SlideShare a Scribd company logo
SALINAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 31 TAHUN 2014
TENTANG
KERJA SAMA PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN
OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING
DENGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa u n t u k melaksanakan kerja sama penyelenggaraan
pendidikan dalam Pasal 161 ayat (2), kerja sama
pengelolaan pendidikan dalam Pasal 164 ayat (1), dan
pelaksanaan bentuk kerja sama satuan pendidikan
nonformal dalam Pasal 167 ayat (4) Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Kerja Sama Penyelenggaraan dan Pengelolaan
Pendidikan oleh Lembaga Pendidikan Asing Dengan
Lembaga Pendidikan di Indonesia;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 T a h u n 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 T a h u n 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 4 1 , Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
7 1 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelengaraan Pendidikan (Lembaran
2
Negara Republik Indonesia T a h u n 2010 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5157);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 T a h u n 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian „ Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 55 T a h u n 2013 (Lembaran
Negara Republik Indonesia T a h u n 2013 Nomor 125);
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P T a h u n 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 8/P Tahun 2014;
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG KERJA SAMA PENYELENGGARAAN DAN
PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN
ASING DENGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri i n i yang dimaksud dengan:
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana u n t u k mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya u n t u k memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
2. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
3. Pendidikan nonformal adalah j a l u r pendidikan yang dilaksanakan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang.
4. Lembaga Pendidikan di Indonesia, yang selanjutnya disebut LPI, adalah
institusi yang bergerak di bidang pendidikan atau satuan pendidikan di
Indonesia.
5. Lembaga Pendidikan Asing, yang selanjutnya disebut LPA, adalah institusi
yang bergerak di bidang pendidikan atau satuan pendidikan asing.
6. Satuan Pendidikan Kerja Sama, yang selanjutnya disebut SPK, adalah
satuan pendidikan yang diselenggarakan atau dikelola atas dasar kerja sama
antara LPA yang terakreditasi/diakui di negaranya dengan LPI pada jalur
formal atau nonformal yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
7. Kementerian adalah Kementerian yang menyelenggarakan u r u s a n
pemerintahan di bidang pendidikan.
8. M e n t e r i adalah Menteri yang menyelenggarakan u r u s a n pemerintahan di
bidang pendidikan.
3
Pasal 2
(1) Kerja sama penyelenggaraan atau pengelolaan pendidikan dilaksanakan pada
jalur formal dan nonformal.
(2) Satuan Pendidikan pada jalur formal sebagaimana dimaksud pada'ayat (1)
berbentuk:
a. Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat;
b. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat;
c. Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah atau bentuk lain yang
sederajat; dan
d. Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan,
dan Madrasah Aliyah Kejuruan, atau bentuk lain yang sederajat.
(3) Satuan Pendidikan pada jalur nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berbentuk:
a. lembaga kursus dan lembaga pelatihan;
b. kelompok belajar;
c. pusat kegiatan belajar masyarakat;
d. majelis ta'lim;
e. pondok pesantren;
f. pendidikan diniyah;
g. taman pendidikan Al-Qur'an;
h. pendidikan anak usia dini jalur nonformal; dan
i. Satuan pendidikan sejenis lain.
Pasal 3
(1) LPI dan LPA dapat melakukan kerja sama.penyelenggaraan pendidikan atau
kerja sama pengelolaan pendidikan.
(2) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan bentuk kerja sama penyelenggaraan bersama antara LPI
dengan LPA u n t u k mendirikan SPK.
(3) Kerja sama pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bentuk kerja sama pengelolaan di bidang akademik dan/atau
non-akademik antara LPI dengan LPA.
BAB II
KERJA SAMA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Pasal 4
(1) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan pada jalur formal dan
nonformal.
(2) Pemrakarsa kerja sama penyelenggaraan pendidikan jalur formal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu LPI berakreditasi A dan LPA
yang terakreditasi atau diakui di negaranya.
(3) Pemrakarsa kerja sama penyelenggaraan pendidikan jalur nonformal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu LPI dan LPA yang terakreditasi
atau diakui di negaranya.
(4) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dan jalur
pendidikan formal bersifat nirlaba sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4
(5) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan pada tingkat program
studi atau satuan pendidikan.
(6) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan pada tingkat program studi
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berupa kerja sama yang dilaksanakan
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
(7) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berupa kerja sama yang dilaksanakan
pada satuan pendidikan formal dan nonformal.
Pasal 5
(1) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan harus dilaksanakan dengan syarat:
a. memperoleh izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk;
b. mengikuti standar nasional pendidikan yang diperkaya dengan standar
negara lain yang mempunyai keunggulan di bidang pendidikan atau
sistem pendidikan yang berlaku di negara lain, setelah memperoleh
persetujuan menteri atau pejabat yang ditunjuk;
c. mengikutkan peserta didik WNI dalam ujian nasional u n t u k jenjang
pendidikan dasar dan menengah;
d. mengikuti akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional;
e. memiliki perjanjian kerja sama antara LPA dengan LPI;
f. memiliki rencana i n d u k pengembangan satuan pendidikan kerja sama
(RIP satuan pendidikan kerja sama), dan
g. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Selain mengikuti akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional, kerja sama
penyelenggaraan pendidikan dapat diakreditasi dari negara asal LPA.
(3) RIP satuan pendidikan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
h u r u f f paling sedikit memuat:
a. visi dan misi;
b. k u r i k u l u m ;
c. standar kompetensi lulusan;
d. proses pembelajaran;
e. peserta didik;
f. pendidik;
g. tenaga kependidikan;
h. sarana dan prasarana;
i. penilaian;
j . akreditasi;
k. pengelolaan; dan
1. pembiayaan.
Pasal 6
Satuan pendidikan di Indonesia memiliki aset pada SPK sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan.
Pasal 7
(1) Penggunaan sistem pendidikan negara lain wajib memperoleh izin dari
Menteri setelah memperoleh rekomendasi atau pertimbangan dari Direktur
Jenderal terkait.
5
(2) Sistem pendidikan negara lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi k u r i k u l u m , pembelajaran, penilaian, dan/atau penjenjangan
pendidikan yang secara resmi berlaku di negaranya.
(3) Dalam hal penggunaan sistem pendidikan negara lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang terkait dengan disiplin i l m u agama, wajib
memperolah izin dari Menteri setelah memperoleh rekomendasi atau
pertimbangan dari Menteri Agama.
Pasal 8
(1) Peserta didik pada SPK terdiri dari warga negara Indonesia (WNI) dan warga
negara asing (WNA) yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) SPK dilarang menolak calon peserta didik WNI.
(3) Penerimaan peserta didik diatur oleh SPK.
(4) Peserta didik pada SPK wajib memiliki Nomor I n d u k Siswa Nasional (NISN).
(5) Pemberian NISN sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkoordinasi dengan dinas
pendidikan provinsi dan/atau kabupaten/kota.
Pasal 9
(1) Pendidik pada SPK harus memenuhi standar pendidik yang dapat diperkaya
dengan standar pendidik satuan pendidikan negara asing.
(2) J u m l a h pendidik pada SPK wajib mengikutsertakan paling sedikit 30 % (tiga
p u l u h persen) pendidik WNI.
(3) Seluruh pendidik m a m p u memfasilitasi pembelajaran berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK).
(4) Kualifikasi pendidik minimal setara S I atau DIV sesuai bidang studi yang
diampu.
(5) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pendidik:
a. harus sehat jasmani rohani;
b. tidak diperbolehkan mengkonsumsi/dibawah pengaruh m i n u m a n keras
di lingkungan sekolah; dan
c. tidak terlibat dalam kegiatan politik, clandestein, propaganda agama,
dan pengumpulan dana.
(6) Program atau satuan pendidikan wajib menerapkan sistem remunerasi yang
berkeadilan bagi semua pendidik.
(7) Pendidik asing u n t u k pembelajaran bahasa asing pada SPK merupakan
penutur asli bahasa asing negaranya dan/atau orang yang mempunyai
sertifikat pendidik u n t u k bahasa tersebut.
Pasal 10
(1) Tenaga kependidikan pada SPK paling sedikit meliputi pimpinan satuan
pendidikan, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber
belajar, tenaga administrasi, tenaga kebersihan, dan tenaga keamanan.
