Dokumen tersebut membahas model pengintegrasian materi bencana tsunami ke dalam pembelajaran fisika di SMA. Kota Padang memiliki risiko tinggi terjadinya tsunami karena letak geografisnya. Namun, kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana tsunami masih perlu ditingkatkan, salah satunya melalui pembelajaran di sekolah. Materi gelombang dalam pelajaran fisika disebutkan sesuai untuk diintegrasikan dengan materi
Dokumen tersebut membahas tentang Yogyakarta yang rawan bencana karena berada di jalur aktif pertemuan 3 lempeng tektonik dan memiliki gunung berapi aktif seperti Merapi. Dokumen ini juga menjelaskan kondisi geografi, geologi, iklim, serta bentang alam Provinsi DI Yogyakarta beserta sejarah bencananya.
Komunitas sekolah di Kota Bandung memiliki tingkat kesiapsiagaan bencana yang hampir siap berdasarkan pengetahuan guru dan siswa, namun kebijakan sekolah masih kurang dalam mensosialisasikan hal tersebut. Lembaga sekolah perlu meningkatkan peranannya dalam mempersiapkan sumber daya dan sarana untuk menghadapi bencana gempa bumi.
Dokumen tersebut membahas tentang hasil penelitian yang dilakukan di Kota Bandung. Penelitian ini mendeskripsikan lokasi Kota Bandung, ancaman gempa di kota tersebut, kondisi pendidikan, dan tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dalam menghadapi bencana gempa."
Dokumen ini membahas implementasi Sekolah Aman dan Siaga Bencana (SASB) di enam sekolah dasar di Bantul, Yogyakarta. SASB bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana dengan memperkuat pengetahuan, sikap, rencana tanggap darurat, sumber daya, dan peringatan dini. Implementasi SASB dilakukan Perkumpulan Lingkar secara partisipatif dan berpusat pada anak.
Dokumen tersebut membahas tentang Yogyakarta yang rawan bencana karena berada di jalur aktif pertemuan 3 lempeng tektonik dan memiliki gunung berapi aktif seperti Merapi. Dokumen ini juga menjelaskan kondisi geografi, geologi, iklim, serta bentang alam Provinsi DI Yogyakarta beserta sejarah bencananya.
Komunitas sekolah di Kota Bandung memiliki tingkat kesiapsiagaan bencana yang hampir siap berdasarkan pengetahuan guru dan siswa, namun kebijakan sekolah masih kurang dalam mensosialisasikan hal tersebut. Lembaga sekolah perlu meningkatkan peranannya dalam mempersiapkan sumber daya dan sarana untuk menghadapi bencana gempa bumi.
Dokumen tersebut membahas tentang hasil penelitian yang dilakukan di Kota Bandung. Penelitian ini mendeskripsikan lokasi Kota Bandung, ancaman gempa di kota tersebut, kondisi pendidikan, dan tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dalam menghadapi bencana gempa."
Dokumen ini membahas implementasi Sekolah Aman dan Siaga Bencana (SASB) di enam sekolah dasar di Bantul, Yogyakarta. SASB bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana dengan memperkuat pengetahuan, sikap, rencana tanggap darurat, sumber daya, dan peringatan dini. Implementasi SASB dilakukan Perkumpulan Lingkar secara partisipatif dan berpusat pada anak.
Dokumen tersebut membahas risiko bencana di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi DIY rentan terhadap berbagai bencana seperti letusan Gunung Merapi, gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan lainnya. Gunung Merapi adalah ancaman bencana utama karena letusannya yang sering dan berdampak besar bagi masyarakat sekitar."
Dokumen tersebut membahas tentang penyusunan bahan ajar bermuatan kebencanaan untuk siswa SMA/MA/SMK di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahan ajar ini disusun oleh Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi DIY untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai pengurangan risiko bencana. Bahan ajar ini berisi profil kebencanaan yang sering terjadi di DIY seperti gempa bumi, tsunami, let
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...jopiwildani
Modul ini membahas tentang jenis dan karakteristik bencana alam serta siklus penanggulangan bencana. Terdapat beberapa jenis bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir dan longsor yang disebabkan oleh faktor alam. Modul ini juga menjelaskan tentang pengertian bencana, jenis bencana berdasarkan penyebabnya, serta tahapan siklus penanggulangan bencana yang meliputi pence
Dokumen tersebut membahas pengembangan model kurikulum layanan khusus pendidikan non formal program paket A untuk daerah bencana alam. Dokumen menjelaskan latar belakang sering terjadinya bencana alam di Indonesia dan upaya pemerintah melalui pendidikan untuk mengurangi dampak bencana. Dokumen ini menghasilkan model kurikulum yang menerapkan pengetahuan kebencanaan secara terintegrasi maupun terpisah pada berbagai mata pelaj
Dokumen ini membahas upaya MTs Yaketunis untuk meningkatkan kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana dengan melibatkan Perkumpulan Lingkar. Proyek Sekolah Siaga Bencana ini bertujuan meningkatkan kapasitas sekolah melalui empat parameter: pengetahuan siswa dan guru, kebijakan sekolah, perencanaan darurat, dan mobilisasi sumber daya. Dokumen ini juga menjelaskan indikator verifikasi
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tsunami SD/MI, ...Ninil Jannah
Modul ini membahas pengintegrasian pengurangan risiko tsunami ke dalam pembelajaran di sekolah dasar. Modul ini disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional bekerja sama dengan program SCDRR untuk membangun kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah.
Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah melalui tiga langkah utama yaitu memastikan fasilitas sekolah yang aman, menerapkan manajemen bencana di sekolah, serta memperkenalkan pendidikan pengurangan risiko bencana ke kurikulum sekolah. Hal ini sejalan dengan peraturan pemerintah dan standar internasional tentang perlindungan anak dan penanggulangan bencana.
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDPNinil Jannah
Modul ini membahas pengintegrasian pengurangan risiko gempa bumi ke dalam pembelajaran di sekolah. Modul ini disusun oleh Pusat Kurikulum bekerja sama dengan Bappenas dan didukung oleh UNDP, bertujuan untuk membangun kesiapsiagaan terhadap gempa bumi di kalangan siswa dan masyarakat. Modul ini berisi contoh silabus, rencana pembelajaran, dan bahan ajar tentang gempa bumi yang dapat diintegrasikan ke
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Longsor SMP/MTs...Ninil Jannah
Modul ini membahas pengintegrasian pengurangan risiko longsor ke dalam kurikulum pendidikan di SMP. Modul ini disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional bekerja sama dengan BAPPENAS dalam program pengurangan risiko bencana yang didanai UNDP. Modul ini berisi contoh silabus, rencana pelajaran, dan bahan ajar tentang pengurangan risiko longsor yang dapat diintegrasikan ke mata pelajaran di SMP.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Desa Melung memiliki risiko tinggi terhadap bencana alam seperti longsor, gempa, dan letusan gunung api karena berada di lereng Gunung Slamet.
