Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Kediri, mulai dari berdirinya kerajaan pada tahun 1042 hingga runtuhnya kerajaan pada tahun 1222 akibat perang melawan Kerajaan Tumapel di bawah pimpinan Ken Arok. Dokumen ini juga menyinggung tentang raja-raja, prasasti, kebudayaan, dan faktor penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri.
Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu dan kerajaan besar di jawa timur yang berdiri pada abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat Kerajaannya terletak di tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yg ramai.
Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu dan kerajaan besar di jawa timur yang berdiri pada abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat Kerajaannya terletak di tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yg ramai.
Kerajaan -Kediri, Singasari, Majapahit, Buleleng, Tulang Bawang, dan Kota KapurNurrachman Budi Mulya
Sejarah Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Buleleng, Kerajaan Tulang Bawang, dan Kerajaan Kota Kapur lengkap beserta Peta, Sistem pemerintahan, peninggalan, raja yang memerintah, sampai kehidupan politik, ekonomi, agama, sosial dan budaya.
Kerajaan -Kediri, Singasari, Majapahit, Buleleng, Tulang Bawang, dan Kota KapurNurrachman Budi Mulya
Sejarah Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Buleleng, Kerajaan Tulang Bawang, dan Kerajaan Kota Kapur lengkap beserta Peta, Sistem pemerintahan, peninggalan, raja yang memerintah, sampai kehidupan politik, ekonomi, agama, sosial dan budaya.
Letak Geografis Kerajaan Buleleng
Sumber Sejarah Kerajaan Buleleng
Sumber Sejarah Kerajaan Buleleng
Kehidupan Politik Kerajaan Buleleng : Raja-raja Kerajaan Buleleng (Dinasti Warmadewa), Raja-raja Kerajaan Buleleng (Wangsa Panji Sakti), Raja-raja Kerajaan Buleleng (Wangsa Karangasem), Raja-raja Kerajaan Buleleng (Wangsa Panji Sakti)
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Buleleng
Kehidupan Budaya Kerajaan Buleleng : Prasasti
Cap Materai kecil dari tanah liat yang disimpan dalam stupa kecil
Arca misalnya arca durga
Dua kitab undang-undang yang dipakai pada masa pemerintahan Jayasakti yaitu Uttara Widdhi Balawan dan Rajawacana/Rajaniti
Pada zaman Jayasakti agama Budha dan Syiwa berlambang dengan baik bahkan raja sendiri disebut sebagai penjelmaan dewa Wisnu (airan Waisnawa)
Prasasti di Bali paling banyak menggunakan bahasa Jawa kuno sehingga hubungan dengan Jawa diperkirakan terjalin dengan baik.
Pada prasasti-prasasti sebelum pemerintahan Raja Anak Wungsu, telah disebut beberapa jenis seni yang ada pada waktu itu. Namun baru pada zaman Raja Anak Wungsu dapat membedakan jenis seni ke dalam dua kelompok besar, yaitu seni keraton dan seni rakyat yang biasanya berkeliling menghibur rakyat. Berikut jenis-jenis seni yang berkembang pada masa itu :
a) Patapukan (atapuk / topeng)
b) Pamukul (amukul / penabuh gamelan)
c) Abanwal (permainan badut)
d) Abonjing (bujing musik Angklung)
e) Bhangin (peniup suling)
f) Perbwayang (permainan wayang)
Kehidupan Keagamaan Kerajaan Buleleng :
Agama Hindu Syiwa mendominasi kehidupan masyarakat Buleleng. Tetapi tradisi megalitik masih mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng. Kondisi ini dibuktukan dengan ditemukannya beberapa bangunan pemujaan seperti punden berundak di sekitar pura-pura di Hindu. Pada masa pemerintahan Janasadhu Warmadewa agama Budha mulai berkembang. Perkembangan ini ditandai dengan penemuan unsure-unsur Budha seperti arca Budha di Gua Gajah dan stupa di pura Pegulingan.
Agama Hindu dan Budha mulai mendapat peranan penting pada masa Raja Udayana. Pada masa ini pendeta Syiwa dan brahmana Budha diangkat sebagai salah satu penasehat raja. Masyarakat Buleleng menganut agama Hindu Waesnawa.
Materi pelajaran sejarah tentang kerajaan kediriHasrullah -
Materi belajar yang mengulas tentang pelajaran sejarah kerajaan kediri, kehidupan sosial budaya dan politik, raja-raja yang memeritah kerajaan kediri dan kemunduran kerajaan kediri.