(2) Tenaga kependidikan asing dilarang m e n d u d u k i jabatan yang secara khusus
menangani personalia.
6
(3) Tenaga kependidikan pada SPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memenuhi standar tenaga kependidikan yang dapat diperkaya dengan
standar tenaga kependidikan satuan pendidikan negara asing.
(4) J u m l a h tenaga kependidikan selain pimpinan satuan pendidikan pada SPK
wajib mengikutsertakan paling sedikit 8 0 % (delapan p u l u h persen) warga
Negara Indonesia.
(5) Kepala sekolah dan koordinator akademik memiliki kualifikasi akademik
master/ magister atau yang sederajat.
(6) Persyaratan tenaga pendidikan pada SPK:
a. harus sehat jasmani rohani;
b. tidak diperbolehkan mengkonsumsi/dibawah pengaruh m i n u m a n keras di
lingkungan sekolah; dan
c. tidak terlibat dalam kegiatan politik, clandestein, propaganda agama dan
pengumpulan dana.
(7) Pimpinan satuan pendidikan pada SPK dapat merangkap sebagai pimpinan
u n t u k semua jenjang pendidikan.
(8) Program atau satuan pendidikan wajib menerapkan sistem remunerasi yang
berkeadilan bagi semua tenaga kependidikan.
Pasal 11
(1) K u r i k u l u m disusun mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka
Dasar dan Struktur K u r i k u l u m , dan pedoman implementasi K u r i k u l u m yang
dapat diperkaya k u r i k u l u m satuan pendidikan negara lain yang mempunyai
keunggulan di bidang pendidikan atau dapat menggunakan k u r i k u l u m
negara lain setelah memperoleh izin menteri atau pejabat lain yang ditunjuk.
(2) K u r i k u l u m pada SPK u n t u k SMA, MA, SMK, dan MAK, atau bentuk lain yang
sederajat dapat disusun dalam sistem kredit semester.
(3) K u r i k u l u m yang diberlakukan bagi peserta didik WNI wajib memuat mata
pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
dan Bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Bagi peserta didik WNA wajib diajarkan Bahasa Indonesia dan Budaya
Indonesia [Indonesian Studies).
Pasal 12
(1) Proses pembelajaran pada SPK memenuhi standar proses yang diperkaya
dengan standar proses pembelajaran satuan pendidikan negara lain yang
mempunyai keunggulan di bidang pendidikan atau standar proses yang
berlaku pada sistem pendidikan negara lain setelah memperoleh izin
menteri.
(2) Penggunaan TIK dilakukan dalam proses pembelajaran mata pelajaran yang
sesuai.
(3) Pembelajaran u n t u k mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia wajib menggunakan Bahasa
pengantar Bahasa Indonesia dan dapat menggunakan bahasa asing u n t u k
memperjelas proses pembelajarannya.
7
Pasal 13
(1) Penilaian pada SPK menerapkan standar penilaian yang diperkaya dengan
standar penilaian satuan pendidikan negara lain yang mempunyai
keunggulan di bidang pendidikan atau standar penilaian yang berlaku pada
sistem pendidikan negara lain setelah memperoleh izin menteri.
(2) SPK wajib menyelenggarakan Ujian Nasional bagi peserta didik WNI.
(3) Peserta didik WNA pada SPK yang akan melanjutkan pendidikannya pada
satuan pendidikan nasional dapat mengikuti ujian nasional.
(4) Soal UN u n t u k peserta didik SPK dapat disusun dalam Bahasa Inggris,
kecuali u n t u k mata pelajaran Bahasa Indonesia.
(5) SPK yang belum dapat menyelenggarakan UN dapat bekerja sama dengan
satuan pendidikan yang menyelenggarakan UN u n t u k mengikutkan peserta
didiknya.
Pasal 14
(1) Sarana dan prasarana pada SPK memenuhi standar sarana dan prasarana
yang diperkaya dengan standar sarana dan prasarana satuan pendidikan
negara lain yang mempunyai keunggulan di bidang pendidikan atau standar
sarana dan prasarana yang berlaku pada sistem pendidikan negara lain
setelah memperoleh izin menteri.
(2) Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK.
(3) Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke
sumber pembelajaran berbasis TIK.
(4) Sarana dan prasarana dilengkapi dengan ruang m u l t i media dan klinik.
Pasal 15
Pengelolaan SPK harus:
a. memenuhi standar pengelolaan yang diperkaya dengan model pengelolaan
satuan pendidikan negara lain yang mempunyai keunggulan di bidang
pendidikan atau standar pengelolaan yang berlaku pada sistem pendidikan
negara lain setelah memperoleh izin menteri;
b. menerapkan prinsip kesetaraan gender dan multi-kultural dalam segala
aspek pengelolaan sekolah;
c. menerapkan sistem administrasi sekolah berbasis teknologi informasi dan
komunikasi;dan
d. mempersiapkan peserta didik yang diharapkan m a m p u meraih prestasi
tingkat internasional, kemandirian, dan/atau memiliki relevansi dengan
lapangan pekerjaan.
Pasal 16
(1) Pembiayaan pada SPK memenuhi standar pembiayaan pendidikan di
Indonesia atau menggunakan standar pembiayaan yang berlaku pada sistem
pendidikan negara lain setelah memperoleh izin dari Menteri.
(2) Pembiayaan SPK yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat melakukan
pungutan u n t u k keberlangsungan penyelenggaraannya sesuai dengan
peraturan perundang undangan.
8
Pasal 17
(1) Peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan dan lulus ujian yang
diselenggarakan oleh SPK diberi ijazah/surat tanda tamat belajar (STTB).
(2) Peserta didik yang telah menyelesaikan program pendidikan nonforinal dan
lulus ujian yang diselenggarakan oleh SPK diberi ijazah/STTB dan/atau
sertifikat kompetensi.
(3) Peserta didik yang telah menyelesaikan program pendidikan kejuruan dan
lulus ujian, memperoleh ijazah/STTB dan/atau sertifikat kompetensi.
Pasal 18
(1) SPK mengembangkan lingkungan sekolah yang bersih, tertib, indah, rindang,
aman, sehat, bebas asap rokok dan narkoba, bebas budaya kekerasan, dan
berbudaya akhlak mulia.
(2) SPK mengembangkan budaya kompetitif dan kolaboratif serta jiwa
kewirausahaan yang dilandasi oleh moral dan etika yang tinggi.
Pasal 19
(1) SPK berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah
mendapat izin pendirian dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) u n t u k j a l u r formal berlaku u n t u k
jangka w a k t u 6 (enam) t a h u n .
(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) u n t u k j a l u r nonformal berlaku
u n t u k jangka w a k t u 3 (tiga) tahun.
BAB III
KERJA SAMA PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Pasal 20
(1) Kerja sama pengelolaan pendidikan dilaksanakan pada j a l u r formal dan
nonformal.
(2) Pemrakarsa kerja sama pengelolaan pendidikan j a l u r formal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan satuan pendidikan di Indonesia dan
satuan pendidikan asing yang terakreditasi atau diakui di negaranya.
(3) Pemrakarsa kerja sama pengelolaan pendidikan j a l u r nonformal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satuan pendidikan
nonformal di Indonesia yang terakreditasi atau LPA diakui di negaranya
masing-masing.
Pasal 21
Kerja sama pengelolaan pendidikan bertujuan u n t u k :
a. meningkatkan m u t u penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan satuan pendidikan nonformal;
b. memperluas jaringan kemitraan u n t u k kepentingan satuan pendidikan;
dan/atau
c. menyelenggarakan satuan pendidikan atau berbasis keunggulan lokal.
9
Pasal 22
(1) Satuan pendidikan anak usia dini dan satuan pendidikan dasar dan
menengah dapat menjalin kerja sama dalam bidang akademik.
(2) Satuan pendidikan nonformal menjalin kerja sama dalam akademik
dan/atau non-akademik.
(3) Kerja sama akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
berbentuk:
a. pertukaran pendidik dan/atau tenaga kependidikan;
b. pertukaran peserta didik;
c. pemanfaatan sumber daya;
d. penyelenggaraan program kembaran;
e. penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler; dan/atau
f. kerja sama lain yang dianggap perlu.
(4) Kerja sama non-akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berbentuk:
a. kontrak manajemen;
b. pendayagunaan aset;
c. penggalangan dana;
d. pembagian jasa dan royalti atas hak kekayaan intelektual;
e. penyelenggaraan program pemagangan peserta didik;
f. penyelenggaraan ujian internasional; dan/atau
g. kerja sama lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
(5) Ketentuan pelaksanaan kerja sama dalam bidang akademik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam perjanjian
kerja sama antara LPI dan LPA.
(6) Kerja sama pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (1) dapat dibatalkan oleh Menteri apabila terbukti melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan setelah dilakukan pemeriksaan oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian atas instruksi Menteri.
Pasal 23
(1) SPK mengembangkan lingkungan satuan pendidikan yang bersih, tertib,
indah, rindang, aman, sehat, bebas asap rokok dan narkoba, bebas budaya
kekerasan,dan berbudaya akhlak mulia.
(2) SPK mengembangkan budaya kompetitif dan kolaboratif serta jiwa
kewirausahaan yang dilandasi oleh moral dan etika yang tinggi.
Pasal 24
Permohonan izin kerja sama pengelolaan disampaikan kepada Menteri melalui
Direktur Jenderal terkait paling lambat 6 (enam) bulan sebelum pelaksanaan
kerja sama.
10
BAB IV
TATA CARA PENDIRIAN SPK
PADA KERJA SAMA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Pasal 25
Tata cara pendirian SPK pada kerja sama penyelenggaraan pendidikan meliputi
langkah-langkah sebagai berikut:
a. pengajuan permohonan rekomendasi ke pemerintah daerah kabupaten/kota
dan/atau provinsi mengenai rencana pendirian SPK oleh pemrakarsa;
