang dalam pengontrolan ruang. Wanita ditempatkan di ruang
kerja secara massal, sedangkan pria diberikan ruang tersendiri di dalam ruang
tertutup.
Shirley Ardener, seorang feminis dalam disiplin geografi, mendefinisikan peta
sosial bukanlah semata-mata terbagi mana ruang untuk wanita dan mana ruang
untuk pria. Ia mengatakan, ruang itu saling bertumpuk, overlap satu sama lain,
dan begitupula dengan gender.
2.3.3 Elemen Pembentuk Kualitas Ruang
Kualitas ruang yang bisa dirasakan oleh manusia adalah dengan melalui hal-
hal yang bisa diterima melalui indera kita. Maka dari itu lingkungan fisik pada
ruang sangatlah penting kehadirannya dalam menentukan kualitas ruang. Sensor
organ dan pengalaman yang bisa membuat manusia mempunyai perasaan yang
kuat terhadap ruang dan kualitas ruang adalah kinesthesia atau peragaan,
penglihatan dan sentuhan (Yi Fu Tuan,1977,h.12).
Menurut DK. Ching (1996, h.175), Nilai sebuah ruang arsitektur dipengaruhi
oleh empat bagian besar, yaitu :
- Dimensi : proporsi dan skala
- Wujud, konfigurasi : bentuk
- Permukaan sisi-sisi : warna, tekstur, pola
- Pembukaan : enclosure, cahaya, pandangan
Pernyataan yang sama pun juga diungkapkan oleh O’Gorman (1998, h.83), yaitu
kualitas ruang akan bergantung pada hubungannya dengan batas-batas ruangnya,
bentuk tiga dimensional ruang, material yang dipakai dan pencahayaannya.
Dalam mewujudkan kualitas ruang, kesemua elemen-elemen tersebut tidak bisa
berdiri sendiri-sendiri melainkan harus saling berhubungan satu sama lain.
Namun dengan sendirinya memang akan berhubungan, sebagai contoh warna
tidak akan dapat terlihat apabila tidak ada cahaya, begitu juga dengan tekstur.
Pada akhirnya semuanya akan terkumpul menjadi sebuah material dengan
membentuk, mengatur tempat dan memanipulasi setiap elemen-elemen
bangunan yang ada. Manipulasi spasial merupakan esensi dari desain arsitektur.
2.3.4 Ruang dan Jarak Antar Manusia (Gender)
Ruang tidak pernah terlepas dari diri kita selama kita terus bergerak, karena
untuk melakukannya kita pasti membutuhkan ruang. Ruang merupakan sesuatu
yang tidak terukur karena jangkauannya yang tidak terbatas. Rietveld (n.d.)
menyebutkan ruang memang tidak nyata sampai ke dalamnya dikenakan suatu
pembatasan yaitu awan, pepohonan, atau sesuatu hal lain yang dapat
memberinya ukuran dan yang dapat memantulkan cahaya dan suara. Kita dapat
merasakan keberadaan ruang dari potensi yang telah kita miliki sebagai manusia
yaitu panca indera, mulai dari penglihatan, pendengaran, sentuhan, gerakan dan
penciuman.
Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial menempatkan kita akan selalu
hidup berdampingan dengan makhluk hidup lain, termasuk manusia lainnya. Jadi
sudah pasti kita akan selalu saling berhubungan atau berkomunikasi, dan yang
menjadi perantara adalah ruang. Apabila sudah berhubungan dengan objek
lainnya misalkan elemen arsitektural ataupun keberadaan orang lain di sekitar
kita, ruang akan menjadi terbatas dan muncul yang disebut dengan jarak.
Apa yang seseorang rasakan terhadap sosok orang lain di sekitarnya pada saat
itu adalah faktor penentu besar jarak yang terbentuk, karena perasaan terhadap
ruang dan jarak dengan orang lain sifatnya selalu berubah. Jadi konsep jarak
tidak mudah untuk dipegang, karena sebagian besar proses merasakan jarak
tersebut terjadi di luar kesadaran kita (Hall, 1966).
Dapat diambil hubungan antara ruang dan jarak antar manusia adalah keduanya
saling berkaitan satu sama lain dan saling bergantung. Dengan mengalami ruang,
manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, agar dapat segera
bertindak apabila mendapat suatu aksi dari luar tubuh mereka. Apabila pada
ruang tersebut hanya terdapat satu orang, mungkin kebutuhan ruang gerak akan
selalu terpenuhi, seberapapun bentangan tangan yang kita lebarkan. Namun
ketika kita tidak sendirian, terlebih lagi ruang yang kita miliki sudah mulai
menipis jangkauannya, dengan membuat jarak dengan orang lain diharapkan
akan mengembalikan besar ruang untuk diri sendiri yang dibutuhkan.
Kita tidak akan selamanya berinteraksi dengan orang yang kita kenal saja. Mau
tidak mau, cepat atau lambat pasti akan berkomunikasi dengan orang lain yang
tidak kita kenal atau disebut stranger. Stranger, diinterpretasikan oleh George
Simmel (1950) sebagai seseorang yang posisi formalnya berada pada gabungan
antara kedekatan dan jarak, keterlibatan dan ketidakterlibatan, dengan cara
menjadi bagian dari kelompok dan di saat yang bersamaan berada di luar
kelompok tersebut (Madanipour, 1996, h.78) Simmel (1950) juga
mengungkapkan bahwa objektivitas atau tidak memihaknya orang asing ini bisa
disebut kebebasan, tidak berpartisipasi, namun memiliki kekurangan yaitu dapat
mengancam persepsi objektif, pengertian dan penilaian kita yang bisa saja
menghasilkan persepsi negatif (Madanipour, 1996). Jadi selama sosok orang
asing yang berada di sekitar kita tidak mencoba untuk mengganggu atau tetap
menjaga jarak dengan kita, maka orang asing bukanlah ancaman. Namun
penampilan dari orang asing yang tidak biasa dapat mengundang perasaan tidak
nyaman, sehingga mungkin penilaian kita menjadi negatif. Jadi jarak terkadang
tidak berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan kita ketika berada di antara
orang asing, baik berjarak jauh maupun dekat dengan mereka, apabila kita selalu
terfokus dengan impresi negatif kita.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6).
Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang mengungkapkan situasi dan
permasalahan mengenai bentuk pemanfaatan ruang pada rumah masyarakat
berpenghasilan rendah yang dikaitkan dengan Perspektif gender maupun aktivitas
penghuninya.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kota Palangka Raya di daerah-daerah padat .
Daerah padat di Palangka Raya tersebut adalah daerah Murjani, Mendawai, dan
Kereng Bangkirai . Subjek yang diteliti adalah terkait aktivitas harian gendernya
dan pemanfaatan ruangan apa saja yang digunakan menurut perspektif gendernya.
Metode yang dilakukan adalah dengan survei langsung ke rumah tinggal subjek ,
mewawancarai dan mengisi data angket , dengan begitu peneliti dapat merasakan
dan memahami kondisi yang ada.
3.3 Variabel Penelitian
Berdasarkan kajian teori (Yudohusodo S, (1991)), diperoleh beberapa variabel yang
dianggap dapat menjadi pendukung proses penelitian dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
VARIABEL
FAKTOR YANG DIAMATI
(INDIKATOR)
Gender
Aktivitas Penghuni
Ruang-Ruang
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
3.4 Cara Memperoleh Data
 Cara memperoleh data yaitu dengan Survei sebagai teknik pengumpulan data
melalui pengamatan yang langsung pada objek yang menjadi sasaran penelitian
untuk memahami kondisi.
 Kemudian mewawancarai dengan menggunakan media handphone untuk
merekam informasi dari penghuni
 Kemudian memfoto ruang rumah penghuni dengan menggunakan media
handphone untuk merekam ruang rumah penghuni sebagai bahan membuat
denah .
3.5 Tahap-Tahap Analisa Penelitian
Tahapan analisa penelitian sebagai berikut :
1. Analisis Kualitatif Deskriptif yaitu dilakukan secara deskriptif sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subjek/objek
penelitian.
2. Metode Analisis pendekatan Deskriptif Kuantitatif Data yang terjaring melalui
hasil Survei kegiatan peneliti, diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif.
3.6 Data dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk ke dalam jenis
data primer. Menurut Indriantoro dan Supromo (2013- ; 146-147) data primer
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langung dari sumber asli,
sedangkan data sekunder merupakan sumber data peneltian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. Dalam penelitian ini data primer
terkumpul dari hasil peroleh melalui survei rumah dan aktivitas penghuni yang
ada pada daerah Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai.
3.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang dihadapi dan perlu
diuji kebenarannya dengan data yang lebih lengkap dan menunjang. Hipotesis yang
digunakan adalah hipotesis deskritif . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui
pemanfaatan ruang rumah masyarakat berpenghasilan rendah menurut perspektif
gendernya. Berikut ini perumusan hipotesis dari penelitian ini:
a. Rumusan Masalah : “Bagaimana pemanfaatan ruang rumah masyarakat
berpenghasilan rendah dilihat dari aktivitas dan perspektif gendernya ?”
b. Ho : Pemanfatan ruang rumah masyarakat berpeghasilan rendah yang ada di
daerah Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai bukan karena faktor aktivitas
dan perspektif gendernya
c. H1: Pemanfatan ruang rumah masyarakat berpeghasilan rendah yang ada di
daerah Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai disebabkan karena faktor
aktivitas dan perspektif gendernya
BAB IV
GAMBARAN WILAYAH
4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian untuk perumahan diambil di perumahan Kelurahan Kereng
Bangkirai, Jalan Mendawai Kelurahan Palangka dan Jalan Dr. Murjani Kelurahan
Pahandut.
Berikut data lokasi penelitian perumahan di kelurahan Kereng Bangkirai seperti
tertera di gambar 4..
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bukit Tunggal dan Kelurahan Tumbang
Rungan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tumbang Rungan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bukit Tunggal
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Menteng
Gambar 4.1 Peta Lokasi Kelurahan Kereng Bangkirai (Sumber: Google Earth)
Gambar 4.2 Peta Lokasi Jalan Mendawai Kelurahan Palangka
Berikut data lokasi penelitian perumahan di kelurahan Kereng Bangkirai seperti
tertera di gambar 4.2.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kalampangan
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Danau Tundai dan Kelurahan Kameloh
Baru
Gambar 4.3 Peta Lokasi Jalan Dr. Murjani Kelurahan Pahandut
(Sumber: Google Earth, 2021)
4.2 Kondisi Kawasan
Kondisi kawasan lokasi pengambilan data adalah sebagai berikut.
1. Kelurahan Keren Bangkirai
Kondisi kawasan Kelurahan Kereng Bangkirai yang menjadi lokasi
survey merupakan area wisata Dermaga Kereng Bangkirai yang terletak di
tepian air. Oleh karena itu kawasan ini didominasi oleh bangunan berupa
warung makan dan fasilitas wisata. Rumah-rumah yang berada di kawasan
ini hampir semua menggunakan kayu sebagai material dan merupakan
rumah panggung. Jarak antar rumah yang cukup dekat menjadikan kawasan
ini cukup padat penduduk. Fasilitas umum yang ada di kawasan ini adalah
Mushalla sebagai tempat ibadah bagi umat Muslim seperti pada Gambar 4.1
di bawah, sedangkan fasilitas umum lainnya seperti sekolah, puskesmas dan
pasar terletak di luar kawasan ini.
2. Jalan Mendawai, Kelurahan Palangka
Kondisi Kawasan di Jalan Mendawai, Kelurahan Palangka yang
menjadi lokasi survey kedua merupakan kawasan permukiman yang berupa
daerah rawa yang berada di tepian Sungai Kahayan. Rumah-rumah yang
berada di kawasan Jalan Mendawai ini tersusun di tiap gang. Hampir seluruh
rumah yang berada di kawasan ini menggunakan struktur utama berupa
struktur rumah panggung dengan material utama berupa kayu. Jarak antar
rumah di kawasan ini bervariasi, ada yang berjarak sangat dekat da nada pula
yang berjarak cukup jauh. Fasilitas umum yang tersedia di kawasan ini
adalah fasilitas pendidikan berupa Sekolah Taman Kanak-Kanak, Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, sedangkan fasilitas umum lainnya
berupa Mushalla dan Tempat Olahraga Umum. Untuk fasilitas kesehatan
berada cukup jauh dari kawasan ini.
3. Jalan Dr. Murjani, Kelurahan Pahandut
Kondisi Kawasan di Jalan Dr. Murjani, Kelurahan Pahandut yang
menjadi lokasi survey ketiga berupa area rawa yang merupakan tepian
Sungai Kahayan. Jarak antar rumah di kawasan ini cukup dekat menjadikan
kawasan ini menjadi kawasan padat penduduk. Mayoritas penduduk
menggunakan struktur rumah panggung untuk menyesuaikan
4.3 Potensi Rencana Kawasan Perumahan Baru
Pendekatan konsep kawasan: fasilitas apa saja (hunian, drainase, tps, fasilitas
perumahan, taman, tempat olahraga, fasilitas ibadah) Pendekatan konsep bangunan
rumah terjangkau.
Beberapa rencana kawasan untuk lokasi perumahan baru sebagai berikut.
1. Jalan Kalibata
Gambar 4.4 Lokasi Perumahan Baru
Seperti yang tertera pada Gambar 4.4, Jalan Kalibata terletak di Kelurahan
Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya. Jalan Kalibata memiliki
batas administratif sebagai berikut.
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Palangka
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Panarung
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Menteng
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bukit Tunggal
2. Jalan Kapakat
Gambar 4.5 Lokasi Perumahan baru
Seperti yang tertera pada Gambar 4.5 Jalan Kapakat terletak di Kelurahan
Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau, Kota Palangka Raya. Jalan Kapakat
memiliki batas administratif sebagai berikut.
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bukit Tunggal
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sabaru
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Katingan
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Katingan
3. Jalan G. Obos XIV
Gambar 4.6 Lokasi Perumahan Baru
Seperti yang tertera pada Gambar 4.6 Jalan G. Obos XIV terletak di Kelurahan
Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya. Jalan G. Obos XIV
memiliki batas administratif sebagai berikut.
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bukit Tunggal
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sabaru
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Katingan
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Katingan
BAB V
ANALISA
5.1. Pemanfaatan Ruang Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah
5.1.1 Karakteristik Masyrakat Berpenghasilan Rendah
Daerah Permukiman Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai spesifik
sebagai ‘kampung kota’ yang padat dan koefisien dasar bangunan (KDB)
tergolong tinggi (70-80%), dan langka fasilitas ruang terbuka. Jalan yang ada
berciri jalan kampung yang disebut ‘gang atau jalan titian’, terjadi akibat pola
tata bangunan yang membentuk garis lurus sepanjang jalan sehingga memberi
kesan ‘lorong’ yang berliku-liku. Gang-gang selain sebagai tempat sirkulasi
(aksesibilitas) juga sebagai tempat sosialisasi. Rumah tinggal umumnya
berbentuk rumah panggung dan keadaannya darurat, dan yang berstatus milik
(75%). Daerah Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai merupakan kawasan
permukiman masyarakat berpenghasilan rendah yang mayoritas beragama Islam.
Pemukim golongan ini memiliki tingkat pendidikan SLTP dan SLTA, namun
masih terdapat yang hanya tamatan SD atau bahkan tidak tamat.
Mereka bekerja pada sektor informal yang tersedia di sekitar dan atau tidak
jauh dari lingkungan permukimannya. Kondisi dan keadaan lingkungan seperti
ini memberi gambaran sebagai yang diistilahkan sebagai permukiman kumuh
atau ‘Slum area’. Beberapa rumah tinggal berfungsi sebagai ruang kerja dan
tempat menjual kebutuhan seharihari. Kegiatan membuat dan menjual makanan
jajanan dilakukan di depan rumah, di warung dan di pasar dekat
permukimannya. Anak-anak remaja yang telah tamat atau putus sekolah bekerja
membantu ekonomi keluarga sebagai pelayan toko, penjual koran, tukang jahit,
dan lain-lain . Lingkungan permukiman Murjani, Mendawai, dan Kereng
Bangkirai merupakan kumpulan rumah tinggal dengan penghubung jalan-jalan
kecil atau ‘gang’.
5.1.2 Perilaku Masyrakat Berpenghasilan Rendah
Unit-unit hunian yang terbentuk letaknya berdekatan dengan berbagai
fasilitas perkotaan dan berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap
lingkungannya. Bentuk unit hunian dan lingkungan berkembang tidak terencana.
Rumah dibangun tanpa memperhatikan syarat rumah sehat, dan hanya
mempertimbangkan kedekatan lokasi dengan tempat bekerja dan berusaha. Unit
lingkungan padat oleh bangunan rumah, tidak tersedia saluran air kotor, jalan-
jalan penghubung sempit berkelok dan tidak memberi ruang untuk
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan. Lebar jalan rukun 1,00 - 2,00
meter sehingga tidak ada ruang gerak antar bangunan. Pemukim yang umumnya
bekerja di sektor informal melakukan kegiatannya pada jalan utama, jalan
lingkungan dan jalan lokal (jalan-jalan rukun atau gang) oleh keluarga, ibu-ibu
(para isteri atau janda). Mereka melakukannya untuk menghidupi anggota
keluarga lain. Warung, kedai, kios tempat berjualan adalah bentuk-bentuk yang
mereka ciptakan pada bagian depan atau pada bagian kolong rumah tinggal.
Interaksi sosial terjadi pada ruang-ruang terbuka, jalan kolektor, jalan-jalan
rukun, mesjid atau mushollah dan open space lainnya. Interaksi berupa kegiatan
ngobrol sambil belanja, ngobrol sambil mengasuh anak, bermain, , atau hanya
melihat-lihat kegiatan yang terjadi. Interaksi sosial lainnya yaitu kegiatan sholat
dan pengajian. Anak-anak berinteraksi pada open space ,atau jalan-jalan rukun
maupun jalan utama secara kelompok kecil (2 - 5 orang) atau kelompok besar
(lebih 10 orang).
5.1.3 Pola Tata Ruang Masyrakat Berpenghasilan Rendah
a. Kebutuhan Ruang dan Tata Ruangnya
Rumah tinggal terdiri atas ; ruang tamu, ruang tidur (utama dan anak), ruang
keluarga, dapur, ruang makan, km/wc, tempat cuci, dilengkapi teras sebagai
ruang usaha. Dapur dibuat tertutup atau dibangun menempel bangunan induk
sebagai bangunan tambahan. Ruang tidur (yang berjumlah 1 – 3) terletak
berhadapan atau sejajar ruang tamu atau ruang keluarga sebagai ruang-ruang
privat. Teras (di depan rumah) umumnya berfungsi sebagai ruang transisi, atau
jika tidak ada teras maka ruang tamu berfungsi sebagai ruang transisi dan
sebagai ruang interaksi sesama penghuni atau keluarga dan masyarakat pada
umumnya. Ukuran ruang tidur utama umumnya lebih besar dibanding ruang-
ruang yang lain. Perletakan km/wc umumnya pada bagian belakang rumah,
Km/wc dimanfaatkan secara bersama-sama sebagai ruang cuci dan ruang
mandi/BAK/BAB.
b. Pola Tata Ruang dalam Rumah Tinggal
Halaman atau pekarangan rumah tinggal golongan masyarakat berpenghasilan
rendah sudah tidak ada / tidak memiliki batas teritorial dengan lingkungannya.
Teras sebagai salah satu ruang yang merupakan ruang publik dan ruang transisi.
Kebutuhan ruang dan besarannya belum sesuai dengan kebutuhan penghuni, dan
beberapa ruang merupakan bangunan tambahan dari bangunan rumah induk.
Adapun bangunan induk terdiri atas ruang tidur, ruang tamu, ruang keluarga,
ruang makan, dan dapur.
GENDER/UMUR RUANG
TERAS RUANG TAMU RUANG KELUARGA KAMAR TIDUR KAMAR MANDI DAPUR
ANAK LAKI
ANAK PEREMPUAN
DEWASA LAKI
DEWASA
PEREMPUAN
19%
22%
6%
6%
41%
6%
ANALISIS AKTIVITAS R.TAMU
ANAK LAKI-LAKI
MENERIMATAMU
MAIN
TIDUR
NONTON TV
SANTAI
BELAJAR
23%
15%
13%
16%
11%
22%
ANALISIS AKTIVITAS ANAK
LAKI-LAKI
SANTAI
NONTON TV
K. KELUARGA
TIDUR SIANG
BERMAIN
MEMASAK/MAKAN
75%
11%
11% 3%
ANALISIS AKTIVITAS ANAK LAKI-
LAKI
TIDUR
IBADAH
BELAJAR
BERMAIN
100%
AKTIVITAS KAMAR MANDI
MANDI/BAB/BAK
28%
53%
19%
ANALISIS AKTIVITAS ANAK LAKI-LAKI
MASAK MAKAN/MINUM CUCI PIRING/PAKAIAN
17%
28%
3%
11%
33%
8%
ANALISIS AKTIVITAS R.TAMU
ANAK PEREMPUAN
MENERIMA
TAMU
MAIN
TIDUR
NONTON TV
SANTAI
23%
15%
13%
16%
11%
22%
ANALISIS AKTIVITAS ANAK PEREMPUAN
SA NTAI
NONTON TV
K.KELUARG A
TIDU R SIANG
BERMAIN
MEMASAK/MA
KAN
74%
10%
13% 3%
ANALISIS AKTIVITAS ANAK PEREMPUAN
