Dokumen tersebut merangkum tentang praktikum fitokimia yang meliputi ekstraksi tanaman obat secara dingin dengan metode maserasi dan perkolasi. Metode maserasi melibatkan perendaman bahan dalam pelarut selama beberapa hari sedangkan metode perkolasi mengalirkan pelarut melalui serbuk yang dibasahi. Kedua metode memberikan hasil berupa ekstrak kental yang mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, saponin, dan alkaloid.
Tiga isolat bakteri yang menghasilkan enzim protease alkalin termostabil dengan aktivitas tertinggi diidentifikasi dari 1004 isolat yang diperoleh dari 17 sampel tanah di Indonesia. Dua isolat (BYL-15 dan BYL-28) menunjukkan aktivitas enzim kasar dan spesifik yang lebih tinggi dibandingkan bakteri standar (Bacillus firmus) pada suhu 50°C dan pH 10,5. Kedua isolat ini diperkirakan termasuk genus Actinomycetes berdasarkan morfolog
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...Dwiprayogo Wibowo
Dokumen ini membahas penelitian tentang pembuatan arang aktif dari tempurung kelapa yang terdoping TiO2 untuk menjernihkan air minum. Prosesnya meliputi pengeringan, karbonasi, aktivasi tempurung kelapa, sintesis TiO2, dan pengujian aktivitasnya melawan bakteri. Hasilnya menunjukkan metode baru ini mampu menjernihkan air dengan memanfaatkan arang aktif sebagai adsorben dan TiO2 sebagai fotokatalis.
Ekstrak dan fraksi beberapa jenis spon laut dari Sumatera Barat diuji aktivitas sitotoksisnya menggunakan larva Artemia salina. Hasilnya, ekstrak metanol spon AN 07 memiliki nilai LC50 tertinggi yaitu 26,1036 μg/ml. Fraksi heksan spon AN 01 dan etil asetat spon AN 01 memiliki nilai LC50 tertinggi masing-masing 1,4585 μg/ml dan 29,4289 μg/ml. Fraksi butanol spon AN 04 memiliki nilai LC50 terend
Dokumen tersebut merangkum tentang praktikum fitokimia yang meliputi ekstraksi tanaman obat secara dingin dengan metode maserasi dan perkolasi. Metode maserasi melibatkan perendaman bahan dalam pelarut selama beberapa hari sedangkan metode perkolasi mengalirkan pelarut melalui serbuk yang dibasahi. Kedua metode memberikan hasil berupa ekstrak kental yang mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, saponin, dan alkaloid.
Tiga isolat bakteri yang menghasilkan enzim protease alkalin termostabil dengan aktivitas tertinggi diidentifikasi dari 1004 isolat yang diperoleh dari 17 sampel tanah di Indonesia. Dua isolat (BYL-15 dan BYL-28) menunjukkan aktivitas enzim kasar dan spesifik yang lebih tinggi dibandingkan bakteri standar (Bacillus firmus) pada suhu 50°C dan pH 10,5. Kedua isolat ini diperkirakan termasuk genus Actinomycetes berdasarkan morfolog
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...Dwiprayogo Wibowo
Dokumen ini membahas penelitian tentang pembuatan arang aktif dari tempurung kelapa yang terdoping TiO2 untuk menjernihkan air minum. Prosesnya meliputi pengeringan, karbonasi, aktivasi tempurung kelapa, sintesis TiO2, dan pengujian aktivitasnya melawan bakteri. Hasilnya menunjukkan metode baru ini mampu menjernihkan air dengan memanfaatkan arang aktif sebagai adsorben dan TiO2 sebagai fotokatalis.