b. pemberian rekomendasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota dan/atau
provinsi mengenai rencana pendirian SPK;
c. penyampaian u s u l rencana pendirian SPK oleh pemrakarsa kepada Menteri
u.p. Direktur Jenderal terkait yang dilengkapi dengan rekomendasi dari
pemerintah daerah kabupaten/kota dan/atau provinsi;
d. pemberian pertimbangan oleh Direktur Jenderal terkait kepada Menteri;
e. pemberian izin pendirian SPK Penyelenggaraan oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuk;
f. Izin Pendirian SPK Penyelenggaraan sebagaimana dimaksud h u r u f e
diberikan u n t u k satu lokasi dan berlaku u n t u k jangka w a k t u 6 (enam)
tahun.
Pasal 26
(1) Paling lambat dalam jangka w a k t u 3 (tiga) bulan setelah menerima usul
rencana pendirian SPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 h u r u f c,
Menteri atau pejabat yang ditunjuk memberi persetujuan atau penolakan atas
rencana pendirian SPK.
(2) Pemberian persetujuan atau penolakan atas rencana pendirian SPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas pertimbangan instansi
terkait sesuai persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
h u r u f b sampai dengan h u r u f g.
(3) Persetujuan rencana pendirian SPK b u k a n merupakan izin operasional.
Pasal 27
(1) Paling lambat dalam jangka w a k t u 2 (dua) t a h u n setelah menerima
pertimbangan persetujuan atas rencana pendirian SPK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), Pemrakarsa mengajukan usul pendirian
SPK kepada Menteri melalui Direktur Jenderal terkait yang dilengkapi dengan
bukti persyaratan:
a. perjanjian kerja sama pemrakarsa;
b. hasil studi kelayakan yang berkaitan dengan:
1) prospek pendirian satuan pendidikan dari segi tata ruang, geografis,
dan ekologis;
2) prospek pendirian satuan pendidikan dari segi prospek pendaftar,
keuangan, sosial,dan budaya;
3) kapasitas daya tampung dan lingkup jangkauan satuan pendidikan
sejenis yang ada; dan
4) perkiraan pembiayaan u n t u k kelangsungan pendidikan paling sedikit
u n t u k 1 (satu) t a h u n akademik berikutnya;
c. Anggaran Dasar (AD) badan h u k u m ;
11
d. referensi bank dan/atau bukti lain yang berkenaan dengan tersedianya
sumber pembiayaan selama 6 (enam) tahun;
e. rekomendasi dari pemerintah kabupaten/kota dan provinsi;
f. rencana i n d u k pengembangan satuan pendidikan (RIPS);
g. rencana u m u m tata ruang (RUTR);
h. bukti kepemilikan lahan/gedung dan/atau b u k t i perjanjian sewa yang
berlaku minimal 6 (enam) tahun; dan
i. sertifikat/bukti kepemilikan atau hak pakai tanah.
(2) Apabila dalam jangka w a k t u 2 (dua) t a h u n pemrakarsa tidak dapat
melengkapi b u k t i persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pertimbangan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2)
tidak berlaku.
(3) Pemberian izin pendirian atau penolakan atas usul pendirian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling lambatnya dalam jangka w a k t u 4
(empat) bulan.
(4) SPK dapat mengoperasionalkan penyelenggaraan pendidikan setelah terbit
izin pendirian.
Pasal 28
(1) Usui perpanjangan izin SPK dilakukan 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya
izin pendirian, dengan melengkapi syarat-syarat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (1) butir a sampai dengan i .
(2) Pemberian Perpanjangan izin SPK diberikan paling lambat 4 (empat) bulan
sebelum berakhirnya masa berlaku izin penyelenggaraan.
(3) Perpanjangan izin SPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan u n t u k
jangka w a k t u 6 (enam) tahun.
(4) Apabila perpanjangan izin SPK belum terbit setelah 3 (tiga) bulan sebelum
berakhirnya masa berlaku izin pendirian, SPK tidak boleh menerima peserta
didik baru.
(5) Apabila u s u l perpanjangan izin SPK ditolak, satuan pendidikan wajib
menyelesaikan sisa peserta didik paling lambatnya 6 (enam) tahun atau
menyalurkan atau memindahkan peserta didik pada satuan pendidikan lain
yang sama jenjang dan jenisnya.
BAB V
TATA CARA KERJA SAMA PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Pasal 29
Tata cara pelaksanaan kerja sama pengelolaan pendidikan meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:
a. pengajuan u s u l rencana kerja sama pengelolaan pendidikan oleh
pemrakarsa;
b. rekomendasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi mengenai
rencana kerja sama pengelolaan;
c. izin kerja sama pengelolaan pendidikan oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.
12
Pasal 30
Usui kerja sama pengelolaan diajukan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal
terkait yang dilengkapi dengan bukti persyaratan:
a. perjanjian kerja sama pemrakarsa;
b. hasil studi kelayakan yang berkaitan dengan:
1) prospek pendirian satuan pendidikan dari segi tata ruang, geografis, dan
ekologis;
2) prospek pendirian satuan pendidikan dari segi prospek pendaftar,
keuangan, sosial,dan budaya;
3) kapasitas daya tampung dan lingkup jangkauan satuan pendidikan
sejenis yang ada; dan
4) perkiraan pembiayaan u n t u k kelangsungan pendidikan paling sedikit
perkiraan u n t u k 1 (satu) t a h u n akademik berikutnya.
Pasal 31
(1) Pemberian persetujuan atau penolakan atas u s u l SPK didasarkan atas
pertimbangan instansi terkait sesuai peryaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30.
(2) Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri menerbitkan izin SPK.
BAB VI
AKREDITASI
Pasal 32
(1) Akreditasi u n t u k SPK akan disusun oleh BAN S/M dan BAN PNF.
(2) Proses akreditasi dilakukan paling lambat dalam 1 (satu) tahun, setelah SPK
meluluskan peserta didik.
BAB VII
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal 33
(1) Pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pendidikan kerja sama
dilakukan secara berkala oleh Tim yang dibentuk oleh Kementerian.
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap sistem pendidikan yang meliputi: peserta didik, k u r i k u l u m , proses
pembelajaran, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
penilaian, pengelolaan, dan pembiayaan.
(3) Hasil pemantauan dan evaluasi dilaporkan secara berkala paling sedikit 3
(tiga) t a h u n kepada Menteri dengan tembusan Direktur Jenderal terkait.
Pasal 34
(1) Penyelenggara SPK wajib menyampaikan laporan tertulis tentang
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan setiap 1 (satu) tahun
kepada Menteri melalui Direktur Jenderal terkait, yang tembusannya
disampaikan kepada Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota
setempat.
13
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan
mengisi formulir yang dikeluarkan oleh Kementerian.
Pasal 35
SPK dilarang menggunakan kata Internasional u n t u k nama satuan pendidikan,
program, kelas, dan/atau mata pelajaran.
BAB VIII
SANKSI
Pasal 36
(1) Pelanggaran terhadap peraturan Menteri i n i dikenakan sanksi:
a. teguran tertulis, pertama, kedua dan ketiga dengan tenggang w a k t u 1
(satu) bulan;
b. pelarangan menerima peserta didik baru; dan/atau;
c. pencabutan izin.
(2) Sanksi sebagaimana yang diatur dalam ayat (1) diberikan setelah
memperoleh pertimbangan dari T i m yang dibentuk oleh Kementerian.
BAB IX
PENUTUPAN
Pasal 37
(1) Penutupan SPK dilakukan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Penutupan SPK dilakukan apabila:
a. satuan pendidikan kerja sama sudah tidak lagi memenuhi persyaratan
penyelenggaraan satuan pendidikan kerja sama; atau
b. izin penyelenggaraan telah berakhir dan tidak diperpanjang atau usul
perpanjangannya ditolak.
(3) Apabila terjadi penutupan SPK, penyelenggara wajib:
a. menyalurkan atau memindahkan peserta didik pada satuan pendidikan
lain yang sama jenjang dan jenisnya paling lambat 6 (enam) bulan;
b. menyelesaikan pembayaran pendidik dan tenaga kependidikan dan
mengembalikan ke negara asalnya selambat-lambatnya dalam jangka
w a k t u 3 (tiga) bulan;
c. menyerahkan aset kepada satuan pendidikan Indonesia atau sesuai
dengan perjanjian kerja sama paling lambatnya dalam jangka w a k t u 1
(satu) tahun; dan
d. penyelenggara tidak dibolehkan menggunakan nama satuan pendidikan
kerja sama.
B A B X
PENDELEGASIAN
Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kerja sama LPA dengan LPI diatur
dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal terkait.
14
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 39
(1) Dengan berlakunya Peraturan i n i , Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pendidikan oleh Lembaga
Pendidikan Asing di Indonesia, dinyatakan tidak berlaku.
(2) Sekolah internasional dan/atau sekolah asing jenis lainnya yang telah ada
dan mendapat izin pendirian/operasional di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia paling lambat tanggal 1 Desember t a h u n 2014 wajib
menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini atau menjadi sekolah nasional
atau ditutup.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Peraturan Menteri i n i mulai berlaku pada tanggal d i u n d a n g k a n .
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya ke dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 April 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 April 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 580
Salinan sesuai dengan aslinya.
Kepala Biro H u k u m dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Ani Nurdiani Azizah
VNIP195812011985032001^

