PLTA mengubah energi potensial air menjadi energi listrik melalui beberapa tahap konversi energi. Ada berbagai jenis PLTA seperti run off river, kolam tando, waduk, dan sistem kaskade. Peralatan utama PLTA adalah bendungan, turbin, dan generator.
BAB 1
PENGETAHUAN DASAR UNIT PEMBANGKIT
1.1 PENDAHULUAN
Pada teori dasar bahwa energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja
(kemampuan melakukan usaha). Berbagai macam sumber energi di dunia ini setelah
dikonversiakan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak suatu mesin. Jadi
pembangkit listrik adalah suatu bentuk perubahan energi menjadi energi listrik dengan
menggunakan suatu sistem atau peralatan yang bisa menghasilkan listrik.
Hukum kekekalan energi (hukum Termodinamika I) menyatakan ”Energi tidak
dapat diciptakan atau dihancurkan, tetapi dapat berubah bentuk dari bentuk energi satu
ke bentuk energi lain”. Secara proses pembangkit listrik itu dibangkitkan listrik oleh
peralatan yang disebut generator listrik.
Generator listrik tersebut dapat berputar dengan pemutar atau penggerak mula.
Jenis penggerak mula untuk memutar generator listrik pada umumnya merupakan suatu
mesin yang didalamnya terjadi konversi energi hingga menjadi energi putar.
1.2 JENIS – JENIS PEMBANGKIT
Seperti telah diterangkan sebelumnya bahwa prinsip dasar pembangkitan tenaga
listrik terdapat pada konversi energi mekanik ke dalam energi listrik. Jenis sumber energi
akan menentukan jenis pembangkitannya untuk menghasilkan energi mekanik putar dan
dikonversikan menjadi energi listrik. Seperti pada gambar di bawah ini;
Gambar 1.1 Sistem Pembangkitan Energi Listrik
Masing-masing jenis pembangkit tenaga listrik mempunyai prinsip kerja yang
berbeda-beda, sesuai dengan penggerak mulanya (prime mover). Satu hal yang sama dari
beberapa jenis pembangkit tenaga listrik tersebut yaitu semuanya sama - sama berfungsi
merubah energi mekanik menjadi energi listrik, dengan cara mengubah potensi energi
mekanik dari air, uap, gas, panas bumi, nuklir, kombinasi gas dan uap, menggerakkan
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 1
2.
atau memutar turbinyang porosnya dikopel dengan generator selanjutnya dengan sistem
pengaturannya generator tersebut akan menghasilkan daya listrik.
Pembangkit listrik tenaga air adalah suatu bentuk perubahan tenaga air dengan
ketinggian dan debit tertentu untuk dikonversi menjadi tenaga listrik. Pembangkit dengan
tenaga air tergantung pada kondisi geografis, keadaan curah hujan dan area aliran.
Gambar 1.2 PLTA Saguling dan Skematis PLTA Saguling
1.3 KONVERSI ENERGI PADA PLTA
Pada prinsipnya PLTA mengolah air menjadi listrik dengan memanfaatkan
perubahan energi, yaitu energi potensial air diubah menjadi energi kinetis dengan adanya
ketinggian, lalu energi kinetis ini berubah menjadi energi mekanis dengan adanya aliran
air yang menggerakkan turbin, lalu energi mekanis ini berubah menjadi energi listrik
melalui perputaran rotor pada generator. Jumlah energi listrik yang bisa dibangkitkan
dengan sumber daya air tergantung pada dua hal, yaitu jarak tinggi air (head) dan berapa
besar jumlah air yang mengalir (debit).
Gambar 1.3 Skema Pembangkit Listrik Tenaga Air
Untuk bisa menghasilkan energi listrik dari air, harus melalui beberapa tahapan
perubahan energi, yaitu:
1. Energi Potensial
Energi potensial yaitu energi yang terjadi akibat adanya beda potensial, yaitu
akibat adanya perbedaan ketinggian.