Ekstrak dan fraksi beberapa jenis spon laut dari Sumatera Barat diuji aktivitas sitotoksisnya menggunakan larva Artemia salina. Hasilnya, ekstrak metanol spon AN 07 memiliki nilai LC50 tertinggi yaitu 26,1036 μg/ml. Fraksi heksan spon AN 01 dan etil asetat spon AN 01 memiliki nilai LC50 tertinggi masing-masing 1,4585 μg/ml dan 29,4289 μg/ml. Fraksi butanol spon AN 04 memiliki nilai LC50 terend
Identifikasi senyawa kimia pada daging kurma ajwamuhammadfurqon36
Berikut adalah ringkasan dari dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Kurma (Phoenix dactylifera L.) merupakan buah yang banyak tumbuh di negara-negara Arab dan memiliki berbagai kandungan fitokimia yang bermanfaat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa aktif dalam ekstrak metanol daging buah kurma jenis Ajwa dengan melakukan ekstraksi, uji fitokimia, analisis GC-MS, FTIR
Ekstrak kulit biji kakao mengandung berbagai senyawa fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid. Analisis GC-MS menunjukkan adanya 2,3-butanediol, benzeneacetic acid, kafein, dan teobromin. Uji toksisitas menggunakan Brine Shrimp Lethality Test menunjukkan ekstrak kulit biji kakao tidak toksik dengan nilai LC50 39.595,27 ppm.
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERIRepository Ipb
Penelitian ini menguji aktivitas antibakteri lidah buaya terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Gel dan kulit lidah buaya diekstrak dan diuji pada berbagai konsentrasi. Hasilnya menunjukkan bahwa gel lidah buaya memiliki aktivitas antibakteri lebih tinggi dibandingkan kulitnya. Konsentrasi teroptimal untuk menghambat pertumbuhan bakteri adalah 40% baik untuk gel maupun kulit lidah buaya.
Dokumen ini membahas potensi senyawa antibakterial pada Aplysia kurodai. Aplysia kurodai adalah kelinci laut dari genus Aplysia yang memiliki metobolit sekunder untuk pertahanan kimia melawan predator. Ekstrak metanol dan etil asetat dari tinta Aplysia kurodai diuji aktivitas antibakterinya terhadap Escherichia coli menggunakan uji zona inhibisi dan pengukuran kekeruhan. Hasil penelitian menunjuk
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan formula tablet ekstrak daun kemangi dengan campuran Avicel PH 101 dan laktosa menggunakan metode Simplex Lattice Design. Tiga formula tablet dibuat dengan variasi komposisi Avicel PH 101 dan laktosa. Sifat fisik granul dan tablet dievaluasi untuk menentukan formula optimum."
Ekstraksi dingin menggunakan maserasi dan perkolasi dilakukan untuk mengekstrak senyawa aktif dari dua jenis simplisia, yaitu daun jambu biji dan rimpang kunyit. Maserasi digunakan untuk daun jambu biji sedangkan perkolasi untuk rimpang kunyit. Parameter yang diukur antara lain susut pengeringan, kadar air, dan rendemen ekstrak. Senyawa marker daun jambu biji adalah kuersetin sedangkan rimpang kun
Ekstraksi daging buah pare menggunakan n-heksana, kloroform, dan etanol menghasilkan tiga ekstrak. Uji toksisitas menggunakan larva udang Artemia salina menunjukkan ekstrak etanol paling toksik dengan LC50 223 ppm. Pemisahan ekstrak etanol menghasilkan tiga fraksi, dimana fraksi 1 paling toksik dengan LC50 31,62 ppm. Fraksi 3 kemudian diidentifikasi mengandung ester dioktil heksadioat, asam palmitat
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan dan standarisasi simplisia sebagai bahan obat tradisional. Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu simplisia diantaranya bahan baku, proses pengolahan, dan penyimpanan. Proses pembuatan simplisia meliputi pengumpulan bahan, sortasi, pencucian, pengeringan, sortasi kering, dan pengepakan. Standarisasi meliputi uji parameter mutu, identifikasi, dan skrining fitokimia.