2) Peningkatan pengetahuan warga desa Melung terkait kesiapsiagaan bencana melalui pelatihan dan sosialisasi.
3) Dibentuknya RENSTRA Desa Siaga Bencana untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi
Dokumen tersebut membahas risiko bencana di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi DIY rentan terhadap berbagai bencana seperti letusan Gunung Merapi, gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan lainnya. Gunung Merapi adalah ancaman bencana utama karena letusannya yang sering dan berdampak besar bagi masyarakat sekitar."
Dokumen tersebut membahas tentang penyusunan bahan ajar bermuatan kebencanaan untuk siswa SMA/MA/SMK di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahan ajar ini disusun oleh Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi DIY untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai pengurangan risiko bencana. Bahan ajar ini berisi profil kebencanaan yang sering terjadi di DIY seperti gempa bumi, tsunami, let
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...jopiwildani
Modul ini membahas tentang jenis dan karakteristik bencana alam serta siklus penanggulangan bencana. Terdapat beberapa jenis bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir dan longsor yang disebabkan oleh faktor alam. Modul ini juga menjelaskan tentang pengertian bencana, jenis bencana berdasarkan penyebabnya, serta tahapan siklus penanggulangan bencana yang meliputi pence
Dokumen tersebut membahas pengembangan model kurikulum layanan khusus pendidikan non formal program paket A untuk daerah bencana alam. Dokumen menjelaskan latar belakang sering terjadinya bencana alam di Indonesia dan upaya pemerintah melalui pendidikan untuk mengurangi dampak bencana. Dokumen ini menghasilkan model kurikulum yang menerapkan pengetahuan kebencanaan secara terintegrasi maupun terpisah pada berbagai mata pelaj
Dokumen ini membahas upaya MTs Yaketunis untuk meningkatkan kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana dengan melibatkan Perkumpulan Lingkar. Proyek Sekolah Siaga Bencana ini bertujuan meningkatkan kapasitas sekolah melalui empat parameter: pengetahuan siswa dan guru, kebijakan sekolah, perencanaan darurat, dan mobilisasi sumber daya. Dokumen ini juga menjelaskan indikator verifikasi
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tsunami SD/MI, ...Ninil Jannah
Modul ini membahas pengintegrasian pengurangan risiko tsunami ke dalam pembelajaran di sekolah dasar. Modul ini disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional bekerja sama dengan program SCDRR untuk membangun kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah.
Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah melalui tiga langkah utama yaitu memastikan fasilitas sekolah yang aman, menerapkan manajemen bencana di sekolah, serta memperkenalkan pendidikan pengurangan risiko bencana ke kurikulum sekolah. Hal ini sejalan dengan peraturan pemerintah dan standar internasional tentang perlindungan anak dan penanggulangan bencana.
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDPNinil Jannah
Modul ini membahas pengintegrasian pengurangan risiko gempa bumi ke dalam pembelajaran di sekolah. Modul ini disusun oleh Pusat Kurikulum bekerja sama dengan Bappenas dan didukung oleh UNDP, bertujuan untuk membangun kesiapsiagaan terhadap gempa bumi di kalangan siswa dan masyarakat. Modul ini berisi contoh silabus, rencana pembelajaran, dan bahan ajar tentang gempa bumi yang dapat diintegrasikan ke
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Longsor SMP/MTs...Ninil Jannah
Modul ini membahas pengintegrasian pengurangan risiko longsor ke dalam kurikulum pendidikan di SMP. Modul ini disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional bekerja sama dengan BAPPENAS dalam program pengurangan risiko bencana yang didanai UNDP. Modul ini berisi contoh silabus, rencana pelajaran, dan bahan ajar tentang pengurangan risiko longsor yang dapat diintegrasikan ke mata pelajaran di SMP.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Desa Melung memiliki risiko tinggi terhadap bencana alam seperti longsor, gempa, dan letusan gunung api karena berada di lereng Gunung Slamet.
2) Peningkatan pengetahuan warga desa Melung terkait kesiapsiagaan bencana melalui pelatihan dan sosialisasi.
3) Dibentuknya RENSTRA Desa Siaga Bencana untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi
Masukan untuk Renstra Badan Geologi 2025-2029Dadang Solihin
Dokumen tersebut membahas peran strategis Badan Geologi Indonesia dalam empat bidang utama, yaitu pengelolaan geo-hazard, geo-resource, geo-environmental, dan geo-service. Badan Geologi diharapkan dapat memainkan peran penting dalam mengelola risiko bencana alam, mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, meminimalkan dampak lingkungan, serta meningkatkan layanan kepada masyarakat.
XI_GEOGRAFI_KD 3.7_3.PENANGGULANGAN BENCANA MELALUI EDUKASI, KEARIFAN.docxJopiWildani1
Modul ini membahas tentang penanggulangan bencana alam di Indonesia melalui edukasi, kearifan lokal, dan pemanfaatan teknologi. Edukasi penanggulangan bencana dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan informal untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Kearifan lokal juga dimanfaatkan dalam penanggulangan bencana. Teknologi modern dapat dimanfaatkan untuk peringatan dini bencana. Modul ini juga memb
XI_GEOGRAFI_KD 3.7_2.PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA DI.docxJopiWildani1
Modul ini membahas tentang persebaran wilayah rawan bencana alam di Indonesia dan lembaga-lembaga penanggulangan bencana. Wilayah rawan bencana adalah kawasan yang rawan terhadap bencana alam akibat proses alam maupun non-alam. Berdasarkan data BNPB tahun 2016, bencana-bencana seperti letusan gunung api, tanah longsor, gempa bumi, banjir dan tanah longsor tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Modul ini jug
XI_GEOGRAFI_KD 3.7.1_JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA SERTA SIKLUS PENANGGULAN...JopiWildani1
Modul ini membahas tentang mitigasi bencana alam yang mencakup tiga topik utama yaitu jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulangannya, persebaran wilayah rawan bencana di Indonesia dan lembaga-lembaganya, serta penanggulangan bencana melalui edukasi, kearifan lokal, dan teknologi beserta peran masyarakat.
Modul ini membahas tentang mitigasi bencana alam yang mencakup tiga topik utama yaitu jenis dan karakteristik bencana alam, persebaran wilayah rawan bencana di Indonesia beserta lembaga penanggulangannya, serta penanggulangan bencana melalui edukasi, kearifan lokal, dan teknologi beserta peran masyarakat.
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tsunami SMA/MA,...