Besarnya energi potensial yaitu:
Dimana: Ep mgh
Ep : Energi Potensial
m : massa (kg) Ep mgh
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 2
3.
g : gravitasi(9.8 kg/m2)
h : head (m)
2. Energi Kinetis
Energi kinetis yaitu energi yang dihasilkan akibat adanya aliran air sehingga
timbul air dengan kecepatan tertentu, yang dirumuskan:
Dimana: Ek 1 m v2
2
Ek : Energi kinetis
m : massa (kg)
Ep mgh
v : kecepatan (m/s)
3. Energi Mekanis
Energi mekanis yaitu energi yang timbul akibat adanya pergerakan turbin.
Besarnya energi mekanis tergantung dari besarnya energi potensial dan energi
kinetis. Besarnya energi mekanis dirumuskan:
Dimana: Em T t
Em : Energi mekanis
T : torsi
ω : sudut putar
t : waktu (s)
4. Energi Listrik
Ketika turbin berputar maka rotor juga berputar sehingga menghasilkan energi
listrik sesuai persamaan:
El V It
Dimana:
El : Energi Listrik
V : tegangan (Volt)
I : Arus (Ampere)
t : waktu (s)
1.4 JENIS – JENIS PLTA
Air sebagai bahan baku PLTA dapat diperoleh dari sungai secara langsung
disalurkan untuk memutar turbin atau dengan cara ditampung dahulu dengan
menggunakan kolam tando atau waduk sebelum disalurkan untuk memutar turbin.
Karena pembangkit listrik tenaga air tergantung pada kondisi geografis, keadaan
curah hujan dan area aliran sungai. Jadi terdapat macam – macam PLTA, diantara lain;
a. PLTA run off river
b. PLTA dengan kolam tando
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 3
4.
c. PLTA dengan waduk
d. PLTA aliaran danau
e. PLTA pasang surut
f. PLTA pompa
g. PLTA sistem kaskade
1.4.1 PLTA Run Off River
PLTA run off river, air sungai dialihkan dengan menggunakan dam yang
dibangun memotong aliran sungai. Air sungai ini kemudian disalurkan ke bangunan
air PLTA seperti pada Gambar 1.10
Gambar 1.4 skema PLTA Run Off River
1.4.2 PLTA Dengan Kolam Tando
Air sungai dialirkan ke kolam melalui saluran terbuka atau tertutup dengan
disaring terlebih dahulu dan di tampung di suatu kolam yang berfungsi untuk;
a. Mengendapkan pasir
b. Mengendapkan lumpur
c. Sebagai reservoir
Kolam tando dilengkapi dengan beberapa pintu air, gunanya untuk pengisian atau
pengosongan bila kolam tando diadakan pemeliharaan.
Gambar 1.5 Skema PLTA Kolam Tando
1.4.3 PLTA dengan Waduk
Air dari sungai atau lebih ditampung disuatu tempat untuk mendapat ketinggian
tertentu dengan jalan dibendung. Air dari waduk tersebut dialirkan melalui saluran
terbuka melalui pintu air ke saluran tertutup yang selanjutnya melalui pipa pesat
menggerakan turbin untuk membangkitkan tenaga listrik.
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 4
5.
Gambar 1.6 SkemaPLTA Waduk
1.4.4 PLTA Aliran Danau
Sumber air dari PLTA ini adalah sebuah danau yang potensinya cukup besar
untuk mengambil air yang masuk k PLTA dilakukan dengan;
a. Pembuatan bendungan yang berfungsi juga sebagai pelimpasan yang berlokasi
pada mulut sungai
b. Perubahan duga muka air (DMA) + 4 meter
c. Intake
1.4.5 PLTA Pasang Surut
Pada PLTA ini terjadi dua kondisi yang sangat berpengaruh pada pembangkitan
listrik.
1. Kondisi air laut pasang
Air laut memasuki teluk (sebagai kolam) melewati bangunan
sentral, sehingga air laut mendororng runner dari turbin. Turbin
memutar poros generator sehingga menghasilkan energi listrik.
Lama kelamaan kolam akan terisi oleh air laut, sehingga air laut
menjadi sama (sejajar). Berarti tenaga penggeraknya tidak ada dan
turbin berhenti.
2. Kondisi air laut surut
Pada saat air laut surut, permukaan air kolam lebih tinggi dari
permukaan air laut. Air kolam akan mengalir ke laut melalui
bangunan sentral akan memutar runner turbin yang seporos dengan
generator, sehingga didapat energi listrik kembali sampai terjadi
air pasang lagi.