Pada tahun 1019, Airlangga berhasil naik menjadi raja Medang Kamulan. Saat sedang memerintah, Airlangga berhasil mengembalikan kewibawaan Medang Kamulan dan akhirnya memindahkan pusat pemerintahannya ke Kahuripan. Pada tahun 1041, Airlangga memerintahkan kerajaan untuk dibagi menjadi dua bagian. Pembagian itu dilakukan oleh Mpu Bharada, Brahmana yang terkenal sakti. Dua kerajaan yang terbelah tadi lalu dikenal sebagai Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) dan dipisahkan oleh gunung Kawi dan Sungai Brantas. Kejadian ini kemudian dikisahkan dalam prasasti Mahasukbya, serat Calon Arang, dan kitab Negarakertagama. Meskipun tujuan awal Airlangga memecah kerajaan menjadi dua adalah agar tidak ada perebutan kekuasaan, pada praktiknya kedua putra Airlangga tetap bersaing bahkan setelah mereka masing-masing diberi kerajaan sendiri.
Kerajaan Kediri
Kerajaan yang bercorak Hindu di Pulau Jawa. Raja yang paling terkenal dari kerajaan ini adalah Raja Jayabaya dengan ramalan-ramalannya.
Kerajaan Kediri dilatarbelakangi saat Raja Airlangga membagi 2 kerajaan, yaitu kerajaan Panjalu dan Jenggala
Kerajaan Panjalu kemudian memindahkan pusat kekuasaannya dari Daha ke Kediri. Kerajaan Panjalu kemudian lebih dikenal sebagai kerajaan Kediri.
Pada masa kekuasaan raja Samarawijaya yang mulai memerintah sejak tahun 1041 M, Kerajaan Jenggala dan Panjalu (Kediri) tidak pernah hidup berdampingan secara damai.
Ketika Jayabaya berkuasa, pertentangan dengan Jenggala masih berlangsung.
Jayabaya akhirnya dapat mengalahkan Jenggala. Sebagai penghormatan atas kemenengan tersebut Empu Kanwa dan Empu Panuluh mengubah Syair Bharatayudha.
Raja Kertajaya : Merupakan Raja terakhir dari kerajaan Kediri
Di masa pemerintahannya, Kertajaya mengurangi hak-hak kaum Brahmana
Kaum Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok
Pasukan Ken Arok dan pasukan Kertajaya berperang di Genter (1222 M)
Pasukan Kediri kalah dan kerajaan Kediri berada di bawah pasukan kerajaan Tumapel
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
3. Berdirinya Kerajaan Kediri
Kerajaan Kadiri atau Kerajaan Panjalu adalah Kerajaan yang terletak di
Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang
terletak di sekitar Kota Kediri sekarang. Pada tahun 1042, Raja Airlangga
memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan
tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya
yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan sebutan Jenggala
dan Panjalu, yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas. Tujuan
pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian diantara kedua
putranya. Pembagian Kerajaan Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan
Panjalu (Kediri) dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289M), kitab
Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M).
Begitu Raja Airlangga wafat, terjadilah peperangan antara kedua
bersaudara tersebut. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama
Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap
memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
4. Sumber-Sumber Sejarah
1. Prasasti
Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah
kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.
Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono berisi masalah keagamaan,
diperkirakan berasal dari Raja Bameswara (1117-1130 M).
Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang
memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah yang bebas dari pajak.
Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama-
nama hewan seperti Kebo Waruga dan Tikus finada.
Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja
Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang telah memusuhi
istana di Katang-katang.
5. 2. Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan Kediri sebagian
besar diperoleh dari berita Cina. Berita Cina ini
merupakan kumpulan cerita dari para pedagang
Cina yang melakukan kegiatan perdagangan di
Kerajaan Kediri. Seperti Kronik Cina bernama
Chu fan Chi karangan Chu ju kua (1220 M). Buku
ini banyak mengambil cerita dari buku Ling wai
tai ta (1778 M) karangan Chu ik fei. Kedua buku
ini menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada
abad ke-12 dan ke-13M.
6. Masa kejayaan Kediri dapat dikatakan jelas, terbukti
dengan ditemukannya silsilah raja-raja yang pernah
memerintah kerajaan Kediri. Disamping itu,
ditemukannya prasasti-prasasti dari raja-raja yang
pernah memeritah. Raja-raja itu diantaranya sebagai
berikut.
· Raja Sri Jayawarsa
Hanya dapat diketahui dari prasasti Sirah Keting (1104
M). Pada masa pemerintahannya Raja Jayawarsa
memberikan hadiah kepada rakyatdesa sebagai tanda
penghargaan, karena rakyat telah berjasa kepada Raja.
Dari prasasti itu diketahui Raja Jayawarsa sangat besar
perhatiannya kepada masyarakat (rakyat) dan berupaya
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
· Raja Bameswara (1117M)
Banyak meninggalkan Prasasti seperti yang ditemukan
didaerah Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti seperti
yang ditemukan itu lebih banyak memuat masalah-
masalah keagamaan sehigga sangat baik diketahui
keadaan pemerintahannya.