More Related Content

What's hot

13 permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum
13 permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum13 permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum
13 permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum
Budiman Afandi
 
Uu 09 2009
Uu 09 2009Uu 09 2009
Uu 09 2009ourida
 
Permendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khusus
Permendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khususPermendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khusus
Permendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khususWinarto Winartoap
 
Permendikbud no-45-tahun-2014
Permendikbud no-45-tahun-2014Permendikbud no-45-tahun-2014
Permendikbud no-45-tahun-2014
Aikun Candra
 
Kurikulum 2013 Permen 58 th 2014
Kurikulum 2013 Permen 58 th 2014Kurikulum 2013 Permen 58 th 2014
Kurikulum 2013 Permen 58 th 2014
Gilang Asri Devianty
 
Permen nomor-97-tahun-2013_Tentang Kelulusan UN 2013/2014
Permen nomor-97-tahun-2013_Tentang Kelulusan UN 2013/2014Permen nomor-97-tahun-2013_Tentang Kelulusan UN 2013/2014
Permen nomor-97-tahun-2013_Tentang Kelulusan UN 2013/2014pakgurusanto
 
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
IndahMutiaraKami
 
Permendikbud no 43 tahun 2019
Permendikbud no 43 tahun 2019Permendikbud no 43 tahun 2019
Permendikbud no 43 tahun 2019
IndahMutiaraKami
 
05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak biro ...
05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak   biro ...05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak   biro ...
05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak biro ...
Ikhsan Ikhsanudin
 
Pp 81 tahun 2013 , pendirian pnf
Pp 81 tahun 2013 , pendirian pnfPp 81 tahun 2013 , pendirian pnf
Pp 81 tahun 2013 , pendirian pnfWelly Indriany
 
Permendikbud nomor-64-tahun-2013-ttg-si
Permendikbud nomor-64-tahun-2013-ttg-siPermendikbud nomor-64-tahun-2013-ttg-si
Permendikbud nomor-64-tahun-2013-ttg-si
M. ALI AMIRUDDIN
 
Kurikulum 2013 Jenjang MTs
Kurikulum 2013 Jenjang MTsKurikulum 2013 Jenjang MTs
Kurikulum 2013 Jenjang MTsPuji Fitriya
 
Permendikbud tahun2015 nomer023
Permendikbud tahun2015 nomer023Permendikbud tahun2015 nomer023
Permendikbud tahun2015 nomer023
Chusnul Labib
 

What's hot (14)

13 permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum
13 permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum13 permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum
13 permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang-implementasi-kurikulum
 
Uu 09 2009
Uu 09 2009Uu 09 2009
Uu 09 2009
 
Permendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khusus
Permendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khususPermendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khusus
Permendikbud tahun2014 nomor 157 kurikulum pendidikan khusus
 
Permendikbud no-45-tahun-2014
Permendikbud no-45-tahun-2014Permendikbud no-45-tahun-2014
Permendikbud no-45-tahun-2014
 
Kurikulum 2013 Permen 58 th 2014
Kurikulum 2013 Permen 58 th 2014Kurikulum 2013 Permen 58 th 2014
Kurikulum 2013 Permen 58 th 2014
 
Permen nomor-97-tahun-2013_Tentang Kelulusan UN 2013/2014
Permen nomor-97-tahun-2013_Tentang Kelulusan UN 2013/2014Permen nomor-97-tahun-2013_Tentang Kelulusan UN 2013/2014
Permen nomor-97-tahun-2013_Tentang Kelulusan UN 2013/2014
 
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
 
Permendikbud no 43 tahun 2019
Permendikbud no 43 tahun 2019Permendikbud no 43 tahun 2019
Permendikbud no 43 tahun 2019
 
05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak biro ...
05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak   biro ...05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak   biro ...
05 permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang buku teks pelajaran layak biro ...
 
Pp 81 tahun 2013 , pendirian pnf
Pp 81 tahun 2013 , pendirian pnfPp 81 tahun 2013 , pendirian pnf
Pp 81 tahun 2013 , pendirian pnf
 
Permendikbud nomor-64-tahun-2013-ttg-si
Permendikbud nomor-64-tahun-2013-ttg-siPermendikbud nomor-64-tahun-2013-ttg-si
Permendikbud nomor-64-tahun-2013-ttg-si
 
Pp 47 2008
Pp 47 2008Pp 47 2008
Pp 47 2008
 
Kurikulum 2013 Jenjang MTs
Kurikulum 2013 Jenjang MTsKurikulum 2013 Jenjang MTs
Kurikulum 2013 Jenjang MTs
 
Permendikbud tahun2015 nomer023
Permendikbud tahun2015 nomer023Permendikbud tahun2015 nomer023
Permendikbud tahun2015 nomer023
 

Viewers also liked

Kulchytskyy Kyiv high tech office
Kulchytskyy Kyiv high tech officeKulchytskyy Kyiv high tech office
Kulchytskyy Kyiv high tech office
Ivan Kulchytskyy
 
julie és minh ho
julie és minh hojulie és minh ho
julie és minh hoEdina Szabo
 
Grilletes electrónicos en el perú teoria
Grilletes electrónicos en el perú teoriaGrilletes electrónicos en el perú teoria
Grilletes electrónicos en el perú teoria
Renzo Alanya
 
Permen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigi
Permen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigiPermen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigi
Permen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigiWincibal Wincibalnov
 
Pla de millora itinerari a i b
Pla de millora itinerari a i bPla de millora itinerari a i b
Pla de millora itinerari a i bAngels032
 
Permen tahun2014 nomor033 organisasi lpmp perubahan
Permen tahun2014 nomor033 organisasi lpmp perubahanPermen tahun2014 nomor033 organisasi lpmp perubahan
Permen tahun2014 nomor033 organisasi lpmp perubahanWincibal Wincibalnov
 
SOCIETAT DE LA INFORMACIÓ, TECNOLOGIES DIGITALS I EDUCACIÓ
SOCIETAT DE LA INFORMACIÓ, TECNOLOGIES DIGITALS I EDUCACIÓSOCIETAT DE LA INFORMACIÓ, TECNOLOGIES DIGITALS I EDUCACIÓ
SOCIETAT DE LA INFORMACIÓ, TECNOLOGIES DIGITALS I EDUCACIÓAngels032
 
Grilletes electrónicos en el perú teoria
Grilletes electrónicos en el perú teoriaGrilletes electrónicos en el perú teoria
Grilletes electrónicos en el perú teoria
Renzo Alanya
 
Activitat PDI (5 anys)
Activitat PDI (5 anys)Activitat PDI (5 anys)
Activitat PDI (5 anys)Angels032
 
Preámbulo
PreámbuloPreámbulo
Preámbulo
Renzo Alanya
 
Tedx nanjing5.26
Tedx nanjing5.26Tedx nanjing5.26
Tedx nanjing5.26
Xiangbin Li
 
Проектні підходи до вирішення проблемних питань розвитку міст
Проектні підходи до вирішення проблемних питань розвитку містПроектні підходи до вирішення проблемних питань розвитку міст
Проектні підходи до вирішення проблемних питань розвитку міст
Ivan Kulchytskyy
 
Permen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigi
Permen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigiPermen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigi
Permen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigiWincibal Wincibalnov
 
Career Path 1-pager (Past, Present and Future)
Career Path 1-pager (Past, Present and Future)Career Path 1-pager (Past, Present and Future)
Career Path 1-pager (Past, Present and Future)Jung Woo Ryoo
 
Permen tahun2014 nomor029 pengeysahan sttb
Permen tahun2014 nomor029 pengeysahan sttbPermen tahun2014 nomor029 pengeysahan sttb
Permen tahun2014 nomor029 pengeysahan sttbWincibal Wincibalnov
 

Viewers also liked (18)

Kulchytskyy Kyiv high tech office
Kulchytskyy Kyiv high tech officeKulchytskyy Kyiv high tech office
Kulchytskyy Kyiv high tech office
 
julie és minh ho
julie és minh hojulie és minh ho
julie és minh ho
 
Grilletes electrónicos en el perú teoria
Grilletes electrónicos en el perú teoriaGrilletes electrónicos en el perú teoria
Grilletes electrónicos en el perú teoria
 