Gambar 1.7 Skema PLTA Pasang Surut
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 5
6.
1.4.6 PLTA Pompa
PLTA pompa dibangun dan dioperasikan untuk PLTA beban puncak. Air waduk
bagian atas dan air waduk bagian bawah diatur untuk harian atau mingguan. PLTA
pompa dioperasiakan untuk menunjang beban puncak sistem. Danau bagian atas biasanya
mempunyai kapasitas tampung yang lebih besar, tetapi mempunyai daerah tangkapan
hujan yang sempit, sedangkan danau bagian bawah mempunyai daerah tangkapan hujan
yang luas. Dengan spesifikasi sebagai berikut;
a. Generator berfungsi sebagai motor
b. Turbin berdiri sendiri terpisah dari pompa
c. Generator, turbin dan pompa terletak di dalam satu poros
Gambar 1.8 Skema PLTA Pompa
1.4.7 PLTA Sistem Kaskade
Pemanfaatan sungai, berarti sepanjang sungai dibangun beberapa PLTA, maka
daerah PLTA itu disebut sistem kaskade PLTA. Dimana PLTA yang berada di
bawah memanfaatkan air setelah digunakan oleh PLTA yang berada di atas.
Contohnya;
a. PLTA Kaskade pada aliran sungai citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur)
b. PLTA Kaskade pada aliran sungai cisangkuy (Plengan, Lamajan dan
Cikalong)
c. PLTA kaskade pada aliran sungai brantas (Cilerojo, Sutami, Wlingi dan
Lodoso).
Gambar 1.9 Skema PLTA Kaskade
1.5 PERALATAN UTAMA PLTA
1.5.1 BENDUNGAN
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Bendungan juga digunakan untuk
mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 6
7.
memiliki bagian yangdisebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara
bertahap atau berkelanjutan.
Gambar 1.10 Bendungan
1.5.2 TURBIN
Air yang digunakan untuk membangkitkan listrik bisa berasal dari bendungan
yang dibangun diatas gunung yang tinggi, atau dari aliran sungai bawah tanah. Karena
sumber air yang bervariasi, maka turbin air didesain sesuai dengan karakteristik dan
jumlah aliran airnya. Berikut ini merupakan berbagai jenis turbin yang biasa digunakan
untuk PLTA.
1. Pelton
Turbin Pelton adalah turbin untuk tinggi terjun yang tinggi, yaitu di atas 300 meter.
Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik pada roda air
turbin dilakukan melalui proses impuls sehingga turbin Pelton juga disebut sebagai turbin
impuls , yang ditunjukkan pada Gambar 1.20
Gambar 1.11 Turbin Pelton
2. Francis
Turbin Francis paling banyak digunakan di Indonesia. Turbin ini digunakan untuk tinggi
terjun sedang, yaitu antara 20-400 meter. Teknik mengkonversikan energi potensial air
menjadi energi mekanik pada roda air turbin dilakukan melalui proses reaksi sehingga
turbin Francis juga disebut sebagai turbin reaksi. Turbin Francis ditunjukkan pada
Gambar 1.21
Gambar 1.12 Turbin Francis
3. Kaplan
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 7
8.
Turbin Kaplan digunakanuntuk tinggi terjun yang rendah, yaitu di bawah 20
meter. Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik roda
air turbin dilakukan melalui pemanfaatan kecepatan air. Roda air turbin Kaplan
menyerupai baling-baling dari kipas angin. Turbin Kaplan ditunjukkan pada
Gambar 1.22
Gambar 1.13 Turbin Kaplan
1.5.3 GENERATOR
Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber
energi mekanis. Generator terdiri dari dua bagian utama, yaitu rotor dan stator. Pada
generator di PLTA Saguling rotor terdiri dari 18 buah besi yang dililit oleh kawat dan
dipasang secara melingkar sehingga membentuk 9 pasang kutub utara dan selatan. Jika
kutub ini dialiri arus eksitasi dari Automatic Voltage Regulator (AVR), maka akan timbul
magnet. Rotor terletak satu poros dengan turbin, sehingga jika turbin berputar maka rotor
juga ikut berputar. Magnet yang berputar memproduksi tegangan di kawat setiap kali
sebuah kutub melewati "coil" yang terletak di stator. Lalu tegangan inilah yang kemudian
menjadi listrik. Agar generator bisa menghasilkan listrik, ada tiga hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Putaran
Putaran rotor dipengaruhi oleh frekuensi dan jumlah pasang kutub pada rotor,
sesuai dengan persamaan:
60f
P
dimana:
ƞ : putaran
f : frekuensi
P : jumlah pasang kutub
Jumlah kutub pada rotor di PLTA Saguling sebanyak 9 pasang, dengan frekuensi
system sebesar 50 Hz, maka didapat nilai putaran rotor sebesar 333 rpm.