TIDUR
IBADAH
BELAJAR
BERMAIN
100%
AKTIVITAS KAMAR MANDI
MANDI/BAB/BAK
28%
52%
20%
ANALISIS AKTIVITAS ANAK PEREMPUAN
MASAK
MAKAN/MINUM
CUCIPIRING/PAKAIAN
47%
7%
11%
30%
5%
ANALISA AKTIVITAS R.TAMU
LAKI-LAKI DEWASA
MEN ERIMA
TAMU
TIDU R
NONTON TV
SA NTAI
MEN JAG A AN AK
29%
19%
13%
13%
26%
ANALISIS AKTIVITAS LAKI-LAKI DEWASA
SA NTAI
NONTON TV
K.KELUARG A
TIDU R SIANG
M EM ASAK/M AKAN
85%
15%
ANALISIS AKTIVITAS LAKI LAKI
DEWASA
TIDUR
IBADAH
100%
AKTIVITAS KAMAR MANDI
L. DEWASA
MANDI/BAB/BAK
34%
40%
26%
ANALISIS AKTIVITAS LAKI-LAKI
DEWASA
MASAK MAKAN/MINUM CUCIPIRING/PAKAIAN
47%
5%
12%
32%
4%
ANALISA AKTIVITAS R.TAMU
PEREMPUAN DEWASA
MENERIMA
TAMU
TIDUR
NONTON TV
SANTAI
MENJAGA ANAK
29%
19%
13%
13%
26%
ANALISIS AKTIVITAS PEREMPUAN DEWASA
SANTAI
NONTON TV
K. KELUARGA
TIDUR SIANG
MEMASAK/M
AKAN
100%
AKTIVITAS KAMAR MANDI
MANDI/BAB/BAK 35%
36%
29%
ANALISIS AKTIVITAS PEREMPUAN
DEWASA
MASAK MAKAN/MINUM CUCI PIRING/PAKAIAN
PARKIR
26%
JEMUR
8%
SANTAI
50%
BERSIH-BERSIH
5%
KERJA
4%
MENYIMPAN
BARANG
3%
MENERIMATAMU
4%
ANALISIS AKTIVITAS
PENGHUNI TERAS
LAKI-LAKI DEWASA
PAR KIR
JEMUR
SANTAI
BERSIH-BERSIH
KERJA
MENYIMPA NBA RANG
MENERIMA TAMU
25%
6%
52%
6%
4% 2% 5%
ANALISIS AKTIVITAS PENGHUNI TERAS
PEREMPUAN DEWASA
PARKIR
JEMUR
SA NTAI
BERSIH -BERSIH
KERJA
MEN YIMPAN BARA NG
MEN ERIMA TAMU
21%
6%
26%
43%
4% 0
ANALISIS AKTIVITAS PENGHUNI TERAS
ANAK-ANAK LAKI-LAKI
PARKIR
JEMUR
MAIN
SA NTAI
BERSIH -BERSIH
MEN ERIMA TAMU
22%
5%
24%
44%
4%
1%
ANALISIS AKTIVITAS PENGHUNI TERAS
ANAK-ANAK PEREMPUAN
PARKIR
JEMUR
MAIN
SA NTAI
BERSIH -BERSIH
MEN ERIMA
TAMU
85%
15%
ANALISIS AKTIVITAS LAKI LAKI DEWASA
TIDUR
IBADAH
P. DEWASA
P. ANAK-ANAK
L. ANAK-ANAK
TABEL DIAGRAM 5.2 ANALISA AKTIVITAS, GENDER , DAN RUANG
Analisis pemanfaatan ruang oleh penghuni yang terjadi digolongkan ke dalam 2
kategori, yaitu ruang yang digunakan dan gender . Untuk memudahkan, kesimpulan
hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 5.12 Kesimpulan Hasil Analisis Pemanfaatan Ruang Rumah
5.2. Aktivitas dan Perspektif Gender dalam Pemanfaatan Ruang Rumah
Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Murjani, Mendawai, dan Kereng
Bangkirai
Analisis difokuskan pada perubahan yang paling banyak yaitu aktivitas, gender dan
perubahan ruangnya, serta pengaruhnya terhadap fungsi ruang. Hasil analisis
mengukur persentase pengguna ruang dan perubahan fungsi yang terjadi.
Aktivitas di dalam rumah akan dianalisa menggunakan teori rapoport yang terbagi
menjadi aktivitas rutin/basic needs (kegiatan sehari-hari) , Familiy, Position of
Gender Ruang Kesimpulan
Anak laki-laki
 Teras
 Ruang Tamu
 Ruang Keluaraga
 Kamar Tidur
 Kamar Mandi
 Dapur
Pada hasil tabel diagram, menunjukkan bahwa anak
laki-laki lebih memanfaatkan ruang teras sebagai
tempat bermain, ruang tamu dan ruang keluarga
sebagai tempat bersantai, kamar tidur sebagai
tempat beristirahat dan tidur, kamar mandi tempat
mandi/bab/bak dan dapur sebagai tempat
makan/minum.
Anak Perempuan
 Teras
 Ruang Tamu
 Ruang Keluaraga
 Kamar Tidur
 Kamar Mandi
 Dapur
Pada hasil tabel diagram menunjukkan bahwa anak
perempuan cenderung memanfaatkan ruang
teras,ruang tamu,ruang keluarga sebagai tempat
bersantai, kamar tidur sebagai tempat beristirahat
dan tidur, kamar mandi sebagai tempat
mandi/bab/bak dan dapur sebagai tempat
makan/minum
Dewasa laki-laki
 Teras
 Ruang Tamu
 Ruang Keluaraga
 Kamar Tidur
 Kamar Mandi
 Dapur
Pada tabel diagram menunjukkan bahwa dewasa
laki-laki cenderung memanfaatkan ruang teras dan
ruang keluarga sebagai tempat bersantai, ruang
tamu sebagai tempat menerima tamu, kamar tidur
sebagai tempat tidur,kamar mandi sebagai tempat
mandi/bab/bak dan dapur sebagai tempat
makan/minum
Dewasa perempuan
 Teras
 Ruang Tamu
 Ruang Keluaraga
 Kamar Tidur
 Kamar Mandi
 Dapur
Pada tabel diagram menunjukkan bahwa dewasa
perempuan cenderung memanfaatkan ruang teras
dan ruang keluarga sebagai tempat bersantai, ruang
tamu sebagai tempat menerima tamu, kamar tidur
sebagai tempat tidur,kamar mandi sebagai tempat
mandi/bab/bak, ruang dapur sebagai tempat
makan/minum dan memasak
women, Privacy, and Social intercourse. Dalam menganalisa pemanfaatan ruang
rumah tinggal masyarakat berpenghasilan rendah dalam perspektif gender , kelima
hal tersebut dilihat dari pemetaan aktivitas dan teritorial gender di dalam penggunaan
ruang-ruang, meliputi penggunaan ruang-ruang yang ada sehari-harinya. Untuk
memudahkan, hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
Tabel 5.1 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 01
Teras R.Tamu R.Keluarga Kamar KM/WC Dapur
AL Parkir
Main,Tidur Siang,Nonton
Tv, Santai - Tidur MCK Makan/Minum
AP Parkir
Main,Tidur Siang,Nonton
Tv, Santai - Tidur MCK Memasak,Makan
DL Parkir
Menerima Tamu,Tidur
Siang,Nonton Tv,Santai - Tidur MCK Makan/Minum
DP Parkir
Menerima Tamu,Tidur
Siang,Nonton Tv,Santai - Tidur MCK Memasak,Makan
1. Kode : 1-Badrainsyah
Penambahan ruang jemur
di ruang dapur pada rumah
bapak Badriansyah
dikarenakan kebutuhan
aktivitas dari semua
penghuni
2. Kode : 26-Herisman
Perubahan di ruang dapur
dan WC pada rumah bapak
Herisman dibesarkan
dikarenakan kebutuhan
aktivitas dari semua
penghuni
Tabel 5.2 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 26
Teras R.Tamu R.Keluarga Kamar KM/WC Dapur
AL Santai Santai,
belajar
Kumpul keluarga, santai Tidur Mandi/BAB/BAK Memasak, makan
Mencuci
AP Main,
santai
Santai,
belajar
Kumpul keluarga, santai Tidur Mandi/BAB/BAK Memasak, makan
Mencuci
DL santai Menerima
tamu
Kumpul keluarga, santai Tidur Mandi/BAB/BAK Memasak, makan
Mencuci
DP Santai,
parkir
Menerima
tamu
Kumpul keluarga, santai Tidur Mandi/BAB/BAK Memasak, makan
Mencuci
Teras R.Tamu R.Keluarga Kamar KM/WC Dapur
AL Santai, main Santai, main Makan Tidur Mandi/BAB/BAK -
AP Santai, main Santai, main Makan Tidur Mandi/BAB/BAK -
DL Santai, Parkir Mengasuh anak,
menerima tamu
Mengasuh
anak, makan
Tidur Mandi/BAB/BAK Memasak,
makan
Mencuci
DP Santai, Parkir Mengasuh anak,
menerima tamu
Mengasuh
anak, makan
Tidur Mandi/BAB/BAK Memasak,
makan
Mencuci
3. Kode : 29-Futhali
Perubahan di kamar tidur
pada rumah bapak Futhali
dibagi 2 dikarenakan
penambahan penghuni
rumah
4. Kode : 82-Irwansyah
Perubahan di dapur pada
rumah bapak Irwansyah
dibagi 2 dikarenakan
penambahan penghuni
rumah
Tabel 5.3 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 29
Tabel 5.5 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 81
Tabel di atas merupakan 5 contoh dari 100 rumah yang di survey secara lapangan,
di bawah ini merupakan tabel hasil keseluruhan aktivitas dan gender pada tiap-tiap
ruang :
Teras R.Tamu R.Keluarga Kamar KM/WC Dapur
A
L
Bermain Bermain,
Makan
Tidur,Sholat,
Belajar
MCK Memasak,Makan,Mencuci
AP Bermain Bermain,
Makan
Tidur,Sholat,
Belajar
MCK Memasak,Makan,Mencuci
D
L
Menjemur
Pakaian,
Menaruh Bak
Ikan,Parkir
Menerima
Tamu,Nonton
Tv,Tidur
Tidur,Sholat MCK Memasak,Makan,Mencuci
DP
Menjemur
Pakaian,
Menaruh Bak
Ikan,Parkir
Menerima
Tamu,Nonton
Tv,Tidur
Tidur,
Sholat
MCK Memasak,Makan,Mencuci
Teras R.Tamu R.Keluarga Kamar KM/WC Dapur
AL Bermain Tidur,
Bermain
MCK Makan
AP - - - - - -
DL
Duduk,Membe
ri Makan
Anak,Menjem
ur Pakaian
Menerima
Tamu,Bermain
Bersama Anak
Kecil
Tidur,
Sholat
MCK Memasak,Makan,
Mencuci
DP
Duduk,Membe
ri Makan
Anak,Menjem
ur Pakaian
Menerima
Tamu,Bermain
Bersama Anak
Kecil
Tidur,
Sholat
MCK Memasak,Makan,
Mencuci
Tabel 5.4 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 82
5. Kode : 81-Supriadi
Perubahan di teras dan ada
penambahan gudang pada
rumah bapak Supriadi
dikarenakan aktivitas bapak
yang memerlukan ruang
penyimpanan barang,
sedangkan penambahan
kamar karena penambahan
penghuni rumah
ANALISIS KESELURUHAN AKTIVITAS KAMAR MANDI
AKTIVITAS L. DEWASA P. DEWASA ANAK LAKI-LAKI
ANAK
PEREMPUAN
MANDI/BAB/BAK 100 100 100 100
JUMLAH 100 100 100 100
ANALISA KESELURUHAN AKTIVITAS TERAS
AKTIVITAS
L.
DEWASA
P.
DEWASA
L. ANAK-ANAK P. ANAK-ANAK JUMLAH
PARKIR 44 42 33 33 152
JEMUR 13 11 9 8 41
SANTAI 84 87 41 36 248
BERSIH-
BERSIH
9 10 6 6 31
MENERIMA
TAMU
7 8 1 1 17
TOTAL 157 158 90 84
ANALISA KESELURUHAN AKTIVITAS RUANG TAMU
AKTIVITAS
L.
DEWASA
P.
DEWASA
L. ANAK-ANAK
P. ANAK-
ANAK
JUMLAH
MENERIMA
TAMU
57 68 21 15 161
TIDUR 9 7 7 3 26
NONTON TV 13 18 7 10 48
SANTAI 37 47 46 29 159
TOTAL 116 140 81 57
ANALISIS KESELURUHAN AKTIVITAS KAMAR TIDUR
AKTIVITAS
L.
DEWASA
P.
DEWASA
L. ANAK-ANAK P. ANAK-ANAK JUMLAH
TIDUR 100 100 100 100 400
IBADAH 18 18 14 14 64
118 118 114 114
Tabel 5.6 Hasil Analisi Keseluruhan Aktivitas Teras
Tabel 5.7 Hasil Analisi Keseluruhan Ruang Tamu
Tabel 5.8 Hasil Analisi Keseluruhan Kamar Tidur
Tabel 5.9 Hasil Analisi Keseluruhan Kamar Mandi
ANALISIS KESELURUHAN AKTIVITAS RUANG DAPUR
AKTIVITAS
L.
DEWASA
P.
DEWASA
L. ANAK-
ANAK
P. ANAK-
ANAK
JUMLAH
MASAK 69 87 30 38 224
MAKAN/MINUM 83 90 19 25 217
CUCI
PIRING/PAKAIAN
53 73 17 16 159
TOTAL 205 250 66 79
Tabel 5.1 Diagram Analisis Keseluruhan Aktivitas
28%
18%
13%
15%
26%
ANALISIS KESELURUHAN AKTIVITAS
RUANG KELUARGA SANTAI
NONTON TV
K. KELUARGA
TIDUR SIANG
MEMASAK/MAK
AN
85%
15%
ANALISIS KESELURUHAN AKTIVITAS
KAMAR TIDUR
TIDUR
IBADAH
34%
40%
26%
ANALISIS KESELURUHAN RUANG DAPUR
MASAK MAKAN/MINUM CUCI PIRING/PAKAIAN
31%
8%
51%
6% 4%
ANALISIS KESELURUHAN
AKTIVITAS TERAS
PARKIR
JEMUR
SANTAI
BERSIH-BERSIH
MENERIMA TAMU
49%
8%
11%
32%
ANALISA KESELURUHAN AKTIVITAS
RUANG TAMU MENERIMA
TAMU
TIDUR
NONTON TV
SANTAI
Tabel 5.9 Hasil Analisi Keseluruhan Dapur
Dari data di atas maka diperoleh analisa yang terbagi menjadi 2 , yaitu analisa yang
pertama adalah aktivitas dan gender , sedangkan yang kedua merupakan perubahan
ruang dan fungsinya . Berikut analisanya :
5.1.1 Aktivitas dan Gender
Dalam menganalisa penataan ruang rumah tinggal Murjani, Mendawai , dan
Kereng Bangkirai dalam persepektif gender, analisa dari kelima hal tersebut
sepenuhnya terlihat dari pemetaan aktivitas dan teritorial gender laki-laki dan
perempuan didalam penggunaan ruang-ruang dan waktu, meliputi penggunaan
ruang-ruang yang ada sehari-harinya , penataan ruang dan pemetaan aktivitas
terhadap ruang-ruang terdiri dari:
1. Teras : Teras difungsikan sebagai tempat bersantai, parkir, jemur pakaian
2. R.Tamu : R.Tamu difungsikan sebagai tempat untuk menerima tamu,
bersantai, dan nonton TV
3. R. Keluarga : R. Keluarga difungsikan sebagai tempat Santai, Kumpul
Keluarga, Makan
4. K. Tidur : K. Tidur difungsikan sebagai tempat beristirahat, tidur , dan ibadah
5. K. Mandi : K. Mandi difungsikan sebagai tempat mandi , BAB, BAK
6. Dapur : Dapur difugsikan sebagai tempat memasak, makan dan mencuci
piring
Pembatasan ruang secara fisik untuk kegiatan laki-laki dan perempuan pada ruang
rumah tidak ditemui. . Aktivitas yang berlangsung di dalam rumah terdiri dari
aktivitas rutin/basic needs Artinya laki-laki maupun perempuan dapat
menggunakan ruang yang sama dan kapasitas yang sama. Hubungan antara fungsi
dan bentuk sangat dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, dalam hal ini salah satu
faktor yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat adalah gender.
Pembentukan dan penataan ruang berdasarkan gender dapat dipakai untuk menilai
tingkat privasi ruang berdasarkan jenis kegiatan yang terjadi di dalamnya.
Gambar 5.2. Survey lapangan
Akibat pola penataan ruang berdasarkan gender ini secara langsung akan
berpengaruh pada fungsi ruang tersebut, diantaranya:
a. Bapak : dominan berada di ruang keluarga pada malam hari untuk bersantai dan
berkumpul bersama keluarga, dan berada di ruang tidur utama pada malam hari
untuk beristirahat, dan sesekali waktu untuk beribadah/sholat ketika dirumah.
b. Ibu : dominan menghabiskan waktu di dapur terutama pagi hari, pada sore hari
berada di teras untuk bersantai bersih-bersih dan bercengkarama dengan tetangga ,
sedangkan di ruang tidur utama untuk tidur dan beristirahat pada malam hari, dan
di ruang keluarga pada saat siang hari untuk tidur siang makan dan menonton tv
c. Anak laki-laki : dominan berada di teras untuk bersantai parkir dan main gadget,
dan pada ruang tamu santai , menerima tamu dan main gadget
d. Anak perempuan : dominan pada ruang keluarga untuk bersantai, menonton tv ,
main gadget, dan nonton TV, Sedangkan pada malam hari membantu ibu untuk
memasak di dapur dan makan bersama keluarga / sendiri di dapur
Sedangkan pengaruh gender terhadap ruang-ruang yang ada, diantaranya sifat
kelelakian dan keperempuanan tidak berpengaruh pada beberapa ruang, peranan
gender tersebut secara umum tidak dipahami oleh pemiliknya. Ruang yang cukup
kuat dipengaruhi oleh gender perempuan yaitu dapur untuk memasak dan makan.
Sedangkan peranan gender laki-laki tidak begitu kuat tampak pada rumah tinggal
ini.
Pembatasan ruang secara fisik untuk kegiatan laki-laki dan perempuan pada ruang
rumah tidak ditemui. Artinya laki-laki maupun perempuan dapat menggunakan
ruang yang sama dan kapasitas yang sama. Disamping itu terlihat adanya
kecenderungan hubungan antara laki-laki dan perempuan melalui pembagian peran.
Antara laki-laki dan perempuan, masing-masing ingin mengaktualkan dirinya
dengan kompromi terhadap lainnya sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui,
jadi secara umum tidak terjadi diskriminasi perempuan dalam penataan setiap ruang
atau perwujudan bentuk ruang.
5.1.2. Perubahan Ruang dan Fungsi
Analisis perubahan tata ruang yang terjadi dilihat dari aspek fungsi ruang ,
persentase unit yang berubah, dan faktor penyebab perubahan. Dan untuk
menganalisa perubahan ruang ini di ambil satu sampel dari masing-masing
tempat. Untuk memudahkan, hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel 5.11
Perubahan Ruang dan Fungsi pada Survey Lapamgan
1. Murjani
NO. RUANG FUNGSI
RUANG
PERSENTASE
UNIT
FAKTOR
PENYEBAB
CONTOH
SAMPEL
1. Kamar Penambahan
fungsi privat
(kamar tidur)
20 dari 40
sampel = 50%
Penambahan penghuni
rumah dan karena
adanya zona privat
dari masing-masing
penghuni
2. R.Cuci
dan
Jemur
Penambahan
fungsi service
(Cuci dan
jemur)
3 dari 40 sampel
= 7%
Faktor gaya hidup
Penghuni
membutuhkan ruang
khusus untuk
melakukan kegiatan
servis sehari-hari
2. Mendawai
NO. RUANG FUNGSI
RUANG
PERSENTASE
UNIT
FAKTOR
PENYEBAB
GAMBAR
SAMPEL
1.
Kamar Penambahan
fungsi privat
(kamar
tidur)
3 dari 40 sampel
= 7%
Penambahan
penghuni rumah
dan karena
adanya zona
privat dari
masing-masing
penghuni
2.
R.Cuci
dan
Jemur
Penambahan
fungsi
service
(Cuci dan
jemur)
2 dari 40 sampel
= 5%
Faktor gaya hidup
Penghuni
membutuhkan
ruang khusus
untuk melakukan
kegiatan servis
sehari-hari
3. Kereng Bangkirai
NO. RUANG FUNGSI
RUANG
PERSENTASE
UNIT
FAKTOR
PENYEBAB
GAMBAR
SAMPEL
1.
Kamar Penambahan
fungsi privat
(kamar
tidur)
3 dari 40 sampel
= 7%
Penambahan
penghuni rumah
dan karena
adanya zona
privat dari
masing-masing
penghuni
Dapat disimpulkan bahwa penyebab perubahan fungsi ruang pada rumah di
Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai adalah:
1) Faktor jumlah penghuni dan privasi:
20% sampel memiliki tambahan penghuni dan memiliki perbedaan usia
dan gender , sehingga diperlukan tambahan area kamar tidur pada
rumahnya.
2) Faktor gaya hidup :
6% sampel membutuhkan ruang khusus untuk melakukan kegiatan
servis (cuci jemur) sehari-hari, sehingga diperlukan tambahan area
servis (area cuci jemur) pada rumahnya .
Jadi apabila dilihat dari hasil analisa di atas maka aktivitas mempengaruhi fungsi
ruang-ruang tersebut. Aktivitas apabila dilihat dari data di atas mempengaruhi
fungsinya contohnya ruang keluarga merupakan tempat untuk bersantai dan
berkumpul dengan keluarga namun dalam kenyataanya ruang keluarga tersebut
memiliki banyak fungsi sehingga membuat fungsi ruang tersebut tidak hanya
tempat bersantai namun juga dapat menjadi tempat kerja kemudian tempat makan
bahkan menjad tempat tidur . Sedangkan gender mempengaruhi perubahan ruang
tersebut , contohnya kamar yang sebelumnya satu bertambah menjadi dua kamar
apabila dilihat dari faktornya hal itu terjadi karena perbedaan gender dan usia ,
tidak selamanya anak-anak akan tidur bersama orang tuanya , apabila sudah
melewati masa puber maka tingkat privasi seseorang akan makin tinggi oleh karena
itu yang mempengaruhi perubahan ruang adalah gender , sedangkan yang
mempengaruhi fungsi ruang adalah aktivitas .
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Terbentuknya tata ruang dalam rumah tinggal disebabkan adanya faktor
kebutuhan penghuni sesuai dengan jumlah dan kegiatan yang dilakukan. Pada
kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, rumah tinggal terdiri atas; ruang
tidur dan ruang tamu, sedang pada bangunan tambahan terdiri atas; ruang
keluarga, ruang makan, ruang duduk, ruang tidur, dan dapur.
Peranan gender tidaklah selalu mempengaruhi pada pola penataan ruang. Pola
penataan ruang rumah saat ini tidak ada batasan antara laki-laki dan
perempuan. Artinya, laki-laki dan perempuan boleh menggunakan ruangan
manapun. Gender perempuan juga lebih dominan dari pada gender laki-laki
dalam hal pemanfaatan ruang-ruang pada rumah.
6.2 Saran
1. Setelah melakukan penelitian, akan lebih baik apabila referensi jurnal-jurnal
tentang judul penelitian ini lebih banyak dan dilampirkan dengan data-data
pendukung
2. Masyarakat diharapkan mempunyai kesadaran akan pentingnya menata
rumah dengan baik sesuai fungsi yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Stevanus, D. (2016). Studi Perubahan Fungsi Ruang Pada Unit Rumah TinggalDi Cluster
Orlando Dan Georgia, Kota Wisata Cibubur. Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur
Usakti, 15(1).
Murtini, T. W., Wijaya, A. S., & Adiyati, A. (2018). Pola Mix Use Ruang Rumah TinggalPengrajin
Batik Desa BabaganYang Berbasis Gender. TATALOKA, 20(2), 113-123.
Najib, M. (2012). Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Di Kawasan Pusat Kota Palu. MEKTEK, 8(2).
Waheni, C. W. (2019). POLA PENATAAN RUANG RUMAH COMPOUND DI
KAWASAN KOTA GEDE DALAM PERSPEKTIF GENDER. LINTAS RUANG: Jurnal
Pengetahuan dan Perancangan Desain Interior, 7(1).
Muqoffa, M. (2005). Mengkonstruksikan Ruang Gender pada Rumah Jawa di Surakarta dalam
Perspektif Kiwari Penghuninya. DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 33(2)
Bahrawi, B., Vivanti, D., & Dewi, Y. S. (2017). Pengaruh Kemampuan Pengelolaan
Tata Ruang Pemukiman Bantaran Sungai dan Gender terhadap New Invironmental
Paradigm (Nep). Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan, 6(1), 1-20.
Mulyati, A. (2008). Kajian luas rumah tinggal masyarakat berpenghasilan rendah di
kawasan pusat kota. SMARTek, 6(3).
Wulandari, A. (2020). Arsitektur Dan Gender: Peningkatan Kesetaraan Peran
Gender Melalui Penataan Fungsi Dan Konektifitas Ruang Pada Hunian Kolektif
(Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).
Mustam, A. (2017). Budaya gender dalam masyarakat perspektif temporal ekologi
dan sosial ekonomi. AL-MAIYYAH: Media Transformasi Gender dalam Paradigma
Sosial Keagamaan, 10(2), 186-209.
DI, SUKU ATONI DI KAMPUNG TAMKESI; LAKE, REGINALDO CH. KONSEP RUANG
DALAM DAN RUANG LUAR ARSITEKTUR TRADISIONAL.
Nurhaeni, I. D. A., Sugiarti, R., Marwanti, S., & Pratiwi, R. D. (2018). Disparitas
gender dalam pembangunan pariwisata ramah lingkungan (Gender Disparities in
Ecologically Friendly-Tourism Development). PALASTREN Jurnal Studi Gender,
10(1), 1
Proposal pemanfaatan ruang rumah tinggal berpenghasilan rendah dalam perspektif gender kelompok seminar yohana dan iin (1)(1)
Proposal pemanfaatan ruang rumah tinggal berpenghasilan rendah dalam perspektif gender kelompok seminar yohana dan iin (1)(1)