Permen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigi
Permen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigiPermen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigi
Permen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigi
 
Pla de millora itinerari a i b
Pla de millora itinerari a i bPla de millora itinerari a i b
Pla de millora itinerari a i b
 
Permen tahun2014 nomor033 organisasi lpmp perubahan
Permen tahun2014 nomor033 organisasi lpmp perubahanPermen tahun2014 nomor033 organisasi lpmp perubahan
Permen tahun2014 nomor033 organisasi lpmp perubahan
 
SOCIETAT DE LA INFORMACIÓ, TECNOLOGIES DIGITALS I EDUCACIÓ
SOCIETAT DE LA INFORMACIÓ, TECNOLOGIES DIGITALS I EDUCACIÓSOCIETAT DE LA INFORMACIÓ, TECNOLOGIES DIGITALS I EDUCACIÓ
SOCIETAT DE LA INFORMACIÓ, TECNOLOGIES DIGITALS I EDUCACIÓ
 
e-learning
e-learninge-learning
e-learning
 
Grilletes electrónicos en el perú teoria
Grilletes electrónicos en el perú teoriaGrilletes electrónicos en el perú teoria
Grilletes electrónicos en el perú teoria
 
Activitat PDI (5 anys)
Activitat PDI (5 anys)Activitat PDI (5 anys)
Activitat PDI (5 anys)
 
Preámbulo
PreámbuloPreámbulo
Preámbulo
 
Text
TextText
Text
 
Tedx nanjing5.26
Tedx nanjing5.26Tedx nanjing5.26
Tedx nanjing5.26
 
Проектні підходи до вирішення проблемних питань розвитку міст
Проектні підходи до вирішення проблемних питань розвитку містПроектні підходи до вирішення проблемних питань розвитку міст
Проектні підходи до вирішення проблемних питань розвитку міст
 
Permen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigi
Permen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigiPermen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigi
Permen tahun2014 nomor030 uji kompetensi dokter gigi
 
Career Path 1-pager (Past, Present and Future)
Career Path 1-pager (Past, Present and Future)Career Path 1-pager (Past, Present and Future)
Career Path 1-pager (Past, Present and Future)
 
Permen tahun2014 nomor029 pengeysahan sttb
Permen tahun2014 nomor029 pengeysahan sttbPermen tahun2014 nomor029 pengeysahan sttb
Permen tahun2014 nomor029 pengeysahan sttb
 
Case study on hp
Case study on hpCase study on hp
Case study on hp
 

Similar to Permen tahun2014 nomor031 pengelolaan pendidikan lembaga asing

Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Permendikbud nomor 51 tahun 2018Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Chusnul Labib
 
Permendikbud tahun2014 nomor119 pendidikan jarak jauh dikdasmen
Permendikbud tahun2014 nomor119 pendidikan jarak jauh dikdasmenPermendikbud tahun2014 nomor119 pendidikan jarak jauh dikdasmen
Permendikbud tahun2014 nomor119 pendidikan jarak jauh dikdasmenWinarto Winartoap
 
Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP
Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSPPermen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP
Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP
Gilang Asri Devianty
 
Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru
Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru
Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru
temanna #LABEDDU
 
POKOK perlindugan guru.docx
POKOK perlindugan guru.docxPOKOK perlindugan guru.docx
POKOK perlindugan guru.docx
Ir. Soekarno
 
Permen tahun2014 nomor055
Permen tahun2014 nomor055Permen tahun2014 nomor055
Permen tahun2014 nomor055
YPVDP Bontang
 
Permen tahun2014 nomor055
Permen tahun2014 nomor055Permen tahun2014 nomor055
Permen tahun2014 nomor055Agus Supriyanto
 
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Bendri Ranggi
 
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
AdhiMuhammadDaryono
 
Perbup Nomor 728 Tahun 2012 ttg Pendirian dan Perubahan Satuan Pendidikan.pdf
Perbup Nomor 728 Tahun 2012 ttg Pendirian dan Perubahan Satuan Pendidikan.pdfPerbup Nomor 728 Tahun 2012 ttg Pendirian dan Perubahan Satuan Pendidikan.pdf
Perbup Nomor 728 Tahun 2012 ttg Pendirian dan Perubahan Satuan Pendidikan.pdf
6436a
 
3324614.ppt
3324614.ppt3324614.ppt
3324614.ppt
DedeYayan
 
Sistem pendidikan nasional ditetapkan melalui undang
Sistem pendidikan nasional ditetapkan melalui undangSistem pendidikan nasional ditetapkan melalui undang
Sistem pendidikan nasional ditetapkan melalui undangOperator Warnet Vast Raha
 
1. 220112 Bahan PAK Drafting RUU Sisdiknas - Penjelasan.pdf
1. 220112 Bahan PAK Drafting RUU Sisdiknas - Penjelasan.pdf1. 220112 Bahan PAK Drafting RUU Sisdiknas - Penjelasan.pdf
1. 220112 Bahan PAK Drafting RUU Sisdiknas - Penjelasan.pdf
merdekacom
 
Permen tahun 2014 nomor 049
Permen tahun 2014 nomor 049Permen tahun 2014 nomor 049
Permen tahun 2014 nomor 049
Ari Satria
 
No. 49 tahun 2014
No. 49 tahun 2014No. 49 tahun 2014
No. 49 tahun 2014
Fachruddiansyah Jambi
 
Uu No 9 2009 Badan Hukum Penddkan
Uu No 9 2009 Badan Hukum PenddkanUu No 9 2009 Badan Hukum Penddkan
Uu No 9 2009 Badan Hukum Penddkan
Suprijanto Rijadi
 
Undang Undang Pendidikan
Undang Undang PendidikanUndang Undang Pendidikan
Undang Undang Pendidikan
Fajri Fajri
 

Similar to Permen tahun2014 nomor031 pengelolaan pendidikan lembaga asing (20)

Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Permendikbud nomor 51 tahun 2018Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Permendikbud nomor 51 tahun 2018
 
Permendikbud tahun2014 nomor119 pendidikan jarak jauh dikdasmen
Permendikbud tahun2014 nomor119 pendidikan jarak jauh dikdasmenPermendikbud tahun2014 nomor119 pendidikan jarak jauh dikdasmen
Permendikbud tahun2014 nomor119 pendidikan jarak jauh dikdasmen
 
Sistem pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasionalSistem pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasional
 
Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP
Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSPPermen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP
Permen Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP
 
Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru
Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru
Permendikbud no 44 tahun 2019 Penerimaan Peserta Didik Baru
 
POKOK perlindugan guru.docx
POKOK perlindugan guru.docxPOKOK perlindugan guru.docx
POKOK perlindugan guru.docx
 
Permen nomor 61 tahun 2014
Permen nomor 61 tahun 2014Permen nomor 61 tahun 2014
Permen nomor 61 tahun 2014
 
Permen tahun2014 nomor055
Permen tahun2014 nomor055Permen tahun2014 nomor055
Permen tahun2014 nomor055
 
Permen tahun2014 nomor055
Permen tahun2014 nomor055Permen tahun2014 nomor055
Permen tahun2014 nomor055
 
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
 
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019Permendikbud nomor 44 tahun 2019
Permendikbud nomor 44 tahun 2019
 
Perbup Nomor 728 Tahun 2012 ttg Pendirian dan Perubahan Satuan Pendidikan.pdf
Perbup Nomor 728 Tahun 2012 ttg Pendirian dan Perubahan Satuan Pendidikan.pdfPerbup Nomor 728 Tahun 2012 ttg Pendirian dan Perubahan Satuan Pendidikan.pdf
Perbup Nomor 728 Tahun 2012 ttg Pendirian dan Perubahan Satuan Pendidikan.pdf
 
3324614.ppt
3324614.ppt3324614.ppt
3324614.ppt
 
Sistem pendidikan nasional ditetapkan melalui undang
Sistem pendidikan nasional ditetapkan melalui undangSistem pendidikan nasional ditetapkan melalui undang
Sistem pendidikan nasional ditetapkan melalui undang
 
1. 220112 Bahan PAK Drafting RUU Sisdiknas - Penjelasan.pdf
1. 220112 Bahan PAK Drafting RUU Sisdiknas - Penjelasan.pdf1. 220112 Bahan PAK Drafting RUU Sisdiknas - Penjelasan.pdf
1. 220112 Bahan PAK Drafting RUU Sisdiknas - Penjelasan.pdf
 
Permen tahun 2014 nomor 049
Permen tahun 2014 nomor 049Permen tahun 2014 nomor 049
Permen tahun 2014 nomor 049
 
No. 49 tahun 2014
No. 49 tahun 2014No. 49 tahun 2014
No. 49 tahun 2014
 
Uu No 9 2009 Badan Hukum Penddkan
Uu No 9 2009 Badan Hukum PenddkanUu No 9 2009 Badan Hukum Penddkan
Uu No 9 2009 Badan Hukum Penddkan
 