Prociding 1 tsunami
1. Model Pengintegrasian Materi Bencana Tsunami ke
Dalam Pembelajaran Fisika Sma
Ahmad Fauzi1)
, Yulkifli1)
, Desi Ariyanti Naspin2)
dan Ichy Lucya Recha3)
1. Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang;
2. Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas
Negeri Padang;
3. Alumni Program Studi Sarjana Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Negeri Padang.
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses
pengembangan potensi diri yang dilakukan
secara sadar dan terprogram dalam upaya
menciptakan siswa yang memiliki kompetensi
spiritual, intelektual, emosional dan keahlian
yang sesuai dengan standar kebutuhan
masyarakat. Peningkatkan mutu pendidikan
harus terus menerus dilakukan. Hal ini
dikarenakan mengingat pentingnya peran
pendidikan dalam perkembangan dan
kemajuan IPTEK. Menurut survey Education
Development Index (EDI), indeks
pembangunan kualitas pendidikan Indonesia
pada tahun 2012 menurun, berada pada urutan
ke-69 dari 127 negara di dunia, yaitu berada
dibawah Brunei Darussalam (34) dan Jepang
yang berhasil menduduki posisi pertama.
Hasil survey tahun 2012 dari The Global
Competitivieness Report menunjukkan daya
saing pendidikan dari 144 negara yang
disurvey didunia, Indonesia berada pada
urutan ke-50. Posisi ini jauh berada di bawah
negara kita yaitu Malaysia yang berada di
posisi ke-25, Brunei Darussalam di posisi ke-
28, dan Thailand yang berada di posisi ke-38.
Terlihat bahwa kualitas pendidikan tinggi di
Indonesia masih tertinggal dibandingkan
dengan negara-negara tetangga.
Pemerintah Indonesia khususnya telah
melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, salah
satunya dengan melakukan penyempurnaan
kurikulum. Mulai dari Kurikulum 1994,
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sampai ke Kurikulum 2013.
Pengembangan kurikulum ini berdasarkan
kepada panduan penyusunan kurikulum yaitu
Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dimana salah satu pasalnya, yaitu Pasal 17
disebutkan bahwa, “Kurikulum dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah/karakteristik daerah, sosial budaya
masyarakat setempat, dan peserta didik”. Jadi,
salah satu pertimbangan dalam upaya
mengembangkan kurikulum tingkat SMA
adalah dengan memperhatikan karakteristik
atau potensi daerah khususnya pada daerah
rawan bencana seperti di provinsi Sumatera
Barat.
Berdasarkan penjelasan atas PERDA
Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana dijelaskan
2. bahwa wilayah Sumatera Barat khususnya
kota Padang merupakan salah satu daerah
yang dikategorikan rawan bencana khususnya
tsunami. Keadaan ini didukung oleh letak
geografis kota Padang yang terletak pada
pertemuan dua lempeng patahan dunia yaitu
lempeng Australia dan Asia (Eurasia).
Kenyataan ini didukung karena wilayah
memiliki dua retakan yaitu retakan Sumatera
di sepanjang Bukit Barisan dan retakan
Mentawai diantara Pesisir Barat dengan
Kepulauan Mentawai. Berdasarkan penelitian
dijelaskan bahwa dibagian barat Kepulauan
Mentawai antara batas lempeng Eurasia
dengan lempeng Australia yang disebut Zona
Subduksi Sumatera dimana lempeng Australia
bergerak mendorong lempeng Eurasia dengan
kecepatan ±7 cm/tahun kearah timur laut
sehingga pada suatu saat akan dapat
menimbulkan patahan besar yang dapat
menimbulkan gempa bumi yang
memungkinkan menimbulkan tsunami.
Berdasarkan Development of Post-
Earthquake Rehabilitation and
Reconstruction Plan Padang City (2008), kota
Padang dibagi ke dalam beberapa wilayah
zona bahaya tsunami sebagai berikut:
1. Pemukiman yang berada di sekitar pantai
dengan ketinggian <10m diperkirakan
akan hancur diterjang gelombang tsunami.
Kawasan ini disebut Kawasan Bahaya I.
2. Pemukiman (dengan konstruksi
permanen) yang berada pada ketinggian
>10m, diperkirakan juga akan terkena
gelombang tsunami, namun tidak sampai
hancur. Kawasan ini disebut Kawasan
Bahaya II.
3. Kawasan daerah datar akan terendam
selama beberapa waktu oleh air tsunami
yang terjebak karena terhalang banjir
kanal yang lebih tinggi letaknya dari
pemukiman beserta material yang
dibawanya. Air tsunami akan mematikan
semua jenis tanaman, hewan bahkan
manusia yang meminumnya. Kawasan ini
disebut Kawasan Bahaya Ib.
4. Setelah melalui Kawasan Bahaya II,
kekuatan gelombang tsunami terus
menurun ke arah pedalaman seperti banjir
biasa, di kota Padang diperkirakan air
akan mengalir 2 – 2,5 km dari garis
pantai.
Berdasarkan data tersebut,
karakteristik kota Padang mempunyai
kemungkinan besarnya resiko dan dampak
yang ditimbulkan dari bencana tsunami.
Faktor kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana merupakan indikator
penting pengurangan resiko dan dampak
tsunami. Kesiapsiagaan akan membantu
dalam mengontrol dan mengendalikan mental
emosi masyarakat dalam menghadapi
bencana. Oleh karena itu, kesiapsiagaan
menjadi penting jika dicermati latar belakang
geografis Padang yang memiliki potensi
terjadinya bencana tsunami.
Fakta yang terdapat di lapangan
memperlihatkan bahwa meskipun seringkali
orang menyadari kebutuhan mereka akan
informasi tetapi pada saat yang sama mereka
tidak memahami dan tidak dibekali dengan
kemampuan untuk mengidentifikasi,
mengakses, mengevaluasi dan kemudian
mengaplikasikan kebutuhan ini. Hal ini tentu
saja mengakibatkan timbulnya kepanikan
masyarakat ketika menghadapi bencana yang
datang. Kepanikan yang terjadi ini justru akan
mengakibatkan dampak yang lebih besar
karena terjadinya kekacauan ditengah-tengah
masyarakat. Jika dibandingkan dengan negara
Jepang, masyarakatnya telah diajarkan
pendidikan siaga bencana tsunami sejak dini,
jika terjadi tsunami mereka telah mengetahui
arah evakuasi bencana, tempat penampungan
evakuasi para korban juga telah disiapkan
oleh pemerintahnya, dan juga mereka telah
menyiapkan segala perbekalan yang dapat
dimanfaatkan selama evakuasi sehingga
dampak dari bencana tsunami dapat
diminimalisir.
