2. LATAR BELAKANG
• Anjing merupakan hewan yang banyak dipelihara oleh manusia karena anjing memiliki
sifat yang setia, jujur, dan mudah untuk dijadikan teman. Kehadiran anjing mampu
mengurangi stres, meningkatkan kehidupan sosial dan menjadi kebanggaan bagi
pemiliknya.
• Ektoparasit banyak dijumpai di indonesia karena kondisi iklim dan kelembapan yang
menunjang kehidupan ektoparasit sepanjang tahun. Salah satu jenis ektoparasit yang
kerap ditemukan pada anjing adalah kelompok caplak (tick), kutu (flea), tungau dan
pinjal.
• Salah satu ektoparasit yang sering menyerang anjing adalah sarcoptes scabiei yang
mnyebabkan penyakit scabies yang merupakan penyakit kulit menular atau sering disebut
juga dengan kudis.
3. METODOLOGI
• LOKASI
Pengambilan sampel kerokan kulit anjing dilakukan di kabupaten kupang kecamatan fatuleu desa kuimasi.
Sampel di ambil secara acak pada beberapa ekor anjing.
• ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan yaitu pisau scaple, pinset, sarung tangan, botol koleksi, mikoskop, objek glas dan cover
glas. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kerokan kulit dan koh
• PROSEDUR KERJA
1. Mencari anjing yang mengalami penyakit kulit dengan gejala klinis mengarah pada penyakit scabies.
2. Lakukan kerokan pada kulit yang mengalami keropeng atau kudis menggunkan pisau scaple sampai
berdarah. Kemudian hasil kerokan dimasukan kedalam botol koleksi dan diberi label.
3. Hasil kerokan kulit dibawah ke laboratorium parasitologi untuk dilakukan pemeriksaan
4. Ambil sedikit kerokan kulit menggunakan pinset dan letakan di atas objek glas kemudian teteskan sedikit KOH
lalu tutup dengan cover glas.
5. Amati preparat dibawah mikroskop menggunakan perbesaran 4x, 10x, dan 40x.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
• HASIL
Gambar 4 : Sarcoptes scabiei pada perbesaran 10x
(Dokumentasi pribadi)
5. • Pembahasan
Gambar 4 di atas menunjukan pengamatan preparat dibawah mikroskop dengan hasil kerokan kulit
anjing tersebut terdapat ektoparasit sarcoptes scabiei.
Gambar : Anjing yang terinfeksi scabies (Dokumentasi pribadi)
6. PEMBAHASAN
• Pemeriksaan pada anjing dengan melihat secara langsung gejala klinis yang muncul seperti
kerontokan bulu atau alopesia pada hampir semua bagian tubuh, anjing tampak lesu, kurang
nafsu makan, kurus, kulit tampak menebal, gatal-gatal, radang pada kulit dan terlihat lesi pada
pemukaan kulit yakni keropeng atau bersisik akibat pengeringan cairan pustula, alopesia, dan
hiperemi.
• Gejala klinis tersebut tidak lepas dari patogenesis yaiu sarcoptes scabiei menginfeksi hewan
dengan menembus kulit, menghisap cairan limfe dan juga memakan sel-sel epidermis pada
hewan. Scabies akan menimbulkan rasa gatal yang luar biasa sehingga hewan yang terserang
akan menggosok atau menggaruk-garuk badannya. Eksudat yang dihasilkan oleh penyakit
scabies akan merembes keluar kulit kemudian mengering membentuk sisik atau keropeng di
permukaan kulit.
• Sisik ini akan menebal dan selanjutnya terjadi keratinasi serta proliferasi jaringan ikat. Daerah
sekitar yang terinfeksi parasit akan menjadi berkerut dan tidak rata. Rambut kulit pada daerah ini
akan menjadi jarang bahkan hilang sama sekali.
7. PEMBAHASAN
• Gejala klinis tersebut mendukung hasil pemeriksaan laboratorium dengan adanya
sarcoptes scabiei pada kerokan kulit sehingga dapat dikatakan diagnosa anjing tersebut
adalah positif scabies.
• Pemeriksaan kerokan kulit secara laboratorium merupakan pemeriksaan lanjutan atau
peneguhan diagnosa penyakit scabies serta untuk mengetahui kebenaran dari
pemeriksaan klinis yang telah dilakukan sebelumnya .
8. DIAGNOSA BANDING
• Penyakit scabies dapat dikelirukan dengan beberapa penyakit kulit yang lain yaitu
penyakit ringworm dan penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu.
• Pada penyakit ringworm tidak menimbulkan ketebalan pada kulit dan ditemukan adanya
spora jamur pada tangkai rambut. Pada penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu,
terlihat adanya kerak pada kulit, rambutnya kusut tetapi kulit tidak menjadi tebal.
• Kedua penyebab penyakit tersebut umumnya menyerang daerah superficial atau
permukaan kulit sedangkan sarcoptes scabiei penyebab penyakit scabies menginfeksi
hewan dengan membuat terowongan pada kulit.
9. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
• Pencegahan scabies dapat dilakukan dengan sanitasi kandang anjing dan lingkungan
• Beberapa obat tradisional telah digunakan untuk pengobatan scabies seperti campuran
belerang dan minyak kelapa.
• Belerang dipercaya oleh masyarakat dapat mematikan tungau sarcoptes scabiei karena
kandungan sulfurnya, sedangkan minyak kelapa dipercaya sebagai bahan pencampur obat-
obatan karena kegunaannya sebagai pelarut untuk melarutkan belerang disamping berperan
dalam proses reabsorbsi obat ke dalam tubuh melalui pori-pori kulit.
• Pengobatan penyakit scabies dapat dilakukan menggunakan ivermectin yang merupakan
obat anti parasit dan mempunyai efek terhadap berbagai jenis parasit pada hewan
10. SIMPULAN DAN SARAN
• SIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan maka dapat disimpulkan bahwa anjing tersebut positif
scabies
• SARAN
Dapat dilakukan sosialisasi tentang manajemen pemeliharaan anjing dengan baik
sehingga terhindar dari penyakit kuligt akibat ektoparasit.