More Related Content

Similar to Proposal pemanfaatan ruang rumah tinggal berpenghasilan rendah dalam perspektif gender kelompok seminar yohana dan iin (1)(1)

Cover
CoverCover
Buku Referensi - Single Subject Research.pdf
Buku Referensi - Single Subject Research.pdfBuku Referensi - Single Subject Research.pdf
Buku Referensi - Single Subject Research.pdf
rauppadillah
 
JURNAL Restu Veronika Manalu
JURNAL Restu Veronika ManaluJURNAL Restu Veronika Manalu
JURNAL Restu Veronika Manalurestutiara18
 
analisis kd dan pemetaan kls v smt 1 sip
analisis kd dan pemetaan kls v smt 1 sipanalisis kd dan pemetaan kls v smt 1 sip
analisis kd dan pemetaan kls v smt 1 sip
Deir Irhamni
 
Metode penelitian kualitatif (meeting 5-6).ppt
Metode penelitian kualitatif (meeting 5-6).pptMetode penelitian kualitatif (meeting 5-6).ppt
Metode penelitian kualitatif (meeting 5-6).ppt
ssuserfd3290
 
KI dan KD Bersudi dari Hadas
KI dan KD Bersudi dari Hadas KI dan KD Bersudi dari Hadas
Pengaruh pola komunikasi keluarga dalam fungsi sosialisasi
Pengaruh pola komunikasi keluarga dalam fungsi sosialisasiPengaruh pola komunikasi keluarga dalam fungsi sosialisasi
Pengaruh pola komunikasi keluarga dalam fungsi sosialisasi
Linda Rosita
 
Modul ajar Sosiologi.docx
Modul ajar Sosiologi.docxModul ajar Sosiologi.docx
Modul ajar Sosiologi.docx
ilhamronaldi
 
Cover
CoverCover
Cover
CoverCover
Kualitas Soal UN 0Sosiologi Tahun 2011 SMA Pamotan
Kualitas Soal UN 0Sosiologi Tahun 2011 SMA Pamotan Kualitas Soal UN 0Sosiologi Tahun 2011 SMA Pamotan
Kualitas Soal UN 0Sosiologi Tahun 2011 SMA Pamotan
Suhadi Rembang
 
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
pengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdf
pengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdfpengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdf
pengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdf
AyuRosyidaZain2
 
PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...
PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...
PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...
Vijar Galax Putra Jagat Paryoko
 
presentasi ujian.pptx
presentasi ujian.pptxpresentasi ujian.pptx
presentasi ujian.pptx
ssusere44ecb
 
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi IslamIsu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
ni'matul maula
 

Similar to Proposal pemanfaatan ruang rumah tinggal berpenghasilan rendah dalam perspektif gender kelompok seminar yohana dan iin (1)(1) (20)

Cover
CoverCover
Cover
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Buku Referensi - Single Subject Research.pdf
Buku Referensi - Single Subject Research.pdfBuku Referensi - Single Subject Research.pdf
Buku Referensi - Single Subject Research.pdf
 
JURNAL Restu Veronika Manalu
JURNAL Restu Veronika ManaluJURNAL Restu Veronika Manalu
JURNAL Restu Veronika Manalu
 
analisis kd dan pemetaan kls v smt 1 sip
analisis kd dan pemetaan kls v smt 1 sipanalisis kd dan pemetaan kls v smt 1 sip
analisis kd dan pemetaan kls v smt 1 sip
 