Uu 02 1989
Uu 02 1989Uu 02 1989
Uu 02 1989
 
Undang Undang Pendidikan
Undang Undang PendidikanUndang Undang Pendidikan
Undang Undang Pendidikan
 

Recently uploaded

Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahanAKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
PutuRatihSiswinarti1
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptxPERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
TeukuEriSyahputra
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
GuneriHollyIrda
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
kusnen59
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahanAKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptxPERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 

Permen tahun2014 nomor031 pengelolaan pendidikan lembaga asing

  • 1. SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KERJA SAMA PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING DENGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa u n t u k melaksanakan kerja sama penyelenggaraan pendidikan dalam Pasal 161 ayat (2), kerja sama pengelolaan pendidikan dalam Pasal 164 ayat (1), dan pelaksanaan bentuk kerja sama satuan pendidikan nonformal dalam Pasal 167 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kerja Sama Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan oleh Lembaga Pendidikan Asing Dengan Lembaga Pendidikan di Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 T a h u n 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 T a h u n 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4 1 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 7 1 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelengaraan Pendidikan (Lembaran
  • 2. 2 Negara Republik Indonesia T a h u n 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157); 4. Peraturan Presiden Nomor 47 T a h u n 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian „ Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 T a h u n 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2013 Nomor 125); 5. Keputusan Presiden Nomor 84/P T a h u n 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8/P Tahun 2014; Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG KERJA SAMA PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING DENGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri i n i yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana u n t u k mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya u n t u k memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 2. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. 3. Pendidikan nonformal adalah j a l u r pendidikan yang dilaksanakan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. 4. Lembaga Pendidikan di Indonesia, yang selanjutnya disebut LPI, adalah institusi yang bergerak di bidang pendidikan atau satuan pendidikan di Indonesia. 5. Lembaga Pendidikan Asing, yang selanjutnya disebut LPA, adalah institusi yang bergerak di bidang pendidikan atau satuan pendidikan asing. 6. Satuan Pendidikan Kerja Sama, yang selanjutnya disebut SPK, adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan atau dikelola atas dasar kerja sama antara LPA yang terakreditasi/diakui di negaranya dengan LPI pada jalur formal atau nonformal yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 7. Kementerian adalah Kementerian yang menyelenggarakan u r u s a n pemerintahan di bidang pendidikan. 8. M e n t e r i adalah Menteri yang menyelenggarakan u r u s a n pemerintahan di bidang pendidikan.
  • 3. 3 Pasal 2 (1) Kerja sama penyelenggaraan atau pengelolaan pendidikan dilaksanakan pada jalur formal dan nonformal. (2) Satuan Pendidikan pada jalur formal sebagaimana dimaksud pada'ayat (1) berbentuk: a. Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat; b. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat; c. Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah atau bentuk lain yang sederajat; dan d. Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan, atau bentuk lain yang sederajat. (3) Satuan Pendidikan pada jalur nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk: a. lembaga kursus dan lembaga pelatihan; b. kelompok belajar; c. pusat kegiatan belajar masyarakat; d. majelis ta'lim; e. pondok pesantren; f. pendidikan diniyah; g. taman pendidikan Al-Qur'an; h. pendidikan anak usia dini jalur nonformal; dan i. Satuan pendidikan sejenis lain. Pasal 3 (1) LPI dan LPA dapat melakukan kerja sama.penyelenggaraan pendidikan atau kerja sama pengelolaan pendidikan. (2) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bentuk kerja sama penyelenggaraan bersama antara LPI dengan LPA u n t u k mendirikan SPK. (3) Kerja sama pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bentuk kerja sama pengelolaan di bidang akademik dan/atau non-akademik antara LPI dengan LPA. BAB II KERJA SAMA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Pasal 4 (1) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan pada jalur formal dan nonformal. (2) Pemrakarsa kerja sama penyelenggaraan pendidikan jalur formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu LPI berakreditasi A dan LPA yang terakreditasi atau diakui di negaranya. (3) Pemrakarsa kerja sama penyelenggaraan pendidikan jalur nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu LPI dan LPA yang terakreditasi atau diakui di negaranya. (4) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dan jalur pendidikan formal bersifat nirlaba sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 4. 4 (5) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan pada tingkat program studi atau satuan pendidikan. (6) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan pada tingkat program studi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berupa kerja sama yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). (7) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berupa kerja sama yang dilaksanakan pada satuan pendidikan formal dan nonformal. Pasal 5 (1) Kerja sama penyelenggaraan pendidikan harus dilaksanakan dengan syarat: a. memperoleh izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk; b. mengikuti standar nasional pendidikan yang diperkaya dengan standar negara lain yang mempunyai keunggulan di bidang pendidikan atau sistem pendidikan yang berlaku di negara lain, setelah memperoleh persetujuan menteri atau pejabat yang ditunjuk; c. mengikutkan peserta didik WNI dalam ujian nasional u n t u k jenjang pendidikan dasar dan menengah; d. mengikuti akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional; e. memiliki perjanjian kerja sama antara LPA dengan LPI; f. memiliki rencana i n d u k pengembangan satuan pendidikan kerja sama (RIP satuan pendidikan kerja sama), dan g. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Selain mengikuti akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional, kerja sama penyelenggaraan pendidikan dapat diakreditasi dari negara asal LPA. (3) RIP satuan pendidikan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h u r u f f paling sedikit memuat: a. visi dan misi; b. k u r i k u l u m ; c. standar kompetensi lulusan; d. proses pembelajaran; e. peserta didik; f. pendidik; g. tenaga kependidikan; h. sarana dan prasarana; i. penilaian; j . akreditasi; k. pengelolaan; dan 1. pembiayaan. Pasal 6 Satuan pendidikan di Indonesia memiliki aset pada SPK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Pasal 7 (1) Penggunaan sistem pendidikan negara lain wajib memperoleh izin dari Menteri setelah memperoleh rekomendasi atau pertimbangan dari Direktur Jenderal terkait.
  • 5. 5 (2) Sistem pendidikan negara lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi k u r i k u l u m , pembelajaran, penilaian, dan/atau penjenjangan pendidikan yang secara resmi berlaku di negaranya. (3) Dalam hal penggunaan sistem pendidikan negara lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terkait dengan disiplin i l m u agama, wajib memperolah izin dari Menteri setelah memperoleh rekomendasi atau pertimbangan dari Menteri Agama. Pasal 8 (1) Peserta didik pada SPK terdiri dari warga negara Indonesia (WNI) dan warga negara asing (WNA) yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) SPK dilarang menolak calon peserta didik WNI. (3) Penerimaan peserta didik diatur oleh SPK. (4) Peserta didik pada SPK wajib memiliki Nomor I n d u k Siswa Nasional (NISN). (5) Pemberian NISN sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkoordinasi dengan dinas pendidikan provinsi dan/atau kabupaten/kota. Pasal 9 (1) Pendidik pada SPK harus memenuhi standar pendidik yang dapat diperkaya dengan standar pendidik satuan pendidikan negara asing. (2) J u m l a h pendidik pada SPK wajib mengikutsertakan paling sedikit 30 % (tiga p u l u h persen) pendidik WNI. (3) Seluruh pendidik m a m p u memfasilitasi pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). (4) Kualifikasi pendidik minimal setara S I atau DIV sesuai bidang studi yang diampu. (5) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pendidik: a. harus sehat jasmani rohani; b. tidak diperbolehkan mengkonsumsi/dibawah pengaruh m i n u m a n keras di lingkungan sekolah; dan c. tidak terlibat dalam kegiatan politik, clandestein, propaganda agama, dan pengumpulan dana. (6) Program atau satuan pendidikan wajib menerapkan sistem remunerasi yang berkeadilan bagi semua pendidik. (7) Pendidik asing u n t u k pembelajaran bahasa asing pada SPK merupakan penutur asli bahasa asing negaranya dan/atau orang yang mempunyai sertifikat pendidik u n t u k bahasa tersebut. Pasal 10 (1) Tenaga kependidikan pada SPK paling sedikit meliputi pimpinan satuan pendidikan, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar, tenaga administrasi, tenaga kebersihan, dan tenaga keamanan. (2) Tenaga kependidikan asing dilarang m e n d u d u k i jabatan yang secara khusus menangani personalia.