2. Kumparan
Banyak dan besarnya jumlah kumparan pada stator mempengaruhi besarnya daya
listrik yang bisa dihasilkan oleh pembangkit
3. Magnet
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 8
9.
Magnet yang adapada generator bukan magnet permanen, melainkan dihasilkan
dari besi yang dililit kawat. Jika lilitan tersebut dialiri arus eksitasi dari AVR
maka akan timbul magnet dari rotor.
Sehingga didapat persamaan:
E B.V .L
Dimana:
E : Gaya elektromagnet
B : Kuat medan magnet
V : Kecepatan putar
L : Panjang penghantar
Dari ketiga hal tersebut, yang bernilai tetap adalah putaran rotor dan kumparan,
sehingga agar beban yang dihasilkan sesuai, maka yang bisa diatur adalah sifat
kemagnetannya, yaitu dengan mengatur jumlah arus yang masuk. Makin besar arus yang
masuk, makin besar pula nilai kemagnetannya, sedangkan makin kecil arus yang masuk,
makin kecil pula nilai kemagnetannya.
Menurut jenis penempatan thrust bearingnya, generator dibedakan menjadi empat,
yaitu:
1. Jenis biasa - thrust bearing diletakkan diatas generator dengan dua guide bearing.
2. Jenis Payung (Umbrella Generator) - thrust bearing dan satu guide bearing
diletakkan dibawah rotor.
3. Jenis setengah payung (Semi Umbrella Generator) – kombinasi guide dan thrust
bearing diletakkan dibawah rotor dan second guide bearing diletakkan diatas
rotor.
4. Jenis Penunjang Bawah – thrust bearing diletakkan dibawah coupling.
Generator yang digunakan di Saguling adalah jenis Setengah Payung. Berikut ini adalah
contoh gambar dari penjelasan diatas, yang ditunjukan oleh gambar 1.23;
J Je
Gambar 1.14 Jenis –eJenis Generator
nis
ni Pe
s nu
S nja
et ng
e Ba
n wa
g h
a
h
P
a
ARRY ERAWAN y
INSTRUMENTASI 9
u
n
g
10.
1.6 PROSES PRODUKSILISTRIK TENAGA AIR (PLTA Saguling)
Gambar 1.15 Skematis PLTA Saguling
Aliran sungai citarum dengan sejumlah anak sungainya memiliki debit air yang sangat
besar. Air itu ditampung dalam waduk berkapasitas 875.000.000 m3, yang dikenal waduk
saguling. Dari waduk, air dialirkan melalui pintu pengambilan air (Intake/1), yang
pengaturannya dilakukan lewat pusat pengendali bendungan (DCC/2), sel;anjutnya
masuk kedalam terowongan tekan (Headrace tunel/3), sebelum memasuki pipa pesat
(penstock/4), air itu harus melewati tanki pendatar (Surge tank/5) yang berfungsi untuk
mengamankan pipa pesat apabila terjadi tekanan mendadak/tekanan kejut saat katub
utama (Inlet valve/8) tertutup seketika. Setelah katub utama dibuka, aliran air memasuki
rumah keong (Spiral case/6). Aliran air bergerak memutar itu berfungsi menggerakan
turbin (Turbin/7). Dari turbin air keluar melalui pipa lepas (Draf tube/9) dan selanjutnya
dibuang ke saluran pembuangan (Tailrace/10). Poros turbin yang berputar tadi dikopel
dengan poros generator (Generator/11) agar menghasilkan enrgi listrik. Oleh trafo utama
(Main transformer/12) tegangan listrik dinaikan dari 16,5 kV menjadi 500 kV yang
kemudian aliran listrik bertegangan tinggi itu dikirimkan ke gardu induk melalui
seradang hubung (Seradang hubung/13) serta saluran tegangan ekstra tinggi (STET/14).
