Agama merupakan ajaran yang mengatur tata keimanan dan tata kaidah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan. Kemudian konseling agama pada dasarnya terbagi menjadi dua versi. Pertama, konseling agama dimaknai sebagai konseling yang digunakan untuk menangani masalah-masalah keagamaan atau dengan kata lain menjadi tujuan konseling. Sedangkan makna kedua konseling agama, diartikan sebagai konseling yang menggunakan pendekatan agama atau dengan kata lain agama menjadi instrumen dalam konseling. Adapun beberapa contoh prilaku konselor yang dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan dalam memberikan layanan bantuan kepada konseli yaitu: konselor mampu menciptakan suasana yang nyaman dan mampu menciptakan suasana yang hangat dalam membuka wawancara dengan konseli, sebelum memulai pelayanan konseling, konselor dan konseli berdoa sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya, pada saat melakukan pelayanan, konselor menggunakan landasan filosofis, serta setelah selesai melakukan konseling, kegiatan konseling tersebut di tutup dengan doa bersama.
Agama merupakan ajaran yang mengatur tata keimanan dan tata kaidah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan. Kemudian konseling agama pada dasarnya terbagi menjadi dua versi. Pertama, konseling agama dimaknai sebagai konseling yang digunakan untuk menangani masalah-masalah keagamaan atau dengan kata lain menjadi tujuan konseling. Sedangkan makna kedua konseling agama, diartikan sebagai konseling yang menggunakan pendekatan agama atau dengan kata lain agama menjadi instrumen dalam konseling. Adapun beberapa contoh prilaku konselor yang dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan dalam memberikan layanan bantuan kepada konseli yaitu: konselor mampu menciptakan suasana yang nyaman dan mampu menciptakan suasana yang hangat dalam membuka wawancara dengan konseli, sebelum memulai pelayanan konseling, konselor dan konseli berdoa sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya, pada saat melakukan pelayanan, konselor menggunakan landasan filosofis, serta setelah selesai melakukan konseling, kegiatan konseling tersebut di tutup dengan doa bersama.
1. Konsep Tuhan YME
dan Ketuhanan dari
Berbagai Kajian
Agama
Mohammad Farid Syahrudin Azzuhdi, S.E
2022
Mata Kuliah Agama
multiperspektif
2. Monoteisme (Nirwana : Angka 0)
Islam
Surah Al-Ikhlas
Katakanlah
(Muhammad), "Dialah
Allah, Yang Maha Esa.
Buddha
SanghyangAdi Buddha yakni
"BenihKebuddhaan"yang
terdapat dalam diriseseorang.
atau SanghyangAdwaya
(Tiadaduanya)
Kristen
Kitab Ulangan6:4
“Dengarlah, Hai Orang
Israel, Bahwasanya Allah
Tuhan Kita itu adalah
Allah Yang Esa.”
Konghucu
Delapan PengakuanIman (Ba
ChengChenGui) di dalam
Agama Khonghucu:Sepenuh
Iman kepada Tuhan Yang
MahaEsa (ChengXin Huang
Tian)
Hindu
Dalamkitabsuciveda
disebutkan" Ekam Eva
Advityam Brahman" yang
artinya tuhan hanya satu,
tiada duanya(Madrasuta,
2010:1)
え
あ い お う
● Secara etimologi monoteisme berasal dari bahasa Yunani monos(satu,tunggal)dan theos(Tuhan),jika
digabungkan berarti Tuhan yang tunggal. Artinya apabila iaditarik kepada pemahaman beragama, monoteisme
adalah suatu paham yangmengajarkan bahwa Tuhan itu satu, sempurna, tak berubah, Pencipta seluruh alam
semesta, mewajibkan kebaktian terhadap satu entitas tertinggi
4. PENGERTIAN AGAMA SECARA UMUM DAN KHUSUS
● Agama adalah suatu ajaran dan sistem aturan tata keimanan/
kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, serta tata
kaidah terkait pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya
yang diyakini. (Khusus)
● Agama adalah suatu kepercayaan dan penyembahan terhadap kuasa dan
kekuatan sesuatu yang luar biasa di luar diri manusia. Sesuatu yang luar
biasa itu disebutkan dengan beragam istilah sesuai dengan bahasa
manusia, misalnya; Aten, Tuhan, Yahweh, Elohim, Allah, Dewa, God,
Syang-ti, dan lain sebagainya. (Umum)
● Kata “Agama” berasal dari bahasa Sansekerta yang secara umum berarti
suatu tradisi, dimana “A” artinya tidak dan “Gama” artinya kacau.
Sehingga bila agama adalah suatu peraturan yang dapat menghindarkan
manusia dari kekacauan, serta mengarahkan manusia menjadi lebih
teratur dan tertib.
● Menurut Anthoni F. C. Wallace, pengertian agama adalah seperangkat
upacara yang diberi rasionalisasi melalui adanya mitos dan
menggerakkan kekuatan supranaturalagar terjadi perubahaan keadaan
pada manusia dan alam semesta.
