2. Perang Jagaraja adalah perang yang terjadi antara rakyat Bali dan
Belanda
Pada tahun 1844 yang dilatar belakangi oleh prampasan kapal- kapal
yang rusak atau karam di Pantai Sangsit dan Pantai Perancah di
wilayah Jembrana.
Perang Heroik ini sebagai akibat dari ketidak taatan Raja Buleleng I
Gusti Ngurah Made Karangasem bersama Maha.
Patih I Gusti Ketut Jelantik terhadap perjanjian perdamaian
kekalahan perang Buleleng pada tahun 1846.
Latar Belakang
3. Isi
Perjanjanjian
Adapun isi perjanjian yang ditanda tangani oleh Raja Buleleng dan Raja Karangsem (yang telah
membantu perang Buleleng). yang pada saat itu Raja Buleleng didampingi oleh Ida bagus Tamu
dan 1 Negah Rawos sebagai berikut :
• Kedua kerajaan harus mengakui ada di bawah kekuasaan Gubernemen dan mengakui
Raja Belanda sebagai tuannya
2. Tidak boleh membuat perjanjian dengan bangsa kulit putih lainnya;
3. Segera menghapus peraturan Tawan Karang;
4. Membayar biaya perang sebesar 300.000,- Gulden, Raja Buleleng dibebankan
2/3, sedangkan Raja Karangasem 1/3 yang harus dilunasi dalam kurun 10 tahun
4. Setelah Perang Buleleng selesai, I Gusti Ngurah Made Karangsem, I Gusti
Ketut Jelantik, pimpinan pasukan Prajurit memindahkan Kerajaan Buleleng ke
Desa Jagaraja. Pilihan pemindahan Kerajaan Buleleng ke Desa Jagaraja,
karena desa tersebut memiliki Kelebihan sebagai berikut :
1. Medannya berbukit, banyak jurang untuk melaksanakan serangan mendadak.
2. Jalan penghubung hanya satu melalui Desa Sangsit mudah mengintai
pasukan musuh.
3. Jarak Jagaraja Pabean relatif pendek, mudah mengetahui pergerakan
Belanda.
4. Istri I Gusti Ketut Jelantik berasal dari Desa Jagaraja yang memiliki perang.
5. I Gusti Ketut Jelantik dan Raja Buleleng yang dibantu oleh Jro Jempiring
dalam kurun waktu 1846- 1848 telah melakukan langkah- langkah strategi
perang sebagai berikut :
• Menyusun Benteng- benteng pertahanan di sekitar Jagaraja.
• Melatih prajurit- prajurit Buleleng dan Jagaraja dan taktik
• Membangkitkan semangat perang masyarakat jagaraja dan sekitarnya dengan menggunakan
rumah- rumah penduduk untuk menyimpan logistik perang
• Meminta bantuan kepada Raja- raja di Bali diantaranya Raja Karangsem, Raja Klungkung,
Raja Gianyar, Raja mengwi dan Raja Jembrana lengkap dengan persenjataannya
• Strategi yang perang yang digunakan adalah Supit Surang Makara Wyuhana, yaitu : Strategi
perang yang digunakan oleh Prabu Yudhistira dalam cerita Bharata Yudha.
• Di belakang tembok benteng yang dijadikan pusat markas dan komando I Gusti Ketut Jelantik
berdiri tegak Pura Dlm Segara Madu Jagaraja
6. Belanda tidak pernah merasalan kenyaman dan keamanan selama menguasai
Buleleng, karena, I Gusti Ketut Jelantik selalu membuat Huru- Hara di sekitar
Buleleng dan Pabean.
Mereka merampok kapal- kapal Belanda di Pelabuhan Pabean, Memboikot
penjualan bahan makanan kepada Serdadu Belanda, dan melanggar semua
perjanjian yang disepakati pada perang buleleng.