1.7 PROSEDURE DAN INSTRUKSI KERJA
1.7.1 TUJUAN
Sebagai pedoman langkah - langkah pelaksanaan pengoperasian dan
pemberhentian Turbin Generator dari ruang kontrol (Control Desk), secara
komputerisasi.
1.7.2 RUANG LINGKUP
Instruksi kerja ini mencakup semua instrument bantu yang bekerja secara
berurutan .
( commond squence ) yang terdiri :
DS / PMS ( Pemisah ) Generator 16,5 KV.
CB / PMT ( Pemutus ) Generator 16,5 KV.
30 S ( Lampu - lampu tanda ).
" I " ( Master Switch ).
MSWG ( Master Switch Generator ) ON / OFF .
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 10
11.
7 - 65P ( Guide vane ).
7 - 77 ( Load Limit ).
7 - 9 R ( Tegangan ).
L F C ( Load Frequensi Control )
Parameter - parameter
1.7.3 Langkah “Start Unit”
1. Pastikan bahwa unit dalam keaadaan siap operasi, tidak sedang
dalam pemeliharaan dan atau gangguan. Hal ini bisa dikonfirmasi
dari tagging system dan indikasi lock out relay di hmi (human
mechine interface atau di graphic panel)
2. Tekan tombol master switch ( i ), maka akan muncul tampilan
konfirmasi start atau stop unit. (jika kita pilih ”OK” dengan kondisi
unit dalam keadaan standby, maka unit akan start operasi dan jika
kita pilih ”OK” dengan keadaan unit beroperasi, maka unit akan
stop beroperasi)
3. Pastikan lampu indikasi di tombol master switch (i) menyala
4. Tekan tombol validasi on (mswg-on)
5. Tunggu proses start, sampai dengan putaran turbin dan tegangan
generator mencapai pada nilai nominal
6. Tekan ke tombol (hu 4b/PMT), maka unit akan melakukan proses
parallel dengan syarat tegangan, frekuensi dan sudut fasa sama
7. Pastikan unit sudah paralel dengan mengamati indikasi (hu 4b) di
hmi dan graphic panel menyala, dan unit siap dibebani
8. Bebani unit sampai dengan 75 ~ 80 mw dengan cara melakukan
langkah 9 - 15
9. Tekan tombol (7-77), sampai dengan kondisi lampunya menyala
10. Tekan tombol validasi on ( mswg-on ), sampai dengan posisi
indikasi load limit sekitar 50 %
11. Tekan tombol (7-77) dan pastikan lampunya mati
12. Tekan tombol (7-65p) dan pastikan lampu indikasi tombol tersebut
menyala
13. Tekan tombol validasi on (mswg-on), secara berulang (puls)
dengan perioda waktu sekitar 2 ( dua) detik
14. Amati indikasi posisi guide vane di graphic panel sudah mendekat /
berimpit ke posisi load limit
15. Tekan tombol (7-65p), dan pastikan lampu indikatornya mati
16. Unit siap dioperasikan dengan mode LFC ( Load Frequency
Control)
17. Bila diperlukan, untuk menaikan /menurunkan tegangan
generator maka lakukan langkah berikutnya
18. Tekan tombol (7-90r) tekan tombol kiri mouse, pastikan lampunya
menyala
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 11
12.