Metode penelitian kualitatif (meeting 5-6).ppt
Metode penelitian kualitatif (meeting 5-6).pptMetode penelitian kualitatif (meeting 5-6).ppt
Metode penelitian kualitatif (meeting 5-6).ppt
 
KI dan KD Bersudi dari Hadas
KI dan KD Bersudi dari Hadas KI dan KD Bersudi dari Hadas
KI dan KD Bersudi dari Hadas
 
Pengaruh pola komunikasi keluarga dalam fungsi sosialisasi
Pengaruh pola komunikasi keluarga dalam fungsi sosialisasiPengaruh pola komunikasi keluarga dalam fungsi sosialisasi
Pengaruh pola komunikasi keluarga dalam fungsi sosialisasi
 
Modul ajar Sosiologi.docx
Modul ajar Sosiologi.docxModul ajar Sosiologi.docx
Modul ajar Sosiologi.docx
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Cover 2
Cover 2Cover 2
Cover 2
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Cover 2
Cover 2Cover 2
Cover 2
 
..Ukm kecil
..Ukm kecil..Ukm kecil
..Ukm kecil
 
Kualitas Soal UN 0Sosiologi Tahun 2011 SMA Pamotan
Kualitas Soal UN 0Sosiologi Tahun 2011 SMA Pamotan Kualitas Soal UN 0Sosiologi Tahun 2011 SMA Pamotan
Kualitas Soal UN 0Sosiologi Tahun 2011 SMA Pamotan
 
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...
 
pengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdf
pengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdfpengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdf
pengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdf
 
PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...
PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...
PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...
 
presentasi ujian.pptx
presentasi ujian.pptxpresentasi ujian.pptx
presentasi ujian.pptx
 
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi IslamIsu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
Isu Gender Dalam Studi Islam Metodologi Studi Islam
 

Recently uploaded

688868224-Template-Ppt-Sidang-Skripsi-part-2.pptx
688868224-Template-Ppt-Sidang-Skripsi-part-2.pptx688868224-Template-Ppt-Sidang-Skripsi-part-2.pptx
688868224-Template-Ppt-Sidang-Skripsi-part-2.pptx
SitiLaila11
 
1.2 Merdeka Belajar certificate-1.pdf sertifikat
1.2 Merdeka Belajar certificate-1.pdf sertifikat1.2 Merdeka Belajar certificate-1.pdf sertifikat
1.2 Merdeka Belajar certificate-1.pdf sertifikat
imronalfarizi48
 
Contoh pengisian Formulir metadataq.pptx
Contoh pengisian Formulir metadataq.pptxContoh pengisian Formulir metadataq.pptx
Contoh pengisian Formulir metadataq.pptx
4301170149rizkiekose
 
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi” Oleh : B. HERRY PR...
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi”  Oleh : B. HERRY PR...Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi”  Oleh : B. HERRY PR...
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi” Oleh : B. HERRY PR...
attikahgzl
 
anamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.ppt
anamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.pptanamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.ppt
anamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.ppt
DianIslamiatiIswan1
 
Artificial Neural Network Backpropafation
Artificial Neural Network BackpropafationArtificial Neural Network Backpropafation
Artificial Neural Network Backpropafation
muhandhis1
 
power point HUKUM DAN KEKUASAAN PPT.pptx
power point HUKUM DAN KEKUASAAN PPT.pptxpower point HUKUM DAN KEKUASAAN PPT.pptx
power point HUKUM DAN KEKUASAAN PPT.pptx
MamaDanish2
 
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
RizkyAji15
 
Dampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptx
Dampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptxDampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptx
Dampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptx
sidiqhardianto1181
 

Recently uploaded (9)

688868224-Template-Ppt-Sidang-Skripsi-part-2.pptx
688868224-Template-Ppt-Sidang-Skripsi-part-2.pptx688868224-Template-Ppt-Sidang-Skripsi-part-2.pptx
688868224-Template-Ppt-Sidang-Skripsi-part-2.pptx
 
1.2 Merdeka Belajar certificate-1.pdf sertifikat
1.2 Merdeka Belajar certificate-1.pdf sertifikat1.2 Merdeka Belajar certificate-1.pdf sertifikat
1.2 Merdeka Belajar certificate-1.pdf sertifikat
 
Contoh pengisian Formulir metadataq.pptx
Contoh pengisian Formulir metadataq.pptxContoh pengisian Formulir metadataq.pptx
Contoh pengisian Formulir metadataq.pptx
 
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi” Oleh : B. HERRY PR...
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi”  Oleh : B. HERRY PR...Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi”  Oleh : B. HERRY PR...
Rangkuman Buku “KORUPSI Melacak Arti, Menyimak Implikasi” Oleh : B. HERRY PR...
 
anamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.ppt
anamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.pptanamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.ppt
anamnesa-dan-pemeriksaan-fisik-penderita-urologi.ppt
 
Artificial Neural Network Backpropafation
Artificial Neural Network BackpropafationArtificial Neural Network Backpropafation
Artificial Neural Network Backpropafation
 
power point HUKUM DAN KEKUASAAN PPT.pptx
power point HUKUM DAN KEKUASAAN PPT.pptxpower point HUKUM DAN KEKUASAAN PPT.pptx
power point HUKUM DAN KEKUASAAN PPT.pptx
 
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
 
Dampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptx
Dampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptxDampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptx
Dampak PD 2 zxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.pptx
 

Proposal pemanfaatan ruang rumah tinggal berpenghasilan rendah dalam perspektif gender kelompok seminar yohana dan iin (1)(1)