7. Raja Jayabaya (1135-1157M)
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh
Prabu Jayabaya. Sukses gemilang Kerajaan kediri didukung oleh tampilnya
cendekiawan terkemuka Empu Sedah, Panuluh, Darmaja, Triguna dan
Manoguna. Mereka adalah jalma sulaksana, manusia paripurna yang telah
memperoleh derajat oboring jagad raya. Di bawah kepemimpinan Prabu
Jayabaya, Kerajaan kediri mencapai puncak peradaban terbukti dengan
lahirnya kitab-kitab hukum dan kenegaraan sebagaimana terhimpun dalam
kakawin Baratayuda, Gathutkacasraya, dan Hariwangsa yang hingga kini
merupakan warisan ruhani bermutu tinggi.
8. Raja Sri Saweswara (berdasarkan prasasti Padelegan II (1159)
dan prasasti Kahyunan (1161)) dan Raja Sri Aryeswara
(berdasarkan prasasti Angin (1171))
Masa pemerintahan kedua raja ini tidak dapat diketahui, karena
tidak ditemukan prasasti-prasasti yang menyinggung masalah
pemerintahan dari kedua raja tersebut.
· Raja Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Gandra (1181 M) dapat diketahui dari
Prasasti Jaring, yaitu tentang penggunaan nama hewan dalam
kepangkatan seperti nama gajah, kebo dan tikus. Nama-nama
tersebut menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang
dalam istana.
· Raja Sri Kameswara (berdasarkan prasasti Ceker
(1182) dan Kakawin Smaradahana)
Pada masa pemerintahan Raja Kameswara (1182-1185 M), seni
sastra mengalami perkembangan yang sangat pesat. Di
antaranya Empu Dharmaja mengarang Smaradhana. Bahkan
pada masa pernerintahannya juga dikenal cerita-cerita panji
seperti cerita Panji Semirang.
9. Raja Sri Kertajaya (1190-1222 M) ( berdasarkan prasasti Galunggung
(1194), Prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates
Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton.)
Merupakan raja terakhir dari Kerajaan Kediri. Raja Kertajaya juga dikenal
dengan sebutan Dandang Gendis. Selama masa pemerintahannya,
kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Raja Kertajaya
mempunyai maksud mengurangi hak-hak kaum Brahmana. Keadaan ini
ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di Kerajaan
Kediri semakin tidak aman.
Kaum Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat
itu diperintah oleh Ken Arok. Mengetahui hal ini. Raja Kertajaya kemudian
mempersiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel. Sementara itu. Ken
Arok dengan dukungan kaum Brahmana melakukan serangan ke Kerajaan
Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter (1222 M). Dalam
pertempuran itu pasukan dari Kediri berhasil dihancurkan. Raja Kertajaya
berhasil meloloskan diri (namun nasibnya tidak diketahui secara pasti).
Kekuasaan Kerajaan Kediri berakhir dan menjadi daerah bawahan
Kerajaan Tumapel.
10. Keadaan Masyarakat
1. Struktur Pemerintahan
Masa perkembangan kerajaan Kediri hanya kira-kira satu abad. Dalam
erubahan yang terjadi, terutama dibidang struktur pemerintahan. Ini
terbukti dari prasasti-prasasti masa Kediri yang masih menyebut jabatan-
jabatan yang sudah dikenal pada periode sebelumnya, misalnya rakyan
mahamantri i hino sebagai “orang kedua” sesudah raja.
Namun ada pula keterangan baru, yaitu penyebutan Panglima Angkatan
Laut (Senopati Sarwaja) dalam prasasti Jaring. Meskipun tidak berarti
pada masa sebelumnya tidak ada angkatan laut, penyebut tersebut
tentunya mepunyai makna khusus. Barang kali pada masa Kediri ini peran
angkatan lautan makin besar tidak saja sebagai penjaga keamanan
negara, tetapi juga mengamankan perdagangan inter-insuler maupu
internasional.
11. 2. Agama
Corak agama masa kediri dapat disimpulkan dari peninggalan-
peninggalan arkeologi yang ditemukan di wilayah kediri. Candi
Gurah dan candi todo Wongso menunjukkan latar belakang agama
Hindu, khususnya Siwa, berdasarkan jenis-jenis arcanya. Petirtaan
Kepung kemungkinan besar juga bersifat Hindu karena tidak
tampaknya unsur-unsur Budhisme pada bangunan tersebut.
Beberapa prasasti menyebutkan nama abhiseka raja yang berarti
penjelmaan Wisnu. Akan tetapi, hal ini tidak langsung
membuktikan bahwa wisnuisme berkembang pada saat itu. Karena
landasan filosofis yang dikenal di Jawa pada masa itu selalu
menganggap raja saa dengan dewa Wisnu dalam hal sebagai
pelindung rakyat dan dunia atau kerajaan.