Penelitian yang dilakukan LIPI
bekerja sama dengan UNESCO pada warga
kota Padang menghasilkan data seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1 dibawah ini.
3. Tabel 1. Nilai Indeks Kesiapsiagaan Stakeholders Utama Kota Padang dalam Mengantisipasi
Bencana
Indeks Parameter
Rumah
Tangga
Sekolah Pemerintah
Pengetahuan 72 72 80
Kebijakan - 57 69
Rencana Tanggap Darurat 42 44 85
Peringatan Bencana 73 56 49
Kemampuan Mobilisasi Sumber Daya 32 37 76
Indeks Kesiapsiagaan 56 (hampir
siap)
59 (hampir
siap)
75 (siap)
Hidayati, dkk (LIPI UNESCO/ISDR, 2006: 463)
Dari Tabel 1 diatas terlihat bahwa
nilai indeks masing-masing stakeholders
menunjukkan perbedaan. Nilai indeks
pemerintah jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai indeks komunitas rumah tangga
sekolah yang berada dalam kategori hampir
siap. Hidayati, dkk (2006: 419) menyebutkan
bahwa dilihat dari segi tindakan yang sifatnya
action dalam kesiapsiagaan tsunami masih
belum banyak dilakukan. Tindakan yang
dilakukan hanya sebatas mendengar informasi
dari TV dan radio. Tindakan yang seharusnya
dilakukan seperti penyelamatan diri, mitigasi
bencana, tanggap bencana sampai ke tindakan
rehabilitasi rekonstruksi belum dipahami
masyarakat umum dan pemerintah dengan
baik.
Dalam Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana Pasal 14 dinyatakan bahwa “Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menggantikan Badan Koordinasi Nasional
Penanganan Bencana (Bakornas-PB) dan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) menggantikan Satkorlak dan Satlak
di daerah”, maka yang bertanggung jawab di
pemerintahan kota dalam upaya
penanggulangan bencana adalah BPBD.
Sebagai salah satu daerah rawan bencana
gempa dan tsunami, Pemerintah Kota Padang
bersama BPBD selama satu tahun ini telah
berkordinasi dengan berbagai LSM setingkat
internasional dan daerah dalam bentuk upaya
mengurangi resiko bencana. Menurut Fahdli
(hasil wawancara) diantara program-program
yang direncanakan BPBD untuk mitigasi
bencana gempa dan tsunami tersebut adalah:
1. Buoy Tsunami Early Warning System atau
sirine pengaturan dini tsunami
bekerjasama dengan GTZ.
2. Pembuatan peta evakuasi dini tsunami
bekerjasama dengan PUSDAOP (Pusat
Pengendali Operasional).
3. Pembuatan pembentukan kelompok siaga
bencana yang dibentuk oleh Mercy Corps.
4. Pelatihan Pemetaan dan GIS (Geografis
Information System).
5. Pembuatan kurikulum di sekolah
mengenai pembelajaran pengurangan
resiko bencana gempa dan tsunami.
6. Pembuatan shelter yaitu tempat evakuasi
saat terjadi tsunami.
7. Pembuatan bukit buatan yang akan
dilaksanakan di daerah Universitas Negeri
Padang oleh LSM Geo Hazard.
8. Pembentukan KSB (Kelompok Siaga
Bencana) dan KSBS (Kelompok Siaga
Bencana Sekolah sebagai bentuk
sosialisasi.
Salah satu kebijakan baru yang
direncanakan pemerintah dari pokok
kebijakan diatas adalah pembuatan kurikulum
di sekolah yang berkaitan dengan
pembelajaran yang dapat mengurangi resiko
bencana (poin nomor 5). Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesiapsiagaan dan mengurangi resiko bencana
tsunami adalah dengan mengintegrasikan
materi bencana tsunami ke dalam
pembelajaran Fisika. Pembelajaran Fisika di
sekolah diharapkan dapat menanamkan
karakter siaga terhadap bencana tsunami,
khususnya kepada generasi muda melalui
pengintegrasian karakter siaga terhadap
bencana tsunami ke dalam kurikulum
pendidikan. Hal ini juga sejalan dengan Visi
Provinsi Sumatera Barat dalam Rencana
Penanggulangan Bencana Provinsi Sumbar
(2008-2012: 20) yaitu: “SUMATERA
4. BARAT SIAGA, TANGGUH, DAN
TAWAKAL MENGHADAPI BENCANA”.
Oleh karena itu kurikulum siaga bencana di
sekolah merupakan investasi jangka panjang
yang akan melahirkan pemikir dan pembuat
kebijakan di masa depan yang lebih adaptif,
tangguh, dan tawakal terhadap bencana
dengan meminimalkan dampak destruktifnya.
Materi yang dipandang sesuai dengan
kajian bencana tsunami ini adalah materi
gelombang. Materi gelombang yang telah
diajarkan dari tingkat sekolah dasar,
menengah dan sampai perguruan tinggi
menjadi bagian penting dalam pembelajaran
yang terintegrasi bencana tsunami ini.
Tsunami yang menjadi salah satu contoh
aplikasi konsep gelombang mempunyai
karakteristik tertentu sehingga dapat dianalisis
menggunakan pengetahuan gelombang secara
umum. Dengan dasar pertimbangan tersebut
diharapkan pengintegrasian bencana tsunami
ke dalam materi gelombang pada mata
pelajaran Fisika dapat menciptakan karakter
kesiapsiagaan peserta didik terhadap bencana
tsunami.
Proses pembelajaran Fisika yang
dilakukan oleh guru-guru di sekolah
menengah berasal dari pembelajaran yang
didapatkan para guru ketika menduduki
tingkat perguruan tinggi. Para guru dibekali
pendalaman konsep-konsep ilmu Fisika dan
pengetahuan tentang cara proses pengajaran
Fisika agar ilmu yang disampaikan kepada
peserta didik dapat diterimanya dengan baik.
Namun, fakta yang terdapat di lapangan
menunjukkan bahwa pembelajaran Fisika
khususnya pada materi gelombang belum
dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Siswa beranggapan bahwa materi gelombang
dalam pembelajaran Fisika ini bukanlah
materi yang dapat memberikan manfaat
langsung kepada kehidupannya.
Permasalahan ini timbul karena guru
sebagai agen perubahan terkadang kesulitan
untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatnya
ke dalam pembelajaran Fisika di sekolah.
Sebagai modal untuk menyelenggarakan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan, maka guru perlu merancang
perencanaan pembelajaran, memilih model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
materi yang diajarkan, media yang menarik,
dan alat evaluasi yang baik. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas
guru terlebih dahulu mempersiapkan model
dan perangkat pembelajaran.
Salah satu cara untuk meningkatkan
proses pembelajaran Fisika di kelas,
pemilihan model dan perangkat pembelajaran
menjadi hal yang sangat penting dilakukan.