  • 6. 6 (3) Tenaga kependidikan pada SPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi standar tenaga kependidikan yang dapat diperkaya dengan standar tenaga kependidikan satuan pendidikan negara asing. (4) J u m l a h tenaga kependidikan selain pimpinan satuan pendidikan pada SPK wajib mengikutsertakan paling sedikit 8 0 % (delapan p u l u h persen) warga Negara Indonesia. (5) Kepala sekolah dan koordinator akademik memiliki kualifikasi akademik master/ magister atau yang sederajat. (6) Persyaratan tenaga pendidikan pada SPK: a. harus sehat jasmani rohani; b. tidak diperbolehkan mengkonsumsi/dibawah pengaruh m i n u m a n keras di lingkungan sekolah; dan c. tidak terlibat dalam kegiatan politik, clandestein, propaganda agama dan pengumpulan dana. (7) Pimpinan satuan pendidikan pada SPK dapat merangkap sebagai pimpinan u n t u k semua jenjang pendidikan. (8) Program atau satuan pendidikan wajib menerapkan sistem remunerasi yang berkeadilan bagi semua tenaga kependidikan. Pasal 11 (1) K u r i k u l u m disusun mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur K u r i k u l u m , dan pedoman implementasi K u r i k u l u m yang dapat diperkaya k u r i k u l u m satuan pendidikan negara lain yang mempunyai keunggulan di bidang pendidikan atau dapat menggunakan k u r i k u l u m negara lain setelah memperoleh izin menteri atau pejabat lain yang ditunjuk. (2) K u r i k u l u m pada SPK u n t u k SMA, MA, SMK, dan MAK, atau bentuk lain yang sederajat dapat disusun dalam sistem kredit semester. (3) K u r i k u l u m yang diberlakukan bagi peserta didik WNI wajib memuat mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (4) Bagi peserta didik WNA wajib diajarkan Bahasa Indonesia dan Budaya Indonesia [Indonesian Studies). Pasal 12 (1) Proses pembelajaran pada SPK memenuhi standar proses yang diperkaya dengan standar proses pembelajaran satuan pendidikan negara lain yang mempunyai keunggulan di bidang pendidikan atau standar proses yang berlaku pada sistem pendidikan negara lain setelah memperoleh izin menteri. (2) Penggunaan TIK dilakukan dalam proses pembelajaran mata pelajaran yang sesuai. (3) Pembelajaran u n t u k mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia wajib menggunakan Bahasa pengantar Bahasa Indonesia dan dapat menggunakan bahasa asing u n t u k memperjelas proses pembelajarannya.
  • 7. 7 Pasal 13 (1) Penilaian pada SPK menerapkan standar penilaian yang diperkaya dengan standar penilaian satuan pendidikan negara lain yang mempunyai keunggulan di bidang pendidikan atau standar penilaian yang berlaku pada sistem pendidikan negara lain setelah memperoleh izin menteri. (2) SPK wajib menyelenggarakan Ujian Nasional bagi peserta didik WNI. (3) Peserta didik WNA pada SPK yang akan melanjutkan pendidikannya pada satuan pendidikan nasional dapat mengikuti ujian nasional. (4) Soal UN u n t u k peserta didik SPK dapat disusun dalam Bahasa Inggris, kecuali u n t u k mata pelajaran Bahasa Indonesia. (5) SPK yang belum dapat menyelenggarakan UN dapat bekerja sama dengan satuan pendidikan yang menyelenggarakan UN u n t u k mengikutkan peserta didiknya. Pasal 14 (1) Sarana dan prasarana pada SPK memenuhi standar sarana dan prasarana yang diperkaya dengan standar sarana dan prasarana satuan pendidikan negara lain yang mempunyai keunggulan di bidang pendidikan atau standar sarana dan prasarana yang berlaku pada sistem pendidikan negara lain setelah memperoleh izin menteri. (2) Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK. (3) Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK. (4) Sarana dan prasarana dilengkapi dengan ruang m u l t i media dan klinik. Pasal 15 Pengelolaan SPK harus: a. memenuhi standar pengelolaan yang diperkaya dengan model pengelolaan satuan pendidikan negara lain yang mempunyai keunggulan di bidang pendidikan atau standar pengelolaan yang berlaku pada sistem pendidikan negara lain setelah memperoleh izin menteri; b. menerapkan prinsip kesetaraan gender dan multi-kultural dalam segala aspek pengelolaan sekolah; c. menerapkan sistem administrasi sekolah berbasis teknologi informasi dan komunikasi;dan d. mempersiapkan peserta didik yang diharapkan m a m p u meraih prestasi tingkat internasional, kemandirian, dan/atau memiliki relevansi dengan lapangan pekerjaan. Pasal 16 (1) Pembiayaan pada SPK memenuhi standar pembiayaan pendidikan di Indonesia atau menggunakan standar pembiayaan yang berlaku pada sistem pendidikan negara lain setelah memperoleh izin dari Menteri. (2) Pembiayaan SPK yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat melakukan pungutan u n t u k keberlangsungan penyelenggaraannya sesuai dengan peraturan perundang undangan.
  • 8. 8 Pasal 17 (1) Peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan dan lulus ujian yang diselenggarakan oleh SPK diberi ijazah/surat tanda tamat belajar (STTB). (2) Peserta didik yang telah menyelesaikan program pendidikan nonforinal dan lulus ujian yang diselenggarakan oleh SPK diberi ijazah/STTB dan/atau sertifikat kompetensi. (3) Peserta didik yang telah menyelesaikan program pendidikan kejuruan dan lulus ujian, memperoleh ijazah/STTB dan/atau sertifikat kompetensi. Pasal 18 (1) SPK mengembangkan lingkungan sekolah yang bersih, tertib, indah, rindang, aman, sehat, bebas asap rokok dan narkoba, bebas budaya kekerasan, dan berbudaya akhlak mulia. (2) SPK mengembangkan budaya kompetitif dan kolaboratif serta jiwa kewirausahaan yang dilandasi oleh moral dan etika yang tinggi. Pasal 19 (1) SPK berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah mendapat izin pendirian dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) u n t u k j a l u r formal berlaku u n t u k jangka w a k t u 6 (enam) t a h u n . (3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) u n t u k j a l u r nonformal berlaku u n t u k jangka w a k t u 3 (tiga) tahun. BAB III KERJA SAMA PENGELOLAAN PENDIDIKAN Pasal 20 (1) Kerja sama pengelolaan pendidikan dilaksanakan pada j a l u r formal dan nonformal. (2) Pemrakarsa kerja sama pengelolaan pendidikan j a l u r formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satuan pendidikan di Indonesia dan satuan pendidikan asing yang terakreditasi atau diakui di negaranya. (3) Pemrakarsa kerja sama pengelolaan pendidikan j a l u r nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satuan pendidikan nonformal di Indonesia yang terakreditasi atau LPA diakui di negaranya masing-masing. Pasal 21 Kerja sama pengelolaan pendidikan bertujuan u n t u k : a. meningkatkan m u t u penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan satuan pendidikan nonformal; b. memperluas jaringan kemitraan u n t u k kepentingan satuan pendidikan; dan/atau c. menyelenggarakan satuan pendidikan atau berbasis keunggulan lokal.
  • 9. 9 Pasal 22 (1) Satuan pendidikan anak usia dini dan satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menjalin kerja sama dalam bidang akademik. (2) Satuan pendidikan nonformal menjalin kerja sama dalam akademik dan/atau non-akademik. (3) Kerja sama akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berbentuk: a. pertukaran pendidik dan/atau tenaga kependidikan; b. pertukaran peserta didik; c. pemanfaatan sumber daya; d. penyelenggaraan program kembaran; e. penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler; dan/atau f. kerja sama lain yang dianggap perlu. (4) Kerja sama non-akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berbentuk: a. kontrak manajemen; b. pendayagunaan aset; c. penggalangan dana; d. pembagian jasa dan royalti atas hak kekayaan intelektual; e. penyelenggaraan program pemagangan peserta didik; f. penyelenggaraan ujian internasional; dan/atau g. kerja sama lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan (5) Ketentuan pelaksanaan kerja sama dalam bidang akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam perjanjian kerja sama antara LPI dan LPA. (6) Kerja sama pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dapat dibatalkan oleh Menteri apabila terbukti melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan setelah dilakukan pemeriksaan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian atas instruksi Menteri. Pasal 23 (1) SPK mengembangkan lingkungan satuan pendidikan yang bersih, tertib, indah, rindang, aman, sehat, bebas asap rokok dan narkoba, bebas budaya kekerasan,dan berbudaya akhlak mulia. (2) SPK mengembangkan budaya kompetitif dan kolaboratif serta jiwa kewirausahaan yang dilandasi oleh moral dan etika yang tinggi. Pasal 24 Permohonan izin kerja sama pengelolaan disampaikan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal terkait paling lambat 6 (enam) bulan sebelum pelaksanaan kerja sama.