Ringkasan singkat artikel tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak kulit daun lidah buaya terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
2. Hasilnya menunjukkan ekstrak kulit daun lidah buaya dapat menghambat pertumbuhan kedua bakteri tersebut dengan zona hambatan terbesar pada konsentrasi 100%.
3. Konsentrasi yang paling
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang pengaruh penggunaan berbagai jenis bakteri asam laktat dan tingkat penambahan molase terhadap kandungan asam asetat dan pH silase isi rumen. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan inokulan Lactobacillus plantarum dan campuran Lactobacillus dari isi rumen memberikan hasil silase terbaik dengan kandungan asam asetat dan pH paling rendah."
Sediaan gel ekstrak etanol daun jambu biji dengan variasi konsentrasi 1%, 5%, dan 7% diuji efektivitasnya untuk menyembuhkan luka yang terinfeksi Staphylococcus aureus pada kelinci. Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi 5% memiliki efek penyembuhan tercepat dibanding konsentrasi lainnya.
Identifikasi senyawa kimia pada daging kurma ajwamuhammadfurqon36
Berikut adalah ringkasan dari dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Kurma (Phoenix dactylifera L.) merupakan buah yang banyak tumbuh di negara-negara Arab dan memiliki berbagai kandungan fitokimia yang bermanfaat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa aktif dalam ekstrak metanol daging buah kurma jenis Ajwa dengan melakukan ekstraksi, uji fitokimia, analisis GC-MS, FTIR
Ekstrak kulit biji kakao mengandung berbagai senyawa fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid. Analisis GC-MS menunjukkan adanya 2,3-butanediol, benzeneacetic acid, kafein, dan teobromin. Uji toksisitas menggunakan Brine Shrimp Lethality Test menunjukkan ekstrak kulit biji kakao tidak toksik dengan nilai LC50 39.595,27 ppm.
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERIRepository Ipb
Penelitian ini menguji aktivitas antibakteri lidah buaya terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Gel dan kulit lidah buaya diekstrak dan diuji pada berbagai konsentrasi. Hasilnya menunjukkan bahwa gel lidah buaya memiliki aktivitas antibakteri lebih tinggi dibandingkan kulitnya. Konsentrasi teroptimal untuk menghambat pertumbuhan bakteri adalah 40% baik untuk gel maupun kulit lidah buaya.
Dokumen ini membahas potensi senyawa antibakterial pada Aplysia kurodai. Aplysia kurodai adalah kelinci laut dari genus Aplysia yang memiliki metobolit sekunder untuk pertahanan kimia melawan predator. Ekstrak metanol dan etil asetat dari tinta Aplysia kurodai diuji aktivitas antibakterinya terhadap Escherichia coli menggunakan uji zona inhibisi dan pengukuran kekeruhan. Hasil penelitian menunjuk
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan formula tablet ekstrak daun kemangi dengan campuran Avicel PH 101 dan laktosa menggunakan metode Simplex Lattice Design. Tiga formula tablet dibuat dengan variasi komposisi Avicel PH 101 dan laktosa. Sifat fisik granul dan tablet dievaluasi untuk menentukan formula optimum."
Ekstraksi dingin menggunakan maserasi dan perkolasi dilakukan untuk mengekstrak senyawa aktif dari dua jenis simplisia, yaitu daun jambu biji dan rimpang kunyit. Maserasi digunakan untuk daun jambu biji sedangkan perkolasi untuk rimpang kunyit. Parameter yang diukur antara lain susut pengeringan, kadar air, dan rendemen ekstrak. Senyawa marker daun jambu biji adalah kuersetin sedangkan rimpang kun
Ekstraksi daging buah pare menggunakan n-heksana, kloroform, dan etanol menghasilkan tiga ekstrak. Uji toksisitas menggunakan larva udang Artemia salina menunjukkan ekstrak etanol paling toksik dengan LC50 223 ppm. Pemisahan ekstrak etanol menghasilkan tiga fraksi, dimana fraksi 1 paling toksik dengan LC50 31,62 ppm. Fraksi 3 kemudian diidentifikasi mengandung ester dioktil heksadioat, asam palmitat
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan dan standarisasi simplisia sebagai bahan obat tradisional. Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu simplisia diantaranya bahan baku, proses pengolahan, dan penyimpanan. Proses pembuatan simplisia meliputi pengumpulan bahan, sortasi, pencucian, pengeringan, sortasi kering, dan pengepakan. Standarisasi meliputi uji parameter mutu, identifikasi, dan skrining fitokimia.