Ketika peneliti melakukan observasi ke
beberapa sekolah menengah, peneliti
menemukan bahwa pembelajaran Fisika
khususnya ketika guru menjelaskan materi
gelombang belum dapat dikategorikan baik.
Dalam menjelaskan materi guru masih belum
dapat memaksimalkan penggunaan model dan
perangkat pembelajaran yang dipakainya.
Terlihat bahwa model dan perangkat
pembelajaran yang dipilih belum sesuai
dengan karakteristik materi gelombang yang
penuh dengan konsep-konsep abstrak dan
lanjut yang bersifat pengayaan. Belum
jelasnya indikator materi gelombang yang
terintegrasi bencana tsunami pada perangkat
pembelajaran baik aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor tentu saja membuat siswa
kesulitan dalam proses memahami materi.
Guru masih menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab konsep yang bersifat hafalan
saja tanpa menumbuhkan makna konsep
gelombang tersebut kepada siswa. Perangkat
pembelajaran yang digunakan juga belum
dapat memperlihatkan korelasi yang tinggi
antara materi gelombang dengan bencana
tsunami. Akibatnya mereka tidak dapat
menggunakan kemampuan berfikir dan
kemampuan memecahkan masalah secara
ilmiah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk
mendukung pembelajaran Fisika dan melatih
siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif
dalam membangun pengalaman belajarnya
secara mandiri dengan kecepatan belajar
sesuai dengan kemampuannya masing-masing
yakni dengan mengembangkan suatu
perangkat pembelajaran yang berorientasi
model pembelajaran Induktif dengan
pendekatan Guided Discovery.
Menurut beberapa penelitian dan
literatur-literatur yang telah dibaca oleh
peneliti, model pembelajaran Induktif
termasuk kedalam model pembelajaran
Pemrolehan Informasi. Ciri penting model ini
adalah penekanan proses pembelajaran siswa
untuk menjadi lebih aktif dalam menggali
5. informasi. Model induktif ini dikembangkan
berdasarkan cara berfikir induktif. Cara
berfikir induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
bersifat khusus, lalu dalam menyusun
argumentasi diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum. Pendekatan Guided Discovery
yang digunakan bertujuan untuk lebih
memfasilitasi siswa secara aktif, dapat
menekankan pada pengalaman langsung siswa
untuk menemukan prinsip dan konsep,
sementara tugas utama guru adalah
mengetengahkan masalah untuk dipecahkan
oleh siswa. Dalam mata pelajaran Fisika,
penerapan model induktif ini tidak dapat lepas
dari kegiatan kerja ilmiah. Dalam
melaksanakan kegiatan kerja ilmiah, guru
dibantu dengan perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan seperti modul dan LKS
dirancang berdasarkan analisis kebutuhan
siswa dengan memperhatikan karakteristik
materi gelombang yang terintegrasi tsunami
dan latar belakang siswa yang beragam.
Penyajiannya dilakukan secara sistematis,
jelas dan spesifik, menyajikan ilustrasi
gambar-gambar, skema, contoh-contoh yang
dapat menarik minat belajar, mudah dipelajari
dan dipahami. Selain itu, di dalam modul juga
terdapat sejumlah pertanyaan dan pernyataan
yang dapat menuntun siswa berfikir aktif,
kreatif, inovatif dan menyenangkan. Modul
pembelajaran juga dilengkapi dengan LKS
yang akan mengarahkan siswa melakukan
kegiatan kerja ilmiah sehingga mereka
memperoleh keterampilan sains dari
penemuan yang dapat melatih siswa
memecahkan masalah secara aktif.
Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pola pikir model
pembelajaran Induktif akan dikemas kedalam
bentuk bahan ajar berbasis komputer. Hal ini
dikarenakan bahwa pemanfaatan bahan ajar
berbasis komputer dirasakan lebih efektif dan
efisien. Melalui penggunaan komputer ini
contoh-contoh materi gelombang tsunami
yang ditampilkan menjadi lebih aplikatif,
penyajiannya pun menjadi sederhana tetapi
menarik. Penggunaan video-video presentasi
diharapkan dapat menciptakan situasi yang
sebenarnya ketika terjadinya tsunami.
Konsep-konsep materi gelombang tsunami
yang bersifat abstrak dapat dijadikan lebih
konkret sehingga memudahkan pola berfikir
siswa dalam menganalisis suatu masalah yang
berdampak pada peningkatan kualitas hasil
belajar khususnya dalam menumbuhkan
karakter kesiapsiagaan siswa terhadap
ancaman bencana tsunami.
Bertolak dari latar belakang diatas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Fisika SMA Materi
Gelombang Terintegrasi Bencana Tsunami
Menggunakan Model Pembelajaran Induktif
dengan Pendekatan Guided Discovery”.
METODE PENELITIAN
Tahap Pendefinisian (define)
Pada tahap ini dianalisis tiga aspek,
yaitu analisis kurikulum, analisis siswa dan
analisis konsep. Adapun hasil analisis ketiga
aspek tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum bertujuan untuk
memantau tingkat pencapaian tujuan
pendidikan sesuai dengan standar nasional,
maka pemerintah membentuk BSNP yang
menyusun SK dan KD. Setiap satuan
pendidikan perlu mengembangkan dan
menyusun indikator-indikator pencapaian
kompetensi untuk setiap mata pelajaran
berdasarkan SK dan KD yang telah ditetapkan
BSNP. Penjabaran SK dan KD secara umum
dilakukan melalui pengembangan silabus dan
lebih rinci secara operasional dikembangkan
melalui RPP. Penyusunan RPP yang
dilakukan guru masih belum optimal, yang
terlihat dari indikator pencapaian kompetensi
dan tujuan pembelajaran yang hanya terpaku
pada aspek kognitif saja. Bahan ajar yang
digunakan guru adalah buku paket yang
diterbitkan oleh penerbit. Walaupun buku
paket yang terbit sudah memenuhi Standar Isi
KTSP 2006, namun alangkah baiknya jika
guru merancang bahan ajar sendiri agar sesuai
dengan model pembelajaran yang diterapkan.
Analisis kurikulum dilakukan dengan
menganalisis SK dan KD yang telah disusun
BSNP. Oleh karena itu, untuk mencapai
indikator-indikator dan tujuan yang telah
ditetapkan maka disusunlah RPP untuk materi
gelombang yang terintegrasi bencana tsunami.
(+ indikator dan tujuan)
6. 2. Analisis Siswa
Analisis siswa sangat penting
dilakukan untuk dijadikan kerangka acuan
dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran yang merupakan telaah
karakteristik siswa. Karakteristik siswa yang
dimaksud meliputi latar belakang pengetahuan
siswa, bahasa yang digunakan, motovasi
terhadap mata pelajaran Fisika, kemampuan
akademik, psikomotor dan keterampilan
sosial.