Serdadu Belanda dibagi menjadi empat Devisi :
• Devisi I dipimpin oleh Letkol Sutherland
• Devisi II dipimpin oleh Mayor Sorg
• Devisi III dipimpin oleh Letkol Bron De Vexela
• Devisi IV dipimpin oleh Mayor De Vos.
7. Perang Jagaraja
Perang Jagaraga I
Pada tanggal 8 Juni 1848, Belanda melakukan penyerbuan melalui Pelabuhan Sangsit dengan kekuatan
22 kapal perang yang dilengkapi meriam.
Dalam aksi ini, sebanyak 250 serdadu Belanda tewas. Hal ini menandai, kekalahan Belanda pada
Perang Jagaraga pertama.
Setelah kemenangan Perang Jagaraga pertama, I Gusti Ketut Jelantik menyadari bahwa Belanda akan
melakukan serangan balasan. Untuk itu, I Gusti Ketut Jelantik dan Jro Jempiring selalu membakar
semangat patriotirme para prajurit dan melakukan latihan perang bersama prajurit dan sekutu-
sekutunya.
Upaya lain adalah meningkatkan logistik dan peralatan perang dan selalu waspada jika terjadi serangan
musuh yang sifatnya mendadak.
8. Perang Jagaraja
Perang Jagaraga I
Faktor- faktor yg mempengaruhi kemenangan ini diantara lain :
• Jiwa patriotlisme prajuit Jagaraja berserta sekutunya sangat tinggi, ibarat singa kelaparan
menerkam.
2. Mentaati perintah perang I Gusti Ketut Jelantik bersama Raja Buleleng yg dibantu Jro
Jempiring.
3. Melakukan serangan terpadu dengan daya tangguh dan kuat.
4. Dapat menggunakan Senjata Bus (Bedil Bus) yaitu meriam Tradisional yg ditepatkan di
benteng tua
9. Perang Jagaraja
Perang Jagaraga II
Sementara di Batavia, pada April 1849, Pemerintah Belanda melakukan melakukan persiapan
kedua untuk menggempur prajurit Jagaraga. Pemimpin Perang Jagaraga kedua Pemerintah
Hindia Belanda adalah Jenderal Michiels dan Letkol CA de Brauw dengan kekuatan 60 kapal
dan senjata moderen lengkap.
Sebelum perang, mereka mengirim pasukan khusus untuk mempelajari sistem strategi perang
yang digunakan I Gusti Ketut Jelantik. Jenderal Michiels juga mencari petunjuk jalan untuk
melakukan gerakan memutar ke belakang lambung sebelah barat benteng pertahanan utama
Jagaraga.
10. Perang Jagaraja
Perang Jagaraga II
Strategi yang tidak pernah disadari oleh I Gusti Ketut Jelantik, Raja Buleleng, dan Jro
Jempiring. Pada tanggal 14 April 1849, armada Belanda sudah mendarat di Pelabuhan Pabean
dan Pelabuhan Sangsit untuk melakukan serangan dari dua arah. Mengetahui kedatangan
Belanda, I Gusti Ketut Jelantik bersama pasukannya menuju Pelabuhan Pabean untuk
melakukan perdamaian dengan Belanda.
Saat, I Gusti Ketut Jelantik bersama Raja Buleleng serta pasukannya pulang menuju Desa
Jagaraga, ternyata benteng-benteng Jagaraga sudah diserang habis-habisan oleh Belanda di
bawah pimpinan Letkol CA de Brauw.
11. Perang Jagaraja
Perang Jagaraga II
I Gusti Ketut Jelantik dengan Raja Buleleng lari ke Karangasem bermaksud meminta bantuan
pasukan Raja Karangasem, namun di tengah perjalanan mereka diserang secara mendadak dan
gugur.
Dalam pertempuran itu, tidak ada satupun pasukan Jagaraga yang mundur atau melarikan diri.
Hasil pertempuran ini, semua pasukan Jagaraga gugur dan Bentang Jagaraga jatuh ke tangan
Belanda pada tanggal 19 April 1849. Sejak saat itu, Belanda berhasil menguasai Bali Utara.