Ringkasan singkat artikel tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak kulit daun lidah buaya terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
2. Hasilnya menunjukkan ekstrak kulit daun lidah buaya dapat menghambat pertumbuhan kedua bakteri tersebut dengan zona hambatan terbesar pada konsentrasi 100%.
3. Konsentrasi yang paling
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang pengaruh penggunaan berbagai jenis bakteri asam laktat dan tingkat penambahan molase terhadap kandungan asam asetat dan pH silase isi rumen. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan inokulan Lactobacillus plantarum dan campuran Lactobacillus dari isi rumen memberikan hasil silase terbaik dengan kandungan asam asetat dan pH paling rendah."
Sediaan gel ekstrak etanol daun jambu biji dengan variasi konsentrasi 1%, 5%, dan 7% diuji efektivitasnya untuk menyembuhkan luka yang terinfeksi Staphylococcus aureus pada kelinci. Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi 5% memiliki efek penyembuhan tercepat dibanding konsentrasi lainnya.
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
ppt rph-compressed (1).pdf
1. RANCANGAN PRODUK HERBAL
“Formulasi Salep Ekstrak Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) Kombinasi Zeolit Alam
Lampung (Zal) Sebagai Penstabil Sediaan
Antibakteri Staphylococcus aureus”
Disusun Oleh Kelompok 3 :
Rafli Aditya (19040105)
Ramadhanies Prizqylla F (19040107)
Ravika Candra Ratna K (19040108)
2. PENDAHULUAN
PENGERTIANKULIT
Kulit merupakan anggota tubuh yang memiliki kerentanan terpapar
mikroba, terutama Staphylococcus aureus yang ditemukan lebih dari 90%
lesi dermatis atopik (Yulianah et al, 2011).
3. SALEP
Penggunaan salep merupakan pilihan yang tepat untuk mengatasi permasalahan penyakit kulit
karena sifat salep lebih lengket sehingga zat aktif lebih lama untuk diabsorbsi oleh kulit. Obat
salep yang mengandung bahan aktif kimia sintetik cenderung bersifat simptomatis dan
berbahaya jika digunakan jangka panjang sehingga perlu digunakan bahan herbal dari
tanaman sebagai obat yang diyakini memiliki toksisitas dan efek samping rendah.
4. MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)
Mengkudu dapat berfungsi sebagai antibakteri, diantaranya terhadap bakteri Streptococcus
mutans memberikan nilai rerata zona hambat sebesar 20,41 mm (Malinggas et al., 2015).
Ekstrak buah mengkudu juga efektif menghambat pertumbuhan bakteri E.coli, E. Aerogenes,
B.cereus, S.saprophyticus (Fajar, 2010).
5. PENGGABUNGAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU
DENGAN ZAL (ZEOLIT ALAM LAMPUNG)
Pada penelitian ini, pembuatan salep dari ekstrak buah mengkudu digabungkan dengan mineral alam yakni
Zeolit Alam Lampung (ZAL), penggunaan ZAL ini dilatarbelakangi selain karena mineral unggulan daerah
Provinsi Lampung, juga karena keistimewaan morfologi kristal zeolit yang terdiri dari rongga-rongga yang
saling berhubungan kesegala arah yang menyebabkan permukaan zeolit menjadi luas, sehingga kemampuan
adsorpsi menjadi besar. Keistimewaan zeolit inilah yang diharapkan mampu meningkatkan unjuk kerja
ekstrak buah mengkudu sebagai antibakteri, selain itu penambahan zeolit juga diharapkan mampu
mempertahankan kestabilan sediaan salep setelah dilakukan penyimpanan pada suhu tinggi.
