PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa IndonesiaLydia Nurkumalawati
PPT berisi tentang upaya-upaya pemerintahan dalam mencegah, menghadapi, dan menaklukkan berbagai macam ancaman disintegrasi yang terjadi di negara tercinta, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia
Menjelaskan ancaman-ancaman yang melandasi disintegrasi bangsa sekitar tahun 1948-1956.
Presentasi ini dibuat oleh saudara Ibnu Yulian, teman satu kos saya. Terimakasih telah memberikan kontribusinya.
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa IndonesiaLydia Nurkumalawati
PPT berisi tentang upaya-upaya pemerintahan dalam mencegah, menghadapi, dan menaklukkan berbagai macam ancaman disintegrasi yang terjadi di negara tercinta, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia
Menjelaskan ancaman-ancaman yang melandasi disintegrasi bangsa sekitar tahun 1948-1956.
Presentasi ini dibuat oleh saudara Ibnu Yulian, teman satu kos saya. Terimakasih telah memberikan kontribusinya.
Modul Nusantara_Permesta&PRRI_Putri Natalia Harefa.pptxPutriNataliaHarefa
Bencana PRRI-Permesta pada awalnya merupakan sikap petinggi militer daerah setelah menemukan berbagai penyimpangan pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sikap ini dipicu oleh keputusan pemerintah untuk menurunkan TNI, karena beberapa pasukan harus gantung senjata dan menimbulkan kekecewaan bagi mereka yang ikut dalam perjuangan mempertahankan republik di era Revolusi. Mengingat gejolak politik pusat yang tidak berdampak positif bagi daerah, maka perwakilan politik daerah pun melakukan pembangunan daerah. Hal ini terlihat dari tuntutan pemerintah pusat untuk melaksanakan otonomi daerah yang benar-benar transparan.
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”Fenti Anita Sari
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
Disusun Oleh :
Yudimas Thariq Pratama (17.02.51.0004)
Teguh Ananto Kusuma (17.02.51.0024)
Rosa Zhal Zhabila (17.02.51.0038)
Fenti Anita Sari (17.02.51.0039)
Febry Nur Anisa P.S.L (17.02.51.0045)
Universitas Stikubank Semarang
Modul Nusantara_Permesta&PRRI_Putri Natalia Harefa.pptxPutriNataliaHarefa
Bencana PRRI-Permesta pada awalnya merupakan sikap petinggi militer daerah setelah menemukan berbagai penyimpangan pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sikap ini dipicu oleh keputusan pemerintah untuk menurunkan TNI, karena beberapa pasukan harus gantung senjata dan menimbulkan kekecewaan bagi mereka yang ikut dalam perjuangan mempertahankan republik di era Revolusi. Mengingat gejolak politik pusat yang tidak berdampak positif bagi daerah, maka perwakilan politik daerah pun melakukan pembangunan daerah. Hal ini terlihat dari tuntutan pemerintah pusat untuk melaksanakan otonomi daerah yang benar-benar transparan.
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”Fenti Anita Sari
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
Disusun Oleh :
Yudimas Thariq Pratama (17.02.51.0004)
Teguh Ananto Kusuma (17.02.51.0024)
Rosa Zhal Zhabila (17.02.51.0038)
Fenti Anita Sari (17.02.51.0039)
Febry Nur Anisa P.S.L (17.02.51.0045)
Universitas Stikubank Semarang
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Fundamental gerakan pramuka merupakan dasar dasar apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pramuka
Fundamental Gerakan Pramuka meliputi :
1. Definisi dari istilah Pramuka, Pendidikan Kepramukaan, Kepramukaan dan Gerakan Pramuka
2. Tujuan Gerakan Pramuka ( Karakter, Keterampilan, Kebangsaan)
3. Kurikulum Pendidikan Kepramukaan ( SKU, SKK, SPG )
4. PDK dan MK (PDK= Prinsip Dasar Kepramukaan , MK= Metode Kepramukaan )
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
6. Pengembangan Karakter SESOSIF
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
8. Indikator Ketercapaian Tujuan ( Happy, Healthy, Helpful, Handycraft )
9. Tujuan Akhir (Hidup Bahagia, Mati Bahagia )
Tentang Fundamental Gerakan Pramuka tersebut dapat dijabarkan sbb :
1. Definisi
a. Pramuka adalah setiap warga negara Indonesia yang secara sukarela aktif dalam pendidikan Kepramukaan serta berusaha mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.
b. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
c. Kepramukaan adalah proses pendidikan nonformal di luar lingkungan sekolah dan diluar linkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka denga Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur (SK Kwarnas No. 231 Tahun 2017)
d. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan Kepramukaan
b. 8 MK (Metode Kepramukaan), meliputi:
1. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
2. Belajar sambil melakukan;
3. Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
4. Kegiatan yang menarik dan menantang;
5. Kegiatan di alam terbuka;
6. Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
7. Penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
8. Satuan terpisah antara putra dan putri.
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan digunakan Sistem Among.