19. Tekan tombolvalidasi on (mswg-on) untuk menaikan atau (mswg-
off) untuk menurunkan
20. Tekan tombol (7-90r), dan pastikan lampunya mati.
1.7.4 Langkah ”Stop Unit”
1. Pastikan unit tidak sedang operasi pada mode LFC
2. Pastikan beban tidak lebih dari 70 mw dan apabila beban di atas 70
mw, maka lakukan langkah 3 - 5
3. Tekan tombol (7-65p), sampai dengan kondisi lampu indikatorya
menyala
4. Tekan tombol validasi off (mswg-off), secara berulang (puls)
dengan perioda waktu sekitar 2 ( dua) detik
5. Tekan tombol (7-65p) dan pastikan lampu indikatornya mati
6. Arahkan pointer ke tombol master switch ( i )
7. Tekan tombol master switch ( i ), maka akan muncul tampilan
konfirmasi start atau stop unit. (jika kita pilih ”OK” dengan
kondisi unit dalam keadaan standby, maka unit akan start operasi
dan jika kita pilih ”OK” dengan keadaan unit beroperasi, maka unit
akan stop beroperasi)
8. Pastikan lampu indikasi di tombol (i) menyala
9. Tekan tombol validasi off (mswg-off)
10. Unit proses stop, tekan tombol master switch (i), dan pastikan
lampunya mati
1.7.5 Langkah Pengoperasian “LFC” (Load Frequency
Control)
1. Pastikan beban unit yang akan dioperasikan pada mode LFC sudah
lebih dari 70 mw
2. Samakan po (power option) jcc dan ph dengan cara mengarahkan
pointer ke kotak po ph, ketik dari key board kemudian validasi
dengan menekan “enter”
3. Tekan tombol (on/off) 43 LFC, maka akan muncul tampilan
konfirmasi untuk LFC on / LFC off (pilih LFC on)
4. Tekan tombol ph/jcc 43 po, maka akan muncul pada display hmi
menjadi “jcc” (posisi jcc artinya po yang berlaku pada sistem
pengaturan adalah dari P3B, posisi ph dari pembangkit)
5. Atur pr (power regulation) sesuai dengan permintaan dari pihak
P3B. Dengan cara mengarahkan pointer “pr” ph, ketik dari key
board kemudian validasi dengan menekan “enter”
6. Untuk menghentikan sisstim mode operasi LFC lakukan dengan
cara mengarahkan pointer ke “on/off” 43 LFC (pilih off).
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 12
13.
1.8 SEQUENCE PENGOPERASIANDAN PEMBERHENTIAN UNIT
1.8.1 Urutan Start Pengoperasian Unit PLTA Saguling
INDICATOR ON DEVICE COMMAND/
No STEP DESCRIPTION
CONTROL DESK No. CONDITION
MASTER CONTROL SWITCH 1 start
1
1. STARTING OF AUXILIARY EQUIPMENTS
Aktualisasi dari preparation relay untuk alat bantu 88X
Governor Oil Pump 88Q start
Governor Oil Supply Selenoid 65QS open
Main Water Supply Pump 88W start
Oil Lift Pump 88QT start
2. ETABLISHMENT/CONFIRMATION OF FOLLOWING
GENERATION UNIT STARTING CONDITION
Oil Lift Pressure 63QT 80 kg/cm2
Governor Oil Pressure 63QL 48 kg/cm2
Inlet Valve Oil Pressure 63QVL 70 kg/cm2
Oil Level
Turbine Bearing 33QBW normal
Upper Bearing 33QBU normal
Lower & Thrust Bearing 33QBL normal
2 PREPARATION Brake
Position 75LBB reset
Pressure 63ABL 7 kg/cm2
Main Circuit Breaker 52G open
Cooling Water Flow
Generator Upper Bearing normal
Generator Lower & Thrust Bearing normal
Generator Air Cooler normal
Turbine Guide Bearing normal
Inlet Valve Position 21LB close
Guide Vane Position 74LB close
Emergency Stop Lock-out Relay 86-1 reset
Quick Stop Lock-out Relay 86-2 reset
Damage Preventive Stop Lock-Out relay 86-5 reset
INDICATOR 30S “PREPARATION” on
Actuation Master Relay 4
OPENING OF INLET VALVE
According to actuation of 4
By Pass Valve 21BS open
3 INLET VALVE Seat Ring Valve 21SS open
Main Inlet Valve 21S open
INDIC ATO R 30S “INLET VALVE” on
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 13
14.