6. METODE
PEMBUATAN
EKSTRAK MNGKUDU
Buah mengkudu dilakukan uji determinasi tanaman terlebih dahulu, Sebanyak 5 kg mengkudu
dikupas dan dipotong tipis-tipis, lalu dikeringkan setelah agak kering lalu diblender sampai
terbentuk serat kasar, lalu dimasukkan ke dalam wadah botol gelap dan ditambahkan etanol 70%
hingga seluruh simplisia terendam, kemudian diaduk dan dilakukan pergantian pelarut hingga 3
kali selama 24 jam. Kemudian disaring dan semua hasil saringan dipekatkan dengan rotary
evaporator pada suhu 70 oC sampai didapat ekstrak kental.
7. AKTIVASI ZEOLIT
ALAM LAMPUNG (ZAL)
Zeolit yang sudah berukuran 250 mesh ini terlebih dahulu diidentifikasi dengan X-Ray
Fluoresence (XRF) untuk melihat tingkat keamanan terhadap logam berat. Kemudian sampel
zeolit diaktivasi pada suhu 100 oC untuk menghilangkan molekul air dan organik. Berdasarkan
penelitian sebelumnya, suhu optimasi ZAL terhadap S. aureus adalah 100 oC (Susanti, et al.,
2018).
9. EVALUASI
SEDIAAN SALEP
Uji Organoleptis Uji Homogenitas Uji Daya Sebar Uji Daya Lekat
Syarat salep yang baik
adalah apabila daya lekat
lebih dari 4 detik dan
semakin lama waktu
yang diperlukan hingga
kedua objek gelas
Mengamati sediaan
salep dari bentuk, bau
dan warna sediaan.
Spesifikasi salep yang
harus dipenuhi adalah
memiliki bentuk
Sampel salep dioleskan
pada sekeping kaca
objek. Salep yang Diameter daya sebar
salep yang baik antara 5-
7 cm.
homogenya ditandai
dengan tidak
terdapatnya gumpalan
pada hasil pengolesan.
terlepas, maka semakin
baik daya lekat salep
tersebut.
setengah padat dan
baunya tidak tengik.
10. UJI AKTIVITAS AKTIBAKTERI
SEDIAAN SALEP EKSTRAK BUAH
MENGKUDU KOMBINASI ZAL
Pada tahap ini menggunakan metode difusi sumuran, biakan murni bakteri Staphylococcus aureus
dituangkan pada cawan petri sebanyak 1 mL menggunakan mikropipet dan tambahkan media agar
lalu homogenkan biarkan hingga memadat. Media agar yang telah memadat dibuat lubang sumuran
menggunakan tip. Masing- masing lubang sumuran diisi dengan formulasi sediaan. Inkubasi selama
24 jam pada suhu 37 ºC dan diamati serta diukur diameter zona bening yang terbentuk di sekitar
sumuran dengan menggunakan jangka sorong. Hasil yang diperoleh berupa konsentrasi terbaik
dalam menghambat bakteri dengan nilai zona hambat yang paling besar.
11. UJI AKTIVITAS AKTIBAKTERI
SEDIAAN SALEP EKSTRAK BUAH
MENGKUDU KOMBINASI ZAL
SETELAH DILAKUKAN PEMANASAN
Seluruh sampel sediaan salep dilakukan penyimpanan pada suhu 40ºC selama 24 jam, kemudian diuji
aktivitas antibakteri kembali terhadap S. aureus menggunakan metode difusi sumuran. Setelah
diinkubasi lalu diamati serta diukur zona bening yang terbentuk disekitar sumuran menggunakan
jangka sorong. Tahap ini dilakukan untuk melihat potensi ZAL sebagai penstabil sediaan salep
dengan menghitung prosentase penurunan zona hambat pada seluruh sampel sebelum dan sesudah
dilakukan penyimpanan, dengan membandingkan sampel ekstrak terhadap sampel ekstrak+zeolit
(ZAL).
12. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada proses aktivasi ZAL dilakukan analisis XRF untuk menguji tingkat keamanan
logam berat, hasil yang didapat adalah tidak ditemukan logam berat yang
berbahaya pada ZAL, komposisi terbesar ditemui yakni pada SiO2 sebesar 77,972 %
dan Al2O3 sebesar 16,056 % yang memang merupakan komposisi dasar Zeolit.
13. Formulasi salep dilakukan dengan 5 formulasi kemudian dilakukan evaluasi
sediaan salep yang meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya lekat dan uji
daya sebar. Hasil yang terjadi pada uji organoleptis adalah semua formula salep
memiliki bentuk setengah padat, berbau khas buah mengkudu dan berwarna
coklat tua, kecuali pada KZ berwarna putih dan berbau seperti vaselin. Untuk uji
homogenitas, semua sampel formula berstruktur homogen tidak ada endapan
atau lapisan dan terlihat merata setelah dioleskan pada kaca objek. Hasil uji daya
sebar dan daya lekat menunjukkan bahwa untuk semua formula salep memiliki
daya sebar dan daya lekat yang baik. Kelima formula menunjukkan kelekatan yang
baik. Dari hasil evaluasi sediaan salep untuk seluruh formula salep, telah
memenuhi persyaratan suatu sediaan.
14. Salep dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus sebelum salep dipanaskan. Hasil didapatkan bahwa semua
formula kecuali KZ menunjukkan aktivitas antibakteri yang baik berupa
terjadinya zona hambat dengan kategorikuat.
15. Kemudian seluruh formula salep dipanaskan pada suhu 40oC selama 24 jam lalu
diuji aktivitas antibakteri kembali. Pemanasan dan pengujian aktivitas antibakteri
ini bertujuan untuk melihat potensi ZAL sebagai penstabil sediaan. Hasil yang
didapatkan semua formula kecuali KZ memberikan respon daya hambat yang baik,
namun setelah salep dilakukan pemanasan pada suhu 40ºC selama 24 jam dan
diuji aktivitas antibakteri kembali formula KE tidak terjadi respon daya hambat
atau terjadi 100 % penurunan, hal ini menandakan bahwa salep dengan komposisi
ekstrak mengalami degradasi zat aktif setelah dilakukan pemanasan, hal ini
terjadi karena seperti telah kita ketahui, zat aktif yang berasal dari tumbuhan
sangat mudah terdegradasi akibat cahaya, suhu dan pH (Malinggas, dkk., 2015).
16. Menurut hasil yang sudah didapatkan formula gabungan ekstrak buah mengkudu
dan ZAL meskipun sudah dipanaskan tetap memberikan respon zona hambat yang
baik, hal ini kemungkinan disebabkan karena kehadiran ZAL dapat meningkatkan
unjuk kerja esktrak buah mengkudu dalam menghambat bakteri, karena seperti
telah kita ketahui struktur kerangka zeolite memiliki pori-pori yang yang bersifat
sebagai adsorben yang dapat merusak dinding sel bakteri (Amalia 2012) dan
adanya zat aktif pada buah mengkudu dapat dipertahankan kestabilannya oleh ZAL
meskipun sudah dilakukan pemanasan pada 40ºC selama 24 jam.
17. KESIMPULAN
Dari peneltian ini dapat disimpulkan bahwa ZAL mampu meningkatkan kinerja sediaan salep
ekstrak buah mengkudu pada konsentrasi 15% dan 30% dalam menghambat bakteri
Staphylococcus aureus sehingga sediaan salep ekstrak buah mengkudu kombinasi ZAL dapat
digunakan sebagai alternatif obat pengganti obat sintetik kimiawi.