Secara umum bahwa agama Hindu, khususnya pemujaan kepada
Siwa, mendominasi perkembangan agama pada masa kediri. Hal ini
tercermin dari temuan prasasti, arca-arca, maupun karya-karya
sastra Jawa Kuno yang berasal dari masa ini.
12. 3. Kesenian
Perubahan bidang kesenian dari zaman kediri dibatasi pada seni
arsitektur saja. Dahulu orang selalu memperetanyakan mengapa
masa kediri tidak menghasilkan candi-candi seperti periode
sebelumnya atau sesudahnya, ternyata temuan kemudian satu
demi satu.
Profil candi Gurah yang masih tersisa, mempunyai pelipit sisi
genta pada kaki candi perwara dan candi induknya mempunyai
makara pada ujung bawah tangga. Ciri-ciri ini menunjukkan
gaya seni jawa tengah (abad VII – X M). Akan tetapi, arca-arca
yang sangat indah meunjukkan gaya seni Singasari (abad XIII M).
Pwrbedaan gaya seni ini belum dapat dijelaskan secara
memuaskan. Meskipun ada tanda-tanda bahwa candi Gurah
pernah dibangun kembali (diperbesar), tampaknya arca-arca
tidak berasal dari tahapan kemudian apalagi arca-arca yang
lebih tua tidak pernah ditemukan.
Seperti candi Gurah, Cadi kepung dan tando wongso juga
meliliki ciri yang sama, yaitu pelipit sisi genta di candi Kepug
dan arca-arca Tondo Woso yang mirip arca Gurah.
Diperlukan ketiga candi ini berasal dari masa kediri abad ke XI-
XII M.
13. 4. Kesusastraaan
Masa kediri disebut masa keemasan pada zaman Jawa Kuno,
karena dari masa ini di hasilkan karya-karya sastra terutama
dalam bentuk kakawin, yag sangat penting dan bermutu
tinggi
Dari masa kediri kita kenal beberapa orang pujangga dengan
karya sastranya. Mereka itu adalah Pu sedah dan Pu Panuluh
yang bersama-sama mengubah kitab Bhatarayudha dalam
masa pemerintahan raja Jaya Bhaya, Pu Panuluh yang
bersama-sma mengubah Kitab Ghatotkacasraya didalam masa
pemerintahan Raja Jaya Karta. Pu Dharmaja mengubah kitab
Samaradahana dalam masa pemerintahan raja kameswara, Pu
Monaguna mengubah kitab Sumanasantaka dan Pu Triguna
mengubah kitab Krisnayana, kedua-duanya dalam masa
pemerintahan Sri warsa krisnayana. Masih ada lagi sebuah
kitab yang berdasarkan pertimbangan kebahasaan, gaya dan
penggarapan pokok ceritanya. Sekalipun kurang meyakinkan
digolongkan kedalam karya satra dari zaman keidiri yaitu
kitab bamontaka.
14. 5. Ekonomi
Catatan para pedagang cina yang mengumpulkan menjadi kronik-kronik
kerajaan, dengan jelas menyebutkan tentang kehidupan rakyat kediri dalam
bidang perekonomian seperti pertanian dan perdagangan.
Untuk pertanian rakyat di kerajaan kediri ini banyak yang menghasilkan
beras, dan untuk perdagangan antara lain yang laku dipasaran pada masa itu
adalah emas, perak, daging, kayu cendana, pinang dan lain-lain.
Pajak yang dihasilkan berupa hasil bumi, telah mengenal sistem pertukaran
dengan uang emas atau perak. Letak kediri juga sangat strategis karena
diantara Indonesia timur dan Indonesia Barat.
15. Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan
Kediri
Kerajaan Kediri runtuh pada masa pemerintahan
Kertajaya, dan dikisahkan dalam Pararaton dan
Nagarakretagama. Pada tahun 1222 Kertajaya sedang
berselisih melawan kaum brahmana, perselisihan ini
terjadi karena Raja Kertajaya memerintahakan kaum
brahmana untuk menyembah dia sebagai raja, namun para
kaum Brahmana menolak yang kemudian meminta
perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken
Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang
merupakan daerah bawahan Kadiri. Perang antara Kadiri
dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter. Pasukan Ken Arok
berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan
demikian berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak
saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau
Singhasari.
16. Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kadiri
menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan Singhasari.
Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya
sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258 Jayasabha
digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada
tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu
Jayakatwang. Jayakatwang memberontak terhadap
Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena
dendam masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya
dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh
Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali
Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan satu tahun
dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh
pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara,
Raden Wijaya.