  • 1. JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PALANGKARAYA 2020 Yang dibina oleh Bapak Dr. Indrabakti Sangalang , ST, MT dan Ibu Yunitha, ST, MT PEMANFAATAN RUANG RUMAH TINGGAL MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DALAM PERSPEKTIF GENDER DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH “SEMINAR” KELOMPOK: YOHANA IMELDA (DBB 117 003) AUGUSTIN WULAN D. (DBB 117 047)
  • 2. PEMANFAATAN RUANG RUMAH TINGGAL BERPENGHASILAN RENDAH DALAM PERSPEKTIF GENDER Abstrak Peranan gender dalam kajian ini difokuskan kepada peranan laki-laki maupun perempuan dalam pengembangan pola penataan ruang rumah masyarakat berpenghasilan rendah . Melalui kajian ini ditemukan bahwa peranan gender tidak mempengaruhi fungsi penataan ruangnya, melainkan aktivitas dari penghunilah yang mempengaruhinya . Dalam artian laki-laki maupun perempuan boleh menggunakan ruangan manapun , dan perbedaan pemanfaatan ruangnya tergantung dari penggunaan, maupun kegiatan . Kata Kunci : Pemanfaatan Ruang, Rmah Tinggal Masyarakat Berpenghasilan Rendah, Persfekif Gender Abstract The role of gender in this study is focused on the roles of men and women in developing spatial planning patterns for low-income communities. Through this study, it is found that gender roles do not affect the spatial planning function, but rather the activities of the occupants that influence it. In the sense that both men and women can use any room, and differences in the use of space depend on use and activity. Keywords: Utilization of Space, Home Living for Low-Income Communities, Gender Perspective
  • 3. DAFTAR ISI Halaman judul Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan dan sasaran 1.4 Teknik pengumpulan data 1.5 Sistematika Penulisan 1.6 Studi Banding BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Tinjauan Umum 1.1.1 Rumah Tinggal 1.1.2 Fungsi dan Tipe Rumah Tinggal 1.1.3 Tipe Rumah Tinggal 1.1.4 Teori Mengenai Perubahan pada Rumah Tinggal 1.1.5 Perubahan pada Rumah Tinggal 1.1.6 Persepsi Ruang 1.1.7 Teori Mengenai Rumah Tinggal 2.2 Tinjauan Umum Arsitektur Gender 2.2.1 Definisi 2.2.2 Kriteria 2.2.3 Undang - Undang tentang Pembangunan Rumah Tinggal Masyarakat Berpenghasilan Rendah 2.3 Pengaruh Persfektif Gender Terhadap Ruang 2.3.1 Ruang 2.3.2 Ruang dan Gender
  • 4. 2.3.3 Elemen Pembentuk Kualitas Ruang 2.3.4 Ruang dan Jarak Antar Manusia (Gender) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian 3.3 Variabel Penelitian 3.4 Cara Memperoleh Data 3.5 Tahap-Tahap Analisa Penelitian 3.6 Data dan Jenis Data 3.7 Hipotesis BAB IV GAMBARAN WILAYAH 4.1 Lokasi Penelitian 4.2 Kondisi Kawasan 4.3 Potensi Rencana Kawasan Perumahan Baru BAB V ANALISA 5.1 Pemanfaatan Ruang Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah 5.1.1 Karakteristik Masyrakat Berpenghasilan Rendah 5.1.2 Perilaku Masyrakat Berpenghasilan Rendah 5.1.3 Pola Tata Ruang Masyrakat Berpenghasilan Rendah 5.2 Aktivitas dan Perspektif Gender dalam Pemanfaatan Ruang Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai 5.2.1 Aktivitas Penghuni 5.2.2 Gender dan Ruang BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan 6.2 Saran
  • 5. DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Ilustrasi indikasi terjadinya perubahan fisik pada sebuah lingkungan/site Tabel 2.3 Batasan Penghasilan MBR dan Batas Maksimum Tabel 3.1 Variabel Penelitian Tabel 5.1 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 01 Tabel 5.2 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 26 Tabel 5.3 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 29 Tabel 5.4 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 82 Tabel 5.5 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 81 Tabel 5.6 Hasil Analisis Keseluruhan Aktivitas Teras Tabel 5.7 Hasil Analisis Keseluruhan Aktivitas Kamar Tidur Tabel 5.8 Hasil Analisis Keseluruhan Aktivitas Ruang Tamu Tabel 5.9 Hasil Analisis Keseluruhan Aktivitas Kamar Mandi Tabel 5.10 Hasil Analisis Keseluruhan Aktivitas Ruang Dapur Tabel 5.11 Perubahan Ruang dan Fungsi pada Survey Lapamgan Tabel 5.12 Kesimpulan Hasil Analisis Pemanfaatan Ruang Rumah
  • 6. DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Pikiran Gambar 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan Gambar 4.1 Peta Lokasi Kelurahan Kereng Bangkirai Gambar 4.2 Peta Lokasi Jalan Mendawai Kelurahan Palangka Gambar 4.3 Peta Lokasi Jalan Dr. Murjani Kelurahan Pahandu Gambar 4.4 Lokasi Perumahan Baru Gambar 4.5 Lokasi Perumahan baru Gambar 4.6 Lokasi Perumahan Baru Gambar 5.1 Survey lapangan Gambar 5.2. Survey lapangan Gambar 5.3 Survey Lapangan Gambar 5.4 Survey Lapangan Gambar 5.5 Survey Lapangan Gambar 5.6 Survey Lapangan
  • 7. DAFTAR FOTO Foto rumah 01 Foto rumah 02 Foto rumah 03 Foto rumah 04 Foto rumah 05 Foto rumah 06 Foto rumah 07 Foto rumah 08 Foto rumah 09 Foto rumah 10 Foto rumah 11 Foto rumah 12
  • 8. DAFTAR DIAGRAM Diagram 2.1 Persepsi manusia terhadap lingkungannya Diagram 5.1 Hasil Analisi Keseluruhan Aktivitas Diagrama 5.2 Hasil Analisis Keseluruhan Aktivitas Ruang Dapur Diagram 5.3 Analisa Aktivitas, Gender , Dan Ruang
  • 9. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permukiman masyarakat berpenghasilan rendah merupakan kampung, umumnya dihuni oleh pendatang dari daerah pedesaan (rural) yang mempunyai harapan memperoleh kesempatan kerja dan penghasilan tinggi. Mereka bekerja pada sektor informal, dengan tingkat ketrampilan ekonomi dan pendidikan yang rendah serta keahlian dan ketrampilan yang terbatas. Permukiman umumnya terletak di sekitar pusat kota, mempunyai kepadatan tinggi tanpa halaman yang cukup, serta prasarana fisik lingkungan yang kurang memadai. Dalam arti umum, rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun hewan, namun untuk istilah tempat tinggal yang khusus bagi hewan adalah sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep social kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain. Sebagai bangunan, rumah berbentuk ruangan yang dibatasi oleh dinding dan atap. Rumah dalam kaitan ini merupakan suatu konsep dalam mengaktualisasi diri baik pribadi maupun sosial. Ruang-ruang tersebut menampung struktur sosial yang berkaitan dengan peran para penghuninya, meliputi suami, istri, anak-anak serta anggota keluarga lainnya dalam lingkup keluarga. Segala aktivitas dan interaksi pada rumah tinggal tertuang dalam ruang-ruang. Penelitian ini bertujuan menganalisis kegiatan penghuni terhadap susunan ruang yang tercermin dalam perilaku keseharian dengan mengekspresikan pemahaman terhadap rumah melalui penyusunan objek maupun penempatan pola dalam ruang pemanfaatan ruang sesuai gender yang membuat pengaruh di dalamnya, yang dijadikan dasar dalam mewujudkan arsitektur dan interior rumah tinggalnya. Dan juga dari hasil penelitian ini nantinya dapat diperoleh kesimpulan bagaimana desain rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah menurut perspektif gendernya.
  • 10. 1.2.Rumusan Masalah Bagaimana pemanfaatan ruang rumah masyarakat berpenghasilan rendah dilihat dari aktivitas dan perspektif gendernya ? 1.3.Tujuan Tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari aktivitas gender dalam pemanfaatan ruang rumah masyarakat berpenghasilan rendah . 1.4.Sasaran Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas, maka sasaran penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis pemanfaatan ruang rumah masyarakat berpenghasilan rendah 2. Menganalisis pengaruh aktivitas penghuni dalam pemanfaatan ruang secara perspektif gender 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapakan dapat mendatangkan manfaat antara lain sebagi berikut: 1. Memberikan informasi atau gambaran tentang pemanfaatan ruang rumah di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah berdasarkan perspektif gender dan aktivitasnya 2. Memberikan acuan dalam mendesain rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan dari tujuan dan sasaran penelitian, maka pembahasan substansi akan difokuskan pada substansi Pengaruh dari aktivitas dan perspektif gender dalam pemanfaatan ruang rumah masyarakat berpenghasilan rendah. Aktivitas yang
  • 11. dimaksud adalah Aktivitas penghuni rumah. Sedangkan perspektif gender yang dimaksud adalah dilihat dari sudut perbedaan kelamin dan kategori usia . 1.7 Sistematika Pembahasan Laporan penelitian di susun dalam 6 (enam) bab, terdiri dari bab pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, gambaran wilayah penelitian,hasil analisis, kesimpulan dan saran dengan isi dari masing-masing bab sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, pada bab ini mengemukakan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan ,sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian , sistematika pembahasan, dan kerangka pikir penelitian. BAB. II Tinjauan pustaka, pada bab ini akan di bahas tentang tinjauan pustaka yang terkait dengan tema penelitian yaitu tentang pemanfaatan ruang berdasarkan gender yang didekatkan kepada bentuk-bentuk perilaku aktivitas warga sehari-hari di tempat bermukimnya . BAB III Metode penelitian, pada bab ini berisikan tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, variabel penelitian, cara memperoleh data, tahap-tahap analisa penelitian, jenis data, dan hipotesis. BAB IV Gambaran Wilayah, Bab ini berisikan tentang adalah gambaran yang menerangkan tentang keberadaan situasi dan kondisi atau keadaan dari obyek penelitian yang berlokasi di 3 tempat yaitu daerah Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai . Bab V Hasil Analisis dalam pembahasan Bab ini berisikan pembahasan tentang pengaruh dari perspektif gender terhadap pemanfaatan ruang pada rumah masyarakat berpenghasilan rendah.
  • 12. Bab VI Kesimpulan dan Saran dalam pembahasan Bab ini berisikan keseluruhan hasil analisis, pembahasan, dan penelitian yang sudah dilakukan . 1.8. Kerangka Pikir
  • 13. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Rumah Tinggal Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga (Undang-Undang No.4 Tahun 1992). Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat (Frick dan Muliani, 2006). Berdasarkan pengertian tersebut rumah tinggal dapat diartikan sebagai tempat tinggal yang memiliki berbagai fungsi untuk tempat hidup manusia yang layak. 2.1.2. Fungsi dan Tipe Rumah Tinggal Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal yang layak dan sehat bagi setiap manusia, yaitu:  Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia.  Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia.  Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit.  Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar. 2.1.3. Tipe Rumah Tinggal Menurut Suparno (2006), dalam perumahan, jenis rumah diklasifikasikan sebagai berikut : a. Rumah Sederhana Rumah sederhana merupakan rumah bertipe kecil, yang mempunyai keterbatasan dalam perencanaan ruangnya. Rumah tipe ini sangat cocok untuk keluarga kecil dan masyarakat yang berdaya beli rendah. Rumah
  • 14. sederhana merupakan bagian dari program subsidi rumah dari pemerintah untuk menyediakan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan atau berdaya beli rendah. Pada umumnya, rumah sederhana mempunyai luas rumah 22 m² s/d 36 m², dengan luas tanah 60 m² s/d 75 m². b. Rumah Menengah Rumah menengah merupakan rumah bertipe sedang. Pada tipe ini, cukup banyak kebutuhan ruang yang dapat direncanakan dan perencanaan ruangnya lebih leluasa dibandingkan pada rumah sederhana. Pada umumnya, rumah menengah ini mempunyai luas rumah 45 m² s/d 120 m², dengan luas tanah 80 m² s/d 200 m². c. Rumah Mewah Rumah mewah merupakan rumah bertipe besar, biasanya dimiliki oleh masyarakat berpenghasilan dan berdaya beli tinggi. Perencanaan ruang pada rumah tipe ini lebih kompleks karena kebutuhan ruang yang dapat direncanakan dalam rumah ini banyak dan disesuaikan dengan kebutuhan pemiliknya. Rumah tipe besar ini umumnya tidak hanya sekedar digunakan untuk tempat tinggal tetapi juga sebagai simbol status, simbol kepribadian dan karakter pemilik rumah, ataupun simbol prestise (kebanggaan). Pada umumnya, rumah mewah ini biasanya mempunyai luas rumah lebih dari 120 m² dengan luasan tanah lebih dari 200 m². 2.1.4 Teori Mengenai Perubahan pada Rumah Tinggal Istilah perubahan menurut Papageorgiou, A. (1971) dalam Hartiningsih (2008) halaman 2 adalah kejadian dalam suatu konteks baik yang disengaja maupun tidak, menjadi berbeda dari keadaan awal, karena pengaruh atau tindakan dari luar atau dari dirinya sendiri. Silas, J. et al (2000) menyebutkan bahwa perubahan penggunaan ruang atau fungsi pada rumah tinggal dikarenakan adanya interaksi penghuni dengan rumahnya. Lebih jauh mengenai perubahan, respon manusia terhadap lingkungannya bergantung pada bagaimana individu itu mempersepsi lingkungannya (Triatmodjo, S. 2008). Dalam tinjauan pustaka
  • 15. mengenai perubahan ini akan dikaji teori-teori mengenai perubahan dalam rumah tinggal dan teori mengenai persepsi. 2.1.5 Perubahan pada Rumah Tinggal Dalam kaitannya dengan elemen pembentuk ruang dalam suatu site, ada tiga dasar yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur indikasi suatu perubahan pada fisik lingkungan menurut Habraken, N. J. (1982) dalam Lutfiah (2010) halaman 39, yaitu :  Penambahan (addition) Merupakan penambahan suatu elemen dalam suatu site sehingga terjadi perubahan. Misalnya menambahakan partisi pada suatu ruang sehingga ruang yang tercipta bertambah.  Pengurangan/membuang (elimination) Merupakan pengurangan suatu elemen salam suatu site sehingga terjadi perubahan. Misalnya membongkar salah satu bidang dinding ruangan dengan maksud memperluas ruang atau menyatukan dua ruangan menjadi satu.  Pergerakan/perpindahan (movement) Merupakan perpindahan atau pergeseran suatu elemen pembentuk ruang dalam suatu site sehingga terjadi perubahan. Misalnya memindahkan atau menggeser satu bidang dinding pada suatu ruang ke tempat lain atau ke sisi lain. JENIS PERUBAHAN KONDISI MULA-MULA PERUBAHAN KONDISI AKHIR Addition Elimination Movement Tabel 2.1 Ilustrasi indikasi terjadinya perubahan fisik pada sebuah lingkungan/site. Sumber : Analisa penulis,2015.
  • 16. Perubahan dan perkembangan pada tiap bangunan rumah tinggal dapat berbeda tergantung pada tingkat kebutuhan penghuninya dan faktor dari luar yang mempengaruhi penghuninya. Pembangunan rumah tinggal dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tetap sama sejak dahulu dan ada yang berubah sesuai waktu dan selera manusia setempat diantaranya iklim, bahan bangunan, gambaran rumah tradisional, topografi, kebutuhan keamanan, lingkungan hidup, ketersediaan lahan, status sosial dan kekayaan (Frick, H. dan Widmer, P. 2006). Gambar 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan Sumber : Membangun, Membentuk, Menghuni, Heinz Frick dan Petra Widmer Selanjutnya faktor-faktor yang menjadi dasar bagi penghuni untuk merubah rumah tempat tinggalnya adalah sebagai berikut (Budihardjo, E. 1998) :  Perubahan anggota keluarga - Teknologi baru - Kebutuhan identitas diri Proses integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin menjadi dewasa disebut proses pembentukan identitas diri
  • 17. (Sarwono 2013). Pengalaman, baik pengalaman umum yang dialami individu dalam kebudayaan tertentu maupun pengalam khusus yang terjadi pada diri individu itu sendiri memberi pengaruh yang berbeda-beda pada masingmasiing individu.  Perubahan gaya hidup Menurut Turner (1972) dalam Tafikurrahman et al (2010) halaman 5 rumah sebagai bagian yang utuh dari pemukiman bukanlah hasil fisik sekali jadi melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam waktu tertentu. Tiga hal yang melandasi rumah sebagai suatu proses :  Nilai Rumah Faktor yg dapat dipakai untuk mengukur nilai rumah yaitu faktor moneter (pedapatan rumah tangga meliputi biaya operasional kelangsungan rumah, biaya-biaya seperti tanah, bangunan dan fasilitas lain, serta modal yang dimiliki penguni dari kepemilikan rumah dan faktor non moneter (pencapaian terhadap penghasilan maupun sosial, keamanan bertempat tinggal atau kebebasan untuk mendiami dan menjual rumah, serta standar fisik bangunan dan lingkungannya)  Fungsi ekonomi rumah Usaha untuk menghasilkan rumah yang ekonomis dan lebih menitikberatkan pada pemanfaatan sumber daya yang tersedia atau suatu cara penggunaan yang efisien dari sumber daya yang tersedia.  Wewenang atas rumah Bila penghuni mengendalikan proses pengambilan keputusan utama dan bebas memberi masukan dalam perencanaan dan perancangan pembangunan atau pengelolaannya, proses dan lingkungan yang dihasilkan akan merangsang kesejahteraan dari perorangan maupun masyarakat pada umumnya. Berdasarkan uraian mengenai teori-teori tentang perubahan rumah tinggal di atas dapat disimpulkan beberapa variabel yaitu :  Perubahan dalam sebuah rumah tinggal dapat diukur adanya variabel berupa penambahan, pengurangan, pergeseran/pemindahan elemen ruang dalam.  Pembangunan rumah dipengaruhi oleh variabel- variabel faktor iklim, teknologi baru bahan bangunan, gambaran rumah tradisional, topografi, perubahan jumlah anggota keluarga, kebutuhan keamanan, lingkungan
  • 18. hidup, ketersediaan lahan, status sosial, kebutuhan identitas diri, perubahan gaya hidup dan kekayaan (ekonomi). - Rumah sebagai suatu proses (mengalami perubahan) terkait mobilitas ekonomi penghuninya meliputi variabel nilai rumah, fungsi ekonomi rumah dan wewenang atas rumah. 2.1.6 Persepsi Ruang Suatu studi oleh Laurens (2004) dikutip dari Kartikasari, R. (2012) halaman 15 menyebutkan persepsi merupakan proses memperoleh atau menerima informasi dari lingkungan. Atkinson, R. L. (1983) dalam Kartikasari, R. (2012) halaman 15 memberikan pengertian persepsi adalah proses dimana individu menafsirkan stimulus lingkungannya . Proses persepsi manusia terhadap lingkungannya tergambar dalam diagran berikut ini : Diagram 2.1 : Persepsi manusia terhadap lingkungannya Sumber : Manusia dan Lingkungan, Sudharto P Hadi Persepsi individu terhadap ruang akan terbentuk sesuai dengan stimulus yang diperoleh melalui penginderaan. Lebih jauh Walgito (1980) dalam Kartikasari, R.(2012) halaman 16 menguraikan persepsi terhadap ruang