Sistem Among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia.
Sistem Among memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri dengan bimbingan orang dewasa melalui prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
Ing ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;
Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan; dan
Tutwuri handayani maksudnya di belakang memberi dorongan ke arah kemandirian yang lebih baik.
. Pengembangan Karakter SESOSIF
Di dalam SKU, SKK, dan SPG mengandung inti SESOSIF, yaitu : Spiritual, Emosional, Sosial, Intelektual, dan Fisik.
Yang kesemuanya itu ditumbuhkembangkan dalam diri seorang pramuka. Keterpaduan kelima area pengembangan diri itu akan mengantarkan sang Pramuka menjadi generasi bangsa yang unggul.
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
2. Latar Belakang
Munculnya pemberontakan Permesta di Indonesia Timur
disebabkan oleh beberapa alasan.
Salah satunya adalah berkembangnya sentimen di Sulawesi dan
Sumatra Tengah yang merasa kebijakan yang dibentuk pemerintah
pusat di Jakarta telah menghambat perekonomian lokal. Para
perwira daerah merasa kecewa karena pemerintah pusat di anggap
terlalu mengistimewakan pulau Jawa dengan pulau lain.
Politik dan perekonomian Indonesia pada saat itu terpusat di pulau
Jawa. Padahal sumber-sumber perekonomian negara lebih banyak
berasal dari pulau lain. Dengan hambatan tersebut, proses
pembangunan daerah juga jadi terbatas dan terganggu. Adanya
perselisihan ini kemudian memunculkan aspirasi untuk
memisahkan diri dari Indonesia.
3. Proses Pemberontakan
Pada tahun 1957, Gubernur Sulawesi Andi Pangerang Pettarani
bertemu dengan Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo dan Menteri
dalam Negeri R. Sunarjo.
Pada saat itu, Gubernur Pangerang mendesak pemerintah pusat
agar mengupayakan otonomi yang lebih besar, khususnya di
Indonesia Timur. Selain itu, Pangerang juga meminta pembagian
pendapatan pemerintah yang lebih banyak bagi daerah guna
melaksanakan proyek pembangunan lokal.
Namun, Pemerintah tetap tidak melakukan apa-apa. Sampai
akhirnya pada akhir Februari 1957, Andi Burhannudin dan Henk
Rondonuwu sebagai delegasi dari Sulawesi dikirim ke Jakarta untuk
kembali mendesak pemerintah pusat.
Namun upaya mereka tetap juga gagal sehingga pada 2 Maret
1957, Panglima TT-VII Letkol Ventje Sumual memproklamasikan
keadaan perang untuk seluruh wilayah Indonesia Timur.
Sebelumnya Sumual juga turut datang ke Jakarta guna mendesak
hal yang sama kepada pemerintah pusat. Kemudian Piagam
Perjuangan Semesta atau Piagam Permesta pun dibicarakan.
4. ISI PIAGAM PERMESTA
Isi dari Piagam Permesta berbunyi:
“Pertama-tama dengan mejakinkan seluruh pimpinan dan
lapisan masyarakat, bahwa kita tidak melepaskan diri dari
Republik Indonesia dan semata-mata diperdjoangkan untuk
perbaikan nasib rakjat Indonesia dan penjelesaian bengka-lai
revolusi Nasional.”
5. Akhir Pemberontakan
Untuk mendamaikan antara kubu Permesta dengan
pemerintah pusat, maka pada 5 Juni 1960 diselenggarakan
sebuah perundingan. Perundingan tersebut dihadiri oleh
Tumbelaka seorang Panglima TT-V/Brawijaya dan Samuel
Hein “Tjame” Ticoalu, seorang kurir.
Tumbelaka saat itu meminta Tjame untuk daerah Permesta
dan menyampaikan pesan kepada Somba, salah satu
pemimpin Permesta untuk mencari solusi yang terbaik
terhadap masalah yang sedang berlanjut. Perundingan ini
pun memakan waktu yang tidak sebentar, karena dibutuhkan
persetujuan di antara kedua belah pihak.
Sampai akhirnya pada 17 Desember 1960, Permesta
menyetujui untuk mengakhiri pemberontakan mereka.
Berakhirnya pemberontakan ini, karena keputusan
pemerintah pusat yang bersedia membagi Provinsi Sulawesi
menjadi dua provinsi yaitu Sulawesi Utara dan Sulawesi
Tengah, ibu kota di Manado.
6. Permesta resmi berakhir setelah Somba bersedia untuk
menyerahkan diri dan mendatangani sebuah pernyataan dan
naskah penyelesaian Permesta.
Pemberian amnesti dan abolisi kepada mereka yang terlibat
Permesta juga diberikan bersamaan dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 322 tahun 1961.