Uji coba perangkat yang
dikembangkan dilaksanakan di SMA ___
yang memiliki __ kelas XII yang berada pada
usia 16-17 tahun dan berada pada tahap
operasional formal (Sanjaya, 2006). Pada
tahap formal siswa sudah sistematik dan
meliputi proses-proses yang komplek.
Operasionalnya tidak saja terbatas pada hal
konkret, akan tetapi pada operasional lainnya.
Anak pada usia ini sudah mampu
memprediksi berbagai macam kemungkinan.
Mereka sudah dapat membedakan mana yang
terjadi serta dapat menyusun hipotesis.
Untuk keperluan penelitian ini maka
peneliti mengambil sampel pada kelas ___
karena siswa di kelas ini tingkat kognitifnya
____ dan mereka memiliki tingkatan formal
yang diharapkan dapat diarahkan kepada
pemikiran yang sistematik dan komplek.
(latar belakang siswa dalam menerima
konsep)
3. Analisis Konsep
Analisis konsep bertujuan untuk
mengetahui konsep materi yang akan
dikaitkan dengan tuntutan kurikulum sehingga
dapat digunakan suatu model pembelajaran
yang cocok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Analisis konsep juga
memberikan gambaran umum tentang metode
dan pendekatan yang sesuai digunakan untuk
mempelajari materi gelombang tsunami.
4. Analisis Potensi Daerah
Menurut PP No. 19 tahunn 2005
tentang Standar Pendidikan Nasional
kurikulum dikembangkan atas dasar analisis
potensi daerah taip satuan pendidikan. Atas
dasar inilah, maka dilakukan analisis potensi
daerah dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran.
Berdasarkan kajian yang dilakukan
oleh para ahli geologi dan didukung oleh
beberapa dokumen Pemerintahan Belanda
dinyatakan bahwa kota Padang telah pernah
mengalami kejadian bencana tsunami pada
tahun 1797 dan 1833. Saat itu dilaporkan
ketinggian tsunami mencapai 4 m dan
landaannya mencapai lebih dari 1 km. Dalam
waktu dekat para ahli juga memperkirakan
akan terjadi gempa besar yang merupakan
siklus gempa yang berpusat pada zona
subduksi Kepulauan Mentawai, sehingga
memiliki potensi menimbulkan tsunami yang
dapat menggenangi daerah pantai wilayah
Provinsi Sumatera Barat. Gambar 1 berikut
memperlihatkan wilayah pesisir pantai yang
terancam dilanda tsunami di Sumbar.
Gambar 1. Peta Ancaman Tsunami
Pemerintah Sumbar menganggap
bencana ini sebagai bencana dengan tingkat
resiko I, yang berpotensi menimbulkan jumlah
korban yang sangat besar dengan
kemungkinan terjadi potensi kejadian bencana
tersebut sangat tinggi serta mendesak untuk
segera ditangani.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan
adalah dengan mengintegrasikan bencana
tsunami ke dalam pembelajaran Fisika di
SMA. Bertolak dari pemikiran tersebut,
peneliti mencoban mengembangkan perangkat
pembelajaran yang dapat digunakan oleh
siswa dalam upaya mengurangi dampak dan
resiko bencana tsunami di Provinsi Sumater
Barat. Analisis terhadap gambaran potensi
daerah Sumbar dilakukan agar dapat
mengembangakan perangkat yang dapat
7. mendeskripsikan tsunami dengan baik
sehingga dapat digunakan secara maksimal.
MATERI PENGINTEGRASIAN
1. Gejala Gelombang
Gelombang adalah getaran yang
merambat. Sebuah gelombang terdiri dari
osilasi yang bergerak tanpa membawa materi
bersamanya. Suatu gelombang memiliki
beberapa sifat yaitu dapat dipantulkan
(refleksi), dibiaskan (refraksi), dipadukan
(interferensi) dapat dilenturkan (difraksi) dan
dapat dipolarisasikan (diserap arah getarnya).
Berdasarkan arah getarnya gelombang dapat
dibedakan menjadi gelombang transversal dan
gelombang longitudinal. Gelombang juga
dapat dibedakan berdasarkan amplitudonya
yaitu gelombang berjalan dan gelombang
berdiri (stasioner). Gelombang berjalan adalah
gelombang yang bergerak dengan amplitudo
tetap. Gelombang berdiri (stasioner) adalah
gelombang yang bergerak dengan amplitudo
berubah (tidak sama) terhadap posisi.
Permen RI Nomor 41 Tahun 2007
menyatakan bahwa ”Materi ajar memuat
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir
sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
hasil belajar”. Materi gelombang ini dapat
dikelompokkan atas fakta, konsep, prinsip dan
prosedur berdasarkan permen 41 yang
diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Materi Gejala Gelombang
Fakta Gelombang bisa terbentuk ketika melemparkan batu ke dalam air.
Gelombang bisa dibentuk ketika tali digetarkan.
Konsep Frekuensi
Perioda
Amplitudo
Panjang gelombang
Cepat Rambat gelombang
Prinsip 1. Gelombang adalah getaran yang merambat yang dalam perambatannya
membawa energi.
2. Sifat-sifat gelombang antara lain:
a. Dapat dipantulkan (refleksi)
b. Dapat dibiaskan ( refraksi)
c. Dapat dipadukan (interferensi)
d. Dapat dilenturkan (defraksi)
e. Dapat dipolarisasikan (diserap arah getarnya)
3. Berdasarkan arah getaran partikel terhadap arah perambantan, gelombang
dapat dibedakan menjadi gelombag transversal dan gelombang longitudinal.
4. Jarak yang ditempuh getaran dalam satu periode disebut panjang gelombang
(λ).
5. Periode gelombang adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh satu
panjang gelombang. Frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang yang
melewati suatu titik setiap detik.
6. Jarak yang ditempuh gelombang dalam satuan waktu disebut kecepatan
gelombang (v).
7. Hubungan antara panjang gelombang, frekuensi, periode, dan kecepatan
gelombang dapat dinyatakan dengan persamaan 1.
atau ... (1)
8. Kecepatan gelombang bergantung pada sifat medium perambatannya.
Misalnya, kecepatan gelombang pada tali bergantung pada tegangan tali (FT),
dan massa tali per satuan panjang (m/L). Hubungan tersebut dapat
dirumuskan menjadi persamaan 2.
... (2)
9. Besarnya simpangan gelombang yang amplitudonya A, periodenya T dan
cepat rambat gelombangnya v selama t detik dinyatakan oleh persamaan 3.