  • 19. terbentuk melalui indera penglihatan/mata, indera pendengaran/telinga, indera penciuman/hidung dan indera peraba/kulit. 2.1.7 Teori Mengenai Rumah Tinggal Rapoport, A. (1986) dalam Budihardjo, E. (2009) menyebutkan bahwa rumah merupakan wujud struktural dimana bentuk dan organisasinya dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, serta erat kaitannya sengan tata nilai kehidupan penghuninya. Lebih jauh Rapoport, A. (1986) dalam Budihardjo, E. (2009) juga menyatakan bahwa perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk setting fisik lingkungannya. Sedangkan menurut Setiawan (1955) dalam Kartikasari, R. (2012) menyebutkan bahwa perilaku manusia terhadap ruang itu sendiri paling dipengaruhi oleh fungsi ruang. 2.2 Tinjauan Umum Arsitektur Gender Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (John M. echols dan Hassan Sadhily, 1983: 256). Secara umum, pengertian Gender adalah konstruksi social dalam suatu Negara yang di pengaruhi oleh kondisi social, politik, budaya, ekonomi, agama, maupun lingkungan etnis. Gender bukan tentang jenis kelamin, namun gender dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Dari kondisi yang ada sekarang ini gender menimbulkan berbagai penafsiran dan makna yang belum sesungguhnya memaknai gender itu sendiri. Bila diamati masih terjadi kesalahpahaman mengenai pengertin gender dalam keterkaitan dengan kaum perempuan. Di antara sebab musababnya tejadinya ketidakjelasan serta kesalahpahaman tersebut adalah berbeda perspektif dalam mendefinisikan gender, baik dalam masyarakat umum maupun dikalangan para peneliti gender itu sendiri. Gender sebagai salah satu isu dan sangat ramai dibahas tentang perkembangan dan perubahan social kemasyarakatan. Gender merupakan
  • 20. fenomena social yang masih bersifat relative dan kontekstual. Keberadaanya pun sangat tergantung pada konstruksi social dari masyarakat tersebut. 2.2.1 Definisi A. Pengertian Gender Menurut World Health Organization (WHO), gender adalah sifat perempuan dan laki-laki, seperti norma, peran, dan hubungan antara kelompok pria dan wanita, yang dikonstruksi secara sosial. Gender dapat berbeda antara satu kelompok masyarakat dengan masyarakat lainnya, serta dapat berubah sering waktu. Istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller, dan orang yang sangat berjasa dalam mengembangkan istilah dan pengertian gender adalah Ann Oakley. Menurutnya, gender merupakan behavioral differences (perbedaan perilaku) antara perilaku laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial , yaitu perbedaan yang bukan dari ketentuan Tuhan (bukan kodrat) melalui proses sosial dan kultural yang panjang. Pendefinisian gender lebih bersifat pada sosial budaya yaitu melalui proses kultural dan sosial, bukan pendefinisian yang berasal dari ciri–ciri fisik biologis seorang individu. Dengan demikian, gender senantiasa dapat berubah dari waktu – ke waktu, dari tempat –ke tempat, bahkan dari kelas- ke kelas Hal ini dikemukakan oleh Rogers (1980). Gender tidak bersifat universal, namun bervariasi dari suatu masyarakat kemasyarakat yang lainnya, serta dari suatu waktu ke waktu. Gender tidak identik dengan jenis kelamin serta gender merupakan dasar dari pembagian kerja di seluruh masyarakat. Dari beberapa istilah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gender adalah suatu konstruksi atau bentuk sosial yang sebenarnya bukan bawaan dari lahir sehingga dapat dibentuk atau diubah sesuai dengan tempat, waktu atau zaman, suku, ras, budaya, status sosial, pemahaman agama, negara, ideologi, politik, hukum, serta ekonomi. Oleh karena itu, gender bukanlah kodrat dari Tuhan, melainkan buatan dari manusia yang dapat diubah maupun dipertukarkan serta memiliki sifat relatif. Hal ini terdapat pada lakilaki dan perempuan.
  • 21. B. Pengertian Gender dari Aspek Ruang Peran gender adalah berkaitan dengan tugas, kegiatan pekerjaan yang dianggap sesuai dengan masing-masing jenis kelamin dalam masyarakat. (Rahardjo, 2001). Gender dipengaruhi oleh budaya, norma, agama / kepercayaan, gaya hidup dan kemajuan teknologi (Gerson (1985), Agarwal (1997), Shrestha (2000), Bartley (2005), Currie Maret (2010)). Gender adalah hal sentral dalam diskusi, dan masukan penting dalam setiap desain kebijakan/ program, khususnya yang terkait dengan program pengentasan kemiskinan (Unterhalter, 2009). Membicarakan ruang tidak bisa lepas dengan segi arsitekturalnya, dalam hal ini memahami rumah sama dengan memahami kehidupan suatu kelompok kebudayaan. Suatu kebudayaan sering memancarkan suatu watak khas tertentu yang tampak dari luar. Rumah dalam kaitan ini merupakan suatu konsep dalam mengaktualisasikan diri, baik pribadi maupun sosial. Lebih dari struktur bangunan fisik semata, rumah adalah satuan simbolis, sosial dan praktis. Selama ini para peneliti memahami realitas sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya yang diteliti seolah-olah berjalan secara netral. Dalam kenyataan, realitas sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat sangat dipengaruhi oleh konstruksi sosial masyarakat terhadap realitas yang ingin didefinisikannya. Salah satu instrumennya yang dipakai untuk mengkonstruksi realitas sosial tersebut adalah gender. Dalam pemanfaatan ruang rumah tinggal, keseimbangan antara hak dan kewajiban selalu berlangsung di dalam ruang, waktu, makna dan pesan. Kebudayaan dalam rumah tinggal memiliki sistem kekerabatan yang unik, yang memperlihatkan kedudukan dan peran seseorang di dalam kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga, termasuk di dalamnya memperlihatkan sistem kekerabatan antara pria dan wanita, dimana dalam penelitian ini disebut sebagai relasi gender. Secara historis, relasi gender dalam masyarakat tersebut juga direpresentasikan melalui ruang arsitektur, dalam hal ini diperlihatkan dalam konsep tata ruang yang mengarah kepada akitivitas yang dipengaruhi oleh gender. Arsitektur sebagai salah satu produk budaya manusia yang mengimplementasi dari kondisi kultural sosial
  • 22. dan psikologis masyarakat, demikian pula halnya pembagian gender yang terbentuk dari lingkungan sosial dan psikologis masyarakat. C. Pengertian Gender dari Aspek Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) MBR didefinisikan sebagai masyarakat yang memiliki keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. Hal ini menunjukkan masih banyaknya MBR yang belum memiliki rumah maupun MBR yang masih tinggal di rumah atau permukiman yang tidak layak huni. 2.2.2 Kriteria Perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan peranan, kebutuhan-kebutuhan dan persepsi terhadap pemanfaatan ruang. Upaya yang sadar untuk memahami pandangan mereka akan mengarahkan pada desain yang lebih baik. Secara spesifik, kriteria dalam MBR juga menjadi salah satu yang diperlukan karena sesuai dengan penelitian bahwa keluarga/rumah tangga yang memiliki penghasilan kurang dari Rp2,5 juta setiap bulannya merupakan masyarakat yang secara persefektifnya masuk kedalam golongan gender tidak mampu. Jika melihat ke belakang, sektor perumahan dan permukiman di Indonesia masih memiliki banyak permasalahan dan tantangan yang perlu dihadapi, tentunya kriterialah yang akan menentukan bagaimana desain pemanfaatan ruang rumah tinggal yang nyaman sesuai golongan dan persfektifnya. Dalam UU No. 4 Tahun 1992, telah dijelaskan mengenai hak bermukim, yaitu setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/ atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur (Pasal 5). Ditambahkan juga, bahwa setiap warga negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan serta dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Terkait dengan tanggung jawab negara (melalui pemerintah) dalam penyediaan rumah, pada batang tubuh UU ini hanya disebutkan bahwa pemerintah mengendalikan harga sewa rumah yang dibangun dengan memperoleh kemudahan dari pemerintah (Pasal 13).
  • 23. Kelompok Sasaran Batasan Penghasilan ( Rp/Bulan) Batas Maksimum Harga Rumah (Rp) I 1.700.000 ≤ Penghasilan ≤ 2.500.000 49.000.000 II 1.000.000 ≤ Penghasilan ≤ 1.700.000 37.000.000 III Penghasilan < 1.000.000 25.000.000 Tabel 2.2 Batasan Penghasilan MBR dan Batas Maksimum Harga Rumah yang dapat Disubsidi Dalam batasan ini, batasan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) lebih condong mengikuti Undang-Undang tentang Pembangunan Rumah Tinggal MBR. 2.2.3 Undang - Undang tentang Pembangunan Rumah Tinggal Masyarakat Berpenghasilan Rendah Dalam masyarakat setiap orang mempunyai kepentingan sendiri yang berbeda antara manusia satu dengan yang lainnya untuk itu diperlukannya aturan hukum untuk menata kepentingan itu. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 / PRT/ M/ 2019 tentang Kriteria Masyarakat Berpenghasilan Rendah Dan Persyaratan Kemudahan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah salah satu pasal dan ayatnya adalah sebagai berikut : Pasal 4 Ayat 2 ” Kriteria MBR meliputi: a. batas penghasilan Rumah Tangga MBR; dan b. penghasilan Rumah Tangga.” Pasal 54 ” Bentuk kemudahan atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah bagi MBR oleh pemerintah antara lain dapat berupa (a) subsidi perolehan rumah;
  • 24. (b) stimulan rumah swadaya; (c) insentif perpajakan; (d) perizinan; (e) asuransi dan penjaminan; (f) penyediaan tanah; (g) sertifikasi tanah; serta (h) prasarana, sarana, dan utilitas umum. “ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman salah satu pasal dan ayatnya adalah sebagai berikut : Pasal 3 (b) “ Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;” 2.3 Pengaruh Persfektif Gender Terhadap Ruang Setiap ruang pada dasarnya memiliki tujuannya masing-masing yang sifatnya unik dan tidak akan pernah berubah selama ruang itu masih terbentuk. Kualitas yang membuatnya berbeda dan tidak dapat diungkapkan dengan kata- kata. Sebuah kualitas dari suatu ruang yang kita diami tidak akan bisa dideskripsikan dengan analisis maupun konsep ilmiah, karena kualitas ruang itu sendiri bersifat abstrak dan sifatnya objektif (Norberg-Schulz, 1979). Namun terdapat hal yang berlawanan dari teori Weber, bahwa makna tercipta dari konsep individual yang berasal dari pengalaman masa lalu, Jadi pendapat masing- masing individu belum tentu sama sehingga penilaiannya bersifat subjektif Sehingga jika dikaitkan satu sama lain maka dari sudut pandang perancang maka diharapkan kualitas ruang menjadi subjektif, tetapi pengalaman setiap orang yang berbeda-beda sehingga penilaiannya menjadi subjektif.
  • 25. Jika merasakan ruang dihubungkan dengan arsitektur, sebenarnya tidak cukup hanya dengan melihat, namun kita harus merasakannya. Kita harus mendiami ruang tersebut, merasakan betapa dekatnya ruang dengan kita, perhatikan bagaimana kita secara alamiah menyatu satu sama lain, karena arsitektur dapat mengkomunikasikan keindahannya tanpa harus diungkapkan secara verbal maupun tulisan. Selain memiliki makna, ruang yang berada pada lingkungan manusia dapat mempengaruhi emosi mereka. Perjalanannya mulai dari kualitas ruang menuju perasaan manusia yaitu persepsi, kesan atau impresi, lalu yang terakhir menjadi emosi. 2.3.1 Ruang Pengertian ruang secara umum, ruang berasal dari bahasa Latin –psatium . Ruang adalah suatu yang berarti rongga tak berbatas, tempat segala yang ada, rongga yang tak terbatas atau terlingkung oleh bidang. Ruang juga didefinisikan sebagai sebuah tiga dimensional, area menerus yang memanjang ke segala arah dan mengandung segala sesuatu, secara bervariasi diketahui sebagai daerah yang tidak berbatas dan limit – batasnya tidak ditentukan secara tegas. Definisi ruang selalu menjadi perdebatan, mulai dari peneliti, arsitek, designer, maupun ahli matematika. Hal ini disebabkan oleh cara pandang yang bermacam- macam berdasarkan latar belakang ilmunya masing- masing. Selama ini yang diperdebatkan adalah mengenai dua pemikiran atau sudut pandang mengenai ruang, yaitu ruang sebagai „rongga‟ yang memiliki batas fisik, dan ruang sebagai suatu yang tidak terbatas. Dalam memandang dan memahami arsitektur, para praktisi dan kritikus arsitektur seringkali mendasarkan diri pada analogi seperti yang dipaparkan oleh Wayne O Attoe dalam artikelnya “Teori, Kritik dan Sejarah Arsitektur”. Analogi yang dipakai dalam membahas arsitektur tersebut adalah sebagai seni mencipta ruang. Analogi ini menyatakan jika manusia berbicara tentang arsitektur, maka tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai ruang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Louis Khan pada tahun 1957, “Arsitektur berarti menciptakan ruang. Pembaruan arsitektur yang berlangsung terus menerus sebenarnya berakar dari
  • 26. perubahan konsep-konsep ruang.” Ruang didefinisikan sebagai kesatuan kegiatan manusia dalam ruang arsitektur. Ruang jauh lebih abstrak daripada tempat. Ruang sudah ada di depan manusia itu berdiri, dan secara langsung memberikan nama pada depan-belakang- kanan-kiri. Pada saat manusia berada dalam ruang dan berkegiatan, secara otomatis dan tanpa manusia sadari pergerakannya itu mendefinisikan bagian- bagian ruang. Ruang memberikan orientasi pada keberadaan manusia. 2.3.2 Ruang dan Gender Ruang merepresentasikan gender berbagai macam cara. Antropologis menyatakan bahwa ruang secara material dan kultural diproduksi, dan arsitektur berperan sebagai produksi artefak. Sebagai material budaya, ruang itu tidak lembut, lemah, atau dihitung dengan geometri, tapi sebagai kesatuan dengan kehidupan sehari- hati, secara intim terhubung dengan sosial, dan proses ritual dan aktivitas. Antropologi adalah disiplin pertama yang membuktikan hubungan antara gender dan ruang, dan didefinisikan melalui power atau kuasa. Tulisan oleh Daphne Spain dalam menceritakan status sosial wanita mendefinisikan ruang kerja yang mereka tempati. Pekerjaan wanita diklasifikasikan di dalam ruang terbuka, sedangkan pria diklasifikasikan sebagai pekerjaan dengan ruang tertutup; sehingga wanita kurang dalam pengontrolan ruang. Wanita ditempatkan di ruang kerja secara massal, sedangkan pria diberikan ruang tersendiri di dalam ruang tertutup. Shirley Ardener, seorang feminis dalam disiplin geografi, mendefinisikan peta sosial bukanlah semata-mata terbagi mana ruang untuk wanita dan mana ruang untuk pria. Ia mengatakan, ruang itu saling bertumpuk, overlap satu sama lain, dan begitupula dengan gender.
  • 27. 2.3.3 Elemen Pembentuk Kualitas Ruang Kualitas ruang yang bisa dirasakan oleh manusia adalah dengan melalui hal- hal yang bisa diterima melalui indera kita. Maka dari itu lingkungan fisik pada ruang sangatlah penting kehadirannya dalam menentukan kualitas ruang. Sensor organ dan pengalaman yang bisa membuat manusia mempunyai perasaan yang kuat terhadap ruang dan kualitas ruang adalah kinesthesia atau peragaan, penglihatan dan sentuhan (Yi Fu Tuan,1977,h.12). Menurut DK. Ching (1996, h.175), Nilai sebuah ruang arsitektur dipengaruhi oleh empat bagian besar, yaitu : - Dimensi : proporsi dan skala - Wujud, konfigurasi : bentuk - Permukaan sisi-sisi : warna, tekstur, pola - Pembukaan : enclosure, cahaya, pandangan Pernyataan yang sama pun juga diungkapkan oleh O’Gorman (1998, h.83), yaitu kualitas ruang akan bergantung pada hubungannya dengan batas-batas ruangnya, bentuk tiga dimensional ruang, material yang dipakai dan pencahayaannya. Dalam mewujudkan kualitas ruang, kesemua elemen-elemen tersebut tidak bisa berdiri sendiri-sendiri melainkan harus saling berhubungan satu sama lain. Namun dengan sendirinya memang akan berhubungan, sebagai contoh warna tidak akan dapat terlihat apabila tidak ada cahaya, begitu juga dengan tekstur. Pada akhirnya semuanya akan terkumpul menjadi sebuah material dengan membentuk, mengatur tempat dan memanipulasi setiap elemen-elemen bangunan yang ada. Manipulasi spasial merupakan esensi dari desain arsitektur. 2.3.4 Ruang dan Jarak Antar Manusia (Gender) Ruang tidak pernah terlepas dari diri kita selama kita terus bergerak, karena untuk melakukannya kita pasti membutuhkan ruang. Ruang merupakan sesuatu yang tidak terukur karena jangkauannya yang tidak terbatas. Rietveld (n.d.) menyebutkan ruang memang tidak nyata sampai ke dalamnya dikenakan suatu pembatasan yaitu awan, pepohonan, atau sesuatu hal lain yang dapat memberinya ukuran dan yang dapat memantulkan cahaya dan suara. Kita dapat merasakan keberadaan ruang dari potensi yang telah kita miliki sebagai manusia