6. KEDUDUKAN DAN FUNGSI AGAMA
Kehadiran agama memiliki peran dan fungsi yang cukup banyak dalam
kehidupan manusia. Adapun beberapa fungsi agama adalah sebagai
berikut:
● Pedoman Hidup Manusia Dalam Kehidupan Sehari-hari, Baik Secara
Individu Maupun Kelompok.
● Sumber Aturan Tata Cara Hubungan Manusia Dengan Tuhannya, Dan
Juga Sesama Manusia.
● Pedoman Bagi Manusia Dalam Mengungkapkan Rasa Kebersamaan
Dengan Sesama Manusia.
● Pedoman Perasaan Keyakinan Manusia Terhadap Sesuatu Yang Luar
Biasa (Supranatural) Di Luar Dirinya.
● Cara Manusia Mengungkapkan Estetika/ Keindahan Alam Semesta
Dan Segala Isinya.
● Cara Untuk Memberikan Identitas Kepada Manusia Sebagai Umat Dari
Suatu Agama.
7. KEDUDUKAN DAN FUNGSI AGAMA
Kehadiran agama memiliki peran dan fungsi yang cukup banyak dalam
kehidupan manusia. Adapun beberapa fungsi agama adalah sebagai
berikut:
● Pedoman Hidup Manusia Dalam Kehidupan Sehari-hari, Baik Secara
Individu Maupun Kelompok.
● Sumber Aturan Tata Cara Hubungan Manusia Dengan Tuhannya, Dan
Juga Sesama Manusia.
● Pedoman Bagi Manusia Dalam Mengungkapkan Rasa Kebersamaan
Dengan Sesama Manusia.
● Pedoman Perasaan Keyakinan Manusia Terhadap Sesuatu Yang Luar
Biasa (Supranatural) Di Luar Dirinya.
● Cara Manusia Mengungkapkan Estetika/ Keindahan Alam Semesta
Dan Segala Isinya.
● Cara Untuk Memberikan Identitas Kepada Manusia Sebagai Umat Dari
Suatu Agama.
8. MOTIVASI DAN TUJUAN AGAMA
Motivasi Agama:
● Suatu agama tercipta karena manusia ingin mencapai tujuan tertentu di
dalam hidupnya, dan agama dianggap dapat membantu mencapai tujuan
tersebut.
Tujuan Agama:
● 1. Untuk membimbing manusia dalam menjalani kehidupannya dengan cara
lebih baik melalui pengajaran dan aturan, dimana ajaran dan aturan tersebut
dipercaya berasal dari Tuhan.
● 2. Untuk menyampaikan firman Tuhan kepada umat beragama, berupa
ajaran-ajaran kebaikan dan aturan berperilaku bagi manusia.
● 3. Untuk membimbing manusia menjadi individu yang berakal baik dan dapat
menemukan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
● 4. Untuk membuka jalan bagi manusia yang ingin bertemu dengan
penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, ketika mati kelak.
9. MOTIVASI DAN TUJUAN AGAMA
Motivasi Agama:
● Suatu agama tercipta karena manusia ingin mencapai tujuan tertentu di
dalam hidupnya, dan agama dianggap dapat membantu mencapai tujuan
tersebut.
Tujuan Agama:
● 1. Untuk membimbing manusia dalam menjalani kehidupannya dengan cara
lebih baik melalui pengajaran dan aturan, dimana ajaran dan aturan tersebut
dipercaya berasal dari Tuhan.
● 2. Untuk menyampaikan firman Tuhan kepada umat beragama, berupa
ajaran-ajaran kebaikan dan aturan berperilaku bagi manusia.
● 3. Untuk membimbing manusia menjadi individu yang berakal baik dan dapat
menemukan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
● 4. Untuk membuka jalan bagi manusia yang ingin bertemu dengan
penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, ketika mati kelak.
11. FUNGSI AGAMA
Fungsi agama sebagai berikut:
● Transmisi atau pewarisan: yakni untuk meneruskan ke setiap generasi suatu “sense of
identity” melalui kebiasaan-kebiasaan, cerita, dan kelanjutan historis yang dimiliki
bersama.
● Translasi atau penerjemahan: yakni untuk menolong individu-individu menafsirkan
peristiwa-peristiwakehidupan,mendapatkan suaturasa bermakna dan bertujuan, dan
memahami hubungan-hubungannya dengan keseluruhan yang lebih besar (baik dalam
arti sosial maupunkosmis).
● Transaksi: yakni untuk menciptakan dan mempertahankan suatukomunitas yang sehat,
dan memberi penuntun terhadap perilaku-perilakumoral dan hubungan-hubungan etis
● Transformasi: yakni sebagai pengembangan kedewasaandan pertumbuhanyang terus-
menerus, menolong umat beragama untuk merasa lebih penuh dan komplet.
● Transendensi: yakni untuk memuaskan kerinduanuntuk memperluasbatasan-batasan
diri yang dipersepsikan,menjadi lebih sadar terhadapaspek kehidupan yang lebih
sakral, dan mengalami persekutuan/penyatuan dengan dasar keberadaan yang mutlak.