1. CONFIRMING OFOIL LIFT PRES S URE FOR THRUS T BEARING
Oil Lift Pressure 63QT 80 kg/cm 2
2.S TARTING OF UNIT
Governor Starting Solenoid 65S open
4 START Guide Vane Limiter 77M naik ke 74m
T urbine start
Motion Detector 14LT off
INDICATO R 30S “START” on
INDICATO R 30S “STO P” off
1. TURBINE S PEED CONTROL
Governor Voltage 27G 90
Governor operate
2. EXCITATION
Speed Relay 13 80
Field Circuit Breaker 41 close
INDICATO R 30S “EXCITATIO N” on
5 EXCITATION
Oil Lift Pump 88QT stop
3. GENERATOR VOLTAGE BUILD-UP
Initial Excitation Contractor 31F close
Generator Voltage Build-up Sampai 80
Initial Excitation Contractor 31F open
Auto Voltage Regulator operate
1.AUTO S YNCHRINIZING
Generator Circuit Breaker Switch 52G close selection
Auto Synchronizing
Auto Speed Matcher 15 operate
Auto Voltage Matcher 60 operate
2. PARALEL OPERATION
Synchronizm 25 check
Generator Circuit Breaker 52G close
6 PARALEL
INDICATO R 30S “PARALEL” on
INDICAT OR 30S “PREPARATIO N” off
INDICAT OR 30S “INLET VALVE” off
INDICAT OR 30S “START” off
INDICAT OR 30S “EXCITATIO N” off
Auto Synchronizing off
MT R Oil Pump 88QMT operate
MT R Cooling Fans 88AMT operate
1.LOADING OPERATION
Guide Vane 77M naik
Power Setter 7-65P naik
Power Relay 91P 3-5%
7 LOAD INDICATO R 30S “LO AD” on
2. VO LTAGE CO NTRO L
Voltage Setter 7-90R naik/turun
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 14
15.
1.8.2 Urutan StopPengoperasian Unit PLTA Saguling
INDICATOR ON DEVICE COMMAND/
No CONTROL DES K S TEP DES CRIPTION
No. CONDITION
CONTROL OF S TOP S WITCH
Mast er Cont rol Swit ch 1 St op
Mast er Relay 4 off
1.REDUCING OF POWER
Guide Vane Limit er 77M Lower t o 74M
P ower Relay int ermit enly
3-5% load
INDIC ATO R 30S “LO AD” off
1 LOAD
2. REACTIVE POWER CONTROL
React ive P ower t o “ 0” Var
OPENING YHE GENERATOR CIRCUIT BRAKER
Generat or Circuit Braker 52G open
INDIC ATO R 30S “PARALEL” off
INDICAT OR 30S “ INLET VALVE” on
“ ST ART ” on
2 PARALEL
:EXCIT AT ION” on
P ower Set t er 65P M t o normal posit ion
MT R Oil P umps 88QMT st op
MT R Cooling Fans 88AMT st op
OPENING OF FIELD S WITCH
Field swit ch 41 open
3 EXCITATION INDICAT OR 30S “ EXCIT AT ION” off
Volt age Set t er 90RM Neut ral
1.CLOS ING OF GUIDE VANE
Guide Vane Limit er 77M full close
Governor St art ing Solenoid 65S Off
2. S TARTING OF OIL LIFT PUMP
Speed Relay 13 80%
Oil Lift P ump 88QT operat e
4 INLET VALVE
3. CLOS ING OF INLET VALVE
Main Valve 21 close
Seat Valve 21S close
By-pass Valve 21B close
INDIC ATO R 30S “INLET VALVE” off
BRAKE OPERATION
Speed relay 20%
Brake 75S operat e
5 BRAKE
Vaccum Cleaner 88VB operat e
INDIC ATO R 30S “BRAKE” on
1.S TOPPING OF UNIT
Mot ion Det ect or 14L on
Auxiliaries equipment operat ion relay 88X off
2. S TOPPING OF AUXILIARIES EQUIPMENT
Governor Oil P ump 88Q st op (float ing
Governoe Oil Supply Sollenoid 65QS operat ion)
close
Main Wat er Supply P ump 88W st op
Oil Lift P ump 88QT st op
6 STOP
INDIC ATO R 30S “S TO P” on
“S TART” off
3. BRAKE RELEAS E
T ime Delay 14T on
Brake 75S release
Vaccum Cleaner 88VB st op
INDIC ATO R 30S “BRAKE” off
ARRY ERAWAN INSTRUMENTASI 15