  • 28. yaitu panca indera, mulai dari penglihatan, pendengaran, sentuhan, gerakan dan penciuman. Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial menempatkan kita akan selalu hidup berdampingan dengan makhluk hidup lain, termasuk manusia lainnya. Jadi sudah pasti kita akan selalu saling berhubungan atau berkomunikasi, dan yang menjadi perantara adalah ruang. Apabila sudah berhubungan dengan objek lainnya misalkan elemen arsitektural ataupun keberadaan orang lain di sekitar kita, ruang akan menjadi terbatas dan muncul yang disebut dengan jarak. Apa yang seseorang rasakan terhadap sosok orang lain di sekitarnya pada saat itu adalah faktor penentu besar jarak yang terbentuk, karena perasaan terhadap ruang dan jarak dengan orang lain sifatnya selalu berubah. Jadi konsep jarak tidak mudah untuk dipegang, karena sebagian besar proses merasakan jarak tersebut terjadi di luar kesadaran kita (Hall, 1966). Dapat diambil hubungan antara ruang dan jarak antar manusia adalah keduanya saling berkaitan satu sama lain dan saling bergantung. Dengan mengalami ruang, manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, agar dapat segera bertindak apabila mendapat suatu aksi dari luar tubuh mereka. Apabila pada ruang tersebut hanya terdapat satu orang, mungkin kebutuhan ruang gerak akan selalu terpenuhi, seberapapun bentangan tangan yang kita lebarkan. Namun ketika kita tidak sendirian, terlebih lagi ruang yang kita miliki sudah mulai menipis jangkauannya, dengan membuat jarak dengan orang lain diharapkan akan mengembalikan besar ruang untuk diri sendiri yang dibutuhkan. Kita tidak akan selamanya berinteraksi dengan orang yang kita kenal saja. Mau tidak mau, cepat atau lambat pasti akan berkomunikasi dengan orang lain yang tidak kita kenal atau disebut stranger. Stranger, diinterpretasikan oleh George Simmel (1950) sebagai seseorang yang posisi formalnya berada pada gabungan antara kedekatan dan jarak, keterlibatan dan ketidakterlibatan, dengan cara menjadi bagian dari kelompok dan di saat yang bersamaan berada di luar kelompok tersebut (Madanipour, 1996, h.78) Simmel (1950) juga mengungkapkan bahwa objektivitas atau tidak memihaknya orang asing ini bisa disebut kebebasan, tidak berpartisipasi, namun memiliki kekurangan yaitu dapat
  • 29. mengancam persepsi objektif, pengertian dan penilaian kita yang bisa saja menghasilkan persepsi negatif (Madanipour, 1996). Jadi selama sosok orang asing yang berada di sekitar kita tidak mencoba untuk mengganggu atau tetap menjaga jarak dengan kita, maka orang asing bukanlah ancaman. Namun penampilan dari orang asing yang tidak biasa dapat mengundang perasaan tidak nyaman, sehingga mungkin penilaian kita menjadi negatif. Jadi jarak terkadang tidak berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan kita ketika berada di antara orang asing, baik berjarak jauh maupun dekat dengan mereka, apabila kita selalu terfokus dengan impresi negatif kita.
  • 30. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6). Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang mengungkapkan situasi dan permasalahan mengenai bentuk pemanfaatan ruang pada rumah masyarakat berpenghasilan rendah yang dikaitkan dengan Perspektif gender maupun aktivitas penghuninya. 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kota Palangka Raya di daerah-daerah padat . Daerah padat di Palangka Raya tersebut adalah daerah Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai . Subjek yang diteliti adalah terkait aktivitas harian gendernya dan pemanfaatan ruangan apa saja yang digunakan menurut perspektif gendernya. Metode yang dilakukan adalah dengan survei langsung ke rumah tinggal subjek , mewawancarai dan mengisi data angket , dengan begitu peneliti dapat merasakan dan memahami kondisi yang ada.
  • 31. 3.3 Variabel Penelitian Berdasarkan kajian teori (Yudohusodo S, (1991)), diperoleh beberapa variabel yang dianggap dapat menjadi pendukung proses penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini : VARIABEL FAKTOR YANG DIAMATI (INDIKATOR) Gender Aktivitas Penghuni Ruang-Ruang Tabel 3.1 Variabel Penelitian 3.4 Cara Memperoleh Data  Cara memperoleh data yaitu dengan Survei sebagai teknik pengumpulan data melalui pengamatan yang langsung pada objek yang menjadi sasaran penelitian untuk memahami kondisi.  Kemudian mewawancarai dengan menggunakan media handphone untuk merekam informasi dari penghuni  Kemudian memfoto ruang rumah penghuni dengan menggunakan media handphone untuk merekam ruang rumah penghuni sebagai bahan membuat denah . 3.5 Tahap-Tahap Analisa Penelitian Tahapan analisa penelitian sebagai berikut : 1. Analisis Kualitatif Deskriptif yaitu dilakukan secara deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subjek/objek penelitian. 2. Metode Analisis pendekatan Deskriptif Kuantitatif Data yang terjaring melalui hasil Survei kegiatan peneliti, diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif. 3.6 Data dan Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk ke dalam jenis data primer. Menurut Indriantoro dan Supromo (2013- ; 146-147) data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langung dari sumber asli,
  • 32. sedangkan data sekunder merupakan sumber data peneltian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Dalam penelitian ini data primer terkumpul dari hasil peroleh melalui survei rumah dan aktivitas penghuni yang ada pada daerah Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai. 3.7 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang dihadapi dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lebih lengkap dan menunjang. Hipotesis yang digunakan adalah hipotesis deskritif . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui pemanfaatan ruang rumah masyarakat berpenghasilan rendah menurut perspektif gendernya. Berikut ini perumusan hipotesis dari penelitian ini: a. Rumusan Masalah : “Bagaimana pemanfaatan ruang rumah masyarakat berpenghasilan rendah dilihat dari aktivitas dan perspektif gendernya ?” b. Ho : Pemanfatan ruang rumah masyarakat berpeghasilan rendah yang ada di daerah Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai bukan karena faktor aktivitas dan perspektif gendernya c. H1: Pemanfatan ruang rumah masyarakat berpeghasilan rendah yang ada di daerah Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai disebabkan karena faktor aktivitas dan perspektif gendernya
  • 33. BAB IV GAMBARAN WILAYAH 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian untuk perumahan diambil di perumahan Kelurahan Kereng Bangkirai, Jalan Mendawai Kelurahan Palangka dan Jalan Dr. Murjani Kelurahan Pahandut. Berikut data lokasi penelitian perumahan di kelurahan Kereng Bangkirai seperti tertera di gambar 4.. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bukit Tunggal dan Kelurahan Tumbang Rungan Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tumbang Rungan Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bukit Tunggal Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Menteng Gambar 4.1 Peta Lokasi Kelurahan Kereng Bangkirai (Sumber: Google Earth)
  • 34. Gambar 4.2 Peta Lokasi Jalan Mendawai Kelurahan Palangka Berikut data lokasi penelitian perumahan di kelurahan Kereng Bangkirai seperti tertera di gambar 4.2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kalampangan Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Danau Tundai dan Kelurahan Kameloh Baru Gambar 4.3 Peta Lokasi Jalan Dr. Murjani Kelurahan Pahandut (Sumber: Google Earth, 2021)
  • 35. 4.2 Kondisi Kawasan Kondisi kawasan lokasi pengambilan data adalah sebagai berikut. 1. Kelurahan Keren Bangkirai Kondisi kawasan Kelurahan Kereng Bangkirai yang menjadi lokasi survey merupakan area wisata Dermaga Kereng Bangkirai yang terletak di tepian air. Oleh karena itu kawasan ini didominasi oleh bangunan berupa warung makan dan fasilitas wisata. Rumah-rumah yang berada di kawasan ini hampir semua menggunakan kayu sebagai material dan merupakan rumah panggung. Jarak antar rumah yang cukup dekat menjadikan kawasan ini cukup padat penduduk. Fasilitas umum yang ada di kawasan ini adalah Mushalla sebagai tempat ibadah bagi umat Muslim seperti pada Gambar 4.1 di bawah, sedangkan fasilitas umum lainnya seperti sekolah, puskesmas dan pasar terletak di luar kawasan ini. 2. Jalan Mendawai, Kelurahan Palangka Kondisi Kawasan di Jalan Mendawai, Kelurahan Palangka yang menjadi lokasi survey kedua merupakan kawasan permukiman yang berupa daerah rawa yang berada di tepian Sungai Kahayan. Rumah-rumah yang berada di kawasan Jalan Mendawai ini tersusun di tiap gang. Hampir seluruh rumah yang berada di kawasan ini menggunakan struktur utama berupa struktur rumah panggung dengan material utama berupa kayu. Jarak antar rumah di kawasan ini bervariasi, ada yang berjarak sangat dekat da nada pula yang berjarak cukup jauh. Fasilitas umum yang tersedia di kawasan ini adalah fasilitas pendidikan berupa Sekolah Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, sedangkan fasilitas umum lainnya berupa Mushalla dan Tempat Olahraga Umum. Untuk fasilitas kesehatan berada cukup jauh dari kawasan ini. 3. Jalan Dr. Murjani, Kelurahan Pahandut Kondisi Kawasan di Jalan Dr. Murjani, Kelurahan Pahandut yang menjadi lokasi survey ketiga berupa area rawa yang merupakan tepian Sungai Kahayan. Jarak antar rumah di kawasan ini cukup dekat menjadikan
  • 36. kawasan ini menjadi kawasan padat penduduk. Mayoritas penduduk menggunakan struktur rumah panggung untuk menyesuaikan 4.3 Potensi Rencana Kawasan Perumahan Baru Pendekatan konsep kawasan: fasilitas apa saja (hunian, drainase, tps, fasilitas perumahan, taman, tempat olahraga, fasilitas ibadah) Pendekatan konsep bangunan rumah terjangkau. Beberapa rencana kawasan untuk lokasi perumahan baru sebagai berikut. 1. Jalan Kalibata Gambar 4.4 Lokasi Perumahan Baru Seperti yang tertera pada Gambar 4.4, Jalan Kalibata terletak di Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya. Jalan Kalibata memiliki batas administratif sebagai berikut. 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Palangka 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Panarung 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Menteng 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bukit Tunggal 2. Jalan Kapakat Gambar 4.5 Lokasi Perumahan baru
  • 37. Seperti yang tertera pada Gambar 4.5 Jalan Kapakat terletak di Kelurahan Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau, Kota Palangka Raya. Jalan Kapakat memiliki batas administratif sebagai berikut. 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bukit Tunggal 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sabaru 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Katingan 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Katingan 3. Jalan G. Obos XIV Gambar 4.6 Lokasi Perumahan Baru Seperti yang tertera pada Gambar 4.6 Jalan G. Obos XIV terletak di Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya. Jalan G. Obos XIV memiliki batas administratif sebagai berikut. 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bukit Tunggal 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sabaru 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Katingan 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Katingan
  • 38. BAB V ANALISA 5.1. Pemanfaatan Ruang Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah 5.1.1 Karakteristik Masyrakat Berpenghasilan Rendah Daerah Permukiman Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai spesifik sebagai ‘kampung kota’ yang padat dan koefisien dasar bangunan (KDB) tergolong tinggi (70-80%), dan langka fasilitas ruang terbuka. Jalan yang ada berciri jalan kampung yang disebut ‘gang atau jalan titian’, terjadi akibat pola tata bangunan yang membentuk garis lurus sepanjang jalan sehingga memberi kesan ‘lorong’ yang berliku-liku. Gang-gang selain sebagai tempat sirkulasi (aksesibilitas) juga sebagai tempat sosialisasi. Rumah tinggal umumnya berbentuk rumah panggung dan keadaannya darurat, dan yang berstatus milik (75%). Daerah Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai merupakan kawasan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah yang mayoritas beragama Islam. Pemukim golongan ini memiliki tingkat pendidikan SLTP dan SLTA, namun masih terdapat yang hanya tamatan SD atau bahkan tidak tamat. Mereka bekerja pada sektor informal yang tersedia di sekitar dan atau tidak jauh dari lingkungan permukimannya. Kondisi dan keadaan lingkungan seperti ini memberi gambaran sebagai yang diistilahkan sebagai permukiman kumuh atau ‘Slum area’. Beberapa rumah tinggal berfungsi sebagai ruang kerja dan tempat menjual kebutuhan seharihari. Kegiatan membuat dan menjual makanan jajanan dilakukan di depan rumah, di warung dan di pasar dekat permukimannya. Anak-anak remaja yang telah tamat atau putus sekolah bekerja membantu ekonomi keluarga sebagai pelayan toko, penjual koran, tukang jahit, dan lain-lain . Lingkungan permukiman Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai merupakan kumpulan rumah tinggal dengan penghubung jalan-jalan kecil atau ‘gang’.
  • 39. 5.1.2 Perilaku Masyrakat Berpenghasilan Rendah Unit-unit hunian yang terbentuk letaknya berdekatan dengan berbagai fasilitas perkotaan dan berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungannya. Bentuk unit hunian dan lingkungan berkembang tidak terencana. Rumah dibangun tanpa memperhatikan syarat rumah sehat, dan hanya mempertimbangkan kedekatan lokasi dengan tempat bekerja dan berusaha. Unit lingkungan padat oleh bangunan rumah, tidak tersedia saluran air kotor, jalan- jalan penghubung sempit berkelok dan tidak memberi ruang untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan. Lebar jalan rukun 1,00 - 2,00 meter sehingga tidak ada ruang gerak antar bangunan. Pemukim yang umumnya bekerja di sektor informal melakukan kegiatannya pada jalan utama, jalan lingkungan dan jalan lokal (jalan-jalan rukun atau gang) oleh keluarga, ibu-ibu (para isteri atau janda). Mereka melakukannya untuk menghidupi anggota keluarga lain. Warung, kedai, kios tempat berjualan adalah bentuk-bentuk yang mereka ciptakan pada bagian depan atau pada bagian kolong rumah tinggal. Interaksi sosial terjadi pada ruang-ruang terbuka, jalan kolektor, jalan-jalan rukun, mesjid atau mushollah dan open space lainnya. Interaksi berupa kegiatan ngobrol sambil belanja, ngobrol sambil mengasuh anak, bermain, , atau hanya melihat-lihat kegiatan yang terjadi. Interaksi sosial lainnya yaitu kegiatan sholat dan pengajian. Anak-anak berinteraksi pada open space ,atau jalan-jalan rukun maupun jalan utama secara kelompok kecil (2 - 5 orang) atau kelompok besar (lebih 10 orang). 5.1.3 Pola Tata Ruang Masyrakat Berpenghasilan Rendah a. Kebutuhan Ruang dan Tata Ruangnya Rumah tinggal terdiri atas ; ruang tamu, ruang tidur (utama dan anak), ruang keluarga, dapur, ruang makan, km/wc, tempat cuci, dilengkapi teras sebagai ruang usaha. Dapur dibuat tertutup atau dibangun menempel bangunan induk sebagai bangunan tambahan. Ruang tidur (yang berjumlah 1 – 3) terletak berhadapan atau sejajar ruang tamu atau ruang keluarga sebagai ruang-ruang
  • 40. privat. Teras (di depan rumah) umumnya berfungsi sebagai ruang transisi, atau jika tidak ada teras maka ruang tamu berfungsi sebagai ruang transisi dan sebagai ruang interaksi sesama penghuni atau keluarga dan masyarakat pada umumnya. Ukuran ruang tidur utama umumnya lebih besar dibanding ruang- ruang yang lain. Perletakan km/wc umumnya pada bagian belakang rumah, Km/wc dimanfaatkan secara bersama-sama sebagai ruang cuci dan ruang mandi/BAK/BAB. b. Pola Tata Ruang dalam Rumah Tinggal Halaman atau pekarangan rumah tinggal golongan masyarakat berpenghasilan rendah sudah tidak ada / tidak memiliki batas teritorial dengan lingkungannya. Teras sebagai salah satu ruang yang merupakan ruang publik dan ruang transisi. Kebutuhan ruang dan besarannya belum sesuai dengan kebutuhan penghuni, dan beberapa ruang merupakan bangunan tambahan dari bangunan rumah induk. Adapun bangunan induk terdiri atas ruang tidur, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dan dapur.
  • 41. GENDER/UMUR RUANG TERAS RUANG TAMU RUANG KELUARGA KAMAR TIDUR KAMAR MANDI DAPUR ANAK LAKI ANAK PEREMPUAN DEWASA LAKI DEWASA PEREMPUAN 19% 22% 6% 6% 41% 6% ANALISIS AKTIVITAS R.TAMU ANAK LAKI-LAKI MENERIMATAMU MAIN TIDUR NONTON TV SANTAI BELAJAR 23% 15% 13% 16% 11% 22% ANALISIS AKTIVITAS ANAK LAKI-LAKI SANTAI NONTON TV K. KELUARGA TIDUR SIANG BERMAIN MEMASAK/MAKAN 75% 11% 11% 3% ANALISIS AKTIVITAS ANAK LAKI- LAKI TIDUR IBADAH BELAJAR BERMAIN 100% AKTIVITAS KAMAR MANDI MANDI/BAB/BAK 28% 53% 19% ANALISIS AKTIVITAS ANAK LAKI-LAKI MASAK MAKAN/MINUM CUCI PIRING/PAKAIAN 17% 28% 3% 11% 33% 8% ANALISIS AKTIVITAS R.TAMU ANAK PEREMPUAN MENERIMA TAMU MAIN TIDUR NONTON TV SANTAI 23% 15% 13% 16% 11% 22% ANALISIS AKTIVITAS ANAK PEREMPUAN SA NTAI NONTON TV K.KELUARG A TIDU R SIANG BERMAIN MEMASAK/MA KAN 74% 10% 13% 3% ANALISIS AKTIVITAS ANAK PEREMPUAN TIDUR IBADAH BELAJAR BERMAIN 100% AKTIVITAS KAMAR MANDI MANDI/BAB/BAK 28% 52% 20% ANALISIS AKTIVITAS ANAK PEREMPUAN MASAK MAKAN/MINUM CUCIPIRING/PAKAIAN 47% 7% 11% 30% 5% ANALISA AKTIVITAS R.TAMU LAKI-LAKI DEWASA MEN ERIMA TAMU TIDU R NONTON TV SA NTAI MEN JAG A AN AK 29% 19% 13% 13% 26% ANALISIS AKTIVITAS LAKI-LAKI DEWASA SA NTAI NONTON TV K.KELUARG A TIDU R SIANG M EM ASAK/M AKAN 85% 15% ANALISIS AKTIVITAS LAKI LAKI DEWASA TIDUR IBADAH 100% AKTIVITAS KAMAR MANDI L. DEWASA MANDI/BAB/BAK 34% 40% 26% ANALISIS AKTIVITAS LAKI-LAKI DEWASA MASAK MAKAN/MINUM CUCIPIRING/PAKAIAN 47% 5% 12% 32% 4% ANALISA AKTIVITAS R.TAMU PEREMPUAN DEWASA MENERIMA TAMU TIDUR NONTON TV SANTAI MENJAGA ANAK 29% 19% 13% 13% 26% ANALISIS AKTIVITAS PEREMPUAN DEWASA SANTAI NONTON TV K. KELUARGA TIDUR SIANG MEMASAK/M AKAN 100% AKTIVITAS KAMAR MANDI MANDI/BAB/BAK 35% 36% 29% ANALISIS AKTIVITAS PEREMPUAN DEWASA MASAK MAKAN/MINUM CUCI PIRING/PAKAIAN PARKIR 26% JEMUR 8% SANTAI 50% BERSIH-BERSIH 5% KERJA 4% MENYIMPAN BARANG 3% MENERIMATAMU 4% ANALISIS AKTIVITAS PENGHUNI TERAS LAKI-LAKI DEWASA PAR KIR JEMUR SANTAI BERSIH-BERSIH KERJA MENYIMPA NBA RANG MENERIMA TAMU 25% 6% 52% 6% 4% 2% 5% ANALISIS AKTIVITAS PENGHUNI TERAS PEREMPUAN DEWASA PARKIR JEMUR SA NTAI BERSIH -BERSIH KERJA MEN YIMPAN BARA NG MEN ERIMA TAMU 21% 6% 26% 43% 4% 0 ANALISIS AKTIVITAS PENGHUNI TERAS ANAK-ANAK LAKI-LAKI PARKIR JEMUR MAIN SA NTAI BERSIH -BERSIH MEN ERIMA TAMU 22% 5% 24% 44% 4% 1% ANALISIS AKTIVITAS PENGHUNI TERAS ANAK-ANAK PEREMPUAN PARKIR JEMUR MAIN SA NTAI BERSIH -BERSIH MEN ERIMA TAMU 85% 15% ANALISIS AKTIVITAS LAKI LAKI DEWASA TIDUR IBADAH P. DEWASA P. ANAK-ANAK L. ANAK-ANAK TABEL DIAGRAM 5.2 ANALISA AKTIVITAS, GENDER , DAN RUANG