  • 10. 10 BAB IV TATA CARA PENDIRIAN SPK PADA KERJA SAMA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Pasal 25 Tata cara pendirian SPK pada kerja sama penyelenggaraan pendidikan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: a. pengajuan permohonan rekomendasi ke pemerintah daerah kabupaten/kota dan/atau provinsi mengenai rencana pendirian SPK oleh pemrakarsa; b. pemberian rekomendasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota dan/atau provinsi mengenai rencana pendirian SPK; c. penyampaian u s u l rencana pendirian SPK oleh pemrakarsa kepada Menteri u.p. Direktur Jenderal terkait yang dilengkapi dengan rekomendasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota dan/atau provinsi; d. pemberian pertimbangan oleh Direktur Jenderal terkait kepada Menteri; e. pemberian izin pendirian SPK Penyelenggaraan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk; f. Izin Pendirian SPK Penyelenggaraan sebagaimana dimaksud h u r u f e diberikan u n t u k satu lokasi dan berlaku u n t u k jangka w a k t u 6 (enam) tahun. Pasal 26 (1) Paling lambat dalam jangka w a k t u 3 (tiga) bulan setelah menerima usul rencana pendirian SPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 h u r u f c, Menteri atau pejabat yang ditunjuk memberi persetujuan atau penolakan atas rencana pendirian SPK. (2) Pemberian persetujuan atau penolakan atas rencana pendirian SPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas pertimbangan instansi terkait sesuai persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) h u r u f b sampai dengan h u r u f g. (3) Persetujuan rencana pendirian SPK b u k a n merupakan izin operasional. Pasal 27 (1) Paling lambat dalam jangka w a k t u 2 (dua) t a h u n setelah menerima pertimbangan persetujuan atas rencana pendirian SPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), Pemrakarsa mengajukan usul pendirian SPK kepada Menteri melalui Direktur Jenderal terkait yang dilengkapi dengan bukti persyaratan: a. perjanjian kerja sama pemrakarsa; b. hasil studi kelayakan yang berkaitan dengan: 1) prospek pendirian satuan pendidikan dari segi tata ruang, geografis, dan ekologis; 2) prospek pendirian satuan pendidikan dari segi prospek pendaftar, keuangan, sosial,dan budaya; 3) kapasitas daya tampung dan lingkup jangkauan satuan pendidikan sejenis yang ada; dan 4) perkiraan pembiayaan u n t u k kelangsungan pendidikan paling sedikit u n t u k 1 (satu) t a h u n akademik berikutnya; c. Anggaran Dasar (AD) badan h u k u m ;
  • 11. 11 d. referensi bank dan/atau bukti lain yang berkenaan dengan tersedianya sumber pembiayaan selama 6 (enam) tahun; e. rekomendasi dari pemerintah kabupaten/kota dan provinsi; f. rencana i n d u k pengembangan satuan pendidikan (RIPS); g. rencana u m u m tata ruang (RUTR); h. bukti kepemilikan lahan/gedung dan/atau b u k t i perjanjian sewa yang berlaku minimal 6 (enam) tahun; dan i. sertifikat/bukti kepemilikan atau hak pakai tanah. (2) Apabila dalam jangka w a k t u 2 (dua) t a h u n pemrakarsa tidak dapat melengkapi b u k t i persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pertimbangan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) tidak berlaku. (3) Pemberian izin pendirian atau penolakan atas usul pendirian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling lambatnya dalam jangka w a k t u 4 (empat) bulan. (4) SPK dapat mengoperasionalkan penyelenggaraan pendidikan setelah terbit izin pendirian. Pasal 28 (1) Usui perpanjangan izin SPK dilakukan 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya izin pendirian, dengan melengkapi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) butir a sampai dengan i . (2) Pemberian Perpanjangan izin SPK diberikan paling lambat 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku izin penyelenggaraan. (3) Perpanjangan izin SPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan u n t u k jangka w a k t u 6 (enam) tahun. (4) Apabila perpanjangan izin SPK belum terbit setelah 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku izin pendirian, SPK tidak boleh menerima peserta didik baru. (5) Apabila u s u l perpanjangan izin SPK ditolak, satuan pendidikan wajib menyelesaikan sisa peserta didik paling lambatnya 6 (enam) tahun atau menyalurkan atau memindahkan peserta didik pada satuan pendidikan lain yang sama jenjang dan jenisnya. BAB V TATA CARA KERJA SAMA PENGELOLAAN PENDIDIKAN Pasal 29 Tata cara pelaksanaan kerja sama pengelolaan pendidikan meliputi langkah- langkah sebagai berikut: a. pengajuan u s u l rencana kerja sama pengelolaan pendidikan oleh pemrakarsa; b. rekomendasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi mengenai rencana kerja sama pengelolaan; c. izin kerja sama pengelolaan pendidikan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
  • 12. 12 Pasal 30 Usui kerja sama pengelolaan diajukan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal terkait yang dilengkapi dengan bukti persyaratan: a. perjanjian kerja sama pemrakarsa; b. hasil studi kelayakan yang berkaitan dengan: 1) prospek pendirian satuan pendidikan dari segi tata ruang, geografis, dan ekologis; 2) prospek pendirian satuan pendidikan dari segi prospek pendaftar, keuangan, sosial,dan budaya; 3) kapasitas daya tampung dan lingkup jangkauan satuan pendidikan sejenis yang ada; dan 4) perkiraan pembiayaan u n t u k kelangsungan pendidikan paling sedikit perkiraan u n t u k 1 (satu) t a h u n akademik berikutnya. Pasal 31 (1) Pemberian persetujuan atau penolakan atas u s u l SPK didasarkan atas pertimbangan instansi terkait sesuai peryaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30. (2) Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri menerbitkan izin SPK. BAB VI AKREDITASI Pasal 32 (1) Akreditasi u n t u k SPK akan disusun oleh BAN S/M dan BAN PNF. (2) Proses akreditasi dilakukan paling lambat dalam 1 (satu) tahun, setelah SPK meluluskan peserta didik. BAB VII PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pasal 33 (1) Pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pendidikan kerja sama dilakukan secara berkala oleh Tim yang dibentuk oleh Kementerian. (2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap sistem pendidikan yang meliputi: peserta didik, k u r i k u l u m , proses pembelajaran, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, penilaian, pengelolaan, dan pembiayaan. (3) Hasil pemantauan dan evaluasi dilaporkan secara berkala paling sedikit 3 (tiga) t a h u n kepada Menteri dengan tembusan Direktur Jenderal terkait. Pasal 34 (1) Penyelenggara SPK wajib menyampaikan laporan tertulis tentang penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan setiap 1 (satu) tahun kepada Menteri melalui Direktur Jenderal terkait, yang tembusannya disampaikan kepada Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota setempat.
  • 13. 13 (2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan mengisi formulir yang dikeluarkan oleh Kementerian. Pasal 35 SPK dilarang menggunakan kata Internasional u n t u k nama satuan pendidikan, program, kelas, dan/atau mata pelajaran. BAB VIII SANKSI Pasal 36 (1) Pelanggaran terhadap peraturan Menteri i n i dikenakan sanksi: a. teguran tertulis, pertama, kedua dan ketiga dengan tenggang w a k t u 1 (satu) bulan; b. pelarangan menerima peserta didik baru; dan/atau; c. pencabutan izin. (2) Sanksi sebagaimana yang diatur dalam ayat (1) diberikan setelah memperoleh pertimbangan dari T i m yang dibentuk oleh Kementerian. BAB IX PENUTUPAN Pasal 37 (1) Penutupan SPK dilakukan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. (2) Penutupan SPK dilakukan apabila: a. satuan pendidikan kerja sama sudah tidak lagi memenuhi persyaratan penyelenggaraan satuan pendidikan kerja sama; atau b. izin penyelenggaraan telah berakhir dan tidak diperpanjang atau usul perpanjangannya ditolak. (3) Apabila terjadi penutupan SPK, penyelenggara wajib: a. menyalurkan atau memindahkan peserta didik pada satuan pendidikan lain yang sama jenjang dan jenisnya paling lambat 6 (enam) bulan; b. menyelesaikan pembayaran pendidik dan tenaga kependidikan dan mengembalikan ke negara asalnya selambat-lambatnya dalam jangka w a k t u 3 (tiga) bulan; c. menyerahkan aset kepada satuan pendidikan Indonesia atau sesuai dengan perjanjian kerja sama paling lambatnya dalam jangka w a k t u 1 (satu) tahun; dan d. penyelenggara tidak dibolehkan menggunakan nama satuan pendidikan kerja sama. B A B X PENDELEGASIAN Pasal 38 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kerja sama LPA dengan LPI diatur dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal terkait.
  • 14. 14 BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 39 (1) Dengan berlakunya Peraturan i n i , Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pendidikan oleh Lembaga Pendidikan Asing di Indonesia, dinyatakan tidak berlaku. (2) Sekolah internasional dan/atau sekolah asing jenis lainnya yang telah ada dan mendapat izin pendirian/operasional di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling lambat tanggal 1 Desember t a h u n 2014 wajib menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini atau menjadi sekolah nasional atau ditutup. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 40 Peraturan Menteri i n i mulai berlaku pada tanggal d i u n d a n g k a n . Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya ke dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 April 2014 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, TTD. MOHAMMAD NUH Diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 April 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, TTD. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 580 Salinan sesuai dengan aslinya. Kepala Biro H u k u m dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ani Nurdiani Azizah VNIP195812011985032001^