8. ... (3)
10. Gelombang berjalan adalah gelombang yang bergerak dengan amplitudo
tetap. Persamaan gelombang berjalan dinyatakan dengan persamaan 4.
... (4)
11. Gelombang stasioner adalah gelombnag yang bergerak dengan ampitudo
berubah terhadap posisi. Gelombang stasioner dapat dihasilkan dengan
sebuah tali baik itu dengan ujung bebas maupn dengan ujung terikat.
12. Persamaan gelombang stasioner dengan ujung bebas dinyatakan oleh
persamaan 5.
... (5)
13. Persamaan gelombang stasioner dengan ujung terikat dinyatakan oleh
persamaan 6.
... (6)
Prosedur 1. Melakukan eksplorasi terhadap gelombang.
2. Mengidentifikasi besaran-besaran gelombang.
3. Menganalisis besaran-besaran gelombang.
4. Menganalisis persamaan gelombang.
5. Membuat kesimpulan tentang konsep gelombang.
2. Gelombang Tsunami
Gelombang tsunami diakibatkan oleh
perubahan strutur bumi dikedalaman laut.
Oleh karena itu gelombang tsunami sangat
dipengaruhi kedalaman laut. Kecepatan
gelombang tsunami dapat dihitung dengan
persamaan 7.
... (7)
Dimana g adalah percepatan gravitasi
(m/s2
), h adalah kedalaman air (m) dan v
adalah cepat rambat gelombang tsunami
(m/s2
).
Ketika gelombang tsunami terbentuk,
energi dari gelombang tsunami akan
diteruskan sebagai energi kinetik dan energi
potensial dalam persamaan 8.
... (8)
Ketika kecepatan gelombang tsunami
tinggi, maka energi kinetik dari gelombang
tsunami menjadi besar. Ketika gelombang
tsunami mencapai daratan, kecepatan
gelombangnya akan menurun sehingga energi
kinetiknya akan mengecil. Jadi ketika
mencapai daratan ada energi kinetik yang
hilang. Dari hukum kekekalan energi dapat
diketahui bahwa energi kinetik yang hilang
akan berubah menjadi energi potensial. Ketika
mencapai daratan energi potensial akan
meningkat dengan bertambahnya ketinggian
gelombang.
Permen RI Nomor 41 Tahun 2007
menyatakan bahwa ” Materi ajar memuat
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir
sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
hasil belajar”. Materi gelombang tsunami
dapat dikelompokkan atas fakta, konsep,
prinsip dan prosedur berdasarkan Permen 41
yang diperlihatkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Gelombang Tsunami
Fakta Gelombang tsunami merusak daerah yang dilaluinya
Konsep Kedalaman air
Cepat rambat gelombang tsunami
Energi gelombang tsunami
Prinsip Gelombang tsunami diakibatkan oleh perubahan struktur bumi dikedalaman laut.
Oleh karena itu gelombang tsunami sangat dipengaruhi kedalaman laut.
Persamaan gelombang tsunami diturunkan dari persamaan gelombang air
dangkal (Eze, 2009).
9. Dimana H adalah kedalaman air di atas permukaan ekuipoensial, T adalah waktu
yang dilalui, U dan V adalah komponen vertikal dan horizontal dari gelombang
permukaan, x dan y adalah komponen vertikal dan horizontal dari gelombang
permukaan, dan G adalah percepatan gravitasi.
Persamaan dalam satu dimensi:
Solusi persamaan diatas dinyatakan oleh persamaan 9.
... (9)
Dari persamaan 9 akan didapatkan persamaan 10.
... (10)
Untuk kecepatan gelombang tsunami dapat dihitung dengan persamaan 11.
... (11)
Dimana g adalah percepatan gravitasi (m/s2
) dan H adalah kedalaman air (m).
Ketika gelombang tsunami terbentuk, energi dari gelombang tsunami akan
diteruskan sebagai energi kinetik dan potensial.
Ketika kecepatan gelombang tsunami tinggi, maka energi kinetik dari
gelombang tsunami besar. Ketika gelombang tsunami mencapai daratan,
kecepatan gelombangnya akan menurun sehingga energi kinetiknya mengecil.
Jadi ketika mencapai daratan ada energi yang hilang. Dari hukum kekekalan
energi.
Dapat diketahui bahwa energi inetik yang hilang akan berubah menjadi energi
potensial. Sehingga ketika mencapai daratan energi potensial akan meningkat
seiring dengan meningkatnya ketinggian gelombang.
Prosedur 1. Melakukan eksplorasi tentang gelombnag tsunami.
2. Mengidentifikasi besaran-besaran gelombang tsunami.
3. Menganalisis besaran-besaran gelombang tsunami.
4. Menganalisis persamaan pada gelombang tsunami.
5. Membuat kesimpulan karakter siaga bencana tsunami.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Tahap Defenisi (define)
1. Hasil Analisis Kurikulum
Tahap analisis kurikulum difokuskan
pada analisis SK dan KD untuk materi gejala
gelombang. Standar kompetensi yang dituntut
terhadap siswa adalah “menerapkan konsep
dan prinsip gejala gelombang dalam
menyelesaikan masalah”. Selanjutnya,
kompetensi dasarnya adalah
“mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri
gelombang secara umum”.
10. Kompetensi dasar dijabarkan menjadi
beberapa indikator pembelajaran. Penjabaran
SK, KD, dan indikator untuk materi
gelombang ini berguna dalam menyusun
perangkat pembelajaran. Indikator digunakan
untuk merumuskan tujuan pembelajaran setiap
kali pertemuan. Materi gejala gelombang ini
akan dipelajari siswa dengan alokasi waktu 8
jam pelajaran ditetapkan maka disusunlah
RPP untuk 3 kali pertemuan.
Berdasarkan prinsip pengembangan
kurikulum, yaitu a) berpusat pada potensi
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya, 2) beragam
dan terpadu, 3) tanggap terhadap
perkembangan IPTEK dan seni, 4) relevan
dengan kebutuhan kehidupannya, 5)
menyeluruh dan berkesinambungan, 6) belajar
sepanjang hayat, 7) seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah,
maka dengan menggunakan model
pembelajaran Induktif ini dapat memenuhi
prinsip pengembangan kurikulum seperti yang
diharapkan.