  • 42. Analisis pemanfaatan ruang oleh penghuni yang terjadi digolongkan ke dalam 2 kategori, yaitu ruang yang digunakan dan gender . Untuk memudahkan, kesimpulan hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 5.12 Kesimpulan Hasil Analisis Pemanfaatan Ruang Rumah 5.2. Aktivitas dan Perspektif Gender dalam Pemanfaatan Ruang Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai Analisis difokuskan pada perubahan yang paling banyak yaitu aktivitas, gender dan perubahan ruangnya, serta pengaruhnya terhadap fungsi ruang. Hasil analisis mengukur persentase pengguna ruang dan perubahan fungsi yang terjadi. Aktivitas di dalam rumah akan dianalisa menggunakan teori rapoport yang terbagi menjadi aktivitas rutin/basic needs (kegiatan sehari-hari) , Familiy, Position of Gender Ruang Kesimpulan Anak laki-laki  Teras  Ruang Tamu  Ruang Keluaraga  Kamar Tidur  Kamar Mandi  Dapur Pada hasil tabel diagram, menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih memanfaatkan ruang teras sebagai tempat bermain, ruang tamu dan ruang keluarga sebagai tempat bersantai, kamar tidur sebagai tempat beristirahat dan tidur, kamar mandi tempat mandi/bab/bak dan dapur sebagai tempat makan/minum. Anak Perempuan  Teras  Ruang Tamu  Ruang Keluaraga  Kamar Tidur  Kamar Mandi  Dapur Pada hasil tabel diagram menunjukkan bahwa anak perempuan cenderung memanfaatkan ruang teras,ruang tamu,ruang keluarga sebagai tempat bersantai, kamar tidur sebagai tempat beristirahat dan tidur, kamar mandi sebagai tempat mandi/bab/bak dan dapur sebagai tempat makan/minum Dewasa laki-laki  Teras  Ruang Tamu  Ruang Keluaraga  Kamar Tidur  Kamar Mandi  Dapur Pada tabel diagram menunjukkan bahwa dewasa laki-laki cenderung memanfaatkan ruang teras dan ruang keluarga sebagai tempat bersantai, ruang tamu sebagai tempat menerima tamu, kamar tidur sebagai tempat tidur,kamar mandi sebagai tempat mandi/bab/bak dan dapur sebagai tempat makan/minum Dewasa perempuan  Teras  Ruang Tamu  Ruang Keluaraga  Kamar Tidur  Kamar Mandi  Dapur Pada tabel diagram menunjukkan bahwa dewasa perempuan cenderung memanfaatkan ruang teras dan ruang keluarga sebagai tempat bersantai, ruang tamu sebagai tempat menerima tamu, kamar tidur sebagai tempat tidur,kamar mandi sebagai tempat mandi/bab/bak, ruang dapur sebagai tempat makan/minum dan memasak
  • 43. women, Privacy, and Social intercourse. Dalam menganalisa pemanfaatan ruang rumah tinggal masyarakat berpenghasilan rendah dalam perspektif gender , kelima hal tersebut dilihat dari pemetaan aktivitas dan teritorial gender di dalam penggunaan ruang-ruang, meliputi penggunaan ruang-ruang yang ada sehari-harinya. Untuk memudahkan, hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Tabel 5.1 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 01 Teras R.Tamu R.Keluarga Kamar KM/WC Dapur AL Parkir Main,Tidur Siang,Nonton Tv, Santai - Tidur MCK Makan/Minum AP Parkir Main,Tidur Siang,Nonton Tv, Santai - Tidur MCK Memasak,Makan DL Parkir Menerima Tamu,Tidur Siang,Nonton Tv,Santai - Tidur MCK Makan/Minum DP Parkir Menerima Tamu,Tidur Siang,Nonton Tv,Santai - Tidur MCK Memasak,Makan 1. Kode : 1-Badrainsyah Penambahan ruang jemur di ruang dapur pada rumah bapak Badriansyah dikarenakan kebutuhan aktivitas dari semua penghuni 2. Kode : 26-Herisman Perubahan di ruang dapur dan WC pada rumah bapak Herisman dibesarkan dikarenakan kebutuhan aktivitas dari semua penghuni
  • 44. Tabel 5.2 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 26 Teras R.Tamu R.Keluarga Kamar KM/WC Dapur AL Santai Santai, belajar Kumpul keluarga, santai Tidur Mandi/BAB/BAK Memasak, makan Mencuci AP Main, santai Santai, belajar Kumpul keluarga, santai Tidur Mandi/BAB/BAK Memasak, makan Mencuci DL santai Menerima tamu Kumpul keluarga, santai Tidur Mandi/BAB/BAK Memasak, makan Mencuci DP Santai, parkir Menerima tamu Kumpul keluarga, santai Tidur Mandi/BAB/BAK Memasak, makan Mencuci Teras R.Tamu R.Keluarga Kamar KM/WC Dapur AL Santai, main Santai, main Makan Tidur Mandi/BAB/BAK - AP Santai, main Santai, main Makan Tidur Mandi/BAB/BAK - DL Santai, Parkir Mengasuh anak, menerima tamu Mengasuh anak, makan Tidur Mandi/BAB/BAK Memasak, makan Mencuci DP Santai, Parkir Mengasuh anak, menerima tamu Mengasuh anak, makan Tidur Mandi/BAB/BAK Memasak, makan Mencuci 3. Kode : 29-Futhali Perubahan di kamar tidur pada rumah bapak Futhali dibagi 2 dikarenakan penambahan penghuni rumah 4. Kode : 82-Irwansyah Perubahan di dapur pada rumah bapak Irwansyah dibagi 2 dikarenakan penambahan penghuni rumah Tabel 5.3 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 29
  • 45. Tabel 5.5 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 81 Tabel di atas merupakan 5 contoh dari 100 rumah yang di survey secara lapangan, di bawah ini merupakan tabel hasil keseluruhan aktivitas dan gender pada tiap-tiap ruang : Teras R.Tamu R.Keluarga Kamar KM/WC Dapur A L Bermain Bermain, Makan Tidur,Sholat, Belajar MCK Memasak,Makan,Mencuci AP Bermain Bermain, Makan Tidur,Sholat, Belajar MCK Memasak,Makan,Mencuci D L Menjemur Pakaian, Menaruh Bak Ikan,Parkir Menerima Tamu,Nonton Tv,Tidur Tidur,Sholat MCK Memasak,Makan,Mencuci DP Menjemur Pakaian, Menaruh Bak Ikan,Parkir Menerima Tamu,Nonton Tv,Tidur Tidur, Sholat MCK Memasak,Makan,Mencuci Teras R.Tamu R.Keluarga Kamar KM/WC Dapur AL Bermain Tidur, Bermain MCK Makan AP - - - - - - DL Duduk,Membe ri Makan Anak,Menjem ur Pakaian Menerima Tamu,Bermain Bersama Anak Kecil Tidur, Sholat MCK Memasak,Makan, Mencuci DP Duduk,Membe ri Makan Anak,Menjem ur Pakaian Menerima Tamu,Bermain Bersama Anak Kecil Tidur, Sholat MCK Memasak,Makan, Mencuci Tabel 5.4 Hasil Survey Ruang-ruang Rumah 82 5. Kode : 81-Supriadi Perubahan di teras dan ada penambahan gudang pada rumah bapak Supriadi dikarenakan aktivitas bapak yang memerlukan ruang penyimpanan barang, sedangkan penambahan kamar karena penambahan penghuni rumah
  • 46. ANALISIS KESELURUHAN AKTIVITAS KAMAR MANDI AKTIVITAS L. DEWASA P. DEWASA ANAK LAKI-LAKI ANAK PEREMPUAN MANDI/BAB/BAK 100 100 100 100 JUMLAH 100 100 100 100 ANALISA KESELURUHAN AKTIVITAS TERAS AKTIVITAS L. DEWASA P. DEWASA L. ANAK-ANAK P. ANAK-ANAK JUMLAH PARKIR 44 42 33 33 152 JEMUR 13 11 9 8 41 SANTAI 84 87 41 36 248 BERSIH- BERSIH 9 10 6 6 31 MENERIMA TAMU 7 8 1 1 17 TOTAL 157 158 90 84 ANALISA KESELURUHAN AKTIVITAS RUANG TAMU AKTIVITAS L. DEWASA P. DEWASA L. ANAK-ANAK P. ANAK- ANAK JUMLAH MENERIMA TAMU 57 68 21 15 161 TIDUR 9 7 7 3 26 NONTON TV 13 18 7 10 48 SANTAI 37 47 46 29 159 TOTAL 116 140 81 57 ANALISIS KESELURUHAN AKTIVITAS KAMAR TIDUR AKTIVITAS L. DEWASA P. DEWASA L. ANAK-ANAK P. ANAK-ANAK JUMLAH TIDUR 100 100 100 100 400 IBADAH 18 18 14 14 64 118 118 114 114 Tabel 5.6 Hasil Analisi Keseluruhan Aktivitas Teras Tabel 5.7 Hasil Analisi Keseluruhan Ruang Tamu Tabel 5.8 Hasil Analisi Keseluruhan Kamar Tidur Tabel 5.9 Hasil Analisi Keseluruhan Kamar Mandi
  • 47. ANALISIS KESELURUHAN AKTIVITAS RUANG DAPUR AKTIVITAS L. DEWASA P. DEWASA L. ANAK- ANAK P. ANAK- ANAK JUMLAH MASAK 69 87 30 38 224 MAKAN/MINUM 83 90 19 25 217 CUCI PIRING/PAKAIAN 53 73 17 16 159 TOTAL 205 250 66 79 Tabel 5.1 Diagram Analisis Keseluruhan Aktivitas 28% 18% 13% 15% 26% ANALISIS KESELURUHAN AKTIVITAS RUANG KELUARGA SANTAI NONTON TV K. KELUARGA TIDUR SIANG MEMASAK/MAK AN 85% 15% ANALISIS KESELURUHAN AKTIVITAS KAMAR TIDUR TIDUR IBADAH 34% 40% 26% ANALISIS KESELURUHAN RUANG DAPUR MASAK MAKAN/MINUM CUCI PIRING/PAKAIAN 31% 8% 51% 6% 4% ANALISIS KESELURUHAN AKTIVITAS TERAS PARKIR JEMUR SANTAI BERSIH-BERSIH MENERIMA TAMU 49% 8% 11% 32% ANALISA KESELURUHAN AKTIVITAS RUANG TAMU MENERIMA TAMU TIDUR NONTON TV SANTAI Tabel 5.9 Hasil Analisi Keseluruhan Dapur
  • 48. Dari data di atas maka diperoleh analisa yang terbagi menjadi 2 , yaitu analisa yang pertama adalah aktivitas dan gender , sedangkan yang kedua merupakan perubahan ruang dan fungsinya . Berikut analisanya : 5.1.1 Aktivitas dan Gender Dalam menganalisa penataan ruang rumah tinggal Murjani, Mendawai , dan Kereng Bangkirai dalam persepektif gender, analisa dari kelima hal tersebut sepenuhnya terlihat dari pemetaan aktivitas dan teritorial gender laki-laki dan perempuan didalam penggunaan ruang-ruang dan waktu, meliputi penggunaan ruang-ruang yang ada sehari-harinya , penataan ruang dan pemetaan aktivitas terhadap ruang-ruang terdiri dari: 1. Teras : Teras difungsikan sebagai tempat bersantai, parkir, jemur pakaian 2. R.Tamu : R.Tamu difungsikan sebagai tempat untuk menerima tamu, bersantai, dan nonton TV 3. R. Keluarga : R. Keluarga difungsikan sebagai tempat Santai, Kumpul Keluarga, Makan 4. K. Tidur : K. Tidur difungsikan sebagai tempat beristirahat, tidur , dan ibadah 5. K. Mandi : K. Mandi difungsikan sebagai tempat mandi , BAB, BAK 6. Dapur : Dapur difugsikan sebagai tempat memasak, makan dan mencuci piring Pembatasan ruang secara fisik untuk kegiatan laki-laki dan perempuan pada ruang rumah tidak ditemui. . Aktivitas yang berlangsung di dalam rumah terdiri dari aktivitas rutin/basic needs Artinya laki-laki maupun perempuan dapat menggunakan ruang yang sama dan kapasitas yang sama. Hubungan antara fungsi dan bentuk sangat dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, dalam hal ini salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat adalah gender. Pembentukan dan penataan ruang berdasarkan gender dapat dipakai untuk menilai tingkat privasi ruang berdasarkan jenis kegiatan yang terjadi di dalamnya.
  • 49. Gambar 5.2. Survey lapangan Akibat pola penataan ruang berdasarkan gender ini secara langsung akan berpengaruh pada fungsi ruang tersebut, diantaranya: a. Bapak : dominan berada di ruang keluarga pada malam hari untuk bersantai dan berkumpul bersama keluarga, dan berada di ruang tidur utama pada malam hari untuk beristirahat, dan sesekali waktu untuk beribadah/sholat ketika dirumah. b. Ibu : dominan menghabiskan waktu di dapur terutama pagi hari, pada sore hari berada di teras untuk bersantai bersih-bersih dan bercengkarama dengan tetangga , sedangkan di ruang tidur utama untuk tidur dan beristirahat pada malam hari, dan di ruang keluarga pada saat siang hari untuk tidur siang makan dan menonton tv c. Anak laki-laki : dominan berada di teras untuk bersantai parkir dan main gadget, dan pada ruang tamu santai , menerima tamu dan main gadget d. Anak perempuan : dominan pada ruang keluarga untuk bersantai, menonton tv , main gadget, dan nonton TV, Sedangkan pada malam hari membantu ibu untuk memasak di dapur dan makan bersama keluarga / sendiri di dapur Sedangkan pengaruh gender terhadap ruang-ruang yang ada, diantaranya sifat kelelakian dan keperempuanan tidak berpengaruh pada beberapa ruang, peranan gender tersebut secara umum tidak dipahami oleh pemiliknya. Ruang yang cukup kuat dipengaruhi oleh gender perempuan yaitu dapur untuk memasak dan makan.
  • 50. Sedangkan peranan gender laki-laki tidak begitu kuat tampak pada rumah tinggal ini. Pembatasan ruang secara fisik untuk kegiatan laki-laki dan perempuan pada ruang rumah tidak ditemui. Artinya laki-laki maupun perempuan dapat menggunakan ruang yang sama dan kapasitas yang sama. Disamping itu terlihat adanya kecenderungan hubungan antara laki-laki dan perempuan melalui pembagian peran. Antara laki-laki dan perempuan, masing-masing ingin mengaktualkan dirinya dengan kompromi terhadap lainnya sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui, jadi secara umum tidak terjadi diskriminasi perempuan dalam penataan setiap ruang atau perwujudan bentuk ruang. 5.1.2. Perubahan Ruang dan Fungsi Analisis perubahan tata ruang yang terjadi dilihat dari aspek fungsi ruang , persentase unit yang berubah, dan faktor penyebab perubahan. Dan untuk menganalisa perubahan ruang ini di ambil satu sampel dari masing-masing tempat. Untuk memudahkan, hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel 5.11 Perubahan Ruang dan Fungsi pada Survey Lapamgan 1. Murjani NO. RUANG FUNGSI RUANG PERSENTASE UNIT FAKTOR PENYEBAB CONTOH SAMPEL 1. Kamar Penambahan fungsi privat (kamar tidur) 20 dari 40 sampel = 50% Penambahan penghuni rumah dan karena adanya zona privat dari masing-masing penghuni 2. R.Cuci dan Jemur Penambahan fungsi service (Cuci dan jemur) 3 dari 40 sampel = 7% Faktor gaya hidup Penghuni membutuhkan ruang khusus untuk melakukan kegiatan servis sehari-hari
  • 51. 2. Mendawai NO. RUANG FUNGSI RUANG PERSENTASE UNIT FAKTOR PENYEBAB GAMBAR SAMPEL 1. Kamar Penambahan fungsi privat (kamar tidur) 3 dari 40 sampel = 7% Penambahan penghuni rumah dan karena adanya zona privat dari masing-masing penghuni 2. R.Cuci dan Jemur Penambahan fungsi service (Cuci dan jemur) 2 dari 40 sampel = 5% Faktor gaya hidup Penghuni membutuhkan ruang khusus untuk melakukan kegiatan servis sehari-hari 3. Kereng Bangkirai NO. RUANG FUNGSI RUANG PERSENTASE UNIT FAKTOR PENYEBAB GAMBAR SAMPEL 1. Kamar Penambahan fungsi privat (kamar tidur) 3 dari 40 sampel = 7% Penambahan penghuni rumah dan karena adanya zona privat dari masing-masing penghuni
  • 52. Dapat disimpulkan bahwa penyebab perubahan fungsi ruang pada rumah di Murjani, Mendawai, dan Kereng Bangkirai adalah: 1) Faktor jumlah penghuni dan privasi: 20% sampel memiliki tambahan penghuni dan memiliki perbedaan usia dan gender , sehingga diperlukan tambahan area kamar tidur pada rumahnya. 2) Faktor gaya hidup : 6% sampel membutuhkan ruang khusus untuk melakukan kegiatan servis (cuci jemur) sehari-hari, sehingga diperlukan tambahan area servis (area cuci jemur) pada rumahnya . Jadi apabila dilihat dari hasil analisa di atas maka aktivitas mempengaruhi fungsi ruang-ruang tersebut. Aktivitas apabila dilihat dari data di atas mempengaruhi fungsinya contohnya ruang keluarga merupakan tempat untuk bersantai dan berkumpul dengan keluarga namun dalam kenyataanya ruang keluarga tersebut memiliki banyak fungsi sehingga membuat fungsi ruang tersebut tidak hanya tempat bersantai namun juga dapat menjadi tempat kerja kemudian tempat makan bahkan menjad tempat tidur . Sedangkan gender mempengaruhi perubahan ruang tersebut , contohnya kamar yang sebelumnya satu bertambah menjadi dua kamar apabila dilihat dari faktornya hal itu terjadi karena perbedaan gender dan usia , tidak selamanya anak-anak akan tidur bersama orang tuanya , apabila sudah melewati masa puber maka tingkat privasi seseorang akan makin tinggi oleh karena itu yang mempengaruhi perubahan ruang adalah gender , sedangkan yang mempengaruhi fungsi ruang adalah aktivitas .
  • 53. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Terbentuknya tata ruang dalam rumah tinggal disebabkan adanya faktor kebutuhan penghuni sesuai dengan jumlah dan kegiatan yang dilakukan. Pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, rumah tinggal terdiri atas; ruang tidur dan ruang tamu, sedang pada bangunan tambahan terdiri atas; ruang keluarga, ruang makan, ruang duduk, ruang tidur, dan dapur. Peranan gender tidaklah selalu mempengaruhi pada pola penataan ruang. Pola penataan ruang rumah saat ini tidak ada batasan antara laki-laki dan perempuan. Artinya, laki-laki dan perempuan boleh menggunakan ruangan manapun. Gender perempuan juga lebih dominan dari pada gender laki-laki dalam hal pemanfaatan ruang-ruang pada rumah. 6.2 Saran 1. Setelah melakukan penelitian, akan lebih baik apabila referensi jurnal-jurnal tentang judul penelitian ini lebih banyak dan dilampirkan dengan data-data pendukung 2. Masyarakat diharapkan mempunyai kesadaran akan pentingnya menata rumah dengan baik sesuai fungsi yang diperlukan.
  • 54. DAFTAR PUSTAKA Stevanus, D. (2016). Studi Perubahan Fungsi Ruang Pada Unit Rumah TinggalDi Cluster Orlando Dan Georgia, Kota Wisata Cibubur. Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti, 15(1). Murtini, T. W., Wijaya, A. S., & Adiyati, A. (2018). Pola Mix Use Ruang Rumah TinggalPengrajin Batik Desa BabaganYang Berbasis Gender. TATALOKA, 20(2), 113-123. Najib, M. (2012). Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kawasan Pusat Kota Palu. MEKTEK, 8(2). Waheni, C. W. (2019). POLA PENATAAN RUANG RUMAH COMPOUND DI KAWASAN KOTA GEDE DALAM PERSPEKTIF GENDER. LINTAS RUANG: Jurnal Pengetahuan dan Perancangan Desain Interior, 7(1). Muqoffa, M. (2005). Mengkonstruksikan Ruang Gender pada Rumah Jawa di Surakarta dalam Perspektif Kiwari Penghuninya. DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 33(2) Bahrawi, B., Vivanti, D., & Dewi, Y. S. (2017). Pengaruh Kemampuan Pengelolaan Tata Ruang Pemukiman Bantaran Sungai dan Gender terhadap New Invironmental Paradigm (Nep). Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan, 6(1), 1-20. Mulyati, A. (2008). Kajian luas rumah tinggal masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan pusat kota. SMARTek, 6(3). Wulandari, A. (2020). Arsitektur Dan Gender: Peningkatan Kesetaraan Peran Gender Melalui Penataan Fungsi Dan Konektifitas Ruang Pada Hunian Kolektif (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember). Mustam, A. (2017). Budaya gender dalam masyarakat perspektif temporal ekologi dan sosial ekonomi. AL-MAIYYAH: Media Transformasi Gender dalam Paradigma Sosial Keagamaan, 10(2), 186-209. DI, SUKU ATONI DI KAMPUNG TAMKESI; LAKE, REGINALDO CH. KONSEP RUANG DALAM DAN RUANG LUAR ARSITEKTUR TRADISIONAL. Nurhaeni, I. D. A., Sugiarti, R., Marwanti, S., & Pratiwi, R. D. (2018). Disparitas gender dalam pembangunan pariwisata ramah lingkungan (Gender Disparities in Ecologically Friendly-Tourism Development). PALASTREN Jurnal Studi Gender, 10(1), 1