Hasil analisis SK dan KD dipakai
untuk merumuskan indikato pencapaian
pembelajaran. Adapun indikator yang peneliti
rumuskan adalah:
a. Menjelaskan masalah perambatan
gelombang dalam suatu medium
b. Mengidentifikasi karateristik gelombang
transversal dan longitudinal
c. Menyelidiki sifat-sifat gelombang
d. Memformulasikan gejala-gejala
gelombang dan efeknya
e. Mendeskripsikan fenomena tsunami
sebagai bentuk gelombang mekanik
2. Analisis Siswa
Kegiatan uji coba pengembangan ini
dilakukan di kelas XII IPA ___ dengan
jumlah siswa ___ orang yang berusia 16-17
tahun, yang terdiri dari __ orang siswa laki-
laki dan __ orang siswa perempuan. Menurut
teori perkembangan kognitif Piaget, mereka
berada pada tahap operasional formal atau
mereka sudah mampu berfikir secara abstrak,
artinya siswa akan mudah dalam
menyelesaikan masalah Fisika yang
membutuhkan daya analisis yang cermat dan
imajinasi yang tinggi. Dengan demikian,
siswa telah mampu menyelesaikan masalah
dengan cara yang lebih baik.
Dalam pembelajaran sisw abersifat
pasif dan hanya menerima apa yang diberikan
oleh guru, siswa masih sulit dalam memahami
konsep serta minat siswa terhadap Fisika
masih rendah. Hal ini menyebabkan tujuan
pembelajaran tidak tercapai sehingga hasil
belajar siswa berada di bawah KKM.
Dilihat dari aspek siswa,
pembelajaran Induktif ini memiliki peluang
untuk mengembangakan krativitas akademik.
Hal ini disebabkan karena model ini
menekankan pada kemampuan analitis
terhadap konsep-konsep yang dijadikan tujuan
utama. Selain itu, model induktif ini dapat
mempermudah dan memotivasi siswa untuk
mengenal, menerima, menyerap, dan
memahami hubungan antar konsep,
pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat
dalam indikator yang dijabarkan.
3. Analisis Konsep
Hasil dari analisis kurikulum
merupakan dasar menentukan konsep-konsep
penting pada materi gejala gelombang.
Adapun konsep penting gejala gelombang
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Gelombang adalah getaran yang
merambat melalui suatu medium.
Berdasarkan sifat fisisnya gelombang
dikelompokkan berdasarkan arah
perambatan gelombangnya yaitu:
gelombang transversal dan longitudinal,
berdasarkan medium perambatannya
yaitu: gelombang mekanik dan
elektromagnetik, dan berdasarkan
amplitudonya yaitu: gelombang berjalan
dan stasioner.
b. Secara umum gelombang memiliki sifat-
sifat yaitu pemantulan, pembiasan,
difraksi, interferensi, dispersi, dan
polarisasi.
11. c. Tsunami merupakan jenis gelombang
transversal yang merambat dalam medium
perantara air dalam bentuk gelombang
berjalan dengan karakteristik dan sifat-
sifat tertentu yang selalu ada dalam setiap
kejadian fenomenanya.
Melalui model pembelajaran Induktif,
siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung sehingga dapat menambah kekuatan
untuk menerima, menyimpan, dan
menerapkan konsep yang telah dipelajarinya
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, siswa terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai konsep yang
dipelajarinya secara holistik, otentik, dan
aktif.
Berdasarkan analisis konsep yang
dilakukan, dapat diketahui gambaran umum
tentang model yang sesuai digunakan untuk
materi gelombang serta bentuk perangkan
pembelajaran yang digunakan. Modul
merupakan bahan ajar alternatif yang dapat
digunakan dalam mempelajari gejala
gelombang serta membantu guru dalam
melaksanakan pembelajaran. LDS digunakan
sebagai panduan dalam melaksanakan diskusi
untuk menemukan konsep yang akan
dipelajari, sedangkan penilaian digunakan
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
4. Analisis Potensi Daerah
Berdasarkan analisis potensi daerah
Sumatera Barat yang rawan dengan bencana
tsunami, maka pembejalaran yang dilakukan
pada satuan pendidikan SMA haruslah
mengembangkan pembelajaran yang dapat
mengintegrasikan konsep tsunami kedalam
materi pembelajaran Fisika gelombang SMA.
Pembelajaran dilakukan atas dasar kebutuhan
daerah Sumbar yang membutuhkan manusia-
manusia yang dapat berfikir mandiri, aktif,
siaga dan kreatif dalam upaya
penanggulangan dan pengurangan resiko
bencana tsunami yang melanda. Upaya
pembentukan manusia dengan karakter-
karakter tersebut dilakukan dengan
pembelajaran yang menggunakan model
Induktif dalam mempelajari konsep
gelombang secara umum yang terintegrasi
dengan bencana tsunami.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
model pembelajaran yang mengintegrasikan
bencana tsunami ke dalam materi gelombang
SMA dengan menggunakan model
pembelajaran Induktif dapat menumbuhkan
karakter siaga dan tanggap bencana siswa
dalam upaya penanggulangan dan mitigasi
bencana tsunami.
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
1) ______. 2013. Peringkat Pendidikan
Indonesia Turun.
http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/
03/04463810/Peringkat.Pendidikan.Indon
esia.Turun. Download tanggal 11 Februari
2013.
2) Depdiknas. 2006. Petujuk Teknis
Pengembangan Silabus Dan
Contoh/Model Silabus SMA/MA Mata
Pelajarn Fisika. Direktorat Jenderal
Manajemen Dikdasmen Direktorat
Pembinaan SMA.
3) Depdiknas. 2008. Pedoman
Pengembangan Perangkat Pembelajaran
KTSP. Jakarta: BSNP.
4) Development of Post-Earthquake
Rehabilitation and Reconstruction Plan
Padang City 2008. Padang: BPBD
Padang.
5) Gubernur Sumatera Barat. 2008. Rencana
Penanggulangan Bencana Provinsi
Sumatera Barat 2008-2012. Padang.
6) Hidayati, Deni, dkk. 2006. Kajian
Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam
Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi
dan Tsunami. Jakarta: Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
12. 7) Johnson, Eric N. 2012. Tsunami Models
With The Shallow Water Wave Equation”.
8) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Barat Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Padang: DPRD
Sumatera Barat.
9) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: BSNP.
10) Scott, MC. Daniel dan Green, Lisa. 2012.
Independent Interactive Inquiry-Based
Learning Modules Using Audio-Visual
Instruction in Statistic. Journal Issues:
Technology Innovations in Statistic
Education, Vol. 6, No. 1,
(http://www.escholarship.org/uc/item/322
385kq#page-8, diakses tanggal 11 Maret
2013).
11) Shallin, Jew. 2008. Scaffolding Discovery
Learning Spaces. MERLOT Journal of
Online Learning and Teaching, Vol. 4,
No. 4,
(http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/520
8121129.pdf, diakses tanggal 3 Februari
2013).
12) Silver, Harvey F, dkk. 2007. The Strategic
the Right Research-Based Strategy for
Every Lesson. Terjemahan oleh Ellys
Tjio. 2012. Jakarta: PT Indeks Permata
Puri Media.